Post on 07-Mar-2019
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Guru beserta Karakteristik Guru
2.1.1. Pengertian Guru
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diiinginkan.
Dari dimensi tersebut peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang
dari dimensi pembelajaran peranan guru dalam masyrakat Indonesia tetap
dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
berjalan amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses
pendidikan, atau lebih khusus pada proses pembelajaran, yang diperankan oleh
guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Sejak dahulu hingga sekarang
guru dalam masyarakat Indonesia terutama di daerah-daerah perdesaan masih
memegang peranan amat penting sekalipun status sosial guru di tengah
masyarakat telah berubah. Guru ialah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, individual maupun klasikal baik di
sekolah maupun diluar sekolah.
“Guru adalah tenaga profesional yang memiliki citra yang baikdi
tengah masyarakat , sebagaimana yang telah diungkapkan
Soetjipto dan Kosasi (1999) demikian” apabila seorang guru dapat
menonjolkan citra dimasyarakat maka ia layak menjadi panutan
atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat akan
melihat sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari apakah ada yang
patut diteladani.apakah guru meningkatkan pelayanan dan
pengetahuan, memberikan dorongan dan arahan kepada siswa,
bagaiman guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul
bagaimana dengan siswa, sejawat serta anggota masyarakat,
10
sering menjadi anggota masyarakat luas. Karena menyandang
predikat guru tidak hanya dituntut memiliki kemampuan intelektual
saja, tetapi diperlukan kepribadian matang yang dapat diteladani
oleh banyak orang”.1
Menurut pendapat diatas guru adalah seseorang yang memiliki citra di
masyarakat. Guru dal tugasnya sebagai pengajar harus mampu meningkatkan
pengetahuan dan pelayanan kepada siswa , karena predikat guru bukan hanya
mempunyai kemampuan itelektual tetapi juga diperlukan kepribadian yang
matang.
2.1.2. Peran dan Tugas Pokok Guru
Sepanjang sejarah perkembangannya rumusan tentang profil tenaga
pengajar (guru) ternyata bervariasi, tergantung kepada cara mempersepsikan apa
yang menjadi peran dan tugas pokoknya.
1. “Guru sebagai pengajar
Ia harus menampilkan dirinya sebagai cendekiawan dan
sekaligus juga sebagai pengajar. Dengan demikian yang
bersangkutan harus menguasai bidang disiplin ilmu yang akan
diajarkannya baik aspek substansinya maupun metode penelitian
pengembangannya. Cara mengajarkan kepada orang lainatau
bagaimana cara mempelajarinya.
2. Guru sebagai pengajar dan juga pendidik
ia harus menampilkan pribadinya sebagai ilmuwan dan juga
sekaligus pendidik yaitu dengan menguasai bidang disiplin ilmu
yang diajarkan, menguasai cara mengajarkan dan
mengadministrasikannya, memiliki wawasan dan pemahaman
tentang seluk beluk kependidikan dengan mempelajari filsafat
pendidikan, sejarah pendidikan, sosiologi pendidikan, dan
psikologi pendidikan.
3. Guru sebagai pengajar , pendidik, dan juga agen pembaharuan
dan pembangunan masyarakat, yaitu yang bersangkutan
diharapkan dapat menampilkan pribadinya sebagai pengajar dan
pendidik siswanya dalam berbagai situasi (individual dan
kelompok) sesuai dengan keragaman karakteristik dan kondisi
1Umbu Tagela dan Sumarjdono, 2013, Orientasi Kedalam Profesi Keguruan, UKSW,
hal. 45
11
siswa dengan lingkungan kontektualnya, lebih luas lagi bagi
penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan
masyarakatnya dimana ia berada.
4. Guru yang berkewenangan berganda sebagai pendidik
profesional dengan bidang keahlian selain kependidikan”.2
Melihat peran dan tugas guru diatas ada empat peran dan tugas pokok
sebagai seorang yang bisa dikatakan guru yaitu sebagai pengajar, pendidik, agen
pembaharuan dan juga sebagai pendidik profesional dengan bidang keahlian
selain kependidikan.
2.2. Guru sebagai profesi pendidik
2.2.1. Guru sebagai Tenaga Kependidikan
Pada dasarnya jabatan guru merupakan profesi tenaga kependidikan pada
lembaga pendidikan. Guru merupakan salah satu sumber daya yang sangat
penting dalam pengelolaan organisasi pendidikan. Pencapaian hasil sebagimana
yang diharapkan, maka diperlukan kegiatan pengembangan sumber daya guru.
Semiawan membagi profesi pendidikan kedalam tiga hierkaki.
(1) tenaga profesional;
(2) tenaga profesional;
(3) tenaga profesional yang dijelaskan bahwa tenaga
profesional adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sekurang-kurangnya sarjana atau setara
dengan S1 dan memiliki wewenang penuh dalam
perencanaan, pelaksanaan, peniaian, pengendalian
pendidikan /pengajaran.3
Agar mampu berperan sebagai guru perlu menjadi profesional. Artinya,
guru benar-benar menguasai materi yang diajarkannya, serta tahu
menerangkannya dengan cara sederhana kepada setiap peserta-didik. Sekalipun
2 Udin Syaefudin, 2011, Penegembangan Profesi Guru, Bandung, Alfabeta, hal. 36.
3 Umbu Tagela, op.cit. hal. 23.
12
peserta-didik yang pemahamannya terbatas. Guru mampu menjelaskan kepada
siswa, bagaimana penerapan setiap konsep yang diterangkannya itu pada dunia
nyata. Untuk itu, setiap kali guru menerangkan satu konsep abstrak, dia
menyediakan dua atau tiga contoh dalam hidup sehari-hari bagaimana konsep itu
diaplikasikan.
Maka, pengajaran guru profesional seperti ini pasti akan selalu menarik.
Untuk itu, guru perlu berlatih, banyak membaca, terus membarui diri, dan
mencoba mengaplikasikan ilmu yang diajarkannya itu dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga guru memberi keterangan teori yang telah didukung dengan contoh
dan fakta-fakta dari pengalaman lapangan yang dapat dirasakan dalam hidup
sehari-hari.
2.2.2. Pengertian Profesi
Secara etimologis istilah “profesi” diambil dari kata bahasa inggris”
“profession” yang diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur
untuk memeperoleh nafkahyang membutuhkan bidang dan keahlian khusus
dibidang kependidikan dan keguruan.
Kriteria suatu Profesi menurut Umbu Tagela adalah sebagai berikut:
“Kategori pertama: memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori
yang luas, mencakup : 1) pengetahuan yang luas. 2) keahlian khusus
yang mendalam
Kategori kedua mencakup karir yang dibina; 1) keterikatan dengan
organisasi profesional. 2) memiliki otonomi jabatan. 3) mempunyai kode
etik jabatan. 4) mempunyai karya bakti selam hidup.
Kategori ketiga : diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai
status profesi, mencakup: 1) memperoleh dukungan masyarakat. 2)
memdapat pengesahan dan perlindungan hukum.
13
3) mempunyai persyaratan kerja yang sehat. 4) mempunyai jaminan
hidup yang layak”.4
Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar
layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan
kata lainprofesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena
tidak memperoleh pekerjaan lain.
2.2.3.Strategi pengembangan profesionalisasi guru
2.2.3.1.Pengembangan profesionalisasi Guru
Pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan
meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian.
Selanjutnya dikatakan juga pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi
adalah penting, namun hal yang lebih penting adalah berdasarkan kebutuhan
individu guru untuk menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian
dan konteks pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang
dan waktu, guru dituntut untuk selau meningkatkan kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam
dunia pendidikan. Sejalan dengan itu jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam
dunia kependidikan mengandung arti peningkatan daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal yang akan diberikan kepada masyarakat. Syaefudin dan
Kurniatun memberikan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
penyengglaraan pengembangan untuk tenaga kependidikan, yaitu:
4 Umbu Tagela. Op.Cit., hal. 25.
14
1. “Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan (baik tenaga
struktural, fungsional, maupun teknis)
2. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka
peningkatan kemampuan profesioanal dan untuk teknis
pelaksanaan tugas harian sesuai posisi masing-masing.
3. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi individu
terhadap organisasi pendidikan.
4. Dididik dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang
sebelum dan sesudah menduduki jabatan/posisi.
5. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,
pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan
remidial, pemeliharaan motivasi kerja, dan ketahanan organisasi
pendidikan.
6. Pengembangan yang menyangkut jenjang kariernya sebaiknya
disesuaikan dengan kategori masing-masing jenis kependidkan itu
sendiri’.5
2.2.3.2. Model Pengembangan Guru
Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan
perubahan, baik itu secara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang
diatur oleh lembaga.Menurut Kosasi dan Soetjipto yang dikutip dalam bukunya
Udin Syefudin pengembangan profesional dapat dibagi sebagai berikut:
1. “Pengembangan profesional selama pendidikan prajabatan
Daam pendidikan prajabatan, calon guru didik dalam
berbagai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang
diperlukan dalam pekerjaaannya nanti. Karena tugasnya
yang bersifat unik, guru selau menjadi panutan bagi siswanya
dan bahkan lagi masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya
selalu menjadi perehatian siswa dan masyarakat.
2. Pengembangan profesional selama dalam jabatan
Penegembangan sikap profesional tidak terhenti apabila
calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabtan.
Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa
pengabdiannya sebagai seorang guru. Seperti telah disebut
peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui
kegiatan penataran, lakakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah
lainnya. Ataupun secara informal seperti melihat televisi,
5 Udin Syaefudin, Op.Cit., hal.100.
15
mendengarkan radio , membaca koran dan majalah karena
kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan, sekaligus dapat meningkatkan sikap profesional
keguruan.”.
Direktoral Jenderal Pendidkan Dasar dan Menengah Depatemen
Pendidkan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif program
pengembangan profesionalisme guru, sebagai guru adalah:
1. “Program peningkatan kualifikasi keguruan yaitu
pendidikan guru minimal S1. Program ini berupa
kelanjutan studi dan bentuk tugas belajar.
2. Program penyerataan dan sertifikasi diperuntukan bagi
guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya.
3. Program pelatihan terintregasi berbasis kompetensi guna
meningkatkan kompetensinya.
4. Program supervisi pendidkan
5. Program Pemberdayaan MGMP
6. Simposium Guru diharapkan untuk menyebarkan upaya
kreatif yang digunakan dalam pemecahan masalah.
7. Program pelatihan tradisional laiinya. Pada umumnya
mengacu pada satu aspek khusus yang sifatnya aktual
dan penting untuk diketahui oleh para guru misalnya :
CTL, KTSP, Penelituan Tindakan Kelas, Penulisan Karya
Ilmiah dll.
8. Membaca dan menulis jurnal dan karya tulis ilmih
9. Berpatisipasi dalam pertemuan ilmiah
10. Melakukan peneliian khususnya penelitian tindakan kelas
11. Magang
12. Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan
13. Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi
14. Menggalang kerja sama dengan teman sejawat.”.6
6 Udin Syefudin,Op.Cit., hal.105.
16
2.3.1. Faktor Yang Menyebabkan Guru Belum Melakukan Penelitian
Tindakan Kelas
Seperti yang dikutip dalam buku Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
berikut adalah faktor yang menyebabkan guru belum melakukan PTK dalam
proses belajar mengajar;
1. Guru belum memahami profesi guru.
Guru harus memahami fungsi dan perannya di sekolahan. Tidak
hanya sebagai pentransfer ilmu tetapi guru juga adalah sebagai
teladan. Tidak hanya menuntut kreativitas anak, guru juga perlu
mengasah kreativitasnya dengan mengadakan penelitian.
2. Guru malas membaca
Saat ini terlihat banyak guru yang malas membaca. Dengan membaca
akan menambah wawasan guru. Dengan alasan kesibukan mengajar
atau diluar kegiatan lain sehingga tidak ada upaya untuk meluang
waktu untuk membaca. Jarang dilihat guru yang datang ke
perpustakaan untuk membaca. Dengan rajin membaca wawasan guru
bertambah luas.
3. Guru malas menulis
Jika guru malas menulis, sudah dipastikan guru juga malas menulis.
Karena membaca dan menulis sama seperti sisi mata uang. Dengan
membaca akan ada ide untuk ditulis. Menulis adalah proses, untuk
bisa mahir harus dilakukan berulang-ulang. Ketika guru mampu
mengatasi permasalahan dalam mengajar tetapi guru tidak
menuliskan hanya akan untuk dirinya-sendiri tidak bisa memberi
manfaat untuk teman sejawat.
4. Guru kurang sensitif terhadap waktu
Bagi guru yang kurang memanfaatkan waktu dengan baik maka ia
tidak akan mendapatkan prestasi dalam hidupnya. Guru harus sensitif
terhadap waktu, dan berani meluangkan waktunya untuk mengadakan
penelitian.
17
5. Guru terjebak dalam rutinitas kerja.
Kesibukan kerja setiap hari menjadi rutinitas yang tiada henti.
Rutinitas yang dilakukan guru malah bisa membuat guru menjadi
pasif, hari-harinya diisi dengan mengajar saja. Guru harus mampu
mengatur waktu dengan baik. Guru harus bisa keluar dari rutinitas
kerja yang sudah membosankan.
6. Guru kurang kreatif dan inovatif
Guru yang sudah merasa berpengalaman membuat guru menjadi
kurang kreatif. Dia merasa cukup, tidak ada upaya untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Bahkan untuk membuat program semester atau
rencana pelaksanaan pembelajaran hanya sekedar copy paste. Untuk
menjadi kreatif perlu kemauan yang kuat dan inovasi yang terus
menerus.
7. Guru malas meneliti
Masih banyak guru yang beranggapan kalau meneliti itu hanya untuk
yang ingin naik tingkat saja, atau beranggapan meneliti itu ibarat
mengerjakan skripsi yang dirasa sulit. Penelitian diselenggarakan
untuk memperbaiki hal-hal yang telah dilakukan agar menjadi lebih
baik. Guru yang terbiasa meneliti akan segera memperbaiki
kinerjanya. Sebenarnya meneliti itu tidak sulit, rasa sulit itu hanya
berasal dari guru.
8. Guru kurang memahami PTK
Kenyataannya yang ada adalah banyak guru yang kurang memahami
PTK. Walau sebenarnya banyak referensi tentang jenis penelitian ini.
Kemauan untuk memahami PTK juga harus muncul dari guru, tidak
hanya menunggu bimbingan dari penyelenggara pendidikan.7
Sejalan dengan faktor-faktor yang menyebabkan guru belum membuat
tindakan kelas dalam proses belajar mengajar PTK juga mempunyai kelemahan
yang membuat guru kesulitan daam melaksanakannya. Hal ini seperti yang
dinyatakan oleh Kunandar.
7 Wijaya Kusuma, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Permata Puri Media ,
Kembangan, Jakarta Barat, hal.2.
18
Kelemahan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut,
1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dan teknik dasar para
pihak peneliti (guru). Penelitian tindakan kelas yang lazimnya
dilakukan oleh guru, pelatih, pengelola, pengawas, kepala sekolah,
dan widyauswara dan pihak-pihak laiinya yang selalu peduli dengan
ketimpangan atau kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya dan
berkehendak untuk memperbaikinya. Karena para praktisi ini
biasanya berurusan dengan hal-hal yang praktis. Mereka kurang
dilengkapi dengan pengetahuan dan kerampilan tentang teknik
dasar PTK. Hal ini di perparah oleh perasaan bahwa kegiatan
penelitian hanya layak dilakukan oleh para praktisi kampus yang
bergeut dengan kegiatan ilmiah, sehingga para praktisi (guru) pada
umumnya kurang tertarik untuk meakukan penelitian.
2. Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan komitmen
peneliti untuk terlibat dalam prosesnya. Faktor waktu ini dapat
menjadi kendala yang cukup besar. Hal ini di sebabkan belum
optimalnya pembagian waktu antara untuk kegiatan rutinnya dengan
aktivitas PTK. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan waktu yang
optimal sehingga kegiatan rutin dan aktivitas penelitian dapat
dilaksanakan secara efektif, sebab pada hakekatnya kegiatan PTK
dapat dilakukan bersama-sama tanpa saling mengganggu dengan
tugas rutin (mengajar). Disamping itu pula perlu ditanamkan
komitmen yang tinggi untuk melakukan perubahan, karena
perubahan berarti kerja keras dan perubahan melalui PTK benar-
benar menuntut penyediaan tenaga, pikiran dan waktu serta sikap
yang baru.8
2.4. Penelitian Tindakan Kelas Suatu Tinjauan Teoritis
2.4.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu
pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Diimplementasikan dengan baik dan benar artinya pihak yang terlibat dalam PTK
( guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi
8 Kunandar, Langkah Mudah Melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 69
19
dan memecahkan masalah-masalah yang tejadi dalam pembelajaran dikelas
melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memcahkan masalah atau
memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya
untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplemantasikan dengan benar,
artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat
menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) dikalangan para guru. PTK
menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan
penelitian ini menepatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola
kerjanya bersifat kolaboratif.
Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan kelas(action
recearch), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umumnya. Jadi,
sebelum membahas penelitian tindakan perlu didenfinisikan terlebih dahulu
tentang penelitian secara umum.
“Penelitian adalah suatu kegiatan pendidikan yang
dilakukan menurut metode ilmiah atau teknologi baru,
menentukan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga
dapat dirumuskan teori dan atau proses gejala sosial. Penelitian
juga bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data
atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut
dianalisis untuk dicari kesimpulannya”.9
Penelitian ilmiah pada dasarnya adalah usaha mencari kebenaran
perolehan makna tentang suatu yang dikaji. Memahami makna berarti memahami
hakikat suatu keberadaan, fakta dan kkejadian-kejadian sebagai suatu
kausalitas.Penelitian tindakan (action recearch) memiliki ruang likup yang lebih
9 Kunandar, 2011, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru, Rajawali Pres, Jakarta, hal. 42
20
luas dari PTK karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas didalam
kelas, tetapi bisa diluar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan
masyarakat. Ada beberapa pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai
berikut:
Kurt Lewin yang dikutip dalam buku Kunandar mengatakan “penelitian tindakan
adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri dari empat tahap, yakni
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi”.10
Sedangkan pendapat menurut Ebbout yang dikutip oleh Kunandar,
“Penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai tindkan hasil tindakan-tindakan
tersebut”.11
Pendapat Wallance yang dikutip oleh Kunandar menyebutkan bahwa,
“penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data
atau informasi secara sistematis tentang praktik keseharian
dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-
keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan dimasa
mendatang”.12
Dari beberapa pendapat diatas penelitian tindakan dapat disimpulkan
memiliki tiga prinsip, yakni: (1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu
program atau kegiatan; (2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas guru suatu
program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut; dan (3) adanya
tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
Mengacu pada prinsip diatas, penelitian tindakan dapat diartikan sebagai suatu
10
Kunandar, Log.Cit., hal. 43. 11
Ibid. 12
Ibid.
21
penelitian yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya
atau bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan,
dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan
untuk memperbaiki mutu dan meningkatkan proses pembeljaran dikelasnya
melalui tindakan tententu dalam suatu silklus.
PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. Fokus PTK pada siswa dan
proses belajar mengajar (PMB) yang terjadi dikelas. Tujuan utama PTK adalah
untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dikelas dan meningkatkan
kegiatan nyata guru dalam kegitan pengembangan profesinya.
Jadi penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep yaitu sebagai berikut:
1. “Penelitian adalah aktifitas mencermati suatu objek tetentu
melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan
dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah sutu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau
kualitas proses belajar mengajar.
3. Kelas adaah sekelompok siswa yang ada dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.”13
Dari definisi tersebut diatas dalam konteks kependidikan, PTK mengandung
pengertian PTK yang berarti adalah suatu bentuk kegiatan refleksi diri yang
dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk
memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan
mereka; (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut; (c) situasi
dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.
13
Kunandar, Op.Cit., hal.45.
22
Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan suatu kegiatan ilmiah yang
dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan
dan mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus kolaboratif
dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu
proses pembelajaran dikelasnya.
Menurut Rochiyati yang dikutip dalam buku Kunandar
“Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif
meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif,
dimana uraiannya bersifat deskriptif daam bentuk kata-kata, peneliti
merupakan instrumen utama dalam mengumpulkan data, proses
sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada
pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari
suatu kegiatan”.14
Penelitian tindakan kelas harus dilakukan dikelas yang sehari-hari diajar,
bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah. Hal
ini disebabkan karena PTK adalah suatu penelitian yang berbasis kepada kelas.
Penelitian dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau
dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah,
pengawas, widyaiswara, dosen dan pihak lain yang berkaitan dengan PTK. Hasil
PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai
dengan kondisi dan karakteristik sekolah siswa dan guru. Melalui PTK guru
dapat mengembangkan model-model mengajar bervariasi, penegelolaan kelas
yang dinamis dan kondusif, serta penggunaaan media dan sumber beajar yang
tepat dan memadai. Dengan penerapan hasil-hasil PTK secara berkesinambungan
14
Kunandar, Op.Cit., hal. 46.
23
diharapkan PBM disekolah (kelas) tidak kering dan membosankan serta
menyenangkan siswa.
2.4.2. Latar belakang perlunya guru melakukan PTK
Upaya peningkatan mutu pendidikan harusah dilaksanakan dengan
menggerakan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem
mutu pendidikan. Subsistem yang utama dan pertama adalah dalam meningkatkan
mutu pendidikan adalah faktor guru. Ditangan gurulah hasil pembelajaran yang
merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan, yakni
pembelajaran yang baik sekaligus bernilai sebagai pemberdayaan kemampuan dan
kesanggupan peserta didik. Tanpa guru yang dapat dijadikan andalannya, mustahil
suatu sistem pendidikan dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan.
Maka prasyarat utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses
beajarmengajar yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya
guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntuntan
tugasnya. Mutu pendidkan pada hakekatnya adalah bagaimana proses belajar
mengajar yang dilakukan guru dikelas berlangsung dengan baik dan bermutu.
Jadi, mutu pendidkan ditentukan didalam kelas melalui PBM.
Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kretif dan
inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Karena dengan
peningkatan mutu proses pembelajaran dikelas, maka mutu pendidikan dapat
ditingkatkan. Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
proses PBM di kelas harus dilakukan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
24
melaksanakan PTK. Dengan PTK kekurangan dan kelemahan yang terjadi dalam
PBM dapat terdeteksi dan teridentifikasi, untuk selanjutnya dicari solusi yang
tepat. Seperti yang dinyatakan oleh Kunandar bahwa:
PTK umumnya diarahkan pada kebutuhan praktis dalam
pendidikan. Selama ini penelitian-penelitian pendidikan sudah
banyak dilakukan, tetapi kurang dirasakan dampaknya dalam
meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Hal ini sekurang-
kuragnya disebabkan oleh dua faktor. Pertama, penelitian
pendidikan pada umumnya dilakukan oleh pakar peneliti dari
perguruan tinggi serta lembaga pendidikan mandiri. Oleh karena
itu, meskipun kelas sering kali digunakan sebagai tempat
penelitian sering kali digunakan sebagai tempat penelitian,
permasalahan yang diteliti kurang dihayati oleh guru. Hal ini
disebabkan guru tidak dilibatkan secara aktif dan partisipatif
dalam penelitian tersebut, tetapi hanya dijadikan sebagai
penelitian objek semata. Kedua, penyebarluasan hasil penelitian
kepada kalangan praktisi dilapangan (guru) seringkali tidak
sampai, klaupun sampai sangat hangat. Padahal dilapangan,
guru-guru banyak menemukan masalah yang harus dipecahkan
untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran
dikelas. Hal ini perlu dicarinya alternatif yakni dengan guru
perlu melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk
mengatasi permasalahan pembelajaran yang diihadapi di kelas.15
Guru banyak mengalami persoalan pembelajaran, baik itu yang
berhubungan dengan pemahaman materi,penggunaan metode, media maupun alat
evaluasi. Untuk mengatasi persoalan itu diharapkan guru melakukan tindakan-
tindakan secara sistematis, terarah dalam suatu proses, sehingga ada perubahan
dan perbaikan. Usaha yang dilakukan secara dilakukan secara sistematis dan
terarah tersebut, dengan mengkombinasikan prosedur penelitian dan tindakan
yang bersifat inkuiri, disusun dalam bentuk laporan.
Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktik pembelajaran di
kelas, baik dilihat dari interaksi siswa dalam PBM atau hasil pembelajaran secara
15
Kunandar, Op.Cit., hal. 50.
25
reflektif. PTK dapat dilaksanakan secara terintregasi dengan kegiatan
pembelajaran di kelas sehari-hari sehingga tidak menggangu tugas pokok guru.
Dalam pelaksanaannya, guru yang sedang melakukan PTK berarti meneliti
sendiri aktivitasnya sendiri, dikelasnya sendiri, dengan melibatkan siwanya
sendiri, melakukan langkah-langkah yang direncankan, melalui langkah-langkah
yang direncanakan sendiri, dan dievaluasi sendiri. Meskipun dalam
pelaksanaannya PTK memerlukan pengamat, peran terbesar ada pada guru yang
berperan sebagai peneliti sekaligus pelaksana PTK. Melalui pelaksanaan PTK,
guru dapat mengadaptasi teori yang ada, untuk kepentingan proses dan hasil
pembelajaran yang lebih efektif, optimal dan fungsional. Melalui PTK seorang
guru memperoleh pemahaman tentang apa yang yang harus dilakukan, merefleksi
diri untuk memahami dan menghayati nilai pendidikan dan pembelajaran sendiri,
dapat bekerja secara kontekstual, dan mengerti tentang sejarah pendidikan dan
persekolahannya. Beberapa alasan PTK menjadi salah satu pendekatan dalam
meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran adalah:
(1) merupakan pendekatan pemecah masalah bukan
sekedar trial and eror; (2) menganggap masalah-masalah yang
dihadapi guru dalam pembelajaran; (3) tidak perlu
meninggalkan tugas utamanya; (4) guru sebagai peneliti; (5)
mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru; (6)
dapat dilaksankan pada saat muncul kebutuhan; (7) dilaksankan
dengan tujuan perbaikan; (8) murah biayanya; (9) desain lentur
atau fleksibel; (10) analisis seketika dan data tidak rumit; (11)
manfaat jelas dan langsung.16
16
Kunandar, Op.Cit., hal. 51.
26
2.4.Sejarah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pada saat ini PTK berkembang dengan pesat dinegara maju seperti
Amerika Serikat, Kanada , Australia, Inggris dan beberapa negara maju lainnya.
Hal ini disebabkan jenis peelitian ini memiliki kekhasan dan kekhususan serta
karakteristik tersendiri dibandingkan dengan penelitian pada umumnya. PTK
diyakini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar dikelas, dengan meihat
berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi di
kelas. PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan sehingga membicarakan
PTK berarti membahas sejarah penelitian tindakan.
“Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang
dalam mengkoordinasi suatu keadaan sehingga mereka dapat
mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka
dapat diakses orang lain”.17
Dalam prakteknya maupun perseorangan dengan harapan pengalaman
mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kinerja kualitas
orang lain. Secara praktis penelitian tindakan pada umumnya sangat tepat untuk
meningkatkan kualitas subjek yang hendak diteliti. Subjek pennelitian ini dapat
berupa kelas atau sekelompok orang yang bekerja diindusrti atau lembaga kerja
sosial lain yang berusaha meningkatkan kuaitas kinerja. Dilihat dari aspek sejara
penelitian tidakan pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli psikolog sosial
yang bernama Kurt Lewin dipandang sebagai tokoh penelitian tindakan terutama
untuk bidang psikolog sosial dan pendidikan. Penelitian yang emansipatoris
berhubungan dengan gerakan sosial dibidang pendidikan, Kemmis 1993. Hal itu
17
Kunandar, Op.Cit., hal. 53.
27
sebagai ekspresi dan aspirasi nyata dan praktis untuk mendorong didunia sosial.
Pendidikan menjadi lebih baik engan melakukan tindakan-tindakan perbaikan
sosial bersama. Kemudian memahami bersama makna tindakan-tindakan ini dan
berbagai situasi dan tempat perbaikan tindakan-tindakan perbaikan dilaksanakan.
Penelitian tindakan di indonesia dikena pada dekade 80 an. Oleh karena itu
keberadaanya belum terlalu dikenal luas dan mapan. Keberadaannya sebgai suatu
penelitian maih menjadikan pro dan kontra , terutama jika dikaitkan dengan bobot
keilmiahannya. Di Indonesia, penelitian tindakan kelas mulai muncul ke
permukaan pada waktu upaya-upaya perbaikan mutu pendidkan dicanangkan dan
mulai berkembang dan mereka para guru dapat belajar pada program-program
studi yang ada di lembaga pendidikan.
2.5. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas dapat dibedakan menjadi dua, yakni ciri-
cri umum dan ciri-ciri khusus. Ciri –ciri umum adalah sebagai berikut:
1. “Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi
dan secra langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia
kerja. Ia berkenaan dengan diagnosis suatu maslah dengan
konteks tertentu dan usaha dalam memecahkan masalah dalam
konteks tersebut. Subjeknya bisa siswa di kelas, petatar di
kelas penataran, mahasiswa dan dosen diruang kuiah dan
sebagainya.
2. Memberikan kerangka kerja yang teratur dan kepada
pemecahan maslah praktis. Penelitian tindakan juga bersifat
empiris artinya ia mengandalkan observasi nyata dan data
perilaku.
3. Fleksibel dan adaptif sehingga memungkinkan adanya
perubahan selama masa percobaan dan pengabaian
pengkontrolan karena lebih menekankan sikap tanggap dan
penguji cobaan serta pembaharuan ditempat kejadian atau
pelaksana PTK.
28
4. Partisipatori karena penelitia dan anggota tim peneliti sendiri
ambil bagian secara langsung atau tidak langsung dalam
melakukan PTK.
5. Self evaluation, yaitu modifikasi secara kontinu yang
dievaluasi dalam situasi yang ada, yang tujuan akhirnya
adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan cara
tertentu.
6. Perubahan dalam praktik didasari informasi atau data yang
memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
7. Secara ilmiah kuarang ketat karena kesakhihan internal dan
eksternalnya lemah meskipun diupayakan untuk dilakukan
secara sistematis dan ilmiah”.18
Sementara itu, ciri –ciri penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. “Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada
peningkatan pendidikan. Komitmen tersebut ada
kemungkinan setiap yang terlibat memberikan andil besar
yang berarti demi tercapainya peningkatan yang mereka
sendiri dapat ikut rasakan.
2. Dalam penelitian tindakan kelas, ada maksud jelas untuk
melakukan intervensi kedalam dan peningkatan
pemahaman dan praktik sesorang serta untuk menerma
tanggung jawabnya sendiri.
3. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang
berpengetahuan, berkomitmen, dan bermaksud. Tindkan
dalam PTK direncanakan berdasarkan hasil refleksi kritis
terhadap praktik terkait berdasarkan nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya. Tindakan dalam PTK juga
dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa
situasi dapat diubah kearah perbaikan.
4. Dalam PTK dilakukan pemantauan sistemik untuk
menghasilkan data dan informasi yang valid.
5. Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik
tentang tindakan.
6. Perlunya validasi yaitu validasi diri, sejawat dan publik”.
2.6. Karakteristik dan Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK)
PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK
memiliki berbagai karakteristik sebagai berikut:
18
Kunandar, Op. Cit., hal. 56.
29
1. On the join problem oriented (masalah yang diteliti adalah
maslah riil dan nyata yang mincul dari dunia kerja penelitui
yang ada dalam kewenagan atau tanggunga jawab peneliti).
Dengan demikian PTK didasarkan pada masalah yang
benar-benar dihadapi guru dalam proses belajar mengajar
dikelas.
2. Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan
masalah). PTK dilakukan oleh guru dalam PBM dikelasnya
melalui tindkan tertentu sebagai upaya penyempurnaan
proses pembelajaran dikelas. PTK akan dilaksanakan sejak
awal dan dini menyadari permasalahan dalam praktik
pembelajaran sehari-hari yang dihadapi guru.
3. Improvment oriented(berorientasi pada peningkatan mutu)
PTK dilaksankan dalam kerangka untuk memperbaiki mutu
proses belajar mengajar yang dilakukan guru dikelasnya.
PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik
kualitas proses pembelajaran maka semakin baik pula hasil
belajar yanh dicapai siswa.
4. Siklus. Konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui
urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang. Yaitu
terdiri dari empat tahapan melimputi, perencanaan tindakan,
melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis
atau refleksi.
5. Actions Oriented. Dalam PTK selau didasarakan pada
adanya tindakan atau treatment tertentu untuk memperbaiki
masalah PMB yang dihadapi guru dikelas. Tindakan itu
benar-benar dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi saat itu daam konteks dan situasi saat itu pula.
6. Pengakajian terdahap dampak tindakan. Dampak tindakan
harus mengkaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah
memberikan dampak positif, yang tidak diduga sebelumnya
atau bahkan menimbulkan dampak negatif yang merugikan
peserta didik.
7. Specifik contectual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahan
praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM dikelas.
Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang
sifatnya spesifik kontektual dan situasional sesuai dengan
karakteristik siswa dalam kelas tersebut
8. Parsipatory (collaboratif). PTK dilaksanakan secara
Kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman
sejawat. Jadi dalam PTK perlu adanya partisipasi dari pihak
lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan
untuk mendukung objektifitas dari hasil PTK.
9. Peneliti sekaligus menjadi praktisi yang melakukan refleksi.
Kegiatan penting dalam PTK laiintya adalah adanya refleksi.
30
Dalam refleksi ini ada banyak hal yang perlu dilaksanakan
yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan
memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan
lain dalam siklus berikutnya.
10. Dilaksanakan dalam beberapa siklus rangkaian kegiatan
yang terdiriri dari serangkaian langkah diman satu siklus
terdiri dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa
siklus.19
Sedangkan tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas yang dialami langsung oleh interaksi antara
guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan
profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya akademik
dikalangan apara guru.
2. Peningkatan kualiats praktik pembelajaran dikelas secara
terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara
cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan hal ini dicapai melalui
peningkatan proses pembelajaran.
4. Sebagai alat training in service yang melengkapi guru
dengan skill dan metode baru. Mempertajam kekuatan
analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
5. Sebagai alat ukur untuk memasukkkan pendekatan yang
berkelanjutan dan biasanyaa menghambat inovasi dan
perubahan.
6. Peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan praktik
pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai
jenis ketrampilan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa.
7. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga
kependidikan.
8. Menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah,
sehingga tercipta sistem proaktof dalam melakukan
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelajutan.
9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan atau
perbaikan proses pembelajaran disamping untuk
meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga
ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber-sumber yang terintegrasi didalamnya. 20
19
Kunandar, Op.Cit., hal. 58. 20
Kunandar, Op.Cit., hal. 63.
31
2.7. Output dan Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas
Sedangkan output dari PTK adalah:
1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa
di sekolah.
2. Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di
kelas.
3. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan
media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.
4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan
alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan
hasil belajar siswa.
5. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah
pendidikan anak di sekolah.
6. Peningkatan perbaikan kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangkan kompetensi siwa di sekolah.21
Sedangkan pentingnya PTK bagi guru adalah:
1. Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan kinerja guru.
3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas.
4. PTK tidak menggangu tugas pokok guru, artinya kegiatan
PTK tidak memungkinkan guru mengadakan penelitian
terhadap kegiatan pembelajaran tanpa harus meninggalkan
kegiatan utamanya sebagai pengajar dan pendidik.
5. Guru menjadi kreatif.
6. Guru melaksanakan PTK berarti guru telah menerapkan
pengajaran yang reflektif.
7. Dengan melaksankan PTK guru dapat segera memikirkan
cara memecahkan masalah yang dihadapinya ketika
melaksanakan proses pembelajaran.
8. Kegiatan PTK dapat menjebatani kesenjangan antara teori
dengan fakta empiris.22
21
Kunandar, Op.Cit.,hal. 64. 22
Kunandar, Op.Cit., hal. 65.
32
2.8. Fokus dan Komponen PTK
Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau proses belajar mengajar
yang terjadi didalam kelas, dan bukan pada input kelas, seperti silabus dan materi.
PTK harus tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Pengertian kelas
dalam PTK tidak hanya terbatas pada kelas yang sedang aktif melangsungkan
proses belajar mengajar dikelas, dapat juga terjadi ketika siswa sedang karya
wisata , di laboratorium, di kebun, di masyarakat, dan berbagai tempat
lainnya.Objek yang menjadi fokus penelitian kelas antara lain:
1. Siswa yang dapat dicermati ketika siswa tersebut sdang
melakukan aktifitas
2. Guru yang dapat dicermati ketika mengajar di kelas.
3. Media atau alat peraga pendidkan dapat dicermati ketika guru
sedang menggunakan media atau alat peraga dalam proses
belajar mengajar.
4. Hasil pembelajaran dapat dicermati peningkatan hasil belajar
siswa.
5. Sistem evaluasi dan hasil pembelajaran.
6. Lingkuangan baik didalam atau diluar kelas.23
2.9. Prinsip dan Manfaat PTK
Prinsip dan pelaksaan PTK adalah sebagai berikut:
1. Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar.
2. Tidak boleh terlalu menyita banyak waktu.
3. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya.
4. Maslah yang dikaji benar-benar ada dan dihadapi guru.
5. Memegang etika kinerja.
6. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses belajar mengajar.
7. PTK menjadi media berpikir guru untuk berfikir kritis dan
sistematis.
8. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang
bernilai akademik dan ilmiah.
9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang kongkret, jelas
dan tajam.
23
Kunandar, Op.Cit., hal. 66
33
10. Pengumpulan data atau informasi PTK tidak boleh terlalu
banyak menyita waktu dan terlalu rumit.24
Manfaat PTK dilihat dari dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis:
1.Manfaat aspek akademis untuk membantu guru menghasilakan
pengetahuan yang shakhih dan relevan bagi kelas mereka untuk
meningkatkan mutu pembelajaran dalam jangka pendek.
2. Manfaat praktis PTK antara lain:
a. Merupakan pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah.
Peningkatan mutu dan perbaikan proses pembelajaran yang
dilakukan guru secara rutin merupakan wahana pelaksana
inovasi pembelajaran.
b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, artinya dengan
guru melakukan PTK maka guru telah melakukan implementasi
kurikulum dan tataran praktis, yakni bagaiman akurikulum itu
dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi . sehingga
pembelajaran lebih aktif, menarik dan menyenangkan”.25
2.10. Kelebihan dan Kekurangan PTK
Penelitian tindakan kelas sebagaimana jenis penelitian lainnya memiliki kelebihan
da kekurangan. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan tersebut,
diharapkan peneliti dapat iivitas dan mengantisipasi kekurangan tersebut dan
mampu mengoptimalkan kelebihan tersebut.
Shumsy dan Suwarsih dalam Kunandar menyatakan bahwa kelebihan PTK
adalah sebagai berikut:
1. “Kerja sama dalam PTK menimbulkan rasa memiliki.
2. Kerja sama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikiran
kritis dalam hal ini sekaligus guru sebagai peneliti.
3. Melalui kerja sama kemungkian berubah meningkat.
4. Kerja sama dalam PTK meningkatkan kesepakatan
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi”.26
Sementara itu, kelemahan dalam PTK adalah sebagai berikut:
24
Kunandar, Op,Cit., hal. 67. 25
Kunandar, Op.Cit., hal. 68. 26
Kunandar, Op.Cit., hal. 69.
34
1. “Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan guru dalam
teknik dasar PTK pada pihak peneliti (guru).
2. Berkenaan dengan waktu. Karena PTK memerlukan
komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor
waktu ini dapat menjadi kendala yang cukup besar. Hal ini
disebabkan belum optimalnya pembagian waktu untuk
kegiatan rutinnya dengan aktivitas PTK. Disamping itu
diperlukan perubahan untuk kearah perbaikan dengan
mreneriam ketersediaan untuk mengakui kekurangan guru,
kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru, dorongan
unuk menemukan gagasan baru, waktu yang tersedia untuk
melakukan percobaan, kepercayaan timbal balik antara yang
terlibat dalam PTK”.27
2.11. Empat Aspek Pokok dalam Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Kemmis dan MC Taggart dalam Kunandar, penelitian tindakan
kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari
empat momentum esensial yaitu sebagai berikut:
1. “Penyusunan rencana, adalah mengembangkan rencana tindakan
secara kritis untik meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana
penelitian tindakan kelas hendaknya tersusun dari segi definisi
harus prospektif dalam tindakan, rencana itu harus memandang
kedepan. Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan hasil
pengamatan awal yang refleksif. Hasil pengamatan awal terhadap
proses yang terjadi dalam situasi yang ingin diperbaiki dituangkan
dalam bentuk catatan lapangan dalam situasi yang akan
ditingkatkan atau diperbaiki.
2. Tindakan, yang dimaksud adalah dilakukan secara sadar dan
terkendali yang merupakan variasi cermat dan bijaksana. Praktik
diakui dalam gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan
sebagai pijakan bagi pengembangan tidakan- tindakan berikutnya.
Salah satu perbedaan penelitian tindakan dan penelitian biasanya
adalah bahwa penelitian tindakan diamati, pelakunya
mengumpulkan bukti, tentang tindakan mereka agar dapat
sepenuhnya menilainya. PTK didasarkan atas pertimbangan
teoritis dan empiris agar hasil yang diperoleh berupa
peniongkatan PBM optimal.
3. Observasi, berfungsi untuk mempengaruhi tindakan terkait.
Observasi berorientasi kemasa yang akan datang memberikan
dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih ketika putaran sekarang
27
Kunandar, Op.Cit., hal. 69.
35
ini berjalan. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan
dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat
responsif. Observasi dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan
data yang berupa proses perubahan kinerja PBM.
4. Refleksi, adalah mengingat dan merennungkan suatu tindakan
persis seperti yang telah dicacat dalam observasi. Refleksi
berusaha memahami proses , masalah persoalan, dan kendala
nyata dalam tindakan strategis. Dalam refleksi ada beberapa
kegiatan penting diantaranya, (a) merenungkan kembali mengenai
kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan; (2)
menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjai selama
pelaksanaan kegiatan tersebut berlangsung; (3) memperkirakan
solusi atas keluhan yang muncul; (4) mengidentifikasi kendala atau
ancaman yang mungkin dihadapi; (5) memperkirakan akibat dan
implikasi atas tindakan yang direncanakan. Kegiatan refleksi itu
terdiri dari empat aspek pokok, yaitu: (1) analisis data hasil
observasi; (2) pemaknaan hasil analisi; (3) penjelasan hasil
analisi; (4) penyimpulan atas maslah itu teratasi atau tidak”.28
28
Kunandar, Op.Cit., hal. 68
36
2.12. Kerangka Berfikir Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas
pembelajaran. Penelitian ini belum banyak dilaksanakan oleh sebagian besar guru
yang mengajar di SMP N di Ambarawa karena beberapa alasan yang berbeda-
beda dari masing-masing guru. Sehingga banyak guru yang belum membuat
Penelitian tindakan Kelas, tetapi ada beberapa yang sudah melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai tuntutan guru sebagai pengajar Profesional.
Dalam penelitian ini penulis akan mencari faktor apa yang menyebabkan guru
belum membuat penelitian tindakan kelas.
Penelitian Tindakan
Kelas
Identifikasi faktor
penyebab
dilaksanakan
Tidak
dilaksanakan
Memperbaiki PMB