Post on 17-Oct-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang universal segala sesuatunya
telah di tentukan oleh Allah swt baik dalam masalah ibadah ataupun
masalah muamalat. Agama Islam tentu membedakan antara ibadah dan
muamalah. Dalam masalah ibadah misalnya, prinsip dari pelaksanaan
ibadah adalah tidak boleh di kerjakan kecuali dengan berdasarkan apa-
apa yang telah di perintahkan oleh Allah. Sedangkan prinsip muamalah
boleh melakukan apa saja yang dianggap baik dan mengandung
kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang
dan diharamkan oleh Allah swt.
Allah swt telah menjadikan manusia masing-masing saling
membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-
menukar, keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-
masing, baik dengan jalan jual beli, sewa-menyewa, bercocok tanam,
atau perusahaan yang lain-lain, baik dalam urusan kepentingan sendiri
maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan cara demikian kehidupan
masyarakat menjadi teratur dan subur, pertalian yang satu dengan yang
2
lain pun menjadi teguh. Akan tetapi, sifat loba dan tamak tetap ada
pada manusia, suka mementingan diri-sendiri dan supaya hak masing-
masing jangan sampai tersia-sia, dan juga menjaga kemaslahatan umum
agar pertukaran menjadi lancar dan teratur. Oleh sebab itu agama
memberi peraturan yang sebaik-baiknya, karena dengan teraturnya
muamalat, maka kehidupan manusia jadi terjamin pula dengan sebaik-
baiknya sehingga perbantahan dan dendam-mendendam tidak akan
terjadi.1
Jual beli secara subtansial adalah aktivitas tukar-menukar
barang dengan menggunakan hukum perdagangan yang telah berlaku
dan disepakati. Dalam hukum perdagangan terdapat perjanjian,
persetujuan, dan kontrak antara pihak penjual dan pihak pembeli
dengan saling mengikatkan diri antara barang dengan harga yang
ditransaksikan. Karena prosesnya merupakan kesepakatan, jual beli
harus ada sikap saling merelakan. Pada dasarnya sikap tersebut
merupakan hakikat dalam perjanjian jual beli di antara para pihak.2
Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual
beli yang bersifat umum dan jual beli yang bersifat khusus.
1 Sulaiman Rasjid, fiqh Islam, ( Algensindo, 2015, ) h.278
2 Saebani dan Encep Taufiqurrahman, pengntar ilmu fiqih, ( Bandung :
Pustaka Setia, 2015 ) h. 222-223
3
Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar-menukar
sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan.
Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu
yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai
daya tarik, penukarannya bukan mas dan bukan pula perak, bendanya
dapat direalisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan
utang baik barang itu ada dihadapan si pembeli maupun tidak, barang
yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih
dahulu.3
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-bai’
yang menurut etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah Az-
Zuhaily mengartikannya secara bahasa dengan “menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain”. Kata al-bai dalam bahasa arab terkadang
digunakan untuk lawannya, yaitu kata al-syira’ (beli). Dengan
demikian, kata al- bai’ berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli.
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang di
kemukakan para ulama fiqih, sekalipun subtansi dan tujuan masing-
masing definisi sama. Sayyid sabiq mendefinisikannya :
3 Hendi Suhendi, Fikih Muamalah,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2014), h.69-70
4
“Jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling
merelakan “atau, ”memindahkan milik dengan ganti yang dapat di
benarkan.”4
Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah dan surat
An-Nissa jual beli telah disahkan oleh sunnah dan ijma’ umat.
. . .
“...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...” (QS.Al-Baqarah (2):275).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama- suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri Sesungguhnya
Allah adalah maha penyayang kepadamu.” 5
(QS.AN-Nissa
(4):29)
Di zaman Rasulullah SAW. nilai tukar itu sudah ada, yaitu
dinar (yang terbuat dari emas) dan dirham (yang terbuat dari perak).
Apabila dinar di zaman Rasulullah dikurskan dengan nilai mata uang
4 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Kencana,2012),
h.67. 5 Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h.
14.
5
sekarang, menurut Syauki Ismail Syahatah, Ekonomi Islam dari Mesir,
bernilai 4,45 gram emas murni. Adapun dirham di zaman Rasulullah
SAW diukur dengan dinar, yaitu satu dinar, menurut jumhur ulama,
bernilai tiga dirham. dengan demikian, apabila dinar 4,45 (dibulatkan
menjadi 4,5 gram emas), maka satu dirham itu adalah 1,5 gram emas.6
Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam
ragam aliran yang berkenaan dengan masalah fiqih. Kendatipun
mayoritas ummat Islam mengaku bermazhab Syafi’i, tetapi mazhab lain
pun sedikit banyaknya dan pengaruhnya terhadap umat islam di sini.
Pemikiran ini berdasarkan atas kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam
masyarakat sehari-hari, bahwa ada saja terlihat perbedaan pendapat
yang berkenaan masalah furu’ (cabang), baik menganai ibadah,
muamalah dan lain-lainnya.
Kalau ada saling pengertian antara pihak yang satu dengan
yang lainnya, tentu tidak ada hal-hal yang diperselisihkan sehingga ada
jalan keluar yang dapat ditempuh, dan kalau sampai mengalami jalan
buntu, masing-masing pihak mampu menghargai pendapat orang lain
yang berbeda dengan pendapatnya.7
6 Nasrun Haroen, Fikih Muamalah(Jakarta : Gaya media pratama,
2007),h.112-113. 7 Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada,1998), h.1
6
Imam Hanafi mengatakan bahwa jual beli barang najis seperti
jual beli minuman keras, babi bangkai, dan darah adalah jual beli yang
batal, karena pada dasarnya semuanya dianggap sesuatu yang tidak
bernilai. Jual beli kotoran dianggap makruh, tetapi boleh saja menjual
kotoran hewan karena bisa dimanfaatkan dan untuk memperbanyak
produk si tanaman.
Adapun Imam Syafi’i dan Imam Hambali berpendapat bahwa
tidak boleh menjual babi, bangkai, minuman keras, dan najis-najis
lainnya. Tidak boleh menjual barang bernajis yang tidak bisa
dibersihkan dari najisnya, seperti madu, cuka, tetapi boleh saja menjual
barang bernajis yang bisa dibersihkan dari najisnya, seperti kain dan
semacamnya.
Tidak boleh menjual kotoran hewan dan najis-najis semacamya.
Akan tetapi, Imam Hambali membolehkan jual beli kotoran burung
yang bersih, seperti kotoran burung merpati dan semua jenis burung
yang bisa dimakan dagingnya.8
Kalau ada saling pengertian antara pihak yang satu dengan
yang lainnya, tentu tidak ada hal-hal yang diperselisihkan sehingga ada
jalan keluar yang dapat ditempuh, dan kalau sampai mengalami jalan
8 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani,
2011), h. 116-118
7
buntu, masing-masing pihak mampu menghargai pendapat orang lain
yang berbeda dengan pendapatnya.
Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai berbagai macam
kebutuhan, terutama kebutuhan ekonomi. Akan tetapi terkadang dalam
pemenuhannya terdapat suatu yang bertentangan dengan syar’i,
sedangkan di sisi lain hal ini sangat dibutuhkan seperti jual beli kotoran
hewan ternak untuk dijadikan sebagai pupuk organik yang sangat
bagus, apalagi sekarang harga pupuk semakin melembung dan itu
sangat membebani petani-petani kecil.
Kotoran binatang pada dasarnya merupakan benda kotor yang
tidak diminati manusia karena wujud benda itu menjijikan dan seakan
tidak ada manfaatnya. Tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, ternyata di ketahui bahwa kotoran binatang tidak dibuang
begitu saja, melainkan banyak yang dikelola sedemikian rupa untuk
berbagai keperluan. Demikian halnya dengan kotoran hewan ternak.
Manfaat kotoran binatang diantaranya ialah selain dapat
digunakan sebagai pupuk, di samping itu dapat digunakan sebagai gas
bio yang menghasilkan energi.
Di Desa Tajimalela Kecamatan Kalianda Lampung Selatan
banyak para petani yang dapat mengolah dan menjadikan kotoran
8
hewan ternak sebagai pupuk organik yang handal. Padahal jual beli
barang najis ini merupakan isu kontroversi di kalangan ulama, terutama
di kalangan Madzhab Syafi’i, yang mana tidak memperbolehkan jual
beli barang najis, karena diharamkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
membahas dan meneliti penelitian ini dengan judul “PANDANGAN
PARA ULAMA TERHADAP JUAL BELI KOTORAN AYAM
TERNAK” (Desa Tajimalela, Kec. Kalianda, Kab. Lampung
Selatan).
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian kualitatif penentuan fokus berdasarkan hasil
studi penelitian pendahuluan, pengalaman, referensi, dan di sarankan
oleh pembimbing dan orang yang di anggap ahli. Fokus penelitian ini
juga masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
terjun langsung kelapangan.
Penelitian ini difokuskan kepada penelitian dalam bentuk studi
kasus di Desa Tajimalela, kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan
tentang bagaimana praktek jual beli kotoran ayam ternak, yang
dalam praktik kehidupan di masyarakat banyak sekali transaksi jual beli
9
kotoran ayam ternak walaupun itu bertentangan dengan Madzhab
Syafi’i dan Madzhab Maliki bahwa hukum jual beli barang najis itu
diharamkan. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui hukum islam
terhadap sistem jual beli kotoran hewan ternak.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, penulis membatasi pokok
permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimana praktik jual beli kotoran ayam ternak di Desa
Tajimalela, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan?
2. Bagaimana pandangan para ulama terhadap jual beli kotoran
ayam ternak di Desa Tajimalela, Kec. Kalianda, Kab. Lampung
Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, yaitu:
1. Untuk mengetahui praktik jual beli kotoran ayam ternak di Desa
Tajimalela, Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan.
10
2. Untuk mengetahui pandangan para Ulama terhadap jual beli
kotoran ayam ternak menurut Madzhab Syafi’i dan Maliki.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian yang akan di bahas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dan signifikasi baik secara
teoritis dan praktisnya.
1. Manfaat teoritis
Memberikan dan menambah wawasan ilmu dan dapat
menjadikan sumber inspirasi dan referensi bagi seseorang yang
ingin mendalami dan menggali tentang masalah yang berkaitan
dengan masalah hukum pandangan Madzhab Syafi’i dan Maliki
terhadap jual beli kotoran hewan ternak.
2. Manfaat praktis
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menumbuhkan
kesadaran bagi masyarakat muslim untuk mengikuti syariat Islam
dalam pelaksanaan hukum jual beli kotoran hewan ternak serta
memberikan kejelasan pada semua pihak baik penjual maupun
pembeli.
11
F. Penelitian Terdahulu yang relevan
1. Nama Penulis : Aqsathu Wicaksono
Nim : 1000130018
Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual
Beli Pupuk Kandang
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh penulis, akan
di temukan penelitian terdahulu yang relevan, diantara skripsi
yang membahas mengenai masalah jual beli, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:9
a. Praktik jual beli pupuk di Desa Gajah Kecamatan Sambit
Kabupaten Ponorogo telah memenuhuhi rukun dan syarat
jual beli dalam hukum islam, karena telah ada ijab qabul,
penjual dan pembeli telah mummayiz, dan objeknya suci.
b. Praktik jual beli pupuk di Desa Gajah Kecamatan Sambit
Kabupaten Ponorogo dengan mekanisme pembayaran
yaitu dalam penetapan harganya tidak sesuai dengan
hukum Islam karena termasuk riba, untuk pembayaran
yang ditangguhkan sudah sesuai dengan hukum Islam,
9 Aqsathu Wicaksono, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli
Pupuk Kandang” ,(skripsi pada program studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017), h. 37.
12
karena sudah sesui karena syarat dan rukun jual beli
muajjal, dan pembayaran yang menggunakan jagung
termasuk barter dan sudah sesuai dengan hukum islam.
2. Nama penulis : Rascintia Ayu Magereta
NIM : 210211120
Judul skripsi : Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Pupuk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Menurut analisis hukum Islam terhadap akad perjanjian jual
beli yang dilakukan oleh kedua belah pihak sudah sah menurut
hukum Islam karena semua syarat dan rukunnya sudah terpenuhi.
Terkait dengan perubahan harga atau menetapkan dua harga pada
satu barang tidak sah menurut hukum Islam karena termasuk riba.
Terkait dengan pembayaran yang ditangguhkan sudah dianggap
sah menurut hukum Islam karena syarat dan rukun jual beli
muajjal sudah terpenuhi yaitu memberitahukan berapa jangka
waktu untuk pembayaran pupuk dengan jagung tersebut, terkait
dengan pembayaran barang dengan barang dianggap sah menurut
13
hukum Islam karena bila jenisnya berbeda yaitu pupuk yang
dibayar dengan jagung maka tidak ada masalah. 10
G. Kerangka Pemikiran
Jual beli memiliki dua pengertian. Secara lughawi (bahasa) jual
beli ialah saling tukar-menukar ( pertukaran ). Sedangkan menurut
pertukaran syari’at jual beli ialah pertukaran harta.11
Secara subtansial, jual beli adalah aktifitas tukar-menukar
barang dengan menggunakan hukum perdagangan yang telah berlaku
dan disepakati. Dalam hukum perdagangan, menurut Suryodiningrat
terdapat suatu perjanjian, persetujuan, dan kontrak antara pihak penjual
dan pembeli dengan Saling mengikatkan diri antara barang dengan
harga barang yang ditransaksikan. Karena prosesnya merupakan
kesepakatan, dalam jual beli harus ada sikap yang merelakan. Sayyid
Sabiq mengatakan, “Pada dasarnya, sikap tersebut merupakan hakikat
dalam perjanjian jual beli antara dua pihak.”
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain
dengan cara yang tertentu (akad). Jual beli sebagai sarana tolong-
10
Rascintia Ayu Magereta, : “Analisis Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Pupuk”,(Skripsi, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Program Studi
Mu’amalah,STAIN Ponorogo,2015), h.1 11
Sayyid sabiq, Fikih Sunnah 12. (Bandung: PT.Al- Ma’rif 1987) h. 47
14
menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat
dalam al-qur’an yang berbicara tentang jual beli, antara lain :
... . . .
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba....”12
(Q.S.Al-Baqarah [2]:275).
....
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu...” 13
(QS.An-Nisa[4]:29).
Di era modern ini manusia membutuhkan bermacam-macam
barang untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Tidak luput dari hal itu,
pemanfaatan sesuatu yang merupakan hasil penemuan, pembuatan, dan
pengolahan limbah pun semakin banyak dilakukan. Tentu saja semua
itu itu untuk melestarikan kehidupan manusia sehingga harus tetap
berlanjut.
Contoh dari pemanfaatan yang di lakukan manusia dalam
bidang pertanian adalah pemanfaatan kotoran hewan menjadi pupuk
organik. Pemanfaatan kotoran sebagai pupuk sudah dikenal lama. Di
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1118 13
Distan Pupuk Kandang, http://distan Riau.go.id (29 November 2013)
15
masa sekarang, dengan kemajuan teknologi kotoran kotoran juga bisa
di olah menjadi bahan bakar. Namun, sebagian kaum muslimin merasa
bimbang terkait status kehalalannya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pupuk diartikan sebagai
penyubur tanaman yang ditambahkan ketanah untuk menyediakan
senyawaan unsur yang diperlukan oleh tanaman. Sedankan pupuk
kandang yaitu pupuk yang berasal dari kotoran hewan.14
Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran
hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan sebagai pupuk
kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti
kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk padat,
pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari kencing (urine)
hewan.15
Masyarakat sebagai para pihak yang terlibat langsung dalam
transaksi jual-beli hendaknya menganut prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Pada dasarnya, segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali
yang ditentukan oleh Al-Quran dan sunnah Rasul. Prinsip ini
14
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi ke Empat,(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama ,2008), h.1118 15
Distan, Pupuk Kandang, http://distan.riau.go.id (29 November 2013)
16
mengandung arti bahwa hukum islam memberikan kesempatan
yang luas atau perkembangan bentuk dan macam-macam
kegiatan muamalah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat.
2. Muamalah dilakukan atas dasar suka rela tanpa adanya unsur
paksaan.
3. Muamalah dilakukan atas dasar hukum pertimbangan
mendatangkan manfaat dan menghilangkan mudharat dalam
hidup masyarakat. Hal ini memberikan akibat bagi semua bentuk
muamalah yang merusak kehidupan masyarakat tidak dibenarkan.
4. Manfaat di laksanakan dengan memelihara nilai-nilai keadilan,
menghindarkan unsur-unsur pengambilan kesempatan dalam
kesempitan.16
H. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan di tinjau dari
tempatnya. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam suatu data yang mengandung makna penelitian ini
bermaksud untuk untuk mendeskripsikan praktek dan pelaksanaan
16
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata
Islam) (yogyakarta: UII press,, 2000) h. 16
17
pandangan Madzhab Syafi’i dan Maliki terhadap jual beli kotoran
hewan ternak. Sebagai karya ilmiah, maka tidak bisa di lepaskan dari
penggunaan metode, karena metode merupakan patokan agar penelitian
ini terlaksana dengan sistematis. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode-metode penelitian sebagai berikut :
1. Pendekatan dan jenis penelitian
a. Basic recearch (penelitian dasar)
b. Library research (penelitian pustaka)
2. pengolahan data
Setelah penulis menelaah data yang tersedia dari berbagai
sumber data tersebut di pelajari dan di telaah kemudian penulis
menggunakan metode deduktif yaitu cara berfikir dari hal-hal yang
umum mengambil kesimpulan yang sifatnya khusus.17
1. Teknik pengumpulan data
Langkah yang di tempuh dalam pengumpulan data ini adalah
dengan mengumpulkan data-data yang akurat yang berhubungan
dengan masalah ini penulis melakukan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
17
Sugiono, metode penelitian kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.20
18
1) Observasi
Dalam melakukan teknik penelitian ini penulis melakukan
teknik observasi terstruktur, yaitu dengan di rancang secara
sisrtematis tentang apa yang akan di amati dan kapan dan di mana
tempatnya. Teknik ini di lakukan untuk memperoleh data primer
dengan pengamatan yang di lakukan terhadap lokasi penelitian di
Desa Tajimalela, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan.
2) Interview
Interview merupakan teknik pengumpulan data yang paling
tua yang di gunakan dalam suatu penelitian dimana terjadi proses
tanya jawab secara lisan dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
berhadapan langsung. Dalam teknik ini penulis meminta keterangan
seputar sistem jual beli kotoran hewan ternak.
3) Dokumentasi
Dalam melakukan teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi, peneliti menyiapkan beberapa tambahan alat
penunjang seperti kamera, alat rekam, dan ATK model analisis data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
19
a) Reduksi data.
Data yang di peroleh akan di rangkum, di pilih hal-hal
pokok dan fokus pada hal-hal penting.
b) Penyajian data.
Penyajian dan penelitian kualitatif ini di lakukan penulis
dalam uraian singkat pada hal-hal penting.
c) Verifikasi dan penyimpulan data.
I. Sistematika pembahasan
Sistematika pembahasan ini dibuat untuk memperjelas dan
mempermudah dan memberi gambaran umum yang jelas, adapun
pembahasan penulis menyusun kedalam lima bab yaitu sebagai berikut:
Bab I, pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
fokus penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II, Gambaran umum tentang tempat penelitian yaitu Desa
Tajimalela, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan yang berisi tentang
usaha jual beli kotoran hewan ternak meliputi: Kondisi geografis
20
Kondisi Demografis lingkungan Desa Tajimalela, Kondisi sosiografis
lingkungan Desa Tajimalela
Bab III, tinjauan teoritis dalam sistim jual beli kotoran hewan
ternak, yang terdiri dari pengertian rukun dan syarat jual beli, landasan
hukum jual beli, maanfaat jual beli, tujuan dan hikmah jual beli dalam
Islam.
Bab IV, pembahasan hasil penelitian pelaksanaan dalam jual
beli kotoran ayam ternak meliputi: praktik jual beli kotoran ayam
ternak di Desa Tajimalela, Kec. Kalianda Kab. Lampung Selatan dan
Tinjauan hukum Islam terhadap jual beli kotoran ayam ternak di Desa
Tajimalela, Kec. Kalianda, Kab. Lampung Selatan
Bab V, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
21