Post on 07-Sep-2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan gambaran nyata sebuah kehidupan tentang perjalanan
manusia dengan berbagai permasalahan yang menyelimutinya. Sastra bermanfaat
karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan berupa ajaran, petuah-petuah
dan pengetahuan-pengetahuan. Penciptaan karya sastra bagi seorang pengarang
tentu mengedepankan nilai estetik, keaslian, keutuhan, dan ungkapan. Hal ini
penting karena sebuah karya sastra tidak hanya dinikmati oleh pengarangnya
tetapi juga untuk dipahami, dihayati, dinikmati, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat pembacanya, pengertian sastra dalam kamus istilah sastra disebutkan
bahwa karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti
keorisinilan, keartistikan, keindhan dalam isi, dan ungkapannya (Sadjiman,
1990:68). Sastra merupakan hasil ekspresi manusia yang indah, sama
kedudukannya dengan seni, dan diciptakan untuk dinikmati penikmatnya
(pembaca). Wellek dan Warren dalam Kurniawan (2012:1) mendefinisikan sastra
sebagai karya imajinatif yang bermediakan bahasa yang mempunyai nilai estetik
dominan.
Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami dan
dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 1984:1). Sastra yang dilahirkan
pengrang diharapkan mampu memberikan kepuasan estetik dan intelektual bagi
pembaca, seorang pengarang mengekspresikan hal-hal yng dialaminya dalam
kehidupan nyata dan dituangkan kedalam karya-karya berwujud tulisan. Arti dari
1
2
sebuah karya sastra ditentukan oleh maksud si pengarang (Sugihastuti, 2011:13).
Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan erat yaitu
pengarang, pembaca dan masyarakat penikmatnya. Pengarang merupakan bagian
dari masyarakat yang menciptakan karya sastra dan inspirasi dari kehidupan
masyarakat. Jadi karya sastra terlahir, terinspirasi dari masyarakat (Sayuti,
2000:126).
Menurut ragamnya, karya sastra dibedakan menjadi tiga jenis yaitu prosa,
puisi dan drama. Secara umum konvensi yang paling dasar adalah penggolongan
jenis-jenis teks sastra menjadi tiga genre, yakni prosa, puisi, dan drama (Budianta,
2006:16).
Cerita fiktif atau cerita rekaan merupakan jenis karya sastra berbentuk
prosa. Roman adalah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya
menurut watak dan isi jiwa masing-masing (KBBI, 2007:961). Roman adalah
bentuk prosa yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka
dukanya. Pelaku utama sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai
dewasa bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek
kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh, alur bercabang-
cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas
seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Objek dalam penelitian ini adalah roman Dahuru Ing Loji Kepencil.
Dahuru Ing Loji Kepencil adalah sebuah judul roman yang diterbitkan oleh
penerbit Sleman Yogyakarta pada 1 Juni 2015. Roman ini terdiri dari 172 halaman
dan iii halaman. Halaman 1 sampai dengan 88 adalah teks roman Dahuru Ing Loji
Kepencil, sedangkan halaman 89 sampai172 adalah ulasan sedikit tentang roman-
3
roman yang lain. Roman ini dibagi menjadi beberapa bab. Bab pertama berjudul
Nglencer Mantenan terdapat pada halaman 1 sampai dengan halaman 5. Bab
kedua berjudul Apa Deri Kuwi Thing-Thing terdapat pada halaman 6 sampai
dengan 13. Bab ketiga berjudul Dhayohe Para Bregajul terdapat pada halaman 14
sampai dengan halaman 21. Bab keempat berjudul Pak Bonet Wis Pesen Kamar
Telu terdapat pada halaman 22 sampai dengan 27. Bab kelima berjudul Wong
Methekel Tumindak terdapat pada halaman 28 sampai dengan 34. Bab keenam
berjudul Para Brandal Ninggalake Latar terdapat pada halaman 35 sampai
dengan 40. Bab ketujuh berjudul Santanu Godras Getih terdapat pada halaman 41
sampai halaman 47. Bab kedelapan berjudul Joni Nyegat Ing Ndalan terdapat
pada halaman 48 sampai halaman 54. Bab kesembilan berjudul Joni Joni Kena
Apa Kowe Jon terdapat pada halaman 55 sampai dengan halaman 61. Bab
kesepuluh berjudul Mati Aku Terus Cep terdapat pada halaman 62 sampai
halaman 68. Bab kesebelas berjudul Katiyasane Deri Karnasih terdapat pada
halaman 69 sampai dengan 75. Bab keduabelas berjudul Telu Saka Lanang Papat
terdapat pada halaman 76 sampai dengan 81. Bab ketigabelas berjudul Padha-
Padha Lapur terdapat pada halaman 82 sampai dengan halaman 87.
Sebelum diterbitkan dalam bentuk roman Dahuru Ing Loji Kepencil
pernah dimuat dalam bentuk cerita bersambung pada majalah Jawa yang
pemimpin redaksinya adalah Suparta Brata sendiri. Cerita bersambung ini dimuat
pada Tabloid Jawa Anyar diterbitkan oleh Kandhang Dara Kota terbit Solo pada
tanggal 29 Juli 1993. Upaya melancarkan tabloid atau majalah baru agar
mendapatkan pasaran kepada pembaca maka ceritanya dibuat liar dan banyak
perilaku kasar (wawancara dengan Hoery, jumat 25 November 2016). Penulis
4
memilih objek ini karena ditulis oleh pengarang yang sangat kreatif dan jumlah
karyanya untuk pengarang sastra Jawa modern belum ada yang menandingi
jumlah karyanya (wawancara dengan Hoery, Jumat 25 november 2016).
Permasalahan yang diangkat dalam roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya
Suparta Brata ini tentang permasalahan sosial yaitu kriminalitas. Kriminalitas
adalah berasal dari kata crime yang artinya kejahatan, bisa disebut kriminalitas
karena menunjukkan suatu perbuatan jahat atau tingkah laku kejahatan menurut
S. Wojowasito dan W. J. S. Poerwodarminta (1939). Kriminalitas secara harfiah
berasal dari kata “crimen”yang berarti kejahatan atau penjahat dan logos yang
berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat, ditemukan oleh seorang antropologi
Perancis P. Topinard (Santoso, 2005:9).
Pendekatan yang sesuai dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi
sastra. Sosiologi sastra ilmu yang mengkaji segala aspek kehidupan sosial
manusia. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang bergerak dari
faktor-faktor sosial yang terdapat dalam karya sastra dan selanjutnya digunakan
untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra. Pendekatan ini
melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan fenomena sosial
sebagai minornya (Sangidu, 2002:27). Sosiologi dibagi menjadi tiga macam yaitu
sosiologi pengarang, yaitu pendekatan yang mempersalahkan status sosial
pengarang, ideologi pengarang, profesionalisme kepengarangan, dan lain
sebagainya penghasil sastra. Sosiologi karya sastra, pendekatan yang
mempermasalahkan isi sastra. Sosiologi pembaca, yaitu pendekatan yang
memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra (Wellek dan Waren,
1990:111).
5
Penelitian sejenis yang sudah penah diteliti adalah Lara Lapane Kaum
Republik diteliti oleh Krisna Pebryawan UNS tahun 2010, dengan menggunakan
Tinjauan Sosiologi Sastra tentang nilai-nilai patriotisme. Penelitian sejenis lainya
yaitu Pertiwi Chicha Kurniawati UNS tahun 2011 dengan judul novel Kelangan
Santang karya Suparta Brata tentang Konsep Hitam Putih Para Penyimpang.
Novel Asmarani karya Suparta Brata diteliti oleh Rinatri Wijayaningtyas UNS
tahun 2010 tentang konflik dan kepribadian tokoh.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah diperlukan agar sebuah penelitian tidak meluas dari
apa yang seharusnya dibahas dan supaya lebih terfokus. Permasalahan itu
nantinya akan diteliti untuk mencari pemecahan masalah. Perumusan masalah
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah struktur yang membangun roman Dahuru Ing Loji Kepencil
karya Suparta Brata berdasarkan teori struktur Robert Stanton yang meliputi
fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar), tema, dan sarana-sarana sastra (judul,
sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme,ironi)?
2. Bagaimanakah aspek kriminalitas yang tercermin dalam roman Dahuru Ing
Loji Kepencil karya Suparta Brata?
3. Bagaimanakah relevansi aspek kriminalitas dalam roman Dahuru Ing Loji
Kepencil karya Suparta Brata di masa sekarang ini?
6
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menjadi faktor yang penting karena member arah yang
jelas dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian
yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur yang membangun roman Dahuru Ing Loji Kepencil
karya Suparta Brata berdasarkan teori struktur Robert Stanton yang meliputi
fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar), tema, dan sarana-sarana cerita (judul,
sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme,ironi).
2. Mendeskipsikan aspek kriminalitas yang tercermin dalam roman Dahuru Ing
Loji Kepencil karya Suparta Brata.
3. Mendeskripsikan relevansi aspek kriminalitas dalam roman Dahuru Ing Loji
Kepencil karya Suparta Brata dimasa sekarang ini.
D. Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang dimaksud pada hakikatnya beguna untuk
membatasi masalah, agar inti permasalahan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini tidak meluas. Penelitian ini dititikberatkan pada dua kajian yaitu: struktur yang
membangun roman Dahuru Ing Lodji Kepencil karya Suparta Brata yang meliputi
fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar), tema, dan sarana-sarana sastra (judul,
sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi) dan mengungkap aspek
kriminalitas yang tercermin dalam roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta
Brata dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra serta merelevansikan ke
masa sekarang.
7
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memperkaya
khasanah pengetahuan dalam pengembangan penggunaan teori-teori sastra
khususnya dibidang sosiologi sastra. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah koleksi khasanah penelitian terhadap Sastra Jawa. Memberikan
gambaran sebuah model pendekatan yang dapat dipergunakan terhadap obyek-
obyek penelitian karya fiksi lainnya. Hal ini menggunakan pendekatan
struktural dimana keterkaitan antar unsur pembangunnya lebih ditekankan,
sehingga mampu mempertajam nuansa akademis bagi pembacanya.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis, pembaca dapat mengambil pelajaran dari roman ini bahwa di
era modern ini tingkat kriminalitas semakin meningkat jadi harus lebih
waspada demi keselamatan diri sendiri. Isi dapat digunakan sebagai bahan
pembinaan moral, dan lain-lain.
F. Landasan Teori
Teori diperlukan dalam proses penelitian sebuah karya sastra. Sebuah
objek penelitian bisa diteliti secara benar jika didasarkan dengan teori yang tepat
dan sesuai dengan objek kajian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
8
1. Pengertian Roman
Roman adalah karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya
menurut watak dan isi jiwa masing-masing (KBBI, 2007:961). Roman adalah
bentuk prosa yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala
suka dukanya. Roman pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa bahkan sampai meninggal dunia. Roman
mengungkap adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail
dan menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman
terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita
tersebut.
Menurut Tirtawirya (1983:101), roman mengandung banyak perbedaan
dengan novel. Roman terdapat lebih banyak pelaku cerita daripada novel.
Sebuah roman memungkinkan pengarang untuk memasukkan pelaku cerita
sebanyak mungkin. Masing-masing pelaku boleh menempuh jalan cerita
sendiri-sendiri, pokoknya nanti pada akhir cerita mereka pasti ketemu pada
satu tempat tujuan. Plot atau jalan cerita bercabang-cabang dan kecabangan
mana tentunya (mau tak mau) akan menyebabkan jalan cerita keseluruhan
menjadi longgar, tidak ketat, lamban atau tergenang.
Roman dalam pengertian modern adalah, cerita prosa yang
berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu keadaan (Van Lauwen, lewat
Jassin, 1961:70). Pengertian itu ditambah lagi dengan menceritakan tokoh
sejak dari ayunan sampai ke kubur dan lebih banyak melukiskan seluruh
kehidupan perilaku, mendalami sifat watak, dan melukiskan sekitar tempat
hidup. (Nurgiyantoro, 1994: 15-16).
9
2. Teori Struktural
Pendekatan struktural dipandang juga sama dengan pendekatan
objektif. Struktur merupakan komponen paling utama yang membentuk karya
sastra. Kajian struktur dapat ditempuh dengan cara melakukan identifikasi,
pengkajian, dan pendeskripsian fungsi dan unsure intrinsik yang membangun
sebuah karya fiksi (Kasnadi dan Sutejo, 2010:4). Analisis struktural pada
dasarnya bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan
keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama
menghasilkan sebuah keseluruhan.
Teori yang digunakan dalam menganalisis struktur roman Dahuru Ing
Lodji Kepencil karya Suparta Brata dengan menggunakan teori fiksi Robert
Stanton. Analisis strukturalnya yaitu fakta-fakta cerita yang meliputi karakter,
alur, latar, tema serta sarana-sarana sastra yang meliputi judul, sudut
pandang,gaya dan tone, simbolisme, dan ironi (Stanton, 2012:20).
a) Fakta-fakta cerita
Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen ini
jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan “struktur
faktual” atau “tingkatan faktual”cerita.
1) Karakter
Karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks
pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam
cerita. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari
berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dan
10
individu-individu tersebut. Sebagian besar cerita dapat ditemukan satu
”karakter utama” yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa
yang berlangsung dalam cerita. Karakter seseorang bisa diketahui dari
nama, deskripsi, eksplisit, dan komentar pengarang tentang karakter
yang bersangkutan (Stanton, 2012:33).
2) Alur
Secara umum alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa
dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-
peristiwa yang terhubung secara kasual saja. Peristiwa kasual
merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari
berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan
berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2012:26).
Menurut Robert Stanton (2012:28), alur merupakan tulang
punggung cerita. Alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun
jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak
akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap
peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas,
dan keberpengaruhnya. Sama dengan elemen-elemen yang lain, alur
memiliki hukum-hukum tersendiri, alur hendaknya memiliki bagian
awal, tengah, dan akhir yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat
menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus,
mengakhiri ketegangan-ketegangan.
3) Latar
11
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa
dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa
yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor, waktu-waktu
tertentu (hari, bulan, tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Meski
tidak langsung merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam
cerita (Stanton, 2012:35).
b) Tema
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan “makna” dalam
pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu
diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian
atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut,
kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia terhadap diri sendiri,
disilusi, atau bahkan usia tua (Stanton, 2012:36-37). Tema merupakan
pernyataan generalisasi, akan sangat tidak tepat diterapkan untuk cerita-
cerita yang mengolah emosi karakter-karakternya (Stanton, 2012:37).
c) Sarana-sarana Sastra
Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang)
memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang
bermakna. Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat
melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa
maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalamanpun dapat dibagi.
Sarana-sarana paling signifikan di antara berbagai sarana yang kita kenal
adalah karakter utama, konflik utama, dan tema utama. Tiga sarana ini
merupakan “kesatuan organis” cerita. Ketiga-tiganya terhubung demikian
12
erat, ketiganya menjadi focus cerita itu sendiri (Stanton, 2012:51). Sarana-
sarana sastra meliputi judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme,
dan ironi.
1) Judul
Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga
keduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika
judul mengacu pada sang karakter utama atau satu latar tertentu
(Stanton, 2012:51).
2) Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan pusat kesadaran tempat kita dapat
memahami setiap peristiwa dalam cerita. Posisi ini memiliki hubungan
yang berbeda dengan tiap cerita, didalam atau diluar satu karakter,
menyatu atau terpisah secara emosional.
3) Gaya atau Tone
Gaya adalah cara pandang pengarang dalam menggunakan
bahasa. Campuran dari berbagai aspek seperti, kerumitan, ritme,
panjang pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya
imaji dan metafora (dengan kadar tertentu) akan menghasilkan gaya.
Satu elemen yang sangat terkait dengan gaya adalah tone. Tone bisa
menampak dalam berbagai wujud, baik ringan, romantis, ironis,
misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan (Stanton,
2012:63).
4) Simbolisme
13
Salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan emosi agar
tampak nyata adalah melalui “simbol”, simbol berwujud detail-detail
konkret dan faktual memiliki kemampuan untuk memunculkan
gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca. Simbol dapat berwujud
apa saja, dari sebutir telur hingga latar cerita seperti satu objek,
beberapa objek bertipe sama, substansi fisis, bentuk, gerakan, warna,
suara, atau keharuman. Semua hal tersebut dapat menghadirkan satu
fakta terkait kepribadian seorang manusia, ambisi yang semu,
kewajiban manusia, atau romantisme masa muda (Stanton, 2012:64).
5) Ironi
Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk
menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga
sebelumnya. Ironi dapat ditemukan dalam hampir semua cerita
(terutama yang dikategorikan “bagus”). Bila dimanfaatkan dengan
benar ironi dapat memperkaya cerita seperti menjadikannya menarik,
menghadirkan efek-efek tertentu, humor atau pathos, memperdalam
karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap pengarang,
dan menguatkan tema (Stanton, 2012:71).
14
3. Pengertian Kriminalitas
Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan, bisa
disebut kriminalitas karena menunjukkan suatu perbuatan jahat atau tingkah
laku kejahatan oleh Wojowasito dan Poerwodarminta (1939). Kriminalitas
secara harfiah berasal dari kata “crimen”yang berarti kejahatan atau penjahat
dan logos yang berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat, ditemukan oleh
seorang antropologi Perancis P. Topinard (Santoso, 2005:9).
Kriminalitas atau tindakan criminal segala sesuatu yang melanggar
hukum atau sebuah tindakan kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang
kiminal biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh,
perampok, atau teroris. Kriminalitas sebagai gejala sosial, tidak hanya
merugikan bagi pelakunya tetapi juga masyarakat umum yaitu hilangnya
keseimbangan ketentraman dan ketertiban, secara yuridis formal, kejahatan
adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan
immoral, merugikan masyarakat sifatnya sosial dan melanggar hokum serta,
undang-undang pidana. Perumusan pasal Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) jelas tercantum kejahatan adalah bentuk perbuatan yang
memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP. Secara sosiologis
kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang
secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan masyarakat,
melanggar susila dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang
telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam
undang-undang pidana) (Kartono, 2001:143-144).
15
Menurut (Syahni, 1987:11) Pengertian kriminalitas dapat dilihat dari
beberapa aspek, di antaranya sebagai berikut:
1. Kriminalitas ditinjau dari aspek yuridis adalah jika seseorang melanggar
peraturan atau undang-undang pidana dan ia dinyatakan bersalah oleh
pengadilan serta dijatuhi hukuman. Dalam hal ini jika seseorang belum
dijatuhi hukuman, berarti orang tersebut belum dianggap sebagai penjahat.
2. Kriminalitas ditinjau dari aspek sosial adalah jika seseorang mengalami
kegagalan dalam menyesuaikan diri dan berbuat menyimpang dengan
sadar atau tidak sadar dari norma-norma yang berlaku didalam masyarakat
sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat yang
bersangkutan.
3. Kriminalitas ditinjau dari aspek ekonomi adalah jika seseorang (atau lebih)
dianggap merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan
ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya sehingga ia dianggap
sebagai penghambat atas kebahagiaan pihak lain.
Kebutuhan materi yang melimpah-limpah, misalnya untuk memiliki
harta kekayaan dan barang-barang mewah, tanpa mempunyai kemampuan
untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan
tindakan kriminal (Kartono, 2001:140). Saherodji (1980) melukiskan
perbuatan itu sebagai berikut: pertama, kejahatan yang dilakukan dengan sadar
atau dengan niat artinya, bahwa perbuatan itu dilakukan betul-betul dengan
sengaja dan secara sadar, serta si pelaku benar-benar mengetahui akan
akibatnya bahwa perbuatan itu merugikan masyarakat, melanggar hukum,
sehingga perbuatan itu dapat disebut perbuatan jahat yang memenuhi unsur-
16
unsur yang ditentang oleh masyarakat dan Negara, kesenjangan ini merupakan
niat yang mengarah kepada tujuan jahat dan mudah menimbulkan organisasi
kejahatan didalam masyarakat. Kedua, kejahatan yang dilakukan tidak dengan
sadar atau tanpa niat, atau pelaku tidak mengetahui dengan pasti bahwa
perbuatannya itu melanggar hukum, dapat dijatuhi hukuman, serta tidak tahu
akibat apa yang ditimbulkannya.
4. Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang menganggap
karya sastra sebagai bentuk pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra
bisa mengungkapkan berbagai hal. Pengarang bisa masuk dalam karyanya
sendiri, menceritakan hal-hal yang diketahui dan yang ingin disampaikan,
dalam penulisan suatu karya pengarang sering menerima pengaruh dari
masyarakat terutama masyarakat pembacanya dan sekaligus menanamkan
pengaruh kepada masyarakat. Masyarakat sangat menentukan nilai karya
sastra yang hidup di suatu jaman, sementara sastrawan sendiri yang
merupakan anggota masyarakat tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh
yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkannya sekaligus
membentuknya (Semi, 1993:73).
Sosiologi sastra adalah ilmu yang mengkaji segala aspek kehidupan
sosial manusia. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang bergerak
dari faktor-faktor soasial yang terdapat dalam karya sastra dan selanjutnya
digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada diluar teks sastra.
Pendekatan ini melihat dunia sastra atau karya sastra sebagai mayornya dan
fenomena sosial sebagai minornya (Sangidu, 2002:27). Sosiologi merupakan
17
disiplin ilmu tentang masyarakat yang melandaskan pada tiga paradigma,
paradigma fakta sosial yang berupa lembaga-lembaga dan struktur sosial yang
dianggap sebagai sesuatu yang nyata, yang berada diluar individu, paradigma
definisi sosial yang memusatkan perhatian pada cara-cara individu dalam
mendefinisikan situasi sosial dan efek-efek dari definisi itu terhadap tindakan
yang mengikutinya, dalam paradigma ini yang dianggap sebagai pokok
persoalan sosiologi bukanlah fakta-fakta sosial yang objektif, melainkan cara
pandang subjektif individu dalam menghayati fakta-fakta sosial tersebut,
paradigma perilaku manusia sebagai subjek yang nyata. Hal tersebut
diungkapkan oleh Ritzer (dalam Kurniawan, 2012:4).
Menurut Damono (1978:2), ada dua kecenderungan utama dalam
analisis sosiologis terhadap sastra, yaitu pertama, pendekatan yang
mendasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial
ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari factor-faktor di luar sastra
untuk membicarakan sastra; sastra hanya berharga dalam hubungannya
dengan faktor-faktor di luar itu sendiri. Hal ini jelas bahwa teks sastra tidak
dianggap utama, ia hanya merupakan epiphenomenon (gejala kedua). Kedua,
pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan.
Metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk
mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih
dalam lagi gejala sosial di luar sastra.
Sosiologi dibagi menjadi tiga macam yaitu sosiologi pengarang, yaitu
pendekatan yang mempersalahkan status sosial pengarang, ideologi
pengarang, profesionalisme kepengarangan, dan lain sebagainya yang
18
menyangkut sebagai penghasil sastra. Sosiologi karya sastra, pendekatan yang
mempermasalahkan isi sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Penelaahannya
bertolak dari teks sastra itu sendiri. Sosiologi pembaca, yaitu pendekatan yang
memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra (Wellek dan Waren,
1990:111). Hubungan antara ketiga komponen tersebut sangatlah erat, karena
pengarang merupakan anggota masyarakat.
G. Sumber Data dan Data
1. Sumber data
Sumber data primer merupakan sumber data utama, sedangkan sumber
data sekunder adalah sumber data kedua. Sumber data primer dalam penelitian
ini adalah roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta Brata diterbitkan
oleh Penerbit Azzagrafika Yogyakarta, cetakan pertama pada tanggal 1 Juni
2015. Sumber data sekunder berasal dari informan yaitu J.F.X. Hoery selaku
sahabat pengarang serta buku sosiologi kriminalitas kriminalitas remaja dan
kriminologi.
2. Data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini adalah Teks roman Dahuru Ing Loji Kepencil
karya Suparta Brata berupa unsur-unsur intrinsik menurut Robert Stanton yang
meliputi fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar), tema, dan sarana-sarana cerita
(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi). Data sekunder
atau data pendukung dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan
J.F.X. Hoery selaku sahabat pengarang tentang roman Dahuru Ing Loji
19
Kepencil serta teks mengenai aspek-aspek kriminalitas yang meliputi aspek
yuridis, sosial dan ekonomi dalam roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya
Suparto Brata.
H. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian terhadap roman
Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta Brata tersebut adalah penelitian sastra
yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yang
dilakukan ini diharapkan dapat membantu memperoleh informasi yang akurat
dalam penelitian terhadap roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta
Brata.
2. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan data yang digunakan, maka teknik pengumpulan yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Teknik Content Analysis atau Analisis Isi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik Content Analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis
isi yang terdapat dalam karya sastra. Analisis isi dalam karya sastra adalah
pesan-pesan yang dengan sendirinya sesuai dengan hakikat sastra. Analisis
isi teks dalam roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta Brata.
Teknik ini digunakan untuk mengambil data literal. Data yang
membangun unsur intrinsik struktur roman Dahuru Ing Loji Kepencil
karya Suparta Brata dengan teori struktural Robert Stanton, sehingga
20
didapat data kategoris yang berupa: fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar),
tema, dan sarana-sarana cerita (judul, sudut pandang, gaya dan tone,
simbolisme, dan ironi).
b) Teknik Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara.
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara pewawancara (pencari
informasi) dengan pihak yang diwawancarai atau narasumber (Tim
Edukatif, 2006;152). Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara
dengan sahabat pengarang roman Dahuru Ing Loji Kepencil yaitu J.F.X.
Hoery yang bertempat tinggal di Jl. Diponegoro 59 B, Padangan,
Bojonegoro, Jawa Timur.
c) Teknik Studi Pustaka
Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik
kepustakaan atau sumber pustaka yang berupa buku-buku referensi yang
relevan dengan topik penelitian yaitu aspek kriminalitas dan sosiologi
sastra.
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.
a) Reduksi data
Reduksi data adalah merampingkan dengan memilih data yang
dipandang penting, menyederhanakan, dan mengabstrasikanya (sangidu,
2007:73). Analisis data dimulai setelah mengumpulkan data-data dari
21
struktur roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta Brata yang
menggunakan teori Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita (alur,
karakter, latar), tema, dan sarana-sarana cerita (judul, sudut pandang, gaya
dan tone, simbolisme, dan ironi). Selain itu mencari referensi terkait
dengan masalah yang diangkat. Hasil dari pencarian dijadikan sebagai data
sosiologi sastra. Setelah semua data diperoleh, selanjutnya dilakukan
reduksi data yang sesuai dan tepat.
b) Sajian Data
Tahap selanjutnya setelah melakukan reduksi data atau pemilihan
data yaitu penyajian data. Sajian data adalah menyajikan data secara
analistis dan sintetis dalam bentuk uraian dari data-data yang terangkat
disertai dengan bukti-bukti tekstual yang ada (Sangidu, 2007:74). Sajian
data mengenai unsur struktural roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya
Suparta Brata yang menggunakan teori Robert Stanton yang meliputi
fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar), tema, dan sarana-sarana cerita
(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi) serta aspek
sosiologi.
c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Tahap selanjutnya setelah melakukan reduksi data dan sajian data
dari data-data yang telah terkumpul adalah penarikan kesimpulan.
Kesimpulan yang sudah diperoleh, tahap selanjutnya adalah melakukan
verifikasi. Verifikasi dan simpulan adalah melihat kembali pada catatan-
catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat simpulan-
22
simpulan sementara (Sangidu, 2007:74). Penarikan kesimpulan
merumuskan apa yang sudah didapatkan dari reduksi data maupun
kegiatan pengumpulan data.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diperlukan untuk memperoleh gambaran
keseluruhan dari penelitian. Sistematika penelitian dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
E. Manfaat Penelitian
F. Landasan Teori
G. Sumber Data
H. Metode dan Teknik
I. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Struktur roman Dahuru Ing Loji Kepencil karya Suparta Brata berdasarkan
teori struktur Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita (alur,
karakter, latar), tema, dan sarana-sarana cerita (judul, sudut pandang, gaya
dan tone, simbolisme,ironi).
23
B. Aspek kriminalitas yang tercermin dalam roman Dahuru Ing Loji kepencil
karya Suparta Brata.
C. Rrelevansi aspek kriminalitas dalam roman Dahuru Ing Loji kepencil
karya Suparta Brata ke masa sekarang.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN