Post on 07-Jul-2018
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-1
Bab II
Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun Lalu
Dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan
Pemerintahan
2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah
2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi
Provinsi Kalimantan Utara adalah provinsi ke-34 di Indonesia yang
merupakan Provinsi termuda yang berdiri berdasarkan Undang-undang nomor
20 tahun 2012. Daerah Kalimantan Utara terdiri dari Empat Kabupaten yaitu
Kabupaten Bulungan beribukota di Tanjung Selor, Kabupaten Malinau
beribukota di Malinau, Kabupaten Nunukan beribukota di Nunukan dan
Kabupaten Tana Tidung beribukota di Tideng Pale serta Kota Tarakan. Luas
wilayah Provinsi Kalimantan Utara 75.467,70 Km2, terletak antara 114°35'22"
dan 118°03'00" Bujur Timur, dan antara 1°21'36" dan 4°24'55" Lintang Utara.
Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, yakni Negara Bagian
Sabah dan Sarawak, Laut Sulawesi di sebelah timur, Kalimantan Timur di
sebelah selatan, dan Malaysia di sebelah barat. Provinsi Kalimantan Utara
merupakan provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga
Malaysia baik wilayah darat dan laut yang juga merupakan Alur Laut kepulauan
Indonesia (ALKI) II dari Laut Sulawesi ke Samudra Hindia melalui Selat
Makasar dan Selat Lombok yang memiliki potensi strategis sebagai pendukung
perekonomian wilayah.
Adapun pembagian wilayah administratif Provinsi Kalimantan Utara
menurut kabupaten/kota dapat dirinci sebagai berikut:
Tabel 2.1
Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Ibukota Luas
Daratan (Km2)
Jumlah Kecamatan
Jumlah Desa
Bulungan Tanjung Selor 13.925,72 10 81
Malinau Malinau 42.620,70 15 109
Nunukan Nunukan 13.841,90 16 240
Tana Tidung Tideng Pale 4.828,58 5 29
Tarakan Tarakan 250,80 4 20
Kalimantan Utara 75.467,70 50 479
Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 dan kaltara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-2
Berdasarkan informasi di atas, diketahui bahwa Kabupaten Malinau
merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Utara,
yakni mencapai 56% dari total luasan, sedangkan daerah dengan luas wilayah
terkecil adalah Kota Tarakan karena persentasenya tidak mencapai angka 1%
dari total luasan Provinsi Kalimantan Utara. Kondisi geografis Provinsi
Kalimantan Utara selain berupa pegunungan adalah juga merupakan daerah
kepulauan. Pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara terletak di Kabupaten
Nunukan, Bulungan, Tana Tidung dan Kota Tarakan. Jumlah pulau-pulau kecil
di Provinsi Kalimantan Utara adalah 161 pulau dengan luas total mencapai
3597 m2. Pulau-pulau terbesar diantaranya yaitu Pulau Tarakan (249 m2),
Pulau Sebatik (245 m2), Pulau Nunukan (233 m2), Pulau Tanah Merah (352
m2). Sementara, panjang garis pantai provinsi ini adalah 3.955 Km, 908 Km
(23%) merupakan garis pantai daratan, dan 3.047 Km (77%) merupakan garis
pantai kepulauan. Secara lebih jelas, persentase luas daratan menurut
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada diagram dan
Peta Cakupan Wilayah di bawah ini:
Gambar 2. 1
Persentase Luas Daratan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016
Iklim di Provinsi Kalimantan Utara beriklim Tropis dan mempunyai dua
musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan, musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim
penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April, namun
dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Utara kadang
tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam
kenyataannya tidak ada hujan sama sekali ataupun sebaliknya.Selain itu karen
18.45%
56.48%
18.34%
6.40% 0.33%
Bulungan
Malinau
Nunukan
TanaTidung
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-3
letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kalimantan Utara juga dipengaruhi
oleh angin Muson Barat Nopember-April dan Angin Muson Timur Mei-Oktober.
Gambar 2. 2
Peta Administratif Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Bappeda Kalimantan Utara
Secara umum Provinsi Kalimantan Utara beriklim panas dangan suhu
pada tahun 2013 berkisar antara 23,9°C di Tanjung Selor pada bulan Februari
sampai 33,9°C pada bulan September. Rata-rata suhu terendah adalah 24,1°C
di Tanjung Selor dan tertinggi 32,8°C terjadi di Tanjung Selor.
Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di
Kalimantan Utara pada tahun 2013, pengamatan menunjukan bahwa
kecepatan angin antara 3 sampai 5 knot. Kecepatan tertinggi adalah 5 knot
terjadi di Tanjung Selor dan Tarakan, sementara yang terendah adalah 3 knot
di Nunukan.
Penduduk dalam suatu wilayah merupakan potensi Sumber Daya
Manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga
sebagai penerima manfaat pembangunan. Dalam konteks pengembangan
wilayah, penduduk sebagai potensi sumberdaya manusia berperan untuk
mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayahnya secara
bijaksana dan berkelanjutan. Peran penduduk dalam pembangunan adalah
sebagai subyek dan obyek pembangunan. Selain itu, penduduk juga dapat
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-4
menjadi potensi dan beban pembangunan. Jumlah penduduk akan menjadi
potensi pembangunan apabila disertai dengan kualitas yang tinggi. Dan
sebaliknya, apabila memiliki kualitas yang rendah maka penduduk menjadi
beban pembangunan.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu
wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator
tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk sehingga akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk seperti
fasilitas pelayanan publik dan sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah
penduduk Provinsi Kalimantan Utara dari tahun 2010 sampai 2014 selalu
mengalami peningkatan. Rincian jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara
yang terbagi kedalam penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2. 2
Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2000-2014
di Provinsi Kalimantan Utara
Jumlah Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Laki-laki (jiwa) 278395 290839 303278 316057 328602
Perempuan (jiwa) 245752 256538 267626 278925 289605
Total (jiwa) 524147 547377 570904 594982 618207
Pertumbuhan (%) 3,09 4,43 4,30 4,22 3,90
Pola persebaran penduduk Kalimantan Utara menurut luas wilayah
sangat timpang. Sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat
kepadatan penduduk yang mencolok antar daerah, terutama antara kabupaten
dengan kota. Tingkat kepadatan penduduk Kalimantan Utara adalah 8,82
jiwa/km2.
Tabel 2. 3
Kepadatan Penduduk Kabupaten / Kota Tahun 2012-2014
Kabupaten/Kota Luas
Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
2010 2011 2012 2013 2014
Bulungan 13181,92 9 9 9 12 12
Malinau 40088,41 2 2 2 2 2
Nunukan 14247,5 10 11 11 11 12
Tana Tidung 4828,58 5 5 4 4 4
Tarakan 250,8 777 808 840 872 906
Kalimantan Utara 72597,21 7 8 8 8 9
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-5
Tabel di atas menunjukkan adanya kesenjangan dalam hal persebaran
penduduk di Provinsi Kalimantan Utara, terutama antar kabupaten dengan kota.
Kepadatan penduduk di Kota Tarakan mencapai ratusan jiwa/km2 akan tetapi
berbeda dengan kabupaten/kota lainnya yang memiliki kepadatan hanya 1-12
jiwa/km2. Kota Tarakan merupakan daerah paling padat dibandingkan dengan
daerah lainnya yaitu dengan kepadatan 906 jiwa/km2 sampai tahun 2014.
Sedangkan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki
kepadatan penduduk paling rendah adalah Kabupaten Malinau, yakni hanya 2
jiwa/km2.
2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Kalimantan Utara Menurut Lapangan Usaha pada tahun 2013
sebesar 4,56 persen dengan migas dan non migas sebesar 6,20
persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 10,41
persen dengan migas dan non migas 10,71 persen, maka pada tahun
2013, laju pertumbuhan PDRB dengan migas dan tanpa migas
mengalami penurunan. Hampir semua sektor ekonomi di Kalimantan
Utara pada Tahun 2013 mengalami percepatan pertumbuhan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hanya sektor industri
pengolahan yang mengalamai perlambatan.
PDRB dengan migas menunjukan bahwa sektor ekonomi yang
sangat berperan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Utara adalah
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (10,94 Persen),
Perdagangan, Hotel & Restoran (10,01 persen), Jasa-jasa (9,71
Persen), serta sektor Bangunan (8,42 Persen).
Struktur PDRB non migas didominasi oleh empat sektor yaitu
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (1094 Persen),
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (10,01 Persen), sektor Jasa-
jasa (9,71 persen), serta sektor Industri Pengolahan (4,86 Persen).
PDRB Kalimantan Utara menurut penggunaan pada tahun 2013,
masih didominasi oleh komponen ekspor impor dengan kontribusi 50,14
persen (net ekspor). Disusul pengeluaran Pembentukan Modal Tetap
Bruto sebesar 21,17 persen dan pengeluaran untuk komsumsi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-6
rumahtangga yaitu 19,44 persen. Sedangkan pertumbuhan untuk
semua komponen tahun 2013 mengalami percepatan dibandingkan
tahun sebelumnya kecuali pada penggunaan perubahan inventori dan
ekspor-impor.
PDRB dengan migas menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2013
terbesar ada di Kota Tarakan dengan nilai PDRB sebesar 10,00 triliun
Rupiah disusul Kabupaten Nunukan dengan nilai 5,82 triliun Rupiah,
dan Kabupaten Bulungan dengan nilai 3,23 triliun Rupiah. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi tertinggi menurut Kabupaten/Kota pda tahun
2012 ada di Kabupaten Malinau sebesar 11,18 persen.
Gambar 2. 3
PDRB dari Tahun 2010 s.d 2014 Berdasarkan ADHK Tahun Dasar 2010
Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016
Sektor perekonomian yang paling dominan dan menunjang
perekonomian daerah di Provinsi Kalimantan Utara masih dipegang
oleh sektor primer yaitu sektor pertambangan dan penggalian yang
memiliki peranan sebesar 30,33% pada tahun 2010. Kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian terhadap PDRB terus meningkat
mencapai 33,68 % di tahun 2013. Meski mengalami penurunan sampai
31,53% di tahun 2014, sektor ini tetap menjadi sektor yang berkontribusi
paling besar selama lima tahun berturut-turut. Sektor primer
penyumbang terbesar selain pertambangan dan penggalian adalah
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 17,02% di tahun
2014. Sektor pertanian kemudian disusul oleh sektor sekunder, yaitu
34.9 37.8
40.7
44.1
47.6
2010 2011 2012 2013 2014
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0
Tahun
TriliunRp
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-7
sektor konstruksi. Sektor sekunder ini terus tumbuh dari 11,68% di
tahun 2010 dan mencapai 11,91% pada tahun 2014, yang kemudian
diikuti oleh perkembangan sektor perdagangan 9,95% di tahun 2014
dan industri pengolahan sebesar 9,31% pada tahun yang sama.
Tabel 2. 4
Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d 2014 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)
di Provinsi Kalimantan Utara
No Sektor
2010 2011 2012 2013 2014
Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk
% % % % % % % % % %
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
17,86 17,86 16,72
17,65 16,52 16,52 16,23 16,23 17,02 17,02
2 Pertambangan dan Penggalian
30,33 30,33 33,92
30,25 33,25 33,25 33,68 33,68 31,53 31,53
3 Industri Pengolahan
10,23 10,23 9,8 9,95 9,42 9,42 9,21 9,21 9,31 9,31
4 Pengadaan Listrik dan Gas
0,05 0,05 0,04 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03
5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
6 Konstruksi 11,68 11,68
10,77
11,45 11,66 11,66 11,64 11,64 11,91 11,91
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
10,7 10,70 10,37
10,81 10,11 10,11 9,73 9,73 9,95 9,95
8 Transportasi dan Pergudangan
5,43 5,43 5,1 5,62 5,23 5,23 5,53 5,53 5,87 5,87
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1,27 1,27 1,23 1,26 1,28 1,28 1,29 1,29 1,31 1,31
10 Informasi dan Komunikasi
2,11 2,11 1,97 2,19 1,99 1,99 2 2 1,95 1,95
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
1,13 1,13 1,05 1,15 1,11 1,11 1,12 1,12 1,1 1,1
12 Real Estate 0,91 0,91 0,83 0,96 0,8 0,8 0,82 0,82 0,84 0,84
13 Jasa Perusahaan 0,29 0,29 0,29 0,31 0,29 0,29 0,28 0,28 0,29 0,29
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
5,01 5,01 4,86 5,13 5,11 5,11 5,12 5,12 5,48 5,48
15 Jasa Pendidikan 1,61 1,61 1,76 1,81 1,94 1,94 2,07 2,07 2,15 2,15
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,82 0,82 0,76 0,83 0,75 0,75 0,74 0,74 0,74 0,74
17 Jasa Lainnya 0,52 0,52 0,47 0,51 0,46 0,46 0,44 0,44 0,45 0,45
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil olahan
B. Inflasi
Selama Tahun 2014, provinsi Kalimantan Utara mengalami inflasi
sebesar 11,91 % persen, atau tejadi perubahan Indeks Harga
Konsumen (IHK) dari 159,96 pada bulan Desember 2013 menjadi
176,52 pada bulan Desember 2014. Penghitungan angka inflasi
Provinsi Kalimantan Utara sudah terwakili oleh Kota Tarakan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-8
Gambar 2. 4
Laju Inflasi Tahun 2009-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016
C. PDRB Per Kapita
PDRB per kapita digunakan untuk menunjukkan nilai PDRB per-
kepala atau satu orang penduduk. PDRB per kapita digunakan sebagai
salah satu indikator tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. PDRB
ADHK per kapita Provinsi Kalimantan Utara selama rentang tahun
2010-2014 menjadi bukti nyata pertumbuhan ekonomi per kapita yang
positif. Pertumbuhan rata-rata PDRB ADHK per kapita penduduk
Provinsi Kalimantan Utara sebesar 3,73%.
Tabel 2.5
PDRB ADHK Perkapita Tahun 2010 s.d 2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 37.829.038 40.768.541 44.087.345 47.683.295
Jumlah Penduduk (jiwa)
524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
PDRB perkapita (Rp/jiwa)
66.619.818 69.109.660 71.410.502 74.098.620 77.131.601
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara 2016 dengan hasil
olahan
Nilai PDRB per satu penduduk dapat diketahui melalui PDRB
ADHB per kapita. Pada tahun 2010 PDRB per kapita penduduk Provinsi
Kalimantan Utara sebesar 66 juta. Angka ini terus meningkat hingga
mencapai 95,5 juta pada tahun 2014 atau meningkat 8,15% dibanding
tahun 2013.
7.217.92
6.43 5.99
10.35
11.91
0
2
4
6
8
10
12
14
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
%
Tahun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-9
Tabel 2. 6
PDRB ADHB Perkapita Tahun 2010 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
Nilai PDRB (Juta Rp) 34.918.578 42.410.932 47.334.832 52.574.854 59.080.463
Jumlah Penduduk (jiwa) 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207
PDRB perkapita (Rp/jiwa)
66.619.818 77.480.297 82.912.069 88.363.773 95.567.445
Sumber: Disperindagkop Provinsi Kalimantan Utara, 2016 dengan hasil
olahan
Gambar 2. 5
PDRB ADHB perkapita 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
D. Indeks Gini /Koefisien Gini
Indeks gini/koefisien gini merupakan salah satu indikator tingkat
pemerataan distribusi pendapatan atau dengan kata lain indikator
pengukur ketimpangan pendapatan. Koefisien gini merupakan suatu
ukuran kemerataan yang dihitung dengan membagi penduduk
berdasarkan tingkat pendapatannya kemudian menetapkan proporsi
pendapatan yang diterima masing-masing kelompok penduduk. Angka
koefisien gini berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu
(ketimpangan sempurna). Angka koefisien gini yang semakin mendekati
nol berarti dapat diartikan bahwa pemerataan semakin baik. Sebaliknya,
apabila angka koefisien semakin mendekati 1, maka dapat diartikan
bahwa ketimpangan pendapatan semakin besar.
66.6
76.982.9
88.395.5
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
2010 2011 2012 2013 2014
JutaRp
Tahun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-10
Tabel 2. 7
Koefisien Gini Tahun 2010 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 2014
Bulungan 0,31 0,34 0,40 0,36 0,302
Malinau 0,23 0,33 0,35 0,33
Nunukan 0,27 0,34 0,35 0,25
Tana Tidung 0,26 0,31 0,30 0,24 0,273
Tarakan 0,19 0,27 0,31 0,33
Kalimantan Utara2
0,33 0,36 0,33 0,33
Nasional 0,38 0,41 0,41 0,41 0,41
Sumber:
1) RPJP Kaltara
2) Kaltara Dalam Angka Tahun 2014 dan 2015
Koefisien gini Provinsi Kalimantan Utara pada periode tahun
2011-2014 relatif tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan
pendapatan yang terjadi masih dalam kategori ketimpangan rendah,
yaitu antara 0,33-0,36. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa koefisien
gini Provinsi Kalimantan Utara masih lebih kecil dibanding tingkat
nasional. Artinya, kondisi distribusi pendapatan penduduk di Kalimantan
Utara masih dapat dikatakan lebih baik dibanding rata-rata wilayah lain
se-Indonesia.
E. Indeks Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
Indeks Williamson merupakan pendekatan kuantitatif yang
digunakan untuk mengukr tingkat ketimpangan wilayah. Perhitungan
Indeks Williamson didasarkan pada PDRB per kapita dan jumlah
penduduk. Hasil pengukuran Indeks Williamson kemudian
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:
a. IW <0,4 artinya tingkat ketimpangan rendah.
b. 0,4 < IW< 0,5 artinya tingkat ketimpangan moderat.
c. IW > 0,5 artinya tingkat ketimpangan tinggi.
Jika indeks Williamson semakin mendekati angka 0 maka
semakin kecil ketimpangan pembangunan ekonomi. Sebaliknya apabila
indeks Williamson semakin mendekati angka 1 maka semakin besar
ketimpangan pembangunan ekonomi.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-11
Tabel 2. 8
Indeks Williamson Tahun 2010-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Indikator Kabupaten /Provinsi
2010 2011 2012 2013 2014
PDRB Perkapita
Bulungan1 65.242.285 68.464.033 71.694.894 74.343.814 76.088.963
Malinau2 79.048.416 78.214.964 76.320.500 83.447.507 88.420.984
Nunukan3 61.450.168 70.223.000 77.619.221 84.118.275 93.045.425
Tana Tidung4 186.569.464 174.993.430 169.184.885 161.528.529 159.914.224
Tarakan5 58.022.536 62.199.107 65.836.664 68.238.746 71.415.722
Jumlah Penduduk
Bulungan1 112663 117019 120600 122985 126096
Malinau2 59555 62580 66845 71501 74469
Nunukan3 141927 148822 155680 162711 170042
Tana Tidung4 15202 16356 17079 18985 20400
Tarakan5 194800 202600 210700 218800 227200
Kalimantan Utara 524147 547.377 570904 594982 618207
Indeks Williamson
Kalimantan Utara6
0,35 0,3 0,26 0,24 0,23
Sumber:
1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013, 2014, 2015
2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013, 2014, 2015
3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013, 2014, 2015
4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2012, 2013, 2015
5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015
6) Hasil Olahan 2016
Berdasarkan tabel di atas, Indeks Williamson Provinsi
Kalimantan Utara tergolong rendah dan cenderung menurun dari tahun
ke tahun. Indeks Williamson Provinsi Kalimantan Utara tercatat sebesar
0,35 pada tahun 2010 dan berhasil menurun hingga angka 0,23 di tahun
2014. Rendahnya nilai Indeks Williamson menunjukkan bahwa telah
terwujudnya pemerataan pendapatan penduduk atau rendahnya
ketimpangan pendapatan penduduk di Provinsi Kalimantan Utara.
F. Tingkat Kemiskinan
Dari jumlah penduduk miskin, dapat diketahui seberapa banyak
penduduk yang telah berada di atas garis kemiskinan. Pada tahun
2007, persentase penduduk di atas garis kemiskinan Provinsi
Kalimantan Utara mencapai 82,94% dari total penduduk. Angka ini terus
mengalami Kenaikan hingga mencapai angka 92,3% di tahun 2013.
Jumlah penduduk di atas garis kemiskinan sedikit menurun di tahun
2014, yakni menjadi 90,6%.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-12
Tabel 2. 9
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, serta Persentase Penduduk di
atas Garis Kemiskinan Tahun 2007-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun Jumlah penduduk miskin (000 jiwa)
Persentase penduduk miskin
Persentase penduduk di atas garis kemiskinan3
20071 77,8 17,06 82,94
20081 69,66 14,38 85,62
20091 66,15 12,97 87,03
20101 65,9 12,47 87,53
20111 57 10,33 89,67
20121 56,7 9,7 90,3
20132 46,4 7,73 92,3
20143 38,5 6,24 93,8
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kalimantan Utara Dalam Angka 2014, 2015
3) Hasil Olahan 2016
Gambar 2. 6
Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin Tahun 2007-2014
Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016
82.94
85.62
87.03 87.53
89.6790.3
92.3
93.8
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
%
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-13
Tabel 2. 10
Persentase penduduk miskin Tahun 2010-2014 Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara
Indikator Kabupaten/Provinsi 20101 20111 20121 20132 20142
Persentase penduduk miskin
Bulungan 14,58 12,14 11,76 12,04 12,03
Malinau 15,31 12,67 11,68 10,48 10,26
Nunukan 12,45 10,38 9,62 9,51 8,69
Tana Tidung 13,89 11,41 9,81 10,21 9,48
Tarakan 10,23 8,41 7,95 7,9 7,79
Persentase penduduk di atas garis kemiskinan8
Bulungan 85,42 87,86 88,24 87,96 87,97
Malinau 84,69 87,33 88,32 89,52 89,74
Nunukan 87,55 89,62 90,38 90,49 91,31
Tana Tidung 86,11 88,59 90,19 89,79 90,52
Tarakan 89,77 91,59 92,05 92,1 92,21
Sumber:
1) RPJP Provinsi Kalimantan Utara
2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015
Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015
Kota Tarakan Dalam Angka 2015
3) Hasil Olahan 2016
Gambar 2. 7
Persentase Penduduk Di atas Garis Miskin per Kabupaten/Kota
Tahun 2007-2014 Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Olahan, 2016
Tabel di atas menunjukkan dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
di atas garis kemiskinan paling tinggi ada di Kota Tarakan dengan tren
pertumbuhan yang fluktuatif. Sedangkan yang terendah berada di
Kabupaten Bulungan. Dengan kata lain kesejahteraan penduduk saat
ini masih dominan di Kota Tarakan dibanding Kabupaten yang lain.
75
80
85
90
95
100
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
%
Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-14
G. Angka Kriminalitas yang Tertangani
Angka Kriminalitas merupakan variabel yang penting untuk
diperhatikan. Kriminalitas merupakan salah satu permasalahan yang
dihadapi terkait dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, di sisi
lain kriminalitas yang semakin tinggi dapat juga menjadi indikator bahwa
belum terciptanya kesejahteraan masyarakat. Keduanya merupakan
hubungan yang saling terkait. Angka kejahatan yang relatif tinggi dapat
mengganggu terciptanya stabilitas keamanan di Provinsi Kalimantan
Utara. Angka tersebut harus ditekan dengan upaya mengaktifkan
berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kelembagaan sosial di
masyarakat. Terlebih Kalimantan Utara memiliki kawasan perbatasan
yang berpotensi memiliki kerentanan tinggi terhadap kejahatan lintas
negara. Berikut adalah angka kriminalitas Provinsi Kalimantan Utara
pada tahun 2010 hingga 2015.
Tabel 2. 11
Angka Kriminalitas yang Tertangani di Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2015
Kabupaten/Kota 2010 2011 20 12 2013 2014 2015
Bulungan 11 13 14 n/a 9 n/a
Malinau 15 18 19 12 n/a n/a
Nunukan n/a 14 15 9 8 n/a
Tana Tidung 3 0 0 n/a n/a n/a
Tarakan 15 27 21 13 n/a n/a
Kalimantan Utara 10 18 17 9 4 n/a
Sumber : 1) Kabupaten Bulungan dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011,
2012, 2013, 2015 2) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2009, 2010, 2011, 2012,
2013, 2014 3) Kabupaten Nunukan dalam Angka Tahun 2009, 2011, 2012, 2013,
2014, 2015 4) Kabupaten Tana Tidung dalam Angka Tahun 2011, 2012, 2013 5) Kota Tarakan dalam Angka Tahun 2008, 2009, 2011, 2012, 2013,
2014, 2015 6) Provinsi Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2009, 2013 7) Provinsi Kalimantan Utara dalam Angka Tahun 2015
Data di atas merupakan jumlah kriminalitas di Provinsi
Kalimantan Utara meliputi kejahatan konvensional, kejahatan
transnasional, kejahatan pelanggaran HAM, dan gangguan Kamtibnas.
Angka-angka yang tertera menunjukkan tindak kriminalitas yang
fluktuatif sejak tahun 2007 hingga 2015, pernah menurun drastis pada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-15
tahun 2010 namun meningkat tajam pada tahun 2011, Akan tetapi
perbedaan angka kriminal yang cukup tajam dalam tabel di atas juga
dipengaruhi oleh perbedaan dari data yang diperoleh, Kendati demikian
dilihat dari angka mutlak jumlah kriminalitas pada dua tahun terakhir
aspek penanganan mengalami penurunan, artinya perlu diwaspadai
secara terus menerus. Angka kriminalitas yang tertangani sedikitnya
dipengaruhi oleh tiga faktor penting yaitu tidak kriminalitas yang terjadi
itu sendiri, tindak penanganan kriminal yang terjadi, dan jumlah
penduduk. Sebagai upaya tindaklanjut kedepan angka kriminalitas yang
tertangani perlu tingkatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang
bersifat preventif atau pencegahan tindak kriminalitas.
2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
A. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kondisi umum kesejahteraan masyarakat Kalimantan Utara dapat
dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai
barometer indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang meliputi
angka harapan hidup dan rata-rata pengeluaran riil per kapita (daya beli).
Pencapaian IPM Tahun 2014 sebesar 68,64 poin.
Berdasarkan tingkat keberhasilan pembangunan manusia pada suatu
negara maka Human Development Report mengelompokkan tingkat
keberhasilan pembangunan negara-negara dalam tiga golongan, yaitu :
a. Tingkat pembangunan manusia rendah, adalah negara-negara
dengan IPM nya 0 – 49 (kurang dari 50);
b. Tingkat pembangunan manusia menengah, adalah Negara negara
dengan nilai IPM 50 – 80;
c. Tingkat pembangunan manusia tinggi, adalah negara-negara dengan
nilai IPM nya 80 ke atas
Sehingga menjadikan Provinsi Kalimantan Utara termasuk
kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas (UNDP; nilai IPM
66-80 termasuk kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas).
Selama kurun waktu Tahun 2013-2014 komponen indeks pendidikan,
indeks kesehatan dan daya beli mengalami peningkatan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-16
Tabel 2. 12
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Nilai(ranking) 66,9(2) 68,15(2) 68,88(2) 69,84(2) 70(2)
La ju
Pertumbuhan1,87 1,07 1,39 0,23
Nilai(ranking) 66,79(3) 67,63(3) 68,16(3) 68,66(3) 69,25(3)
La ju
Pertumbuhan1,26 0,78 0,73 0,86
Nilai(ranking) 61,16(4) 61,92(4) 62,91(4) 63,79(4) 64,7(4)
La ju
Pertumbuhan1,24 1,6 1,4 1,43
Nilai 60,33(5) 60,64(5) 61,18(5) 62,18(5) 63,13(5)
La ju
Pertumbuhan0,51 0,89 1,63 1,53
Nilai(ranking) 70,95(1) 71,6(1) 72,53(1) 73,58(1) 74,6(1)
La ju
Pertumbuhan0,92 1,3 1,45 1,39
Nilai(ranking) 67,99(14) 68,64(14)
La ju
Pertumbuhan0,96
KALTARA
Tarakan
Nunukan
TanaTidung
Bulungan
Kabupaten/KotaIPM
Malinau
Sumber BPS Provinsi Kalimantan Timur
Komponen penyusun untuk menghitung IPM terdiri dari angka
harapan hidup, rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan rata-
rata pengeluaran riil. Perbandingan komponen penyusun IPM antar
kabupaten/kota menunjukkan angka harapan hidup, rata-rata lama
sekolah, harapan lama sekolah dan rata-rata pengeluaran riil tertinggi
terjadi di Kota Tarakan.
1) Angka Usia Harapan Hidup
Salah satu komponen penting pembentuk IPM dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia adalah Angka Harapan Hidup yang
merupakan indikator di bidang kesehatan dimana angka tersebut
mengindikasikan peluang bayi baru lahir akan mencapai usia
harapan hidup tertentu. Angka harapan hidup Provinsi Kalimantan
Utara setiap tahun semakin meningkat dimana pada tahun 2010,
angka harapan hidup di Kalimantan Utara sebesar 71,39 tahun dan
pada tahun 2014 meningkat hingga mencapai angka 72,12 tahun
yang berarti bayi baru lahir pada tahun 2014 akan memiliki peluang
hidup hingga usia 71-72 tahun.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-17
Tabel 2. 13
Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2014
Kabupaten
/Kota
Angka Harapan Hidup
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Malinau 70,17 70,40 70,63 70,82 70,93
Bulungan 71,45 71,64 71,84 72,02 72,11
Tana Tidung 70,03 70,26 70,47 70,68 70,80
Nunukan 70,08 70,30 70,53 70,74 70,82
Tarakan 72,77 73,00 73,23 73,41 73,50
KALTARA 71,39 71,60 71,82 72,02 72,12
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur
2) Rata-rata Lama Sekolah
Beberapa indikator kinerja pada fokus kesejahteraan sosial adalah
indikator di bidang pendidikan. Faktor pendidikan merupakan kunci
peningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berujung pada
kesejahteraan masyarakat karena tingginya pendidikan masyarakat
akan berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia
khususnya di Kalimantan Utara. Terkait dengan IPM, indikator makro
yang digunakan dalam menentukan keberhasilan pendidikan adalah
rata-rata lama sekolah.
Tabel 2. 14
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2010-2014
Kabupaten/
Kota
Rata-Rata Lama Sekolah
2010 2011 2012 2013 2014
Malinau 7,13 7,43 7,75 8,27 8,27
Bulungan 7,64 7,65 7,88 7,90 8,27
Tana Tidung 7,13 7,37 7,62 7,79 7,84
Nunukan 6,83 6,92 7,01 7,07 7,21
Tarakan 8,99 9,06 9,16 9,28 9,90
KALTARA 8,10 8,35
Sumber BPS Provinsi Kalimantan Timur
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-18
3) Harapan Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Kalimantan Utara yang
hanya mencapai 8.35 pada tahun 2014 dinilai masih cukup jauh dari
sasaran rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas 15 tahun
nasional 20191 yang sebesar 8,8 tahun. Provinsi Kalimantan Utara
secara umum perlu mengejar ketertinggalan untuk mencapai target
tersebut. Hal ini dapat diusahakan dengan meningkatkan angka
rata-rata lama sekolah di 4 kabupaten yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan,
dan Tana Tidung. Berikut ini merupakan grafik angka rata-rata lama
sekolah di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2. 15
Angka Usia Harapan Lama Sekolah Kabupaten / Kota
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010-2014
Kabupaten/
Kota
Harapan Lama Sekolah
2010 2011 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Malinau 12,39 13,08 13,12 13,17 13,22
Bulungan 11,67 12,33 12,44 12,48 12,53
Tana Tidung 10,84 11,07 11,30 11,54 12,14
Nunukan 11,25 11,30 11,58 11,86 12,39
Tarakan 11,78 12,17 12,57 13,28 13,39
Kalimantan Utara 12,30 12,52
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur
4) Pengeluaran Per Kapita
Dari tahun 2008-2014, diketahui bahwa pengeluaran per kapita
di Provinsi Kalimantan Utara mengalami perkembangan positif.
Dalam sebulan pada tahun 2013, pengeluaran konsumsi rumah
tangga per kapita adalah sebesar 837 ribu rupiah. Angka ini
meningkat menjadi 1 juta rupiah di tahun 2014 atau mengalami
peningkatan 20% dari tahun sebelumnya. Di tingkat kabupaten/kota,
pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita Kabupaten
Bulungan mencapai 600 ribu rupiah per kapita per bulan. Sedangkan
Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung telah mencapai
kurang lebih satu juta rupiah.
Kenaikan angka pengeluaran rumah tangga per kapita dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kompleksitas
kebutuhan dan inflasi. Jenis kebutuhan per kapita yang semakin
kompleks dapat langsung mempengaruhi kenaikan pengeluaran. Di
1 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-19
samping itu, inflasi tinggi yang merupakan dampak dari kenaikan
harga barang-barang juga menjadi penyebab semakin tingginya
angka pengeluaran rumah tangga per kapita. Untuk menjaga
kesejahteraan masyarakat dan kestabilan ekonomi, laju inflase
mestinya lebih rendah dibandingkan besar pengeluaran konsumsi.
B. Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada saat setelah
bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor
yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.
Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian
bayi berusia di bawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada
suatu tahun tertentu. Kegunaan dari indikator ini adalah untuk
menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat di mana
angka kematian itu dihitung. Data AKB ini dapat digunakan untuk
dasar merencanakan program-program pelayanan kesehatan ibu
hamil dan bayi. Sedangkan Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB)
adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka
ini dihitung dari nilai 1 dikurangi dengan AKB, di mana angka 1
mewakili per 1.000 kelahiran hidup.
Tabel 2. 16
Angka Kematian Bayi tahun 2010-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah kematian bayi 146 154 191 146 236 154
Jumlah bayi lahir hidup 11400 12547 11347 n/a 12298 11848
Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran hidup
12,8 12,3 16,8 n/a 19,2 13,00
Angka Kelangsungan Hidup Bayi
987,19 987,73 983,17 n/a 980,81 987,00
Sumber: 1) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2011-2012 2) Profil Kesehatan Kabupaten Bulungan 2008-2012 3) Kabupaten Malinau dalam angka 2008-2011; Profil Kesehatan Malinau 2012-2013 4) Renstra Dinkes Tarakan 2008-2009; Profil Kesehatan Tarakan 2010-2012 5) IPM Kabupaten Tana Tidung 2009-2010; Profil Kesehatan Tana Tidung 2012-2013 6) Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2014 7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-20
Berdasarkan tabel Tabel 2.15, AKB di Provinsi Kalimantan Utara
pada tahun Pada tahun 2010 dan 2011, meskipun jumlah bayi meninggal
bertambah banyak, AKB sempat mengalami penurunan sedikit menjadi
12,8 dan turun lagi menjadi 12,3 di tahun 2011 karena peningkatan jumlah
kelahiran hidup yang cukup tinggi. Kemudian AKB di tahun 2012 naik cukup
signifikan menjadi 16,8 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 AKB
naik kembali hingga 19,2 per 1.000 kelahiran hidup dan AKHB sebesar
981. Jumlah kematian di tahun 2014 ini (236 kasus) adalah yang terbanyak
sejak 7 tahun terakhir, begitupula AKB di tahun ini juga yang tertinggi dan
AKHB terendah sejak 2008.
Tabel 2. 17
Angka Kelangsungan Hidup Bayi menurut Kabupaten Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten
Jumlah
Kematian
Bayi
Jumlah
Bayi
Lahir
Hidup
Angka
Kematian Bayi
per 1000
kelahiran hidup
AKHB
Bulungan 45 2580 17,4 982,6
Malinau 12 1234 9,7 990,3
Nunukan 32 3747 8,5 991,5
Tana Tidung 1 400 2,5 997,5
Kota Tarakan 64 3887 16,5 983,5
Jumlah 154 11848 13,0 987,0
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Data per kabupaten di tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2.16.
Kondisi terkini di Provinsi Kalimantan Utara untuk urusan kematian bayi
mengalami perbaikan. Jumlah kematian bayi pada tahun ini mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu menjadi 154 kasus sehingga angka
kematian bayi turun menjadi 13 per 1.000 kelahiran hidup. Dari kelima
kabupaten/kota, jumlah kematian dan kelahiran hidup terbanyak berada di
Kota Tarakan, namun AKB tertinggi berada di Kabupaten Bulungan karena
jumlah kematian tidak jauh beda dengan Kota Tarakan dengan jumlah
kelahiran hidup jauh lebih rendah dari Tarakan sehingga angka
kematiannya menjadi tinggi. Hal ini serupa dengan yang terjadi di
Kabupaten Tana Tidung tahun 2012 -2014. Kematian di kabupaten ini
tidaklah lebih dari 20 kasus namun karena jumlah kelahiran hidup sangat
kecil menyebabkan AKB menjadi tinggi sekali hingga mencapai 45 di tahun
2014 (Gambar 2.8).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-21
Gambar 2. 8
Grafik Angka Kematian Bayi Tahun 2007-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Analisis 2016
Secara umum, angka kematian bayi dari tahun 2008-2015 berada di
bawah batas yang ditetapkan MDG’s untuk tahun 2015. Semua
kabupaten/kota pada tahun ini berada di bawah batas MDG’s. Upaya-
upaya untuk mempertahankan keadaan ini harus terus dilakukan dan
dipantau. Program-program yang secara aktif harus digalakkan untuk
menekan angka ini adalah program-program seperti imunisasi, pencegahan
penyakit menular terutama pada bayi dan anak-anak, program promosi gizi
dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak, termasuk
program 1000 hari pertama kelahiran yang menekankan perhatian pada
bayi mulai dari kandungan hingga berusia 2 tahun.
C. Angka Usia Harapan Hidup
Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama
hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola
mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup merupakan alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya.
13.5 12.8 12.3
16.819.2
13.0
3432
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
An
gka
Kem
atia
n B
ayi
Tahun
Bulungan Malinau Nunukan
Tana Tidung Tarakan KALTARA
INDONESIA Target MDG's 2015
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-22
Angka usia harapan hidup di Provinsi Kalimantan Utara dari 2010-
2013 mengalami tren yang meningkat secara terus-menerus. Tabel dimulai
dari tahun 2010 dengan usia harapan hidup sebesar 71,4 tahun hingga
menjadi 71,8 di tahun 2013. Berdasarkan Gambar 2.9. terlihat bahwa
Angka usia harapan hidup di Kalimantan Utara lebih tinggi bila
dibandingkan angka Nasional. Target RPJMN tahun 2010-2014 adalah
meningkatkan usia harapan hidup hingga 72 tahun di tahun 2014.
Gambar 2. 9
Grafik Angka Usia Tahun 2007-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Sumber: Hasil Analisis 2016
Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh banyak variabel yang
erat kaitannya dengan masalah kesehatan penduduk. Oleh karena itulah
untuk meningkatkan angka usia harapan hidup perlu memperhatikan hal-
hal seperti penanganan terhadap kehamilan yang beresiko, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, jumlah tenaga medis dan
kesehatan yang lain, angka kesakitan, kondisi geografis tempat tinggal,
penyediaan air bersih, akses terhadap sarana kesehatan, hingga latar
belakang pendidikan masyarakat.
D. Persentase Balita Gizi Buruk
Balita gizi buruk merupakan balita dengan status gizi menurut berat
badan (BB) dan umur (U) dengan Z-score < -3 SD dan atau dengan tanda-
tanda klinis (marasmus, kwasiorkor, dan marasmus-kwasiorkor).
Presentase Balita gizi buruk dihitung dari banyaknya balita yang berstatus
gizi buruk di suatu wilayah tertentu selama satu tahun dibandingkan
dengan jumlah balita di wilayah tersebut pada waktu yang sama.
66
67
68
69
70
71
72
73
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Usi
a (t
ahu
n)
KALTIM Indonesia KALTARA
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-23
Berdasarkan WHO (1999), ada 4 kategori untuk suatu wilayah
berdasarkan prevalensi gizi kurang yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%),
tinggi (20-29), dan sangat tinggi (30%). Di Provinsi Kalimantan Utara,
persentase balita gizi buruk mengalami naik turun sejak 2011, namun
persentase balita gizi buruk tersebut tidak pernah melebihi angka 1%.
Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,80% yang
berarti ada 493 balita gizi buruk dibandingkan dengan 61.493 jumlah balita
seluruhnya.
Tabel 2. 18
Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2011-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Balita Gizi Buruk 174 493 n/a 146 249
Jumlah Balita 70255 61493 n/a 68069 n/a
Prsentase Balita Gizi Buruk (%)
0,25 0,80 n/a 0,21 n/a
Pada tahun 2015, jumlah balita gizi buruk meningkat drastis menjadi
249 balita. Kasus terbesar, lebih dari 50%, disumbang oleh Kabupaten
Bulungan. Perbedaan jumlah ini cukup drastis jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya di tahun tersebut yang hanya berjumlah puluhan
balita saja. Bila dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan oleh WHO
(1999), persentase balita gizi buruk di Provinsi Kalimantan Utara tergolong
rendah.
Tabel 2. 19
Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten / Kota Jumlah Balita
Gizi Buruk Jumlah Balita
Persentase Balita Gizi Buruk (%)
Bulungan 160 n/a n/a
Malinau 10 n/a n/a
Nunukan 27 n/a n/a
Tana Tidung 16 n/a n/a
Tarakan 36 23174 0,2
Jumlah 249
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan individu tersebut. Status gizi seorang ibu hamil sangat
mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya. Apabila janin yang
dilahirkan bermasalah maka akan menimbulkan permasalahan kesehatan
pada bayi tersebut di kemudian hari dan jika tidak ditangani akan
berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Masalah ini hanya akan
menjadi lingkaran setan jika tidak segera diputus rantainya.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-24
2.1.3. Aspek Kesejahteraaan Masyarakat
2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
a. Pendidikan
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah pendidikan dalam kondisi bangunan baik dihitung
berdasarkan persentase jumlah kelas kondisi baik dibandingkan dengan
jumlah seluruh kelas yang ada. Kondisi ruang kelas yang baik pastinya
akan mendukung dan menciptakan situasi belajar yang nyaman dan
kondusif bagi masyarakat. Berikut adalah data persentase sekolah dengan
kondisi bangunan yang baik di Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2. 20 Perkembangan Sekolah dengan Kondisi Baik
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2015 Provinsi Kalimantan Utara
No. Uraian Kabupaten
/Kota 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
Bulungan na na na na
Malinau na na na na
Nunukan na na na na
Tana Tidung na na na 2
Tarakan 15 15 15 15
Prov. Kalimantan Timur
na na na na
Prov. Kalimantan Utara
na na na na
2. Jumlah seluruh sekolah SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
Bulungan na na na na
Malinau na na na na
Nunukan na na na na
Tana Tidung na na na 3
Tarakan 18 18 19 19
Prov. Kalimantan Timur
na na na na
Prov. Kalimantan Utara
na na na na
3. Persentase sekolah pendidikan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
Bulungan na na na na
Malinau na na na na
Nunukan 78.64 na na na
Tana Tidung na na na 66.67
Tarakan 87.67 83.33 78.95 78.95
Prov. Kalimantan Timur
na na na na
Prov. Kalimantan Utara
na na na na
Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka
Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-25
Catatan: Data Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Persentase sekolah dengan bangunan baik secara umum belum
terdata dengan baik. Gambaran umum kondisi sekolah di Provinsi
Kalimantan Utara dapat dilihat dari data Kabupaten Nunukan tahun 2012
yang hanya memiliki 78,64% sekolah yang kondisi bangunannya baik.
Sedangkan pada tahun 2015 diketahui bahwa hanya 66.67% sekolah di
Kabupaten Tana Tidung dan 78,95% sekolah di Kabupaten Tarakan yang
kondisi bangunannya baik.
2. SDM Tenaga Kependidikan
Rasio guru dan murid tingkat SMA adalah merupakan perbandingan
jumlah guru dibanding jumlah murid untuk jenjang pendidikan SMA
sederajat. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar (guru)
dan digunakan untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
tercapai mutu pengajarannya. Berikut adalah data rasio guru/murid
SMA/SMK/MA di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2012 sampai dengan
2015.
Tabel 2. 21
Perkembangan Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d 2014 Provinsi Kalimantan Utara
No.
Uraian Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015
1. Jumlah guru Guru SMA/SMK/MA
Bulungan 4955 5568 5326 n/a
Malinau 2806 3376 3277 n/a
Nunukan 5903 6515 6638 n/a
Tana Tidung 665 871 768 n/a
Tarakan 7033 7755 7884 n/a
Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a
2. Jumlah Murid SMA/SMK/MA
Bulungan 466 500 463 n/a
Malinau 388 339 186 n/a
Nunukan 432 416 622 n/a
Tana Tidung 88 87 83 n/a
Tarakan 666 652 679 n/a
Kalimantan Timur n/a n/a n/a n/a
Kalimantan Utara n/a n/a n/a n/a
3. Rasio Guru/Murid SMA/SMK/MA
Bulungan 10.633 11.136 11.5 n/a
Malinau 7.23 9.96 17.62 n/a
Nunukan 11.25 14.75 18.5 n/a
Tana Tidung 7.56 10.01 9.25 10.49
Tarakan 10.56 11.89 11.61 11
Kalimantan Timur 8.42 n/a n/a n/a
Kalimantan Utara n/a 10.4 n/a n/a
Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Rencana Jangka
Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-26
2) Publikasi IPM Kaltara 2014 3) Kabupaten Bulungan Dalam Angka Tahun 2015 4) Kabupaten Malinau Dalam Angka Tahun 2015 5) Kabupaten Nunukan Dalam Angka Tahun 2015 6) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka Tahun 2015 7) Kota Tarakan Dalam Angka Tahun 2015 8) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara 2016 9) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena tidak tersedia data mentah untuk menghitung Rasio Guru/Murid SMA/MA berdasarkan rumus dalam Permendagri No 54 Tahun 2010
Dalam Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa rasio guru dan
murid untuk jenjang SMA sederajat adalah sebesar 1:15, angka tersebut
berarti satu guru mengajar 15 siswa SMA sederajat. Jika dibandingkan
dengan standar SPM tersebut, nilai capaian rasio guru dan murid tingkat
SMA tahun 2013 untuk Provinsi Kalimantan Utara adalah 10.24. Nilai
capaian tersebut dinilai masih di bawah standar SPM sebenarnya menjadi
keuntungan yakni beban pekerjaan guru tidak terlalu berat, namun hal ini
juga dapat menjadi sebuah tanda bahwa jumlah penduduk yang bersekolah
hanya sedikit, sehingga hal ini apabila dibiarkan akan menjadi
permasalahan di kemudian hari. Jika dikaji dari sudut pandang berupa
kondisi Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki banyak wilayah terpencil
terutama di kawasan perbatasan, analisis rasio guru/murid ini juga perlu
memperhatikan distribusi guru dan murid yang ada agar data yang ada
tidak serta-merta digeneralisir begitu saja.
3. Angka Putus Sekolah
Angka putus sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah murid putus sekolah pada jenjang pendidikan tertentu
dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan dinyatakan
dalam persentase. Hasil perhitungan APS ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya siswa putus sekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada
wilayah tertentu.Semakin tinggi APS berarti semakin banyak siswa yang
putus sekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Berikut ini
merupakan data angka putus sekolah untuk jenjang SMA sederajat di
Provinsi Kalimantan Utara.
Tabel 2. 22
Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012 s.d. 2014 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian Prov/Kabupaten/Kota
2012 2013 2014
Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang SMA/MA/SMK
Bulungan 19.86 37.01 27.16
Malinau 34.49 28.17 17.82
Nunukan 23.99 26.83 19.10
Tana Tidung 19.95 37.42 11.23
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-27
Tarakan 19.41 21.49 14.62
Kalimantan Timur 29.33 n/a n/a
Kalimantan Utara n/a 27.59 n/a
SPM 1 1 1
Sumber: 1) Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Jangka Panjang Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025
2) Aplikasi Analisis Situasi Kemiskinan Provinsi Kalimantan Utara, 2016 3) Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi
Kalimantan Utara 2016 Catatan: Data Provinsi Kalimantan Utara tidak dapat dihitung karena
data yang tersedia berupa persentase masing-masing kabupaten/kota, sehingga tidak dapat dijumlahkan untuk total Provinsi Kalimantan Utara.
Berdasarkan tabel angka putus sekolah jenjang SMA sederajat,
pada tahun 2015, kabupaten/kota dengan nilai angka putus sekolah paling
rendah adalah di Kabupaten Tana Tidung dengan nilai 11,23%, sedangkan
kabupaten/kota dengan angka putus sekolah paling tinggi adalah di
Kabupaten Bulungan dengan nilai 27,16%. Melihat kecenderungan
perkembangan angka putus sekolah jenjang SMA/MA/SMK dari tahun 2012
hingga tahun 2015, Kabupaten Bulungan menunjukkan kecenderungan
angka putus sekolah di jenjang SMA sederajat yang semakin meningkat.
Sedangkan 4 (empat) lainnya, yaitu Kabupaten Kabupaten Malinau,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan
merupakan kabupaten yang mengalami kondisi yang baik berupa
kecenderungan penurunan angka putus sekolah pada kurun waktu yang
sama. Jika dibandingkan dengan capaian angka putus sekolah jenjang
SMA/MA/SMK tahun 2014 di Provinsi Kalimantan Utara yang sebesar
27.59%, angka putus sekolah di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan
Utara pada jenjang tersebut sebagian sudah melampaui rata-rata provinsi,
yaitu untuk Kabupaten Nunukan (26.83%) dan Kota Tarakan (21.49%),
sedangkan sisanya masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
provinsi.
Kementerian Pendidikan Nasional memiliki standar untuk mengukur
keberhasilan pendidikan di suatu wilayah dengan menggunakan SPM. SPM
untuk angka putus sekolah jenjang SMA sederajat adalah kurang dari 1%.
Melihat kondisi yang ada, kecenderungan capaian angka putus sekolah
jenjang SMA sederajat yang masih berada jauh di atas SPM tersebut, maka
hal ini menjadi persoalan yang perlu diperhatikan di Provinsi Kalimantan
Utara. Angka putus sekolah jenjang SMA sederajat tahun 2014 ini juga
dinilai masih sangat jauh rata-rata angka putus sekolah jenjang SMA
sederajat nasional tahun 20142 yang sebesar 1,66%. Kondisi ini tentunya
2 Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-28
membutuhkan kerja keras lebih dari pemerintah, dinas pendidikan, serta
masyarakat untuk mencapai target angka putus sekolah jenjang SMA
sederajat nasional tahun 2019 yaitu 0,8%. Tingginya angka putus sekolah
pada jenjang yang semakin tinggi khususnya SMA/MA/SMK antara lain
dapat disebabkan oleh keterbatasan ekonomi maupun kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan menengah akhir.
b. Kesehatan
Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah
dengan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga
negaranya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya.
Perbaikan pemeliharaan kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta tercapainya
kesejahteraan rakyat.
Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi
jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit,
perbaikan gizi dan imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga
pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat,
tersedianya sarana sanitasi serta berkembangnya kesadaran masyarakat
untuk hidup sehat.
Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan
beserta tenaga kesehatannya. Dengan tersedianya sarana dan prasarana
kesehatan dan tenaga kesehatan yang cukup memadai akan sangat
mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.
Tabel 2. 23
Rasio Rumah Sakit per 100.000 Penduduk Tahun 2012-2015
Provinsi Kalimantan Utara
No Uraian 2012 2013 2014 2015
1. Rumah Sakit Umum (Pemerintah) - - - -
2. Jumlah Rumah Sakit Jiwa/Paru dan penyakit khusus lainnya milik pemerintah
- - - -
3. Rumah Sakit AD/AU/ AL/POLRI 1 1 1 1
4. Jumlah Rumah Sakit Daerah 6 6 6 6
Jumlah Rumah Sakit Swasta 1 1 1 1
5. Jumlah seluruh Rumah Sakit 8 8 8 8
6. Jumlah Penduduk 569336 594982 618207 615237
Rasio 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016 Berdasarkan data terkini dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Utara, tahun 2015 jumlah RSUD berjumlah 6 buah dengan rincian: 1 buah
di Kabupaten Bulungan, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan, dan 2
buah di Kabupaten Malinau. Pembangunan Rumah Sakit Pratama di
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-29
Kalimantan Utara direncanakan akan selesai akhir tahun ini. Ada 3 RS
Pratama dyang dibangun di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau
yang merupakan kabupaten perbatasan.
Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan
dalam sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas memiliki fungsi sebagai: 1)
pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2) pusat pemberdayaan
masyarakat; 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4)
pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Indikator rasio puskesmas
per 100.000 penduduk adalah salah satu indikator yang digunakan untuk
mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas.
Tabel 2. 24
Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu
per 100.000 Penduduk Tahun 2007-2015 Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2012 2013 2014 2015
Jumlah Puskesmas 48 49 54 55
Jumlah Poliklinik 7
Jumlah Pustu 171 141 161 208
Jumlah Penduduk 569336 595000 663200 615237
Rasio Puskesmas 8,4 8,2 8,1 8,9
Rasio Poliklinik 1,1
Rasio Pustu 30,0 23,7 24,3 33,8
Sumber: 1) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2005-2012 2) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2005-2012 3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2005-2012, Profil Kesehatan
Kabupaten Nunukan 2007 4) Kota Tarakan Dalam Angka 2005-2012 5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2005-2012 6) Profil Kesehatan Kalimantan Timur 2012 7) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Rasio puskesmas per 100.000 penduduk di Provinsi Kalimantan
Utara berada di kisaran angka 8-9 (Tabel 2.24). Itu artinya terdapat 8-9
puskesmas setiap 100.000 penduduk atau 1 puskesmas di Provinsi
Kalimantan Utara melayani 12.500 penduduk. Di Indonesia sendiri rasio
Puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2009-2013 mengalami trend
yang meningkat dari 3,5 - 3.8. Berdasarkan data tersebut, di Indonesia rata-
rata 1 puskesmas dapat melayani 25.730 penduduk (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan jumlah penduduk, rasio Puskesmas di Kalimantan Utara tahun
2015 lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Jumlah puskesmas terbanyak berada di Kabupaten Malinau dan
Nunukan, sedangkan yang paling sedikit adalah Kota Tarakan. Untuk
Pustu, jumlah terbanyak berada di Kabupaten Malinau yaitu mencapai 94
unit sedangkan di Kota Tarakan hanya ada 2 unit. Pustu di Kabupaten
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-30
Nunukan dan Malinau harus berjumlah banya mengingat 2 kabupaten ini
adalah kabupaten perbatasan dengan luas wilayah yang sangat besar dan
akses yang masih buruk.
Tabel 2. 25
Rasio Puskesmas, Poliklinik, dan Puskesmas Pembantu per 100.000
Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten /kota
Jumlah Penduduk
Puskesmas Poliklinik Pustu
Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio
Bulungan 120000 12 10,0 2 1,7 36 30,0
Malinau 74469 16 21,5 2 2,7 62 83,3
Nunukan 170042 16 9,4 0 0,0 94 55,3
Tana Tidung 18985 4 21,1 0 0,0 14 73,7
Tarakan 231741 7 3,0 3 1,3 2 0,9
KALTARA 615237 55 8,9 7 1,1 208 33,8
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara 2016
Rasio dokter per satuan penduduk merupakan salah satu indikator
yang digunakan untuk mengukur cakupan pelayanan dokter di masyarakat.
Berdasarkan jenis profesinya, dokter dikelompokkan menjadi tiga yaitu
dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis yang bisa disebut dengan
tenaga medis. Dokter yang dimaksud di sini adalah dokter yang
memberikan pelayanan kesehatan di suatu wilayah, baik berstatus PNS
maupun bukan PNS.
Tabel 2. 26
Rasio Dokter per 100.000 Penduduk Tahun 2012-2015
Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2012 2013 2014 2015
Jumlah Dokter Umum 199 270 112
Jumlah Dokter Gigi 34 48 59 n/a
Jumlah Dokter Spesialis 49 73 80 n/a
Total Dokter 282 391 251
Jumlah Penduduk 569336 594982 618207 615237
Rasio Dokter per 100.000 penduduk
49,5 65,7 37,8
Sumber: (1) Kalimantan Timur Dalam Angka 2008-2012 (2) Kabupaten Bulungan Dalam angka 2008-2012; Profil Kesehatan
Bulungan 2008 (3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2008-2012; (4) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2008-2012; Profil Kesehatan
Kabupaten Nunukan 2010 (5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2008-2012 (6) Kota Tarakan Dalam Angka 2008-2012 (7) Kaltara Dalam Angka 2014-2015
Rasio tenaga medis per jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan
Utara mengalami kenaikan secara terus menerus hingga tahun 2013. Rasio
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-31
dokter di tahun 2013 ini adalah yang tertinggi selama periode 2012-2014.
Jumlah keseluruhan dokter di tahun tersebut adalah 391 orang, dengan
rincian 270 dokter umum, 48 dokter gigi dan 73 dokter spesialis. Namun, di
tahun 2014 rasio dokter ini menurun cukup drastis dari 65,7 menjadi 37,8.
Kondisi tenaga kesehatan di kawasan perbatasan masih
memprihatinkan. Menurut buku Grand Design Perbatasan Kalimantan
Utara 2016, sebanyak lebih dari 30 desa di Kabupaten Malinau belum
memiliki tenaga dokter yang menetap, dan 12 desa yang sama sekali tidak
memiliki tenaga bidan dan tenaga kesehatan lain yang menetap.
Sedangkan di Kabupaten Nunukan tidak kalah buruknya. Tenaga dokter
dan kesehatan lain hanya terkonsentrasi di satu kecamatan saja yaitu
Kecamatan Nunukan. Kondisi memprihatinkan ada di tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Lumbis ogong, Sebatik Barat, dan Sebatik Utara yang tidak
memiliki dokter di daerahnya. Untuk tenaga bidan di Kabupaten Nunukan,
dari 182 desa, hanya 57 desa yang terdapat bidan desa, sedangkan 127
desa sisanya tidak ada bidan desa.
Masih kurangnya jumlah beberapa tenaga kesehatan dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan di daerah tersebut. Masih rendahnya
rasio tenaga sanitasi di provinsi ini dapat berdampak pada kurangnya
kepedulian tentang kesehatan lingkungan di masyarakat serta kurangnya
perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Selain itu, rasio tenaga
kesehatan masyarakat juga masih belum sesuai target. Tenaga kesehatan
masyarakat atau epidemiolog berkaitan dengan manajemen kesehatan
masyarakat, bukan taraf individu, sehingga perencanaan, evaluasi,
pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan/kebijakan besar
diperankan oleh tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat.
c. Ketenagakerjaan
1. Rasio Penduduk yang Bekerja
Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah
penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja pada kelompok
umur produktif. Rasio penduduk yang bekerja akan menunjukkan
ketersediaan lapangan kerja dan daya serapnya terhadap jumlah angkatan
kerja yang tersedia. Semakin tinggi nilai rasio penduduk yang bekerja maka
semakin besar daya serap tenaga kerja.
Rasio penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Utara dari
perode tahun 2007 hingga 2014 terus menunjukkan perubahan yang
fluktuatif. Pada tahun 2009, rasio penduduk yang bekerja sebesar 0,9 dan
mengalami penurunan hingga tahun 2012 sebesar 0,84. Rasio penduduk
yang bekerja semakin membaik, ditunjukan dari meningkatnya angka ini di
tahun 2013 sebesar 0,91 dan mencapai 0,94 di tahun 2014. Angka ini tidak
berubah signifikan pada tahun 2015. Besarnya rasio penduduk yang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-32
bekerja di Kalimantan Utara hingga melebihi angka 0,5 menunjukkan
bahwa sebagian besar kelompok umur angkatan kerja telah bekerja dan
terserap ke lapangan pekerjaan yang tersedia.
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
a. Pertanian
Salah satu sektor yang mempunyai peran vital dalam ekonomi
wilayah Provinsi Kalimantan Utara adalah sektor pertanian dalam arti luas
yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunaan, peternakan, dan
perikanan. Luas wilayah yang sampai saat ini digunakan untuk kegiatan
pertanian dalam arti luas mencapai 110.751 Hektar.
Pertanian tanaman pangan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara
yang potensial untuk dikembangkan meliputi padi dan palawija (jagung,
kacang-kacangan), ubi-ubian, hortikultura (sayuran dan buahan). Beras
merupakan bahan makanan pokok masyarakat Kalimantan Utara, sehingga
untuk dapat mencukupi kebutuhan beras secara aman, maka tanama padi
mendapat skala prioritas dam pengembangan dan peningkatan produksi
untuk dapat mengimbangi pertambahan penduduk agar tidak terjadi bahaya
kelaparan. Namun demikian sebagai DOB, Provinsi Kalimantan Utara
sampai saat ini belum mampu berswasembada beras dan untuk mencukupi
kebutuhan beras penduduk masih harus didatangkan beras dari luar
Kalimantan Utara terutama dari Jawa.
Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian khususnya padi telah
ditempuh dengan berbagai program intensifikasi dan ekstensifikasi baik di
lahan basah maupun di lahan kering atau lahan tadah hujan. Dengan
demikian budidaya padi dilakukan dilahan sawah yang berpengairan baik,
dan padi lahan kering atau padi ladang. Produksi padi pada tahun 2012
mencapai 86.621 ton dari luas panen 19.882 ha untuk padi sawah,
sehingga produktivitas sebesar 43,57 kuintal per hektar, sedang untuk padi
ladang produksi mencapai 28.998 ton dengan luas panen 12.190
ha,sehingga produktivitas padi ladang sebesar 23,79 kuintal per hektar.
Suatu keadaan yang sangat bsesar peluangnya untuk ditingkatkan baik
produktivitas maupun luas panen, sehingga memberikan total produksi
yang tinggi.
Tanaman palawija yang dibudidayakan masyarakat adalah jagung,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele dan kacang hijau. Luas panen dan
produksi palawija masih relatif rendah bahkan pernah mengalami
penurunan luas panen dan produksi dikarenakan berbagai faktor, namun
sangat potensial ditingkatkan dalam kaitannya untuk pemanfaatan lahan,
peningkatan kecukupan gizi masyarakat dan pendapatan petani.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-33
Berbagai kendala dalam upaya meningkatkan produksi pertanian
antara lain belum terbangunnya sarana-prasarana irigasi yang memadai,
khususnya untuk budidaya di lahan kering yang potensial. Kendala yang
lain adalah tersedianya tenaga untuk pertanian yang professional
dikarenakan banyak anak-anak petani lebih tertarik bekerja diluar pertanian
yang sebenarnya.
Komoditas perkebunan meliputi kelapa, kelapa sawit, karet, kakao,
kopi yang belum diusahakan secara intensif, kecuali kelapa sawit, sehingga
konstribusinya terhadap pendapatan masyarakat pekebun dan
sumbangannya terhadap PDRB masih rendah. Komoditas perkebunan
tersebut ada yang diusahakan dalam bentuk perkebunan swasta besar
khususnya kelapa sawit dan lainnya sebagai kebun rakyat. Luas
pengusahaan kebun di Kalimatan Utara secara keseluruhan meliputi
156.610 ha dimana luas kebun kelapa sawit 137.389 ha dan kakao
menempati urutan kedua seluas 11.645 ha. Luas perkebunan di Provinsi
Kalimantan Utara khusunya untuk selain karet dan kelapa sawit pada tahun
2011-2012 mengalami penurunan. Pada saat ini kebun karet pada
umumnya belum menghasilkan (TBM). Luas perkebunan terluas terdapat di
kabupaten Nunukan seluas 77.847 ha dikuti di kabupaten Bulungan seluas
41.567 ha, dan terkecil di Tarakan seluas 637 ha.
Jenis ternak yang dibudidayakan di Provinsi Kalimantan Utara
melipti ternak ruminansia dan unggas. Ruminansia yang dipelihara
masyarakat adalah sapi dan kerbau, sedang unggas meliputi ayam
kampung, ayam ras dan itik. Ayam asli Nunukan termasuk jenis ayam
unggul yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi.
b. Kehutanan dan Perkebunan
Hutan mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi lindung, fungsi
konservasi, dan fungsi produksi. Hutan negara ditetapkan pemerintah
melalui UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan berdasarkan tiga fungsi
pokok tersebut sebagai Hutan Lindung (HL), Hutan Konservasi (HK) yang
terbagi atas Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam
(KPA), dan Hutan Produksi yang terbagi atas Hutan Produksi Tetap (HP),
Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi Konversi (HPK). Luas
wilayah kawasan hutan Kalimantan Utara berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor: SK.718/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan
Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara sekitar 5.629.110
ha atau 74,59 % dari luas daratan Kaltara ± 75.467,70 km2. Di antara
kabupaten/kota yang ada di Kaltara, Kabupaten Malinau merupakan
kabupaten terluas baik ditinjau dari wilayah maupun kawasan hutannya
(sekitar 48,38 %). Hutan Produksi Terbatas merupakan kawasan hutan
yang paling luas diantara bentuk kawasan hutan lainnya yaitu sekitar
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-34
2.195.329 ha (sekitar 39 %). Jantung Kalimantan atau Borneo (Heart of
Borneo/HoB) telah disepakati dan dideklarasikan oleh tiga negara tersebut
sebagai kawasan penting untuk konservasi keanekaragaman hayati dan
penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia
telah menetapkan kawasan Jantung Kalimantan menjadi Kawasan
Strategis Nasional (KSN) melalui UU No. 26 Thn. 2007 tentang Penataan
Ruang, PP No.26 Thn 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dibawah koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian.
Ada lima program utama yang telah dibahas oleh tiga negara dalam
rangka pengelolaan kawasan HoB yaitu:
1. Program kerjasama konservasi lintas batas Negara.
2. Program kedua difokuskan pada pengelolaan kawasan konservasi
yang lebih efektif. Dimana dalam program ini konektivitas kawasan
konservasi dan pengelolaan kawasan tersebut dapat dilakukan secara
efektif dan partisipatif bersama masyarakat setempat.
3. Program ketiga lebih difokuskan kepada pengelolaan sumber daya
alam secara berkelanjutan.
4. Program keempat difokuskan untuk pengembangan ecotourism dimana
kawasan HoB dapat mengembangkan infrastruktur yang mengarah
kepada pengembangan ekowisata sebagai salah satu kegiatan
ekonomi dari jasa lingkungan.
5. Program kelima adalah pengembangan kapasitas staf dalam rangka
mencapai perwujudkan program-program yang telah ditetapkan.
c. Energi dan Sumberdaya Mineral
Indikator bidang energi dan sumberdaya mineral menurut
Permendagri No. 54 tahun 2010 meliputi: 1) penambangan tanpa ijin dan 2)
kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Indikator penambangan
tanpa ijin yang tersedia adalah batubara, dimana data penambangan tanpa
ijin diolah dari Kabupaten Bulungan, Malinau dan Kota Tarakan dari tahun
2008 hingga 2013. Indikator penambangan tanpa ijin merupakan
perbandingan antara area penambangan tanpa ijin yang dapat ditertibkan
dengan seluruh area penambangan tanpa ijin total dikalikan 100%. Data
penambangan tanpa ijin masih menggunakan data yang ada untuk
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Kalimantan Utara yakni data tahun 2014.
Akibat aktivitas pertambangan tanpa ijin ini akan meninggalkan
permasalahan seperti: 1) kerusakan lingkungan akibat pembukaan lahan
yang bderdampak terhadap kehidupan flora dan fauna, karena
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-35
penambangan tanpa ijin tidak mempunyai Ijin Usaha Pertambangan (IUP)
dan mereka tidak bisa melakukan reklamasi area pertambangan; 2)
meluasnya area penambangan tanpa ijin yang tidak bisa ditertibkan; 3)
terbentuknya air asam akibat pembuangan limbah sedimen yang banyak
mengandung sulfur/H2S yang akan berpengaruh terhadap air tanah dan air
permukaan; 4) kerusakan infrastruktur jalan akibat pengangkutan batubara
yang melebihi kapasitas muatan; 5) peningkatan penambangan tanpa ijin
akibat permintaan batubara dunia untuk kepentingan industri meningkat,
sehingga harus ada regulasi dalam lapangan kerja terkait dengan
penambangan batubara tanpa ijin.
Secara umum dalam lingkup Provinsi Kalimantan Utara, produksi
batubara terus mengalami peningkatan setiap tahunnya selama kurun
waktu tahun 2010 – 2014. Peningkatan produksi batubara di Kalimantan
Utara ini selama kurun waktu tersebut memberikan pengaruh pada
kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di PDRB provinsi yang
berkisar dari 30,33% - 31,99%.
Permasalahan yang diperkirakan timbul kedepannya adalah akibat
dari disahkannya Undang – Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah yakni pengawasan perizinan pertambangan yang
dikelola oleh pemerintah provinsi. Sehingga pemerintah kabupaten/kota
sudah tidak memiliki lagi hak untuk mengeluarkan izin dan mengawasi
usaha pertambangan. Hal ini telah diantisipasi dengan keputusan
Kementerian ESDM yang mengeluarkan surat kepada setiap Dinas ESDM
Provinsi untuk mengirimkan personelnya untuk dijadikan inspektur
pertambangan untuk dilatih dan akan ditugaskan di kabupaten/kota asal
mereka untuk mengawasi ijin usaha pertambangan.
Produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara yang diolah dari
data yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan
dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Pada grafik dan tabel dibawah dapat
dilihat produksi minyak bumi di Provinsi Kalimantan Utara mengalami
kecenderungan meningkat sampai dengan tahun 2012 kemudian menurun
pada tahun berikutnya. Hal ini diperkirakan disebabkan karena 1) Harga
minyak dunia yang sedang turun; 2) biaya eksploitasi atau eksplorasi yang
mahal; 3) regulasi peraturan yang membahas penambahan sumur produksi
yang kaitannya dengan perizinan perubahan fungsi lahan yang sangat
lama. Kemudian setelah 2 tahun mengalami penurunan, pada tahun 2015
mengalami peningkatan jumlah produksi minyak bumi walaupun tidak
terlalu signifikan.
Sedangkan untuk produksi gas bumi yang diolah dari data BPS
yakni Daerah Dalam Angka di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan,
dan Kota Tarakan dari tahun 2008 hingga tahun 2015. Sedangkan data
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-36
tahun 2015 diperoleh dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Bila
dilihat dalam grafik, terlihat bahwa jumlah produksi gas bumi di Kalimantan
Utara cenderung mengalami fluktuasi. Peningkatan jumlah produksi terjadi
pada tahun 2009, 2012, dan 2014 sedangkan pada tahun 2010 sampai
2015 produksi gas bumi di Kalimantan Utara cenderung mengalami
penurunan.
Sektor pertambangan merupakan salah satu dari tiga sektor dengan
persetase kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara
dan merupakan sektor penyumbang terbesar terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara. Melihat kecenderungan selama periode tahun 2010 –
2014, sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan grafik
peningkatan setiap tahunnya dalam kontribusinya terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara (lihat grafik). Dan sub sektor penyumbang terbesar dari
sektor pertambangan dan penggalian adalah pertambangan batubara
(66,56% dari kontribusinya terhadap PDRB sektor pertambangan dan
penggalian).
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-37
d. Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor penting yang mempengaruhi
perekonomian wilayah. Eksistensinya mampu menjadi generator sektor lain
seperti perdagangan, jasa, dan penyedia akomodasi. Indikator yang digunakan
untuk menunjukkan bahwa sektor pariwisata turut berkontribusi terhadap
perkembangan perekonomian wilayah adalah melalui besar jumlah kunjungan
maupun jumlah wisatawan, serta kontribusinya terhadap PDRB.
Sebagai provinsi baru, pariwisata bukan merupakan sektor ekonomi
yang perlu dibangun dari awal. Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Utara telah memiliki obyek wisata andalan dan yang potensial
berkembang di masa depan. Tercatat pada tahun 2015, jumlah pengunjung
wisata Provinsi Kalimantan Utara mencapai 262.220 orang.
e. Kelautan dan Perikanan
Sektor kelautan dan perikanan merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan secara optimal. Hasil laut terutama ikan merupakan
sumberdaya hayati yang bernilai ekonomis, hal tersebut dibuktikan dengan
gencarnya pencurian ikan di wilayah laut Indonesia. Ikan yang berada di
wilayah Indonesia menjadi incaran negara tetangga, seperti Malaysia dan
Filipina. Menteri Kelautan dan Perikanan saat ini tengah fokus memberantas
pencurian ikan di wilayah laut Indonesia, karena dengan adanya pencurian
ikan di wilayah NKRI negara sangat dirugikan. Beberapa waktu terakhir sering
diberitakan bahwa kapal pencuri ikan dimusnahkan oleh pemerintah
Indonesia, yaitu dari Angkatan Laut RI bersama dengan Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Ikan selain bernilai ekonomis juga mengandung zat dan
vitamin yang dibutuhkan bagi tubuh manusia, terutama bagi anak-anak yang
dalam masa pertumbuhan. Ikan mengadung omega 3 yang berfungsi bagi
perkembangan otak manusia, selain itu ikan kaya akan protein sehingga baik
untuk mensuplai kebutuhan dan perkembangan organ tubuh manusia.
Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi yang terletak
berseberangan dengan negara tetangga, yaitu Malaysia dan Brunei
Darusalam. Oleh karena letaknya yang berhadapan langsung dengan negara
tetangga dan merupakan daerah perbatasan dengan negara lain, maka perlu
perhatian khusus terutama pada sektor kelautan dan perikanan.
f. Perdagangan
Sektor perdagangan dalam PDRB merupakan sektor sekunder kedua
paling besar yang berkontribusi untuk PDRB Provinsi Kalimantan Utara
setelah sektor konstruksi. Kontribusinya terhadap PDRB Provinsi relatif
stagnan selama lima tahun terakhir. Kontribusi sektor perdagangan mulai
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-38
menurun perlahan sejak tahun 2012 yaitu sebesar 10,7%. Angka ini menurun
1% dari tahun sebelumnya dan kembali menurun menjadi 10,42% di tahun
2013 dan kembali menurun hingga mencapai angka 10,08% pada tahun 2014.
Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota, Kota Tarakan berkontribusi paling
banyak terhadap Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebesar 66,3% pada tahun
2014. Kabupaten Nunukan menyusul dengan 15% dan Kabupaten Bulungan
13,7% pada tahun yang sama.
g. Industri
Sektor industri pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi
produk baru. Bahan baku industri pengolahan dapat berasal dari pertanian,
kehutanana perikanan, pertambangan, dan penggalian. Kontribusi sektor
industri pengolahan Provinsi Kalimantan Utara hanya meliputi industri
pengolahan non migas. Meskipun Provinsi Kalimantan Utara merupakan salah
satu Provinsi di Indonesia yang memiliki bonus sumberdaya alam termasuk
minyak dan gas bumi, sampai saat ini belum berkembang industri pengolahan
batubara maupun pengilangan migas.
Tabel 2. 27
Kontribusi PDRB Kategori Industri Pengolahan
Tahun 2010-2014 di Provinsi Kalimantan Utara
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
PDRB Kategori Industri Pengolahan (juta Rp)
3.572.234 3.764.732 3.967.913 4.224.983 4.429.739
Kontribusi terhadap PDRB (%)
10,23 9,95 9,73 9,58 9,29
Pertumbuhan (%) 5,39 5,40 6,48 4,85
Sumber: Disperindagkop dan UMKM Provinsi Kalimantan Utara dan hasil olahan 2016
h. Ketransmigrasian
Transmigrasi merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk
memeratakan persebaran penduduk terutama di wilayah Indonesia yang luas.
Pemerintah membekali terlebih dahulu para calon transmigran terkait cara
mengelola lahan dan mengembangkan wilayah transmigrasi melalui
pelatihan/kursus. Kegiatan yang memang ditujukan untuk program
transmigrasi adalah kegiatan di sektor pertanian dan dengan sasaran pokok
program yaitu pengembangan wilayah dan pembangunan permukiman.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-39
Tabel 2. 28
Penempatan Transmigrasi Tahun 1972-2015 Provinsi Kalimantan Utara
Daerah Asal
Kabupaten
Bulungan Nunukan KTT Malinau Jumlah
KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa
Banten 39 155 15 48 - - - - 257
DIY 153 496 95 344 25 79 - - 1192
DKI 136 524 - - 25 109 - - 794
Jabar 1065 3826 258 1002 49 171 44 145 6560
Jateng 1150 4567 289 1013 112 390 46 175 7742
Jatim 2311 7975 317 1067 96 337 - - 12103
Lampung 75 305 - - - - - - 380
NTB 357 1437 220 796 - - - - 2810
NTT 375 1558 74 281 25 124 - - 2437
Setempat 2182 8319 - - 288 1186 10 63 12048
Jumlah 7843 29162 1268 4551 620 2396 100 383 46323
Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara
2016
Hingga saat ini Provinsi Kalimantan Utara belum memiliki program
transmigrasi swakarsa, atau transmigrasi atas kemauan sendiri. Program
transmigrasi yang hingga saat ini berlangsung adalah transmigrasi umum.
Transmigran mayoritas didatangkan dari daerah-daerah di Pulau Jawa,
diantaranya Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian berasal dari Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, dan lokal/setempat.
Tabel 2. 29
Rencana Penempatan Transmigrasi Tahun 2016
Provinsi Kalimantan Utara
Kawasan Jumlah KK
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jumlah
Bulungan
Tanjung Buka SP.6B 150 150 300
Sepunggur 100 100
Tanjung Buka SP.3 200 200
Tana Tidung
Sambungan 35
Kujau 65
Sumber: Dinas Sosial, tenaga Kerja, dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Utara 2016
Sedangkan untuk tahun 2016, program transmigrasi ke Kalimantan
Utara akan berlokasi di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan dan
Kabupaten Tana Tidung. Daerah asal transmigran yang bekerjasama dengan
pemerintah Provinsi adalah DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-40
2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah
2.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan Kalimantan Utara untuk bersaing dengan daerah lain secara
nasional dalam mencapai pertumbuhan kesejahteraan daerah selama Tahun 2014
menunjukan peningkatan. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya kinerja ekonomi
daerah dalam berbagai sektor, meningkatnya kinerja pengembangan wilayah
fasilitas wilayah atau infrastruktur, dan membaiknya iklim investasi.
Dalam struktur perekonomian yang mempunyai kontribusi terbesar pada
pembangunan Kalimantan Utara adalah sektor industri, perdagangan, dan sektor
pertanian (BPS Kalimantan Utara, 2012). Sehingga ke tiga sektor tersebut
mencerminkan potensi perekonomian daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kalimantan Utara secara berkelanjutan.
2.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
a. Perhubungan
Secara umum, jumlah lalu lintas penumpang pesawat udara di
Provinsi Kalimantan Utara memiliki kecenderungan meningkat dalam
kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2014, dengan perkembangan
jumlah lalu lintas penumpang pesawat terbesar di Provinsi Kalimantan
Utara terdapat di Kota Tarakan yang memang memiliki bandara
internasional. Kenaikan jumlah penumpang di Bandara Juwata Tarakan
dapat dikatakan cukup signifikan dalam kurun waktu tahun 2007 hingga
2015 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 37,06 persen per tahun.
Perkembangan jumlah arus lalu lintas barang di bandara baik di Kota
Tarakan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten
Nunukan memiliki kecenderungan meningkat. Bandara Juwata (Tarakan)
memiliki rata-rata peningkatan jumlah arus lalu lintas barang sebesar 8,25
persen per tahun, sedangkan untuk di bandara Kabupaten Bulungan
memiliki peningkatan sebesar 15,87 persen per tahun, dan bandara di
Kabupaten Nunukan memiliki peningkatan sebesar 13,36 persen per
tahun.
Perkembangan jumlah lalu lintas penumpang di dermaga dalam
kurun waktu yang sama (tahun 2007 hingga tahun 2014) juga memiliki
kecenderungan meningkat. Meskipun demikian, perkembangan yang
disajikan dalam tabel diatas tidak dapat menggambarkan kondisi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-41
transportasi sungai di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena adanya
keterbatasan data yang diperoleh.
Penyediaan infrastruktur dasar yang menjadi kebutuhan pokok
penduduk Kalimantan Utara seperti listrik dan air bersih masih belum
maksimal dalam pencapaian pembangunannya. Hal ini terlihat pada rasio
elektrifikasi dan rasio jumlah rumah tangga yang terlayani oleh air bersih.
Sesuai dengan cita-cita dan tujuan dibentuknya Provinsi Kalimantan
Utara, masalah konektivitas merupakan permasalahan bagi sebagian
besar Kabupaten/Kota. Rasio panjang terhadap luas wilayah masih
dibawah rasio nasional yaitu 115 km/1.000 Km2. Hal ini dikarenakan
infrastruktur perhubungan memiliki beberapa kendala antara lain:
1. Konsentrasi penduduk yang masih tidak merata dalam satuan kecil
dan terpencil, serta kondisi topografi yang berat;
2. Kendala pembebasan lahan dan penetapan harga yang disepakati;
3. Keterbatasan anggaran sehingga alokasi dana tidak proposional
sesuai kebutuhan.
4. Pembangunan jalan diperbatasan terkendala fungsi dan status
kawasan lindung;
5. Masih ada beberapa pembangunan infrastruktur yang belum ada
kesepakatan pembiayaan pembangunan antara pemerintah pusat,
provinsi, dan kabupaten/kota.
Berdasarkan data Dinas PU dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan
Utara untuk panjang jalan nasional dan provinsi tahun 2014 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2. 30
Panjang Jalan Nasional dan Provinsi (Km) menurut jenis permukaan dan kondisi
Provinsi Kalimantan Utara, Tahun 2014
No Status Jalan Panjang
Jalan
Jenis Permukaan Baik Sedang Rusak
Rusak
Berat Aspal Tanah
1 Nasional 585,16 502,84 82,32 258,07 220,59 61,56 44,94
2 Provinsi 544,718 108,38 436,33 23,69 22,19 93,05 405,78
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Utara, 2014
Untuk menunjang infrastruktur perhubungan udara di ibukota
provinsi, perpanjangan landasan pacu bandara Tanjung harapan
dilaksanakan pada tahun 2016 dan 2017 sebagaimana telah terakomodir
pada buku III RPJMN 2014-2019. Pengembangan bandara perintis di
perbatasan merupakan prioritas pembangunan daerah dalam rangka
percepatan pembangunan perbatasan.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-42
Demikian juga untuk pembangunan infrastruktur perhubungan laut
dan sungai menjadi fokus pembangunan, khususnya dalam rangka
percepatan arus barang dan orang. Pengembangan Pelabuhan Juwata
dan pelabuhan Nusantara di Kabupaten Tana Tidung dan Pelabuhan di
Nunukan menjadi focus pembangunan daerah.
b. Penataan Ruang
Dalam urusan penataan ruang pada aspek daya saing daerah sesuai
dengan Lampiran 1 Permendagri 54/2010 ini terdapat 7 (tujuh) indikator,
yakni ketaatan terhadap RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah
industri, luas wilayah kebanjiran, luas wilayah kekeringan, luas wilayah
perkotaan, dan persentase guna lahan terhadap luas wilayah.
Permasalahan legalisasi perencanaan pembangunan berupat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Utara,
RTRW Kabupaten/Kota, dan peraturan Zonasi belum disahkan. Untuk itu
Pelaksanaan Pengesahan dan nantinya akan diikuti sosialisasi RTRW
Provinsi akan menjadi prioritas pada tahun 2017.
Tabel 2. 31
Rasio Luas Wilayah Produktif (Pertanian, Perkebunan dan Permukiman)
terhadap Luas Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Utara
No Kabupaten / Kota Luas Wilayah Produktif (Ha)
Luas Wilayah Budidaya Non
Kehutanan (Ha) Rasio (%)
1 Malinau
2 Bulungan
3 Tana Tidung
4 Nunukan
5 Tarakan
KALTARA
Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Utara, 2016
2.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
a. Angka Kriminalitas
Angka kriminalitas merupakan salah satu indikator yang dapat
menjadi petunjuk untuk melihat potensi perkembangan investasi daerah.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-43
Angka kriminalitas yang rendah merupakan potensi utama bagi terciptanya
iklim usaha yang kondusif yang diharapkan dapat mendorong
perkembangan investasi daerah. Angka kriminalitas jika ditinjau dari akar
permasalahannya memiliki beragam persoalan yakni latar belakang
permasalahan sosial kesejahteraan masyarakat yang cukup tinggi
kesenjangannya, penegakan hukum, dan jaminan sistem pengelolaan
keamanan daerah.
Kondisi angka kriminalitas di Provinsi Kalimantan Utara tergolong
cukup tinggi. Angka kriminalitas paling tinggi terjadi di Kota Tarakan. Hal
ini dapat dipahami mengingat Kota Tarakan merupakan kawasan
perkotaan dan sebagai pusat kegiatan ekonomi dengan fasilitas pelayanan
publik yang cukup lengkap yang mengundang orang untuk melakukan
migrasi masuk. Akan tetapi pada umumnya tidak semua tenaga kerja yang
masuk dapat terserap selain karena lapangan kerja yang terbatas selain
karena rendahnya ketrampilan sehingga tidak dapat bersaing di pasar
kerja. Kesenjangan sosial ekonomi di antara penduduk perkotaan
seringkali menjadi penyebab meningkatnya angka kriminalitas. Seperti
halnya kawasan perkotaan lainnya, pada umumnya tingkat kriminalitas
cenderung tinggi dibandingkan kawasan yang masih bersifat pedesaan.
Angka kriminalitas Kabupaten Bulungan cenderung tinggi namun hanya
bersifat sementara yang terlihat ada kecenderungan penurunan pada
tahun 2008 sampai 2011. Kabupaten Nunukan memiliki kecenderungan
kenaikan jumlah angka kriminalitas terlihat pada tahun 2009 sampai 2012.
Kabupaten Malinau jumlah angka kriminalitas cenderung fluktuatif namun
lebih sedikit dibandingkan Kota Tarakan. Khusus untuk Kabupaten Tana
Tidung memiliki jumlah paling rendah bahkan pada tahun 2011 dan 2012
tidak ada sama sekali angka kriminalitas yang terjadi.
b. Jumlah Demonstrasi
Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi tingkat kerawanan sosial
yang dapat memicu konflik antar masyarakat. Konflik yang terjadi karena
persoalan sosial masyarakat akibat dari kesenjangan sosial ekonomi yang
terjadi antar masyarakat. Data terakhir terdapat dua bencana yang tercatat
BNPB disebabkan kerusuhan sosial. Tingkat heterogenitas masyarakat di
provinsi ini cukup tinggi, terlihat dari keragaman suku dan agama.
Persoalan tingkat ketimpangan sosial ekonomi serta lambatnya proses
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-44
asimilasi di dalam masyarakat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
konflik sosial secara horisontal. Hal ini jika tidak diselesaikan sejak saat ini
akan berpotensi muncul di kemudian hari. Konflik sosial yang sering terjadi
akan menyebabkan kondisi daerah yang tidak aman dan nyaman untuk
melakukan aktivitas baik kegiatan ekonomi, sosial maupun kegiatan
lainnya. Pendekatan rekonsiliasi merupakan langkah awal yang penting
dilakukan untuk mencegah potensi konflik antar golongan mayarakat. Hal
ini dapat dilakukan melalui kerjasama antar lembaga adat, pemuka agama,
dan organisasi sosial masyarakat.
Tabel 2. 32
Jumlah Demo Tahun 2007 – 2015 Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015
Bulungan 7 n/a n/a 7
Malinau 2 n/a n/a 4
Nunukan 20 n/a n/a 12
Tana Tidung n/a n/a n/a 0
Tarakan 13 n/a n/a 13
Kalimantan Utara 36
Sumber: 1) Kabupaten Malinau dalam Angka Tahun 2013 2) Kalimantan Timur dalam Angka Tahun 2013 3) Profil Kabupaten NunukanTahun 2013
c. Perizinan
Perizinan merupakan sebuah instrumen penting dalam
menumbuhkembangkan iklim investasi yang kondusif. Secara umum, lama
proses pelayanan perizinan merupakan salah satu hal yang dapat
menghambat atau mendorong investasi. Lama proses perizinan
merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu
perizinan (dalam hari). Pada tahun 2013, lama waktu proses pembuatan
izin di Kota Tarakan rata-rata membutuhkan waktu 9 (sembilan) hari. Dari
keseluruhan izin yang dikeluarkan, Izin Usaha Industri, Tanda Daftar
Industri dan Izin Mendirikan Bangunan merupakan jenis perizinan yang
membutuhkan waktu paling lama yaitu 12 (dua belas) hari kerja.
Sedangkan untuk Kabupaten Bulungan, pada tahun 2012 rata-rata lama
perizinan yang dikeluarkan adalah 4 (empat) hari dengan Izin Usaha yang
membutuhkan waktu paling lama yaitu selama 9 (sembilan) hari.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-45
Tabel 2. 33 Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan
Tahun 2013 di Kota Tarakan
No Uraian Lama
Mengurus (Hari)
Jumlah Persyaratan (dokumen)
Biaya Resmi
1 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
a. Izin usaha rekreasi dan hiburan umum
7 10 Gratis
b. Izin rumah makan/restoran 5 7 Gratis
c. Izin Usaha Hotel 7 8 Gratis
2 Izin Usaha Industri (IUI) 12 10 Gratis
3 Tanda Daftar Industri (TDI) 12 10 Gratis
4 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 12 11 Gratis
5 Izin Gangguan (HO) 10 8 Gratis
6 Pendaftaran PMDA 3 5 Gratis
Sumber: 1) Standar Pelayanan Minimal, 2) Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Tarakan tahun 2014
Tabel 2. 34
Jenis-Jenis Perijinan dan Lama Proses Pembuatan Tahun 2012 Kabupaten Bulungan
No Uraian Lama
Mengurus (Hari)
Jumlah Persyaratan (dokumen)
Biaya Resmi
1 Izin Prinsip 3 3 Gratis
2 Izin Usaha 7 7 Gratis
3 Izin Prinsip Perluasan 3 9 Gratis
4 Izin Usaha Perluasan 3 5 Gratis
Sumber: 1) Dokumen dan Peluang Investasi Kabupaten Bulungan, 2) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten
Bulungan Tahun 2014
2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia
a. Kualitas Pendidikan Penduduk (Rasio Lulusan S1/S2/S3)
Semakin banyak penduduk mengenyam pendidikan maka semakin
berkualitas sumber daya manusia yang ada di suatu daerah.Sarjana
merupakan pendidikan tertinggi yang dapat diduduki oleh penduduk di
perguruan tinggi dengan jenjang SI, S2, maupun S3. Penduduk yang
sudah berijazah S1, S2, atau bahkan S3 sudah dianggap memiliki
kualifikasi ahli sehingga memiliki daya saing dan daya tawar tinggi
terhadap lapangan usaha. Hasil analisis rasio lulusan 1/S2/S3 dapat
disajikan sebagai berikut:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-46
Tabel 2. 35
Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2010-2013
di Provinsi Kalimantan Utara
Kabupaten/Kota Rasio Lulusan S1/S2/S3
2010 2011 2012 2013
Bulungan 404,15 436,07
Malinau 453,87 521,89 543,50 549,36
Nunukan
Tana Tidung 1068,94
Tarakan
Kalimantan Utara 82,57 59,67 149,01 156,16
Sumber: 1) Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025 2) Kabupeten Bulungan Dalam Angka 2011-2015 3) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015 4) Kabupaten Nunukan Dalam Angla 2013-2015 5) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015 6) Kota Tarakan Dalam Angka 2015 7) Hasil Analisis, 2016
b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)
Berdasarkan data kinerja pembangunan sebagaimana dijelaskan di
atas dan data kinerja daerah lainnya yang diolah dalam kertas kerja sesuai
dengan amanat pada lampiran I Permendagri Nomor 54 Tahun 2010,
maka secara keseluruhan indikator pembangunan Provinsi Kalimantan
Utara selama dua tahun terakhir disajikan pada tabel sebagai berikut.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-47
Tabel 2. 36
Aspek, Fokus dan Indikator Kinerja Menurut
Bidang Urusan Penyelenggaraan Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013-2014
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pertumbuhan PDRB n/a Hk 8,10 %
Hb 14,13 %
1.2. Laju inflasi provinsi 10,35 11,91
1.3. PDRB per kapita 74.098.620 (Rp/Jiwa)
77.131.601 (Rp/Jiwa)
1.4. Indeks Gini 0,33 0,33
1.5. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia Rendah Rendah
1.6. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional)
0,24 0,23
1.7. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan 92,3 % 93,8 %
1.8. Angka kriminalitas yang tertangani 9 4
Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1. Pendidikan
1.1. Angka melek huruf n/a 97,66
1.2. Angka rata-rata lama sekolah 8,1 8,35
1.3. Angka partisipasi kasar 85,37 88,44
1.4. Angka pendidikan yang ditamatkan n/a n/a
1.5. Angka Partisipasi Murni
1.5.1. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A n/a n/a
1.5.2. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B n/a n/a
1.5.3. Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Paket C n/a 69,64
2. Kesehatan
2.1. Angka kelangsungan hidup bayi n/a 980,81
2.2. Angka usia harapan hidup 71,8 n/a
2.3. Persentase balita gizi buruk n/a 0,21 &
3. Pertanahan
3.1. Persentase penduduk yang memiliki lahan
4. Ketenagakerjaan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-48
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
4.1. Rasio penduduk yang bekerja
Fokus Seni Budaya dan Olahraga
1. Kebudayaan
1.1. Jumlah grup kesenian
1.2. Jumlah gedung
2. Pemuda dan Olahraga
2.1. a. Jumlah klub olahraga
2.2. b. Jumlah gedung olahraga
ASPEK PELAYANAN UMUM
Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
1.1. Pendidikan dasar: n/a n/a
1.1.1. Angka partisipasi sekolah n/a n/a
1.1.2. Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia sekolah n/a n/a
1.1.3. Rasio guru / murid n/a n/a
1.1.4. Rasio guru / murid per kelas rata-rata n/a n/a
1.2. Pendidikan menengah: n/a n/a
1.2.1. Angka partisipasi sekolah 72,4 73,4
1.2.2. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah
n/a n/a
1.2.3. Rasio guru terhadap murid n/a n/a
1.2.4. Rasio guru terhadap murid per kelas rata- rata 10,4 n/a
1.2.5. Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara)
1.3. Fasilitas Pendidikan:
1.3.1. Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik n/a n/a
1.3.2. Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik
n/a n/a
1.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD): n/a n/a
1.4.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) n/a n/a
1.5. Angka Putus Sekolah: n/a n/a
1.5.1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,16 % n/a
1.5.2. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 2,87 % n/a
1.5.3. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA 26,64 % n/a
1.6. AngkaKelulusan:
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-49
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
1.6.1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI n/a n/a
1.6.2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs n/a n/a
1.6.3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA n/a n/a
1.6.4. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs n/a n/a
1.6.5. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
98,38 n/a
1.6.6. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV n/a n/a
2. Kesehatan
2.1. Rasio posyandu per satuan balita n/a 0,99
2.2. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk
Puskesmas: 8,2 Pustu : 23,7
Puskesmas : 8,1 Pustu : 24,3
2.3. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk 0,013 0,013
2.4. Rasio dokter per satuan penduduk 65,7 37,8
2.5. Rasio tenaga medis per satuan penduduk n/a n/a
2.6. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani n/a 60 %
2.7. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
n/a 96,2 %
2.8. Cakupan Desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
n/a 58,7 %
2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan 100 % 100 %
2.10. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA
n/a 15,1 %
2.11. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD
100 % 100 %
2.12. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
n/a 0,2 %
2.13. Cakupan kunjungan bayi n/a 79,6 %
2.14. Cakupan puskesmas 128,9 108,0
2.15. Cakupan pembantu puskesmas 29,4 % 33,6 %
3. Pekerjaan Umum
3.1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik 1.555.530 Km 1.767.475 Km
3.2. Rasio Jaringan Irigasi n/a n/a
3.3. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk
Islam 1,70 1,66
Katolik 3,62 3,85
Protestan 10,42 3,00
Hindu 1,18 5,60
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-50
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
Budha 0,62 1,55
3.4. Persentase rumah tinggal bersanitasi 72,69 % n/a
3.5. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk n/a n/a
3.6. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
n/a n/a
3.7. Rasio rumah layak huni n/a n/a
3.8. Rasio permukiman layak huni n/a n/a
3.9. Panjang jalan dilalui Roda 4 3,866,97 Km 4.055,21 Km
3.10. Jalan Penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (mimal dilalui roda 4)
n/a n/a
3.11. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 KM/Jam )
n/a 45,176 Km
3.12. Panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air ( minimal 1,5 m)
n/a n/a
3.13. Sempadan jalan yang dipakai pedagang kaki lima atau bangunan rumah liar
n/a n/a
3.14. Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar n/a n/a
3.15. Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat
n/a n/a
3.16. Pembangunan turap di wilayah jalan penghubung dan aliran sungai rawan longsor lingkup kewenangan kota
n/a n/a
3.17. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik n/a n/a
3.18. Lingkungan Pemukiman n/a n/a
4. Perumahan
4.1. Rumah tangga pengguna air bersih 29.976 32.689
4.2. Rumah tangga pengguna listrik 80.427 92.214
4.3. Rumah tangga ber-Sanitasi 72,69% n/a
4.4. Lingkungan pemukiman kumuh n/a n/a
4.5. Rumah layak huni n/a n/a
5. Penataan Ruang
5.1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB
n/a n/a
5.2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan n/a n/a
5.3. Ruang publik yang berubah peruntukannya Tidak Tidak
6. Perencanaan Pembangunan
6.1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA
Tidak Tidak
6.2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA
Tidak Tidak
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-51
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
6.3. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA
Ada Ada
6.4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Tidak Tidak
7. Perhubungan
7.1. Jumlah arus penumpang angkutan umum 15.385.689 16.876.031
7.2. Rasio ijin trayek n/a 0,0014 %
7.3. Jumlah uji kir angkutan umum n/a 83 %
7.4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis n/a 124/28/2
7.5. Angkutan darat n/a n/a
7.6. Kepemilikan KIR angkutan umum 342 322
7.7. Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) 25 Menit 25 Menit
7.8. Biaya pengujian kelayakan angkutan umum Rp. 45.000,- Rp. 45.000,-
7.9. Pemasangan Rambu-rambu n/a n/a
8. Lingkungan Hidup
8.1. Persentase penanganan sampah 90,50 % 87,36 %
8.2. Persentase Penduduk berakses airminum 5,82 % 6,19 %
8.3. Persentase Luas pemukiman yang tertata n/a n/a
8.4. Pencemaran status mutu air n/a n/a
8.5. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air
n/a n/a
8.6. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal. n/a n/a
8.7. Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk
0,562 % n/a
8.8. Penegakan hukum lingkungan n/a n/a
9. Pertanahan
9.1. Persentase luas lahan bersertifikat 13,74 % n/a
9.2. Penyelesaian kasus tanah Negara 100 % n/a
9.3. Penyelesaian izin lokasi 66,67 n/a
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
10.1. Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk 0,55 0,60
10.2. Rasio bayi berakte kelahiran 0,79 0,58
10.3. Rasio pasangan berakte nikah 15,11 0,28
10.4. Kepemilikan KTP 65,71 % 113,65 %
10.5. Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 48,73 n/a
10.6. Ketersediaan database kependudukan skala provinsi Ada Ada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-52
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
10.7. Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sudah Sudah
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
11.1. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah
n/a n/a
11.2. Partisipasi perempuan di lembaga swasta n/a n/a
11.3. Rasio KDRT n/a n/a
11.4. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur n/a n/a
11.5. Partisipasi angkatan kerja perempuan n/a n/a
11.6. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan
n/a n/a
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
12.1. Rata-rata jumlah anak per keluarga n/a 4
12.2. Rasio akseptor KB n/a 57,1
12.3. Cakupan peserta KB aktif n/a n/a
12.4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I n/a n/a
13. Sosial
13.1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi
8 30
13.2. PMKS yg memperoleh bantuan sosial n/a n/a
13.3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan social
n/a n/a
14. Ketenagakerjaan
14.1. Angka partisipasi angkatan kerja 66,70 66,38
14.2. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun n/a n/a
14.3. Tingkat partisipasi angkatan kerja 65,3 67,8
14.4. Pencari kerja yang ditempatkan 96,13 62,01
14.5. Tingkat pengangguran terbuka 8,59 5,79
14.6. Keselamatan dan perlindungan n/a n/a
14.7. Perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah
15 22
15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
15.1. Persentase koperasi aktif 57,96 % 61,30 %
15.2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM n/a n/a
15.3. Jumlah BPR/LKM n/a n/a
15.4. Usaha Mikro dan Kecil n/a 7.279 (97%)
16. Penanaman Modal
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-53
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
16.1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) n/a 292
16.2. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) RP. 573,7 M Rp. 1,8 T
16.3. Rasio daya serap tenaga kerja 0 17,4 %
16.4. Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)
0
Rp. 1,8 T
Pertumbuhan 215 %
17. Kebudayaan
17.1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya 18 4
17.2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya 7 6
17.3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan
100 100
18. Kepemudaan dan Olahraga
18.1. Jumlah organisasi pemuda 134 75
18.2. Jumlah organisasi olahraga 73 43
18.3. Jumlah kegiatan kepemudaan 10 1
18.4. Jumlah kegiatan olahraga 8 3
18.5. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) 0,03 0,03
18.6. Lapangan olahraga n/a n/a
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
19.1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP n/a n/a
19.2. Kegiatan pembinaan politik daerah 3 n/a
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
20.1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk
0 n/a
20.2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk n/a n/a
20.3. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 425 (Malinau) 425 (Malinau)
20.4. Pertumbuhan ekonomi 8,16 n/a
20.5. Kemiskinan 7,73 % 6,24 %
20.6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan adiministrasi pemerintah
0 0
20.7. Penegakan PERDA 100 0
20.8. Cakupan patroli petugas Satpol PP 1.350 (Tarakan) n/a
20.9. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten
n/a n/a
20.10. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten
n/a n/a
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-54
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
20.11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten 11 5
20.12. Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
114 88
20.13. Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik
69 68
20.14. Sistim Informasi Manajemen Pemda n/a n/a
20.15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat Tidak ada ada
21. Ketahanan Pangan
21.1. Regulasi ketahanan pangan Tidak Ada Tidak Ada
21.2. Ketersediaan pangan utama 112,99
(Kg/kapita/Tahun)
100,81 (Kg/kapita/Tahun)
22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
22.1. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM)
1 1
22.2. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK n/a n/a
22.3. Jumlah LSM 1 n/a
22.4. LPM Berprestasi 136 136
22.5. PKK aktif n/a n/a
22.6. Posyandu aktif 97,89 97,34
22.7. Swadaya Masyarakat terhadap Program pemberdayaan masyarakat
n/a n/a
22.8. Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat
n/a n/a
23. Statistik
23.1. Buku ”kabupaten dalam angka” Ada
23.2. Buku ”PDRB kabupaten” Ada
24. Kearsipan
24.1. Pengelolaan arsip secara baku 0 0
24.2. Peningkatan SDM pengelola kearsipan 0 0
25. Komunikasi dan Informatika
25.1. Jumlah jaringan komunikasi 53.833 n/a
25.2. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk n/a 0,74
25.3. Jumlah surat kabar nasional/lokal 9 9
25.4. Jumlah penyiaran radio/TV lokal 10 10
25.5. Website milik pemerintah daerah Ada Ada
25.6. Pameran/expo 38 35
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-55
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
26. Perpustakaan
26.1. Jumlah perpustakaan
26.2. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
26.3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Pertanian
1.1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar
34,72 (Kw/Ha) 36,05 (Kw/Ha)
1.2. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB
n/a n/a
1.3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB n/a n/a
1.4. Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB
n/a n/a
1.5. Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB 17,07 17,01
1.6. Cakupan bina kelompok petani n/a n/a
2. Kehutanan
2.1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis n/a n/a
2.2. Kerusakan Kawasan Hutan n/a 9,92 Ha
2.3. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB 17,07 17,01
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
3.1. Pertambangan tanpa ijin 0 0
3.2. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB 31,61 % 31,99 %
4. Pariwisata
4.1. Kunjungan wisata 1.445.654 1.527.860
4.2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
3,59 %
(Juta Rp.) 535.727,30
3,46 %
(Juta. Rp.) 560.861,40
5. Kelautan dan Perikanan
5.1. Produksi perikanan
Perikanan Tangkap 886,30 Ton 968,90 Ton
Perikanan Budidaya (Tambak) 14245,30 Ton 14076,47 Ton
Perikanan Budidaya (Kolam) 492,4 Ton 496,14 Ton
5.2. Konsumsi ikan 38,98 Kg/Kapita/Tahun
40,78 Kg/Kapita/Tahun
5.3. Cakupan bina kelompok nelayan n/a 17
5.4. Produksi perikanan kelompok nelayan n/a n/a
6. Perdagangan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-56
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
6.1. Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB
10,42 %
(Juta. Rp.) 4.593.690,60
10,08 %
(Juta. Rp.) 4.804.997,20
6.2. Ekspor Bersih Perdagangan $1.057.899,406 $1.068.360,000
6.3. Cakupan bina kelompok pedagang/usaha informal n/a n/a
7. Perindustrian
7.1. Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB
6,48 %
Rp. 4.224.983 (Juta)
4,85 %
Rp. 4.429.739 (Juta)
7.2. Kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB sektor Industri
n/a n/a
7.3. Pertumbuhan Industri.(IKM) n/a 2.234
7.4. Cakupan bina kelompok pengrajin n/a n/a
8. Ketransmigrasian
8.1. Transmigran swakarsa n/a n/a
8.2. Kontibusi transmigrasi terhadap PDRB n/a n/a
ASPEK DAYA SAING DAERAH
Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita 118.765 152.082
1.2. Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita 405.273 527.909
1.3. Produktivitas total daerah Rp. 164 (Juta) Rp. 175 (Juta)
2. Pertanian
2.1. Nilai tukar petani n/a 99,97
Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
1. Perhubungan
1.1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 0,030 0,028
1.2. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum n/a n/a
1.3. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/ terminal per tahun
n/a n/a
2. Penataan Ruang
2.1. Ketaatan terhadap RTRW n/a n/a
2.2. Luas wilayah produktif 3.597.103 Ha 3.597.103 Ha
2.3. Luas wilayah industri 11.252,09 Ha 11.252,09 Ha
2.4. Luas wilayah kebanjiran n/a n/a
2.5. Luas wilayah kekeringan n/a n/a
2.6. Luas wilayah perkotaan n/a n/a
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-57
No Bidang Urusan/ Indikator 2013 2014
3. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
3.1. Jenis dan jumlah bank dan cabang 58 40
3.2. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang 0 0
3.3. Jenis, kelas, dan jumlah restoran n/a 221
3.4. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel 143 132
4. Lingkungan Hidup
4.1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih
21,13 21,64
5. Komunikas dan Informatika
5.1. Rasio ketersediaan daya listrik 156,03 133,44
5.2. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik 56,70 61,06
5.3. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon 4,11 % 3,81 %
Fokus Iklim Berinvestasi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1.1. Angka kriminalitas 246 195
1.2. Jumlah demo 0 0
1.3. Lama proses perijinan 3 Hari 3 Hari
1.4. Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah n/a
4 Pajak
(Rp. 326,990,414,05)
1.5. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha 0 0
1.6. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa
55 n/a
Fokus Sumber Daya Manusia
1. Ketenagakerjaan
1.1. Rasio lulusan S1/S2/S3 156,16 n/a
1.2. Rasio ketergantungan n/a n/a
Sumber: BPS Kalimantan Timur, Diolah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-58
Tabel 2. 37
Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2012 s.d 2014
Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Utara
NO Sektor 2012 2013 2014
% % %
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 6.79 4.77 7.37
2 Pertambangan & Penggalian 8.63 12.08 9.46
3 Industri Pengolahan 5,40 6.48 4.85
4 Listrik,Gas & Air bersih 8,50 9.06 15.01
5 Konstruksi 7.58 6.44 9.58
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6.66 5.35 4.60
7 Transportasi dan Pegudangan 9.12 8.65 8.60
8 Jasa Keuangan 10.01 4.80 4.70
9 Administrasi Pemerintahan 5.23 5.55 13.26
10 Jasa Pendidikan 19.89 17.48 10.10
11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11.75 6.61 8.91
12 Jasa Lainnya 4.53 2.86 6.85
PDRB 100 100 100
Sumber BPS Kalimantan Timur
Tabel 2. 38
Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2012 s.d 2014
Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Kalimantan Utara
No Sektor 2012 2013 2014
% % %
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 16.52 16.23 17.02
2 Pertambangan & Penggalian 33.25 33.68 31.53
3 Industri Pengolahan 9.42 9.21 9.31
4 Listrik,Gas & Air bersih 0.04 0.03 0.03
5 Konstruksi 11.66 11.64 11.91
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 10.11 9.73 9.95
7 Transportasi dan Pegudangan 5.23 5.53 5.87
8 Jasa Keuangan 1.11 1.12 1.10
9 Administrasi Pemerintahan 5.11 5.12 5.48
10 Jasa Pendidikan 1.94 2.07 2.15
11 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.75 0.74 0.74
12 Jasa Lainnya 0.46 0.44 0.45
PDRB 100 100 100
Sumber BPS Kalimantan Timur
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-59
2.2. Evaluasi Kinerja Tahun Lalu
Evaluasi merupakan satu tahapan penting dalam pembangunan daerah, hal
ini dilakukan terhadap pelaksanaan program-program dan kegiatan apakah telah
sesuai dengan mekanisme perencanaan yang benar dan apakah telah mecapai
target yang diinginkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui adanya ketidak
singkronan antara dokumen perencanaan dan pelaksanaan sehingga dapat
diantisipasi dengan mekanisme perubahan sehingga arah pembangunan daerah
dapat kembali seesuai dengan visi dan misi kepala daerah.
Evaluasi hasil RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015 dapat disajikan
dalam beberapa tabel sebagai berikut :
Tabel 2. 39
Hasil Pelaksanaan Program RKPD
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015
No Bidang Urusan Jumlah
Program
Rata-rata Tingkat
Capaian Target
RKPD (%)
Predikat Kinerja Perangkat Daerah
Pelaksana Bidang
Urusan K Rp. K Rp.
I URUSAN WAJIB
1. Pendidikan 8 Disdikbudpora, Biro
Umum dan Humas
2. Kesehatan 11 Dinkes, Biro Kesra
3.
Pekerjaan Umum
dan Penataan
Ruang
14 Dinas PUTR
4.
Perumahan rakyat
dan Kawasan
permukiman
Dinas PUTR
5.
Ketenteraman,
ketertiban umum,
dan pelindungan
masyarakat;
11 Badan Kesbangpol,
Satpol PP, BPBD
6. Sosial 3 Dinsosnakertrans, Biro
Kesra
7. Tenaga Kerja 3 Dinsosnakertrans, Biro
Kesra
8.
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
3 Badan Pemberdayaan,
Biro Kesra
9. Pangan
10. Pertanahan 1 Biro Pem. Umum
11. Lingkungan Hidup 4 BLHD, DPUTR
12.
Administrasi
Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
1 Biro Pem. Umum
13.
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa
4
Badan Pemberdayaan
Masyarakat,
Pemberdayaan
Perempuan, Keluarga
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-60
Berencana dan
Pemerintahan Desa
14.
Pengendalian
Penduduk dan
Keluarga
Berencana
2
Badan Pemberdayaan
Masyarakat,
Pemberdayaan
Perempuan, Keluarga
Berencana dan
Pemerintahan Desa
15. Perhubungan 4 Dishubkominfo
16. Komunikasi dan
Informatika 4
Dishubkominfo, Biro
umum dan humas
17. Komunikasi dan
Informatika Dishubkominfo
18.
Koperasi, Usaha
Kecil dan
Menengah
3 Disperindagkop dan
UMKM
19. Penanaman Modal 2 BPMPT
20. Kepemudaan dan
Olahraga 5
Disdikbudpora, Biro
Umum dan Humas
21. Statistik
22. Persandian
23. Kebudayaan 3 Disdikbudpora, Biro
Ekbang
24. Perpustakaan
25. Kearsipan 1 Biro Pem.Umum
II URUSAN PILIHAN
1. Kelautan dan
Perikanan DKP
2. Pariwisata 2 Biro Ekbang dan BPP
3. Pertanian 8 Dinas PKKP
4. Kehutanan 4 Dinas PKKP
5. Energi dan Sumber
Daya Mineral 4 ESDM
6 Perdagangan 3 Disperindagkop dan
UMKM
7 Perindustrian 2 Disperindagkop dan
UMKM
8 Transmigrasi 2 Dinsosnakertrans
Berdasarkan data tersebut, dapat diperoleh gambaran antara lain sebagai
berikut:
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara melaksanakan 20 urusan wajib
dan 8 urusan pilihan oleh Perangkat Daerah (termasuk Biro-biro yang
ada pada Sekretariat Daerah).
2. Tidak terdapat program khusus untuk melaksanakan urusan statistic,
Persandian, Perpustakaan, Perumahan Rakyat dan Kawasan
permukiman dan Pangan. Pelaksanaan urusan tersebut dilakukan
melalui kegiatan pada beberapa program tertentu.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-61
2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah
2.5.1. Permasalahan Daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran
pembangunan daerah
A. Urusan Wajib :
a. Pendidikan
Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Malinau, persebaran
sarana pendidikan belum merata. Sebanyak 5 desa dari 30 desa
masih belum memiliki sarana pendidikan sama sekali, dari jenjang
SD hingga SMA/SMK baik yang berstatus negeri maupun swasta.
Selanjutnya, 22 desa telah memiliki sarana pendidikan berjumlah 1
unit, dan 3 desa telah memiliki 2 hingga 3 sarana pendidikan formal,
diantaranya adalah desa di Kecamatan Kayan Selatan, Kayan Hulu,
dan Pujungan.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kecamatan
perbatasan di Kabupaten Malinau pada umumnya sangat
mengandalkan kegiatan program penyetaraan pendidikan dalam
bentuk paket A, paket B, dan paket C. Hal ini dikarenakan oleh
kurangnya sarana pendidikan formal yang berkualitas dan sulitnya
mengakses sarana pendidikan karena letak geografis yang tidak
memungkinkan.
Disamping penyediaan kebutuhan sarana sekolah,
pembangunan asrama sekolah untuk warga masyarakat yang
mengenyam pendidikan khususnya SMP dan SMA/SMK juga
menjadi hal penting karena letak sekolah dan tempat tinggal yang
sangat jauh.
Di kecamatan perbatasan di Kabupaten Nunukan, kondisi
sarana pendidikan formal tingkat SD terdapat hampir di seluruh
kecamatan dan desa. Namun untuk sarana pendidikan SMP tidak
terdapat di seluruh desa dan kecamatan di kawasan perbatasan.
Untuk SMA/SMK hanya ada di ibukota kecamatan. Siswa yang
tempat tinggalnya jauh dari sekolah harus menumpang di rumah
masyarakat yang berdekatan dengan sekolah atau kost atau di
asrama, keberadaan asrama masih terbatas di Kecamatan Krayan
Selatan saja.
Kondisi sarana pendidikan masih banyak kekurangan terutama
fasilitas fisik yang kurang layak, begitu juga dengan prasarana
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-62
pendukung, seperti buku, yang masih kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh tidak dapat terdistribusikannya bantuan buku
karena terkendala kondisi geografis wilayah. Adapun tenaga
pengajar di seluruh sekolah masih sangat kurang, di Kecamatan
Lumbis Ogong pengajar kurang aktif ke sekolah khususnya untuk
SD dan SMP. Pengajar lebih memilih menunggu (stay) di ibukota
kecamatan karena faktor geografis dan tidak memiliki tempat tinggal
di lokasi tugas.
Meskipun ada bantuan tenaga pengajar dari pemerintah pusat
melalui program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal (SM3T) yang sudah berjalan selama 3 tahun di
Kabupaten Nunukan dan tersebar di seluruh kecamatan perbatasan,
namun tidak semua desa ada pengajar dari program tersebut.
Adapun pelaksanaannya bersifat tidak bersifat tidak berkelanjutan,
karena sifatnya hanya sebagai guru bantu selama satu tahun.
b. Kesehatan
Pemerataan sarana kesehatan ke seluruh wilayah dan masih
sulitnya akses ke sarana kesehatan terdekat menjadi hal utama
dalam pelayanan dasar kesehatan. Jumlah sarana kesehatan
(puskesmas, pustu dan rumah sakit) sudah mencukupi sesuai rasio
jumlah penduduk, bahkan rasio puskesmas per satuan penduduk
jauh di atas rasio Indonesia tahun 2012. Akan tetapi bila dikaitkan
dengan faktor eksternal yaitu luas wilayah dan kondisi geografis di
Provinsi Kalimantan Utara, capaian indikator yang telah sesuai ini
kembali menjadi suatu permasalahan.
c. Pekerjaan Umum
Kalimantan Utara sebagai provinsi yang baru terbentuk
memerlukan dukungan infrastruktur yang baik untuk mendukung
proses pembangunan. Dengan kondisi wilayah yang cukup luas
serta berbatasan langsung dengan wilayah negara tetangga
Malaysia, provinsi ini memerlukan sistem jaringan jalan yang andal
agar mampu menghubungkan seluruh wilayah, kegiatan masyarakat
dan layanan umum serta mampu dalam menjaga keamanan dan
kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan. Secara umum
kondisi jaringan jalan dalam lingkup kabupaten sudah baik, terdapat
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-63
68,05% jalan kabupaten dengan kondisi baik (lebih besar dari nilai
SPM sebesar 60%). Namun total ruas panjang jalan dalam kondisi
baik baru mencapai 56,42%, kurang dari nilai SPM sebesar 60%.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa konstruksi jalan di Provinsi
Kalimantan Utara masih bermasalah, antara lain lapis perkerasan
yang rusak, kondisi badan jalan yang tidak mantap, maupun
permukaan jalan licin dan berlumpur pada saat musim penghujan,
seperti ruas jalan Tanjung Selor - Tanjung Palas - Sekatak Buji -
Malinau, Mansalong - Simanggaris - Batas Negara.
d. Perumahan
Permasalahan yang muncul terkait sektor perumahan adalah
pemanfaatan energi listrik pada skala rumah tangga yang cukup
rendah, bahkan selama tahun 2008-2012 terjadi kecenderungan
penurunan jumlah rumah tangga pengguna listrik. Jika dibandingkan
dengan SPM sebesar 100%, rumah tangga pengguna listrik di
Provinsi Kalimantan Utara jauh lebih rendah yakni sebesar 35,88%,
sehingga dapat dikatakan sebagian besar wilayah provinsi ini belum
teraliri listrik. Rendahnya akses rumah tangga terhadap kebutuhan
energi listrik akan berakibat pada rendahnya produktivitas rumah
tangga karena rumah tangga tidak dapat melakukan kegiatan
ekonomi yang lebih produktif. Di masa depan jika hal ini tidak
diperhatikan sejak saat ini akan menjadi persoalan terkait dengan
rendahnya kemampuan wilayah provinsi ini untuk berkembang dan
bersaing dengan wilayah lain karena kegiatan ekonomi rumah
tangga terhambat karena keterbatasan energi listrik.
Permasalahan perumahan lainnya adalah rendahnya rumah
tangga pengguna air bersih, selama tahun 2008-2012
perkembangan rumah tangga pengguna air bersih cukup fluktuatif
dengan kecenderungan meningkat (36,02%) pada kondisi tahun
2012. Sementara nilai SPM yang ditetapkan sebesar 55-75%. Hal ini
mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat belum dapat
mengakses air bersih secara merata, diduga hal ini berkaitan pula
dengan terbatasnya ketersediaan air permukaan dan air bawah
tanah.
Belum tercapainya nilai SPM terdapat pada persentase rumah
tinggal bersanitasi perkembangan selama lima tahun terakhir
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-64
mengalami fluktuasi dengan kecenderungan menurun. Nilai indikator
persentase rumah tinggal bersanitasi (51,2%) yang masih terlampau
jauh di bawah nilai standar pelayanan minimum yang ditetapkan
(80%). Hal ini menjadi catatan yang perlu diperhatikan oleh
stakeholder terkait, oleh karena indikator sanitasi berkaitan dengan
kualitas kesehatan masyarakat. Jika permasalahan sanitasi tidak
diperhatikan, di masa depan akan menjadi salah satu faktor
penghambat bagi terciptanya peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat dan pada akhirnya memperlambat peningkatan kualitas
sumber daya manusia di provinsi ini. Rendahnya kualitas kesehatan
tersebut akan berpengaruh tehadap rendahnya kualitas sumber
daya manusia di provinsi ini, sebagai akibat lebih lanjut sumber daya
manusia provinsi ini akan kalah bersaing dalam menghadapi era
globalisasi maupun Masyarakat Ekonomi ASEAN.
e. Penataan Ruang
Penataan Ruang menjadi urusan yang sangat penting bagi
daerah baru seperti Provinsi Kalimantan Utara, percepatan
pengesahan Rancangan Perda RTRW Provinsi menjadikan prioritas,
yang nantinya akan diikuti oleh revisi RTRW Kabupaten/Kota.
f. Perencanaan Pembangunan
Sampai tahun 2016 Provinsi Kaliimantan Utara baru memiliki
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, melalui
Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2016, sedangkan dokumen RPJMD
sebagai pengejawantahan Visi dan Misi Terpilih hingga RKPD Tahun
2017 ini ditetapkan masih dalam proses penyusunan rancangan
akhir. Sementara itu belum singkronnya dokumen perencanaan
Pemerintah Pusat, Daerah dan Kabupaten/Kota menjadikan
perencanaan di Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara masih perlu
ditingkatkan. Secara umum permasalahan utama dibidang
perencanaan pembangunan adalah: (1) Posisi strategis Provinsi
Kalimantan Utara belum memberi kontribusi terhadap kemajuan
ekonomi, sosial, budaya, politik dan investasi;(2) Sinkronisasi
dokumen rencana pembangunan antara pusat dan daerah belum
optimal; (3) Kualitas dan kuantitas sumberdaya perencanaan masih
rendah; (4) Belum optimalnya ketersediaan dan validitas informasi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-65
serta dokumen perencanaan; (5) Masih rendahnya kualitas
pelaksanaan Musrenbang dan penerapan dokumen perencanaan;
dan (6) Lemahnya pengendalian dan evaluasi pembangunan.
g. Perhubungan
Permasalahan keterhubungan antar wilayah diakibatkan oleh
ketersediaan layanan transportasi yang masih terbatas, baik
transportasi darat, sungai, laut dan udara. Layanan transportasi
darat menunjukkan peningkatan jumlah penumpang dan barang
berbagai moda transportasi (darat, laut, sungai, udara) pada lima
tahun terakhir (2008-2012). Peningkatan ini mencerminkan adanya
perkembangan permintaan kebutuhan layanan untuk masing-masing
moda tersebut. Namun demikian kondisi tersebut belum didukung
dengan peningkatan layanan transportasi dalam bentuk jumlah
armada yang melayani, terlihat dari penurunan rasio jumlah armada
angkutan dengan jumlah penumpang, yakni angkutan darat (0,1)
dan angkutan laut (0,07). Sementara itu jumlah fasilitas transportasi
berupa pelabuhan udara, pelabuhan laut dan jumlah terminal masih
konstan, hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan armada di
Provinsi Kalimantan Utara semakin meningkat. Peningkatan jumlah
penumpang selama lima terakhir yang tidak diikuti oleh peningkatan
layanan transportasi akan mengakibatkan terhambatnya pergerakan
orang, barang dan jasa antarwilayah yang pada akhirnya akan
memperlambat pembangunan daerah.
Permasalahan layanan transportasi pada umumnya berupa
jumlah armada terbatas yang mengakibatkan frekuensi layanannya
rendah atau dapat berupa faktor muat (load factor) yang tinggi
ditunjukkan oleh jumlah penumpang yang berjejal, tidak semuanya
mendapatkan tempat duduk. Selain itu ketersediaan terminal
angkutan darat, pelabuhan udara dan pelabuhan laut/sungai
merupakan pendukung dari ketersediaan layanan transportasi.
Meskipun Provinsi Kalimantan Utara memiliki 28 pelabuhan udara, 6
pelabuhan sungai/laut dan sejumlah terminal angkutan darat namun
layanan yang diberikan masih sangat terbatas terkait dengan
keterhubungan layanan transportasi tersebut dengan wilayah-
wilayah yang ada. Sebaran fasilitas layanan transportasi juga
berpengaruh dalam kemudahan pencapaian suatu wilayah. Secara
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-66
umum sebaran fasilitas layanan transportasi udara di Provinsi
Kalimantan Utara belum menjangkau seluruh wilayah
kabupaten/kota secara merata demikian pula sebaran layanan
transportasinya. Frekuensi layanan juga menjadi kendala pula dalam
konteks keterhubungan wilayah. Semakin tinggi frekuensi layanan
transportasi semakin mudah masyarakat mengakses suatu wilayah
dan semakin baik keterhubungan antar wilayah.
Keberadaan terminal dan jumlah angkutan darat merupakan
salah satu penanda kinerja transportasi darat di Provinsi Kalimantan
Utara. Berdasarkan catatan dari Dinas Perhubungan Provinsi
Kalimantan Utara (2014), Kabupaten Tana Tidung merupakan satu-
satunya kabupaten yang tidak memiliki terminal, meskipun demikian
semua kabupaten/kota memiliki angkutan umum, dimana angkutan
umum tersebut terdiri dari angkutan kota, angkutan desa, dan
bahkan di Kabupaten Malinau terdapat angkutan Damri.
Permasalahan mendasar terkait dengan sebaran layanan
transportasi darat adalah ketersediaan jaringan jalan yang belum
merata hingga wilayah terpencil. Kondisi ini akan mempersulit
angkutan umum darat dapat masuk hingga ke pedalaman.
Disamping itu juga kondisi jalan yang tidak menunjukkan karakter
‘all-weather road’ mempersulit ketersediaan kondisi jalan yang baik
pada musim penghujan, yang akan berakibat pada keterhubungan
wilayah akan menjadi terganggu.
Sementara dari layanan transportasi udara, dari kelima
kabupaten/kota yang ada, hanya Kabupaten Tana Tidung yang tidak
memiliki bandara, sehingga total keseluruhan bandara yang terdapat
di Provinsi Kalimantan Utara sebanyak 28 unit. Perlu dicatat bahwa
layanan transportasi udara merupakan layanan transportasi utama
khususnya untuk daerah terpencil dan pedalaman yang hingga saat
ini tidak terjangkau oleh layanan transportasi darat. Bandara yang
terdapat di Provinsi Kalimantan Utara ini selain melayani
penerbangan domestik, juga melayani penerbangan internasional
(Bandara Juwata, Tarakan). Dari ke-28 bandara tersebut, sebagian
besar merupakan bandara dengan layanan penerbangan perintis.
Meskipun demikian, bandara-bandara di Provinsi Kalimantan Utara
tersebut belum didukung dengan frekuensi layanan penerbangan
yang memadai, sehingga menimbulkan permasalahan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-67
keterhubungan antar wilayah, baik dalam lingkup wilayah Provinsi
Kalimantan Utara maupun ke luar wilayah provinsi. Keterhubungan
dengan wilayah lain di luar provinsi sudah diwadahi dengan adanya
rute penerbangan dari Kota Tarakan, ke berbagai kota di Provinsi
Kalimantan Timur maupun kota-kota lain di Pulau Jawa.
h. Lingkungan Hidup
Terkait masalah kesehatan lingkungan, data menunjukkan
bahwa kualitas air masih belum layak. Air adalah zat yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, maka
seluruh proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat
berlangsung dengan lancar. Persentase banyaknya desa yang
mengakses sumber air minum tertentu dibandingkan dengan jumlah
seluruh desa yang ada menunjukkan bahwa sebanyak 65% desa
atau kelurahan di Kota Tarakan sumber air minum/masak berasal
dari PAM/PDAM, jumlah ini mendominasi dibandingkan sumber air
yang lain seperti sumur (15%), air hujan (10%), mata air (5%) dan air
kemasan (5%). Sedangkan di Kabupaten Malinau, sumber air
minum/masak didominasi dari sungai/danau sebesar 43%,
sedangkan yang lain berasal dari mata air (39,45%), PAM/PDAM
(9,17%) dan air hujan (7,34%). Begitu pula sumber air di Kabupaten
Nunukan didominasi dari sungai/danau (36,67%). Sedangkan di
Kabupaten Tana Tidung dan di Kabupaten Bulungan 72,73% dan
38,27% desa di kabupaten tersebut menggunakan air hujan sebagai
sumber air minum, di tahun 2012 pun keluarga di Kabupaten
Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung yang menggunakan sumber
dari air hujan masih cukup tinggi 52,34% dan 56,25% (Podes, 2011).
i. Pertanahan
Belum terbentuknya Kantor Wilayah Pertanahan yang khusus
menangani urusan pertanahan menjadikan provinsi Kalimantan
Utara masih dibawah naungan Kantor Wilayah Kaimantan Timur.
j. Pemberdayaan dan Perempuan dan Perlindungan Anak
Sebagian besar Indeks pemberdayaan perempuan (IDG)
kabupaten/kota di provinsi ini masih di bawah IDG Provinsi
Kalimantan Timur. Pada tahun 2009 hanya Kabupaten Nunukan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-68
(55,73) yang memiliki IDG di atas IDG Provinsi Kalimantan Timur
(52,05), demikian juga tahun 2012 hanya Kabupaten Nunukan
(68,93) yang menunjukkan IDG tertinggi di atas IDG Provinsi
Kalimantan Timur (61,84). Jika dibandingkan dengan IDG nasional,
baik tahun 2009 maupun 2012 IDG provinsi jauh lebih rendah. Pada
tahun 2009 IDG nasional mencapai 63,52 sedangkan tahun 2012
mencapai 70,07. Rendahnya IDG ini menunjukkan bahwa peranan
perempuan dalam pengambilan keputusan, terutama peran aktif
perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik masih sangat
terbatas. Komponen pembentuk IDG adalah keterwakilan
perempuan dalam parlemen, perempuan sebagai tenaga
profesional, teknisi kepemimpinan dan ketatalaksanaan, dan
sumbangan pendapatan perempuan. Pada tahun 2012 partisipasi
perempuan dalam lembaga pemerintah semua kabupaten/kota di
provinsi ini berada di bawah partisipasi perempuan di Provinsi
Kalimantan Timur (38,49). Hanya Kabupaten Tana Tidung yang
menunjukkan partisipasi perempuan di lembaga pemerintah agak
mendekati angka partisipasi perempuan di Provinsi Kalimantan
Timur, meskipun masih di bawah angka tersebut yakni 35,89.
k. Sosial
Kesejahteraan sosial terkait dengan pelayanan sosial kepada
masyarakat miskin termasuk anak asuh, anak terlantar, penyandang
masalah sosial dan penduduk dengan kemampuan berbeda (cacat).
Kondisi pelayanan sosial di provinsi ini dalam penyediaan sarana
sosial antar kabupaten/kota masih sangat kurang. Kondisi ini terlihat
dari perkembangan sarana sosial yang cukup berfluktuasi selama
lima tahun terakhir meskipun menunjukkan kecenderungan
menurun, dan belum memenuhi target yang disyaratkan dalam SPM.
Sementara penanganan pelayanan sosial seperti pemberian
bantuan sosial pada PMKS saat ini sudah cukup baik, dengan
tercapainya target SPM, namun perlu terus ditingkatkan baik
jangkauan maupun mutu pelayanan. Sementara aspek penanganan
PMKS untuk masing-masing kabupaten/kota masih kurang. Kondisi
ini mengindikasikan bahwa perhatian dalam pengelolaan bidang
sosial masih belum optimal.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-69
l. Kebudayaan
Regulasi khusus mengenai manajemen pengelolaan dan
revitalisasi aset warisan budaya belum tersedia. Selain sistem
pengelolaan pendataan belum tertata dengan baik, sehingga perlu
dilakukan perbaikan database secara komprehensif. Langkah
pengamanan aset ini sebenarnya dapat menjadi sebuah karakter
budaya yang menandakan ciri khas keunggulan Provinsi Kalimantan
Utara. Pelestarian adat ini meliputi berbagai hasil kebudayaan
seperti kerajinan, upacara adat, tarian, baju adat, pelembagaan adat,
dan sistem mekanisme kehidupan adat. Tidak sekedar
membutuhkan perhatian saja tetapi diperlukan juga wujud nyata
upaya perlindungan sebagai bagian hak kekayaan intelektual
budaya di Indonesia.
m. Pemuda dan Olahraga
Hingga lima tahun terakhir keterlibatan pemuda dalam
pembangunan belum dimanfaatkan secara optimal, terlihat dari
sistem pelembagaan sektor kepemudaan seperti jumlah kelompok,
grup, dan aktivitas kegiatan yang belum optimal, sarana dan
prasarana pendukung kegiatan pemuda masih sangat terbatas.
Demikian pula dengan keolahragaan yang ditandai dengan jumlah
gelanggang/balai remaja (selain milik swasta) masih belum dapat
mencapai standar pelayanan minimum yang ditetapkan. Hal ini
mengisyaratkan pemberdayaan sektor pemuda dan olahraga masih
sangat kurang.
n. Ketahanan Pangan
Secara fisik daya dukung lahan pertanian di provinsi
Kalimanatsn Utara relatif rendah, sehingga secara regional belum
memiliki kemampuan untuk mencukupi ketersediaan pangan yang
berasal dari hasil produksi sendiri sejak tahun 2008-2012. Selama
kurun waktu tersebut daya dukung lahan pertanian provinsi ini masih
di bawah 1, yakni 0,000900 (tahun 2008) dan 0,000910 (tahun
2012), artinya sebagai sebuah wilayah Provinsi Kalimantan Utara
belum mampu swasembada pangan. Nilai daya dukung lahan
pertanian Kabupaten Bulungan relatif lebih baik jika dibandingkan
nilai daya dukung lahan pertanian kabupaten/kota lainnya, meskipun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-70
tetap berada di bawah 1, yakni 0,001665 (tahun 2009) kemudian
meningkat menjadi 0,002378 (tahun 2012). Ketidakmampuan untuk
berswasembada pangan akan berakibat pada ketidakmampuan
wilayah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya.
Dengan demikian ketersediaan beras di provinsi ini jika dilihat dari
kemampuan menyediakan kebutuhan kalori per kapita sebesar
setara 265 Kg beras/kapita/tahun belum tercukupi. Pangan,
khususnya beras yang belum mampu tersedia untuk mencukupi
kebutuhan pangan di provinsi ini menjadi permasalahan yang cukup
penting, terlebih ketika di masa datang jumlah penduduk akan
semakin meningkat seiring dengan perkembangan wilayah.
o. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan sejumlah
aktivitas pendorong yang dapat mempengaruhi tingkat
perkembangan masyarakat dan desa. Program pemberdayaan
masyarakat dan desa erat kaitannya dengan tingkat pembangunan
perekonomian, pembangunan sumber daya manusia, pembangunan
kesehatan, ketahanan pangan, dan akses pelayanan. Berdasarkan
data yang sudah dijelaskan di Bab 2, terdapat penurunan aktivitas
pemberdayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari adanya
kecenderungan penurunan program pemberdayaan masyarakat di
kabupaten/kota. Penurunan ini terlihat pada tiga kabupaten yakni
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana
Tidung. Di masa depan keadaan ini akan menjadi permasalahan
karena aspek pemberdayaan masyarakat yang seharusnya sebagai
langkah utama mengatasi PMKS tidak berjalan efektif. Bukti lain
yang menguatkan adalah adanya kenaikan jumlah masyarakat yang
tergolong PMKS. Capaian indikator kinerja pemberdayaan
masyarakat dan desa jika dibandingkan dengan SPM, maka capaian
indikator kinerja tersebut tidak tercapai
p. Komunikasi dan Informasi
Permasalahan yang ada lebih banyak terkait dengan belum
meratanya jaringan komunikasi dan informasi yang ada di wilayah
ini, tidak semua kabupaten/kota dapat berkomunikasi dan
memperoleh informasi sama baik.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-71
Dalam lima tahun terakhir secara umum jumlah sarana
komunikasi terjadi peningkatan dan diikuti dengan penurunan jumlah
wartel/warnet serta jumlah pameran/expo. Sedangkan jumlah
penyiaran TV, jumlah surat kabar yang beredar serta keberadaan
website pemerintah relatif tetap. Meski jumlah sarana komunikasi
meningkat, tidak ada informasi yang jelas terkait dengan kemudahan
akses ke layanan komunikasi dan informasi. Dari sisi jumlah media
informasi tidak terlihat adanya peningkatan. Dengan kondisi wilayah
yang sangat luas tersebut tentunya sangat dibutuhkan adanya akses
informasi maupun ketersediaan layanan komunikasi yang baik yang
mampu menjangkau seluruh wilayah hingga ke wilayah terpencil
maupun wilayah perbatasan dengan negara Malaysia.
Rendahnya akses informasi dan terbatasnya layanan
komunikasi akan berpengaruh terhadap berkembangnya kegiatan
ekonomi wilayah yang menjadi pemacu perekonomian daerah
maupun upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia baik
pendidikan maupun kesehatan, oleh karena di era globalisasi ini
informasi semakin cepat berubah. Dengan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2016, maka kebutuhan akan
ketersediaan layanan komunikasi yang memadai serta akses
informasi yang semakin mudah menjadi prasyarat utama dalam
pembangunan daerah mengingat provinsi ini berbatasan langsung
dengan Malaysia. Tanpa sarana prasarana komunikasi dan
informasi yang memadai, mudah diakses dan tersebar secara
merata hingga wilayah terpencil maka provinsi ini akan selalu
tertinggal dengan negara tetangga.
B. Urusan Kewenangan Pilihan
a. Pertanian
Provinsi Kalimantan Utara sangat potensial untuk pengembangan
sektor pertanian, yang meliputi tanaman pangan, tanaman
perkebunan, tanaman industri, peternakan dan perikanan. Kondisi
lahan yang luas dan subur, sebaran curah hujan yang tinggi dan
merata sepanjang tahun merupakan potensi dasar yang mendukung
berkembangnya sektor pertanian. Sebagian besar wilayah yang
berupa dataran (flat) merupakan lahan kering, namun dengan curah
hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun akan mampu
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-72
memberikan peran dalam upaya peningkatan produksi pertanian
dengan mengembangkan pertanian lahan kering secara intensif dan
beragam. Pengembangan pertanian lahan kering ini diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan petani lahan kering dan pada
akhirnya secara langsung atau tidak langsung akan mendukung
ketahanan pangan wilayah. Namun hingga saat ini potensi tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan pertanian, baik
untuk tanaman pangan, hortikultura, peternakan, maupun
perkebunan. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya nilai tambah
sektor pertanian.
Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya pertanian ini antara
lain karena: (1) Masih rendahnya produktivitas tanaman pangan
khususnya padi; 2) Masih adanya suplai produk-produk pertanian
dari luar wilayah; (3) Belum berkembangnya industri-industri
pengolahan berbasis produk pertanian. Kondisi ini diperburuk oleh
keterbatasan kondisi infrastruktur khususnya berupa jaringan jalan
maupun irigasi yang mempengaruhi kelancaran distribusi sarana
produksi pertanian. Sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-
obatan dan peralatan masih perlu mendatangkan dari luar. Kondisi
sarana transportasi yang kurang memadai membuat distribusi
sarana produksi pertanian menjadi mahal, di lain pihak biaya angkut
hasil pertanian untuk pemasaran juga mahal. Bahkan terdapat
beberapa area pertanian menjadi terisolir disebabkan keterbatasan
infrastruktur transportasi, seperti di Krayan hasil produksi pertanian
tidak dapat dipasarkan ke luar daerah karena sangat tergantung
pada transportasi udara yang sangat tergantung pada cuaca, selain
karena mahalnya biaya angkut. Oleh karena itu pembangunan
sektor pertanian harus ditopang oleh pengembangan infrastruktur
pertanian yang berpihak pada sektor pertanian. Sementara itu
tantangan pengembangan sektor pertanian adalah kurangnya
keterpaduan antar sub sektor dalam sektor pertanian serta
keterkaitan dengan sektor lain sebagai pendukung, khususnya
terkait dengan pemasaran produk hasil pertanian maupun
infrastruktur pendukung. Kurangnya keterpaduan dalam
pengembangan sektor pertanian mengakibatkan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya pertanian menjadi tidak optimal dan
inefisien.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-73
Selain itu perlu dicatat bahwa sebagian besar penduduk provinsi
ini memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Jika sumber daya
lahan yang cukup potensial dapat dimanfaatkan dengan lebih
optimal, yang didukung oleh sumber daya manusia dan infrastruktur
yang berkualitas dan memadai di sektor pertanian serta kebijakan
sektor pertanian yang mendukung hal ini maka nilai tambah sektor
pertanian akan semakin meningkat. Sumber daya pertanian yang
berkualitas, terampil dan tangguh akan mampu menguasai teknologi
tepat guna sehingga produktivitas pertanian dapat ditingkatkan.
Meningkatnya nilai tambah sektor pertanian akan memiliki
keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap
tumbuhnya lapangan kerja baru dan terbukanya kesempatan kerja,
yang pada akhirnya akan memberi dampak terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
b. Kehutanan
Di banyak daerah dalam beberapa tahun terakhir ini sangat
dirasakan adanya kesenjangan antara permintaan bahan baku kayu
yang besar dengan pengadaannya, akibat dari semakin
berkurangnya potensi hutan (antara lain eksploitasi tidak terkendali
dan konversi) dan juga masih dijumpainya bahan baku illegal yang
beredar di pasaran. Selama ini industri terlalu mengandalkan kayu
dari hutan alam produksi. Sumber bahan baku harus dialihkan dari
hutan alam ke hutan tanaman industri (HTI), hutan tanaman rakyat
(HTR), dan memanfaatkan kayu hasil peremajaan perkebunan. Akan
tetapi untuk Provinsi Kalimantan Utara (dan juga Provinsi Kalimantan
Timur) ketiga sumber bahan baku tersebut belum dapat diharapkan
mampu memenuhi kapasitas terpasang pabrik yang ada di Provinsi
Kalimantan Utara maupun di Provinsi Kalimantan Timur. Sejak tahun
2012 industri kehutanan yang berkembang di Kota Tarakan
mengalami kemerosotan produksi, bahkan beberapa produk olahan
kayu tidak diproduksi lagi, sehingga secara akumulatif industri
kehutanan di Provinsi Kalimantan Utara mengalami penurunan yang
sangat drastis3. Hal ini dapat mempengaruhi perekonomian wilayah
terutama dalam hal serapan tenaga kerja. Belum ada informasi yang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-74
jelas tentang penyebab dari fenomena ini. Namun jika melihat dari
perkembangan pada skala nasional, industri kehutanan menghadapi
tantangan yang berat terutama terkait dengan harga bahan baku dan
efisiensi usaha. Berdasarkan analisa terhadap produk kayu bulat
dalam kurun 5 tahun terakhir produksi kayu bulat rata-rata adalah
988.165,2 m3/tahun. Dengan luas hutan produksi sekitar 3,3 juta
hektar maka produksi kawasan hutan per satuan luas masih sangat
rendah.
c. Energi dan Sumberdaya Mineral
a. Menurunnya Produksi Migas
Selama kurun waktu 2007-2012 data produksi migas di Provinsi
Kalimantan Utara menunjukkan kecenderungan meningkat. Namun
kondisi ini berbeda sejak tahun 2013 yang mana mulai terjadi
penurunan produksi. Penurunan produksi migas dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain baik yang bersifat teknis maupun non
teknis. Faktor teknis umumnya dapat diatasi oleh investor yang
bersangkutan, namun yang banyak dikeluhkan justru faktor non
teknis seperti perijinan perubahan fungsi lahan untuk menambah
sumur produksi, penyelesaian masalah sosial terkait dengan
pembebasan tanah, administrasi yang menyangkut aparat birokrasi
pemerintahan dan lain-lain yang dapat menjadi kelemahan daerah.
Pemanfaatan potensi migas di Provinsi Kalimantan Utara belum
optimal, masih perlu dilakukan eksplorasi dan ekploitasi sehingga
dapat menjadi kekuatan ekonomi daerah yang dapat ditingkatkan
produksinya maupun nilai tambahnya sehingga kontribusinya
terhadap PDRB dapat meningkat. Peluang yang berupa peningkatan
produksi dan peningkatan nilai tambah migas sangat bergantung
pada usaha pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
bekerjasama dengan pihak swasta pelaku bisnis. Ancaman yang
timbul adalah munculnya persaingan dengan provinsi lain atau
negara lain dalam hal menarik investor untuk menanamkan
modalnya. Jika potensi yang ada ini tidak dapat dikelola dengan baik
maka tidak akan memberikan manfaat yang memadai bagi
perekonomian masyarakat Provinsi Kalimantan Utara.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-75
b. Pembatasan Ekspor Bahan Mentah Batubara
Pemerintah akan memberlakukan Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Implikasi
dari pemberlakukan kebijakan ini adalah adanya pelarangan ekspor
batubara berkalori rendah (bahan mentah). Selain itu sebagai
langkah awal pemerintah juga akan menaikkan pajak ekspor.
Pelaksanaan kebijakan ini dapat berpotensi menyebabkan
penurunan ekspor batubara di tingkat nasional maupun daerah
(provinsi). Secara ekonomi daerah-daerah penghasil batubara
seperti Provinsi Kalimantan Utara akan mengalami penurunan
pendapatan dari sektor ini. Jika tidak diantisipasi dengan baik maka
larangan ekspor batubara mentah atau berkalori rendah ini dapat
berpengaruh cukup besar terhadap perekonomian di Provinsi
Kalimantan Utara, mengingat kontribusi ekonomi pertambangan non
migas dari batubara juga cukup besar. Perlu dicatat pula bahwa
batubara selama ini masih dipandang sebagai hasil produksi yang
memiliki nilai kontribusi tinggi terhadap perekonomian wilayah,
meskipun sektor pertambangan merupakan kegiatan yang rentan
terhadap kelestarian lingkungan. Selama ini batubara belum dilihat
sebagai potensi sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan industri sebagai energi alternatif yang dibutuhkan dalam
kegiatan pembangunan. Pemanfaatan batubara sebagai sumber
energi altenatif untuk pemenuhan kebutuhan energi di provinsi inilah
yang harus menjadi perhatian, sehingga batubara tidak lagi menjadi
tumpuan utama penggerak perekonomian wilayah, melainkan
sebagai pendukung berkembanganya sektor ekonomi lainnya.
Menurunnya kontribusi ekonomi pertambangan batubara harus
digantikan kegiatan sektor lain yang lebih ramah terhadap
kelestarian lingkungan.
d. Kelautan dan Perikanan
Kelautan dan perikanan selama ini belum menjadi sub-sektor
andalan yang dapat memacu perkembangan sektor-sektor lain di
provinsi ini. Kontribusi sub-sektor kelautan dan perikanan di Provinsi
Kalimantan Utara masih jauh di bawah sektor mineral dan
pertambangan, meskipun jika dibandingkan sub-sektor lain dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-76
kelompok pertanian, sub-sektor kelautan dan perikanan ternyata
merupakan salah satu sub-sektor yang kontribusinya terhadap
PDRB terus meningkat sejak tahun 2008 bersama-sama dengan
sub-sektor tanaman perkebunan. Sedang sub-sektor yang lain
dalam kelompok pertanian kontribusi terhadap PDRB semuanya
mengalami penurunan. Dengan demikian, sub-sektor kelautan dan
perikanan dapat diprediksikan menjadi salah satu sub-sektor yang
dapat diandalkan sebagai prime mover pembangunan di Provinsi
Kalimantan Utara, mengingat potensi sumber daya ikan yang besar
dan belum dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu, potensi
perairan baik laut maupun perairan umum (sungai, rawa dan danau)
yang besar dan sementara ini belum dimanfaatkan.
2.5.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah
yang menjadi Isu Strategis Pembangunan Daerah
Berdasarkan data, informasi, dan gambaran umum capaian kinerja
pembangunan; identifikasi isu-isu penting dan masalah urgent dari tingkat
nasional yang ada keterkaitannya dengan daerah; serta identifikasi isu-isu
penting dan masalah urgent yang terjadi pada daerah, maka dapat
digambarkan bahwa permasalahan pembangunan di Provinsi Kalimantan
Utara pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 40
Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Prioritas
dan Sasaran Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Utara
No Prioritas
Pembangunan Daerah Tahun Berkenaan
Permasalahan Faktor-faktor
Penentu Keberhasilan
1 Pembangunan Infrastruktur
Terhambatnya aktivitas ekonomi yang disebabkan tidak tersedia akses jalan dan jembatan
Belum tercapainya kondisi jalan provinsi yang memadai
Fasilitas sarana dan prasarana transportasi (darat, laut dan udara) belum representative dalam mendukung secara penuh kegiatan ekonomi masyarakat
Belum terpenuhinya kebutuhan air baku, air bersih dan sanitasi yang layak
2 Peningkatan Akses Pelayanan Pendidikan
Belum meratanya prasarana dan sarana dan akses pendidikan bagi masyarakat
Masih banyak masyarakat kurang mampu yang belum menikmati pelayanan pendidikan.
Relevansi pendidikan belum memenuhi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-77
kebutuhan standar lapangan kerja.
Tenaga pendidik dan kependidikan belum memenuhi kualifikasi
3 Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
Upaya peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan masih belum optimal.
Perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarama medis
Terbatasnya kualitas dan kuantitas tenaga medis
Masih tingginya angka kematian bayi, kematian balita, kematian Ibu melahirkan, kekurangan gizi dan kesakitan penyakit menular.
4 Kemandirian dan kedaulatan pangan
Masih adanya alih fungsi lahan pertanian
Masih perlunya peningkatan produktivitas pertanian
Kurangnya intensifikasi dan ekstensifikasi lahan pertanian
Kurangnya sarana dan prasarana dan system irigasi pertanian
Keterbatasan kuantitas dan kualitas SDM pertanian
Belum berkembangnya pemasaran hasil pertanian
Ketersediaan benih dan pupuk yang kurang
Belum berkembangnya hilirisasi produk pertanian
5 Pembangunan perbatasan, pedalaman dan daerah tertinggal
Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan
Terbatasnya tenaga kesehatan dikawasan perbatasan
Belum tersedianya transportasi jalan dan jembatan yang memadai di kawasasan perbatasan
Belum tersedianya bandara di kawasan perbatasan yang representatif dalam mengoptimalkan pelayanan transportasi udara
Belum tersedianya dermaga yang representatif dalam rangka mengoptimalkan pelayanan transportasi sungai
Jaringan telekomunikasi belum menjangkau seluruh kawasan perbatasan
6 Pemenuhan daya listrik dan energi
Daya mampu pln yang belum memenuhi kebutuhan listrik
Jaringan transmisi listrik yang belum mencukupi
Pengembangan energi baru dan terbarukan belum berjalan secara optimal
Keterbatasan akses terhadap sumber energi
7 Daya saing ekonomi daerah
Rendahnya tingkat capaian rencana investasi dibandingkan dengan realisasi investasi
Belum disosialisasikannya RTRW Provinsi dan beberapa RTRW Kabupaten/Kota secara menyeluruh
Kompetesi tenaga kerja belum memenuhi kebutuhan pasar kerja
Rendahnya Infrastruktur pendukung kawasan pusat pertumbuhan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2017
II-78
Belum memadainya kualitas infrastruktur destinasi pariwisata, promosi paket wisata dan jasa pendukung pariwisata
8. Tata Kelola Pemerintahan
Belum terbangunnya Tata Kelola Permerintahan dan Administrasi Daerah
Belum berkembangnya Sistem Jaminan Sosial Masyarakat
Lemahnya Pengelolaan Aset Budaya Daerah