Post on 27-Nov-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Di Indonesia, pasar modal sangat berperan penting dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi sektor riil, hal ini dapat dilihat dari seiring pertumbuhan
pasar modal di Indonesia, dalam hal ini adalah aktivitas yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia, akan seiring pula dengan bertambahnya jumlah entitas yang aktivitasnya
terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (listing).Total perusahaan yang listing di
BEI per September 2018 adalah 597 perusahaan (www.idx.co.id). Perusahaan yang
tercatat di BEI dikelompokan kedalam 3 sektor besar, yang pertama yaitu sektor
utama industri penghasil bahan baku, yang kedua sektor industri manufaktur, dan
yang ketiga sektor industri jasa. Adapun dalam penelitian ini akan mengambil
sektor manufaktur sebagai objek penelitian terkait. Perusahaan manufaktur di bursa
BEI digolongkan kedalam 3 sektor. Yaitu: sektor industri dasar dan kimia, sektor
aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi.
Industri manufaktur adalah sebuah industri yang mengolah bahan mentah
menjadi barang jadi dan mendistribusikannya ke konsumen. Sektor industri
manufaktur sebagai salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi
nasional karena sektor ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi, di
Indonesia telah banyak berdiri sejumlah perusahaan manufaktur yang terus bekerja
keras memproduksi barang untuk memenuhi setiap kebutuhan masyarakat
Indonesia yang berperan sebagai konsumen. Perusahaan manufaktur merupakan
penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri
manufaktur disebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan
industri secara nasional di negara itu.
Perusahaan manufaktur saat ini berkembang sangat pesat setiap tahunnya baik
dari segi laporan keuangan maupun saham yang telah go publik. Prospek bisnis di
bidang manufaktur juga terbukti sangat menguntungkan setiap tahunnya yang
nantinya akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya kepada
2
perusahaan tersebut. Saham perusahaan manufaktur setiap tahun juga mengalami
kenaikkan karena banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya disektor
perusahaan ini untuk keperluan investasi guna memenuhi kebutuhan dimasa yang
akan datang.
Tabel 1.1 Kontribusi PDB Sektor Manufaktur Tahun 2014-2016
Sumber: www.bps.go.id , data yang telah diolah penulis, 2018
Industri manufaktur mempunyai kontribusi yang besar terhadap PDB nasional
jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Tabel 1.1 menggambarkan bahwa
kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB nasional selama Tahun 2014
hingga Tahun 2016 cenderung bertambah besar mendekati 19 persen. Sementara
kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang juga memiliki
kontribusi besar terhadap PDB nasional dalam periode waktu yang sama
berkontribusi secara fluktuatif di sekitaran 13 persen. Kondisi seperti itu
menunjukkan bahwa industri manufaktur masih memiliki peranan yang penting
dalam pembentukan PDB nasional baik untuk sektor industri manufaktur itu sendiri
maupun keterkaitannya dengan sektor lain dalam perekonomian Indonesia.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan, dengan jumlah
penduduk yang terus meningkat di Indonesia, tingkat konsumsi masyrakat pun ikut
bertambah. Tingkat konsumsi yang besar dapat menarik para investor asing maupun
domestik untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Terbukti pada tahun 2016
yang dikutip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), perusahaan
manufaktur masih menjadi sektor penyumbang investasi terbesar di Indonesia
dengan kontribusi 55% dengan penanaman modal asing (PMA) di industri
manufaktur naik dari US$ 11,8 miliar menjadi US$ 16,7 miliar, sedangkan
Uraian 2014 2015 2016
PDB Nasional(%) 5,01 4,88 5,02
PDB Industri Pengolahan(%) 5,61 5,05 4,42
Kontribusi Industri Pengolahan(%) 17,88 18,19 18,20
Kontribusi pertanian, kehutanan dan
perikanan(%)
13,34 13,49 13,45
3
penanaman modal dalam negeri (PMDN) dari Rp 89 triliun menjadi Rp 106,8 triliun
dibandingkan dari sektor jasa Rp 81 triliun dan sektor utama sebesar Rp 22 triliun.
Selain dari kontribusi PDB nasional dan investasi, perusahaan sektor
manufaktur menghasilkan earning per share yang lebih besar dibandingkan dengan
sektor utama. Berikut adalah gambar rata-rata earning per share yang dibagikan
dari sektor manufaktur dan sektor utama dari tahun 2013-2016.
Gambar 1.1 Rata-rata EPS Sektor Manufaktur tahun 2013-2016
Sumber: data yang telah diolah, penulis 2018
Gambar 1.2 Rata-rata EPS Sektor Utama Tahun 2013-2016
Sumber: data yang telah diolah penulis,2018
Berdasarkan gambar 1.1 rata-rata earning per share yang dibagikan oleh sektor
manufaktur mengalami penurunan dari setiap tahunnya dan gambar 1.2
menunjukan rata-rata earning per share yang dibagikan oleh sektor utama
mengalami fluktuatif yang cenderung menurun dari tahun 2013-2016. Namun, rata-
rata pembagian earning per share yang paling besar dilakukan oleh sektor
manufaktur. Meskipun pembagian earning per share pada tahun 2013-2016
908,283
397,854
176,498 143,719
0
200
400
600
800
1000
2013 2014 2015 2016
Rata-rata EPS Sektor Manufaktur
53,38576
45,83176
23,55591
40,63325
0
10
20
30
40
50
60
2013 2014 2015 2016
Rata-rata EPS Sektor Utama
4
mengalami penurunan, namun nilai yang dibagikan masih tergolong tinggi jika
dibandingkan dengan sektor utama. Dengan demikian, perusahaan sektor
manufaktur dipilih karena pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia
mengalami peningkatan tiap tahunnya baik dari segi kontribusi PDB, investasi dan
maupun dilihat dari pembagian earning per share yang dilakukan sektor
perusahaan masing-masing dan membuat investor lebih memilih perusahaan
manufaktur sebagai keputusan investasi yang tepat dibandingkan sektor lainnya.
1.2 Latar Belakang Penelitian
Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk
melakukan usahanya serta demi tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Harahap
(2014) tujuan perusahaan adalah kesinambungan perusahaan, laba jangka panjang,
dan pengembangan usaha. Namun, perusahaan tidak selalu memiliki dana yang
cukup untuk membiayai semua kegiatan operasionalnya. Oleh sebab itu,
perusahaan kerap dihadapi dengan permasalahan-permasalahan seperti bagaimana
memperoleh, menggunakan dan mengembalikan dana tersebut dengan suatu tingkat
pengembalian yang memuaskan pihak pemberi dana.
Salah satu alternatif perusahaan dalam memperoleh dana adalah pasar modal.
Pasar modal menurut Tandelilin (2014:26) adalah pertemuan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
menjual belikan sekuritas. Dalam pasar modal terdapat investor yang akan membeli
atau menanamkan modalnya di perusahaan yang kemudian akan menjadi sumber
dana perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasinya. Sebuah perusahaan pasti
menginginkan nilai perusahaan meningkat secara optimal. Optimalisasi nilai
perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan
fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan
memengaruhi keputusan keuangan yang lainnya dan berdampak pada nilai
perusahaan. Salah satu dari sekian banyak keputusan keuangan dalam sebuah
perusahaan adalah menentukan nominal laba bersih yang dibagikan sebagai
pembayaran dividen kepada investor atau pemilik modal perusahaan.
5
Umumnya pemilik modal atau investor menginginkan keuntungan yang tinggi,
dan pembayaran dividen dari perusahaan bersangkutan sebagai konsekuensi atas
penyertaan modal pada perusahaan tersebut. Perusahaan dihadapkan pada suatu
permasalahan keputusan tentang kebijakan pembayaran dividen yang akan
diberikan kepada pemegang saham.
Menurut Hermuningsih (2012:80) dividen adalah sebagian keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Sehingga hanya perusahaan
yang menghasilkan keuntungan yang dapat membagikan dividen karena dividen
berasal dari keuntungan perusahaan. Menurut Musthafa (2017:141) Kebijakan
dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir
tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi kembali dalam perusahaan.
Menurut Brigham dan Houtston (2014:95) terdapat lima jenis dividen: Cash
Dividend (Dividen Kas), Stock Dividend (Dividen Saham), Property Dividend
(Dividen Barang), Scrip Dividend (Dividen Hutang) dan Liquidating Dividend
(Dividen Likuidasi). Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel dividen
kas. Dividen kas (cash dividend) bersumber dari aliran kas untuk pemegang saham
yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang.
Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel pengembalian utama yang akan
menentukan nilai saham bagi pemillik saham dan investor. Kebijakan dividen kas
cenderung lebih menarik perhatian bagi pemegang saham dan dividen kas yang
diperoleh tersebut merupakan salah satu bentuk cerminan kepastian nilai yang
diperoleh atas modal yang disetorkan serta dapat menjadi pendapatan di luar usaha
bagi pemegang saham dan sebagian besar perusahaan manufaktur membagikan
dividen kas hampir setiap tahunnya dibandingkan sektor lainnya
6
Gambar 1.3 Rata-rata Dividen Kas Tahun 2013-2016
Sumber: Data olahan penulis (2018)
Berdasarkan tabel 1.2 data rata-rata pembagian dividen kas pada tahun 2013-
2016, mengalami fluktuatif yang lebih cenderung menurun dalam pembagian
dividen kas kepada pemegang saham setiap tahunnya. Pada tahun 2013 total rata-
rata pembagian dividen kas mencapai Rp 670,33 per lembar saham, pada tahun
2014 mengalami penurunan yang drastis mencapai Rp 186,08 per lembar saham,
pada tahun 2015 mencapai Rp 51,66 per lembar saham dan pada tahun 2016
pembagian dividen kas mulai mengalami penaikan sedikit hingga mencapai Rp
91,66 per lembar saham. Tingkat fluktuatif pembagian dividen kas disebabkan
karena turunnya jumlah laba yang dihasilkan suatu perusahaan, bertambahnya
utang yang dimiliki perusahaan, tingginya nilai tukar rupiah akibat kurs dollar
meningkat dan disebabkan banyaknya perusahaan yang tidak membagikan dividen
berturut-turut pada rentang waktu 2013-2015 namun pada tahun 2016 mulai
mengalami peningkatan pembagian dividen dikarenakan beberapa perusahaan tetap
membagikan dividennya karena ingin tetap mempertahankan performa
perusahaannya kepada investor dengan tetap membagikan dividen dan sebagian
hutang yang di punyai perusahaan telah mulai terbayarkan.
Sebagai contoh perusahaan Ultrajaya industry & trading company (ULTJ)
yang tidak membagikan dividen secara berturut-turut pada tahun 2014-2015
meskipun mengalami peningkatan laba. Berdasarkan RUPS PT Ultrajaya industry
670,33
186,08
51,6691,66
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
DATA RATA-RATA DIVIDEN KAS TAHUN 2013-2016
2013 2014 2015 2016
7
& trading company Tbk tahun 2014-2015. Untuk tahun buku 2014, ULTJ
memperoleh laba lebih rendah dari tahun sebelumnya dimana perusahaan hanya
mendapatkan laba sekitar 280, 3 miliar. Dalam RUPS tersebut diputuskan
mengalokasikan 10% dari laba 2014 sebesar Rp 28,3 miliar untuk saldo laba
sehingga jumlahnya mencapai Rp 135,1 miliar atau setara dengan 21,5persen. PT
Ultrajaya menanamkan kembali laba bersih yang mereka peroleh sebagai laba
ditahan dan memperkuat struktur modal perusahaan.
Fenomena lainnya terjadi pada perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk (INTP) yang mengalami fluktuatif pembagian dividen. Menurut Direktur
utama PT INTP, Christian Kartawijaya, Penurunan pembagian dividen kas yang
paling drastis terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 415 per saham yang pada
tahun sebelumnya pada tahun 2014 sebesar Rp 1.350. Hal ini karena adanya
sebagian laba yang ditahan di company dan merupakan intention dari pemegang
saham untuk manajemen INTP untuk meningkatkan distribusi jaringan dan supply
chain yang butuh dana pada tahun 2016 dan selain itu INTP akan melakukan akuisi
dan pengembangan bisnis kedepannya (market.bisnis.com). Terdapat beberapa
faktor yang diduga berpengaruh terhadap pembagian dividen kas, diantaranya
earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to equity ratio dan ukuran
perusahaan. Variabel tersebut telah pernah diteliti oleh beberapa peneliti
sebelumnya, tetapi masih menunjukan variasi hasil dan inkonsisten penelitian.
Pendapatan per lembar saham (earning per share) merupakan total keuntungan
yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. EPS yang besar
menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan
keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Maka tinggi nilai EPS akan
menggembirakan pemegang sahal karena semakin besar laba yang disediakan untuk
pemegang saham (Harahap, 2014). Rasio EPS dipilih karena rasio ini lebih
memfokuskan pada kemampuan suatu perusahaan dalam membagikan laba per
lembar saham dan EPS akan mempengaruhi langsung dengan pembagian dividen
kas kepada investor. Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan dividen tunai
dengan jumlah saham yang beredar perusahaan dalam suatu tahun yang diteliti.
8
Fenomena dari earning per share dan pembagian dividen kas bisa dilihat dari
perusahaan PT HM Sampoerna:
Tabel 1.2 Data EPS dan Dividen kas PT HM Sampoerna Tbk
Sumber: www.idx.com, data olahan penulis 2018
Berdasarkan Tabel 1.3 PT HM Sampoerna (HMSP) mengalami fluktuatif
pembagian earning per share dan dividen kas pada tahun 2014-2016. Namun, pada
saat penurunan earning per share tahun 2013-2015 PT HMSP masih tetap
membagikan dividen kas yang relatif tinggi meskipun laba per saham yg diperoleh
menurun drastis. Berbeda halnya pada tahun 2016, jumlah dividen kas yang
dibagikan kepada pemegang saham justru mengalami penurunan yang sangat
drastis. Direktur HM Sampoerna, Paul Janelle mengatakan, pada tahun 2016 total
pasar rokok berkurang 1%-2%. Hal ini dampak dari kenaikan cukai rokok sebesar
15% berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang dan diikuti dengan kenaikan tarif
pajak pertambahan nilai rokok. (market.bisnis.com).
(Tiocandra, 2015) melakukan penelitian tentang pengaruh earning per share
terhadap dividen kas, penelitian tersebut menunjukan hasil earning per share
berpengaruh positif terhadap dividen kas, penelitian ini serupa dengan penelitian
(Amyas, Arfan, & Basri, 2014) dan Kartini (2014) namun penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Cahyo (2014) yang menyatakan earning per share tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas yang dikeluarkan.
Quick Ratio (rasio cepat) merupakan ukuran uji solvensi jangka pendek yang
lebih teliti dari pada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan
yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi
sumber kerugian (Fahmi 2014:125). Quick Ratio dipilih karena rasio cepat ini
Keterangan 2013 2014 2015 2016
Earning
per share
2468 92 93 110
Dividen
Kas
2430 975 2225 107
9
menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Rumus yang digunakan dari
rasio ini adalah aktiva lancar dikurangi dengan nilai persediaan dan
membandingkan dengan total hutang lancar perusahaan. Artinya mengurangi atau
menghilangkan nilai persediaan karena persediaan memerlukan waktu relatif lama
untuk diuangkan apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar
kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Fenomena quick ratio
terhadap dividen kas bisa dilihat dari perusahaan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Tabel 1.3 Data QR dan Dividen Kas PT Kimia Farma Tbk
Sumber: www.idx.com, data olahan penulis 2018
Berdasarkan tabel 1.4, PT Kimia Farma Tbk sepanjang tahun 2013-2016
mengalami penurunan quick ratio setiap tahunnya. Namun penurunan ini tidak
diikuti dengan penurunan dividen kas yang dibagikan kepada pemegang saham
tetapi malah sebaliknya, pembagian dividen kas tahun 2013-2016 mengalami
peningkatan yang cukup baik. Masrudi dan Suwitho (2015) melakukan penelitian
mengenai pengaruh quick ratio terhadap dividen kas, penelitian tersebut
menunjukan hasil quick ratio berpengaruh signifikan terhadap dividen kas.
Penelitian tersebut serupa dengan hasil penelitian Amyas, Muhammad Arfan dan
Hasan basri (2014). Hal tersebut menunjukan quick ratio dari suatu perusahaan
merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya dividen yang akan
dibayarkan kepada pemegang saham. Hal tersebut menunjukan arus kas keluar,
semakin kuat posisi quick ratio perusahaan berarti semakin besar kemampuan
untuk membayar dividen. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Tiocandra (2015) yang menyatakan quick ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap dividen kas. Penulis menggunakan variabel quick ratio dalam penelitian
ini karena masih terdapat inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa quick ratio tidak berpengaruh terhadap dividen kas .
Keterangan 2013 2014 2015 2016
Quick Ratio 2,45 1,58 1,24 1,14
Dividen
Kas
9,66 4,22 8,96 9,63
10
Arus kas operasi menurut Kartikahadi (2012:203) adalah arus kas yang paling
penting untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam mengelola dan
menghasilkan arus kas untuk membelanjai operasi perusahaan, melunasi
liabilitasnya secara tepat waktu, membayar dividen, serta melakukan investasi baru
atau ekspansi secara mandiri tanpa mengandalkan pembelanjaan dari luar yaitu
melalui peminjaman dari pihak ketiga atau penyetoran modal baru dari pemilik.
Rasio ini dipilih karena apabila arus kas operasi yang bernilai negatif
mengindikasikan sinyal buruk bagi pemegang saham karena dapat diartikan
perusahaan tidak mampu menghasilkan kas untuk membiayai kegiatan perusahaan
termasuk pembagian dividen kas. Apabila arus kas bernilai positif menyatakan
bahwa perusahaan mampu membagikan dividen kas. Jadi, semakin tinggi arus kas
operasi maka semakin tinggi juga dividen kas yang akan dibayarkan oleh
perusahaan. Rumus dari rasio ini adalah: Ln Total Arus kas operasiperusahaan pada
tahun yang diteliti. Fenomena yang berkaitan dengan arus kas operasi terhadap
dividen kas bisa dilihat dari PT Indal Aluminium Indsutry Tbk.
Tabel 1.4 Data Ako dan Dividen Kas PT Indal Aluminium Tbk
Sumber: www.idx.com, data olahan penulis 2018
Berdasarkan tabel 1.5, PT Indal Aluminium Industry Tbk mengalami fluktuasi
arus kas operasi tetapi berbeda dengan pembagian dividen kasnya, yang mengalami
peningkatan dividen kas setiap tahunnya. Contohnya pada tahun 2016 PT INAI
mengalami defisit arus kas operasi tetapi PT INAI justru membagikan dividen kas
dengan nominal yang paling besar di antara tahun-tahun sebelumnya. Debora
Deisiy, Hendrik Manossoh dan Victorina (2017) melakukan penelitian mengenai
pengaruh arus kas operasi terhadap dividen kas, penelitian tersebut menunjukan
hasil arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap dividen kas dan penelitian
tersebut serupa dengan Ramli dan Arfan (2011). Namun berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Heriyani Lusi dan Nurma Risa (2015) melakukan
Keterangan 2013 2014 2015 2016
Arus Kas
Operasi (Ln)
25,07 25,12 24,57 -25,73
Divien Kas 8 35 45 55
11
penelitian mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap dividen kas, penelitian
tersebut menunjukan hasil arus kas operasi tidak berpengaruh signifikan terhasap
dividen kas dan penelitian tersebut serupa dengan hasil penelitian Tiocandra,
Riyondi (2015). Penulis menggunakan variabel arus kas operasi dalam penelitian
ini karena masih terdapat inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya yang
mengatakan bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen kas.
Debt to equity ratio menurut Kasmir (2018:157) adalah rasio yang digunakan
untuk menilai utang dengan ekuitas dengan membandingkan antara seluruh utang
dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengam pemilik perusahaan. Rasio ini dipilih
karena semakin besar rasio DER menunjukkan semakin besar tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban biaya
hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin meningkat rasio hutang maka hal
tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh perusahaan.
Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia
bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Rasio DER dihitung
dengan membandingkan total liabilitas perusahaan dengan total ekuitas
perusahaan. Fenomena dari rasio debt to equity ratio terhadap dividen kas dilihat
dari perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk.
Tabel 1.5 Data DER dan Dividen Kas PT Unilever Indonesia Tbk
Keterangan 2013 2014 2015 2016
DER 1,33 2,10 2,25 2,55
Dividen Kas 664 707 758 799
Sumber: data olahan penulis (2018)
Berdasarkan tabel 1.6 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami
peningkatan DER setiap tahunnya dan diikuti peningkatan pembagian dividen kas
juga. Menurut David, modal kerja UNVR lebih banyak berasal dari utang
ketimbang modal internal. Karena itu, rasio utang terhadap modal atau debt to
equity ratio (DER) UNVR relatif tinggi. Sampai saat ini UNVR masih menjadi
pemimpin pasar. Meskipun DER tinggi, UNVR masih bisa menjaga tingkat margin.
David menilai UNVR masih menarik. Dengan modal yang kecil, tingkat
12
pengembalian laba besar. Dengan menjaga tingkat margin yang tinggi UNVR tetap
konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham dan juga demi menjaga
performa perusahaan (investasi.kontan.co.id). Iskandarsyah, Darwanis dan Syukriy
Abdullah (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh debt to equity ratio
terhadap dividen kas, penelitian tersebut menunjukan hasil debt to equity ratio
berpengaruh negatif terhadap dividen kas dan penelitian tersebut serupa dengan
Akmal, Zainudin dan Rahmah Yulianti (2016). Namun berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Herjdiono Irine (2015) melakukan penelitian mengenai
pengaruh debt to equity ratio terhadap dividen kas, penelitian tersebut menunjukan
hasil debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. Penulis
menggunakan variabel debt to equity ratio dalam penelitian ini karena masih
terdapat inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa arus
kas operasi tidak berpengaruh terhadap dividen kas.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar atau
kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain total aktiva, log size, nilai pasar
saham (Suwito dan Herawaty, 2005). Ukuran perusahaan (firm size) menunjukkan
dimana perusahaan besar cenderung membagi dividen yang besar dari pada
perusahaan kecil. Rasio ini dipilih dengan proksi total asset karena perusahaan yang
lebih besar yang memiliki asset yang besar akan lebih mudah memasuki pasar
modal, karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas
dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan
mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan
kecil. Fenomena dari ukuran perusahaan terhadap dividen kas bisa dilihat dari salah
satu perusahaan manufaktur yang besar di indonesia yaitu PT Surya Toto Indonesia
Tbk.
Tabel 1.6 Data UP dan Dividen Kas PT Surya Toto Indonesia Tbk
Keterangan 2013 2014 2015 2016
UP
(Ln total asset)
28,18 26,45 26,20 26,44
Dividen kas 200 120 120 8
Sumber: data olahan penulis (2018)
13
Perusahaan TOTO termasuk salah satu perusahaan manufaktur terbesar di
indonesia. Berdasarkan tabel 1.7 perusahaan TOTO mengalami peningkatan total
asset yang dimiliki perusahaan setiap tahunnya namun peningkatan aktiva tersebut
tidak diikuti dengan peningkatan pembagian dividen kepada pemegang saham.
Menurut Presiden Direktur TOTO, Hanafi Atmadiredja, mengatakan penurunan
pembagian dividen tahun 2016 yang cukup drastis dilandasi atas peningkatan biaya
operasional perusahaan dan peningkatan kurs dollar yang terjadi di indonesia dan
mengakibatkan laba yang diperoleh juga menurun. Perusahaan TOTO sedang
mengalami peningkatan pertumbuhan perusahaan yang sangat tinggi yang akan
membuat kebutuhan perusahaan terhadap aktiva tinggi. Maka dari itu, aktiva yang
diperoleh setiap tahunnya berasal dari piutang relasi-relasi perusahaan dan aktiva
tersebut tidak hanya difokuskan kepada pembagian dividen ke pemegang saham
tetapi dialokasikan ke pembayaran utang dan ke operasional perusahaan
(bisniskeuangan.com). Akmal, Zainudin dan Rahmah Yulianti (2016) melakukan
penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap pembayaran dividen
kas, penelitian tersebut menunjukan hasil ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap pembayaran dividen kas. Namun berbeda dengan hasil penelitian
Rahmasari, Mia dan Mildawati (2017) melakukan penelitian mengenai pengaruh
ukuran perusahaan terhadap pembayaran dividen kas, penelitian tersebut
menunjukan hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pembayaran
dividen kas dan penelitian tersebut serupa dengan penelitian Sitanggang,Yuniarti
Vista dan Yeni Agustina (2011). Penulis menggunakan variabel ukuran perusahaan
dalam penelitian ini karena masih terdapatnya inkonsistensi dari hasil penelitian
sebelumnya.
Dengan adanya beberapa inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya mengenai
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap dividen kas dan juga berdasarkan
fenomena terhadap dividen kas yang telah dibahas, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai variabel-variabel tersebut yang terkait
pengaruhnya terhadap dividen kas. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul:
14
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEN
KAS (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2016)”.
1.3 Perumusan Masalah
Seiring dengan perkembangan perusahaan yang terdaftar di berbagai sektor-
sektor pada Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki pengaruh yang sangat kuat
terhadap perkembangan perekonomian di Indonesia, salah satu nya perusahaan
manufaktur. Perusahaan manufaktur selalu berkembang dengan pesat dari tahun ke
tahun dan memberikan kontribusi persentase yang sangat tinggi untuk
perekonomian indonesia di antara sektor lainnya. Perusahaan manufaktur
meningkatkan operasionalisasi usaha perusahaan yang nantinya akan memperoleh
kinerja keuangan yang baik dan memperoleh laba yang baik untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Kondisi kinerja keuangan
dan laba yang stabil bahkan meningkat akan membuat investor tertarik dalam
menanamkan modal sahamnya di perusahaan manufaktur dan akan membuat
pembayaran dividen kepada investor tetap stabil juga.
Melihat kondisi kinerja keuangan, kebijakan dividen juga merupakan cara yang
dapat menarik perhatian investor untuk selalu menanamkan modal sahamnya pada
perusahaan tersebut. Salah satunya dengan kebijakan cash dividend. Kebijakan
dividen kas (cash dividend) cenderung lebih menarik perhatian bagi pemegang
saham dibandingkan dengan dividen non kas, hal ini karena dividen kas yang
diperoleh tersebut merupakan salah satu bentuk cerminan kepastian nilai yang
diperoleh atas modal yang disetorkan serta dapat menjadi pendapatan di luar usaha
bagi pemegang saham . Namun, masih terdapat beberapa perusahaan yang tidak
membagikan dividen sedangkan laba yang diperoleh bernilai positif, maka dari itu
diperlukan pengetahuan mengenai faktor faktor yang dapat mempengaruhi dividen
kas. Earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to equity ratio dan ukuran
perusahaan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dividen kas suatu
perusahaan yang masih harus dipelajari dan dikaji karena terdapat inkonsistensi
dengan hasil penelitian terdahulu.
15
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dibahas
sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to equity
ratio, ukuran perusahaan dan dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara earning per share, quick
ratio, arus kas operasi, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan terhadap
dividen kas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016?
3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial:
a. Earning per share terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
b. Quick ratio terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
c. Arus kas operasi terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
d. Debt to equity ratio terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
e. Ukuran perusahaan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to
equity ratio, ukuran perusahaan dan dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
2. Untuk mengetahui pengaruh earning per share, quick ratio, arus kas operasi,
debt to equity ratio dan ukuran perusahaan terhadap dividen kas secara
simultan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
16
3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial:
a. Earning per share terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
b. Quick ratio terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
c. Arus kas operasi terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
d. Debt to equity ratio terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
e. Ukuran perusahaan terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Peneliti mengharapkan agar kiranya hasil penelitian yang sudah dilakukan
dapat dirasakan manfaatnnya bagi pihak lain seperti akademisi, peneliti selanjutnya
yang memiliki kesamaan penelitian, bagi perusahaan, dan bagi investor dikemudian
hari. Selain itu, juga memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk
penelitian sejenis terutama tentang dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.6.1 Aspek Teoritis
1. Bagi Akademisi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta literatur
tentang analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividen kas.
2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti selanjutnya terutama untuk penelitian yang berkaitan dengan
masalah dividen kas.
1.6.2 Aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk berbagai pihak,
diantaranya adalah:
1. Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dividen kas pada perusahaan
manufaktur. Informasi tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan
17
pertimbangan yang bermanfaat bagi investor untuk pengambilan keputusan
investasi di perusahaan tersebut.
2. Bagi perusahaan (manajemen), penelitian ini diharapkan dapat membantu
perusahaan dalam mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dividen
kas diantaranya earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to equity
ratio dan ukuran perusahaan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dalan menentukan kebijakan
dalam pembagian dividen.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan website resmi Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id) dan objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan sektor
manufaktur yang data penelitian ini diambil dari laporan tahunan yang diperoleh
peneliti dari website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan dari website
perusahaan-perusahaan yang bersangkutan.
1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian
Waktu yang di gunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah September
2018 – Desember 2018. Periode penelitian yang di gunakan untuk menginvestigasi
pengaruh earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to equity ratio dan
ukuran perusahaan terhadap dividen kas adalah selama empat tahun, yaitu mulai
tahun 2013-2016.
1.7.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel. Variabel pertama ialah variabel
independen sebanyak lima variabel yaitu earning per share quick ratio, arus kas
operasi, debt to equity ratio dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel kedua ialah
variabel dependen yaitu terhadap dividen kas. Penelitian ini akan mengkaji
pengaruh baik secara simultan maupun parsial faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi dividen kas.
18
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari uraian singkat materi
pokok yang akan dibahas pada masing-masing bab, sehingga dapat memberikan
gambaran menyeluruh tentang penulisan ini.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Ruang Lingkup Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara padat, jelas dan rinci mengenai landasan tentang teori-
teori earning per share, quick ratio, arus kas operasi, debt to equity ratio, ukuran
perusahaan dan variabel dividen kas. Bab ini juga menguraikan penelitian-
penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini, memuat
perbedaan dan persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, serta
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian yang
digunakan, identifikasi variabel independen dan dependen, tahap penelitian, jenis
dan sumber data (populasi dan sampel) serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas deskripsi penelitian berdasarkan data data yang telah
dikumpulkan dan pembahasan hasil dari analisis penelitian dengan pembahasannya
secara kronologis dan sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan
penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab yang menjelaskan hasil dari penelitian yang telah dilakukan,
berisi kesimpulan sebagai jawaban dari masalah yang di angkat dalam penelitian,
serta saran untuk langkah kedepan dalam manindak lanjuti dari jawaban masalah
yang ada.