Post on 30-Oct-2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejarah bisnis franchise atau waralaba berkembang luar biasa dan
dimulai di Amerika Serikat, karena pemerintahnya memberi dukungan besar dan
memandang franchise sebagai program untuk mengembangkan jiwa
kewirausahaan, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta
mendorong kemitraan antara pengusaha besar/ menengah dengan pengusaha kecil.
Menurut Amir Karamoy-Chairman AK & Partners Franchise Consultant, sistem
waralaba pertama diperkenalkan oleh Isaac Singer, pencipta mesin jahit merek
Singer pada tahun 1851. Kemudian tahun 1898 perusahaan otomotif General
Motors juga mengembangkan sistem waralaba untuk pemasaran mobil dan pompa
bensin (Swa Sigi. April /1995: 8-9).
Di Indonesia bisnis waralaba atau franchise sebagai sarana
pengembangan usaha yang memang lagi in belakangan ini merupakan salah satu
bisnis yang tumbuh sangat pesat dan populer pada tahun 1990 karena mampu
memberikan kesempatan bagi calon wirausaha baru yang tidak memiliki
pengalaman untuk menjalankan suatu usaha dengan tingkat keberhasilan yang
tinggi. Hal ini berdampak bagi jumlah perusahaan yang membeli waralaba dari
luar negeri yang semakin merebak dengan bidang usaha yang bermacam-macam
mulai dari restoran, kafe, makanan siap saji (fastfood), hotel, pialang properti
2
hingga jasa binatu (laundry). Sebagai contoh bisnis makanan dan minuman yang
dikemas pengembangannya lewat sistem franchise, antara lain restoran (A&W
Family Restaurant) dan es krim (Baskin Robins). Oleh sebab itu, waralaba diakui
sebagai salah satu cara yang cukup efektif untuk mengembangkan kewirausahaan
(Usahawan 01/ XXVI-Jan /1997: 6).
Menurut hasil studi Lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Manajemen (LPPM) yang bekerjasama dengan International Labour Organization
(ILO) dengan tajuk A Base Line Study for Franchise Promotion in Indonesia,
Indonesia merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan bisnis franchise
atau waralaba. Berdasarkan data tahun 1991, jumlah franchisor asal lokal
(Indonesia) mencapai 21 (77%) sedangkan franchisor asing hanya 6 (22,3%).
Kemudian pada tahun 1994 perkembangannya cukup mengejutkan. Dimana
jumlah franchisor lokal turun menjadi 18 (20,9%), sementara franchisor asing
melonjak menjadi 68 (79,1%). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah
diserbu franchisor asing dan memiliki peluang waralaba yang amat besar (Swa
Siei. April/1995: 4).
Makanan siap saji (fastfood) seperti Kentucky Fried Chicken
(KFC), Mc Donald's, Pizza Hut dan sejenisnya kini telah merambah di hampir
setiap kota besar seluruh dunia. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
globalisasi tidak terelakkan lagi, dimana bangsa-bangsa telah menjalin hubungan
bisnis melampaui batas-batas negara. Akibat pergaulan antar bangsa tersebut
maka terjadilah persilangan kebudayaan (cross culture), saling pengaruh
mempengaruhi yang pada gilirannya mempengaruhi selera konsumen. Kemudian
-1
timbullah permintaan-permintaan baru yang kemudian diimbangi dengan
penawaran-penawaran baru. Bertemunya permintaan dan penawaran tersebut
menumbuhkan pasar baru bagi barang-barang atau jasa yang umumnya berasal
dari negara Barat. Perkembangan yang demikian tentu patut menjadi perhatian
orang-orang yang berkecimpung dalam bisnis, karena hal itu merupakan peluang.
Peluang bisnis ini dapat diisi dengan menjalin kerjasama dengan pemilik merek
yang diminati khalayak. Di lain pihak, promosi dapat memicu timbulnya
kebutuhan terhadap berbagai jenis fastfood yang menjadi bagian dari gaya hidup
manusia seluruh dunia. Kini franchise telah berkembang pesat tak lagi di AS dan
Eropa tetapi juga menjalar ke negara berkembang termasuk Indonesia. Sebaliknya
bila ditelusuri lebih jauh ternyata Indonesia mempunyai potensi untuk
men"franchise"kan berbagai jenis barang atau makanan, misalnya gudeg, sate dan
sejenisnya untuk diangkat ke pasar domestik maupun pasar global (Jurnal
Ekonomi Thl/Vol 2- Jan /1994: 42).
Ditilik dari jenis franchise atau waralaba yang kebanyakan masuk di
Indonesia adalah fastfood dan minuman, di antaranya Mc Donald's, Wendy's
Burger, Burger King, Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken, A&W Root Beer,
Coca Cola dan masih banyak lagi termasuk juga Arby's (Jurnal Ekonomi
Thl/Vol2-Jan/ 1994: 46).
Konsep Arby's pertama kali ditemukan oleh dua orang bersaudara,
yaitu Forrest dan Leroy Raffel. Awal mulanya, Forrest-lulusan Universitas Cornel
jurusan Administrasi Perhotelan dan Restaurant bersama dengan adiknya, Leroy
Raffel lulusan Sekolah Keuangan Wharton dan Universitas Pennsylvania,
membeli bisnis restoran milik pamannya pada tahun 1950. Kemudian bisnis
mereka tersebut diberi nama "Raffel Brother Inc". Ternyata perusahaan kecil
mereka itu berkembang dengan pesat dan bahkan menjadi salah satu perusahaan
pemberi nasihat dalam hal layanan makanan yang terkenal di negaranya. Raffel
Brothers menyatakan bahwa industri makanan yang pertama ini akan tumbuh dan
memberikan pengaruh yang besar terhadap bagaimana cara orang makan pada
masa yang akan datang.
Ide dasar berdirinya Arby's ini diawali ketika Forrest dan Leroy Raffel
pergi berdarmawisata pada Malam Hallowen di Boston. Pada saat itu mereka
melihat banyak orang berkerumun dan berdiri di tengah hujan. Kemudian mereka
tertarik dan mendatangi tempat orang berkerumun itu. Ternyata orang-orang
tersebut berkerumun pada sebuah toko kecil yang menjual sandwich. Forrest dan
Leroy mengamati bahwa mereka para pelanggan itu, sedang menunggu
kesempatan untuk membeli sebuah Roast Beef Sandwich (sandwich yang berisi
daging sapi panggang) yang dipotong tipis seharga 79 sen. Dari situlah ide dasar
mereka lahir.
Sejak saat itu mereka mulai menjalankan ide mereka. Pada saat
mengembangkan usahanya, sebuah masalah timbul ketika mereka harus memberi
nama konsep restoran mereka. Setelah dipikirkan, muncul sebuah ide dari Forrest.
Forrest mengatakan bahwa restoran itu akan diberi nama "Arby's" (dalam bahasa
Indonesia kata "Arby" ini terdiri dari dua huruf, yaitu "R" dan huruf "B", yang
dalam bahasa Inggris dibaca "ar" dan "bie"). Menurut Forrest, sebenarnya
Arby's merupakan inisial dari Raffel Brother (restoran milik Raffel Brothers),
5
tetapi sebagian konsumen mereka lebih mengingat bahwa Arby's merupakan
inisial dari Roast Beef.
Arby's Restaurant pertama kali dibuka tanggal 23 Juli 1964 di
Boardman, Ohio dengan hanya mempekerjakan 20 orang karyawan. Restoran
yang merupakan satu-satunya restoran Arby's yang mereka operasikan selama
kurun waktu satu tahun itu hanya menjual satu macam sandwich, keripik kentang
(potato chips), dan beberapa macam minuman. Arby's yang memiliki
misi:"menjadi restoran yang memberikan sistem layanan cepat yang terbaik di
dunia" ini terus berkembang. Pada tahun 1965, waralaba Arby's (Arby's
Franchise) yang pertama membuka toko di Akron, Ohio. Sampai saat ini, telah
ada hampir 500 waralaba Arby's yang secara bersama-sama mengoperasikan lebih
dari 3000 restoran Arby's di Amerika, Kanada, Eropa, Asia, Meksiko, dan
kawasan Karibia, dengan karyawan berjumlah kurang lebih 75.000 orang di
seluruh dunia.
Di Amerika, Arby's masuk dalam 10 besar peringkat usaha fastfood.
Pertumbuhan peringkat yang dialami Arby's selama 5 tahun terakhir ini
diharapkan dapat terus meningkatkan permintaan dari produk yang dijual. Dari
sini dapat dilihat bahwa pertumbuhan Arby's ini merupakan suatu cerita sukses
yang memberikan bukti bahwa Arby's dapat terus hidup dan berkembang.
Perbedaan Arby's dari fastfood restaurant lainnya yakni pemikiran
bahwa makan roti dengan irisan-irisan daging sapi panggang (Roast Beef) adalah
lebih sehat. Konsep inilah yang membuat Arby's sukses selama lebih dari 30
tahun. Dewasa ini, Arby's menyuguhkan variasi sandwich dengan isi daging sapi
6
panggang (Roast Beef) maupun ayam panggang (Roast Chicken). Produk populer
lain yang dijual di Arby's, antara lain Crispy Potato Cakes, Curly Fries, Creamy
Jamocha Shakes, Cheddar Fries dan Iain-lain. Semua produk tambahan yang
dijual di Arby's (selain Roast Beef) memiliki kualitas yang sama dengan produk
pertama mereka, yaitu Roast Beef Sandwich.
Arby's pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1993 dan sampai
saat ini ada 9 (sembilan) outlet Arby's yang tersebar di: Jakarta (5 outlet),
Tangerang 1 (outlet), Bandung (1 outlet), Surabaya (1 outlet) dan Bali (1 outlet). Di
Surabaya, Arby's pertama kali dibuka tanggal 6 Oktober 1995 di jalan Raya
Gubeng 33 dan dikelola oleh PT Sumber Inthiboga Angkasa.
Selain Arby's, warsiaba fastfood lainnya di bidang restoran misalnya
Mc Donald's telah berkembang menjadi raksasa yang jaringan outletnya tersebar
di seluruh penjuru dunia. Begitu pula dengan Wendy's yang cepat menarik minat
penggemar hamburger maupun sandwich di ibukota. Selain Wendy's dan Mc
Donald's masih ada sekitar 15 franchisee restoran fastfood yang beroperasi di
Indonesia di antaranya: Kentucky Fried Chicken, Texas Fried Chicken, Pizza Hut
dan Dairy Queen (Swa Sigi. April/1995: 4-5).
Makin maraknya bisnis waralaba atau franchise khususnya makanan
siap saji (fastfood) menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Dal am
menghadapi persaingan dengan bisnis franchise fastfood sejenis seperti Mc
Donald's dan Wendys, Arby's membuat gebrakan dengan menawarkan
bermacam-macam variasi produk di outletnya seperti Spaghetti, Salad dan Fried
Rice, mengadakan lomba lukis anak, menyediakan tempat dan paket ulang tahun
7
serta MC yang berpakaian badut sekaligus menawarkan ice cream New Zealand
dengan bermacam-macam rasa sehingga tidak perlu lagi memesan dari luar dan
mengadakan ekspansi ke Denpasar yang dikenal dengan kota turis dengan
membuka outlet ke-2 setelah Surabaya. Bersamaan dengan ekspansi ke Denpasar,
Arby's memperkenalkan produk barunya yakni Chicken Rotisserie (ayam
panggang) anti kolesterol. Walaupun baru diperkenalkan pada awal Pebruari
1997, ternyata mendapat perhatian masyarakat. Menurut Ir Daniel Kurniawan
MBA selaku Managing Director PT Sumber Intibhoga Angkasa (pemegang
waralaba merek Arby's di Jatim dan Bali) mengatakan bahwa produk baru
(Chicken Rotisserie) yang diluncurkan bersamaan dengan pembukaan outlet ke-2
setelah Surabaya mampu terjual 30-40 ekor ayam sehari. Melihat animo dan
perhatian masyarakat yang demikian, Arby's optimis bahwa penjualan ayam
panggang usai Lebaran baik di Surabaya maupun di Bali bisa mencapai 90-100
ekor per hari. Produk yang menjadi andalan Arby's tersebut memang istimewa
dan mengundang selera karena rasanya sangat cocok dan pas untuk konsumsi
masyarakat Indonesia terutama lidah orang Surabaya kendati bumbu masak dan
bahan bakunya ada yang di import.
Selain ekspansi ke Denpasar, PT Sumber Intibhoga Angkasa
(pemegang waralaba merek Arby's di Jatim dan Bali) berencana akan membuka
cabang kedua di Surabaya yakni di pusat niaga Citra Raya, Citraland yang akan
menempati areal seluas 150 meter persegi, sedangkan operasionalnya akan
dilakukan April 1998 (Surya, 8 Pebruari 1997: 18).
s
2. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari:
- Perkembangan bisnis waralaba makanan siap saji (fastfood) yang cukup pesat.
- Meningkatnya persaingan pada produk yang sejenis, mendorong tiap pengusaha
harus makin kreatif.
- Adanya tuntutan untuk memahami pola-pola permintaan.
- Adanya keinginan untuk membuka cabang baru di Citra Raya.
Maka berdasarkan minat masyarakat terhadap waralaba asing (fastfood) tersebut
yang diikuti oleh tingkat persaingan yang makin tajam menyebabkan setiap
pengelola waralaba siap saji dituntut untuk memahami pola permintaan
produknya tidak terkecuali bagi Arby's, sehingga dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana pola dan estimasi permintaan produk Arby's pada hari dan jam
ramai di outlet Raya Gubeng 33 Surabaya ?
3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian skripsi ini bertujuan sebagai berikut:
1) Untuk mengidentifikasikan jumlah pembeli Arby's selama 3 bulan terakhir
pada hari Rabu, Sabtu dan Minggu berdasarkan jenis kelamin, kelompok
umur dan cara kedatangan.
2) Untuk mengetahui jumlah dan jenis permintaan produk Arby's pada hari
Rabu, Sabtu dan Minggu meliputi jenis l(Roast Beef Sandwich), jenis 2
(Paket Arby's), jenis 3 (Lain-lain atau di luar jenis 1 dan 2) dan harga per
0
buah dari masing-masing jenis produk Arby's serta jumlah produk Arby's
yang dimakan maupun dibungkus.
3) Untuk mengestimasi model permintaan produk Arby's jenis 1 (Roast Beef
Sandwich), jenis 2 (Paket Arby's), jenis 3 (Lain-lain / di luar jenis 1 dan 2)
dan total permintaan produk Arby's (dari jenis 1, 2 dan 3) di outlet Raya
Gubeng Surabaya.
4. MANFAAT PENELITIAN
1) Manfaat Praktis
Bagi pengelola outlet Arby's bisa melakukan penyesuaian antara pola
manajemen baik dalam manajemen persediaan maupun pelayanan dengan pola
permintaan.
2) Manfaat Teoritis
Menambah khasanah kepustakaan di bidang permintaan produk, model
permintaan dan elastisitas permintaan.