Post on 12-Feb-2021
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Perkembangan Bahasa/Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun
Dalam Permendiknas No 137 Tahun 2014, dinyatakan perkembangan anak
berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat
perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik
secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap
anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, namun demikian,
perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai
tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan
orang dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan
terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan
perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan.
Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan
suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau
mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Berbicara merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi oleh
keterampilan menyimak. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata
yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca. Nurbiana (2008)
menyebutkan dua tipe perkembangan berbicara anak:
1) Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak
berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak
8
dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
2) Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun
lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat 5 bentuk
socialized speech yaitu:
a) Saling tukar informasi untuk tujuan bersama;
b) Penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain;
c) Perintah, permintaan, ancaman;
d) Pertanyaan; dan
e) Jawaban.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe perkembangan
berbicara anak usia 5-6 tahun yaitu anak mulai berinteraksi dengan temannya
ataupun lingkungannya. Dari interaksi tersebut anak dapat saling
menyampaikan informasi, menyuruh, meminta, bertanya ataupun menjawab
pertanyaan.
Hurlock (1978) mengemukakan kriteria untuk mengukur tingkat
kemampuan berbicara secara benar atau hanya sekedar „membeo‟ sebagai
berikut:
1) Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya
dengan objek yang diwakilinya. Jadi, anak tidak hanya mengucapkan tetapi
juga mengetahui arti kata yang diucapkannya.
9
2) Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan
mudah. Hal tersebut berarti bahwa anak melafalkan dengan jelas kata yang
diucapkannya dengan bahasa yang mudah dimengerti orang lain, sehingga
orang lain dapat memahami maksud apa yang diucapkan.
3) Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar
atau menduga-duga. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
untuk mengukur kemampuan berbicara anak adalah anak mengetahui arti
kata yang diucapkannya, anak dapat melafalkan kata-kata yang dapat
dipahami orang lain, dan memahami kata-kata yang diucapkannya.
Selanjutnya Nurbiana (2008) mengemukakan ada beberapa faktor yang
dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari
aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
1. Aspek kebahasaan meliputi:
a. Ketepatan ucapan
b. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
c. Pilihan kata
d. Ketepatan sasaran pembicaraan.
2. Aspek non kebahasaan meliputi:
a. Sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat
b. Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain
c. Kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara
d. Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.
10
2.1.1 Tahapan Perkembangan Bahasa/Berbicara Anak
Permendiknas No 137 Tahun 2014 tingkat pencapaian perkembangan
bahasa usia 5-6 tahun sebagai berikut :
1) Tahapan Menerima Bahasa
a) Mengerti beberapa perintah secara bersamaan.
a) Mengulang kalimat yang lebih kompleks.
b) Memahami aturan dalam suatu permainan.
2) Tahapan Mengungkapkan Bahasa
a) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
b) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.
c) Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta
mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan
berhitung.
d) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok
kalimat-predikat-keterangan).
e) Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada
orang lain.
f) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
3) Tahapan Keaksaraan
a) Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.
b) Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di
sekitarnya.
11
c) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal
yang sama.
d) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.
e) Membaca nama sendiri.
f) Menuliskan nama sendiri.
2.1.2 Karakteristik Berbicara Anak Usia 5-6 tahun
Suhartono (2005) mengatakan pada waktu anak masuk Taman
Kanak-Kanak, anak telah memiliki sejumlah besar kosakata. Mereka
sudah dapat membuat pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan
berbagai bentuk kalimat. Mereka memahami kosakata lebih banyak.
Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan teman-temannya dan
berbicara sopan dengan orang tua dan guru mereka. Kematangan bicara
anak ada hubungannya dengan latar belakang orang tua anak dan
perkembangannya di Taman Kanak-Kanak.
Selanjutnya, menurut Jamaris (Ahmad Susanto, 2011)
perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun adalah sudah dapat
mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata, lingkup kosakata yang dapat
diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau,
keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, dan
permukaan (kasar-halus), anak usia 5-6 tahun sudah Dapat
berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan
tersebut.
12
Percakapan yang dilakukan oleh anak 5-6 tahun telah menyangkut
berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri
dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. Menurut Ernawulan (2005)
perkembangan berbicara anak usia 5-6 tahun adalah anak sudah dapat
mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat menyusun kalimat
yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan arti
kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan
dan kata sandang. Pada masa akhir usia taman kanak-kanak umumnya
anak sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana,
cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti
tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.
Hasil penelitian Loban, Hunt, dan Cazda yang dimuat dalam Ellies
(Muh.Nur Mustakim, 2005) mengemukakan tentang keterampilan
berbicara anak usia 5 dan 6 tahun sebagai berikut. Suka berbicara dan
umumnya berbicara kepada seseorang, tertarik menggunakan kata-kata
baru dan luas, banyak bertanya, tata bahasa akurat dan beralasan,
menggunakan bahasa yang sesuai, dapat mendefinisikan dengan bahasa
yang sederhana, menggunakan bahasa dengan agresi, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, sangat aktif berbicara. Selanjutnya Nurbiana
(2008) menyebutkan anak usia 4-6 tahun mempunyai karakeristik
berbicara yaitu:
a) Kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik
b) Melaksanakan 2-3 perintah lisan secara berurutan dengan benar
13
c) Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan
urutan yang mudah dipahami.
d) Menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya
e) Menggunakan kata sambung seperti: dan, karena, tetapi
f) Menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan
g) Membandingkan dua hal
h) Memahami konsep timbal balik
i) Menyusun kalimat
j) Mengucapkan lebih dari tiga kalimat
k) Mengenal tulisan sederhana
Dari beberapa pandangan di atas, maka indikator anak yang
terampil berbicara dalam penelitian ini adalah anak dapat berbicara dengan
lancar dan dapat dipahami orang lain, berani mengemukakan ide kepada
orang lain, beranibertanya dan menjawab pertanyaan, berani
menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan dan dapat menyusun kalimat
dengan baik dan benar.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara
Hurlock (1978) mengemukakan kondisi yang dapat menimbulkan
perbedaan dalam berbicara yaitu kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial
ekonomi, jenis kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran
keluarga, urutan kelahiran, metode pelatihan anak, kelahiran kembar,
hubungan dengan teman sebaya, kepribadian. Kondisi yang dapat
menimbulkan perbedaan berbicara tersebut dapat diuraikan berikut ini.
14
1) Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara ketimbang anak yang
tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2) Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat
dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang
anak yang
tingkat kecerdasannya rendah.
3) Keadaan Sosial Ekonomi
Anak dari kelompok yang keadaan sosial ekonominya tinggi lebih
mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih
banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang keadaan sosial
ekonominya lebih rendah. Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari
kelompok yang lebih tinggi, lebih banyak di dorong untuk berbicara dan
lebih banyak dibimbing melakukannya.
4) Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih cepat dalam belajar berbicara dibandingkan
anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak lelaki lebih pendek
dan kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit,
dan pengucapannya kurang tepat ketimbang anak perempuan.
15
5) Keinginan Berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia
menyisihkan waktu dan usaha yang diperlukan untuk belajar.
6) Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya
bicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal mereka belajar
berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
7) Ukuran Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih
awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar, karena orang tua
dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar anaknya
berbicara.
8) Urutan Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul ketimbang
anak yang lahir kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan
waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang
lahir pertama dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir
kemudian.
9) Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa “anak
harus dilihat dan bukan didengar” merupakan hambatan belajar,
16
sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasaan dan demokratis akan
mendorong anak untuk belajar.
10) Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam perkembangan
bicaranya terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara
kembarnya dan hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini
melemahkan motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain
dapat memahami mereka.
11) Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin
besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggota kelompok sebaya,
akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar berbicara.
12) Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
kemampuan bicaranya lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif, ketimbang anak yang penyesuaian dirinya kurang baik.
Kenyataanya, berbicara seringkali dipandang sebagai salah satu petunjuk
anak yang sehat mental. Dari uraian di atas menunjukan bahwa kondisi
yang dapat menimbulkan perbedaan dalam berbicara dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut sangat
mempengaruhi perkembangan berbicara anak. Faktor internal berkaitan
dengan kondisi dalam dirinya. Sedangkan faktor eksternal berkaitan
17
dengan kondisi lingkunganya. Kondisi lingkungan adalah keadaan yang
ada di sekitar anak.
2.1.4 Tujuan Pengembangan Berbicara Anak
Secara umum tujuan pengembangan berbicara anak usia dini yaitu agar
anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat, sikap) secara lisan
dengan lafal yang tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu anak dapat
melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, anak mempunyai
perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi dan
agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi
secara lisan.
Menurut Hartono, Suhartono (2005) tujuan umum dalam
pengembangan berbicara anak, yaitu:
a) Memiliki perbendaharaan kata yang cukup yang diperlukan untuk
berkomunikasi sehari-hari. Perbendaharaan kata/kosakata sangat
diperlukan dalam berkomunikasi, sehingga semakin anak banyak
memiliki perbendaharaan kata/kosakata maka akan semakin baik dalam
berkomunikasi.
b) Mau mendengarkan dan memahami kata-kata serta kalimat Anak dapat
mengucapkan kata setelah mendengar kata tersebut dari orang
disekitarnya dengan disertai makna kata tersebut, dengan
mendengarkan dan memahami kata-kata yang diucapkan orang lain
maka anak dapat memperoleh kosakata baru yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi.
18
c) Mampu mengungkapkan pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat.
Dalam hal ini anak mampu memahami, malaksanakan atau
menyampaikan pesan kepada orang lain, anak mampu menggunakan
kalimat-kalimat perintah yang baik, dan anak mampu menunjukkan
sikap dan perasaannya terhadap sesuatu kejadian, melalui perbuatan
sehari-hari.
d) Berminat menggunakan bahasa yang baik agar anak berminat
menggunakan bahasa yang baik berarti bahwa anak mampu menyusun
dan mengucapkan kata-kata dengan lafal yang benar dan tepat, anak
mampu menyusun kalimat-kalimat sederhana yang berpola dan anak
mampu bercalap-cakap dalam bahasa Indonesia yang sederhana tetapi
benar.
e) Berminat untuk menghubungkan antara bahasa lisan dan tulisan anak
dapat mengetahui bahwa benda-benda di sekililingnya mempunyai
simbol bahasa dan anak mengetahui adanya hubungan antara gambar-
gambar dengan tulisan-tulisan atau ucapan lisan. Dari uraian di atas
maka tujuan pengembangan berbicara anak usia dini yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah anak dapat mengungkapkan isi hatinya
(pendapat atau sikap) secara lisan, anak mampu mengungkapkan
pendapat dan sikap dengan lafal yang tepat dan anak berminat
menggunakan bahasa yang baik.
19
2.2 Media Pembelajaran Gambar Seri
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima (Heinich et al., 2002; Ibrahim 1997; Ibrahim
et. al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dan komunikator menuju komunikan (Criticos,
1996).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Secara umum dapat
dikatakan media mempunyai kegunaan, antara lain ;
1) Memperjelas pesan agar tidak verbalitas
2) Mengatasai keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori dan kinestetiknya
5) Memberikan rangsangan yang sama, memperamakan pengalaman dan
menimbulkan presepsi yang sama.
6) Proses pembelajaran mengandung lima kompones komunikasi, guru
(komunikator), bahan pembelajaran.
Jadi media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
20
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan persaan siswa dalam kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan.
2.2.1 Pengertian Gambar Seri
Musli Yuliadi http://mi1kelayu.blogspot.com/2014/01/normal-0-false-
false-false-en-us-x-none.html. Media gambar seri adalah urutan gambar
yang mengikuti suatu percakapan dalam hal memperkenalkan atau
menyajikan arti yang terdapat pada gambar. Dikatakan gambar seri
karena gambar satu dengan gambar lainnya memiliki hubungan
keruntutan peristiwa. Asalan digunakannya media gambar seri adalah
agar media gambar tersebut dapat membantu menyajikan suatu kejadian
peristiwa yang kronologis dengan menghadirkan orang, benda, dan
latar. Kronologi atau urutan kejadian peristiwa dapat memudahkan
siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan bercerita.
Gambar seri juga merupakan komponen dari media gambar sebagai
alat bantu penyampaian materi pelajaran dan membantu mempercepat
pemahaman atau pengertian pada siswa sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada mengingat kemampuan
dan sifat-sifat khasnya (karekteristik) media yang bersangkutan.
Gambar seri yang baik digunakan untuk sumber belajar yaitu
memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
a) Dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu
b) Memberi kesan kuat dan menarik perhatian
http://mi1kelayu.blogspot.com/2014/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.htmlhttp://mi1kelayu.blogspot.com/2014/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
21
c) Merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang
objek – objek dalam gambar
d) Berani dan dinamis
e) Ilsutrasi tidak banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami
Sedangkan peranan gambar seri sebagai media pembelajaran yaitu :
a) Dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu
siswa dalam belajar.
b) Menarik perhatian anak sehingga terdorong untuk lebih giat belajar.
c) Dapat membantu daya ingat siswa
2.2.2 Manfaat Penggunaan Media Gambar Seri
Dalam kegiatan pembelajaran, secara umum media mempunyai
manfaat untuk :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat varbalistis
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya
objek benda yang telalu besar, bisa digantikan dengan gambar, film
bingkai, film atau model.
3) Fungsi lain dari media adalah dapat mengatasi sikap pasif siswa. Siswa
menjadi aktif karena gairah belajar meningkat.
4) Media juga memungkinkan terjainya interaksi yang lebih langsung
antara siswa dengan lingkungan dan memungkinkan siswa belajar
mandiri menurut kemampuan dan minatnya.
22
2.2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Gambar Seri
Bertolak dari yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengalaman
belajar lebih banyak diperoleh melalui indera lihat, maka dalam proses
belajar-mengajar diupayakan penggunaan media visual sebagai alat bantu
penyampaian materi pelajaran. Dapat dikatakan bahwa penggunaan media
dalam pengajaran khususnya media gambar akan sangat membantu
mempercepat pemahaman atau pengertian dari murid sebagai peserta didik.
Adapun langkah-langkah penggunaan media gambar seri sebagai alat
peraga adalah sebagai berikut :
1) Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga, dalam hal
ini merumuskan tujuan pembelajaran
2) Persiapan guru, pada fase ini guru memilih dan menerapkan alat peraga
mana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
3) Persiapan kelas, siswa satu kelas harus mempunyai persiapan sebelum
mereka menerima pelajaran dengan menggunakan alat peraga
4) Langkah penyajian pelajaran dan peragaan. Guru harus memilih
keahlian dan keterampilan yang baik dalam menggunakan alat peraga
5) Langkah kegiatan belajar. Pada langkah ini hendaknya mengadakan
kegiatan belajar sehubungan dengan menggunakan alat peraga.
Gambar seri merupakan serangkaian gambar seri yang terpisah antara satu
dengan yang lain tetapi memiliki satu kesatuan urutan cerita. Gambar seri
akan sulit dipahami ketika berdiri sendiri-sendiri dan belum diurutkan.
Gambar seri akan memiliki makna setelah diurutkan berdasarkan pola
23
tertentu atau sesuatu dengan urutan sebuah cerita. Gambar seri digunakan
sebagai media dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan. Baugh (
dalam Suliman 1998) mengemukan tentang perbandingan peranan tiap alat
indra kita. Semua pengalaman belajar yang dimiliki seseorang dapat
diprensentasikan yaitu : 90% diperoleh dari indera lihat, 5% dari indera
dengar, dan 5% melalui indera lain. Pengalaman belajar manusia sebanyak
75% diperoleh dari indera lihat, 15% dari indera dengar dan selebihnya dari
indera lain. Bertolak dari yang dikemukan oleh para ahli diatas mengenai
pengalaman belajar lebih banyak diperoleh dari indera lihat, maka dalam
proses belajar mengajar diupayakan penggunaan media visual sebagai alat
bantu penyampaian materi pelajaran.
2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian Sutijah (2013) berjudul Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Anak Usia Dini melalui Metode Bermain Peran di TK ABA
Among Putra Babadan Bantul menunjukkan bahwa ada peningkatan
kemampuan berbicara pada anak-anak di kelompok B TK ABA Among
Putra Babadan Bantul setelah dilakukan tindakan penelitian. Hasil observasi
sebelum tindakan menunjukkan kemampuan berbicara dari seluruh siswa
hanya 1 anak atau sebesar 5% yang mempunyai kriteria baik, sehingga
masih pada kriteria tidak baik. Pada siklus I meningkat menjadi 45% yaitu
menjadi kriteria kurang baik. Pada Siklus II kemampuan berbicara telah
mencapai indikator pada kriteria baik. Pada Siklus II kemampuan berbicara
meningkat menjadi sebanyak 85% pada kriteria baik. Dengan demikian,
24
pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dapat
meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK ABA Among Putra Bantul.
Hasil penelitian Sukatmi (2009) berjudul upaya Meningkatkan
Keterampilan Berbicara dengan Media Gambar menyimpulkan sebagai
berikut : Pertama, penerapan penggunaaan media gambar dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini terlihat bahwa setelah
dilakukan penelitian tindakan kelas, siswa dapat berkomunikasi secara lisan
dengan lancar, tidak merasa takut, dan lebih berani berbicara dengan bahasa
yang komunikatif, runtut, baik, dan benar. Kedua, Penerapan penggunaan
media gambar dapat meningkatkan hasil nilai keterampilan berbicara siswa,
terlihat dari 31 siswa, 84 % (26 siswa) telah mencapai batas ketuntasan
minimal yakni 6,8.
2.4 Kerangka Berpikir
Kurangnya interaksi antara guru dan anak
Kurang minat belajar pada anak
Media pembelajaran yang digunakan menoton
Kemampuan berbicara/bercerita masih rendah
Dalam komunikasi lisan anak masih merasa malu.
Media pembelajaran menggunakan
gambar seri
Ada interaksi yang baik antara guru dan anak ketika kegiatan pembelajaran berlangsung
Anak merasa tertarik dengan media pembelajaran gambar seri
Anak merasa bersemangat belajar dengan media gambar seri
Kemampuan berbicara anak meningkat sesuai dengan kriteria
Anak tidak merasa malu ketika komunikasi secara lisan
Kondisi
awal
Tindakan
kondisi
akhir
25
2.5 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan media gambar
seri dapat meningkatkan perkembangan berbicara pada TK B Mekar
Karanganyar kecamatan Tuntang kabupaten semarang tahun 2014/2015.