Post on 11-Dec-2014
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterbatasan sumber – sumber energi terutama energi fosil menuntut kita melalukan
pengelolaan energi yang baik yang meliputi penyediaan, penggunaan, pemanfaatan dan
pengusahaanya harus dilaksanakan secara optimal, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Selain beralih kepada energi terbarukan salah satu metode tepat dalam
mengelola energi adalah dengan melalukan audit dan konservasi energi. Kebijakan akan
audit dan konservasi energi ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.70 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri ESDM No.14 Tahun 2012 tentang
Manajemen Energi.
Berkaitan dengan pengelolaan energi, selain industri, bangunan
gedung seperti hotel, gedung perkantoran, tempat perbelanjaan dan
gedung-gedung komersial lainya memiliki tingkat konsumsi energi yang
sangat tinggi terutama pada sistem pengkondisisan udaranya, sehingga
perlu ditinjau penggunaan energi pada sistem pengkondisian udara
melalui manajemen dan konservasi energi. Pada sistem pengkondisian
udara bagian yang dimanfaatkan adalah bagian evaporatornya, oleh
sebab itu penting untuk mengendalikan temperatur pada evaporator
pada kondisi nyaman agar diperoleh efek refrigrasi (TR) yang optimum
yang nantinya berpengaruh pada kinerja AC (COP). Hal tersebut sejalan
dengan Peraturan menteri (Permen) No 14 Tahun 2012 tentang menejemen energi dan
juga Peraturan Pemerintah N0 31 Tahun 2005 tentang Tata cara konservasi energi pada
ruangan ber AC baik itu untuk rumah tangga, gedung komersial maupun gedung
pemerintahan, suhu minimal adalah 25 oC. Namun pada pelaksanaanya setting temperatur
tersebut sangat jarang dilakukan karena disebabkan ketidaktahuan maupun karena
ketidakpedulian para pengguna AC.
Selain itu pada sistem pengkondisian udara, karakteristik refrigeran merupakan salah
satu komponen yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu penting untuk melihat dan
mensermati bagaimana pengaruh setting temperatur ruang pada AC terhadap karakteristik
refrigeran seperti kalor laten penguapan dan bagaimana pengaruhnya terhadap prestasi
sistem pengkondisian udara tersebut.
Dari pemikiran di atas tersebut maka penulis memfokuskan penelitian tentang
manajemen dan konservasi energi yaitu pengaruh setting temperatur berdasarkan Peraturan
menteri (Permen) No 14 Tahun 2012 terhadap kinerja sistem pengkondisian udara.
1.2 Tujuan
1. Mencermati pengaruh setting temperatur ruang terhadap kinerja
sistem pengkondisian udara dengan kapasitas AC yang berbeda-
beda.
2. Mengetahui pengaruh setting temperatur terhadap daya input
kompresor yang dihasilkan untuk tiap masing-masing kapasitas
AC yang berbeda-beda
1.3 Rumusan Masalah
Memiliki posisi geografis yang terletak di sepanjang garis
khatulistiwa, menyebabkan Indonesia memiliki jenis iklim panas lembab.
Iklim tropis lembab menurut Krishan (2001), memiliki karakteristik curah
hujan dan kelembaban relatif tinggi, temperatur udara moderat dengan
variasi perbedaan temperatur yang kecil sepanjang hari maupun
sepanjang musim, kecepatan angin rendah, serta intensitas cahaya
matahari yang cukup tinggi. kondisi tersebut membutuhkan perlakuan
terhadap pengkondisian udara sehingga diperoleh kondisi nyaman bagi
manusia indonesia.
Menurut Aynsley (1977), kenyamanan termal dipengaruhi oleh
lingkungan fisik, antara lain temperatur udara, kelembaban relatif,
kecepatan angin, dan dipengaruhi oleh lingkungan non fisik, antara lain
jenis kelamin, umur, pakaian yang digunakan dan jenis aktifitas yang
sedang dikerjakan.
Temperatur udara, kelembaban relatif dan kecepatan angin
mempunyai hubungan yang saling berkaitan untuk mencapai
kenyamanan termal bagi penghuni. Hal ini dapat dikatakan bahwa
kenyamanan fisiologis akan dapat tercapai jika nilai antara temperatur
dan kelembaban relatif berada pada kondisi seimbang. Oleh sebab itu
dalam hal pengkondisian udara set point temperatur yang cocok bagi
penghuni dalam suatu ruangan atau lingkungan adalah yang bagaimana
yang membuat penghuni merasa nyaman disuatu ruangan dan yang
tidak berdampak pada tingkat pemborosan energi.
Dalam sistem pengkondisian udara dikenal dengan yang namanya
beban pendinginan. Beban pendinginan sangat mempengaruhi
performa sistem. Pada beban pendinginan yang besar biasanya jenis AC
yang digunakan adalah AC sentral, AC sentral membutuhkan daya yang
besar namun COP yang diperoleh juga besar. Untuk beban pendinginan
yang relatif kecil yaitu ruangan-ruangan yang relatif kecil maka jenis AC
yang digunakan adalah AC Split, AC split tidak membutuhkan daya yang
begitu besar namun COP yang dihasilkan sangat kecil. Kemudian dalam
hal pengkondisian ruangan untuk menuju konservasi energi ada aturan
pemerintah dalam hal pengematan energi pada ruangan ber AC yaitu
Peraturan menteri (Permen) No 14 Tahun 2012 tentang menejemen energi dan juga
Peraturan Pemerintah N0 31 Tahun 2005 tentang Tata cara konservasi energi pada ruangan
ber AC baik itu untuk rumah tangga, gedung komersial maupun gedung pemerintahan,
suhu minimal yang ditetapkan adalah 25 oC. Berdasarkan suhu minimal yang ditetapkan
oleh pemerintah tersebut merupakan tindak konservasi energi yang tepat selain mengurangi
konsumsi energi juga harus mempertahankan kenyamanan penghuni dalam ruangan
tersebut mengingat kondisi iklim indonesia berrada pada iklim tropis seperti yang
dijelaskan sebelumnya.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam pelaksanaan tugas akhir ini
adalah:
1. Jenis dan kapasitas AC yang digunakan.
2. Refrigeran yang digunakan dalam HVAC tersebut.
3. Beban pendinginan
1.5 Metodologi Pembahasan
Adapun metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan baik berupa buku-buku, jurnal, laporan
penilitian yang berkaitan dengan sistem HVAC.
2. Melakukan bimbingan secara rutin dan efektif
Melakukan tanya jawab dan diskusi dengan pembimbing dan juga
staf pengajar yang berkaitan dengan penyusunan obyek studi
tugas akhir .
3. Melakukan berbagai plotting dari diagram Ph Refrigeran.
Plotting ini dilakukan agar penulis lebih mengerti bagaimana
pengaruh suhu baik itu suhu evaporasi maupun suhu kondensasi
terhadap kinerja HVAC itu sendiri, plotting ini dilakukan pada
diagram P-h dari refrigeran.
4. Pengukuran dan observasi objek tugas akhir
Melakukan pengukuran dan menetukan titik pengukuran terhadap
objek tugas akhir dan kemudian menganalisisnya sehingga
hasilnya sesuai dengan tujuan tugas akhir ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan yang dibuat oleh penulis adalah dengan
melakukan pembahasan setiap bab, hal ini dimaksudkan agar
pembahasan lebih jelas dan mudah dimengerti dari awal sampai akhir
yaitu tentang bagaimana pengaruh setting temperatur terhadap kinerja
AC berdasarkan peraturan menteri No.14 Tahun 2012.
Dalam membahas masalah “PENGARUH SETTING TEMPERATUR
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NO 14 TAHUN 2012 TERHADAP
KINERJA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA” maka penulis akan membagi
dalam lima bab. Untuk memberikan gambaran mengenai laporan ini,
maka penulis akan menguraikan sistematika penulisan laporan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan tugas
akhir, ruang lingkup dan pembatasan masalah, metoda pembahasan dan
sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori berkaitan dengan judul yang diambil
oleh penulis. Berdasarkan dari teori-teori inilah penulis akan audit awal
sampai audit rinci.
BAB III METODELOGI
Bab ini berisi tentang metode-metode yang diguanakan dalam melakukan penelitian.
BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA
Bab ini berisi perhitungan prestasi sistem pengkondisian udara dan
analisis tentang pengaruh setting temperatur terhdap kinerja AC dan
kelayakan pengoperasian temperatur ruang terhadap karakteristik
refrigeran yang digunakan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil pengukuran dan analisa yang
telah dilakukan serta saran-saran yang diajukan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN