Post on 24-Aug-2019
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
2.1.1.1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial selain itu model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Menurut Wina Sanjaya dalam Hamdani (2010:30)
model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Ibid dalam Hamdani (2010:31) mengemukakan:
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam
orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok
heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya.
Dalam penelitian ini, dipilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share. Selanjutnya terdapat beberapa pengertian mengenai model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan.
Alma (2009:91) menyimpulkan Think Pair Share; pertanyaan diajukan
untuk seluruh kelas, lalu tiap siswa memikirkan jawabannya, kemudian siswa
dibagi berpasangan dan diskusi. Pasangan ini melaporkan hasil diskusinya dan
berbagi pemikiran dengan seluruh kelas.
Menurut Lie (2005:57) Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan
rekannya di Maryland pada tahun 1981.
Slavin (2010:257) menyatakan bahwa:
8
Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa
duduk berpasangan dengan timya masing-masing. Guru
memberikan pertanyaan kepada siswa. Siswa diminta untuk
memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu
berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah
kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para
siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan
seluruh kelas.
Menurut Trianto (2011: 132-133), Think Pair Share dapat memberi siswa
banyak waktu untuk berfikir, merespon, dan saling membantu.
Ibrahim dalam Estiti (2007:10) mengemukakan Think Pair Share memiliki
prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,
menjawab, saling membantu satu sama lain.
International Jurnal of Education Research dalam Brown & Lara (2007)
menyatakan bahwa:
Think Pair Share is a quick cooperation learning activity in
which the instructor ask an open-ended question and then allows
student about a minute to think about it. Next, pair of student
discuss their ideas about the question or problem. Finally, the
instruction soluciti comment or feedback such as a class vote
regarding the question.
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa Think Pair Share adalah
aktivitas cooperative learning yang cepat. Guru mengajukan pertanyaan terbuka
untuk seluruh siswa kemudian memberi siswa beberapa menit untuk memikirkan
jawabannya. Setiap pasangan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan
tersebut. Akhirnya guru mengumpulkan tanggapan dari satu kelas yang
berhubungan dengan pernyataan tersebut.
Menurut Isjoni (2009:-) menyatakan pada tahap Think, terdapat “wait or
think time” yakni waktu berpikir. Maksudnya, siswa diberi waktu terlebih dahulu
untuk memikirkan dan memahami permasalahan yang diberikan. Waktu tersebut
diharapkan dapat digunakan oleh siswa untuk mencari solusi permasalahan yang
diberikan berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Dengan adanya waktu berpikir
ini tentu saja dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan
mengungkapkan pendapatnya. Namun perlu diingat, waktu berpikir ini sebaiknya
9
diberikan batasan yang tidak terlalu lama agar siswa dapat lebih cekatan dalam
berpikir dan dapat segera bertukar pikiran dengan sesama siswa lain seperti yang
terdapat pada langkah berikutnya dari model ini.
Setelah siswa memperoleh solusi versi mereka masing-masing dalam
waktu berpikir tersebut, mereka akan dipasangkan dengan siswa lainnya pada
tahap Pair. Di sini, mereka dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna
memperoleh solusi terbaik dari keduanya.
Selanjutnya guru akan kembali membimbing siswa untuk memasuki
diskusi kelas pada tahap Share. Tiap pasangan akan mempresentasikan solusi
yang telah mereka peroleh pada saat berpasangan. Dengan adanya “pasangan”,
siswa tidak akan merasa malu lagi dalam mengungkapkan pendapatnya ketika
jawaban dari solusi permasalahan yang mereka utarakan dirasa belum memenuhi.
Mereka tidak akan takut salah karena mereka merasa dapat berbagi “rasa malu”
yang mungkin timbul. Pada tahap Share ini juga dapat menyadarkan siswa bahwa
seringkali pendapat mereka yang pada awalnya mereka anggap salah, ternyata
tidak salah sama sekali. Dengan kata lain, secara tidak langsung dapat
menumbuhkan keberanian siswa dalam berkomunikasi di depan kelas.
Dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Keunggulan dan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu
memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa model kooperatif tipe Think Pair Share adalah model
pembelajaran kooperatif yang bertujuan memberi siswa lebih banyak waktu untuk
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain serta mempunyai tiga
tahapan penting yaitu berpikir (think), berpasangaan (pair), berbagi (share).
Tahap pertama yaitu think, guru memberi soal pada siswa kemudian siswa diberi
kesempatan berpikir secara mandiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh
guru. Tahap kedua yaitu pair, guru membagi siswa dalam kelompok berpasangan.
Setiap kelompok pasangan mendiskusikan dan bertukar pikiran untuk mencapai
10
sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Tahapan yang ketiga yaitu share, setiap
kelompok pasangan saling berbagi pendapat mengenai hasil jawaban yang telah
didiskusikan dalam kelompok pasangan dengan seluruh kelas kemudian kelompok
lain dapat memberikan tanggapan dan saran kepada kelompok yang maju.
2.1.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Hamdani (2010:31) mengemukakan ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah
a) Setiap anggota memiliki peran; b) Terjadi hubungan
interaksi langsung diantara siswa; c) Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya; d) Guru membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok; e) Guru
hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nurhadi, dkk dalam Wena
(2009:190) bahwa ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran koperatif, yaitu (a) saling ketergantungan positif (positive
interdependence); (b) interaksi tatap muka (face to face interaction); (c)
akuntabilitas individual (individual accountability), dan (d) keterampilan untuk
menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja
diajarkan (use of collarative/ social skill).
Agus Suprijono (2009:91) mengemukakan ciri-ciri model Think Pair
Share adalah sebagai berikut:
1) “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan
atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru
memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.
2) “Pairing”, pada tahap ini meminta peserta didik berpasang-pasangan. Beri
kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan
diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkan
melalui intersubjektif dengan pasangannya.
3) Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”. Dalam kegiatan
ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian
11
pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajari.
2.1.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibrahim dalam Isjoni (2009:39-41)
model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
1) Hasil belajar akademik.
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki prestasi siswa atau tugs-tugas penting lainnya. Beberapa
ahli pendapat bahwa model ini lebih unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukkan, model struktur penghargaan telah dapat meningkatkan nilai
siswa dalam belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain dari pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari
orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuannya, dan ketidak kemampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk
bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama
lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat
penting untuk dimiliki oleh para siswa sebagai warga masyarakat, bangsa,
dan Negara, karena mengingat kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam
mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan
12
bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk
memenangkan persaingan tersebut.
Trianto (2011:58) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar
belakangnya.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slavin dalam Alma (2009:82) bahwa:
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative
learning yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban
individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Jika
kelompok memperoleh nilai di atas kriteria yang ditentukan
dalam hal hasil yang dicapai, proses pencapaian hasil dengan
kerjasama yang baik dalam kelompok, akan diberikan
penghargaan.
Model pembelajaran kooperatif membuka peluang bagi upaya mencapai
tujuan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik. Seperti yang diungkapkan
Stahl dalam Isjoni (2010:110) “The cooperative behavior and attitudes that
contributed to the success and or failure of there group”. Dalam kelompok
mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individual tetapi merupakan
sesuatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota kelompok tergantung kepada
anggota kelompok lainnya. Seorang yang memilili keunggulan tertentu akan
membagi keunggulannya dengan lainnya. Di samping itu, pembelajaran
kooperatif sekaligus dapat melatih sikap dan keterampilan sosial sebagai bekal
kehidupannya di masyarakat.
Sedangkan menurut Slavin (2010:257) dengan Think Pair Share ketika
guru memberikan pertanyaan kepada siswa, siswa dapat memikirkan sebuah
jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk
mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya para siswa dapat
berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas.
Menurut Agus Suprijono (2009:91) model Think Pair Share mempunyai
tujuan:
13
1) “Thinking” guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan
pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan
kepada mereka memikirkan jawabannya
2) “Pairing” diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban
yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.
3) “Sharing” diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada
pengonstruksian pengetahuan secara integrative. Peserta didik dapat
menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajari.
2.1.1.4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share
Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing, demikian juga dengan pembelajaran Think Pair
Share . Lie (2002:46) mengemukakan kelebihan dari kelompok berpasangan yaitu
1) meningkatkan partisipasi anak, 2) cocok untuk tugas sederhana, 3) lebih
banyak kesempatan untuk mentribusi masing-masing anggota kelompok, 4)
interaksi lebih mudah, 5) lebih mudah dan cepat membentuknya.
Lie (2005:46) mengemukakan kelebihan pembelajaran Think Pair Share
diantaranya sebagai berikut: (1) meningkatkan partisipasi anak, (2) cocok untuk
tugas sederhana, (3) lebih banyak kesempatan untuk mentribusi masing-masing
anggota kelompok, (4) interaksi lebih mudah, (5) lebih mudah dan cepat
membentuknya.
Alma (2009:91) mengemukakan:
Model Think Pair Share merupakan teknik sederhana yang
mempunyai keuntungan dapat mengoptimalkan pertisipasi siswa
mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan pengetahuan. Siswa
meningkatkan daya pikir (think) lebih dulu, sebelum masuk ke
dalam kelompok berpasangan (pair), kemudian berbagi dalam
kelompok (share). Setiap siswa saling berbagi ide, pemikiran atau
informasi yang mereka ketahui tentang permasalahan yang
diberikan oleh guru, dan bersama-sama mencari solusinya.
Menurut Isjoni (2010:112) menyatakan bahwa
Model Think Pair Share adalah memberi siswa kesempatan
untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Selain
itu dapat mengoptimalkan partisipasi siswa, yaitu memberi
14
kesempatan delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arends dalam Trianto (2011:132)
bahwa: “Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi kelas”. Think Pair Share dapat memberi siswa lebih
banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Selain kelebihan, pembelajaran Think Pair Share juga memiliki beberapa
kelemahan antara lain 1) Model pembelajaran Think Pair Share belum banyak
diterapkan di sekolah; 2) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru,
waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal; 3)
Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai
dengan taraf berfikir anak; 4) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan
cara mendengarkan seramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah
secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut maka kelebihan dari
pembelajaran Think Pair Share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan
metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan
hasilnya untuk seluruh kelas, model Think Pair Share ini memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
anak didik.
2.1.1.5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
Adapun langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share adalah
Langkah 1 : Pendahuluan
Pada tahap ini guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan.
Tahap ini dimulai dengan guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan
pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang akan disampaikan.
15
Langkah 2 : Think
Pada tahap ini siswa dituntut berpikir secara individual.Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang
disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk
menuliskan hasil pemikirannya masing-masing. Siswa membutuhkan penjelasan
bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
Langkah 3 : Pair
Selanjutnya, setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan
pasangan. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka
paling benar atau paling meyakinkan. Interaksi selama waktu yang disediakan
dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Guru memotivasi siswa
untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi
dengan LKS berupa kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara
kelompok.
Langkah 4 : Share
Pada langkah ini, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil kelompoknya.
Langkah 5 : Evaluasi
Langkah akhirnya yaitu menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi dan penguatan
terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
2.1.2. Media Pembelajaran
2.1.2.1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Selain itu, kata media juga berasal dari
bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, dan secara harfiah
berarti perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
16
Arsyad (2011:3) mengatakan media berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media
berasal dari kata wasaail yang berarti pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Dalam pengertian ini
guru, buku teks serta lingkungan sekolah merupakan media belajar.
Heinich dkk dalam Arsyad (2011:4) mengemukakan istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi
Televisi, film, foto, radio rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, dan
sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Media pembelajaran sering kali diganti dengan istilah alat bantu atau media
komunikasi seperti yang disampaikan oleh Hamalik dalam Arsyad (2011:4)
dimana ia melihat bahwa komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang
maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi.
Menurut Iswidayati (2010:2), media berasal dari bahasa latin merupakan
bentuk jamak dari ”medium” yang secara harfiah berarti ”perantara” atau
”pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan.
Media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan, atau informasi kepada siswa serta dapat dimanfaatkan
untuk memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran, memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain itu media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak untuk dapat menimbulkan
motivasi belajar, dan membentuk interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
guru, siswa dan lingkungannya dan dapat memacu siswa untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
Selain pendapat tersebut, Sanjaya dalam Hamdani (2010:244) menyatakan
bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan
pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan. Media tidak hanya berupa
17
alat atau bahan, tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan.
Berdasarkan penjelasan para ahli tentang pengertian media pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi yang mengandung tujuan
instruksional kepada penerima pesan dalam pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan,
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat
mendorong keberhasilan proses belajar. Peranan media dalam pembelajaran
adalah sebagai teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pengajaran atau sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi
pembelajaran.
2.1.2.2. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan media yang digunakan dalam
pembelajaran. Fungsi utama media adalah menambah pengalaman serta
menanggulangi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Media
pembelajaran dapat digunakan untuk menggantikan objek-objek riil yang sulit
ditemukan siswa sebagai pengalaman belajar. Materi belajar seperti binatang buas,
organ tubuh manusia, sifat cahaya, planet dan sebagainya yang umumnya sulit
ditemukan secara konkrit, dalam hal ini media pembelajaran dapat digunakan
sebagai sarana untuk menggantikannya, kendati dalam bentuk buku, film, video,
slide, bentuk miniature, film, model atau bentuk gambar-gambar/foto yang
disajikan secara audio, visual, dan audio visual.
Menurut Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011:19) menyatakan bahwa
“Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu
digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar
jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyaikan informasi
dan (3) memberi instruksi”.
Berdasarkan penjelasan mengenai fungsi media dalam pembelajaran
tersebut tampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar
terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, media
18
memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (Guru) menuju penerima
(Siswa). Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungannya, fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan dan hambatannya yang
mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
2.1.2.3. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan, media
pembelajaran terus mengalami perkembangan, tampil dalam berbagai jenis. Dari
sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan pengelompokkan media,
mengarah kepada taksonomi media pendidikan di sekolah yaitu yang dilakukan
oleh Hamdani (2010:248) media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
media visual, media audio, dan media audio visual.
Media visual adalah media yang hanya bisa dilihat dengan menggunakan
indra penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan
dan media yang dapat diproyeksikan. Media yang dapat diproyeksikan bisa
berupa gambar diam atau bergerak. Adapun media yang tidak dapat diproyeksikan
adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang
manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan
atau isi pelajaran, yang akan disampaikan kepada siswa. Media yang
diproyeksikan adalah media yang menggunakan alat proyeksi sehingga gambar
atau tulisan tampak pada layar.
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemampuan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan
program radio adalah bentuk media audio. Penggunaan media audio dalam
pembelajaran pada umumnya untuk menyampaikan materi pelajara tentang
mendengarkan.
Media audio visual merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa
disebut media pandang dengar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan
ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media ini dalam batas-
batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Sebab, penyajian
materi bisa diganti oleh guru, dan guru bisa beralih menjadi fasilator belajar, yaitu
19
memberikan kemudahan bagi para siswa untuk belajar. Contoh media audio
visual, diantarnya program video atau televisi, video atau televisi instruksional,
dan program slide suara.
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, yang dikaitkan
atau dilihat dari berbagai segi. Misalnya taksonomi menurut Bretz dalam Sadiman
(2008:20) mengidentifikasi ciri utama media menjadi 3 unsur yaitu: visual, suara
dan Gerak. Visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang
merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera
penglihatan. Disamping itu Bretz juga membedakan antara media siar
(telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi
media yaitu: Media audiovisual gerak, media audio visual diam, media visual
gerak, media visual diam, media semi gerak, madia audio, media cetak. Rudy
bretz menekanan pada media yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan
menurut Duncan dalam Arief Sadiman (2008:20) Hierarki media
mempertimbangkan aspek aspek antara lain: biaya, kelangkaan, keluesan, cakupan
sasaran, pengadaan, kemudahan. Semakin rumit jenis perangkat media yang
digunakan, semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaannya,
tetapi juga semakin umum penggunaannyadan semakin luas lingkup sasarannya.
Sebaliknya semakin sederhana perangkat media yang digunakan biayanya akan
lebih murah, pengadaannya lebih mudah, sifat penggunaannya lebih khusus, dan
lingkup sasarannya lebih terbatas. Pada dasarnya, hierarki Duncan disusun
menurut tingkat kerumitan perangkat dan media yang digunakan dan menekankan
pada pemanfaatan media dalam pemanfaatanya dalam pendidikan menurut
kerumitan perangkat media. Berbeda lagi dengan Taksonomi menurut Gagne
dalam Sadiman (2008: 21) yang membuat tujuh macam pengelompokan media
yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar
diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar.
Sadiman (2008:19) menyatakan “media atau bahan adalah perangkat lunak
(software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan
mempergunakan peralatan”. Media dalam perkembangannya tampil dalam
berbagai jenis dan format masing-masing dengan ciri dan kemampuannya sendiri.
20
Dari hal tersebutlah muncul pengelompokan atau klasifikasi menurut ciri dan
karakteristiknya.
Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:39) mengemukakan dalam
pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sumber belajar merupakan
komponen dari sistem instruksional, disamping pesan, orang, dan peralatan.
Tetapi yang sering terjadi media masih dikacaukan dengan peralatan. Media atau
bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi
pengajaran yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan yang disebut
perangkat keras (hardware), yang merupakan sarana untuk menampilkan pesan
yang terkandung pada media tersebut.
2.1.2.4. Kelebihan dan Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Gerlach dan Ely dalam Hamdani (2010:245-246) ada tiga
kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut: 1) kemampuan fiksatif,
artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek
atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat
disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti
kejadian aslinya; 2) kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan
kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi)
sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta
dapat pula diulang-ulang penyajiannya; 3) kemampuan distributif, artinya media
mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian
secara serempak, misalnya siaran TV atau radio.
Menurut Iswidayati (2010:10-11) media pembelajaran mempunyai
kelebihan dalam beberapa hal di antaranya: a) Media pembelajaran dapat
mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan
melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan
tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang
dipelajari, maka obyeknya lah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud
bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang
21
dapat disajikan secara audiovisual dan audial; b) Media pembelajaran dapat
melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara
langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang
disebabkan karena : obyek terlalu besar, obyek terlalu kecil, obyek yang bergerak
terlalu lambat, obyek yang bergerak terlalu cepat, obyek yang terlalu kompleks,
obyek yang bunyinya terlalu halus, obyek mengandung berbahaya dan resiko
tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat
disajikan kepada peserta didik; c) Media pembelajaran memungkinkan adanya
interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya; d) Media
menghasilkan keseragaman pengamatan; e) Media dapat menanamkan konsep
dasar yang benar, konkrit dan realistis; f) Media membangkitkan keinginan dan
minat baru; g) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk
belajar; h) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak.
Selain memiliki kelebihan, media pembelajaran juga memiliki manfaat
antara lain: 1) lebih menarik perhatian; 2) menumbuhkan motivasi belajar; 3)
bahan pengajaran lebih terstruktur, logis, dan jelas; 4) metode pembelajaran dapat
bervariasi; 5) pembelajar banyak melakukan kegiatan belajar.
2.1.2.5. Kriteria Pemilihan Media
Sanjaya dalam Hamdani (2010:257) mengungkapkan dalam memilih
media pembelajaran yang tepat, yaitu menggunakan kata ACTION (Access, Cost,
Technology, Interactivity, Organization, Novelty). Access artinya kemudahan
akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media. Apakah media yang
diperlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan. Akses juga juga
menyangkut aspek kebijakan, apakah media tersebut diizinkan untuk digunakan.
Cost artinya pertimbangan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan suatu
media harus seimbang dengan manfaatnya. Technology artinya ketersediaan
teknologinya dan kemudahan dalam penggunaannya. Interactivity artinya mampu
menghadirkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Organization artinya
dukungan organisasi atau lembaga dan cara pengorganisasiannya. Novelty artinya
22
aspek kebaruan dari media yang dipilih. Media yang baru biasanya lebih menarik
dan lebih baik.
Selain kriteria-kriteria yang telah diuraikan menurut Hamalik dalam
Sanaky (2009:33) mengemukakan desain media juga harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Alat-alat yang dibuat harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)
Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita; b) Ilmiah, sesuai
dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan oleh kita; c) Ekonomis, sesuai
dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat, dan efisien; d) Praktis, dapat
digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan bersifat sederhana.
2.1.2.6. Media Power Point
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah microsoft power
point. Program ini adalah salah satu aplikasi dalam paket microsoft office.
Dengan bantuan media power point, seorang guru dapat mempresentasikan
materi ajar kepada siswa bisa lebih mudah dalam mentransformasikan ilmunya
melalui presentasi yang diberikan oleh seorang guru kepada anak didiknya di
kelas. Disamping memudahkan seorang guru menguasai kelas dan membantu
anak-anak didik untuk tetap fokus dengan apa yang diterangkan oleh seorang
guru.
Menurut Hamalik (2008:-) menyatakan bahwa jenis teknologi yang
digunakan dalam pengajaran terdiri dari media audiovisual (film, filmstrip,
televisi, dan kaset video) dan komputer. Media komputer adalah salah satu
media interaktif yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara
cermat, cepat dan hasil yang akurat. Sebagai sebuah media pembelajaran
komputer dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap mata
pelajaran tertentu. Selain itu, komputer sendiri dapat berfungsi sebagai salah
satu sumber informasi, dengan demikian dapat menjadi sumber belajar bagi
seorang siswa beberapa bagian utama dalam pembelajaran yang menggunakan
media komputer. Dalam perkembangannya komputer dewasa ini, memiliki
kemampuan menggabungkan berbagai peralatan antara lain: CD player, video
tape, dan audio tape.
23
Microsoft Office Power Point adalah suatu jenis program yang
tergabung dalam Microsoft Office Power Point sebagai program aplikasi yang
dirancang khusus untuk menampilkan program multimedia. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Riyana dalam Smaldino (2011:102) bahwa Program Power
Point merupakan salah satu software yang dirancang secara khusus untuk
mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah karena tidak
membutuhkan bahan baku selain alat untuk menyimpan data (data storage).
Riyana dalam Smaldino (2011:103) mengatakan prosedur
pengembangan media menggunakan Microsoft Office Power Point dilakukan
melalui empat tahap yaitu identifikasi program, mengumpulkan bahan
pendukung, proses pembuatan di Microsoft Office Power Point dan penggunaan
program tersebut yang sebelumnya telah dilakukan review program. Identifikasi
program dimaksudkan untuk melihat kesesuaian antara program yang dibuat
dengan materi, sasaran dan sumber pendukung seperti animasi, gambar, video
dan sebagainya. Mengumpulkan bahan pendukung dapat dilakukan dengan cara
memproduksi sendiri bahan-bahan yang diperlukan dan dapat dilakukan dengan
cara browsing. Setelah bahan terkumpul selanjutnya proses pengerjaan di
Microsoft Office Power Point sampai selesai.
Program Power Point adalah salah satu software yang dirancang khusus
untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah
dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak
membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage).
Power Point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan yaitu 1)
Personal Presentation, pada umumya power point digunakan untuk presentasi
dalam classical learning. Pada penyajian ini power point sebagai alat bantu
bagi guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan bantuan media power
point. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru; 2) Stand Alone,
pada pola penyajian ini power point dirancang khusus untuk pembelajaran
individual yang bersifat interaktif, meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu
tinggi namun power point mampu menampilkan feedback yang sudah di
24
program; 3) Web Based, pada pola ini power point dapat diformat menjadi file
web (html) sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat
menampilkan internet.
Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk
presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point
merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi.
Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa
Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical
learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola
penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan
materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru.
Power Point juga merupakan peranti lunak presentasi yang
menyediakan format untuk menampilkan visual berbasis komputer dengan
sebuah proyektor digital. Peranti lunak ini bisa digunakan untuk membuat
program aktif sendiri dengan visual dan suara yang menyertai. Ini bermanfaat
menghemat waktu ketika presenter tidak harus membahas tentang topik. Berkas
audio yang dengan mudah dilampirkan bisa meningkatkan presentasi bergerak
dengan menyediakan selingan musik. Aplikasi ini bisa digunakan di pusat
media atau sebagai sebuah display.
Sanaky (2009:-) menyatakan bahwa Microsoft Power Point adalah
program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di
bawah Microsoft Office program komputer dan tampilan ke layar dengan
menggunakan bantuan LCD projector. Keuntungan terbesar dari program ini
adalah tidak perlunya pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam
Microsoft Office salah satu program komputer. Jadi, pada waktu penginstalan
program Microsoft Office dengan sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini
akan mengurangi beban hambatan pengembangan pembelajaran dengan
komputer.
Menurut Kawanua (2010:-) Microsoft Power Point adalah suatu
software yang akan membantu dalam menyusun presentasi yang efektif,
profesional, dan juga mudah. Media power point bisa membantu sebuah
25
gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena
media power point akan membantu dalam pembuatan slide, outline presentasi,
presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clipart yang
menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer.
Purnomo (2010:-) menyatakan Power Point adalah alat bantu presentasi,
biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu hal yang dirangkum dan dikemas
dalam slide power point. Sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami
penjelasan kita melalui visualisasi yang terangkum di dalam slide. Power Point
merupakan program untuk membantu mempresentasikan dan menampilkan
presentasi dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, objek, clipart, movie, suara,
atau video yang dimainkan pada saat presentasi.
Berdasarkan penjelasan beberapa para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa Power Point merupakan software yang mampu menampilkan program
multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan serta penggunaannya
relatif murah selain itu Power Point juga memiliki kemampuan untuk
menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks, warna, gambar,
grafik serta animasi.
Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan media Power Point
yaitu 1) mudah dibuat dan digunakan. Siswa dan guru bisa membuat presentasi
digital dengan sedikit pelatihan mengenai peranti lunak itu sendiri; 2) Catatan
yang diproyeksikan untuk guru dan siswa. selama presentasi mata pelajaran,
catatan yang diproyeksikan membantu mempertahankan guru pada jalurnya.
Catatan tersebut juga mengisyaratkan siswa terhadap poin-poin kunci dari
presentasi guru; 3) mendukung penyertaan multimedia. Teks, visual, animasi,
audio, dan klip video dapat disertakan; 4) mendukung interaktivitas. Presentasi
bisa menyertakan hiperteks dan tombol navigasi untuk lebih mendukung proses
belajar. Presenter bisa dengan mudah menuju slide mana pun dalam presentasi
atau tautan ke salah satu dari berkas multimedia terpadu atau situs internet; 5)
menghasilkan format yang beragam. Selebaran, halaman catatan, dan garis-
garis besar bisa dibuat dengan satu klik mouse.
26
Sebetulnya, perkembangan office bagi para programmer pembelajaran
berbasis komputer sangat menguntungkan. Hal ini dapat dilihat pada beberapa
versi power point yang semakin maju dengan kelengkapan fitur-fitur yang
semakin lengkap. Pada prinsipnya, beberapa fasilitas power point dapat
digunakan untuk memprogram model pembelajaran interaktif.
Adapun kelebihan Power Point menurut Sanaky (2009:-) yaitu (1)
praktis, dapat digunakan untuk semua ukuran kelas, (2) memberikan
kemungkinan tatap muka dan mengamati respon siswa, (3) memiliki variasi
teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan, (4) dapat menyajikan
berbagai kombinasi clipart, picture, warna, animasi dan suara sehingga
membuat siswa lebih tertarik, (5) dapat digunakan berulang-ulang.
Selain memiliki kelebihan tersebut, power point mempunyai beberapa
kelemahan menurut Sanaky (2009:-) yaitu 1) pengadaannya mahal dan tidak
semua sekolah dapat memiliki; 2) tidak semua materi dapat disajikan dengan
menggunakan power point; 3) membutuhkan keterampilan khusus untuk
menuangkan pesan atau ide-ide yang baik pada desain program komputer
microsoft power point sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan; 4)
memerlukan persiapan yang matang, bila menggunakan teknik-teknik penyajian
(animasi) yang kompleks.
Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan maka dapat
disimpulkan bahwa salah satu kelemahan media power point adalah tidak
semua materi pembelajaran dapat disajikan dengan menggunakan media power
point tetapi disisi lain media power point juga memiliki kelebihan yaitu siswa
menjadi tertarik dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Kenthut dan Rahardi (2008:-) mengemukakan langkah-langkah
untuk mendesain media pembelajaran power point yang tepat agar materi yang
dipresentasikan dapat dipahami oleh siswa secara maksimal adalah sebagai
berikut:
1) Tentukan topik sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
27
2) Siapkan materi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Pemilihan materi ini sangat penting karena tidak semua materi dianjurkan
untuk menggunakan power point.
3) Identifikasi bahan-bahan materi tersebut untuk diseleksi mana yang sesuai
dengan karakteristik media presentasi. Ingat tidak semua materi tersebut
cocok untuk dituangkan melalui media presentasi.
4) Tulis materi yang telah dipilih dalam kalimat yang singkat, pointers dan
hanya memuat poin-poin penting saja (key words). Penulisan penjelasan
yang panjang lebar sangat tidak dianjurkan dalam penulisan naskah
presentasi. Pada saat membuat outline ini, pikirkan juga bahan-bahan
pendukung presentasi, misalnya: clip art, picture, sound, background
music, video klip dan lain sebagainya.
5) Tuangkan pesan-pesan yang disajikan dalam berbagai format seperti teks
(kata-kata), gambar, animasi atau audio-visual. Lengkapi outline yang
sudah dibuat dengan keterangan tambahan. Berilah warna pada font. Atur
tata letaknya. Berilah warna pada background.
6) Pastikan bahwa materi yang ditulis telah cukup lengkap, jelas, dan mudah
dipahami oleh sasaran. Menyelesaikan desain, mengulas ulang desain yang
telah dibuat. Jika perlu minta pendapat dan masukan dari orang lain.
Lakukan perbaikan-perbaikan jika diperlukan, hingga Anda yakin
presentasi telah seperti yang diinginkan.
7) Sajikan isi materi secara urut dan sistematis agar mempermudah penyajian
dan pesan mudah dipahami oleh siswa.
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media power point terlebih dahulu guru harus menyiapkan materi pembelajaran
yang didesain ke dalam microsoft power point, kemudian menyeleksi materi
pembelajaran yang sesuai yang dapat ditampilkan ke dalam slide microsoft
power point. Mendesain materi dengan menggunakan picture, clipart,
animation, warna dan suara. Setelah selesai proses pembuatan materi ke dalam
slide microsoft power point, seorang guru dapat melaksanakan proses kegiatan
belajar mengajar.
28
Menurut Daryanto (2010:4) dalam proses belajar mengajar kehadiran
media mempunyai arti yang cukup penting. Dalam kegiatan tersebut
ketidakjelasan bahan-bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara kerumitan bahan yang akan
disampaikan.
Penggunaan media power point dalam pembelajaran memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang
efektif, karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur
antara lain tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian
tujuan, peranan media pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran
yang dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi. Dalam
proses belajar mengajar media power point dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
2.1.2.7. Media Bagan
Bagan termasuk dalam media grafis. Menurut Sadiman dalam Sanaky
(2009:69) menyatakan media grafis termasuk media visual yang berfungsi
menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Saluran yang
digunakan adalah mengutamakan indera penglihatan (visual). Agar proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, pesan yang disampaikan
dituangkan ke dalam, simbol komunikasi yang digunakan adalah simbol visual.
Menurut Webster dalam Nana Sudjana (2010:27) mendefinisikan Graphics
sebagai seni atau ilmu menggambar, terutama penggambaran mekanik. Istilah
bagan meliputi berbagai jenis presentasi grafis seperti peta, grafik, lukisan,
diagram, poster dan bahkan kartun. Dalam hubungan ini, bagan didefinisikan
sebagai kombinasi antara media grafis dan gambar foto yang dirancang untuk
memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan.
Menurut Ibid dalam Sanaky (2009:69) mengemukakan secara khusus,
media grafis berfungsi untuk: a) menarik perhatian; b) memperjelas sajian ide; c)
mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila
29
tidak divisualisasikan; d) media grafis, sederhana dan mudah pembuatannya; e)
termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.
Selanjutnya salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini adakah
media bagan. Menurut Sadiman dalam Sanaky (2009:43) menyatakan bagan yaitu
kombinasi garis atau tulisan dengan gambarnya yang dijelmakan secara logis
untuk menerangkan fakta dan ide.
Bagan atau chart termasuk juga dalam jenis media visual. Bentuk
penyajiannya secara dragmatik dengan menggunakan lambang-lambang visual,
untuk mendapatkan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu
dan ruang. Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu
proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam bagan
seringkali kita jumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar, diagram,
kartun atau lambang-lambang verbal.
Secara garis besar bagan/chart dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu
bagan yang menyajikan pesannya secara bertahap dan bagan yang menyajikan
pesannya sekaligus. Contoh bagan yang menyajikan pesan secara bertahap antara
lain, bagan balikan (flip chart) dan bagian tertutup (hiden chart).
Bagan tertutup (hiden chart) disebut juga strip chart. Pesan yang akan
disampaikan mula-mula ditampilkan ke dalam satu chart. Misalnya saja pesan
tersebut berupa jenis chart. Setiap jenis kemudian ditutup dengan potongan kertas
yang mudah untuk dilepas. Potongan kertas selain murah juga menarik perhatian.
Pada saat penyajian satu per-satu tutup dibuka.
Flip chart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi. Apabila urutan
informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan dalam selembar chart,
maka bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari pesan tersebut
ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran
tersebut dibundel jadi satu. Penggunaannya tinggal membalik satu persatu sesuai
dengan bagan pesan yang akan disajikan.
Bagan/chart yang menyajikan pesan sekaligus ada beberapa macam,
antara lain:
30
Bagan pohon (tree chart) bagan ini menggambarkan arus diagram berasal
dari akar ke batang, menuju ke cabang-cabang dan ranting-ranting. Bagan juga
dapat menggambarkan suatu keadaan pengelompokkan. Biasanya bagan pohon
dipakai untuk menunjukkan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas/keturunan.
Silsilah termasuk bagan pohon.
Bagan Arus (flow chart) menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula
menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi
suatu organisasi. Tanda panah seringkali untuk menggambarkan arah arus
tersebut.
Stream Chart merupakan bagan kebalikan dari bagan pohon. Jika pada
bagan pohon dimulai dari satu hal kemudian memecah menjadi berbagai
hal/bagian, maka dalam stream chart berbagai hal tersebut pada ujung, akhirnya
menyimpul atau menuju ke suatu hal yang sama.
Bagan garis waktu (time line chart) merupakan bagan yang menunjukkan
atau menggambarkan kronologi atau hubungan peristiwa dalam suatu waktu.
Pesan-pesan tersebut disajikan dalam bagan secara kronologis.
Bagan organisasi merupakan suatu bagan yang menggambarkan susunan
dan hirarki suatu organisasi. Bagan semacam ini dihubungkan oleh garis-garis,
dan masing-masing garis mempunyai arti tertentu.
Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep
yang sulit apabila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual.
Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi selain itu juga menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif,
perkembangan, proses, klasifikasi dan organisasi. Pesan yang akan disampaikan
biasanya berupa ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-
hubungan penting. Dalam bagan sering kita jumpai jenis media grafis yang lain,
seperti gambar, diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal.
Sebagai media yang baik, bagan memiliki kelebihan, diantaranya: 1) dapat
dimengerti anak; 2) sederhana dan lugas, tidak rumit dan berbelit-belit; 3) diganti
pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up to date), juga tidak
kehilangan daya tarik. Selain memiliki kelebihan media bagan juga memiliki
31
kelemahan yaitu sering kali siswa bingungdihadapkan pada data yang banyak
sekaligus.
2.1.3. Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Power Point
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan pada kelompok eksperimen
adalah pembelajaran Think Pair Share berbantuan media power point. Media
power point dipakai untuk membantu pembelajaran Think Pair Share dalam mata
pelajaran IPA. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu:
1) Pendahuluan. Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan;
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari
permasalahan yang disampaikan guru (Think); 3) Guru mengorganisasikan siswa
untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
jawaban yang menurut mereka paling benar (Pair); 4) Guru meminta
berpasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan (Share); 5) Evaluasi.
Selanjutnya apabila pembelajaran Think Pair Share digabungkan dengan
media power point dalam pembelajaran materi daur air maka langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada tahap ini Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan
menyanyikan lagu yang berjudul Tik tik tik bunyi hujan kemudian mengaitkan
nyanyian tersebut pada topik materi pelajaran yang akan disampaikan, Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru mempresentasikan materi
pembelajaran dengan berbantuan media Power Point mengenai proses terjadinya
daur air dan jenis-jenis sumber air (Modelling). Guru menyampaikan pertanyaan
yang merupakan permasalahan yaitu siswa diberi pertanyaan mengenai masalah
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pelajaran.
b. Tahap Berpikir (Think)
Pada tahap ini Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru kemudian siswa
dibimbing guru dalam mengerjakan soal secara individu, disini siswa
32
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari
pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap Berpasangan (Pair)
Pada tahap ini Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut
mereka paling benar dan siswa disediakan waktu berinteraksi untuk menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan dan apabila
suatu masalah khusus yang diidentifikasi (Learning Community).
d. Tahap Berbagi (Share)
Pada tahap ini Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas sesuai dengan apa yang telah mereka diskusikan sampai
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan kemudian guru
melibatkan kelompok lain untuk menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi.
e. Evaluasi
Pada tahap ini Guru melakukan refleksi dan mengumpulkan hasil diskusi.
(Reflection), Guru membantu siswa dalam membuat rangkuman diskusi dengan
tanya jawab, Guru menutup diskusi, dan diakhiri dengan Guru pemberian soal
post test yang menjadi ukuran hasil belajar dari treatment yang telah dilakukan
guru. Post tes dilakukan untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa
dengan penggunaan media power point pada pembelajaran Think Pair Share mata
pelajaran IPA.
2.1.4. Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Bagan
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan pada kelompok kontrol
adalah pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan. Media bagan
dipakai untuk membantu pembelajaran Think Pair Share dalam mata pelajaran
IPA. Berikut ini langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share yaitu: 1)
Pendahuluan. Guru menyampaikan pertanyaan yang merupakan permasalahan; 2)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari
permasalahan yang disampaikan guru (Think); 3) Guru mengorganisasikan siswa
untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
jawaban yang menurut mereka paling benar (Pair); 4) Guru meminta
33
berpasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan (Share); 5) Evaluasi.
Selanjutnya apabila pembelajaran Think Pair Share digabungkan dengan
media bagan dalam pembelajaran materi daur air maka langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada tahap ini Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa dengan
menyanyikan lagu yang berjudul Tik tik tik bunyi hujan kemudian mengaitkan
nyanyian tersebut pada topik materi pelajaran yang akan disampaikan, Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, Guru mempresentasikan materi
pembelajaran dengan berbantuan media bagan mengenai proses terjadinya daur air
dan jenis-jenis sumber air (Modelling). Guru menyampaikan pertanyaan yang
merupakan permasalahan yaitu siswa diberi pertanyaan mengenai masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pelajaran.
b. Tahap Berpikir (Think)
Pada tahap ini Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru kemudian siswa
dibimbing guru dalam mengerjakan soal secara individu, disini siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari
pertanyaan yang diberikan.
c. Tahap Berpasangan (Pair)
Pada tahap ini Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut
mereka paling benar dan siswa disediakan waktu berinteraksi untuk menyatukan
jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan dan apabila
suatu masalah khusus yang diidentifikasi (Learning Community).
d. Tahap Berbagi (Share)
Pada tahap ini Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas sesuai dengan apa yang telah mereka diskusikan sampai
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan kemudian guru
melibatkan kelompok lain untuk menanggapi hasil dari kelompok yang presentasi.
34
e. Evaluasi
Pada tahap ini Guru melakukan refleksi dan mengumpulkan hasil diskusi.
(Reflection), Guru membantu siswa dalam membuat rangkuman diskusi dengan
tanya jawab, Guru menutup diskusi, dan diakhiri dengan Guru pemberian soal
post test yang menjadi ukuran hasil belajar dari treatment yang telah dilakukan
guru. Post tes dilakukan untuk melihat bagaimana hasil pembelajaran siswa
dengan penggunaan media bagan pada pembelajaran Think Pair Share mata
pelajaran IPA.
2.1.5. Hasil Belajar IPA
2.1.5.1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hermawan dkk (2010:10.20) menyatakan bahwa “hasil belajar
mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari
kegiatan pembelajaran yang dilakukan”. Kemampuan yang diharapkan dikuasai
dari suatu mata pelajaran berbeda dengan mata pelajaran lain. Setiap mata
pelajaran memiliki tugas tersendiri dalam mengembangkan hasil belajar yang
merupakan akibat dari kegiatan pembelajaran.
Oleh karena setiap mata pelajaran menuntut hasil belajar yang berbeda dari
mata pelajaran lain maka banyak para ahli yang mengemukakan jenis-jenis hasil
belajar, seperti Gagne dan Bloom. Gagne dalam Hermawan dkk (2010:10.20)
mengemukakan hasil belajar dalam lima kategori yaitu: (1) Informasi Verbal
(Verbal Information). Informasi verbal adalah kemampuan yang menuntut siswa
untuk memberikan tanggapan khusus terhadap stimulusya yang relatif khusus.
Untuk menguasai kemampuan ini siswa hanya dituntut untuk menyimpan
informasi dalam sistem ingatannya. (2) Kemampuan Intelektual (Intelektual Skill).
Keterampilan intelektual adalah kemampuan yang menuntut siswa untuk
melakukan kegiatan kognitif yang unik. Unik disini adalah bahwa siswa harus
mampu memecahkan masalah dengan enerapkan informasi yang belum pernah
dipelajari. (3) Strategi kognitif (Cognitif Strategies) yang mengacu pada
kemampuan mengontrol proses internal yang dilakukan oleh individu dalam
memilih dan memodifikasi cara berkonsentrasi, belajar, mengingat dan berfikir.
Siswa yang telah menguasai kemampuan strategi kognitif akan mendapat
35
kemudahan dalam berkonsentrasi belajar, mengingat dan berfikir. (4) Sikap
(Attitude) yang mengacu pada kecenderungan untuk membuat pilihan atau
keputusan untuk bertindak dibawah kondisi tertentu. Dikaitkan dengan hasil
belajar, sikap adalah kemampuan siswa dalam menentukan pilihan atau bertindak
sesuai dengan sistem nilai yang diyakini. (5) Keterampilan Motorik yang
mengacu pada kemampuan melakukan gerakan atau tindakan yang terorganisasi
yang direfleksikan melalui kecepatan, ketepatan, kekuatan dan kehalusan.
Menurut Bloom dkk dalam Hermawan (2010:10.23), seorang ahli
pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar yang
memiliki nama lengkap Benyamin S Bloom (1956) menggolongkan tujuan atau
hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain kognitif berkenaan dengan pengembangan kemampuan
orak dan penalaran siswa. Domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, tipe
hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Sedangkan
hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan
bertindak dari siswa.
Menurut Sudjana (2006:22) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Winanto (2011:162), hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Abdulrahman dalam Winanto (2011:163), hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar.
Menurut Sudjana (2010:22), “hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu: (a) Keterampilan dan
kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita, yang masing-
masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
36
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal,
(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris. Sudjana (2010:23), dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat
tinggi; 2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek,
yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; 3)
Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni gerakan reflek, keterampilan
gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan komplek, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pelajaran.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli mengenai hasil belajar, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti dari keberhasilan
seseorang dalam belajar. Hasil belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka,
nilai, maupun huruf. Dalam penelitian ini diberi pembatasan hasil belajar hanya
pada aspek kognitif, hasil belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk angka atau
nilai.
2.1.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Menurut Slameto (2010:54), faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri
individu yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi tiga faktor
yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan. Slameto (2010:60),
37
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu. Faktor ekstern
dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Winanto (2011:162), hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan
pelajaran. Abdulrahman dalam Winanto (2011:163), hasil belajar adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar mengajar.
Menurut Sudjana (2010:22), “hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu : (a) Keterampilan dan
kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita, yang masing-
masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal,
(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar siswa di
sekolah itu sulit dipisah-pisahkan satu sama lain karena semua unsur tersebut akan
terintegrasi dalam pembelajaran. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar pada dasarnya terwujud dalam bentuk perubahan pengetahuan
(knowledge), penguasaan perilaku yang ditentukan (kognitif, afektif, psikomotorik)
dan perbaikan kepribadian.
Dari penjelasan yang telah diuraikan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologis,
dan faktor kelelahan. Untuk faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat. Kedua faktor yang telah dijelaskan memberikan
pengaruh yang banyak bagi siswa. Untuk dapat memperoleh hasil belajar yang
38
baik siswa harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
agar terwujud kebiasaan belajar yang baik.
2.1.5.3. Pembelajaran IPA di SD
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-
Nya; 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat; 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam; 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) Benda/materi,
sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3) Energi dan
perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
39
sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi
siswa kelas 5 SD N Bergaskidul 03 dan SD N Bergaskidul 01 disajikan melalui
Tabel 1. berikut ini:
Tabel 1.
SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 2
Tahun Pelajaran 2012/2013
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
7. Memahami perubahan yang terjadi di
dalam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam.
7.4. Mendeskripsikan proses daur air
dan kegiatan manusia dapat
mempengaruhinya.
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
Rustaman dkk (2011:1) menyatakan hakikat sains adalah produk, proses
dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat di
dalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori
dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode
sains atau metode ilmiah. IPA atau sains merupakan suatu proses yang
menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut bergantung pada proses observasi
yang cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memaknai
hasil observasi tersebut.
Rustaman dkk (2011:1.2) juga menjelaskan bahwa sains merupakan suatu
kebutuhan yang dicari manusia karena memberikan suatu cara berfikir sebagai
struktur pengetahuan yang utuh. Banyak orang berpendapat bahwa yang penting
agar siswa menguasai sains adalah dengan memberikan produk sains sebanyak-
banyaknya. Hal tersebut tidak tepat, yang benar adalah memberikan orang yang
belajar kesempatan berbuat, berfikir, bertindak seperti ilmuan (scientist). Dengan
demikian membelajarkan sains pada siswa adalah memberi kesempatan dan bekal
untuk memproses sains dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
cara-cara yang benar dan mengikuti etika yang berlaku.
Belajar sains tidak hanya sekedar mengetahui materi atau konsep sainsnya
saja, tetapi terkait pula dengan bagaimana cara mengumpulkan fakta dan
40
menghubungkan fakta-fakta untuk membuat kesimpulan. Menurut Rustaman
(2011:1.27) menyatakan bahwa “belajar sains secara bermakna baru akan dialami
siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial.
Pengembangan ketrampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru
memahami hakikat belajar sains, yaitu sains sebagai produk dan proses”.
Selanjutnya fungsi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang
dikemukakan oleh Hernawan dkk (2010:8.28) menyatakan “Ilmu Pengetahuan
Alam berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam,
mengembangkan ketrampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan
dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari”. Mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan alam di Sekolah Dasar mulai diajarkan dari kelas satu dengan lebih
bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan terhadap pelbagai jenis dan
perangai lingkungan alam serta lingkungan buatan. Sejak kelas satu siswa sudah
diajakan IPA untuk menggali dan mengembangkan pengetahuan awal siswa
2.1.5.4. Hasil Belajar IPA
Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi
IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan
sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses,
siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan,
gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari
segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda
di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab,
dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta
terhadap alam sekitar. Dengan demikian hasil belajar yang dikembangkan di SD
adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah.
Dari berbagai definisi yang telah diuraikan oleh beberapa ahli maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik dan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
41
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar dan akibat dari proses pembelajaran yang diukur dengan
pemberian evaluasi oleh guru sehingga akan diketahui hasil belajar dan mengajar
yang dilakukan oleh siswa dan guru pada pembelajaran IPA. Hasil belajar IPA
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa setelah
diberikan treatment berupa pembelajaran Think Pair Share berbantuan media
power point dan pembelajaran Think Pair Share berbantuan media bagan.
2.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Mustapa, 2012 dalam penelitiannya
“Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Power Point Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”, menyimpulkan
bahwa hasil belajar yang dilakukan menggunakan alat peraga biasa
(konvensional) dan eksperimen, maka didapatkan hasil nilai rata-rata pre-test
dengan menggunakan alat peraga biasa (konvensional) sebesar 44,66 dan post-test
pada eksperimen sebesar 62,33. Selisih nilai rata-rata pre-test dan post-test
sebesar 17,67. Sedangkan hasil perolehan dengan analisis data yang dilakukan
dengan teknik uji paired samples t-test diketahui bahwa nilai t adalah -10,094
dengan probabilitas signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan hasil uji paired
samples t-test dan nilai signifikansi 0,005 > 0,000, maka terdapat perbedaan yang
signifikan pada pembelajaran dengan menggunakan media power point daripada
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga biasa (konvensional). Berdasarkan
selisih hasil nilai rata-rata pre-test dan post-test serta hasil analisis dengan teknik
uji paired samples t-test, maka dapat disimpulkan bahwa media power point
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan
cahaya dan sifat-sifatnya siswa kelas V SDN Gedangan 02 Semester II Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Raras Katrina Lebda Hanggana, 2012
dalam penelitiannya “Pengaruh Penggunaan Media Power Point Terhadap
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V
SD SN Baturasi 6 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak”, menyimpulkan
bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yaitu 86,06 lebih tinggi
42
dibandingkan dengan nilai kelas kontrol yaitu 73,57. Dari hasil uji hipotesis yang
dilakukan diperoleh nilai sig. 0,000 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
penggunaan media power point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dari
hasil kedua hipotesis antara hasil hipotesis angket motivasi belajar dan hasil
hipotesis hasil belajar IPA pokok bahasan jenis-jenis batuan siswa kelas VA dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media power point dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Andy Vernando, 2012 dalam penelitiannya
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan
Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar IPA (Studi di Kalangan Siswa
Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012)”, menyimpulkan bahwa hasil analisis
pada kelas eksperimen perhitungan menunjukkan bahwa nilai thitung yang
diperoleh sebesar (-4.238) dan t tabel sebesar (2.179). untuk nilai signifikansinya
diperoleh nilai sebesar 0,001. Oleh karena – thitung < t tabel (-4.238 < 2.179) dan
nilai sig (0,001) < 0,05, maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara
hasil dari pengukuran awal dan pengukuran akhir. Maka dapat disimpulkan bahwa
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dengan pemberian reward dalam proses belajar dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa dan juga keaktifan siswa dan kerja sama siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Marida Irawati, 2012 dalam penelitiannya
“Peningkatan Kemandirian Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share Dalam Pembelajaran Matematika Tentang Menghitung Pecahan
Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Undaan Kidul 02 Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2011/1012”, menyimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran koperatif tipe Think Pair Share dapat
meningkatkan kemandirian belajar dalam pembelajaran matematika tentang
menghitung pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Undaan Kidul 02
Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya kemandirian belajar dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya
tindakan. Pada saat pratindakan nilai rata-rata kemandirian belajar kelas sebesar
43
19,5, pada siklus I meningkat menjadi 28,43, dan pada siklus II meningkat
menjadi 35,21. Sedangkan untuk presentase ketuntasan siswa menurut Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) kemandirian belajar yaitu 30, pada saat pratindakan
siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa yang tuntas atau 21,43 % dari jumlah
keseluruhan 14 siswa. Pada siklus I presentase ketuntasan menunjukkan
peningkatan sebesar 21,43 % yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau
21,43 % pada saat pratindakan, meningkat menjadi 6 siswa atau 42,86 % pada
saat siklus I dari jumlah keseluruhan 14 siswa. Pada siklus II presentase
ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 42,85% yaitu dari siswa
yang tuntas sebanyak 6 siswa atau 42,86 % pada saat siklus I, meningkat menjadi
12 siswa atau 85,71 % pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 14 siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Kristina Monika, 2012 dalam penelitiannya
“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”,
menyimpulkan bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok
eksperimen sebesar 79,88 lebih besar daripada rata-rata skor hasil belajar siswa
pada kelompok kontrol sebesar 56,79. Sedangkan perbedaan rata-rata (mean
diference) sebesar 22,089 (79,88 - 56,79) dan perbedaan berkisar antara 16,562
sampai 27,617. Besarnya nilai t adalah 8,027 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000 karena besarnya thitung 8,027 > dari t tabel 2,009 maka hipotesis antara nilai
posttest kelas kontrol dengan nilai posttest kelas eksperimen yang artinya terdapat
Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair
Share) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 01 Nampu
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012”
Ada juga persamaan dan perbedaan dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu sebagai
berikut:
44
Tabel 2.
Persamaan dan Perbedaan Penelitian
Komponen Penelitian
Mustapa
(2012)
Raras
Katrina
L.H
(2012)
Andy
Vernando
(2012)
Marida
Irawati
(2012)
Kristina
Monika
(2012)
Peneliti
(2013)
Pembelajaran TPS
Hasil Belajar
Kemandirian Siswa
Media Power Point
Motivasi Siswa
Pemberian Reward
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang lain yaitu sama-sama menggunakan pembelajaran Think Pair
Share dan media power point, sedangkan perbedaannya pada variabel terikatnya
dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar, sedangkan peneliti
lain variabelnya adalah motivasi siswa dan kemandirian siswa.
2.3. Kerangka Pikir
Belajar dan mengajar pada hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu
proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa
sehingga dapat mendorong siswa melakukan proses belajar, maka agar
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan dibutuhkan model atau
strategi mengajar dan media yang tepat sesuai dengan kapasitas anak dan
kompetensi yang ingin dicapai.
Pembelajaran yang menggunakan model dan media yang tepat akan
mengurangi kondisi yang monoton dan pembelajaran ini menarik bagi siswa
karena sistem pembelajarannya lebih inovatif dan interaktif. Salah satu model dan
media yang dapat digunakan oleh guru dalam mata pelajaran IPA adalah dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan media power point.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share dan media power point dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa
dan mengoptimalkan partisipasi siswa mengeluarkan pendapat serta
meningkatkan pengetahuan. Sehingga dalam kegiatan belajar tidak hanya
45
monoton di dalam kelas saja, tetapi mengajar siswa tentang bagaimana melakukan
sebuah tindakan atau menggunakan prosedur. Dengan demikian pemahaman
terhadap materi pelajaran dapat secara maksimal, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar IPA.
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka pikir tersebut
maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut adakah
perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran Think Pair
Share berbantuan media power point dengan pembelajaran Think Pair Share
berbantuan media bagan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD N
Bergaskidul 03 dan SD N Bergaskidul 01 Kecamatan Bergas Kabupaten
Semarang semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.