Post on 28-Nov-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembuatan hidrogen dengan reaksi steam reforming cukup populer dalam industri
bila dibandingkan dengan proses pembentukan hidrogen secara komersial lainnya, seperti
elektrolisa air, oksidasi parsial dari batubara (Koppers-Totzek coal gasification) atau
minyak berat (heavy oil), proses steam-iron dengan cara dekomposisi steam via reaksi
dengan FeO, dan pemisahan air secara kimia kompleks. Dari semua proses di atas, steam
reforming banyak digunakan oleh kalangan industri karena mudah, sederhana, dan
fleksibel dalam operasi.
Hidrogen yang diproduksi oleh steam reformer ini digunakan untuk menunjang
proses-proses dalam kilang, seperti Naphta Hydrotreater Unit (NHT), Hydrocracker
Unibon (HCU). Pada NHT, hidrogen digunakan untuk mendekomposisikan sulfur organik,
senyawa nitrogen dan oksigen yang tergantung pada hidrokarbon sedangkan pada HCU,
hidrogen digunakan untuk memecah ikatan hidrokarbon.
PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan memiliki dua unit hydrogen plant,
yaitu Plant 8A dan 8B. Masing-masing unit ini mempunyai kapasitas desain sebanyak 8
ton/jam dengan kemurnian 97 %. Unit-unit yang terdapat dalam hydrogen plant adalah
desulphurizer, steam reformer, High Temperature Shift Converter (HTSC), Low
Temperature Shift Converter (LTSC), CO2 absorber, dan methanator.
Gas alam terlebih dahulu masuk ke desulphurizer, untuk menghilangkan
kandungan sulfurnya. Setelah itu umpan yang berupa campuran gas alam dan steam masuk
ke steam reformer, F-8-01 A/B, pada temperatur 538 oC dan keluar pada temperatur 849 oC. Produk dari unit ini adalah gas hidrogen, CO, CO2, CH4 (metana), dan steam. Lalu
produk tersebut masuk ke HTSC yang mempunyai temperatur inlet sebesar 357 oC dan
temperatur outlet sebesar 419 oC. Kemudian produk masuk LTSC yang mempunyai
temperatur inlet sebesar 216 oC dan temperatur outlet sebesar 237 oC. Kedua unit tersebut
digunakan untuk mengurangi kadar CO hingga 0,3 %-vol. Pengurangan kadar CO
dilakukan dengan dengan bantuan katalis chromiumoxide pada HTSC dan copperoxide
atau alumina pada LTSC.
CO2 absorber yang beroperasi pada temperatur 118 oC dan tekanan 15,75 kg/cm2
berguna untuk menyerap CO2 dengan menggunakan pelarut benfield. Selanjutnya sisa
senyawa CO2 dan CO dikonversi menjadi metana dalam unit methanator yang beroperasi
2
pada temperatur dan tekanan inlet sebesar 332 oC dan 15,05 kg/cm2 serta temperatur dan
tekanan outlet sebesar 371 oC dan 14,91 kg/cm2. CO2 dan CO harus dikonversi terlebih
dahulu menjadi metana karena hidrogen yang menuju reaktor hydrocracker unit tidak
boleh mengandung CO dan CO2, tetapi boleh mengandung metana dalam jumlah tertentu.
Hal ini dikarenakan CO dan CO2 merupakan racun bagi katalis di reaktor hydrocracker
unit. Selain itu, dengan keberadaan CO yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya reaksi
shift conversion yaang bersifat eksotermis. Hal ini dapat mengakibatkan suhu di dalam
reaktor tidak terkontrol.
Reaksi utama pembuatan hidrogen terjadi di dalam steam reformer. Steam reformer
mempunyai 168 tube yang berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi kimia antara gas
alam dengan steam dan 60 tube burner yang berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi
pembakaran fuel gas. Reaksi tersebut berlangsung dengan bantuan katalis nikel-alumina.
Gas alam yang digunakan berasal dari CHEVRON (Lawe-Lawe) Kalimantan. Agar
reaksi dapat berlangsung, steam reformer memerlukan panas yang sangat tinggi. Panas
tersebut dihasilkan oleh burner yang melakukan pembakaran fuel gas secara terkendali.
Karena penggunaan api tersebut maka steam reformer dikategorikan sebagai fired heater.
Gas alam merupakan campuran hidrokarbon fraksi ringan yang bersifat organik.
Ketika mengalir melalui suatu alat penukar panas, senyawa organik dapat membentuk
deposit pada dinding alat penukar panas (scaling and fouling furnace). Kerak akan
berperan sebagai thermal insulator yamg mengakibatkan berkurangnya efektifitas
perpindahan panas antara aliran panas dan dingin yang mengakibatkan berkurangnya
efisiensi perpindahan panas pada alat penukar panas tersebut.
Furnace akan dapat beroperasi dengan efisiensi yang tinggi apabila :
Terjadi reaksi pembakaran yang sempurna
Panas pembakaran fuel yang dapat diterima secara merata oleh fluida
Udara berlebih yang optimum
Aliran fluida di dalam tube turbulen
Permukaan luar/dalam dari pipa-pipa tube dalam keadaan bersih
Udara pembakaran dengan temperatur yang tinggi (dengan memakai Air Pre
Heater)
Mengingat pentingnya peran hidrogen dalam kilang ini, maka steam reformer
sebagai reaktor utama hydrogen plant harus terus dikontrol dan dijaga kondisinya agar
mampu memproduksi hidrogen dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi.
Secara keseluruhan kinerja steam reformer tidak dapat dipisahkan dari pembakaran yang
3
terjadi di dalamnya. Pembakaran akan menghasilkan panas yang diperlukan untuk jalannya
reaksi. Dikarenakan panas yang dibutuhkan agar reaksi dapat berlangsung sangatlah besar
maka salah satu indikator kinerja steam reformer dapat ditinjau dari segi pembakarannya.
Kinerja steam reformer dapat terlihat dari panas yang terserap atau terbuang.
Semakin banyak panas yang terserap maka kinerja steam reformer dari segi pemanfaatan
panas semakin baik. Sebaliknya, semakin banyak panas yang terbuang maka kinerja steam
reformer semakin kecil. Kinerja steam reformer yang dilihat dari segi pembakaran disebut
efisiensi panas steam reformer. Oleh karena itu, evaluasi mengenai efisiensi steam
reformer perlu dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja steam reformer.
I.2. Tujuan
Adapun tugas khusus ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari prinsip kerja steam reformer
2. Mengevaluasi kinerja pembakaran dalam steam reformer (F-8-01-A) di Hydrogen
Plant
I.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kajian yang dilakukan adalah steam reformer (F-8-01A) di
Hydrogen Plant, Kilang Balikpapan II, P.T. PERTAMINA (PERSERO) RU –V. Data
pengamatan diambil dari tanggal 5 Juli 2013 sampai 5 Agustus 2013.