Post on 10-May-2019
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang di alami oleh
seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku karena
adanya pengalaman dan latihan. Belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dengan
lingkungannya (Slameto, 2010:2). “Belajar bukan merupakan suatu
tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dengan
langkah-langkah pada proses yang ditempuh dalam belajar” (Hamalik,
2007:29).
Pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses perubahan yang
terjadi padi diri seseorang dalam berperilaku dan berkemampuan sebagai
hasil dari pengalaman, aktivitas, interaksi dengan lingkungannya baik
dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, belajar tidak hanya dapat
dilakukan sendiri, melainkan dapat berkelompok dengan teman yang
lainnya sehingga akan menambah wawasan siswa menjadi lebih luas
dengan berbagi ilmu pengetahuan dan dapat merubah tingkah laku siswa
menjadi lebih baik.
8
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
24
Belajar dapat mengubah tingkah laku seseorang menjadi
lebih baik dari segi kecerdasan maupun mental, salah satu teori
belajar yang mendukung adalah teori belajar kontruktivisme yang
dikemukakan oleh piaget dan disebut sebagai teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori Kontruktivisme
yang dikemukakan oleh Piaget menjelaskan bahwa pengetahuan
seseorang merupakan bentukan orang itu sendiri (Rahyubi,
2014:143). Lebih jauh lagi Piaget mengemukakan bahwa
pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan
melalui tindakan yang dilakukan dengan cara berinteraksi di
lingkungannya, sehingga seseorang dapat mempunyai kesempatan
untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman ilmu pengetahuan
dengan yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Kontruktivisme
Piaget sangat mendukung untuk model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Hal tersebut sesuai dengan
teori Kontruktivisme Piaget yang memandang pentingnya suatu
kelompok belajar agar setiap anak dapat berinteraksi dengan baik
bersama kelompok belajarnya dan saling bertukar pikiran, sehingga
anak akan menjadi aktif dan memiliki rasa ketergantungan yang
positif karena dalam diri setiap anggota memiliki peran untuk
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
25
mencapai keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian, hasil
belajar yang diperoleh oleh siswa akan maksimal.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik
dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) individu (Ahmadi, 2013: 138). Pengenalan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali
artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya.
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat
perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang
rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang
dan kemampuan masing-masing (Arifin, 2012:12). Prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individual maupun kelompok (Hamdani, 2011: 137). Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan
kegiatan.
Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pengertian
prestasi belajar dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil dari usaha belajar yang dicapai seorang siswa
sebagai jawaban dari proses pembelajaran yang telah dia lakukan.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
26
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena belajar merupakan sebuah proses
sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses tersebut.
Prestasi belajar diperoleh dari segi kognitif, yaitu kemampuan siswa
dalam memahami pelajaran yang dapat diukur dengan tes prestasi
belajar.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Menurut Arifin (2013: 12-13), prestasi belajar (achievement)
memiliki beberapa fungsi utama yaitu:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tundensi
keingintahuan” (Couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik
(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa pretasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitasnya suatu
institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
kesuksesan peserta didik di masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta
didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena
peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh mata
pelajaran.
Fungsi utama prestasi belajar dari penjelasan diatas
diantaranya dapat dijadikan sebagai sebagai indikator atau acuan
terhadap beberapa hal yaitu terhadap peserta didik dan pada
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
27
pendidikan itu sendiri. Fungsi prestasi belajar yang lain yaitu
sebagai indikator pencapaian pengetahuan yang telah diraih siswa
terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang
artinya mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di
mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran (Slavin, 2009:4). Dalam kelas kooperatif, para siswa
diharapkan dapat saling membantu, mendiskusikan dan
berargumentasi, untuk mengasah pengetahuann. Hal ini senada
dengan Lie (2010:28) bahwa pembelajaran kooperatif disebut
dengan istilah gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama
dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pelajaran (Isjoni, 2010:12). Hal
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
28
ini diperkuat dengan jurnal yang di kemukakan oleh Sulisworo
(2014:2) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak
hanya aktivitas siswa dalam berkelompok atau memberi suatu tugas,
namun terdapat kegiatan yang menjadikan pembelajaran kooperatif
menjadi lingkungan belajar yang berorientasi untuk memberikan
kegiatan yang saling mendukung antara masing-masing siswa satu
sama lain. Dalam kegiatan ini, siswa tumbuh bersama dalam
memberikan makna terhadap fenomena kontekstual.
Pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling tumbeh bersama dan dapat bekerja sama dengan siswa lain
dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa di mana dalam
keberhasilan hasil kerja kelompok dipengaruhi oleh keterlibatan
anggota kelompok itu. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa
akan lebih aktif dalam belajar dan dapat berinteraksi dengan siswa
lain sehingga akan menumbuhkan sikap positif pada diri siswa
tersebut.
b. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif (Lie, 2010:31). Unsur-
unsur tersebut antara lain:
1) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Unsur tersebut menerangkan bahwa sekelompok masyarakat sangat bergantung pada anggota masyarakat yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut dapat
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
29
diterapkan pada proses pembelajaran di kelas. Ketika siswa bekerja dalam sebuah kelompok diharapkan saling bergantung kepada siswa lain dalam kelompoknya sehingga terjadi ketergantungan yang positif.
2) Tanggung jawab yang positif Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas.
3) Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
4) Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
5) Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bias bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Tujuan pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar
siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong-menolong dalam
beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar
secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling
menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang
lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan
pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,2010:21),.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
30
Tiga konsep penting yang digunakan dalam pembelajaran
berkelompok siswa (Slavin, 2009:10), ketiga konsep tersebut
meliputi:
1) Penghargaan kelompok (tim) Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika skor mencapai di atas kriteria yang telah ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dan menciptakan hubungan antar individu yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2) Tanggung jawab individual Keberhasilan kelompok tergantung dari cara belajar individu dari semua anggota kelompok. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota kelompok dalam membantu satu sama lain untuk belajar. Adanya tanggung jawab secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk mengikuti tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3) Kesempatan sukses yang sama Pebelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencangkup nilai perkembangan berdasarkan prestasi yang diperoleh dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa yang berprestasi tinggi, sedang, maupun rendah sama-sama memiliki kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
4. Kooperatif tipe Jigsaw II
a. Pengertian Model Pembelajaran tipe Jigsaw II
Arti Jigsaw berasal dari bahasa inggris yang artinya adalah
gergaji ukir dan ada juga yang menyebut dengan istilah puzzle yaitu
sebuah teka-teki menyusun potongan gambar, pembelajaan
kooperatif tipe Jigsaw II bekerja seperti pola gergaji, dimana siswa
melakukan kegiatan belajar bekerjasama dengan siswa lain untuk
mencapai prestasi yang maksimal (Rusman, 2014:217).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
31
pembelajaan yang dikembangan oleh Elliot Aronson pada tahun
1978. Dalam teknik pembelajaran ini siswa akan bekerja dalam
kelompok yang sama dengan latar belakang yang berbeda hal
tersebut juga diungkapkan oleh Isjoni (2010:54), mengatakan
pembelajaran dengan tipe Jigsaw II merupakan salah satu tipe
pembelajaran yang mendorong siswa aktif dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal.
Berdasarkan jurnal yang dikemukakan oleh Sahin
(2010:785), mengatakan bahwa penggunaan teknik Jigsaw II akan
lebih efektif pada pembelajaran yang bersifat instruksi dari guru
sebagai pusat dalam mengajar pada pengembangan kemampuan
siswa. Jadi, dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
menciptakan suasana yang lebih efektif pada saat proses belajar
mengajar di kelas, siwa dapat menjadi aktif dan guru hanya sebagai
fasilitator saja.
Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa
pembelajaran tipe kooperatif tipe Jigsaw II adalah model
pembelajaran yang bertujuan agar siswa bekerja secara kelompok.
Banyaknya anak untuk membentuk kelompok kecil terdiri dari 4
sampai dengan 5 orang yang berlatarbelakang berbeda dan siswa
saling bertanggung jawab atas tugasnya masig-masing agar
mencapai prestasi maksimal.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
32
Dalam model pembelajaran tipe Jigsaw II merupakan bentuk
model yang menekankan kepada siswa untuk dapat belajar dan
bekerja sama dalam kelompok untuk aktif dan saling membantu
dalam hal menguasai materi, siswa akan ditugaskan untuk membaca
sub bab, buku materi, atau materi lain yang berbentuk narasi. Tiap
anggota tim akan diacak untuk menjadi anggota ahli dalam aspek
tertentu dari tugas membaca tersebut. Tiap anggota dalam satu tim
akan mendapatkan materi yang berbeda-beda. Setelah membaca
materinya, siswa ahli dari tim yang berbeda akan saling berkumpul
untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, setelah
berkumpul dan berdiskusi lalu mereka kembali kepada tim asalnya
untuk mengerjakan topik mereka kepada teman satu timnya. Setelah
itu akan dilakukan penilaian secara individu untuk semua topik dan
diberikan skor dan rekognisi tim yang berdasarkan peningkatan nilai
masing-masing individu.
Dalam model Jigsaw II ini memiliki banyak kesempatan
untuk saling mengemukakan pendapat dan keterampilan
berkomunikasi, lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan
kelompoknya serta menyampaikan informasi tentang materi yang
dipelajari kepada teman kelompok lainya. Model Jigsaw II dapat
digunakan secara efektif ditiap level dimana siswa telah
mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca
maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama karena dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
33
model Jigsaw II materi yang pas digunakan dengan model ini adalah
materi yang berbentuk naratif.
b. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
II
Dalam model Jigsaw II Slavin (2009:238), terdapat langkah-
langkah yang harus dilaksanakan, antara lain sebagai berikut:
1) Memilih satu atau dua bab cerita atau unit-unit lainya, yang
masing-masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari.
2) Membuat lembar ahli untuk tiap unit atau kelompok, lembar ini
akan memperhatikan siswa untuk perlu berkonsentrasi saat
membaca dan dengan kelompok ahli yang akan bekerja. Lembar
ini berisi empat topik yang menjadi inti dari unit pembelajaran,
misalkan satu anggota kelompok asal akan mendapatkan materi
yang berbeda dengan anggota lainya, oleh karena itu setiap
kelompok asal terdiri empat teks yang berbeda.
3) Melakukan diskusi kelompok ahli. Setelah siswa mendapatkan
topik permasalahan yang sama, akan saling bertemu dalam satu
kelompok atau disebut kelompok ahli untuk berdiskusi topik
permasalahan tersebut.
4) Mengadakan laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke
kelompok asal untuk mengajarkan topik ahli yang mereka
diskusikan kepada teman satu timnya secara bergantian.
5) Mengadakan kuis individu yang mencakup semua topik
permasalahan yang telah dibahas.
6) Menghitung skor peningkatan untuk mnentukan penghargaaan
tim.
c. Jadwal Kegiatan Jigsaw II terdiri dari beberapa kegiatan
pembelajaran, yaitu:
1) Membaca, kegiatan membaca dilakukan ketika siswa telah
menerima topik ahli masing-masing dalam kelompok asal dan
siswa membaca untuk menemukan informasi sebagai bahan
diskusi.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
34
2) Diskusi Kelompok Ahli, siswa yang mempunyai topik materi
yang sama, akan bertemu dalam kelompok ahli dan
mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3) Laporan Tim, dari kelompok ahli, siswa kembali ke dalam
kelompok asal mereka masing-masing untuk mengajari topik
mereka kepada teman satu timnya secara bergantian.
4) Tes, para siswa mengerjakan kuis individu yang mencangkup
semua topik dan hasil nilai kuisnya akan dihitung untuk
kelompok.
5) Rekognisi Tim, memberikan penghargaan kepada kelompok
yang mendapatkan skor tim paling bagus.
d. Penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap perhitungan Tim
dilakukan dalam dua tahap penghitungan, yaitu
1) Menghitung skor kemajuan individu
Penghitungan skor kemajuan individu dilakukan setelah
pelaksanaan kuis. Skor awal ditentukan terlebih dahulu,
kemudian setelah itu barulah menghitung poin kemajuan
individu. Tujuan dari di hitungnya skor kemajuan ini adalah
untuk memungkinkan semua siswa memberikan poin
maksimum bagi kelompok mereka, sehingga akan memunculkan
motivasi siswa untuk melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya. Pedoman penghitungan skor perkembangan
individu terlihat pada tabel sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
35
Tabel 2.1 Perhitungan Skor Kemajuan Individu (Slavin,
2009:159)
Skor Kuis Poin
Kemajuan
a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
b. 10-1 poin di bawah skor awal
c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal
e. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor
awal)
5
10
20
30
30
2) Merekognisi Tim
Untuk memberikan skor tim, dapat dilihat dari catatan
poin kemajuan setiap anak. Kemudian poin kemajuan dihitung
secara keseluruhan, hasilnya dibagi jumlah siswa.
Ada tiga penghargaan yang diberikan terhadap kelompok
yang berprestasi. Penghargaan tersebut dapat diliat dari tabel
berikut ini:
Tabel 2.2 Tingkatan Penghargaan Tim
Kriteria (rata-rata) Penghargaan
14-16
17-20
21-24
TIM BAIK
TIM SANGAT BAIK
TIM SUPER
e. Kelebihan model pembelajaran Jigsaw II
Model pembelajaran Jigsaw II mempunyai kelebihan dan
kekurangan. diantara kelebihannya adalah sebagai berikut:
1) Seluruh siswa dapat terlibat dan aktif dalam belajar sekaligus
dapat melatih siswa mengajarkannya epada orang lain.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
36
2) Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas
yang diberikan oleh guru untuk mempelajari materi tertentu
serta mengajarkan kesiswa lain.
3) Tumbuhnya rasa percaya diri dan melatih kebiasaan siswa
dalam menyampaikan pendapat.
4) Siswa saling tergantung positif satu dengan yang lain dan
bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
5) Melatih siswa agar terbiasa berdiskusi dan bertanggung jawab
secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu
materi pokok kepada teman lainnya.
5. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pengertian IPS di tingkat sekolah itu sendiri mempunyai
perbedaan makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan
siswa khususnya IPS di Sekolah Dasar dengan IPS di Sekolah
lanjutan. Barr et al. (1978), berbicara tentang “istilah IPS merupakan
intergarasi dari ilmu-ilmu social dan humaniora yang mencangkup
Ekonomi, Sejarah, Geografi, Hukum, Politik, Sosiologi, Antopologi,
Filosofi, dan Psikologi” (Andriani, 2014:25).
“IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang
berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu
sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial
kehidupan” (Sapriya, 2011:20). Materi IPS untuk jenjang sekolah
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
37
dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih
dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta
karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat
holistik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran di Sekolah
Dasar yang berdiri sendiri mempelajari mengenai cabang-cabang
ilmu sosial yang ditinjau dari aspek kehidupan sosial masyarakat.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki tujuan
yang dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu disiplin ilmu. Tujuan
utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai
disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang
lebih tinggi (Susanto, 2014:10).
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di dalam masyarakat, memiliki sikap mental positif
terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap permasalahan yang terjadi sehari-hari, baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun masyarakat (Trianto, 2010:176).
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka program-program
pelajaran IPS di sekolah harus diorganisasikan dengan baik. Pada
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
38
dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya serta
berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pada jenjang yang
lebih tinggi (Etin dan Raharjo, 2007:15).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
pendidikan IPS adalah membentuk dan mengembangkan pribadi
siswa sebagai warga Negara yang baik dalam kehidupan di
masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kepedulian sosial serta melakukan hak dan kewajibannya dengan
seimbang.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V semester II
Standar Kompetensi mata pelajaran IPS pada semester II
yang akan dilakukan oleh peneliti adalah Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan. Dengan Kompetensi Dasar yaitu
Menghargai Jasa dan Peranan Tokoh Perjuangan dalam
Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Sedangkan materi
pokoknya adalah Masa Persiapan Kemerdekaan. Materi IPS tersebut
akan diajarkan sesuai dengan siklus yang telah direncanakan yakni
selama dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 kali
pertemuan.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
39
6. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa Latin adalah bentuk jamak dari
medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita
membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan
sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran (Daryanto, 2010:5).
Secara khusus media dalam proses belajar mengajar diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk mengkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
(Arysad, 2007:3). AECT (Assosiation of Education and
Communication Technology) memberi batasan tentang media
sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi.
Media dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung
antar dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan
atau informasi (Anitah, 2009:1). Oleh karena itu, media
pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran
antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Disamping mampu
menggunakan alat-alat yang etrsedia, guru juga dituntut untuk
mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang
akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Berdasarkan uraian di atas, data disimpulkan bahwa media
adalah suatu alat yang dapat memudahkan informan untuk
menyampaikan suatu informasi kepada penerima informasi dalam
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
40
berbagai bentuk. Media pembelajaran berarti suatu alat yang
digunakan oleh guru dalam proses belajara mengajar yang
memudahkan untuk menyampaikan materi sehingga mudah
dipahami oleh siswa. Media digunakan untuk mengefektifkan
komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan
belajar.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Media pengajaran dapat memepertinggi proses belajar siswa
dalam pengajaran yang diharapka dapat mempertimbangkan hasil
belajar yang dicapainya. Sudjana dan Rivai (2002:2) mengatakan
bahwa terdapat beberapa alasan mengapa media pengajaran dapat
mempertinggi proses belajara siswa, alasan pertama berkenaan
dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara
lain:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas, maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
41
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan dan lain-
lain.
Daryanto (2010:5) mengatakan bahwa secara umum media
mempunyai kegunaan, antara lain:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara
murid dengan sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya.
c. Permainan Ular Tangga
Media yang akan digunakan dalam pembalajara materi
Masa Persiapan Kemerdekaan ini adalah permainan ular tangga. Ular
tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan
oleh dua orang atau lebih (Said dan Budiamanjaya, 2015:240).
Permainan ular tangga sangat disukai oleh anak sekolah dasar karena
permaianan ular tangga ini dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Berdasarkan jurnal yang dikemukakan oleh Nachiappan (2014:220)
mengatakan bahwa permainan ular tangga merupakan bagian
permaianan tradisional di Indonesia, permaianan ini dapat digunakan
sebagai alat untuk mendidik, menghibur dan membangun
komunikasi interaktif antara pemain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media permainan ular tangga
merupakan permainan papan ular tangga yang dimainkan oleh dua
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
42
anak atau lebih. Permainan ular tangga ini dapat dijadikan sebagai
alat untuk mendidik siswa dan menghibur, karena pada kotak yg
berisi gambar BOM pada permainan ular tangga, peneliti sudah
menyiapkan soal kuis dengan materi pembelajaan IPS yang sesuai
dengan yang diajarkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuaan
siswa dan dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi
yang telah diajarkan.
d. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam permainan ular
tangga sebagai berikut:
1) Siapkan papan permainan ular tangga beserta dadu yang
mempunyai mata enam.
2) Tiap siswa bergantian melempar dadu.
3) Jika dadu yang jatuh menunjukkan mata dadu 5, maka siswa
harus berjalan 5 kotak pada papan permaianan ular tangga.
4) Jika sudah dijalankan, kotak yang berisi bom, siswa wajib
menjawab pertanyaan, jika siswa menjawab dengan benar maka
akan mendapatkan poin.
5) Apabila kotak yang dituju didapati gambar ular dengan posisi
turun , maka pemain harus mengikuti posisi ular turun.
6) Apabila kotak yang dituju didapati gambar tangga yang naik,
maka pemain harus mengikuti posisi tangga untuk naik ke kotak
yang dituju tangga tersebut.
7) Pemenang dari permaianan ini adalah siswa yang paling banyak
menjawab pertanyaan dengan benar.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
43
8) Kelompok yang mencapai finish terlebih dahulu akan
memperoleh skor tambahan.
9) Permainan berakhir apabila terdapat kelompok yang mencapai
finish.
Penggunaan media pembelajaran ular tangga dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sangat tepat karena guru
dapat memasukkan ilmu pengetahuan sosial yang dipelajari pada
media ular tangga yang akan dimainkan siswa secara berkelompok
yang terdiri dari 4-5 orang, sehingga dengan adanya permainan ular
tangga ini dapat memudahkan siswa dan membuat siswa lebih
tertarik dalam memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Hasil
dari permaianan ini dapat digunakan sebagai alat hasil proses
evaluasi kegiataan.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh I Wyn Oviyana, I.
Nym.Wirya, dan I Km Sudarma (2015:1) dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas VI SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok
siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran tipe Jigsaw II
menunjukkan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
siswa yang belajar mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan penerapan
model pembelajaran tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keberhasilan
pelajaran.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
44
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rifki Afandi
(2015:1) dengan judul “Pengembangan Media Pembelajaran Permaianan Ular
Tangga untuk Meningkattkan Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS
Di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan
adanya permainan ular tangga pada SDI Yapita Surabaya, hasil belajar siswa
mengalami peningkatan 40% dari 55% siswa yang mencapai nilai dibawah
KKM (kriteria ketuntasan minimum) menjadi 100% semua siswa mencapai
nilai di atas KKM (kriteria ketuntasan minimum).
Dari hasil penelitian di atas dapat dijadikan acuan dan sumber bagi
peneliti untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II menggunakan media permainan ular
tangga. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II dengan menggunakan
media permainan ular tangga ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada kelas V SD Negeri 1 Purbadana.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Menggunakan
Media Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran IPS Materi Masa Persiapan Kemerdekaan Di Kelas V SD Negeri 1
Purbadana” akan dilaksanakan dengan daur siklus yang terdiri dari dua siklus
sesuai dengan perencanaan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Apabia pada siklus I belum mencapai kriteria
ketuntasan belajar, maka akan dilakukan di pertemuan siklus II. Kriteria
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
45
ketuntasan diharapkan tercapai pada siklus II. Berikut ini adalah skema atau
gambaran penelitian tersebut:
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Berdasarkan gambar 2.1 di atas dapat diketahui bahwa kondisi awal
yaitu diperoleh dari tindakan refleksi awal serta melakukan identifikasi
masalah untuk dapat mencari sebuah solusi yang tepat. Kondisi awal
menunjukkan bahwa terdapat keadaan dimana guru sebelum menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, kondisi nyata tersebut
mengarah pada pembelajaran yang masih berpusat kepada guru sehingga
mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa. Mengetahui permasalahan
tersebut melalui sebuah kondisi awal memunculkan adanya salah satu
tindakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II dan media permainan ular tangga. Hasil akhir yang diharapkan
Kondisi
Akhir
Siklus I Melalui model
pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw II dengan
Media Permainan Ular
Tangga
Tindakan
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw II dengan media ular tangga
dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa IPS kelas V SD Negeri 1 Purbadana
Kondisi
Awal
Guru sebelum
menggunakan model
pembelajaran Kooperatif
tipe Jigsaw II
Pembelajaran masih
berpusat pada guru,
akibatnya prestasi
belajar siswa rendah
Siklus II
Refleksi
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016
46
yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan
media permainan ular tangga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan
penelitian ini berupa: Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di SD Negeri 1 Purbadana.
Upaya Meningkatkan Prestasi..., Riski Amalia, FKIP UMP, 2016