Post on 26-Oct-2015
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare
di Puskesmas Batu Jaya
Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
Henrikus Sejahtera
Universitas Kristen krida Wacana
Abstrak
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, bahkan di beberapa daerah dengan kondisi tertentu dapat timbul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai angka kematian yang tinggi. Diperkirakan kasus diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus setiap tahunnya. Dari hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur tahun 2010 adalah 411/1000 penduduk. Evaluasi program pemberantasan diare dilakukan di Puskesmas Batu Jaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 dengan metode pendekatan sistem didapatkan hasil angka kesakitan 40/1000, angka kematian 0/1000, dan tidak pernah terjadinya KLB dalam periode ini. Cakupan penemuan penderita diare secara pasif 69,9%, distribusi logistik oralit tiap penderita sebesar 33,33%, cakupan oralit tiap kader 0%, cakupan kebutuhan oralit 39,95%, cakupan kegiatan Pojok Oralit 0%, dan cakupan penyuluhan kelompok 33,33%. Ditemukan dua prioritas masalah yaitu cakupan penyuluhan kelompok yang rendah dan tidak terdapat kegiatan Pojok Oralit. Penyebab masalah adalah tidak disediakan ruangan untuk dibuat Pojok Oralit, tidak ada perencanaan dan struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian tugas untuk kegiatan Pojok Oralit. Penyuluhan kelompok hanya direncanakan 4 kali per tahun dan tidak ada struktur organisasi dalam pembagian tugas untuk dilakukan penyuluhan setiap bulan. Pihak Puskesmas disarankan untuk memanfaatkan ruangan di dalam Puskesmas menjadi Pojok Oralit, menyusun pembagian tugas secara jelas dan tertulis serta penting dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan program oleh Kepala Puskesmas atau koordinator Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
Kata Kunci : Diare, KLB, angka kesakitan diare, angka kematian diare.
Latar Belakang
Hingga saat ini penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya angka kesakitan diare dari
tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta
anak meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi di
negara berkembang. Menurut World
Health Organisation (WHO), di negara
berkembang pada tahun 2003 diperkirakan
1,87 juta anak balita meninggal karena
diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada
umur kurang dari dua tahun. Rata-rata
anak usia kurang dari tiga tahun di negara
berkembang mengalami episode diare tiga
kali dalam setahun.1
Kematian diare pada anak balita
75,3 per 100.000 balita dan semua umur
23,2 per 100.000 penduduk semua umur
(hasil SKRT, 2001). Diare merupakan
penyebab kematian nomor empat (13,2%)
pada semua umur dalam kelompok
penyakit menular. Proporsi diare sebagai
penyebab kematian nomor satu pada bayi
postneonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,2%) (hasil Riskesdes, 2007).
Pada tingkat provinsi Jawa Barat,
diare masih merupakan penyakit yang
berpotensial wabah. Diperkirakan kasus
diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus
setiap tahunnya. Untuk mengatasinya
pemerintah telah mengembangkan
program pemberantasan penyakit diare dan
mewajibkan semua puskesmas
menjalankan program tersebut. Pada
tingkat Kabupaten Karawang, penemuan
penderita diare pada tahun 2010 meningkat
menjadi 79.522 orang dibandingkan tahun
2009 yaitu 73.857 orang. Diare termasuk
dalam 10 besar penyakit yang ditemukan
di Balai Pengobatan Umum Puskesmas
Kecamatan Batu Jaya. Oleh karena masih
banyaknya penemuan kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Batu
jaya, maka diperlukan evaluasi terhadap
keberhasilan “Progam Pengendalian
Penyakit Diare” di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012.2,7
Organisasi kesehatan dunia (WHO)
mendefinisikan diare sebagai kejadian
buang air besar dengan konsistensi lebih
cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih selama 1 hari atau lebih.
Definisi ini lebih menekankan pada
konsistensi tinja daripada frekuensinya.
Diare paling sering menyerang anak-anak
usia 6 bulan sampai 2 tahun. Penyebab
diare antara lain infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus, atau infeksi parasit,
malabsorpsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi. Penyakit diare merupakan
salah satu dari penyakit yang dikenal
sebagai Water Borne Disease.1,3,4
Kementrian Kesehatan telah
menyusun Lima Langkah Tuntaskan Diare
(LINTAS DIARE), yaitu rehidrasi
menggunakan cairan oralit osmolaritas
rendah, zinc diberikan selama 10 hari
berturut-turut, teruskan pemberian ASI dan
makanan, antibiotik selektif, dan nasihat
kepada orang tua atau pengasuh.1
Materi dan Metode
Materi
Materi yang dievaluasi dalam
program ini terdiri dari laporan bulanan
puskesmas mengenai Program
Pengendalian Penyakit Diare di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Batu Jaya
periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2012 yang terdiri dari:
1. Penemuan kasus penderita diare
secara pasif.
2. Penentuan diagnosis.
3. Pengobatan kasus diare.
4. Surveilans diare
5. Distribusi logistik.
6. Penyuluhan baik perorangan dan
kelompok.
7. Pelatihan kader.
8. Pojok URO (Upaya Rehidrasi
Oral).
9. Pencatatan dan pelaporan.
Metode
Evaluasi program ini dilakukan
dengan cara melakukan pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan intepretasi data
yang didapatkan di Puskesmas Kecamatan
Batu Jaya periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012, terhadap tolok
ukur yang ditetapkan dengan melakukan
pengumpulan data, analisis data, dan
interpretasi data dengan menggunakan
pendekatan sistem sehingga ditemukan
masalah pada program pengendalian
penyakit diare kemudian dibuat usulan dan
saran sebagai pemecahan masalah yang
ditemukan berdasarkan penyebab dari
masing-masing unsur keluaran pada
pendekatan sistem.
Kerangka Teori
Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan
Gambar di atas menerangkan sistem
menurut Ryan. Sistem adalah gabungan
dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu
kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah
ditetapkan.
Tolok Ukur Keberhasilan
Tolak ukur keberhasilan terdiri atas
variabel-variabel yaitu masukan, proses,
keluaran, umpan balik, lingkungan, dan
dampak yang digunakan sebagai
pembanding atau target yang harus dicapai
dalam Program Pengendalian Penyakit
Diare.
Sumber Data
Laporan Bulanan Puskesmas
Kecamatan Batu Jaya periode Januari 2012
sampai dengan Desember 2012 dan data
Monografi Puskesmas Batu Jaya tahun
2012.
Sasaran
Seluruh penduduk dari semua
golongan umur di wilayah kerja
Puskesmas Batu Jaya periode Januari 2012
sampai dengan Desember 2012 terutama
balita.
Perumusan Masalah
Diare masih merupakan salah satu
penyebab angka kematian dan
kesakitan tertinggi pada anak,
terutama pada anak berumur
kurang dari lima tahun (balita) dan
merupakan penyebab kematian
nomor empat (13,2%) pada semua
umur dalam kelompok penyakit
menular.
Berdasarkan hasil survei Subdit
diare, angka kesakitan diare pada
semua umur meningkat dari tahun
ke tahun dan ditemukan pada tahun
2010 angka kesakitan diare semua
umur adalah 411 per 1000
penduduk.
Penyebab utama diare adalah
Rotavirus dan Adenovirus yang
merupakan agen etiologi sebanyak
70% kasus diare akut pada anak-
anak sedangkan infeksi karena
bakteri hanya 8,4%.
Masyarakat di Indonesia masih
belum sepenuhnya menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Masih tingginya kasus diare pada
Puskesmas yang berada di Provinsi
Jawa Barat, yaitu 150.000 kasus
setiap tahunnya dan di Puskesmas
Kecamatan Batu Jaya termasuk 10
penyakit terbanyak di Balai
Pengobatan Umum.
Prioritas Masalah
Cakupan penyuluhan kelompok
tentang PHBS dan diare 33,33%
dari target 100%
Cakupan kegiatan Pojok Oralit
yang tidak ada dengan besar
masalah 100%.
Penyelesaian Masalah
Masalah 1 : Cakupan penyuluhan
kelompok tentang PHBS dam diare
sebesar 33,33% dari target 100% (Hanya
dilakukan sebanyak 4 kali per tahun).
Penyebab masalah :
• Penyuluhan kelompok tentang
diare dan PHBS sebanyak 4 kali
per tahun.
• Tidak ada struktur organisasi
tertulis yang terinci dan jelas
Penyelesaian Masalah :
• Dibuatnya perencanaan penyuluhan
kelompok
• Menyusun pembagian tugas yang
jelas, rinci, dan tertulis
• kerjasama dengan unit program
pokok wajib Puskesmas sehingga
frekuensi penyuluhan ditingkatkan
• meningkatkan persentase
penggunaan jamban sehat yang
memenuhi syarat
• penyuluhan masyarakat secara
kelompok PHBS, mengamalkan
gaya hidup yang bersih dan sehat
• Pengawasan dan pemantauan lebih
ketat dari kepala puskesmas
Masalah 2 : Cakupan kegiatan
Pojok Oralit/ Upaya Rehidrasi Oral (URO)
sebanyak 0% dari target 100%.
Penyebab masalah :
• Tidak disediakan ruangan untuk
dibuat Pojok Oralit.
• Tidak direncanakan untuk kegiatan
Pojok Oralit.
• Tidak ada struktur organisasi
tertulis yang terinci dan jelas
• Tidak dilaksanakannya kegiatan
Pojok Oralit.
Penyelesaian Masalah :
• Memanfaatkan ruangan yang
terdapat dalam Puskesmas
• Dibuatnya perencanaan untuk
dilaksanakannya kegiatan Pojok
Oralit di Puskesmas
• Menyusun pembagian tugas yang
jelas dan tertulis
• Kegiatan Pojok Oralit dilakukan
oleh petugas yang
dipertanggungjawabkan dan
dilakukan pemantauan
Kesimpulan
Cakupan penemuan penderita diare
secara pasif sebesar 69,9% lebih dari
target 75%.
Cakupan distribusi logistik oralit
yang tersedia untuk tiap penderita
sebesar 33,33 % dari target 100%.
Cakupan penyuluhan kelompok
tentang PHBS dan diare sebesar
33,33 % dari target 100%
Cakupan pelatihan kader khusus
penanganan diare 0% dari target
100%.
Cakupan kegiatan Pojok Oralit/
Upaya Rehidrasi Oral
(URO)sebanyak 0% dari target
100%.
Saran
• Puskesmas memanfaatkan ruangan
yang ada di dalam Puskesmas
untuk dijadikan Pojok Oralit.
• Menyusun pembagian tugas secara
jelas dan tertulis mengenai petugas
yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaan pojok oralit dan
penyuluhan kelompok
• Memberikan pelatihan kader agar
mereka dapat memberikan
penyuluhan paling minimal di
tempat tinggal masing-masing.
• Kerjasama lintas program di
Puskesmas & penyuluhan
masyarakat secara kelompok
terutama mengenai hal yang
berhubungan dengan PHBS
• Meningkatkan persentase
penggunaan jamban sehat yang
memenuhi syarat dengan
melakukan pemantauan dan
memberi masukan informasi
tentang syarat-syarat jamban sehat
Daftar Pustaka
1. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit
Diare. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Bakti
Husada; 2011: hal.1-69.
2. Situasi Diare di Indonesia, Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
Bakti Husada, Kementerian Kesehatan
RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8,
33.
3. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor :
1216/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
Pedoman Pemberantasan Penyakit
Diare, edisi ke 4, 2005, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jenderal
PPM&PL, hal 1, 15-7.
4. Anonim. Pengendalian diare di
Indonesia. Dalam: Situasi diare di
Indonesia. Subdit Pengendalian Diare
dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta,
2011. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/B
uletin%20Diare_Final(1).pdf, pada 3
Mei 2013.
5. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut.
Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW,
Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I, Edisi 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI;2006.hlm.408-13.
6. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi
kejadian diare pada anak kurang dua
tahun di kelurahan Turangga. Fakultas
kedokteran Kristen Maranatha.
Diunduh dari
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual
/diare/faktor.pdf, pada 3 Mei 2013.
7. Data Kesehatan di Kabupaten
Karawang tahun 2009 dan 2010,
diunduh dari
http://www.karawangkab.go.id/inform
asi-umum/data-hasil-pembangunan/
kesehatan.html, diakses pada 4 Mei
2013.
8. Puskesmas Kecamatan Batujaya. 2012.
Data Laporan Tahunan Program
Pemberantasan Penyakit Diare.