Post on 28-Mar-2021
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Group investigation
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Berdasarkan pandangan
konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara
langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai
cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Group investigation adalah
kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan
belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group
process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap
anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah
kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group
investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke
dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus
utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.
2.1.1.1 Ciri - ciri Model Group Investigation
Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit
diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini
mempunyai ciri - ciri, yakni sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat
pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan
sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
8
2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan
berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar
belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan
pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu
pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi
kelompok.
3. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik
yang telah dipelajari semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
4. Adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana
belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini
dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam
mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya
dalam membahas materi pembelajaran.
2.1.1.2 Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation
Metode Group Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling
terkait:
1. Group Investigation membantu siswa untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini mempunyai
implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan
dan membentu mencapai tujuan.
2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui
investigasi
3. Group Investigation melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam
memecahkan suatu masalah.
9
Dengan adanya kegiatan tersebut, siswa dibekali keterampilan hidup (life skill)
yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi guru menerapkan model
pembelajaran GI dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan,
belajar sendiri dan belajar untuk bekerja secara kooperatif.
2.1.1.3 Langkah - Langkah Model Pembelajaran Group Investigation
Sharen et al (dalam Krismanto, 2003:8) mendisain model pembelajaran GI
menjadi enam tahapan, yaitu:
a) Tahap mengidentifikasi topik dan pengelompokkan
Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi
pada togas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok pada pembelajaran ini heterogen baik dalam jenis
kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
b) Tahap merencanakan penyelidikan kelompok
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan topik dan subtopik yang telah
dipilih dari langkah a. di atas.
c) Tahap melaksanakan penyelidikan
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b.
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
d) Tahap menyiapkan laporan akhir
Para siswa menganalisis dan mengsintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah c. dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam
suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
10
e) Tahap menyajikan laporan
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
f) Tahap evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok dan bahkan kedua-
duanya.
2.1.1.4 Kelebihan Model Group Investigation
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group
investigation juga mempunyai kelebihan, yakni sebagai berikut:
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran
GI, yaitu sebagai berikut:
1. Secara Pribadi
a. dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
b. memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
c. rasa percaya diri dapat lebih meningkat
d. dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalah
e. mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
2. Secara Sosial
a. meningkatkan belajar bekerja sama
b. belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
c. belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
d. belajar menghargai pendapat orang lain
e. meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3. Secara Akademis
a. siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang
diberikan
b. bekerja secara sistematis
11
c. mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai
bidang
d. merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya
e. mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
f. Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang digunakan sehingga
didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
2.1.1.5 Kelemahan Model Group Investigation
Model Pembelajaran Group Investigation selain memiliki kelebihan juga
terdapat beberapa kekurangannya, yaitu:
1) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
2) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
3) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model
pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut
siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
sendiri
4) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
5) Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami
kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan, 2006:9).
2.1.2 Media Pembelajaran
Kata media dalam ”media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara
atau pengantar, sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai kondisi yang
diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar. Dengan
demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai
wahana penyalur pesan atauinformasi belajar untuk mengkondisikan seseorang
untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan
belajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media
(Sarwono, 2008).
Menurut Bovee (1997) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi
menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi
12
untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan
berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Periode atau
kecenderungan yang terakhir adalah pembelajaran dengan komputer yang
integratif. Pembelajaran integratif memberi penekanan pada pengintegrasian
berbagai ketrampilan berbahasa, mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca
dan mengintegrasikan tehnologi secara lebih penuh pada pembelajaran. Pada
awalnya komputerdititik beratkan pada proses pengolahan data, tetapi karena
teknologi yang sangat pesat, saat ini teknologi komputer sudah menjadi sarana
informasi dan pendidikan khususnya teknologi internet. Dalam hal pendidikan,
komputer dapat dipergunakan sebagai alat bantu (media) dalam proses belajar
mengajar baik untuk guru maupun siswa yang mempunyai fungsi sebagai Media
tutorial, alat peraga dan juga alat uji dimana tiap fungsi tersebut masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai media tutorial, komputer
memiliki keunggulan dalam hal interaksi, menumbuhkan minat belajar mandiri
serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa / anak. Tetapi interaksi komputer
dengan manusia belum dapat menggantikan interaksi manusia dengan manusia,
selain itu mempunyai kelemahan lain yaitu kemauan belajar mandiri yang masih
rendah. Komputer sebagai alat uji memiliki keunggulan dalam keobyektifan,
ketepatan dan kecepatan dalam penghitungan tetapi masih belum dapat menilai
soal-soal essai, pendapat dan hal yang terkait dengan moral dan etika. Yang
terakhir, sebagai media alat peraga, komputer mempunyai kelebihan dapat
memperagakan percobaan tanpa adanya resiko, tetapi membutuhkan waktu dalam
pengembangannya (Saifuladi,2007).
Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer
sebagai media pembelajaran (Lee, 2000) Alasan-alasan ituadalah: pengalaman,
motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang lebih
luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman global.
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga atau media pembelajaran akan
memberi kesempatan pada peserta didik untuk mendapat materi pembelajaran
13
yang otentik dan dapat berinteraksi secara lebih luas. Pembelajaran pun menjadi
lebih bersifat interaktif yang akan memenuhi kebutuhan strategi pembelajaran.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usahausahake arah
pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologidalam pelaksanaan
pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat
menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang
sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, guru
(pengajar) harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994): (i) media sebagai alat
komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi media
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara metode mengajar
dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau manfaat media dalam pengajaran;
(v) pemilihan dan penggunaan media pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan
teknik media pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan media
pembelajaran. Media pembelajaran bermanfaat intuk melengkapi, memelihara dan
bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung,
penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar,
meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketepatan
penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman kita terhadap
ragam dan karakteristik media tersebut.
Terdapat hubungan antara pengembangan media pembelajaran dengan
hasil belajar ssiswa. Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era
informasi yaitu suatu era yang ditandai dengan makin banyaknya medium
informasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi
dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian
pesan pada era informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik
maupun non elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, (Dimyati,1996)
menjelaskan bahwa suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi
secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama,
14
sekolah, dan pramuka. Dari uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media
telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda.
Dengan demikian hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah
tersedianya media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk
mempelajari materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik.
Selain itu juga gaya belajar atau learning style merupakan suatu karakteristik
kognitif, afektif dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang
relatif stabil bagi pembelajar yang merasa saling berhubungan dan bereaksi
terhadap lingkungan belajar Peranan Media dalam proses belajar mengajar
menurut Gerlac dan Ely (1971:285) ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan
yang dimiliki media pengajaran yaitu :
1. Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian.
2. Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau
kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan.
3. Media mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau
kejadian yang mengandung makna.
Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam
proses belajar mengajar antara lain :
1. Dapat menghindari terjadinya verbalisme
2. Membangkitkan minat atau motivasi
3. Menarik perhatian
4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran
5. Mengaktifkan siswa dalam belajar
6. Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Kisi-kisi angket yang dapat disediakan dengan memperhatikan beberapa
acuan atau indikator. Ketertarikan siswa pada media pembelajaran yaitu
bagaimana kegiatan atau keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
tersebut. Kesesuaian materi pembelajaran dengan media pembelajaran yang di
15
rancang. Kualitas dan juga manfaat media pembelajaran yang dikembangkan bagi
kegiatan pembelajaran siswa. Rasa ingin tahu yang sangat besar membuat siswa
jadi antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemauan
yang menyebabkan siswa ingin berprestasi dalam pembelajaran (Triyono, 2009).
2.1.3 Media Audio Visual
Sekarang ini teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mampu
memberikan manfaat yang positif di berbagai bidang. Hal ini dapat dimanfaatkan
dalam dunia pendidikan. Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia yang paling banyak adalah melalui proses belajar mengajar . Menurut
Sadiman proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi.
Proses komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah proses menyampaikan pesan
dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu kepada penerima pesan,
pesan tersebut berupa isi ajaran yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau
sumber lain kedalam bentuk komunikasi visual maupun verbal.
Pada dasarnya pada proses belajar mengajar merupakan sebuah sistem,
yang didalamnya memiliki berbagai komponen yang saling bekerja sama dan
terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media berasal dari bahasa latin
merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara”
atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima
pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs
berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan
isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik.
Media pembelajaran merupakan penyampaian informasi atau pesan
pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar,
16
diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan prestasi belajar pada
siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya menghadirkan media dalam setiap proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. media pendidikan
mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain: hambatan
komunikasi, keterbatasan ruang kelas, sikap siswa yang pasif, pengamatan siswa
yang kurang seragam, sifat objek belajar yang kurang khusus sehingga tidak
memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat belajar yang terpencil dan
sebagainya.
Ronald Anderson (1987: 104) mengemukakan tentang beberapa tujuan
dari pembelajaraan mengunakan media video, antara lain:
a. Untuk tujuan kognitif :
1. Dapat mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan
mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan gerak dan
serasi.
2. Dapat menunjaukan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai
media foto dan film bingkai meskipun kurang ekominis.
3. Melalui video dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang hukum-
hukum dan prinsip – prinsip tertentu.
4. Video dapat digunakan untuk menunjukan contoh dan cara bersikap
atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut
interaksi siswa.
b. Untuk tujuan afektif :
1. Video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan
informasi dalam matra afektif.
2. Dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi media yang
sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.
3. Untuk tujuan psikomotorik :
i. Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh
ketrampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini dijelaskan,
baik dengan cara memperlambat maupun mempercepat gerakan
yang ditampilkan.
17
ii. Melalui video siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara
visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba
ketrampilan yang menyangkut gerakan tadi.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut
memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam proses
belajar mengajar. Djamarah mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke
dalam beberapa jenis :
1. Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti tape recorder.
2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan
dalam wujud visual.
3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi
ke dalam dua jenis :
1. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film
sound slide.
2. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Media audio visual sangat penting untuk menjadi sarana pendukung
pembelajran, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu
media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi mahasiswa.
Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima
melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan
indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara. Media audio-visual
disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur
yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan
siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan
unsur visual memungkinkan penciptaan pesan belajar melalui bentuk visualisasi.
Menurut Ronal Anderson, media video adalah merupakan rangkaian gambar
18
elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar
yang dituangkan melalui pita video (video tape), rangkaian gambar elektronis
tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau
video player.
Menurut Ronald Anderson (1987: 105) media video memiliki kelebihan,
antara lain :
1) Dengan menggunakan video (disertai suara atau tidak), kita dapat
menunjukkan kembali gerakan tertentu.
2) Dengan menggunakan efek tertentu dapat diperkokoh baik proses belajar
maupun nilai hiburan dari penyajian itu.
3) Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang
sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah penonton atau
peserta yang tak terbatas dengan jalan menempatkan monitor di setiap
kelas.
4) Dengan video siswa dapat belajar secara mandiri.
Sedangkan keterbatasan penggunaan media video, antara lain :
1) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu
mengerjakannya.
2) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali
jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.
3) Ketika akan digunakan, peralatan video harus sudah tersedia di tempat
penggunaan.
4) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan
pencarian bentuk umpan balik yang lain.
Dari beberapa uraian media audio visual adalah suatu media yang terdiri
dari media visual yang disinkronkan dengan media audio yang sangat
memungkinkan terjalinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di
dalam proses belajar mengajar. Media audio visual merupakan perpaduan yang
saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan
dan pemikiran bagi yang menonton. Yang termasuk media ini adalah sound slide,
19
TV, film, dan sebagainya. Cara menggunakan alat-alat audio visual ada 4 tahap
yang diterangkan berturut-turut yaitu persiapan, penyajian, penerapan, dan
kelanjutan.
2.1.4 Kriteria Video Pembelajaran yang Efektif
2.1.4.1 Kriteria Umum Video Pembelajaran yang Efektif
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dasar pertimbangan dalam
pemilihan media adalah dapat terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan
pembelajaran. (M. Connel,1974) dengan tegas mengatakan “if the medium fits use
it” artinya jika media sesuai gunakanlah. Diperlukan analisis terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi kesesuaian media, diantaranya : tujuan pembelajaran,
karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (auditif, visual dan kinestetik),
lingkungan, ketersediaan fasilitas pendukung, dan lain-lain. Secara teoritik setiap
media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh
terhadap afektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan
yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses
pendididkan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum
sebagai berikut :
1. Kesesuaian dengan tujuan
Analisis dapat diarahkan pada taksonomi tujuan dari bloom,
apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kriteria
pemilihan media didasarkan atas kesesuaiannya dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar dan terutama indikator
2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran
Bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program
pembelajaran tersebut..
3. Kesesuaian dengan karakteristik pembelajaran atau siswa.
Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik
siswa/guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan cirri media yang akan
digunakan. Pemilihan media harus melihat kondisi siswa secara fisik
terutama keberfungsian alat indera yang dimilikinya. Selain pertimbangan
20
tersebut perlu juga diperhatikan aspek kemampuan awal siswa, budaya
maupun kebiasaan siswa. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari
respok negative siswa, serta kesenjangan pemahaman antara pemahaman
yang dimiliki peserta didik sebagai hasil belajarnya dengan isi materi yang
terdapat pada media tersebut.
4. Kesesuaian dengan teori
Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori.
Bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling
disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang di angkat dari
penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya. Pemilihan media
harus merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran,
yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajran.
5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.
Bobbi De Porter (1999;177) dalam buku “Quantum Learning”
mengemukakan terdapat tiga gaya belajar siswa, yaitu : tipe visual,
auditorial dan kinestik. Siswa yang memiliki tipe visual akan mudah
memahami materi jika media yang digunakan adalah media visual seperti
TV, Video, Grafis dan lain-lain. Siswa dengan tipe auditif, lebih menyukai
cara belajar dengan , dibanding menulis dan melihat tayangan. Cirinya
adalah berbicara kepada diri sendiri saat bekerja, mudah terganggu oleh
keributan dan lin-lain. Sedangkan tipe kinestetik lebih suka melakukan
dibanding membaca dan mendengarkan. Cirri-ciri tipe ini adalah berbicara
dengan perlahan, menanggapi perhatian , menyentuh orang untuk
mendapat perhatian dari orang lain dan lain-lain.
6. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan
Fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Bagaimana
bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu
yang tersedia, maka kurang efektif.
21
2.1.4.2 Kriteria Khusus Video Pembelajaran yang Efektif
Erickson (dalam Hidayat:2011) memberi saran dalam mengembangkan
kriteria pemilihan media dalam bentuk chek list sebagai berikut:
“Sejumlah kriteria khusus lainnya dalam memilih media pembelajaran yang tepat
dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari; access, cost,
technology, interactivity, organization, dan novelty.
1) Acces
Media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan
siswa
2) Cost
Media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat dijangkau.
3) Technology
Media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia dan mudah
menggunakannya.
4) Interactivity
Media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik,
intelektual dan mental.
5) Organization
Dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara organisatoris
mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi seperti
pusat sumber belajar yang mengelola).
6) Novelty
Media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga memiliki
daya tarik bagi siswa yang belajar.
Menurut (dalam Hidayat: 2011) media-media yang akan dipilih dalam
proses pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat visible, intresting, simple,
useful, accurate, legitimate, structure (VISUALS). Penjelasan dari syarat tersebut
adalah:
22
A. Visible atau mudah dilihat
Media yang digunakan harus dapat memperikan keterbacaan bagi orang
lain yang melihatnya;
B. Interesting atau menarik
Media yang digunakan harus memiliki nilai kemenarikan. Sehingga yang
melihatnya akan tergerak dan terdorong untuk memperhatikan pesan yang
disampaikan melalui media tersebut
C. Simple atau sederhana
Media yang digunakan juga harus memiliki nilai kepraktisan dan
kesederhanaan, sehingga tidak berakibat pada in-efesiensi dalam
pembelajaran;
D. Useful atau bermanfaat
Media yang digunakan dapat bermanfaat dalam pencapaian tujuan
pembelajaran yang diharapkan,
E. Accurate atau benar
Media yang dipilih benar-benar sesuai dengan karakteristik materi atau
tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain media tersebut benar-benar
valid dalam pembuatan dan penggunaannya dalam pembelajaran;
F. Legitimate atau Sah
Media pembelajaran dirancang dan digunakan untuk kepentingan
pembelajaran oleh orang atau lembaga yang berwenang (seperti guru);
G. Structure atau tersetruktur
Media pembelajaran, baik dalam pembuatan atau penggunaannya
merupakan bagian tak terpisahkan dari materi yang akan disampaikan
melalui media tersebut.
Menurut wilkinson (dalam Hidayat:2011), ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan dalam memilih video pembelajaran, yakni:
a. Tujuan
23
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran
yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang
paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan
kelengkapan dari kriteria utama.
b. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting
dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila
yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media
film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa
penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan
pencapain akademik.
d. Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda
interindividual antara siswa. Msialnya kalau siswa tergolong tipe
auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan
media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar dengan
menggunakan media auditif.
e. Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan
pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia.
Menurut wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan
tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa
dan guru.
f. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan
media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan
dicapai.
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah
menggunakan media mana yang lebih tepat untuk membantu mempermudah
tugas-tugasnya sebagai pemelajar. Kehadiran media dalam proses pembelajaran
24
jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni
mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2.1.4.3 Perencanaan Teknis Pembelajaran Dengan Menggunakan Video
Pembelajaran
Sebelum dapat megguanakan media audio visual dengan baik dan tepat guna,
tentu banyak persiapan yang harus dilakukan diantaranya:
1. Mempersiapkan ruangan yang tertutup sehingga cahaya yang masuk tidak
terlalu mengganggu pemutaran media.
2. Mempersiapkan software dan hardware yang akan digunakan dalam
menunjang proses pembelajaran.
3. Pastikan software (VCD/DVD) yang digunakan dalam menjelaskan
materi, sesuai dan cocok untuk disimak oleh siswa.
4. Guru mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan
video dan film yang ditampilkan.
5. Sebelum memulai pastikan juga posisi duduk siswa dalam
menyimak/menonton
6. Film/video haruslah nyaman, agar siswa tidak ribut dan menyimak dengan
baik.
7. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu, memulai pembelajaran
dengan menyampaikan topik yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan teknis pembelajaran hari ini. Kemudian kita
memutarkan video dan mengarahkan siswa untuk menyimak.
2.1.4.4 Alasan Digunakannya Video Pembelajaran
Beberapa alasan kenapa media audio visual lebih tepat dibandingkan media
lainnya untuk membimbing siswa dalam pelajaran Sains yaitu karena :
a. Anak sekolah dasar masih dalam fase operasional kongkret dimana
mereka harus melihat atau mengamati secara kongkret benda yang
dipelajarinya agar mereka lebih melekat dalam ingatannya.
25
b. Kualitas video sangat variatif, dan tampilannya pun dapat menarik
perhatian siswa.
c. Kita dapat mencari video di toko – toko VCD dan DVD dan dapat
memilih sesuai kebutuhan dan kondisi siswa.
d. Video/film yang di tampilkan dapat merangsang tidak hanya melalui suara
saja atau gambar saja, tetapi melalui gambar dan suara sehingga siswa
lebih menikmati dalam menyimak pelajaran.
e. Video juga dapat merangsang dan menumbuhkan daya imajinasi siswa.
f. Daya ingan siswa lebih lama melekat karena siswa tidak hanya mendengar
tetapi mereka juga melihat peristiwanya.
g. Video dapat diperlambat, diulang, dipause, agar dalam menyimak lebih
maksimal hasilnya.
2.1.5 Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation dengan Video
Pembelajaran dalam Kegiatan Pembelajaran
Guru memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, guru
adalah penanggung jawab utama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melatih
kemampuan siswa, termasuk pemahaman siswa dengan mencari kemudian
membangun pengetahuannya sendiri, melatih keaktifan siswa dan memberikan
kebebasan berfikir. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif jika
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan sesuai, namun suatu proses
pembelajaran akan berlangsung lebih efektif apabila disertai dengan teknologi
atau alat bantu untuk menyampaikan informasi yang disebut dengan media
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk maksimal dalam
menciptakan kegiatan belajar mengajar disekolah yang menarik agar siswa
bersemangat, termotivasi, selalu ingin tahu dan aktif disetiap kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran group investigation dengan video pembelajaran ini
diterapkan secara bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman siswa, dengan model ini juga dapat lebih menarik perhatian siswa
26
didalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
siswa. Langkah-langkahnya adalah dengan menggabungkan antara model
pembelajaran Group Investigation dengan video pembelajaran. Siswa dibentuk
menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 3 - 4
orang siswa. Setiap kelompok diberikan materi yang sama untuk dipelajari.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kedua model
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :
Tahapan Kegiatan
1. Kegiatan awal 1. Berdoa
2. Presensi
3. Apersepsi
4. Penjelasan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti 1. Eksplorasi
a. Tanya jawab tentang materi yang akan dipelajari
atau bertukar cerita tentang pengalaman yang
berkaitan dengan materi.
b. Guru memberikan artikel yang berhubungsn dengan
sumber daya alam
c. Guru memutarkan video yang berkaitan dengan
sumber daya alam dan siswa memperhatikan
d. Guru bersama siswa membahas isi dari video yang
telah diputarkan
2. Elaborasi
a. Guru bersama siswa membagi kelompok secara
heterogen dengan masing – masing kelompok
terdiri 3 – 4 anggota.
b. Setiap kelompok menentukan topik yang akan
didiskusikan dalam kelompoknya.
c. Setiap kelompok menyelesaikan tugas dari guru.
27
d. Siswa menyelesaikan tugas dengan berdiskusi
bersama anggota kelompoknya masing – masing.
e. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan
tugas dalam kelompok
f. Siswa menyelesaikan tugas dengan mencari dari
sumber lain.
g. Setiap kelompok mempresentasikann hasil
diskusinya kelompok lain memperhatikan
kemudian menanggapi.
h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pembelajaran yang telah dilakukan.
i. Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaannya.
3. Konfirmasi
a. Guru memberikan masukan pada presentasi setiap
kelompok.
b. Guru bersama siswa meluruskan pemahaman yang
keliru tentang materi.
c. Guru memberikan penguatan
3. Kegiatan akhir 1. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan
kembali tentang materi yang telah dipelajari.
2. Guru memberikan tugas individu (PR) kepada siswa.
3. Salam penutup
Proses pembelajaran dengan menggunakan model group investigation
dengan video pembelajaran menurut saya akan lebih efektif untuk digunakan.
Siswa akan lebih tertarik dari pada kita sebagai guru hanya menggunanakan
metode ceramah atau pun demonstrasi pada saat menjelaskan materi. Dengan
ceramah siswa akan merasa cepat bosan atau jenuh, sehingga materi yang
disampaikan tidak akan dicerna dengan baik. Melalui model pembelajaran group
investigation juga siswa akan belajar bagaimana mereka bekerja dalam satu team,
mereka akan bertukar pendapat, kerjasama dengan teman sehingga siswa akan
28
lebih aktif dan pembelajaran dikelaspun juga efektif, jadi akan lebih mudah bagi
seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.6 Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada
suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,
mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian :
1. Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau
mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992)
2. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar.
(Hasibuan J.J,1992)
3. Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya
perubahan tingkah laku. (Gagne)
Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata
dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”,
yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak
didik mau belajar. (KBBI)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi
kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
29
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata,
1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan
belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah
satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan
primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar
terjadi kegiatan secara optimal. Dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar,
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
1. Siswa
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang
diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Isi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
30
5. Metode
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat
informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
7. Evaluasi
Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
2.1.7 Ciri-ciri Pembelajaran yang Efektif
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri
pembelajaran yang efektif,yaitu:
1. siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi
berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
2. guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
pelajaran,
3. aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
4. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada
siswa dalam menganalisis informasi
5. orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir.
6. guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan
dan gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam
proses belajar siswa sebagai berikut :
31
1. Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan
kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan
tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu
tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
2. Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa
informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta
agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga
kelas menjadi hidup.
3. Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud
untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber (guru maupun sumber
lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media
harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun
gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran
disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya,
dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau
mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran
tersebut.
32
4. Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah
apabila terjadi :
a) Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun
sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa
yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
b) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi
apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan
karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media,
selain isi pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga
didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat,
perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
5. Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
1) Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan
yang lainnya berbeda.
2) Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan
memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga
factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi
pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran
lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang
dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.
33
2.1.8 Hasil Belajar
2.1.8.1 Belajar
Menurut Slameto (2002) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan. Sardiman A.M dalam Sunarto (2009) mengemukakan belajar dalam
pengertian luas adalah kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi
seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Menurut Sumadi
Suryabrata (1998) mengemukakan bahwa belajar itu membawa perubahan,
perubahan tersebut didapatkan dari kecakapan baru, dan perubahan tersebut
terjadi karena adanya usaha. Sedangkan Syaiful B.Djamarah dalam Ariyanto
(2009) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang
menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta,
rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar merupakan
suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan
dan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan (Sugihartono dkk, 2007).
Belajar harus menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil tersebut, dapat
berupa pengetahuan, keterampilan (dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi
dapat melakukan), serta nilai dan sikap (dari tidak dapat berlaku sopan sampai
mengetahui, memahami, menguasai dan dapat bertingkahlaku sopan). Belajar
akan berlangsung (dengan baik) apabila perubahan-perubahan berikut terjadi; “1.
penambahan informasi, 2. mengembangkan atau meningkatkan pengertian, 3.
penerimaan sikap-sikap baru, 4. Memperoleh penghargaan baru, 5. mengerjakan
sesuatu dengan apa yang telah dipelajari."(Surjadi dalam Aryanti 2004).
Suatu perubahan tingkah laku disebut belajar apabila perubahan tersebut
merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan disengaja. Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sustu aktivitas
34
yang menghasilkan perubahan tingkah laku, yang pada prinsipnya individu yang
belajar memperoleh sesuatu yang baru.
2.1.8.2 Pengertian Hasil Belajar
Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan guru mengajar dan
keberhasilan siswa dalam belajar, setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar
yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar
mengajar disebut juga dengan prestasi belajar. Prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai - nilai yang
terdapat di dalam kurikulum. Menurut Adi Negoro dalam Aryanto (2009), prestasi
adalah segala jenis pekerjaan yang berhasil dan prestasi itu rnenunjukkan
kecakapan suatu bangsa.
Menurut W.J.S Purwadarrninto dalam Sunarto (2009) prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu
tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan. Arif Gunarso dalam
Setyowati (2006) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Sedangkan Suryabrata (1988) menyatakan bahwa prestasi belajar
diwujudkan dengan nilai baik, dengan menggunakan lambang A, B, C, D, dan E
untuk menunjukkan kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan ekstrakurikuler.
Untuk penilaian kemampuan atau prestasi
dalam mata pelajaran dengan menggunakan skala 0 sampai 10.
Koster dalam aryanto (2009) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa
merupakan pengetahuan yang dicapai siswa pada sejumlah mapel yang dimuat
dalam raport sebagai buku laporan nilai atau laporan pendidikan pada diri
seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini
dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan
hasil tes atau ujian.
35
2.1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Nana
Sudjana (1989) dalam:
a. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri, antara
lain ialah kemampuan yang dimilikinya, minat, motivasi serta faktor-faktor
lainnya.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berada di luar individu diantaranya
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Bloom dalam Arif Setiawan (2007) mengemukakan tigafaktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu kemampuankognitif, motifasi belajar, dan
kualitas pembelajaran. Robinson dan Tanner (dalam Slameto, 2003) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu perilaku sosial,
konsep diri akademik, strategi belajar siswa, motivasi, pola asuh dan status
ekonomi.
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern
dan faktor ekstern.
1. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern tersebut meliputi beberapa hal antara lain :
a. Faktor jasmainah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, terdapat tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi
belajar. Faktor-aktor tersebut adalah intelegensi, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan.
2. Faktor ektern adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar.
Faktor ekstern meliputi beberapa hal antara lain :
a. Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
36
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,relasi siswa dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keaaan gedung, metode belajar an tugas rumah.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupkan faktor yang berpengaruh terhadap belajar siswa.
Pengaruh ini terjadi karena keberadan siswa dalam masyarakat. Faktor
tersebut meliputi kegitan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.10 Kerangka Berpikir
Pembelajaran akan membosankan jika tidak adanya variasi dalam proses
belajar mengajar. Ketrampilan dan ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satunya yaitu melalui pembelajaran, dimana pembelajaran
dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjuk untuk membelajarkan siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajaranya. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang maksimal diperlukan berbagai faktor pendukung.
Diantaranya kurikulum, model pembelajaran serta sarana dan prasarana yang
mendukung proses belajar mengajar di sekolah.
Pembelajaran yang menggunakan media akan mengurangi kondisi yang
monoton dan pembelajaran akan lebih menarik siswa. Salah satu media yang
dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan
video pembelajaran yang nantinya akan digabungkan dengan model pembelajaran
group investigation, agar siswa juga belajar bekerja tidak hanya secara individu
tetapi juga berkelompok.
Langkah awal untuk mencapai hasil perbaikan pembelajaran yang
diharapkan pada pelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam dan teknologi, guru
harus dapat menentukan model dan media atau alat perga yang tepat dan dapat
menarik perhatian siswa sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi yang disampaikan. Penentuan model, media dan alat peraga yang tepat
37
dalam proses pembelajaran ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya
penyampaian materi kepada siswa. Untuk itu guru hendaknya tidak berprinsip
sebagi satu – satunya sumber ilmu tetapi lebih bersifat sebagai fasilitator.
Model pembelajaran group investigation dengan video pembelajaran
adalah model dan salah satu media yang tepat digunakan dalam pokok bahasan
sumber daya alam dan teknologi. Sehingga diharapkan video pembelajaran ini
akan menarik dan memudahkan siswa dalam membantu memahami konsep
tentang sumber daya alam dan teknologi. Perlu disadari bahwa hasil belajar yang
rendah bukan sepenuhnya karena faktor guru sebagai pendidik, tapi bisa juga
karena siswa itu sendiri.
2.1.11 Hipotesis
Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran IPA dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPA di SD Negeri
Gedong 01, Kecamatan banyubiru, Kabupaten Semarang.
Kondisi
Awal
Pembelajaran
berpusat pada
guru
Hasil Belajar
IPA siswa
rendah dari
KKM Tindakan
Pembelajaran
menggunakan
model GI dengan
video pembelajaran
dalam
pembelajaran IPA
Hasil belajar IPA
siswa tinggi di
atas KKM
Guru ceramah
dan siswa
mendengarkan
Pemberian
tugas
Pemberian soal
evalusi