Post on 08-Feb-2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul ”UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKAREMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyahdan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada tanggal 22 Juni 2007 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 22 Juni 2007
Panitia Ujian Munaqosyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.ANIP: 150236009
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.AgNIP: 150299477
Penguji IDrs. H. Abdul Fattah Wibisono, M.ANIP: 150236009
Penguji IIDrs. Sapiuddin Shiddiq, M.AgNIP: 15029977
Tanda Tangan
(………………..)
(...……………...)
(………………..)
(………………..)
Mengetahui :Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.ANIP: 150231356
2
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Dede Nurdiansyah
Tempat/Tgl Lahir : Tangerang 07 Oktober 1983
NIM : 102011023493
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Upaya Pemecahan Problematika Remaja Dengan Akhlak
Islami
Pembimbing : Dr. H. Abdul Majid Khon M.Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggungjawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat keabsahan skripsi.
Tangerang, 17 April 2008
Mahasiswa Ybs.
Dede Nurdiansyah
3
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang permasalahan Upaya Pemecahan Problematika Remajadengan Akhglak Islami.Akhlak dari sudut kebahasaan mempunyai arti perangai, tabi’at, kelakuan, watakdasar, kebiasaan sopan dan santun agama. Sedangkan akhlak menurut istilah adalahsikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpamemerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi. Atau sifat yang tetap dalam jiwa, yangdari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkankepada pemikiran.Akhlak Islami adalah tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai caraberpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap Allah danPasul-Nya, terhadap sesama dan terhadap lingkungannya. Akhlak Islami juga dapatdiartikan sistem moral atau akhlak yang berdsarkan ajaran Islam atau akhlak yangbersifat Islami. Atau perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarahdaging yang didasarkan pada ajaran Islam, maka akhlak Islami bersifat universal.Selanjutnya akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang mengunakan tolakukur ketantuan Allah SWT.Remaja adalah suatu tingkat berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Masa remaja adalah periode peralihan darimasa anak-anak kepada masa dewasa atau masa transisi antara masa anak-anak danorang dewasa.Problematika Remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remajasehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangkamenyesuaikan terhadap lingkungan di mana remaja itu hidup dan berkembang.Kenakalan remaja terjadi karena dua faktor, yaitu: Faktor internal, yaitu hal-hal yangberasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Faktor eksternal, yaitu faktor yangbersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan.Pemecahan adalah suatu keputusan atau jawaban dalam memecahkan suatupermasalahan baik dalam kehidupan, lingkungan dan sebagainya.Upaya pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami, diantaranya denganmelakukan tindakan-tindakan, sebagai berikut: Tindakan preventif, yakni segalatindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. Tindakanrepresif, yakni tindakan untuk menindak dan menahan kenakalan remaja seringanmungkin atau atau menghalangi timbulnya kenakalan yang lebih hebat. Tindakankuratif dan rehabilitas, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individuyang telah melakukan perbuatan nakal.Fungsi agama terhadap pemecahan problematika remaja, berfungsi sebagai:penyelamat, pembimbing dalam hidup, penolong dalam kesukaran, menenteramkanbatin, pendidik, dan pengawas.
4
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pencipta dan pemelihara semesta alam.
Shalawat salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang setia hingga Hari
Pembalasan
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) di semua
perguruan tinggi termasuk di universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis
membuat skripsi ini dengan judul "UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKA
REMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI"
Selama pembuatan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami oleh penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-
bahan (data) maupun biaya dan sebagainya. Namun, dengan Hidayah dan Inayah
Allah SWT dan berkat kerja keras penulis disertai dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka dari segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya. Oleh karena
itu, seyognyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan atas terselesaikannya skripsi ini; terutama kepada Bapak Dr. H. Abdul Majid
Khon M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan nasihat,
5
masukan dan bimbingan yang sangat berharga bagi penulis. Terima kasih ini juga
penulis sampaikan pada:
1. Dekan, Pembantu Dekan dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan
memberikan berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada
penulis.
2. Ketua dan Sekertaris serta staf jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Bahrissalim M.Ag. Dosen penasihat akademaik jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak dan Ibu tercinta yang telah merawat, mendidik dan mencurahkan
segala kasih sayangnya kepada penulis selama hayat. Semoga Allah SWT
mengampuni segala dosa-dosanya dan melimpahkan rahmat, karunia dan
ridho-Nya kepada beliau berdua.
5. Adik-adik, kakak-kakak serta semua keluarga yang penulis cintai, atas
semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis.
6. Rekan-rekan seperjuangan di PAI angkatan 2002 khususnya kelas"B"
terutama teman-teman tercintaku; Ochit, Fadli, Idris, Salman, Umi dan
orang yang saya cintai Nurhayati (manizzzz) serta segenap pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu namanya di sini. Terima kasih atas
6
segala bantuan dan dorongan semangat kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT dan di
balas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin.
Mudah-mudahan pula skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi
para pembaca yang budiman pada umumnya.
Jakarta, Maret 2008
Penulis
7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Permasalahan......................................................................................4
1. Identifikasi Masalah .....................................................................4
2. Pembatasan Masalah ....................................................................4
3. Perumusan Masalah .....................................................................5
C. Tujuan Dan Manfaat Masalah............................................................5
1. Tujuan Penelitian .........................................................................5
2. Manfaat Penelitian .......................................................................6
D. Metode Penulisan ..............................................................................6
E. Sistematika Penulisan ........................................................................7
BAB II MASALAH AKHLAK ISLAMI
B. Pengertian Akhlak Islami...................................................................8
C. Ruang Lingkup Akhlak Islami ...........................................................10
1. Akhlak Manusia Kepada Allah ....................................................10
2. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia ..................................11
3. Akhlak Manusia Kepada Diri Sendiri ..........................................12
8
4. Akhlak Manusia Kepada Lingkungan..........................................12
D. Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami...................................................13
1. Akhlak Rabbani............................................................................13
2. Akhlak Manusiawi .......................................................................14
3. Akhlak Universal .........................................................................14
4. Akhlak Keseimbangan .................................................................14
E. Arti Pembentukan Akhlak..................................................................15
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhkak................17
BAB III REMAJA DAN PROLEMATIKANYA
A. Pengertian Remaja .............................................................................20
B. Ciri-ciri Remaja..................................................................................21
1. Perkembangan Biologis (Fisik)....................................................22
2. Perkembangan Psikis (Rohani) ....................................................23
C. Kenakalan Remaja .............................................................................26
D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja.......................27
BAB IV UPAYA PEMECAHAN PROLEMATIKA REMAJA DENGAN
AKHLAK ISLAMI
A. Akhlak Islami Tiang Utama Pemecahan Problematika remaja..........33
B. Upaya Pemecahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja.............34
1. Tindakan Preventif .......................................................................37
2. Tindakan Represif ........................................................................39
3. Tindakan Kuratif ..........................................................................41
9
C. Bimbingan dan Fungsi Agama Terhadap Pemecahan Problematika
Remaja................................................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................53
B. Saran-saran .........................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah remaja memang bukan masalah yang ringan dan merupakan hal yang
menarik untuk diperbincangkan. Masa remaja adalah periode peralihan yaitu
peralihan dari masa anak-anak kepada masa dewasa.1 Di samping itu remaja juga
harus mempelajari sikap dan prilaku yang baru sebagai pengganti dari sikap dan
prilaku yang ditinggalkan. Akibat dari peralihan ini remaja bersifat ambivalen disatu
pihak ia ingin diperlakukan bagai orang dewasa di lain sisi segala kebutuhannya
masih ingin dipenuhi oleh orang tuanya seperti halnya anak-anak, sehingga kemudian
remaja dianggap sebagai anak yang masih ingusan.
Masa remaja merupakan masa yang penuh sensasi dan penuh masalah, walaupun
pada usia sebelumnya juga mempunyai masalah sendiri-sendiri. Namun masa remaja
ini sering menjadi masalah yang sangat sulit diatasi oleh remaja itu sendiri. Karena
masa yang sulit adalah masa remaja, oleh karena itu masalah remaja kini merupakan
salah satu masalah yang dipersoalkan pemerintah, masyarakat bahkan oleh agama.
Terutama oleh orang tua remaja itu sendiri.
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan orang dewasa. Pada
masa transisi ini, para remaja berada pada masa indepedency dan dependency
1Sahilun A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja,(Jakarta: Kalam Mulia, 2002) h. 6
11
sehingga jiwanya masih labil, sehingga pada masa ini pula, remaja sering mengalami
berbagai problema baik problema fisik, psikis maupun sosial.2
Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Zakiah Daradjat: “masalah remaja adalah
suatu masalah yang sebenarnya menarik untuk dibicarakan lebih-lebih pada akhir-
akhir ini di mana telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan yang akan
membawa kehancuran bagi remaja itu sendiri dan masyarakat pada umumnya”.3
Menurut Robert D. Wirt dan Feter F. Briggs dalam makalahnya The Maening of
Delinguency mengatakan: There is evidence that juvenile delingcuency is increasing
both rate of delinguency behaviour.4 Maksudnya pada saat ini delinguensi remaja,
tidak saja meningkat jenis jumlahnya, tetapi juga meningkat jenis perbuatannya. Baik
yang berupa sosial delinguencinya maupun individual delinguency.
Kenakalan yang dilakukan oleh remaja tersebut adalah menjurus kearah perbuatan
yang bersifat negatif dan destruktif, bahkan juga bersifat keriminal. Sehingga
membawa dampak negatif yang sangat merugikan masyarakat, nusa dan bangsa.
Islam sebagai agama yang universal yang meliputi semua aspek kehidupan
mempuanyai system nilai yang mengatur baik dan buruk suatu perbuatan yang
dinamakan dengan akhlak Islami. Sebagai tolok ukur perbuatan baik dan buruk
mestilah merujuk kepada ketentuan Allah SWT.5
2 Sahilun A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja h.63 Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h.9.4 Kartini Kartono, Bimbingan Bagi Anak dan Remaja Yang Bermasalah, (Jakarta: CV
Rajawali, 1985), h.114-115.5 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Maghribi, (Semarang: Toha Putra, 1989), h.275.
12
Dalam Al-Qur`an banyak terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang akhlak
diantaranya:
خلق عظيمىوإ نك لعلArtinya: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (QS. Al-qalam, 68:4).
Al-Maraghi dalam menafsirkan ayat ini lebih menekankan pada mencontoh
Rasulullah dalam segala tindakan dan perbuatan.
Pada diri Rasulullah terdapat sifat-sifat baik yang mesti di contoh oleh umatnya.
Beliau adalah seorang yang kuat imannya, berani, sabar, dan tabah dalam
menghadapi segala cobaan.” Beliau mempunyai akhlak yang mulia, oleh karenanya
beliau patut untuk ditiru dalam segala perbuatan”.6 Hal ini dapat dipahami karena
sesungguhnya Nabi sendiri diutus untuk menyempurnakan akhlak sebagaimana
Hadits Rasulullah SAW:
بعثت" صلى اهللا عليه وسلم قال أنه قد بلغه أن رسول اهللا: ن مالك عتصل من هو حديث مدىن صحيح م: قال ابن عبدالرب (حسن األخالق ألمتم
)وجوه صحاح عن أىب هريرة وغريهArtinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik).7
Alasan-alasan yang mendorong penulis untuk menggarap skripsi ini antara lain:
1. Pontensi penduduk yang berusia muda harus diperhatikan sejak dini agar
menjadi sumber daya manusia yang dapat dihandalkan.
6 UII Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Tim Depag RI: Yogyakarta 1995), h.743.7 Imam Malik, Al-Muattha,(Dar al-Hadist) Juz. I h. 690
13
2. Melihat penomena yang terjadi sekarang ini adalah merosotnya nilai-nilai
agama yang tercermin dari tingkah laku remaja.
3. Masalah akhlak adalah masalah yang menjadi perhatian orang di mana saja.
Kerusakan akhlak seseorang dapat mengganggu ketentraman orang lain.
4. Menanaman akhlak Islami semenjak dini harus di lakukan, agar remaja dapat
terhindar dari perbuatan negatif dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Untuk lebih memudahkan penulis agar pembahasan ini tidak melebar kemana-
mana maka penulis mengidentifikasi masalah di antaranya:
a. Mengapa terjadi problematika remaja?
b. Apa penyebab terjadinya kenakalan pada usia remaja?
c. Faktor apa saja yang menyebabkan kenakalan remaja?
d.Bagaimana peranan akhlak Islami dalam penanggulangan kenakalan
remaja?
e. Bagaimana cara pembentukan akhlak Islami?
f. Apa yang dimaksud dengan kenakalan remaja?
g. Permasalahan apa saja yang ada pada remaja?
2. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan agar penelitian ini lebih terarah dan
terfokus, maka penulis membuat batasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini
14
adalah seputar upaya pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami. Yang
berkisar pada:
a. Problematika Remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja
sehubungan dengan adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka
menyesuaikan terhadap lingkungan di mana remaja itu hidup dan berkembang.
Adapun rentang usia remaja yang penulis angkat dalam penulisan skripsi ini
berkisar antara 13-21 tahun.
b. Pemecahan adalah suatu keputusan atau jawaban dalam memecahkan suatu
permasalahan baik dalam kehidupan, lingkungan dan sebagainya.
c. Akhlak Islami adalah tata nilai yang bersifat samawi dan azali, yang mewarnai
cara berpikir, bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya, terhadap
Allah dan Rasul-Nya, terhadap sesama dan terhadap alam lingkungan. Akhlak
Islami juga bisa diartikan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam.
3. Perumusan Masalah
Mengacu pada batasan di atas, maka penulis merumuskan masalah tersebut
yang berkisar pada:
a. Mengapa terjadi kenakalan remaja?
b. Bagaimana upaya pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui sebab-sebab kenakalan remaja
15
b. Mengetahui lebih jauh tentang upaya pemecahan problematika remaja dengan
akhlak Islami.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan sumbangsi pemikiran untuk para remaja dalam menegakkan
moralitas bangsa, khususnya dalam agama Islam.
b. Menambah wawasan serta khazanah akhlak Islami, khususnya tentang strategi
Pendidikan Agama Islam.
c. Skripsi ini merupakan tugas akhir agar penulis merperoleh gelar S 1 pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metode Penulisan
Dalam menyusun skripsi yang berjudul “UPAYA PEMECAHAN
PROBLEMATIKA REMAJA DENGAN AKHLAK ISLAMI” ini, penulis
menggunakan metode penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Maksudnya adalah
melukiskan atau menggambarkan suatu variabel ke variabel yang lainnya atau dari
satu ke yang lainnya.8
Sebagai konsekwensi dan realisasi dari metode tersebut, ditempuh metode
penelitian kepustakaan (Library Reseach) yaitu pengumpulan bahan-bahan yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas melalui studi buku, majalah, surat kabar dan
rujukkan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
8 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya2005), h.24.
16
E. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka skripsi ini akan dibagi menjadi lima
bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari, Latar Belakang Masalah, Permasalahan
yang meliputi: Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan
Perumusan Masalah. Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode penulisan
dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Berisi Masalah Akhlak Islami yang meliputi: Pengertian Akhlak Islami,
Ruang Lingkup Akhlak Islami, Sumber dan Ciri-Ciri Akhlak Islami,
Arti Pembentukan Akhlak dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Akhlak.
BAB III: Berisi Tentang Remaja dan Problematikanya yang meliputi: Pengertian
Remaja, Ciri-Ciri Remaja, Kenakalan Remaja dan Faktor-Faktor yang
Menyebabkan Kenakalan Remaja.
BAB IV: Berisi Tentang, Upaya Pemecahan Problematika Remaja Dengan Akhlak
Islami yang Terdiri Dari Akhlak Islami Tiang Utama Pemecahan
Problematika Remaja. Upaya Pemecahan dan Penaggulangan Kenakalan
Remaja yang Meliputi: Tindakan Preventif, Tindakan Represif dan
Tindakan Kuratif. Bimbingan dan Fungsi Agama Terhadap Pemecahan
Problematika Remaja.
BAB V: Penutup yang berupa Kesimpulan dan Saran-Saran.
17
BAB II
AKHLAK ISLAMI
A. Pengertian Akhlak Islami
Pengertian akhlak dari sudut kebahasaan mempunyai arti perangai, tabi'at,
kelakuan, watak dasar, kebiasaan, sopan dan santun agama.9 Perkataan akhlak ini
berasal dari baha Arab jama' dari ,(خلق) kalimat ini menurut H. A. Mustofa
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan ( قخل ) yang berarti "kejadian"
serta erat hubungannya dengan kata (خالق) yang berarti pencipta dan kata (خملوق)
yang berarti yang diciptakan.10
Selanjutnya dalam menjelaskan akhlak secara istilah, penulis merujuk dari
beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pakar dalam bidang akhlak, seperti:
Ibnu Miskawaih yang menjelaskan pengertian akhlak sebagai berikut:
ة حال للنفس داعية هلا اىل افعا هلا من غري فكر وروي
Artinya: "Sikap yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukanperbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan (lagi)".11
9Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak / Budi Pekerti Dalam Ibadat, CV. Karya Mulia, 2001), h.25.
10A. Mustofa, Akhlak/Tasawuf, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), Cet. I. h. 1111Ibn. Miskawaih. Menuju Kesempurnaan Akhlak. (Bandung: Mizan, 1995), Cet. Ke-3, h. 14-
15
18
Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin yang dikutip
oleh Prof. Dr. H. Rachmat Djatnika memberikan pengertian akhlak sebagai berikut:
عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر االفعال بسهولة ويسر من غري فاخللق عبارة حاجة اىل فكر وروية
Artinya: "Khuluq, Perangai ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidakmembutuhkan kepada pikiran".12
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan
ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang
kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah,
disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam,
maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak
Islam yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan
sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya
nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai yang
bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu.
Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan
universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati kedua orang tua itu
12Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992),Cetakan Oktober. h. 27
19
dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia yang dipengaruhi oleh kondisi
dan situasi dimana orang yang menjabarkan nilai universal itu berada.13
Selanjutnya akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan
tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa
tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Rumusan akhlak
Islami yang demikian itu menurut Quraish Shihab adalah rumusan yang yang
diberikan oleh kebanyakan ulama. .14
B. Ruang Lingkup Akhlak Islami
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah
(agama/Islami) mencakup berbagai aspek,15 antara lain:
Sangat menganjurkan umat untuk memperbaiki akhlak demi tercapainya
keharmonisan, melindungi hak dan kewajiban masing-masing individu dan
masyarakat. Oleh karena itu kebutuhan akan norma-norma, tata tertib, tata kesopanan,
dan tata moral. Dalam berbicara ruang lingkup akhlak Islami, sebenarnya pada
dasarnya membicarakan ajaran Islam itu sendiri. Terutama yang berkaitan dengan
pola hubungan. Akhlak Islami ini bercampur berbagai aspek, antara lain:
2. Akhlak Manusia Kepada Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap perbuaatan seorang muslim
kepada Khaliq Al- Ma'bud bi-haq, adalah sebagai pancaran jiwa umat yang taat dan
13Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h.145-14614M. Quraish Shihab, wawasan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1996), cet III, hlm. 205.15Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 147.
20
patuh, taqwa dan pasrah karena kesadaran yang utuh, bahwa segala yang dimiliki,
mulai dari kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya, seperti hibah dan
warisan, sampai kepada yang diusahakannya dengan bekal keahlian, ketrampilan dan
ketekunan sehingga dapat mencapai kedudukannya yang mulia, semua yang
diterimanya adalah semata-mata karena "munnah dan fadl" (pemberian dan
penghargaan) dari Allah.16 Banyak cara yang dilakkukan oleh manusia yang
menunjukkan sikap atau perbuatan akhlak kepada Allah. Diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh S. Anshory Al-Mansor yaitu dengan cara: mengingat Allah,
menjalankan perintahnya sebagai rasa taat ataupun rasa kesabaran, lewat bentuk dan
cara berpikir.17
3. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia
Akhlak atau sikap seseorang terhadap orang lain sesama manusia harus
diperhatikan, seperti: menghormati perasaan manusia lain, memberi salam dan
menjawab salam, pandai berterima kasih, memenuhi janji, tidak boleh mengejek,
jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan menawar sesuatu yang
sedang ditawar orang lain.18 Manusia dalam hidupnya tidak bisa hidup sendirian.
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makluk yang bermasyarakat (Zoon
Politicon) keberadaanya tidak mungkin bisa hidup bila terkurung ditempat yang
tertutup dan tidak berinteraksi dengan yang lainnya.
16Abdullah Salam, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: MediaDa'wah, 1998), h. 20.
17S. Ansory Al-Mansor, Jalan Kebahagian Yang Diridhoi, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 1997), h. 40-41.
18Abullah Salam, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakata, h. 155-159.
21
4. Akhlak Manusia Kepada Diri Sendiri.
Manusia disamping harus berakhlak kepada dunia luar manusia juga dianjurkan
untuk berakhlak kepada dirinya sendiri. Kewajiban kepada diri sendiri didahulukan
bukan berarti ini lebih penting dari pada kepada Tuhan Yang Maha Esa; justru
kewajiban kepada Allah ini yang harus diutamakan dari pada kepada yang lainnya.
Akan tetapi dalam pembicaraan ini didahulukan mengingat bahwa sesungguhnya
dalam Islam kewajiban terhadap yang satu tidak dapat dipisahkan atas kewajiban
terhadap yang lainnya, bahwa menurut syariat Islam kewajiban pada diri sendiri juga
menyangkut keharusan melaksanakan kewajiban yang utama terhadap Allah Yang
Maha Pencipta.19 Berakhlak kepada diri sendiri ini lebih bersifat inropeksi diri dan
mengevaluasi diri. Menjaga diri sendiri tidak kalah pentingnya dengan berakhlak
kepada yang lainnya. Allah berfirman:
…نارامقوا أنفسكم وأهليكياأيها الذين أمنوا Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan kelurgamu dari api
neraka…” (At -Tahrim, 66:6)
5. Akhlak Manusia Kepada Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia
dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
19Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992), h. 126
22
pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.20 Allah berfirman:
ولقد مكناكم يف األرض وجعلنا لكم فيها معايش قليال ماتشكرونArtinya: ”Sesungguhnya telah kami tempatkan kamu sekalian dimuka bumi ini dan
kami jadikan bagai kalian dimuka bumi itu (sumber) penghidupan, amatsedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-A’raf, 7:10)
C. Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami
Yang dimaksud sumber akhlak Islami adalah yang menjadi ukuran baik dan
buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, sumber akhlak
adalah Al-Qur'an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat
sebagaimana pada konsep etika dan moral.21
Adapun yang dimaksud dengan ciri-ciri akhlak Islami, sebagai berikut:
1. Akhlak Rabbani
Ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub dalam Al-
Qur'an dan Sunnah. Sifat rabbani dari akhlak juga menyangkut tujuannya, yaitu
untuk memperoleh kebahagiaan di dunia kini, dan di akhirat nanti. Ciri rabbani juga
menegaskan bahwa akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan
situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlak
20Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 150.21Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam
(LPPI), 1999), h.4
23
rabbani lah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup
manusia.22
2. Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia.
Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran
akhlak dalam Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukan bagi manusia yang
merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak Islam
adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk
terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
3. Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan
mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun
horizontal. Sebagai contoh Al-Qur'an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang
wajib dijahui oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua
orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka
maupun secara sembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak
yatim, mengurangi takaran dan timbangan, membebani orang lain kewajiban
melampaui kekuatannya, persaksian tidak adil, dan mengkhianati janji dengan Allah.
4. Akhlak Keseimbangan
Ajaran akhlak dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan manusia
sebagai Malaikat yang menitik beratkan bagi kebaikannya dan yang mengkhayalkan
22Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, h.12
24
manusia seperti hewan yang menitikberatkan sifat keburukannya saja. Manusia
menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada
hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki
naluriah hewani dan juga ruhaniah Malaikat. Manusia memiliki unsur rohani dan
jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara imbang. Manusia hidup
tidak hanya di dunia kini, tetapi dilanjutkan dengan kehidupan di akhirat nanti. Hidup
di dunia merupakan ladang bagi akhirat. Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan
manusia, jasmani dan ruhani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di
dunia dan akhirat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus
seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.23
D. Arti Pembentukan Akhlak.
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan
pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Merupakan suatu perbuatan
yang sudah mendarah daging dalam diri seseorang tentunya harus dibentuk semenjak
dini. Namun persoalannya adalah apakah kemudian akhlak dapat di bentuk? Dalam
menjawab persoalan seperti ini, penulis mengutip beberapa pendapat ahli akhlak,
karena diantara masih terdapat perbedaan dalam menentukan jawaban. Sebagian ahli
diantaranya adalah Mansur Ali Rajab yang pendapatnya dikutip oleh Abudin Nata
mengatakan bahwa, “…akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah instinct
23Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, h. 13
25
(garizah) yang dibawa manusia sejak lahir”.24 dengan kata lain golongan ini
menekankan kepada pembawaan manusia yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau
fitrah, karena pada dasarnya fitrah manusia itu selalu condong kepada kebenaran.
Sementara itu sebagian ahli ada yang berpendapat sebaliknya. Mereka
berpendapat bahwa akhlak dapat berubah dan dapat dibentuk dengan pendidikan,
latihan, pembinaan dan nasehat yang mulia. Diantara pelopor gagasan ini adalah Ibn
Miskawaih dan Al-Ghazali. Lebih lanjut Al-Ghazali mengatakan bahwa:
ظ والتأديباتخالق ال تقبل التغري لبطلت املواعألالوكانت Artinya: ”Jika seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan maka batallah
fungsi Tausiah dan pendidiakan.” 25
Pada kenyataan di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai
lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini
menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata
membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang berakhlak mulia,
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada sesama
makhluk Tuhan dan seterusnya. Keadaan sebaiknya juga menunjukkan bahwa anak-
anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan
pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat,
melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak
memang perlu dibina.
24Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.154.25Muhammad Al-Ghazali, Ihya' Ulum al-Din, h. 54.
26
Dengan uraian tersebut di atas kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan
hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai
potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Dengan demikian pembentukan
akhlak dapat diartikansebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk
anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram
dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan
akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan,
bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia,
termasuk di dalam akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan
intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.26
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.
Untuk menjelaskan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi dalam
pembentukan akhlak, kebanyakan para ahli berpendapat dengan mengemukakan tiga
aliran besar yang sudah sangat populer di kalangan ahli psikologi. Tiga aliran itu
ialah: aliran Nativisme, aliran Empirisme dan aliran Konfergensi.
Aliran Nativisme berpendapat bahwa pengaruh yang paling besar dalam
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya
bisa berupa bakat, kecendrungan, akal dan lain-lain. Jadi semuanya tergantung dari
kecakapan yang dibawa sejak lahir. Jika seorang itu mempunyai bakat yang baik,
26Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.155-156.
27
maka dengan sendirinya ia menjadi baik. Dengan demikian pedidikan tidak berkuasa
sedikitpun pada pembentukan seseorang. Mereka berpendapat “kita tidak akan bisa
merubah perak menjadi emas yang diberikan tidak akan mampu merubah dan
memperbaiki seseorang. Potensi batinlah yang akan menentukan semuanya”.
Aliran Empirisme berpendapat sebaliknya. Aliran ini berpendapat bahwa pada
dasarnya anak waktu lahir jiwanya masih kosong, bersih bagaikan kertas yang putih
dan belum ditulis. Semuanya tergantung kepada apa yang ditulis. Demikian pula
dalam pembentukan diri seseorang yang paling berpengaruh adalah faktor luar,
seperti lingkungan, pembinaan dan pendidikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang
diberika baik, maka baiklah anak itu. Begitupun sebaliknya.27
Aliran Konfergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor
internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang di buat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan
sosial. Fitrah dan kecendrungan kearah yang baik yang ada di dalam diri manusia
dibina secara intensif melalui berbagai metode.28
27Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.165-16728 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. I, h. 113
28
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi itu tampak sesuai dengan ajaran
Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadis di bawah ini:
ألبصار الكم السمع ومهاتكم ال تعلمون شيئا وجعل ن بطون أخرجكم مأواهللا فئدة لعلكم تشكرون ألاو
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatandan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. al-Nahl, 16:78)
ل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو ميجسانهك
)البخارى رواه(Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa ketuhanan
dan kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang Tuanyalah yangakan membentuk anak menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Madjusi.”(HR.Abu Ya`la, Thabrani dan Baihaqi).29
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan akhlak pada
diri anak ada dua hal. Pertama : Faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan
hati (rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam
hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta
pemimpin di masyarakat. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga
pendidikan tersebut, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (pengalaman) dan
psikomotorik (pengalaman) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Dan
inilah yang selanjutnya dikenal dengan manusia seutuhnya.
29Jalaluddin Abdurrahman Bin Abu Bakar Suyuthi, Jami’ Ussaghir (Beirut : Daarul Fikr,1981), Jilid II, h. 127.
29
BAB III
REMAJA DAN PROBLEMATIKANYA
A. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu tingkat berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti
“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam bahasa Inggris kata “adolescent”
diartikan sebagai suatu periode perkembangan manusia yang dimulai dengan masa
cukup umur (puber) dan berakhir dengan tercapainya kematangan sebagai orang
dewasa.30
Dalam buku-buku Angelsaksis (Hill/Monks 1977) maka istilah "pemuda" (youth)
memperoleh arti yang baru yaitu suatu masa peralihan antara masa remaja dan masa
dewasa.31
Remaja adalah anak dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun, bila kita meninjau dari
segi usia, tapi bila ditinjau dari segi tingkah laku, banyak yang di atas 21 tahun
bertingkah laku seperti remaja. Remaja juga merupakan pribadi yang sedang tumbuh
dan berkembang menuju kedewasaan. Dalam perkembangannya tidak sedikit
perubahan-perubahan yang dialami, perubahan fisik seringkali diikuti oleh adanya
perubahan emosional, yang kemudian menjelma menjadi remaja yang sensitive,
mudah sekali terpancing oleh suasana sekitarnya, dan cepat sekali mengikuti
perubahan yang terjadi pada lingkungannya, suka sekali mengikuti mode-mode
30Danuyansa Asih Wardji, (ed), Enslikopedi Psikologi, (Jakarta: Arcam, 1996), cet ke-1, h.6.31F.J. Monks- A.M.P. Knoers (Siti Rahayu Haditono), Psikologi perkembangan, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2002), h.262.
30
yang sedang berlaku tanpa berpikir lagi, apakah sesuai atau tidak pokoknya ikut
perkembangan masa, dan remaja tersebut bersifat labil.32
Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang
dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah
perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Anak-anak jelas
kedudukkannya, yaitu yang belum dapat hidup sediri, belum matang dari segala segi,
hidup masih bergantung pada orang dewasa dan belum dapat diberi tanggung jawab
atas segala hal. Masa dewasa juga jelas. Pertubuhan jasmani telah sempurna,
kecerdasan dan emosi telah cukup berkembang.33
Definisi-definisi di atas dengan jelas memberikan pengertian bahwa remaja
adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir. Masa ini
merupakan masa peralihan di mana ia bukan lagi anak-anak tetapi belum juga
sepenuhnya menjadi orang dewasa.
B. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan di antara masa anak-anak dan masa dewasa,
bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga pisik. Bahkan perubahan-perubahan
fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja,
sedangkan perubahan-perubahan psikologis yang muncul akibat dari perubahan-
32 Ny. Mahdiah, Remaja, Da'wah Islam Dan Perjuangan, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h.5-6.
33 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 69-70.
31
perubaha fisik itu.34 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari sudut
keperibadiannya maka remaja mempunyai berbagai ciri tertentu, baik yang bersifat
badaniah (biologis) maupun spritual (psikologis). Untuk lebih spesifiknya penulis
akan menguraikanya.
1. Perkembangan Biologis ( Fisik )
Perkembangan fisik dan seks anak yang berusia 12-19 tahun sedang berada dalam
pertumbuhan yang sangat pesat sekali. Suara yang tadinya nyaring kekanak-kanakan
menjadi berubah, badanpun ikut berubah menjadi tinggi dan besar, berubah menjadi
seorang remaja. Produksi hormon seks meningkat sehingga timbul ciri-ciri seks
sekunder, seperti timbulnya bulu-bulu pada tempat tertentu, pada ketiak, sekitar alat
kelamin, kumis, jenggot, jambang dan lain-lain. Perubahan biologis yang terjadi pada
anak laki-laki yaitu bahu makin bidang, otot-ototnya makin berkembang sehingga
nampak gagah. Sedangkan perubahan biologis pada anak wanita adalah mengalami
masa menstruasi (haid), kemudian pinggul semakin lebar sebagai penyangga yang
kokoh bagi bayi yang akan dikandungnya kelak.35
Pada masa ini pertumbuhan badan remaja dapat menyebabkan tanggapan
masyarakat yang beda pula. Mereka dapat diharapkan dapat memenuhi tanggung
jawab orang dewasa, tetapi berhubung antara pertumbuhan fisik dan pematangan
psikisnya masih ada jarak yang cukup lebar, maka kegagalan yang sering dialami
34 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi remaja, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1989),h.51.
35 Syafari soma dan hajaruddin, Menanggulangi Remaja Kriminal Islam Sebagai Alternatif,(Bogor, CV. Bintang Tsurayya, 1995), h. 6.
32
remaja dalam memenuhi tuntutan sosial ini menyebabkan frustasi dan konflik-konflik
batin pada remaja terutama bila tidak ada pengertian pada pihak orang dewasa.
Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa para remaja lebih dekat dengan teman-
temannya sebaya daripada orang dewasa. Pertumbuhan anggota-anggota badan lebih
cepat daripada badannya, hal ini membuat remaja untuk sementara waktu mempunyai
proposi tubuh yang tidak seimbang.36
2. Perkembangan Psikis ( Rohani )
a. Perkembangan Moral dan Religi
Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.
Sebagian orang berpendapat bahwa moral dan religi bisa mengendalikan tingkah laku
anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan
atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain tiadanya
moral dan religi ini sering kali dituding sebagai faktor penyebab meningkatnya
kenakalan remaja. Untuk remaja, "mores" atau moral merupakan suatu kebutuhan
tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau
petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri.37
Agama atau religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.
Yang dimaksud dengan keagamaam atau religi adalah kepercayaan terhadap suatu zat
yang mengatur dalam semesta ini adalah sebagian dari moral, sebab sebenarnya
dalam keagamaan dan moral juga diatur nilai-nilai perbuatan yang baik dan yang
36F.J. Monks-A.M.P. Knoers (Siti Rahayu haditono), Psikologi perkembangan, h.268.37Sarlito Wirawan sarwono, Psikologi Remaja, h.91-93.
33
buruk. Agama oleh karena juga memuat dan pedoman bagi remaja untuk bertingkah
laku dalam kehidupan peribadi dan bermasyarakat, harus benar-benar tertanam dalam
jiwa kaum remaja.38
b. Perkembangan perasaan (sikap dan minat)
Perasaan seseorang telah ada dan berkembang pada masa remaja. Perasaan
sosial, ethis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati prikehidupan yang
terbiasa dalam lingkungan kehidupan agamis akan cenderung mendorong dirinya
untuk lebih dekat ke arah hidup agamis. Sebaliknya bagi remaja yang kurang
mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksuil. Masa remaja merupakan masa kematangan seksuil. Didorong oleh
perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok kearah
tindakan seksuil yang negatif.39
Perasaan seseorang telah berkembang semenjak ia bergaul dengan lingkungannya.
Timbulnya sikap atau perasaan ini merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman
individu dengan benda-benda fisik dilingkungannya. Sebagai suatu hasil dari
lingkungan (lingkungan internal dan eksternal) yang juga berkembang, maka sudah
tentu sikap dan perasaan ini juga berkembang.
Sikap bagi remaja yang sedang berkembang terutama yang menonjol adalah sikap
sosial, lebih-lebih sikap yang berhubungan dengan teman-teman sebayanya. Sikap
positif remaja terhadap teman sebaya berkembang dengan pesat setelah mereka
38Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999), h.112.
39Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h.40.
34
mengenal adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Sikap solider atau senasib
seperjuangan dirasakan dalam kehidupan kelompok. Simpati dan merasakan perasaan
orang lain telah mulai berkembang. Remaja telah mulai bersikap sesuai denagan
norma-norma kelompoknya. Sikap penyesuaian diri dengan teman-teman sebaya
selalu dipertahankan remaja, walaupun hal itu dapat menimbulkan pertentangan
antara remaja dengan orang tuanya, akibat perbedaan nilai.
c. Perkembangan sosial
Pada usia remaja, wawasan sosial putra dan Putri bertambah luas melampaui
batas-batas keluarga dan jenisnya, Dalam masa ini remaja mengalami beberapa
perubahan. Pada dirinya terbentuk sikap-sikap baru baik terhadap dirinya maupun
kepada orang lain. Dalam pandangan masyarakat, remaja adalah masih anak-anak,
bahkan diharapkan ia mampu memainkan peranan yang berbeda. Remaja dalam dunia
sosialnya ini berusaha untuk mencapai kedewasaan, ia ingin tenggelam dalam
berbagai kegiatan dan berusaha dengan kuat tenaga untuk mendapatkan kesayangan
orang di sekitarnya.
Remaja sebagaimana manusia lain adalah merupakan makhluk monodualis yaitu
di samping sebagai pribadi atau individu sekaligus sebagai makhluk sosial, tidak ada
satu pun orang yang dapat hidup tanpa tergantung pada masyarakat di sekitarnya.
Manusia hidup mulai dari alam kandungan, kemudian dilahirkan dan melalui
35
tahapan-tahapan mulai dari masa kanak-kanak hingga remaja selalu membutuhkan
atau bergantung dengan lingkungan sosial.40
C. Kenakalan Remaja
Istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata "Juvenile Delinquency"
yang dipakai di dunia Barat. Istilah ini menagandung pengertian tentang kehidupan
remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik
yang menyangkut kehidupan masyarakat, agama, serta hukum yang berlaku.41
Juvenile delinquency ialah prilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-
anak muda; merupakan gejala sakit (patalogis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang
delinkuen atau jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial. Mereka
menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah
masyarakat.42
Untuk lebih jelasnya mengenai kenakalan remaja M. Arifin mengemukakan
secara panjang lebar dengan memberikan cirri pokok sebagai berikut:
1. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa prilaku atau tindakan
yang bersifat a-normal, a-sosial, atau anti sosial. Dalam prilaku atau tindakan
40Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja, h. 122-123.41M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden
Terayon Press, cek ke-1, 1982), h. 89.42Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1985), h. 6.
36
tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial, hukum, dan norma
agama yang berlaku dalam masyarakat.
2. Tingkah/Prilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
nilai-nilai hukum atau undang-undang yang berlaku yang jika dilakukan oleh
orang dewasa hal tersebut jelas merupakan pelanggaran atau tindak kejahatan
(criminal) yang diancam dengan hukuman menurut ketentuan yang berlaku.
3. Prilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia remaja.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, kenakalan remaja adalah perbuatan
yang dilakukan oleh remaja yang bertentangan dengan norma-norma, baik norma
agama, susila atau norma yang berlaku di masyarakat yang dapat merugikan dirinya
dan orang lain, jika perbuatan melanggar hukum itu dilakukan oleh orang dewasa,
maka dinamakan tindakan kriminal. 43
D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
1. Faktor internal adalah hal-hal yang bersifat intern yang berasal dalam diri remaja
itu sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau pertumbuhan maupun akibat
dari sesuatu jenis penyakit mental atau penyakit kejiwaan yang ada dalam diri remaja
43Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, h. 8o
37
itu sendiri. Dalam pendekatan agama, sering dikatakan lantaran disebabkan makin
goyahnya iman seseorang.44
Faktor- faktor internal meliputi:
a. Cacat jasmani atau rohani akibat dari faktor keturunan, seperti penyakit jiwa
(psychopath) yang tidak mendapatkan perawatan baik atau yang tidak
mendapatkan penyaluran khusus yang ditangani secara psycheatris (kedokteran
jiwa).
b. Pembawaan yang negatif dan sukar untuk dikendalikan serta mengarah pada
perbuatan nakal.
c. Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja
sehingga menimbulkan konflik pada dirinya yang penyalurannya atau jalan
keluarnya kearah perbuatan nakal.
d. Lemahnya kemampuan penguasaan diri sendiri serta sikap menilai terhadap
keadaan sekitarnya yang negatif.
e. Kurang mampu mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungan-lingkungan
yang baik, sehingga mencari pelarian, dan lepuasan dalam kelompok-kelompok
remaja nakal (gang-gang)
f. Tidak mempunyai kegemaran (hobby) yang sehat, sehingga canggung dalam
tingkah laku kehidupan sehari-hari yang akibatnya dapat mencari pelarian atau
mudah dipengaruhi oleh perbuatan nakal.
44Larasati Pujidewanti, Tinjauan Pada Kalangan "Orang Dewasa", (Jakarta: Golden TerayonPress, 1994), cek.ke-1. h.52.
38
g. Perasaan rendah diri dan rasa tertekan yang tak teratasi.45
2. Faktor eksternal adalah hal-hal yang mendorong timbulnya kenakalan seseorang
yang bersumber dari luar diri pribadi orang yang bersangkutan. Terjelma dari kondisi
lingkungan sekitar, atau keadaan masyarakat di sekelilingnya.46 Faktor yang
bersumber dari luar diri pribadi remaja yang bersangkutan, antra lain:
a. Faktor Keluarga
Kiranya tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga merupakan lingkungan primer
hampir setiap individu, sejak ia lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah
untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar-
manusia yang paling insentif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum
seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal
lingkungan keluarganya. Karena itu sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-
nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.47
Dalam pandangan para pakar ilmu kesehatan jiwa, rumah yang baik ialah rumah
yang memperkenalkan kebutuhan si remaja berikut tantangan-tantangannya untuk
bisa bebas, kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal, dan memberi
kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah pada kebebesan. Tetapi selain itu, si
45M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bmbingan dan Penyuluhan Agama, h. 81-82.46Larasati Pujidewanti, Tinjauan Kenakalan Pada Kalangan "Orang Dewasa",cet. Ke-1. h.
52.47Sarlito Wirawan sarwono, Psikologi Remaja, h.111-112.
39
remaja yang juga perlu diberi support agar mau memikul tanggung jawab, mengambil
keputusan dan merencanakan masa depannya.48
Sebagaimana pendapat Agus Sujanto, bahwa:
“Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak,sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh negatif, oleh karena itu sejakkecil dibesarkan dalam keluarga dan untuk seterusnya sebagian waktunya adalahdidalam keluarga, maka sepantasnya kalau kemungkinan timbulnya kenakalanitu sebagian besar juga berasal dari keluarga. Seperti keluarga yang brokenhome, di antaranya karena orang tua yang bercerai, adanya kebudayaan bisudalam keluarga (keluarga yang tidak harmonis maka cendrung untuk selalubersifat individual dan pendidikan yang kurang baik, seperti memanjakananak”.49
b. Faktor Sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah
bersekolah, maka lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah
adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk di bangku SLTP atau SLTA
umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa
hampir sepertiga hari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Tidak
mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup
besar.50 Dalam rangka pembinaan anak ke arah kedewasaan, kadang-kadang sekolah
dapat menjadi sebab timbulnya kenakalan remaja, hal ini terjadi, karena dalam
sekolah itu terdiri dari:
` 48 M. Jamaluddin Ali Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), h.76.
49Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru: 1981), cet, ke-1, h. 226.50 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h. 121.
40
1) Latar belakang remaja yang berbeda, tetapi dengan sistem persekolahan yang
memiliki pengaturan yang sama, mereka dituntut untuk dapat berbaur
dengan satu sama lain.
2). Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat pengaruh negatif yang menangani
langsung proses antara lain kesulitan ekonomi yang dialami pendidik dapat
mengurangi perhatiannya terhadap anak didik. Pendidik sering tidak masuk,
akibatnya anak didik terlantar, bahkan sering terjadi pendidik marah kepada
muridnya, selain itu juga disebabkan karena terjadinya perlakuan guru yang
tidak adil, hukuman (sangsi-sangsi) yang kurang menunjang tercapainya
tujuan pendidikan, ancaman yang tidak putus-putus disertai disiplin yang
terlalu ketat dan kurangnya kesibukan belajar di rumah.51
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tertier (ketiga) adalah lingkungan yang terluas
bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Terutama dengan maju
pesatnya teknologi, teknologi massa maka hampIr-hampir tidak ada batas-batas
geografis, etnis, politis, maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya.52
Menurut Prof. Dadang Hawari, bahwa faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak
sehat atau rawan merupakan faktor kondusif bagi anak atau remaja untuk berprilaku
51 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 97.52 Sarlito wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, h. 128.
41
menyimpang. Faktor ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Pertama, faktor
kerawanan masyarakat. Kedua, faktor daerah rawan.
Kriteria dari kedua faktor tersebut antara lain : Faktor kerawanan masyarakat
(lingkungan) antara lain : Tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan
sampai dinihari, peredaran alkohol, narkotika dan obat-obatan terlarang,
pengangguran, anak-anak sekolah atau anak jalanan dan lain-lain.
Daerah rawan (gangguan kamtibnas) antara lain :
“Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat adiktif lainnya, tawuran, kebut-
kebutan, pencurian, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan pengerusakan dan lain-
lain.” 53
Menurut analisis penulis, dari semua faktor yang telah tertulis di atas perlu
mendapatkan perhatian dari berbagai segi disiplin, karena semuanya mempunyai
peranan yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anak didik, terutama bagi
remaja yang sedang mengalami masa perubahan dan pergolakan emosi yang belum
setabil dan senantiasa ingin meniru pada hal-hal yang mereka anggap baru, walau itu
belum tentu baik bagi mereka.
53Dadang Hawari,Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental,(Jakarta: PT DanaBakti Prima Yasa, 1997), cet, ke-3, h.198-199.
42
BAB IV
UPAYA PEMECAHAN PROBLEMATIKA REMAJA
DENGAN AKHLAK ISLAMI
A. Akhlak Islami Tiang Utama Pemecahan Problematika Remaja
Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah akhlak mulia adalah faktor
yang sangat penting dalam membina suatu umat atau membangun suatu bangsa.
Suatu pembangunan tidaklah ditentukan semuanya dengan faktor kredit dan investasi
materil. Betapapun besarnya kredit dan investasi, kalau manusia sebagai
pelaksananya tidak memiliki akhlak, niscaya segalanya akan berantakan akibat
penyelewengan dan korupsi. Demikian juga suatu pembangunan tidak akan berjalan
dengan melontarkan fitnah kepada lawan politik atau hanya mencari-cari kesalahan
orang lain. Bukan pula dengan jalan memasang slogan kosong atau hanya dengan
bertopang dagu. "Yang diperlukan oleh pembangunan adalah keikhlasan, kejujuran,
jiwa kemanusiaan yang tinggi, sesuainya kata dan perbuatan, prestasi kerja,
kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan
pembaharuan".54
Masalah akhlak merupakan masalah yang menjadi perhatian orang di mana saja,
baik dalam masyarakat yang maju maupun dalam masyarakat yang sedang
berkembang. Kerusakan akhlak seseorang dapat mengganggu ketentraman orang lain.
54 M. Amin, Sepuluh Induk Akhlak Terpuji, (Jakarta: Kalam Mulia, 1997) h. 8.
43
Jika dalam masyarakat banyak yang rusak akhlaknya¸ maka akan goncanglah
keadaan masyarakat tersebut.
Pemecahan problematika remaja dengan akhlak Islami bertujuan untuk
mengarahkan mereka agar pada dirinya tumbuh akhlak yang mulia, sopan dalam
berbicara dan berbuat, mulia dalam tingkah laku, bijaksana dalam mengambil segala
keputusan, beradab, ikhlas, jujur dan suci. Apabila dalam diri remaja sudah tertanam
akhlak Islami, maka prilaku atau tindakan akan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
agama, bangsa dan masyarakat. Dengan demikian diharapkan mereka dapat
menghayati dan mengamalkan akhlak yang mulia ini, dengan penghayatan yang
mendalam dan berarti akhlak ini menjadi bagian dari pribadi (remaja) dan tidak dapat
dipisahkan lagi.
B. Upaya Pemecahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja
Masalah yang muncul dewasa ini adalah berkurangnya nilai-nilai moral di mata
generasi muda. Mereka dihadapkan pada kontradiksi dan pengalaman moral, yang
menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. Hal ini
nampak jelas pada mereka yang hidup di kota-kota besar, yang mencoba
mengembangkan diri ke arah kehidupan yang di sangka maju dan modern dimana
berkecamuk aneka ragam kebudayaan yang masuk seolah tanpa adanya filternisasi di
dalamnya.
Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa mengindahkan
nilai-nilai moral yang bersumber pada agama (akhlak Islami) yang dianutnya akan
menyebabkan generasi muda yang kebingungan bergaul. Mereka akan
44
mempertanyakan konsep nilai-nilai moral yang diajarkan baik di sekolah maupun di
pengajian. Mereka akan melihat betapa berbedanya apa yang ada di masyarakat
dengan apa yang dipelajarinya dipelajarinya.
Pemecahan adalah suatu keputusan atau jawaban dalam memecahkan sesuatu
permasalahan baik dalam kehidupan, lingkungan dan sebagainya. Untuk
mendekatkan masalah remaja atau kenakalan remaja pada suatu pemecahan yang
tepat, maka hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subyeknya, kemudian baru pada
bentuk dan sifat perbuatannya. Oleh karena itu remaja itu harus dipandang:
1. Sebagai individu yang masih dalam masa transisi meningkat dewasa.
2. Sebagai individu yang memerlukan dan berhak mendapatkan bantuan dalam masa
perkembangannya.
3. Sebagai individu yang menderita atau setidak-tidaknya mengalami kelainan
perkembangan.
4. Sebagai individu yang mengalami kesulitan dan kegagalan dalam proses
pendidikan dalam pembinaan.
5. Sebagai individu yang menjadi korban daripada perubahan-perubahan sosial,
terutama akibat perkembangan teknologi yang kurang tepat penggunaannya.55
Adapun sifat-sifat yang melekat pada diri remaja umumnya adalah dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
55 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet, ke-2, h. 89.
45
"Memiliki energi dan fisik yang lengkap dan kuat, kurang pengalaman, memilikiidentifikasi khayal yang kuat, mengalami masa rekonstruksi, suka memberikanreaksi terhadap suatu tantangan, suka memberikan reaksi terhadap suatu keadaan,kecenderungan melawan otoritas, memiliki potensi yang hebat, mudah mengalamifrustasi, punya keinginan perhatian dan penghargaan serta peranan dalammasyarakat dan memiliki berbagai macam bentuk dorongan".56
Setelah diketahui tentang keadaan remaja dan sifat-sifatnya serta beberapa faktor
dan penyebab timbulnya problema remaja dan khususnya kenakalan remaja, maka
perlu diadakan penanggulangan, pemecahan masalah atau jalan keluarnya.
Untuk menghindari membengkaknya problema yang dihadapi oleh remaja, maka
perlu sekali diadakan pencegahan yang terarah. Demikian juga dalam menghadapi
kenakalan remaja perlu adanya tindakan-tindakan, yaitu:
1. Tindakan preventif, yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
kenakalan-kenakalan.
2. Tindakan represif, yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja
seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih
hebat.
3. Tindakan kuratif, dan rehabilitas, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal,
terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.57
56 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h. 90.
57Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, ( Jakarta: BPKGunung Mulia, 1983), h. 161
46
1. Tindakan Preventif
a. Usaha yang sifatnya preventif dapat dilakukan melalui pencegahan timbulnya
kenakalan remaja secara umum.
1). Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
2). Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja.
Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya
penyaluran dalam bentuk kenakalan.
3). Usaha pembinaan remaja, meliputi:
a) Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan
yang dihadapinya.
b) Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan
dan keterampilan, melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui
pengajaran agama, budi pekerti dan etika.
c) Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi
perkembangan pribadi yang wajar.
d) Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga
maupum masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
Dengan usaha pembinaan yang terarah para remaja mengembangkan diri dengan
baik sehingga keseimbangan diri akak dicapai di mana tercipta hubungan yang
serasiantara aspek rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan
mereka ke perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan
dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
47
b. Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus yang dilakukan oleh para
pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di
rumah tentunya merupakan tanggung jawab orang tua dan anggota keluarga
lainnya yang sudah dewasa. Di sekolah pendidikan mental ini khususnya
dilakukan oleh guru, guru pembimbing atau psikolog sekolah bersama para
pendidik lainnya. Juga terlihat sarana pendidikan lainnya yang mengambil
peranan penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang
sehat dan kuat.
Sebagai langkah selanjutnya "Pemberian bimbingan terhadap para remaja dengan
tujuan menambah pengertian para remaja mengenai:
1) Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
2) Penyesuaian diri mengenal dan menerima tuntunan dan menyesuaikan diri
dengan tuntunan tersebut.
3) Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja kearah pembatasan antara diri
pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial,
moral dan etik.58
58H. Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1999),h. 163
48
Adapun bimbingan yang diberikan dapat dilakukan dengan dua pendekatan.
a) Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada
si remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan si
remaja dan membantu mengatasinya.
b) Pendekatan melalui kelompok di mana ia sudah merupakan anggota
kumpulan atau kelompok kecil tersebut:
(1). Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat
bermanfaat.
(2). Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan
merangsang hubungan sosial yang baik.
(3). Mengadakan perkumpulan/kelompok diskusi dengan memberikan
kesempatan mengemukakan pendapat/pandangan dan para remaja
memberikan pengarahan yang positif.
(4). Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok
di pupuk solidaritas dan persekutuan dengan Pembimbing.59
2. Tindakan Represif
Selanjutnya ialah usaha-usaha atau tindakan represif. Tindakan ini diartikan,
semua tindakan secara hukum yang ditujukan kepada remaja yang melakukan
kenakalan yang melanggar hukum, atau orang yang secara langsung membantunya,
atau menjadi penyebab sehingga remaja itu melanggar hukum.
59H. Panut Panuju, Ida Umami, Psikologi Remaja h. 164
49
Adapun ruang lingkup tindakan represif meliputi:
a. Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan
tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja.
b. Penyidikan atau pengutusan dan pemeriksaan terhadap remaja yang berbuat
nakal.
c. Penahanan sementara untuk kepentingan pemerisaan dan perlindungan bagi
remaja.
d. Penuntunan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum. Setiap
tindakan oleh yang berwenang secara hukum supaya bersifat mendidik dan
menolong remaja agar mereka menyadari akan perbuatannya yang keliru itu.
Selanjutnya mereka kembali memperoleh harga diri, sehingga mereka bukan saja
menolong dirinya sendiri, tetapi juga menolong para petugas untuk mencari jalan dan
cara-cara pemecahan problema remaja. Disini selalu digunakan pendekatan yang
bersifat psychologis dan peadagogis.
Prinsip utama dalam semua proses penindakan secara hukum, supaya
diperhatikan:
1) Perlakuan terhadap remaja harus bersifat khusus, artinya berbeda dengan
perlakuan terhadap orang-orang dewasa atau juga terhadap anak-anak.
2) Setiap tindakan tidak bersifat menghukum, tidak merupakan balas
dendam, tetapi hendaklah bertujuan untuk menolong, mendidik dan
melindungi atas dasar rasa kasih sayang dan bersifat kekeluargaan seperti
ayah terhadap anaknya sendiri.
50
3) Hak-hak remaja sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang
meningkat dewasa harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.60
Kalau di sekolah atau di lingkungan sekolah, maka kepala sekolahlah yang
berwenang dalam pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah.
Dalam beberapa hal gurupun berhak bertindak, misalnya dalam pelanggaran tata
tertib kelas, ulangan atau waktu ujian, akan tetapi hukuman yang berat seperti
skorsing atau pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang Kepala Sekolah. Guru
dan para pembimbing hanya bertugas menyampaikan data-data mengenai
pelanggaran maupun akibat-akibatnya.
Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam membentuk memberikan
peringatan secara lisan maupun secara tertulis kepada pelajar dan orang tua\ walinya.
Juga melakukan pengawasan khusus oleh Kepala Sekolah dan team guru atau
pembimbing dan melarang sekolah untuk sementara waktu atau seterusnya,
tergantung kepada pelanggaran tata tertib sekolah yang telah ditentukan.
3. Tindakan Kuratif
Selajutnya ialah usaha atau tindakan secara kuratif dan rehabilitasi, yaitu setelah
usaha dan tindakan yang lain dilaksanakan. Tindakan ini merupakan pembinaan
khusus untuk memecahkan dan menaggulangi problema kenakalan remaja.
Pembinaan khusus memberikan kesan yang baik, bahwa seorang remaja itu diperbaiki
60 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h. 94-96.
51
dan diberikan dorongan, kesempatan dan fasilitas untuk menjadi baik kembali
sesudah melakukan sesuatu yang dianggap tidak wajar atau tercela.
Pembinaan khusus diartikan sebagai kelanjutan usaha atau daya upaya untuk
memperbaiki kembali sikap dan tingkah laku remaja yang melakukan kenakalan
dengan tujuan agar remaja tersebut dapat kembali memperoleh kedudukan yang layak
ditengah-tengah pergaulan sosial dan berfungsi secara wajar.
Prinsip dan pembinaan khusus ini adalah:
a. Sedapat mungkin dilakukan ditempat orang tua\ walinya.
b. Kalau dilakukan oleh orang lain, maka hendaklah orang lain berfungsi
sebagai orang tua atua walinya.
c. Kalau di sekolah atau di asrama, hendaknya diusahakan agar tempat itu
berfungsi sebagai rumahnya sendiri.
d. Dimanapun remaja iti ditempatkan, namun hubungan kasih sayang dengan
orang tua atau familinya tidak boleh diputuskan.
e. Remaja itu harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk.
Allah berfirman :
ما بطنفواحش ما ظهر منها وتقربوا الال
Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik yangnampak diantaranya maupun yang tersembunyi". (QS. Al-An’am: 6: 51)
f. Pembinaan khusus harus memperhatikan kegemaran, kepentingan, perhatian
dan kebutuhan atau kemampuan remaja.
52
g. Ditempat pembinaan khusus, mereka harus tetep memperoleh hak-hak
pendidikan agama dan harus diajar melayani diri sendiri, mencukupi
kebutuhannya sendiri dengan usaha swasembada ditempat pembinaan itu.
Adapun proses pembinaan khusus adalah:
1) Tahap pertama sebagai persiapan ialah dengan menanamkan pengertian,
pemberian bimbingan dan nasihat psychologis paedagogis.
2) Tahap pengendalian kesadaran yaitu dengan menanamkan secara terus
menerus pendidikan agama atau pendidikan mental dan budi pekrti yang
baik dan bermanfaat.
3) Tahap penambahan pengetahuan yaitu dengan pemberian kecakapan dan
keterampilan yang serba guna.
4) Tahap penyaluran dan pengarahan yaitu untuk dikembalikan kepada
lingkungan semula dan kepada pergaulan sosial yang baik.
5) Tahap pengawasan yaitu setelah remaja dikembalikan kedalam lingkungan
pergaulan sosial yang lebih luas, perlu adanya pengawasa-pengawasan.61
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa problema remaja maupun
kenakalan remaja dapat ditanggulangi, baik secara preventif, represif, maupun kuratif
dan rehabilitasi.
61 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h.97- 99
53
Pada setiap tindakan preventif, represif, maupun kuratif, pendidikan agama
selalu dibutuhkan dan dipergunakan, karena pendidikan agama adalah suatu amal
kebajikan, sedangkan kebajikan bias menghapuskan kejelekan.
Sebagaimana Firman Allah :
ن احلسنات يذهنب السيئات ذلك ذكرى للذاكرينإ
Artinya: “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskanperbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orangyang ingat”. (QS. Hud: 11:114)
Pendidikan agama adalah obat yang paling ampuh untuk mengatasi segala
problema remaja, karena memang setiap penyakit ada obatnya. Maka obat dari setiap
penyakit mental adalah agama. Oleh karena itu, mengenai pemecahan problema
remaja perlu ditinjau dari sudut pendidikan agama dan juga ditinjau dari ilmu yang
berhubungan dengannya, misalnya psikologi agama.62
C. Bimbingan dan Fungsi Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja
Bimbingan secara harfiyah adalah “menunjukkan, memberi jalan, atau
menuntun” orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan
masa mendatang. Sedangkan secara istilah “Bimbingan” merupakan terjemahan dari
62Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problematika Remaja,h. 99.
54
kata bahasa inggris GUIDANCE yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti
“menunjukkan”.63
Telah dimaklumi bahwa agama itu berfungsi sebagai penyelamat,
pembimbing, pendidik (edukatif), pengawas, pemersatu dan pengubah (trasformatif).
Sehingga agama itu dapat mengatasi segala macam problema remaja dan kenakalan
remaja.
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Peranan Agama
dalam Kesehatan Mental, membagi fungsi agama dalam kehidupan menjadi tiga
bagian, di antaranya:
1. Agama memberikan bimbingan dalam hidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadian yang mencangkup segala
unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil.
Agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian
dari unsur-unsur kepribadian, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam
menghadapi segala keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul
karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu, akan
mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari dalam.
2. Agama adalah penolong dalam kesukaran
Kesukaran yang paling sering dihadapi orang adalah adalah kekecewaan. Apabila
kekecewaan terlalu sering dihadapi dalam hidup ini, pesimis akan apatis dalam
63M. Arifin. M.Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.Golden Terayon Press), h.1
55
hidupnya, kekecewaan-kekecewaan yang dialaminya itu akan sangat mengelisahkan
batinnya.
Lain halnya dengan orang yang benar-benar menjalankan agamanya. Setiap
kekecewaan yang menimpanya tidak akan memukul jiwanya. Ia tidak akan putus
asa, tapi ia akan menghadapinya dengan tenang. Dengan cepat ia akan ingat dengan
Tuhan dan menerima kekecewaan itu dengan sabar dan tenang.
3. Agama menentramkan batin
Belakangan ini banyak persoalan anak-anak yang sedang dalam usia remaja banyak
tumbuh dengan segala persoalan dan kesukarannya. Bagi jiwa yang sedang gelisah,
agama akan memberi jalan dan siraman penenang hati. Tidak sedikit kita
mendengar orang yang kebingungan dalam hidupnya selama ia belum beragama,
tetapi setelah mengenal dan menjalankan agama, ketenangan jiwa akan datang.64
Dengan ringkas dapat dikatakan, bahwa agama sangat perlu dalam kehidupan
manusia, baik bagi orang tua, maupun bagi anak-anak (remaja). Khusus bagi remaja,
agama merupakan bibit terbaik yang diperlukan dalam pembinaan kepribadiannya.
Anak yang tidak pernah pernah mendapatkan pendidikan agama di waktu kecilnya,
tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama di kala dewasa nanti.65
Demikian pula problem yang terdapat pada remaja, dapat diketahui melalui
prilakunya. Kalau problem itu bersumber pada kejiwaan seseorang, maka dengan
mudah untuk mengatasinya yaitu melalui kejiwaan pula. Begitu pula mengenai
64Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko GunungAgung Tbk, 2001), h.50-54
65Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, h.55
56
kesadaran beragama bagi remaja dapat diteliti dan diatasi melalui Ilmu Jiwa Agama.
Mengenai problema yang terjadi pada remaja, sebenarnya bersangkutpaut dengan
pengaruh lingkungan dimana remaja itu hidup. Maka, dalam hal ini faktor yang
sangat penting bagi remaja adalah agama, karena agama memegang peranan yang
sangat menentukan bagi kehidupan remaja terutama dalam mengatasi berbagi
persoalan hidup yang dialaminya, karena sudah terbukti bahwa agama mempunyai
peranan penting dalam perawatan jiwa.
Sudah dapat dimaklumi bahwa pengobatan jiwa itu sudah akan dapat
dijalankan sebaik-baiknya, bila ia tidak disandarkan pada agama terutama bila
kesusahan kejiwaan itu agak sulit adanya. Begitulah di antara peryataan dokter ahli
jiwa. Peryataan lain yang juga menegaskan tentang berapa besar faedah agama
dilapangan kedokteran ialah dari Dr. Hadfield yang sudah bertahun-tahun melakukan
pengobatan kejiwaan sampai pada kesimpulan bahwa:
“Saya telah mencoba menyembuhkan penderita kerusakan keseimbangan syaraf
dengan jalan mengisyaratkan (suggestions) ketenangan dan kepercayaan, tetapi
usaha ini baru berhasil baik sesudah ia dihubungkan dengan keyakinan akan
kekuasaan Tuhan”. 66
Demikianlah betapa pentingnya agama dalam mengatasi problema remaja,
karena agama sangat berpengaruh, dalam mengobati penyakit jasmani dan rohani.
Diantara obat-obatan yang sebaik-baiknya untuk penyakit ialah berbuat amal
66Aulia, Agama dan Kesehatan Badan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) h.15
57
kebaikan, berzikir, berdo’a, serta memohon dan mendekatkan diri kepa Allah serta
bertaubat. Seperti firman Allah :
وهدى ورمحه يا أيها الناس قد جاءكم موعظكم من ربكم وشفاء ملا ىف الصدور للمؤمنني
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dariTuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dadadan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S Yunus:10: 57)
Perlu diketahui bahwa manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah, yang
membutuhkan pendidikan termasuk juga pendidikan agama. Sebab dalam diri
manusia sudah terdapat fitrah atau kemampuan dasar (prepoten feflexes) rohani dan
jasmani yang tidak dapat dikembangkan dengan baik tanpa adanya bimbingan dari
pendidik. Pada hakekatnya pendidikan itu suatu ikhtiar manusia untuk membantu dan
mengarahkan fitrah manusia itu supaya sampai kepada titik maksimal yang dapat
dicapai sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Untuk itulah maka pendidikan,
khususnya pendidikan agama berlangsung terus menerus atau seumur hidup (long life
education).
Oleh karena itu, pendidikan agama sangat penting, terutama dalam
memecahkan problema remaja, akhlak, seks dan perkembangan pribadi dan sosial
remaja. Problema-problema tersebut secara prinsipil harus approach secara
paedagogis, bukan secara kriminologis, karena penyelesain problema itu harus bisa
membawa keuntungan bagi pribadi remaja sebagai anggota masyarakat dan warga
Negara yang baik.
58
Pendidikan agama pada sekolah akan dapat berhasil dengan baik sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai, atau bisa mengatasi dan memecahkan problema
remaja dengan cepat apabila:
a. Pendidik agama memberikan materi pendidikan agama sesuai dengan
kebutuhan perkembangan anak.
b. Pendidik agama bisa memberi contoh tauladan yang baik sesuai dengan misi
yang dibawanya.
c. Pendidik agama perlu memilih dan menerapkan berbagai metode dan sarana
serta prasarana yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik.
d. Pendidik agama bisa bekerjasama dengan orang tua atau pendidik agama yang
betul-betul memegang amanat orang tua murid, karena guru adalah pembantu
dan pengganti orang tua dalam pendidikan.67
Dengan pendidikan agama, maka jiwa remaja akan menjadi tenang dan akan
mudah mengatasi setiap problema yang terjadi pada dirinya. Peranan agama akan
sangat besar terhadap remaja terutama mereka yang mengalami kegoncanggan dan
ketidaktenangan dalam keluarga. Apabila remaja tidak menyakini suatu agama atau
tidak mendapatkan pendidikan dan pengalaman keagamaan sejak kecil, maka pada
waktu remaja ia akan langsung menghadapi kesukaran pribadinya.
Demikian juga bagi remaja yang kurang mendapatkan pendidikan agama sejak
sampai masa remaja, maka mereka akan gelisah dalam menghadapi problema remaja
67Sahilun A. Nasir, Peran Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, h. 6
59
dan akan mudah untuk melakukan pelanggaran agama dan norma susila. Dr. Zakiah
Daradjat menjelaskan bahwa:
“Suatu kenyataan yang mencemaskan belakangan ini ialah keberanian sementararemaja melakukan pelanggaran susila, baik wanita maupun pria. Bahkan diantaramereka ada berpendapat bahwa hubungan antara wanita dan pria tidak perludibatasi dan tidak usah dikontrol oleh orang tua. Biasanya kenakalan seperti inidisertai dengan tindakan mengganggu ketenteraman masyarakat. Pada umumnyaanak remaja yang dengan mudah melakukan pelanggaran susila itu adalah merekayang kurang mendapatkan pendidikan agama”.68
Tetapi bagi remaja yang telah banyak mendapatkan materi pendidikan agama, lalu
diamalkannya, maka mereka akan selamat dari pelanggaran susila, akan terhindar dari
perbuatan keji dan munkar serta dapat menguasai nafsunya dalam arti dapat
mencegah timbulnya problema pada dirinya. Suatu contoh ialah remaja yang
berpuasa dengan sungguh-sungguh, shalat dengan tekun dan membaca Al-Qur’an
dengan dihayati artinya, maka remaja itu secara preventif dan kuratif akan dapat
memecahkan problema yang dialaminya.
Seperti Allah berfirman:
ن للناس وهدى وموعظة للمتقنيبياھذا
Artinya: "(Al- Qur'an) ini adalah penerang bagi seluruh manusia dan petunjuk sertapelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa" (Q.S Ali Imran:3: 138)
Karena itu, peranan agama sangat penting dan menentukan bagi remaja yang
sedang mengalami masa pancaroba dalam hidupnya. Sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Dr. Zakiah Daradjat bahwa:
68 Zakiah Daradjat, Peranan Jiwa Untuk Anak-Anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), h. 481.
60
"Dalam hal itu, suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukandalam kehidupan remaja adalah agama. Tapi sayang sekali, dunia modern kurangmenyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh agama dalam kehidupanmanusia, terutama pada orang-orang yang sedang mengalami gangguan jiwa,dimana umur remaja terkenal dengan umur goncangan, karena pertumbuhan yangdilaluinya dari segala bidang dan sgi kehidupan".69
Dapat kita tegaskan bahwa pendidikan agama merupakan kebutuhan bagi para
remaja, karena dengan agama jiwa remaja bisa stabil dalam mengahadapi persoalan
hidupnya.
Karena itu agama a