Post on 02-Mar-2019
ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH
(BUS) DI INDONESIA PERIODE 2011-2015 DENGAN
MENGGUNAKAN NON-PARAMETRIK
DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
SITI WASILAH
NIM : 1112046100023
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/ 2018
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Identitas Pribadi
Nama : Siti Wasilah
Tempat, Tanggal lahir : Tangerang, 25 Juni 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kampung Cibelut RT. 003 RW. 001 Desa Cibogo,
Kec. Cisauk, Tangerang
No. Telepon : 083891305932
E-mail : lalawasilah2506@gmail.com
Pendidikan
2012-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009-2012 : SMA An-Najah
2006-2009 : MTS An-Najah
2000-2006 : MI Nurul Iman
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Alm. Mugni
Ibu : Mursiah
Alamat : Kampung Cibelut RT. 003 RW. 001 Desa Cibogo,
Kec. Cisauk, Tangerang
v
ABSTRAK
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis
mendasari seluruh kinerja sebuah bank. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 serta untuk menganalisis
faktor apa saja yang menyebabkan inefisiensi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis
(DEA) untuk mengukur tingkat efisiensi dengan asumsi Variable Return to
Scale (VRS) dan pendekatan intermediasi. Berdasarkan hasil penelitian,
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode tahun 2011
sampai dengan tahun 2015 mengalami fluktuatif. Dari sebelas bank syariah
yang menjadi objek penelitian hanya Bank Syariah Mandiri dan Maybank
Syariah Indonesia yang tingkat efisiensinya stabil dan mencapai tingkat
efisiensi 100%. Sementara jika dilihat dari tingkat efisiensi gabungan Bank
Umum Syariah di Indonesia pada periode tahun 2011 sampai dengan 2015
masih mengalami inefisiensi dalam pengelolaan input dan outputnya.
Penyebab utama timbulnya inefisiensi pada Bank Umum Syariah disebabkan
oleh variabel output yaitu total pembiayaan dan pendapatan operasional.
Kata kunci: Efisiensi, Bank Umum Syariah, Data Envelopment Analysis
(DEA)
vi
ABSTRACT
Efficiency is one of the performance parameters that theoretically
underlies the entire performance of a bank. The purpose of this study is to
measure the level of efficiency of Sharia Bank in Indonesia in the period 2011
to 2015 and to analyze what factors cause inefficiency in Sharia Bank in
Indonesia.
This research uses Data Envelopment Analysis (DEA) method to
measure efficiency level with assumption of Variable Return to Scale (VRS)
and intermediation approach. Based on the result of research, the efficiency
level of sharia bank in Indonesia during the period of 2011 until the year 2015
has fluctuated. Of the eleven sharia banks that become the object of research
only Bank Syariah Mandiri and Maybank Syariah Indonesia with stable
efficiency level and reach 100% efficiency level. Meanwhile, if viewed from
the level of efficiency of the overall Sharia Bank in Indonesia in the period
2011 to 2015 still experienced inefficiency in the management of input and
output. The most dominant of inefficiency in sharia bank in Indonesia resulted
from the output variable is total financing and operating income.
Keywords: Efficiency, Sharia Bank, Data Envelopment Analysis (DEA)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah. Segala puji kepada Allah SWT karena
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang bejudul “ANALISIS TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2015 DENGAN
MENGGUNAKAN NON-PARAMETRIK DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)”, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
hingga zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan skripsi ini bertujuan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E), Program Studi
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih
terdapat kekurangan yang perlu untuk dilakukan penelitian lanjutan terkait
dengan tema yang sama.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis medapatkan banyak
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari beberapa pihak.
Pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk mengucapkan rasa terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah berkenan memberikan bantuan dan motivasi
dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A sebagai Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufrani, Lc., M.Si sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Dr. Abdurrauf, M.A sebagai ketua
Program Studi Hukum Ekonomi Islam dan Sekretaris Program Studi
Hukum Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE, MBA dan Ibu Fitri Damayanti,
M.Si sebagai ketua Program Studi Perbankan Syariah dan Sekretaris
Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. Noryamin Aini, M.A sebagai Dosen Pembimbing yang
selalu memberikan arahan, saran, ilmu, serta meluangkan waktunya
hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Bapak H. M. Fudhail Rahman, Lc, M.A sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa membeimbing penulis selama belajar di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, Dosen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis saat kuliah.
8. Seluruh Staf Karyawan TU, Staf Perpustakaan FSH, Perpustakaan
FEB dan Perpusatakaan Utama, atas pelayanan serta bantuannya dalam
pembuatan surat dan juga bantuannya dalam peminjaman buku.
9. Kepada kedua orangtua tercinta, Bapak Mugni (Alm) dan Ibu Mursiah
yang tak henti-hentinya selalu mendoakan dengan tulus, memberikan
nasihat dan motivasi baik materil maupun nonmateril. Tiada kata yang
dapat menggambarkan segala budi yang telah mereka lakukan demi
keberhasian penulis.
10. Kepada Kakak-Kakaku tecinta Nurhikmah, Musrifah, Ahmad Kamal
Mihroji, dan lainnya yang selalu memberikan motivasi penulis dan
memberikan teladan yang baik sebagai kakak. Semoga sukses untuk
kalian semua.
11. Untuk sahabat-sahabat Agasshi teman satu perjuangan selama kuliah
Deti, Ayu, Eva, Nia, Ais, Rahmi, Selly, Nada, Ifa, Mentari, Ifat,
Friska, Mulki yang selalu mau direpotkan dan selalu memberikan
dukungan serta semangat ketika penulis mulai putus asa.
ix
12. Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2012 khususnya kelas
Perbankan Syariah A yang telah mengisi hari-hari selama perkuliahan
di kampus.
13. Teman-teman KKN Aufklaurung serta Dosen pembimbing KKN
tercinta Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, M.M., yang telah membantu
dalam melkasanakan KKN di Desa Ciomas Kecamatan Tenjo
Kabupaten Bogor.
14. Teman-teman Aliansi Mata Panda, Uun dan Puspita telah membantu
penulis membuat laporan KKN kelompok yang selalu menemani
bergadang tiap malam..
15. Sahabat-sahabatku Silamelayu teman satu perjuangan selama di SMA
An-Najah hingga sekarang Ila, Syfa, Ayu, Meirani atas dukungan dan
doanya yang telah membantu penulis disaat-saat penulis sedang putus
asa.
16. Teman-teman seperjuangan mengajar Manda dan Nurul atas dukungan
dan semangatnya untuk penulis dan membantu bilang izin ketika
penulis tidak masuk sekolah.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada mereka
semua. Skripsi masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya
pengalamn dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
diharapkan segala bentuk saran serta kritik yang dapat membengun dari
berbagai pihak. Besar harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan semua pihak.
Jakarta, 20 Desember 2017
Penulis,
Siti Wasilah
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERYATAAN ........................................................................ ...iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ...................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 7
E. Sistematika Penulisan......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9
A. Kajian Teoritis .................................................................................... 9
1. Efisiensi ........................................................................................ 9
a. Konsep Efisiensi..................................................................... 9
b. Macam-macam Efisiensi ...................................................... 12
c. Pengukuran Efisiensi ............................................................ 14
d. Konsep Efisiensi Bank ......................................................... 19
e. Pengukuran Efisiensi Bank .................................................. 19
f. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran
Efisiensi Bank ...................................................................... 23
2. Data Envelopment Analysis (DEA) ........................................... 24
a. Constant Return to Scale (CRS) .......................................... 25
b. Variable Return to Scale (VRS) ........................................... 26
xi
3. Bank Syariah .............................................................................. 28
a. Pengertian Bank Syariah ...................................................... 28
b. Karakteristik Bank Syariah .................................................. 28
B. Review Studi Terdahulu ................................................................... 30
C. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 36
A. Objek Penelitian ............................................................................... 36
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38
E. Identifikasi Variabel Input dan Output ............................................ 38
F. Metode Analisis Data ....................................................................... 41
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 44
A. Perkembangan Jumlah Input-Output Bank ...................................... 45
B. Analisis Data Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015 ..... 49
C. Analisis Input dan Output yang menyebabkan Inefisiensi
pada Bank Umum Syariah tahun 2011-2015 ................................... 54
1. Analisis target input dan output Bank Muamalat Indonesia
yang belum efisien periode tahun 2011-2015 ............................ 55
2. Analisis target input dan output BNI Syariah yang belum
efisien periode tahun 2011-2015 ................................................ 57
3. Analisis target input dan output Bank Panin Syariah
yang belum efisien periode tahun 2011-2015 ............................ 59
4. Analisis target input dan output BRI Syariah yang belum
efisien periode tahun 2011-2015 ................................................ 61
5. Analisis target input dan output Bank Mega Syariah
yang belum efisien periode tahun 2011-2015 ............................ 63
6. Analisis target input dan output BJB Syariah
yang belum efisien periode tahun 2011-2015 ............................ 65
7. Analisis target input dan output Bank Syariah Bukopin
yang belum efisien periode tahun 2011-2015 ............................ 67
xii
8. Analisis target input dan output BCA Syariah yang belum
efisien periode tahun 2011-2015 ................................................ 69
9. Analisis target input dan output Bank Victoria Syariah
yang belum efisien periode tahun 2011-2015 ............................ 71
D. Analisis Interpretasi Hasil Data ....................................................... 73
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 80
A. Kesimpulan ...................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 83
LAMPIRAN ................................................................................................ 87
xiii
DAFTAR TABEL
Tebel 1.1 Pertumbuhan Bank Syariah Tahun 2011-2015 ......................... 2
Tabel 3.1 Kode dan Nama Bank ............................................................. 37
Tabel 3.2 Spesifikasi variabel Input dan Output dengan pendekatan
Intermsediasi ........................................................................... 39
Tabel 4.1 Kriteria dan Nilai Efisiensi...................................................... 50
Tabel 4.2 Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015 .................................................................... 50
Tabel 4.3 Analisis Inefisiensi Input dan Ouput Bank Muamalat
Indonesia Tahun 2011-2015 .................................................... 55
Tabel 4.4 Analisis Inefisiensi Input dan Output BNI Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 57
Tabel 4.5 Analisis Inefisiensi Input dan Output Bank Panin Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 59
Tabel 4.6 Analisis Inefisiensi Input dan Output BRI Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 61
Tabel 4.7 Analisis Inefisiensi Input dan Output Bank Mega Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 63
Tabel 4.8 Analisis Inefisiensi Input dan Output BJB Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 65
Tabel 4.9 Analisis Inefisiensi Input dan Output Bank Syariah
Bukopin Tahun 2011-2015 ..................................................... 67
Tabel 4.10 Analisis Inefiseinsi Input dan Output BCA Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 69
Tabel 4.11 Analisis Inefisiensi Bank Victoria Syariah
Tahun 2011-2015 .................................................................... 71
xiv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Grafik 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015 ...................................................................... 3
Grafik 1.2 Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015 ...................................................................... 3
Grafik 2.1 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input ................................. 16
Grafik 2.2 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Output .............................. 18
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................ 35
Grafik 4.1 Perkembangan Jumlah Variabel Input DPK
Tahun 2011-2015 .................................................................... 46
Grafik 4.2 Perkembangan Jumlah Variabel Input Beban Operasional
Tahun 2011-2015 .................................................................... 46
Grafik 4.3 Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset Tetap
Tahun 2011-2015 .................................................................... 47
Grafik 4.4 Perkembangan Jumlah Variabel Output Total Pembiayaan
Tahun 2011-2015 .................................................................... 48
Grafik 4.5 Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan
Operasional Tahun 2011-2015 ................................................ 48
Grafik 4.6 Tingkat Efisiensi Gabungan Bank Umum Syariah
di Indonesia Tahun 2011-2015................................................ 52
Grafik 4.7 Rata-Rata Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah
di Indonesia Tahun 2011-2015................................................ 53
Grafik 4.8 Variabel Penyebab Inefisiensi Bank Umum Syariah
Tahun 2011 sampai Tahun 2015 ............................................. 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan Syariah merupakan bagian dari industri perbankan nasional
yang memiliki peranan yang tidak berbeda dengan bank konvensional lainnya,
hanya sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional. Bank
syariah dituntut untuk dapat menyalurkan dana dari nasabah yang memiliki
kelebihan dana kepada nasabah yang membutuhkan dana secara efisien.
Efisien dapat diartikan sebagai kesesuaian hasil antara input yang digunakan
dan output yang dihasilkan.
Perbankan Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki
peranan penting untuk menghasilkan kinerja yang baik. Salah satu
indikatornya adalah efisiensi. Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan
cerminan dari kualitas kinerja yang baik. Kemampuan menghasilkan output
yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran kinerja yang
diharapkan.
Seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan semakin
kompetitifnya persaingan dalam industri perbankan, perbankan syariah
dituntut memiliki tingkat efisiensi dan daya saing yang tinggi. Efisiensi
merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
organisasi, dalam hal ini industri perbankan baik secara makro ataupun mikro.
Dari sisi makro terkait dengan fungsi bank syariah sebagai lembaga
intermediasi, perbankan yang efisien sangat diperlukan untuk menunjang
tercapainya stabilitas harga dan akan memberikan dampak positif pada sektor-
sektor lain. Sedangkan dari sisi mikro tingkat efisiensi menggambarkan
kemampuan bank mengelola input dan outputnya. Oleh karena itu,
pengukuran efisiensi menjadi hal yang sangat penting untuk mengevaluasi
seberapa efisien operasional dari perbankan syariah, sehingga perbankan
syariah dapat meningkatkan efisiensinya.
2
Bank Muamalat Indonesia yang merupakan bank syariah pertama di
Indonesia yang berdiri tahun 1992 kini bukanlah pemain tunggal dalam
persaingan merebut potensi keuangan syariah yang ada di Indonesia. Dalam
beberapa tahun terkhir jumlah perbankan syariah mengalami peningkatan.
Tebel 1.1
Pertumbuhan Bank Syariah Tahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
(BUS) 11 11 11 12 12
Unit Usaha Syariah
(UUS) 24 24 23 22 22
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2015, data diolah
Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat jumlah bank syariah di
Indonesia mengalami peningkatan. Pertumbuhan bank syariah terus meningkat
sampai dengan tahun 2015 sebanyak 12 Bank Umum Syariah.1
Dengan semakin bertambahnya bank syariah, maka tingkat persaingan
pun menjadi sangat tinggi. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan
bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia.
Persaingan yang semakin tajam ini harus didukung dengan manajemen yang
baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus
dipertahankan untuk bisa bertahan adalah dengan menjaga dan meningkatkan
kinerja bank.
Seiring berjalannya waktu, dengan berbagai regulasi dan kebijakan
pengembangan perbankan syariah, terjadi peningkatan di berbagai aspek pada
industri perbankan syariah di Indonesia. dari segi jumlah asset, Dana Pihak
Ketiga (DPK) dan pembiayaan mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun ke tahun yang menjadi indikator bahwa industri perbankan syariah terus
menggeliat dan masih mempunyai potensi yang sangat besar untuk terus
tumbuh dan memainkan peranan penting dalam industri perbankan di
Indonesia. Seperti terlihat pada grafik 1.1 :
1 http://www.ojk.go.id/2015/statistikperbankansyariah, diakses tanggal 5 Mei 2015
3
Grafik 1.1
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2015, data diolah
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat Pertumbuhan Asset, DPK, dan
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan
secara konsisten dan signifikan. Pada tahun 2015 pertumbuhan asset
perbankan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 9,9% dari tahun 2014.
Dari sisi DPK juga mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 11,7%.
Penyaluran pembiayaan perbankan syariah mengalami peningkatan sebesar
7,6% pada tahun 2015.2 Selain itu, melalui data-data rasio untuk mengukur
kinerja dapat dilihat bahwa perbankan syariah di Indonesia memiliki kinerja
yang fluktuatif. Seperti terlihat pada grafik 1.2 :
Grafik 1.2
Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2015, data diolah
2 http://www.ojk.go.id/2015/laporantriwulanIV, diakses tanggal 5 Mei 2015
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
2011 2012 2013 2014 2015
mili
ar r
up
iah
(meliputi BUS dan UUS)
Asset
DPK
Pembiayaan
0
20
40
60
80
100
120
2011 2012 2013 2014 2015
Dal
am P
erse
n
NPF
FDR
BOPO
4
Perkembangan kinerja perbankan syariah dapat dilihat melalui tiga
indikator rasio yaitu, tingkat NPF (Non Performing Financing), FDR
(Financing Deposit Ratio) dan BOPO (Biaya Operasional) Melalui rasio NPF
dapat dilihat bahwa perbankan syariah mempunyai kinerja yang cukup baik,
meskipun mengalami fluktuasi namun rasio NPF masih dibawah batas
ketentuan Bank Indonesia. Bank Indonesisa (2008) menjelaskan bahwa
perbankan yang memiliki tingkat NPF dibawah 5%, kinerjanya tergolong
relatif baik. Akan tetapi rasio NPF perbankan syariah mengalami kenaikan
yang cukup tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Sampai dengan tahun 2015
NPF perbankan syariah sebesar 4,73% meningkat dari tahun 2014 yang hanya
sebesar 4,40%.
Melalui rasio FDR dapat dilihat perbankan syariah cukup ekspansif
dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat. Nilai FDR yang
diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah pada kisaran 78% hingga 100%.
(Pramudhito, 2014). Hal tersebut dapat terlihat dengan rasio FDR yang sempat
mencapai 100,32% ditahun 2013.
Sedangkan melalui rasio BOPO mengalami fluktuatif. Pada tahun
2015 rasio BOPO yang tertinggi dicapai perbankan syariah sebesar 93,53%
meningkat dari tahun sebelumnya 2014 sebesar 81,69%. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia, BOPO ideal untuk perbankan nasional adalah 60%
sampai 80%. Dapat dilihat tingkat efisiensi industri perbankan syariah di
Indonesia masih belum efisien karena rasio BOPO rata-rata masih diatas 80%.
Perbankan syariah masih beroperasi tidak efisien dalam penggunaan biaya-
biaya operasionalnya. Berdasarkan data dan penjelasan tersebut maka sangat
diperlukan analisis efisiensi industri perbankan syariah di Indonesia, dan perlu
diketahui komponen apa yang menyebabkan ketidakefisienan industri
perbankan syariah.
Pengukuran efisiensi perbankan yang dilandasi konsep yang tetap
merupakan aspek penting untuk diperhatikan dan sangat dibutuhkan dalam
5
meneliti kinerja sebuah bank yang kedepannya dibutuhkan untuk mewujudkan
suatu kinerja keuangan yang sehat dan berkelanjutan (sustainable)3.
Penelitian untuk mengukur efisiensi bank di Indonesia telah
berkembang pesat. Salah satunya yang dilakukan oleh Muliaman D. Hadad,
Wimboh Santoso, Dhaniel Ilyas, dan Eugenia Mardanugraha4 dengan
menggunakan pendekatan non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk mengukur efisiensi perbankan. Hadad et.al, menyatakan bahwa
penelitian mengenai efisiensi perbankan dengan menggunakan pendekatan
DEA dapat memperoleh hasil yang akurat dibandingkan dengan menggunakan
rasio keuangan atau konsep CAMELS.
Salah satu alasan melakukan penelitian ini adalah untuk menilai
kinerja perbankan yang disebabkan meningkatnya persaingan industri
perbankan khususnya perbankan syariah di Indonesia. Selain itu melihat dari
studi kasus yang telah diteliti sebelumnya, ditemukan permasalahan bahwa
secara rata-rata tingkat efisiensi perbankan syariah tidak mencapai efisiensi
100% dan hanya sedikit periode yang mencapai tingkat efisiensi 100%.
Dengan demikkian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur
tingkat efisiensi perbankan syariah serta bagaimana tindakan yang harus
dilakukan agar perbankan syariah dapat mencapai tingkat efisiensi 100%.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka
penelitian ini akan mengambil judul “ Analisis Tingkat Efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2011-2015 dengan menggunakan Non-
Parametrik Data Envelopment Analysis (DEA)”.
3 Endri, “Efisiensi Teknis Syariah di Indonesia”, Finance and Banking Journal. Vol.
10, No. 2, 2008. 4 Muliaman D. Hadad, dkk, “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia:
Penggunaan Metode Non-Prametrik Data Envelopment Analysis (DEA)”, Working Paper
Series Bank Indonesia, 2003, h. 3.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini yaitu:
1. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah bank syariah di
Indonesia akan membuat persaingan antar bank syariah meningkat,
karena itu perlu adanya evaluasi kinerja untuk tetap dapat bertahan
dalam kompetisi.
2. Meningkatnya total asset, DPK dan pembiayaan perbankan syariah
akan tetapi diikuti juga dengan meningkatnya rasio NPF dan BOPO,
yang dikhawatirkan nantinya akan mempengaruhi tingkat efisiensi
Bank Umum Syariah.
3. Perhitungan efisiensi dengan menggunakan rasio keuangan memiliki
kelemahan yaitu sulit untuk menyamaratakan apakah rasio itu baik
atau buruk karena tidak terlalu memperhatikan faktor efisiensi.
4. Perhitungan dengan menggunakan metode frontier dianggap lebih baik
salah satunya dengan metode DEA karena dapat mengetahui penyebab
dari inefisiensi.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, maka peneliti
membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Menganalisis tingkat efisiensi dan penyebab inefisiensi Bank Umum
Syariah di Indoensia.
2. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan non-parametrik
Data Envelopment Analysis (DEA).
3. Jangka waktu penelitian dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Dengan membatasi pembahasan, peneliti merumuskan permasalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia tahun
2011 sampai 2015?
7
2. Apa saja faktor-faktor penyebab inefisiensi pada Bank Umum Syariah
di Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di
Indoneisa tahun 2011 sampai 2015.
2. Untuk menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan inefisiensi pada
Bank Umum Syariah di Indonesia.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teroritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
dan referensi bagi pihak akademisi dalam mengkaji tingkat efisiensi
Bank Umum Syariah dengan metode Data Envelopment Analysis
(DEA).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pihak Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak
praktisi khususnya bagian manajemen bank untuk menjaga tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah dan dapat memperbaiki faktor-faktor
yang menyebabkan inefisiensi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat sebagai sumber informasi mengenai efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia dan sebagai referensi bagi
masyarakat/nasabah yang hendak atau telah menyimpan dananya
di bank syariah agar menyimpan dananya pada bank syariah yang
efisien.
8
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika
penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
review studi terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan sistematika
penulisan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi gambaran umum tentang perbankan syariah serta
menjelaskan tentang konsep efisiensi dengan pengukuran Data
Envelopment Analysis (DEA).
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data input dan output pembahasan dan metode analisis yang
digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan menggunkan rumus
pengukuran Data Envelopment Analysis (DEA).
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang perhitungan data yang diperoleh dalam
penelitian sehingga akan diketahui hasilnya, dan penjelasan kenapa
hal itu bisa terjadi kemudian didapatkan kesimpulan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil-hasil perhitungan
analisis dan berisi saran yang sesuai dengan permasalahan yang
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Efisiensi
a. Konsep Efisiensi
Efisiensi merupakan konsep yang mendasar dan lahir dari konsep
ekonomi. Konsep mengenai efisiensi dapat didefinisikan dari berbagai
sudut pandang dan latar belakang yang berbeda. Pada umumnya,
efisiensi dapat diarahkan kepada sebuah konsep tentang pencapaian
suatu hasil dengan penggunaan sumber daya secara optimal.
Ditinjau dari teori ekonomi efisiensi ada dua pengertian, yaitu
efisiensi ekonomi dan efisiensi teknis.5 Efisiensi ekonomi adalah
efisiensi yang mempunyai sudut pandang makro yang memiliki
jangkauan lebih luas. Sedangkan efisiensi teknis adalah efisiensi yang
bersudut pandang mikro, pengukuran efisiensi teknis cenderung
terbatas pada hubungan teknis dan operasional proses konversi input
menjadi output. Oleh karena itu usaha untuk meningkatkan efisiensi
teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu
dengan pengendalian dan alokasi sumber daya optimal.
Adapun konsep efisiensi menurut para pakar yaitu, menurut
Dearden seperti dikutip oleh Agus Maulana efisiensi diartikan sebagai
kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya.6 Kemudian Mochtar Effendy menjelaskan lebih rinci
lagi bahwa yang dimaksud efisiensi adalah semua upaya manusia
dalam menyusun dan menggunakan organisasi, tenaga, material, uang,
waktu, dan fasilitas yang terbatas jumlahnya itu agar digunakan
5 Muhammad Ghafur W, Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini (Yogyakarta:
Biruni Press, 2007), h.120. 6 Agus maulana, Sistem Pengendalian Manajemen Edisi 6 jilid 1, (Jakarta: Banurupa
Akasara, 1997) h.46.
10
sehemat mungkin dengan biaya seminimal mungkin untuk
memperoleh hasil yang maksimal.7 Menurut Irham Fahmi efisiensi
didefinisikan sebagai pengukuran kinerja yang melihat dari segi
pengerjaan sesuai dengan jumlah biaya (cost) yang dikeluarkan,
bahkan akan lebih baik jika bisa melakukan penghematan secara lebih
intensif.8 Sedangkan Rahmat Hidayat mendefinisikan efisiensi sebagai
perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input).9
Mengacu beberapa konsep efisiensi dari beberapa pakar, dapat
disimpulkan bahwa efisiensi merupakan pengukuran kinerja yang
melihat kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk
memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang
minimal untuk menghasilkan suatu keluaran (output).
Efisiensi selalu dikaitkan dengan bagaimana cara perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, konsep efisiensi sering
kali dilihat dari sisi biaya. Perusahaan selalu berusaha menekan tingkat
biaya sampai pada level minimal untuk menghasilkan tingkat output
yang diinginkan. Dalam Islam konsep efisiensi mendapatkan perhatian
yang sangat penting. Perhatian Islam terhadap perilaku efisiensi
disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 27:10
هلزبهۦكفوراإ يط وكانٱلش طيه ي نٱلش ريهكاوواإخو ٱلمبذ )٧٢ (ن
Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
tuhannya.”
7 Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, Cet.
III, (Palembang:Unsri, 2009), h. 156. 8 Irham Fahmi, Manajemen (Teori, Kasus, dan solusi), (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
121. 9 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, (Bekasi: Gramata
Publishing, 2014), h. 65. 10
Mochtar Effendy, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
Cet.III, h. 156
11
Ayat di atas menganjurkan kepada manusia untuk tidak
berperilaku boros, dalam hal ini kegiatan ekonomi. Aplikasi ayat
tersebut pada perusahaan atau lembaga keuangan dan perbankan
syariah, dapat diukur dengan melihat tingkat efisiensinya dalam
menggunakan input yang ada untuk menghasilkan tingkat output
maksimum tanpa adanya penghamburan sumber daya (input) yang
dimiliki. Namun efisiensi dalam hal ini bukan berarti dengan menekan
biaya serendah mungkin untuk menghasilkan output maksimal,
sehingga melegalkan segala cara dan tindakan dalam pencapaian
tersebut. Tetapi perusahaan dikatakan efisien apabila menggunakan
input yang lebih sedikit dari jumlah input pada umumnya namun dapat
menghasilkan output yang lebih banyak atau dapat menghasilkan
minimal sama besarnya atau bila perusahaan menggunakan input yang
sama besarnya namun menghasilkan output yang lebih besar dari
biasanya.
Dengan demikian suatu perusahaan dapat dikatakan efisien
apabila: 11
a. Input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar
b. Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama
c. Input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih
besar pula
Sedangkan perusahaan dikatakan kurang efisien apabila
disebabkan dua hal:
a. Kegagalan menggunakan sumber daya secara efisien atau
terjadi ketidakefisiensian dalam penggunaan
b. Kegagalan perusahaan dalam mengkombinasikan sumber
daya tersebut secara optimal
11
Muhammad Ghafur W, Potret Perbankan Syariah di Indonesia Terkini: Kajian
Kritis Perkembangan Perbankan Syariah, h.120.
12
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang mendasari
seluruh kinerja suatu organisasi dalam menghasilkan output yang
maksimal dengan input yang ada sebagai ukuran kinerja yang
diharapkan. Tingkat efisiensi suatu perusahaan dapat berubah-ubah
disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efisiensi suatu perusahaan, ada empat faktor
yaitu:
a. Efisiensi karena arbitrase ekonomi
b. Efisiensi karena ketetapan penilaian dasar aset-asetnya
c. Efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu
mengantisipasi risiko yang akan muncul
d. Efisiensi karena berkaiatan erat dengan mekanisme
pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan
2. Macam-Macam Efisiensi
Menurut Farrell efisiensi dari perusahaan terdiri atas dua, yaitu
technical efficiency dan allocative efficiency.12
a. Technical efficiency (TE) yaitu mencerminkan kemampuan
dari perusahaan dalam menghasilkan sebuah output dari
sejumlah input yang tersedia. Technical efficiency mengukur
proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu
dengan menggunakan input seminimal mungkin.
b. Allocative Efficiency (AE) yaitu mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya
dengan struktur harga dan teknologi produksinya.
Selain kedua jenis efisiensi tersebut menurut Prasetyo seperti
dikutip oleh Aam et.al, terdapat kombinasi antara technical erfficiency
dan allocative efficiency yang disebut economic efficiency (efisiensi
12
M. J.Farrell, The Measurment of Productive Efficiency, Royal Statistical society
(1957), h. 253
13
ekonomi).13
Pada efisiensi ekonomi, untuk tingkat output tertentu suatu
perusahaan dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut
menggunakan biaya dimana biaya per unit output adalah yang paling
minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu suatu proses
produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses
lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output
tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.
Apabila dilihat dari sektor finansial termasuk industri perbankan
terdapat tiga pendekatan konsep dasar efisiensi yaitu Cost Efficiency,
Standard Profit Efficiency, dan Alternative Profit Efficiency.14
a. Cost Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat biaya suatu
bank dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi
terbaik (best practice bank`s cost) yang menghasilkan output
yang sama dengan teknologi yang sama.
b. Standard Profit Efficiency pada dasarnya mengukur tingkat
efisiensi suatu bank didasarkan pada kemampuan bank untuk
menghasilkan profit maksimal pada tingkat harga output
tertentu dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank yang
beroperasi terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model
ini seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar
persaingan sempurna dimana harga input dan output
ditentukan oleh pasar. Dengan kata lain tidak satu pun bank
yang dapat menentukan harga input maupun harga output
sehingga bank bertindak sebagai price taking agent.
c. Alternative Profit Efficiency seringkali dikaitkan dengan
suatu kondisi pasar persaingan tidak sempurna (imperfect
market competition), dimana bank diasumsikan memiliki
market power dalam menentukan harga output namun tidak
13
Aam Slamet Rusdian dan Tim Smart Consulting, Mengukur Tingkat Efisiensi
dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis, (Bogor: SMART Publishing, 2013), h. 15 14
Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, h. 67.
14
pada harga input. Karena perbedaan jenis pasar tersebut maka
perbedaan yang paling menonjol antara kedua model ini
(standard profit efficiency dan alternative profit efficiency)
adalah pada penentuan variabel eksogen didalam pencapaian
keuntungan maksimum yaitu tingkat output.
3. Pengukuran Efisiensi
Konsep pengukuran efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh
Farrell (1957) pada saat melakukan pengukuran efisiensi secara
empirik. Farell mengilustrasikan idenya dengan sebuah perusahaan
tertentu yang menggunakan dua buah input (x₁ dan x₂) untuk
memproduksi sebuah output tunggal (y) dengan sebuah asumsi
Constant Return to Scale (CRS).
Pengukuran efisiensi dapat dilihat dari dua pendekatan:
a. Pendekatan Teknis
Efisiensi dengan pendekatan teknis merupakan suatu
ukuran yang membandingkan antara keluaran (output) dan
masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari sejumlah
input yang digunakan. Efisiensi merupakan perbandingan
antara output dan input yang berhubungan dengan
tercapainya output maksimum dengan sejumlah input
tertentu, yang berarti jika rasio output-input semakin besar
maka efisiensi dikatakan semakin tinggi.
b. Pendekatan Biaya
Efisiensi dengan penedekatan biaya adalah mengukur
sejauh mana biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi
atau perusahaan untuk mendapatkan hasil (keluaran) tertentu
yang diharapkan, sehingga dapat dibuat perbandingan antara
kedua variabel tersebut. Efisiensi akan tercapai ketika
pendapatan marjinal = biaya marjinal. Perusahaan akan
mengalami kondisi yang tidak efisien ketika biaya marjinal
15
untuk menambah hasil produksi sudah lebih besar dari
pendapatan marjinalnya. Sehingga ketika memproduksi
dengan tambahan biaya yang semakin besar akan
memperkecil keuntungan (laba perusahaan).
Pengukuran efisiensi dapat dilihat melalui dua fokus, yaitu fokus
pada sisi input dan sisi output: 15
a. Pengukuran efisiensi berorientasi input (Input-Oriented
Measures)
Efisiensi dari segi input yaitu dengan input yang ada
atau yang ditetapkan, kemudian ditetapkan hasil minimum
yang harus dapat dicapai. Jika hasil yang dicapai di bawah
hasil minimum, cara kerjanya termasuk tidak efisien. Apabila
hasil yang dicapai persis sama dengan hasil minimum yang
ditetapkan, cara kerjanya termasuk normal. Tetapi jika hasil
yang dicapai lebih dari hasil minimum yang ditetapkan, cara
kerjanya termasuk efisien.
Pendekatan sisi input digunakan untuk menjawab
berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi dengan
proposional untuk memproduksi kuantitas output yang sama.
Pendekatan input ini dipakai jika pasar sudah mengalami
tingkat “jenuh” sehingga perusahaan perlu mengetahui
tingkat efisensi dari sumber daya yang ada saat ini.
Diasumsikan, jika sebuah perusahaan menggunakan dua jenis
input (X1 dan X2) untuk memperoduksi satu jenis output (Y1)
dengan asumsi Constant Return to Scale (CRS).
Konsep efisiensi dari pedekatan sisi input dapat dilihat
pada grafik di bawah ini:
15
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodelogi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta:
Gramata Publishing. 2013), h. 320.
16
Grafik 2.1.
Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input
x₂/q S
P
C Q
R
Q’ C’ S’ x₁/q 0 A’
Sumber: Coelli, et,al., (2005)
Unit Bisnis yang berada pada titik Q adalah perusahaan
yang paling efisien dalam kumpulan unit bisnis atau unit
bisnis yang paling efisien secara teknis. Sedangkan unit
bisnis yang berada pada titik P adalah unit bisnis yang
tergolong kurang efisien. Unit bisnis ini dapat menjadi unit
bisnis yang lebih efisien jika mengurangi kedua jenis
inputnya X1 danX2 untuk memproduksi 1 unit output
sehingga unit bisnis tersebut berada di titik Q. Jarak PQ
disebut sebagai potential improvment, yaitu berapa banyak
kuantitas input yang dapat dikurangi secara proporsional
untuk memproduksi kuantitas output yang sama. Ukuran
efisiensi teknis sebuah unit bisnis dalam kelompok unit bisnis
(TEi) secara umum diukur dengan rasio:
TEi = 0Q/0P =1-QP/0P
Sehingga 0 ≤ TEi ≤ = 1 menunjukkan bahwa unit bisnis
i adalah yang paling efisien secara teknis di antara kelompok
unit bisnisnya. Garis AA’ adalah garis isocost yang
menunjukkan rasio harga (price ratio) antara input 2 terhadap
17
input 1. Efisiensi alokatif (AE) unti bisnis i yang berada pada
titik P, ditunjukkan oleh rasio:
AEi = 0R/0P = 1-RQ/0Q
RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang
akan terjadi jika produksi dilakukan pada itik yang efisien
baik secara teknis maupun alokatif Q’.
Efisiensi Ekonomis (EEi) unit bisnis i adalah
merupakan produk atau hasil perkalian antara efisiensi teknis
(TEi) dengan efisiensi alokatif (AEi). Secara matematis dapat
dilihat pada persamaan berikut ini:
EEi = TEi x AEi = 0R/0P = 1- (QP/0P) x (RQ/0Q)
Dimana 0 ≤ TEi, AEi, EEi ≤ = 1
b. Pengukuran efisiensi berorientasi output (Output-Oriented
Measures)
Efisiensi ditinjau dari segi output yaitu hasil minimum
yang dikehendaki ditetapkan terlebih dahulu, kemudian input
maksimalnya juga ditetapkan. Ini merupakan batas normal
input. Jika input lebih sedikit dari pada yang ditetapkan, itu
termasuk efisien. Tetapi jika input lebih banyak, itu termasuk
tidak efisien. Pendekatan sisi output menjawab seberapa
banyak kuantitas output dapat ditingkatkan secara
proporsional dengan kuantitas input yang sama. Diasumsikan
misalnya perusahaan dengan 2 output (Y1 dan Y2) dan 1 jenis
input (X1) dengan asumsi CRS.
Konsep ukuran efisiensi dengan pendekatan sisi output
dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
18
Tabel 2.2.
Pengukuran Efisiensi Berorientasi Output
Y2/x
D E
C
Z B
B’
A C’
0 Z’ Y1/x
Sumber: Coelli, et,al., (2005)
TEi = 0A/0B = 1-AB/0B
Jika kita memiliki informasi tentang harga output, maka
efisiensi alokatif (AE1) dapat dihitung dengan:
AEi = 0B/0C = 1-BC/0C
Potential improvment pada titik C memiliki arti bahwa
perusahaan di titik B masih dapat meningkatkan
pendapatannya dengan berproduksi di titik B masih dapat
meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di titik
yang efisien secara teknis dan alokatif, yaitu di titik B’.
Secara umum efisiensi ekonomis adalah:
EEi = TEi x AEi = 0A/0C = 1- 0A/0B x 0B/0C
Ukuran efisiensi relatif, baik melalui pendekatan input
dan output sama-sama membutuhkan pendefinisian garis
pembatas (frontier) yang menunjukkan unit-unit bisnis yang
secara relatif paling efisien dari kelompok unit bisnisnya.
19
4. Konsep Efisiensi Bank
Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki
peranan penting dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Salah satu
indikatornya adalah efisiensi. Tingkat efisiensi yang dicapai
merupakan cerminan dari kualitas kinerja yang baik. Kemampuan
menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran
efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang
ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat
output tertentu.
Barger dan Mester (2006) memandang efisiensi perbankan dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi biaya (cost efficiency) dan dari sisi
keuntungan (profit efficiency). Dilihat dari sisi biaya, sebuah bank
dinilai dengan membandingkan antara bank yang memiliki biaya
beroperasi terbaik (best practice bank’s cost) yang menghasilkan
output yang sama dan teknologi yang sama. Sementara dari sisi
keuntungan (profit efficiency) mengukur tingkat efisiensi dari
kemampuan bank dalam menghasilkan laba/keuntungan pada unit
input yang digunakan.
Oleh karena itu efisiensi dalam dunia perbankan mencakup
penilaian efisiensi usaha dan efisiensi biaya. Efisiensi usaha yaitu
menilai bagaimana aktivitas yang dilaksanakan oleh sebuah bank
mampu menghasilkan target yang ingin dicapai. Sedangkan efisiensi
biaya menilai seberapa besar pengeluaran biaya yang digunakan oleh
sebuah bank untuk melaksanakan aktivitas usahanya.
5. Pengukuran Efisiensi Bank
Ada tiga jenis pendekatan untuk mengukur tingkat efisiensi
khususnya perbankan, yaitu:
20
a. Pendekatan rasio
Pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan
dengan cara menghitung perbandingan output dengan input
yang digunakan. Pendekatan rasio akan dinilai memiliki
efisiensi yang tinggi apabila dapat memproduksi jumlah
output maksimal dengan jumlah input yang seminimal
mungkin.
Efisiensi=
Akan tetapi, formula di atas tidaklah memadai
mengingat fakta yang ada banyak sekali input dan output
yang berhubungan dengan sumber daya, aktivitas dan faktor
lingkungan yang berbeda.16
Sehingga pendekatan ini
memiliki kelemahan apabila terdapat banyak input dan
banyak output yang dihitung, akan menimbulkan banyak
hasil perhitungan sehingga menghasilkan asumsi yang tidak
tegas.
b. Pendekatan regresi
Pendekatan ini dalam mengukur efisiensi menggunakan
sebuah model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari
berbagai tingkat input tertentu. Fungsinya dapat disajikan
sebagai berikut:
Y= f (X1, X2, X3, X4, ...........Xn)
Dimana: Y = output
X = input
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi
hubungan yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat
output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi
(UKE) pada input tertentu. UKE tersebut akan dinilai efisien
16
Hendri Tanjung & Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, h. 321.
21
bila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak
dibandingkan jumlah output hasil estimasi. Pendekatan ini
juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output, karena
hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam
sebuah persamaan regresi.
c. Pendekatan frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu pendekatan frontier
parametrik dan non parametrik.17
1) Pendekatan parametrik
Pendekatan parametrik adalah suatu tes yang
modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu
tentang perameter populasi yang merupakan sumber
penelitiannya. Pendekatan frontier parametrik dapat
diukur dengan menggunkaan metode Stochastic
Frontier Approach (SFA) dan Distribution Free
Approach (DFA). Pendekatan parametrik memiliki
beberapa kelebihan:
a) Uji hipotesis secara statistik bisa dilakukan
b) Dilibatkannya disturbance term yang bisa
mewakili kesalahan yang terjadi dalam
pengukuran
Namun pendekatan parametrik juga memiliki
kelemahan-kelemahan diantaranya:
a) Sampel yang digunakan harus banyak
b) Tidak bisa diketahui faktor penyebab dari
ketidakefisienan dari suatu unit
c) Antara variabel input dan output harus
terdapat hubungan fungsional
17
Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik, h. 69.
22
2) Pendekatan non parametrik
Pendekatan non parametrik adalah tes yang
modelnya tidak menetapkan syarat-syarat mengenai
parameter populasi yang merupakan induk sampel
penelitiannya. Pendekatan frontier non parametrik
diukur dengan menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA).
DEA merupakan suatu metode yang
bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu
UPK dengan menggunakan sejumlah input untuk
memperoleh output yang ditargetkan. Selain itu,
DEA juga dapat digunakan untuk menilai kinerja
relatif UKE dengan mengidentifikasi unit kerja
terbaik dari UKE di pasar kompetitif, serta
mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan
kinerja apabila UKE tersebut bukan termasuk
golongan UKE dengan kinerja terbaik. DEA
memiliki beberapa kelebihan seperti:
a) Setiap UKE dibandingkan secara langsung
satu sama lainnya
b) Input dan output yang digunakan bisa
memiliki satuan unit yang berbeda
c) Bisa mengukur efisiensi dengan
menggunakan banyak input dan banyak
output
d) Tidak membutuhkan asumsi hubungan
fungsional antara variabel input dan output
Namun, DEA juga memiliki keterbatasan-
keterbatasan dalam pengaplikasiannya seperti:
23
a) Satu outlier bisa secara signifikan
mempengaruhi perhitungan efisiensi dari
setiap perusahaan
b) Uji hipotesis secara statistik tidak bisa
dilakukan
c) Merupakan extreme point thecnique,
kesalahan pengukuran bisa bersifat fatal
6. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank
Dalam penentuan input dan output untuk mengukur efsiensi,
menurut Hadad seperti dikutip oleh Ascarya dkk,18
terdapat tiga
pendekatan untuk mengetahui hubungan antara variabel input-
outpunya, diantaranya yaitu:
a. Pendekatan produksi,
Pendekatan produksi melihat aktivitas bank sebagai
sebuah produksi jasa bagi para depositor dan peminjam kredit
untuk mencapai tujuannya yaitu memproduksi output-output
yang diinginkan. Pada pendekatan produksi ini bank
ditempatkan sebagai unit kegiatan ekonomi yang
menghasilkan output berupa simpanan beserta kredit
pinjaman, sedangkan inputnya berupa jumlah tenaga kerja,
pengeluaran modal pada aktiva tetap, dan material lainnya.
Pendektan produksi sesuai dengan fungsi bank sebagai agent
of services. Pendekatan ini lebih efektif untuk mengevaluasi
kinerja suatu cabang dalam suatu bank.
b. Pendekatan intermediasi
Pendekatan intermediasi ini menempatkan bank sebagai
unit kegiatan ekonomi yang bertindak sebagai perantara yaitu
18
Ascarya, Diana Yumanita, Guruh S. R. Analisis Efisiensi Perbankan Konvensional
dan Perbankan Syariah di Indonesia Data Envelopment Analysis, (Jakarta: Kencana Prenada
Medua Grup, 2008), h. 113.
24
mentransfer aset-aset keuangan dari unit-unit yang kelebihan
dana kepada unit-unit yang kekurangan dana. Pendekatan ini
menjadikan total pinjaman kredit, sekuritas, dan investasi
finansial sebagai output, sedangkan inputnya adalah biaya
bunga pada deposito, tenaga kerja, dan modal.
c. Pendekatan aset
Pendekatan aset merupakan pengembangan dari
pendekatan intermediasi dimana bank mencerminkan fungsi
utama sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit
pinjaman, sehingga output dari pendekatan ini adalah
kemampuan bank dalam menghimpun dana dalam bentuk
kredit, surat-surat berharga, aktiva lancar, dan alternatif aset
lainnya. Input dalam pendekatan ini berupa bentuk aset yang
dimiliki bank.
2. Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah teknik pemrograman linier yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi suatu organisasi dengan menggunakan
sejumlah input dan output sebagai evaluasi dan sebagai tolak ukur dalam
membuat keputusan. DEA dikembangkan pertama kali oleh Farell pada
tahun 1957 yang mengukur efisiensi teknik satu input dan satu output
menjadi multi input dan multi output, menggunakan angka nilai efisiensi
relatif sebagai rasio input (single virtual input) dengan output (single
virtual output).
Keuntungan menggunakan DEA adalah mampu mengidentifikasi
unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu menentukan
penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan
keutungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA dapat menggunakan
banyak input dan output serta tidak membutuhkan asumsi bentuk fungsi
variabel input dan output tersebut. DEA juga tidak memerlukan spesifikasi
yang lengkap dari bentuk fungsi yang menunjukkan hubungan produksi
25
dan distibusi dari observasi. Karena itu keuntungan utama dari DEA
adalah tidak membutuhkan asumsi awal mengenai bentuk fungsi produksi.
Sebaliknya DEA membentuk fungsi produksi yang paling baik semata-
mata berdasarkan data observasi.19
Sedangkan kekurangan dari DEA adalah frontier sangat sensitif
terhadap observasi-observasi ekstrim dan perhitungan-perhitungan error,
sehingga deviasi-deviasi dari frontier diindikasikan sebagai inefisiensi.
Karena DEA merupakan pengukuran dengan metode non-parametrik,
maka uji hipotesis secara statistik hasil DEA sulit dilakukan sehingga idak
dapat diambil kesimpulan secara statistik. DEA hanya mengukur efisiensi
relatif antar UKE dalam suatu penelitian bukan efisiensi absolut.
Ada dua model dalam pengukuran efisiensi suatu perusahaan yang
dalam literatur DEA disebut Unit Pembuat Keputusan. Model pengukuran
efisiensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Constant Return to Scale (CRS)
Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper
dan Rhodes (model CCR) pada tahun 1978.20
Model DEA
dengan rancangan CRS mengansumsikan bahwa rasio
penambahan input dan output adalah sama (Constant Return To
Scale) artinya jika ada tambahan input sebesar x maka output
akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan
dalam model ini adalah setiap Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
beroperasi pada skala yang optimal. Namum dalam kenyataannya
meskipun UKE tersebut beroperasi dengan sumber daya (input)
yang sama dan menghasilkan output yang sama pula tetapi
dengan kondisi internal dan eksternalnya mungkin berbeda
sehingga dapat menyebabkan sebuah UKE tidak berada dalam
19
I. Jemric dan Vujcic B, Efficiency of Banks in Croatia: A DEA Approach,
Comparative Economic Studies, 2002, h. 169. 20
Timothy J. Coelli et al, An Introduduction to Efficiency and Productivity Analysis,
h. .58.
26
skala optimal. Asumsi dalam model CRS hanya sesuai digunakan
ketika semua UKE beroperasi dalam skala optimal.21
Apabila
faktor-faktor seperti persaingan yang tidak sempurna dan
hambatan-hambatan keuangan yang menyebabkan UKE tidak
dapat beroperasi dalam skala yang optimal, maka model CRS
akan menghasilkan technical efficiency yang tidak sesuai karena
scale efficiency yang tidak sesuai. Rumus dari Constant Return to
Scale (CRS), yaitu
∑
∑
∑ - ∑
j=1,...,n
μk ≥ Ɛ, ʋi ≥ Ɛ k=1,...,p
i=1,...,m
Dimana maksimasi di atas merupakan efisiensi teknis
(CCR), xij adalah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke –j dan
ykj adalah jumlah output tipe ke-k dari UPK ke-j. Nilai efisiensi
selalu kurang dari 1 atau sama dengan 1. UPK yang efisiensinya
yang kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilai
efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien.
2. Variabel Return to Scale (VRS)
Variabel ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan
Cooper (BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan
dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak
atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi model
ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak
sama. Artinya penambahan input sebesar x kali tidak akan
21
B. Casu dan Molyneux P, A Comparative Study of Efficinecy in European
Banking, Applied Economics, (2003), h. 1865.
27
meyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil
atau lebih besar dari x kali. Pendekatan ini relatif tepat digunakan
dalam menganalisis efisiensi kinerja pada perusahaan jasa
termasuk bank. Variable return to scale merupakan asumsi yang
lebih tepat digunakan untuk sampel yang besar.22
Model VRS ini
menggambarkan secara technical efficiency secara keseluruhan
yang terdiri dari dua komponen: pure technical efficiency dan
scale efficiency. pure technical efficiency menggambarkan
kemampuan manajer perusahaan atau UKE untuk memanfaatkan
sumber daya yang dimilikinya. Sedangkan scale efficiency
menggambarkan suatu perusahaan atau UKE dapat beroperasi
pada skala produksi yang tepat.
Rumus VRS dapat dituliskan dengan persamaan
matematika sebagai berikut:
∑
∑
∑ - ∑
j=1,...,n
μk ≥ Ɛ, ʋi ≥ Ɛ k=1,...,p
i=1,...,m
Maksimalisasi di atas merupakan efisiensi teknis (BCC), xij
adalah banyakanya input tipe ke-i dari UKE ke-j dan ykj adalah
jumlah output tipe ke-r dari UKE ke-j. Nilai efisiensi selalu
kurang dari atau sama dengan 1. UKE yang nilai efisiensinya
kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UKE yang nilai
efisiensinya sama dengan 1 berarti UKE tersebut efisien.
22
N. Avkiran K, the Evidence on Efficiency Gains: The Role of Margers and The
Benefits to Public, Journal of Banking & Finance, (1999),h. 991.
28
3. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Secara umum, pengertian bank syariah adalah bank yang
pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Menurut
Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang
dimaksud dengan bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Sedangkan Menurut Syafi’i Antonio bank Islam atau disebut
juga dengan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga.23
Menurut Muhammad, memberikan dua
definisi terhadap bank syariah, yaitu bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariat Islam dan bank yang tata cara
beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan
Hadits. 24
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa bank syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagai
penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada
masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya
berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip syariah sebagaimana
yang diatur dalam al-Quran dan Hadits.
2. Karakteristik Bank Syariah
Kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip
ekonomi Islam dengan karakteristik, yakni:
a) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya
b) Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of
money)
23
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2011), h. 35. 24
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UUP AMP
YKPN, 2005), h. 13.
29
c) Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas
d) Tidak diperkenalkan melakukan kegaitan yang bersifat
spekulatif
e) Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu
barang
f) Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak
menerapkakan sistem bunga seperti bank konvesional tetapi
menerapkan sistem bagi hasil. Hal ini sesuai dengan fatwa MUI
tanggal 16 Desember 2003 yang menggolongkan bunga bank termasuk
riba menurut Al-Qur’an riba adalah haram.
Bank syariah dalam menjalankan kegiatannya mempunyai dua
peran utama yaitu sebagai badan usaha (tamwil) dan badan sosial
(maal). Sebagai badan usaha, bank syariah mempunyai beberapa
fungsi yaitu sebagai manajer investasi, investor dan jasa pelayanan.
Bank syariah sebagai manajer investasi melakukan
penghimpunan dana dari para investor/nasabah dengan prinsip wadiah
yad dhamanah (titipan), mudharabah (bagi hasil) atau ijarah (sewa).
Sedangkan bank syariah sebagai investor yaitu melakukan penyaluran
dana melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli dan
sewa.
Sebagai penyedia jasa, bank syariah menyediakan jasa keuangan,
jasa nonkeuangan dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan antar
lain dilakukan dengan prinsip wakalah (pemberian mandat), kafalah
(bank garansi), hiwalah (pengalihan hutang), rahn (jaminan
utang/gadai), qardh (pinjaman kebajikan untuk dana talangan), sharf
(jual beli valuta asing) dan lain-lain.
Sedangkan pelayanan jasa non keuangan dalam bentuk wadiah
yad amanah (safe deposit box) dan pelayanan jasa keagenan dengan
30
prinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu sebagai badan sosial,
bank yariah mempunyai fungsi sebagai peneglola dana sosial untuk
penghimpunan dan penyaluran zakat, infak, dan Shadaqah (ZIS), serta
penyaluran qardhul hasan (pinjaman kebajikan).
B. Review Studi Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi dengan menggunakan metode frontier telah
banyak dilakukan salah satunya dengan menggunakan statistik non-parametrik
yaitu DEA (Data Envelopment Analysis). Seperti penelitian yang dilakukan
oleh M. Mahbubi Ali dan Ascarya (2010) dalam jurnal yang berjudul Finance
& Business Review. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dengan mengambil Studi kasus BMT MMU
dan BMT UGT sidogiri pasuruan tingkat cabang dengan total sampel 50
cabang. Metode analisis yang digunakan adalah Two Satge DEA. Variabel
penelitian yang digunakan yaitu, input: beban bagi hasil (I1), biaya personalia
(I2), beban umum dan administrasi (I3) output: DPK (O1), jumlah pembiayaan
yang disalurkan (O2), pendapatan laba usaha (O3), dan pendapatan operasional
(Y4). Hasil perhitungan DEA menunjukkan efisiensi overall technical BMT
MMU (0,84) dan BMT UGT (0,88) pada tahun 2008 masih kurang optimal.
Penyebab utama inefisiensi BMT MMU adalah penyaluran pembiayaan,
sementara sumber utama inefisiensi BMT UGT adalah penghimpunan dana
pihak ketiga yang kurang maksimal. Hasil pengolahan Tobit menunjukkan
bahwa kekuatan modal dan ukuran BMT memiliki pengaruh positif secara
signifikan terhadap efisiensi overall technical pada dua BMT. Sementara dari
sisi eksternal, PDRB perkapita memiliki pengaruh negatif secara signifikan.
Adapun pertumbuhan pengangguran, tingkat pendidikan, dan komitmen
keberagamaan tidak berpengaruh secara signifikan. Perbedaan penelitian ini
dengan penulis yaitu variabel input dan outputnya, metode alanisis yang
digunakan penulis hanya menggunakan metode DEA, dan objek yang diteliti
penulis BUS.
31
Selanjutnya, penelitian dengan metode DEA tetapi pada objek yang
berbeda dilakukan oleh Hendi Srptianto dan Tatik Widiharih (2010) dalam
jurnal yang berjudul Analisis Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat di Kota
Semarang dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
kota Semarang. Metode analisis yang digunakan adalah DEA. Variabel input
yang digunakan: modal (I1), Biaya Bunga (I2), Biaya Operasional Bank
lainnya (I3) Output: Pendapatan Kredit pinajaman (O1), pendapatan
Operasional lainnya (O2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada 6 BPR
yang berada pada tingkat efisiensi sedangkan 10 BPR yang lain mengalami
Inefisiensi. Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu objek penelitian dan
variabel input dan output yang digunakan.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ismail, Rissazana, dan M. Shabri
(2012) dalam jurnal yang bejudul Determinant Of Efficiency in Malaysian
Banking Sector. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi biaya
pada Bank umum syariah dan Bank umum Konvensional selama periode
2006-2009 di Malaysia. Metode analisis yang digunakan yaitu DEA dan
model Tobit. Variabel input: tenaga kerja (I1), modal (I2), dan total simpanan
(I3) variabel output: total kredit (O1), asset lain (O2), dan item off balance
sheet (O3). Hasil penelitian analisis DEA menunjukkan bahwa efisiensi teknis
sebagai sumber utama efisiensi biaya bagi bank umum konvensional dan
efisiensi alokatif sebagai sumber utama dari efisiensi biaya bagi bank umum
syariah. Sedangkan efisiensi skala menjadi sumber utama untuk bank umum
syariah dan bank umum konvensional. Hasil analisis tobit menunjukan bahwa
kekuatan modal dan ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang positif
dan signifikan terhadap efisiensi. Sedangkan kualitas kredit berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap efisiensi. Perbedaan penelitian ini dengan
penulis yaitu variabel input dan output yang digunakan.
Muhammad Faza dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen (2013) juga
melakukan penelitian efisiensi dengan metode DEA dengan penelitian yang
32
berjudul Efisiensi Bank Umum Syariah menggunakan Pendekatan Two-Stage
Data Envelopment Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi
bank syariah di Indonesia, dan untuk menganalisis faktor apa saja yang
mempengaruhi tingkat efisiensi. Metode penelitian yang digunakan yaitu DEA
dan model tobit. Variabel input yang digunakan yaitu, Dana Pihak Ketiga
(DPK) (I1), total asset (I2), dan biaya tenaga kerja (i3) dan untuk variabel
output yaitu pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2). Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi bank syariah di Indonesia
selama periode 2010-2012 belum mencapai tingkat optimal efisiensi. Selain
itu modifikasi CAELS untuk tingkat kinerja bank dengan mengintegrasikan
hasil DEA menunjukkan bahwa modifikasi CAELS bisa lebih akurat dalam
menggambarkan tingkat kinerja bank, khususnya untuk Bank Syariah di
Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu metode penelitian,
penulis hanya menggunakan model DEA, dan variabel salah satu variabel
inputnya berbeda.
Penelitian efisiensi dengan menggunkan DEA juga dilakukan oleh
Arief Setiawan (2013) dalam jurnal yang berjudul Analisis Perbandingan
Efisisensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) periode 2008-2012. Penelitian ini bertujuan
untuk mengukur efisiensi dan menganalisis perbandingan efisiensi antar bank
konvensional dengan bank syariah selama periode 2008-2012. Metode yang
digunakan yaitu DEA dengan pendekatan intermediasi. Variabel input:
simpanan (I1), asset (I2), dan biaya tenaga kerja (I3). variabel output:
pembiayaan (O1) dan pendapatan (O2). Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi bank
konvensional dan bank syariah selama periode 2008-2012 dengan melihat
nilai t hitung (-1,548) < t tabel (1,99) dan nilai p = 0,125. Perbedaan
penelitian ini dengan penulis yaitu variabel input dan output yang digunakan.
Penelitian tentang efisiensi dengan metode DEA juga dilakukan oleh
Ika Yulita (2015) dengan penelitian yang berjudul Perbandingan Tingkat
33
Efisiensi Perbankan Syariah Antara Malaysia Dan Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah di Malaysia
dan Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode DEA. Variabel input yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, DPK (I1), beban personalia (I2), aset
tetap (I3), dan variabel output yaitu, total pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2). Hasil dari penelitian ini bahwa perbankan syariah di
Indonesia lebih efisien dibandingkan perbankan syariah di Malaysia, namun
tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keduanya. Penyebab inefisiensi
tersebut adalah DPK, total pembiayaan, aset tetap, dan biaya personalia.
Namun pendapatan operasioanl merupakan variabel yang paling efisien bagi
kedua negara tersebut. Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu objek
yang diteliti penulis hanya meneliti Bank Umum Syariah yang ada di
Indonesia.
Ardias Rifki Khaerun Cahya (2015) juga melakukan penelitian tentang
efisiensi dengan judul Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia
Menggunakan Data Envelopment Analysis. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode
DEA untuk menghitung efisiensi. Variabel input yang digunakan meliputi
simpanan (I1), aset (I2), biaya tenaga kerja (I3), serta variabel output meliputi
pembiayaan (O1) dan pendapatan operasional (O2). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa dari 11 Bank Umum Syariah (BUS) di Indoensia pada
tahun 2011-2012 terdapat 4 BUS yang belum efisien yaitu BRI Syariah, BCA
Syariah, Bank Panin Syariah , dan Bank Victoria Syariah. Sementara 7 BUS
lainnya telah mencapai tingkat efisiensi. Dapat dikatakan mayoritas Bank
Umum Syariah di Indonesia mengalami efisiensi dari tahun 2010-2012.
Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu periode penelitian.
Penelitian efisiensi dengan menggunakan DEA juga dilakukan oleh
Meruni Sani Putri dan Ade Sofyan Mulazid (2016) dengan judul penelitian
Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan
34
Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Periode 2013-2105.
Tujuan dari peneitian ini adalah untuk mengukur efisiensi Bank Umum
Syariah di Indonesia selama periode 2013-2015. Metode pengukuran efisiensi
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input yang
digunkan meliputi aset (I1), total simpanan (I2), biaya operasional (I3), serta
variabel output meliputi pendapatan operasional (O1) dan pembiayaan (O2).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 11 Bank UmumSyariah di Indonesia
selama periode 2013-2015 secara keseluruhan menunjukan tingkat efisiensi
yang relatif stabil namun belum mencapai tingkat efisiensi 100%. Sedangkan
secara individu Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah
Bukopin, dan Maybank Syariah telah mencapai tingkat efisien 100% selama
tiga tahun berturut-turut selama periode penelitian. Perbedaan penelitian ini
dengan penulis yaitu periode penelitian yang dilakukan.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dalam Penelitian ini akan dianalisis tingkat efisiensi dari bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2011 sampai tahun 2015 dan
menganalisis komponen penyebab ketidakefisiensian yang terjadi pada BUS
di Indoneisa. Berdasarkan kelemahan metode rasio dan regresi yang tidak
dapat menggunakan banyak input dan output penelitian, dalam penelitian ini
penulis menggunakan pendekatan frontier non-parametrik dengan metode
Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur efisiensi. Dengan
pertimbangan bahwa dalam penelitian ini metode DEA lebih sesuai, karena
penelitian ini tidak memerlukan syarat-syarat tertentu mengenai parameter
populasi. Selain itu, metode DEA dapat menangani pengukuran efisiensi
secara relatif beberapa Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) sejenis dengan
menggunakan banyak input dan output.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan intermediasi.
Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan fungsi vital bank
sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari surplus unit dan
35
menyalurkannya kepada deficit unit. Pertimbangan lainnya adalah
karakteristik bank dan sifat dasar bank yang melakukan transformasi aset yang
berkualitas dari simpanan yang dihimpun menjadi kredit atau pembiayaan
yang disalurkan ke masyarakat.
Analisis ini kemudian akan menghasilkan perumusan frontier
interaksi antar input dalam mempengaruhi jumlah output yang dihasilkan.
Hubungan input dan output tersebutlah yang kemudian akan menentukan nilai
efisiensi, sehingga dapat dilihat tingkat efisiensi pada Bank Umum Syariah.
Alur berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar analisis berikut:
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Pendekatan frontier non
parametrik dengan menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA)
Pendekatan
Intermediasi
Variabel Input
DPK
(I₁)
Biaya
Operasional
(I₂)
Aset
Tetap
(I3)
Variabel Output
Total
Pembiayaan
(O1)
Pendapatan
Operasional
(O2)
Score Efisiensi DEA
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada analisis tingkat efisiensi perbankan
syariah yang dilihat dari laporan keuangan bank yang diteliti. Dalam
penelitian ini meliputi sebelas Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2011-2015 dengan menggunakan data laporan keuangan tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.
B. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunkaan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak
awal hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan penelitian,
subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data, maupun
metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data).25
Fokus
penelitian kantitatif didefinisikan sebagai proses kerja yang berlangsung
secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian
yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data panel atau runtun waktu. Data
panel adalah jenis data yang merupakan gabungan antara runtut waktu silang
dengan data seksi silang (time series-cross section). Oleh karena itu data panel
memiliki gabungan karakteristik kedua jenis data tadi, yaitu terdiri atas
beberapa objek dan meliputi beberapa periode waktu.26
Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder yang diperoleh
dari laporan keuangan yang dipublikasikan di website Otoritas Jasa Keuangan
25
Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofis
dan Praktis, (Jakarta: PT. Indeks cet. I, 2099), h. 3. 26
Wing Wahyu Winarso, Analisis Ekonometrika dan statistika dengan Eviews,
(Jogyakarta: Unit penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2009), h.
2-5.
37
(OJK) dan website masing-masing bank syariah yang menjadi sampel dalam
penelitian ini pada periode 2011 sampai dengan periode 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang
terdaftar di BI dan OJK. Sampai dengan 2015 terdapat 12 Bank Umum
Syariah di Indonesia. Namun hanya 11 Bank Umum Syariah yang digunakan
dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling,27
yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan
masalah penelitian). Pertimbangan dalam penentuan sampel dalam penelitian
ini, yiatu:
1. Hanya golongan Bank Umum Syariah yang sudah atau masih
beroperasi di Indonesia periode 2011-2015
2. Memiliki data keuangan publikasi selama periode tahun 2011
sampai tahun 2015
3. Tidak memiliki nilai atau bobot negatiif pada variabel input
maupun outputnya di dalam laporan keuangan (syarat analisis
efisiensi dengan metode DEA)
Adapun sampel bank-bank yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Kode dan Nama Bank
No Kode Nama Bank
1. BSM Bank Syariah Mandiri
2. BRIS Bank Rakyat Indonesia Syariah
3. BNIS Bank Negara Indonesia Syariah
4. BMI Bank Muamalat Indonesia
27
Ety Rochaety, dkk, Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta:
Mitra Wancana Media, 2007), h. 66.
38
5. BMS Bank Mega Syariah
6. BJBS Bank Jabar Banten Syariah
7. BPS Bank Panin Syariah
8. MSI Maybank Syariah Indonesia
9. BCAS Bank Central Asia Syariah
10. BVS Bank Victoria Syariah
11. BSB Bank Syariah Bukopin
Sumber: BI dan OJK, 2015
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan studi pustaka, yaitu pengumpulan data melalui pengkajian buku-buku
literatur, jurnal-jurnal ilmiah serta bahan tertulis lainnya yang berhubungan
dengan penelitian mengenai efisiensi Bank Umum Syariah. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari neraca berupa DPK,
pembiayaan, aset tetap dan laporan laba/rugi berupa beban operasional dan
pendapatan operasional. Data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan
yang dipublikasikan pada website sebelas Bank Umum Syariah dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
E. Identifikasi Varibel Input dan Output
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengukur efisiensi bank
dengan menggunkan Data Envelopment Analysis (DEA), maka penelitian ini
menggunakan variebel input dan output dalam perhitungan DEA untuk
mengetahui pengaruh efisiensi bank.
Konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input
dan output dalam tingkah laku dan institusi keuangan pada metode parametrik
dan non-parametrik adalah:28
28
Ascarya, Diana Yumanita, Guruh S. R. Analisis Efisiensi Perbankan Konvensional
dan Perbankan Syariah di Indonesia Data Envelopment Analysis, (Jakarta: Kencana Prenada
Medua Grup, 2008), h. 113.
39
1. Pendekatan produksi (The Production Approach)
2. Pendekatan intermediasi (The Intermediation Approach)
3. Pendekatan asset (The Asset Approach)
Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi, karena melihat
bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Intermediatory
yaitu merubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus
menjadi unit-unit difisit.
Penggunaan pendekatan intermediasi dalam penelitian ini sejalan
dengan pendapat Ascarya dan Guruh (2008) yang menyatakan bahwa untuk
menggambarkan fungsi perbankan syariah yang sesungguhnya, pendekatan
intermediasi dipandang lebih tepat.
Sejalan juga dengan pendapat Karunia (2004) yang mengungkapkan
bahwa pendekatan intermediasi digunakan karena mempertimbangkan fungsi
vital bank sebagai financial intermediation yang menghimpun dana dari
surplus unit dan menyalurkannya kepada defisit unit. Pertimbangan lainnya
adalah karakteristik dan sifat dasar bank yang melakukan transformasi aset
yang berkualitas dari simpanan yang dihimpun, meskipun tidak ada
kesepakatan umum dalam pendekatan yang digunakan serta dalam
menentukan input dan output. Dan berikut adalah tabel 3.2 yang
menunjukkan variabel input-output dalam penelitian ini:
Tabel 3.2
Spesifikasi variabel Input dan Output dengan pendekatan Intermsediasi
INPUT SUMBER
DPK Neraca
Beban Operasional Lap.Laba/Rugi
Aset Tetap Neraca
OUTPUT
Total Pembiayaan Neraca
Pendapatan Operasional Lap.Laba/Rugi
40
Adapun definisi operasional variabel-variabel penelitian ini sebagai
berikut:
1. Variabel Input
Variabel input merupakan salah satu variabel yang digunakan
untuk mengetahui efisiensi suatu entitas dimana variabel input
akan mempengaruhi variabel output. Variabel input dalam
penelitian ini berjumlah tiga, yaitu:
a) Dana Pihak Ketiga (DPK)
Berdarsarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan,
mendefinisikan dana pihak ketiga atau simpanan adalah dana
yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan
perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
b) Beban Operasional
Beban operasional adalah beban yang timbul untuk
kegiatan operasional bank. Semakin besar beban operasional
bank semakin tidak efisien.
c) Aset Tetap
Aset tetap adalah aset yang memiliki periode manfaat yang
diharapkan yang meliputi lebih dari satu periode. 29
Aset ini
diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas operasi dan bukan
untuk dijual pada aktivitas usaha biasa. Aset tetap ini antara
lain berupa tanah, gedung, mesin, dan peralatan yang dimiliki
atau disewa.
29
K.R. subramanyam dan John J. Wild, Analisi Laporan Keuangan Ed. 10, (Jakarta:
Salemba Empat, 2010), h. 294.
41
2. Variabel Output
a) Total Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau taghan tersebut setelah jangka waktu tertntu dengan
imbalan atau bagi hasil.30
b) Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional adalah arus masuk sumber daya ke
dalam suatu perusahaan dalam suatu periode penjualan barang
atau jasa, dimana sumber daya pada umumnya dalam bentuk
kas, wesel tagih, atau piutang pendapatan yang tidak mencakup
sumber daya yang diterima dari sumber-sumber selain operasi,
seperti penjualan aktiva tetap, penerbitan saham, atau
peminjaman.31
F. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis kuantitatif, yaitu dalam pengolahan data berupa input dan
output yang diambil dari neraca keuangan, laporan laba rugi yang dimiliki
oleh masing-masing bank. Data variabel input dan output tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam formulasi DEA untuk memperoleh nilai efisiensi teknis.
Dalam analisis ini menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) yang
merupakan metode yang telah terstandarisasi sebagai alat untuk pengukuran
kinerja suatu aktifitas unit, dimana proses pengolahannya menggunakan
software WDEA. Selain itu juga menggunakan perangkat lunak Ms. Exel
sebagai perangkat pendukung. DEA merupakan teknik analisis efisiensi
30
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 106. 31
M. Faza Firdaus, Efisiensi Bank Umum Syariah menggunakan Two-Stage Data
Envelopment Analysis, (Perpustakaan FSH UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2013) , h. 84.
42
berbasis pemrograman linier yang digunakan pada banyak input dan output
yang sulit untuk dihitung dengan metode perbandingan atau rasio.
Apabila menggunakan model matematis efisiensi bank dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
hs ∑
∑
untuk i=1, ......,m dan j = 1, ....., n (1)
dimana:
hs: Efisiensi teknis pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank
Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, MayBank
Syariah Indonesia, Bank Victoria Syariah, BJB Syariah
yis: Jumlah output berupa total pembiayaan dan pendapatan
opeasional yang dihasilkan oleh Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah,
Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BCA Syariah,
MayBank Syariah Indonesia, Bank Victoria Syariah, BJB
Syariah
xjs: Jumlah input brupa dana pihak ketiga dan biaya operasional yang
digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, BRI Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Mega Syariah,
Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BCA Syariah,
MayBank Syariah Indonesia, Bank Victoria Syariah, BJB
Syariah
ui: Bobot output yang dihasilkan oleh Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega
Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BCA
Syariah, MayBank Syariah Indonesia, Bank Victoria Syariah,
BJB Syariah
vj: Bobot input yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia,
Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega
43
Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Panin Syariah, BCA
Syariah, MayBank Syariah Indonesia, Bank Victoria Syariah,
BJB Syariah
Rasio perhitungan efisiensi ini kemudian dimaksimalkan dengan
kendala sebagai berikut:
∑
∑
≤ 1 untuk r = 1,.....,N ui dan vj ≥ 0 (2)
Hasil dari perhitungan matematika ini adalah angka rasio bervariasi
antara 0 hingga 1. Bank dapat dikatakan efisien ketika angka rasio 1, dan
sebaliknya apabila angka rasio mendekati 0 maka bank dikatakan relatif tidak
efisien.
Penelitian dengan model DEA ini berorientasi output. Pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini juga menggunakan model VRS (Variable
Return to Scale) yang dikembangkan oleh Banker (1984). VRS adalah semua
unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output
dan adanya anggapan bahwa skala produksi dapat mempengaruhi efisiensi.32
Model VRS akan memperlihatkan bahwa setiap penambahan sejumlah input
akan memberikan peningkatan atau penurunan output.
Dalam DEA, efisiensi dinyatakan rasio antara total input dengan total
output tertimbang. Dimana setiap unit kegiatan ekonomi diasumsikan bebas
menentukan bobot untuk setiap variabel input maupun output yang ada,
asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan yaitu:
1. Bobot tidak boleh negatif
2. Bobot bersifat universal atau tidak menghasilkan indikator efisiensi
yang diatas normal atau lebih dari 1, bilamana dipakai unit
kegiatan ekonomi yang lainnya.
32
Muharam dan Pusvitasari, Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang, Vol. II, No. 3, Desember 2007, h. 93.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menyajikan analisis dan interpretasi hasil penelitian. Agar
penyajian ini sistematis dan dapat membantu pembaca memahami keseluruhan
isi, maka penulis membuat struktur penyajian data sebagai berikut. Pada sub
bab awal untuk memudahkan pembaca memahami data yang menjadi bahan
perhitungan efisiensi, maka penulis pertama kali akan menampilkan data
umum mengenai variabel input dan output yang akan digunakan pada
penelitian ini yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) (I1), beban operasional (I2), dan
aset tetap (I3) sebagai variabel input, total pembiayaan (O1) dan pendapatan
operasional (O2) sebagai variabel output. Data ini ditampilkan pada bagian
awal agar pembaca dapat mengetahui bagaimana perkembangan variabel input
dan output yang menjadi bahan penelitian serta memahami angka-angka hasil
perhitungan efisiensi yang diperoleh dari pengolahan data variabel input dan
output tersebut.
Sub bab kedua akan menampilkan data hasil penelitian yang berkaitan
dengan hasil efisiensi. Pada sub bab ini akan ditampilkan hasil dari
pengolahan data mengenai tingkat efisiensi Bank Umum Syariah selama
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Agar lebih mudah dipahami,
maka penyajian data ditampilkan berdasarkan hasil analisis efisiensi masing-
masing Bank Umum Syariah dan hasil analisis efisiensi seluruh Bank Umum
Syariah selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
Setelah menampilkan data hasil efisiensi, akan terlihat bank syariah
yang sudah efisien dan yang belum efisien. Untuk bank syariah yang belum
efisien akan dianalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan
ketidakefisienan. Sehingga pada sub bab ketiga akan ditampilkan faktor-faktor
penyebab Bank Umum Syariah yang belum efisien dan tidak dapat mencapai
score efisiensi sempurna 100% berdasarkan variabel input dan output yang
membentuk score efisiensi.
45
Setelah menampilkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka
bagian sub bab akhir akan menampilkan interpretasi data hasil penelitian.
Pada interpretasi ini penulis akan mencoba memaparkan jawaban dari masalah
yang muncul pada saat menampilkan data hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Sehingga
dapat memberikan masukan dan dapat menjadikan perbaikan bagi bank
syariah yang belum efisien.
A. Perkembangan Jumlah Input-Output Bank
Perhitungan efisiensi perbankan syariah dengan analisis DEA ini
menggunakan tiga variabel input, yaitu: DPK, beban operasional, dan aset
tetap. Variabel outputnya meliputi total pembiayaan dan pendapatan
operasional.
Variabel input pertama yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK).
Perkembangan DPK perbankan syariah pada kurun waktu tahun 2011 hingga
tahun 2015 sebagaimana terlihat pada grafik 4.1. Jumlah DPK perbankan
syariah dari waktu ke waktu menunjukkan kecenderungan yang semakin
meningkat hingga tahun 2015.
Kenaikan jumlah DPK Menandai kinerja bank syariah tersebut
semakin membaik. Hal ini merupakan indikasi yang cukup positif bagi
perbankan syariah untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat akan
manfaat yang diperoleh dari jasa perbankan.
Tingkat pertumbuhan DPK tertinggi selama periode tersebut adalah
pada tahun 2011 sebesar 24,42%. Sedangkan tingkat pertumbuhan terendah
terjadi pada tahun 2014 sebesar 5,6%.
46
Grafik 4.1.
Perkembangan Jumlah Variabel Input DPK
Tahun 2011-2015 (miliar rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015, Data diolah
Kedua, beban operasional yang berarti semua biaya yang berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha bank. Berdasarkan grafik 4.2. jumlah beban
operasional perbankan syariah mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai
tahun 2015. Beban operasional perbankan syariah tertinggi terjadi pada tahun
2013 sebesar Rp.15.987 miliar rupiah.
Grafik 4.2.
Perkembangan Jumlah Variabel Input Beban Operasional
Tahun 2011-2015 (miliar rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015, Data diolah
115,415
147,512
183,534 193,901
216,672
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000
220,000
240,000
2011 2012 2013 2014 2015
1,073
10,406
15,987
8,586
11,846
01,5003,0004,5006,0007,5009,000
10,50012,00013,50015,00016,500
2011 2012 2013 2014 2015
47
Ketiga, aset tetap berupa aset yang diperoleh dengan tujuan untuk
penggunaan jangka panjang. Perkembangan asset tetap perbankan syariah
pada kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2015 sebagaimana terlihat pada
grafik 4.3. Perkembangan jumlah aset tetap perbankan syariah mempunyai
kecenderungan yang terus meningkat. Tingkat pertumbuhan asset tetap
tertinggi selama periode tersebut adalah pada tahun 2015 sebesar 45,33%.
Sedangkan tingkat pertumbuhan terendah pada tahun 2013 sebesar 21,91%.
Grafik 4.3.
Perkembangan Jumlah Variabel Input Aset Tetap
Tahun 2011-2015 (miliar rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015, Data diolah
Adapun variabel output yang pertama adalah total pembiayaan.
Pembiayaan merupakan penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat.
Berikut tabel total pembiayaan bank syariah dari tahun 2011 hingga tahun
2015.
1.194
1.803 2.198
2.740
3.982
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2011 2012 2013 2014 2015
48
Grafik 4.4.
Perkembangan Jumlah Variabel Output Total Pembiayaan
Tahun 2011-2015 (miliar rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015, Data diolah
Perkembangan pembiayaan perbankan syariah selama periode
penelitian tahun 2011-2015 pada grafik 4.4. semakin baik dari tahun ke tahun.
Dapat terihat dari jumlah pembiayaan perbankan syariah mengalami
peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2015. Pertumbuhan pembiayaan
tertinggi selama periode penelitian adalah pada tahun 2012 sebesar 43,69%.
Sedangkan pertumbuhan terendah pada tahun 2014 sebesar 3,99%. Dari data
tersebut dapat dikatan perbankan syariah melakukan fungsinya sebagai
lembaga intermediasi dengan baik.
Grafik 4.5
Perkembangan Jumlah Variabel Output Pendapatan Operasional
Tahun 2011-2015 (miliar rupiah)
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia Tahun 2015, Data diolah
102,655
147,505
184,122 191,472
206,090
85,000
100,000115,000130,000145,000160,000175,000190,000205,000220,000
2011 2012 2013 2014 2015
2.052
25.010
29,037
17.768
14.827
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2011 2012 2013 2014 2015
49
Output selanjutnya adalah pendapatan operasional yang merupakan
pendapatan hasil dari kegiatan operasional bank syariah. Jumlah pendapatan
operasional perbankan syariah mengalami fluktuatif dari tahun 2011 hingga
tahun 2015. Pendapatan operasional tertinggi dicapai pada periode tahun 2013
sebesar Rp.29.037 miliar rupiah.
B. Analisis Data Efisiensi Bank Umum Syariah Tahun 2011-2015
Berdasarkan pertanyaan pada rumusan permasalahan bagaimana
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah pada tahun 2011 sampai dengan 2015,
maka pada sub bab ini akan ditampilkan data hasil penelitian mengenai tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015.
Efisiensi merupakan salah satu pencerminan kinerja perbankan,
dimana suatu bank dikatakan memiliki kinerja yang tinggi apabila dapat
meningkatkan efisiensinya dengan penggunaan variabel yang sesuai untuk
memberikan hasil yang maksimal.
Tingkat efisiensi perbankan syariah pada penelitian ini dihitung
dengan menggunakan metode DEA untuk setiap tahun selama lima tahun
mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Perhitungan efisiensi
perbankan syariah dengan analisis DEA ini menggunakan tiga variabel input,
yaitu DPK, beban operasional, dan aset tetap. Variabel outputnya meliputi
pembiayaan dan pendapatan operasional.
Sistem perhitungan dengan DEA ini, apabila suatu periode perbankan
syariah yang menjadi objek penelitian sudah efisien bernilai efisiensi 100%,
artinya bank syariah tersebut sudah mampu mengoptimalkan penggunaan
input dan outputnya dan sudah mampu mencapai tingkat efisiensi yang
sempurna. Sedangkan jika bernilai 0 sampai dengan 99% belum efisien, akan
tetapi berada pada kategori yang berbeda-beda.
50
Tabel 4.1 Kriteria dan Nilai Efisiensi33
Kriteria Efisiensi Nilai
Efisiensi Sempurna 100
Tinggi 81 – 99
Sedang 60 – 80
Rendah 40 – 59
Tidak Efisien 0 – 39
Berdasarkan hasil perhitungan DEA yang berasumsikan Variable
Return to Scale (VRS) dengan menggunakan software Warwick Data
Envelopment Analysis (WDEA), dapat dilihat tingkat efisiensi dari masing-
masing Bank Umum Syariah selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2015.
Tabel 4.2.
Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015
No. Nama
Bank
Tahun Mean
2011 2012 2013 2014 2015
1. BSM 100 100 100 100 100 100
2. BRIS 92,28 96,44 100 94,97 90,33 94,75
3. BNIS 100 87,77 100 100 100 97,42
4. BMI 96,32 100 100 100 96,6 98,57
5. BMS 81,02 91,37 100 100 100 94,16
6. BJBS 100 79,46 86,6 87,43 100 90,34
7. BPS 100 100 86,3 100 100 97,10
8. MSI 100 100 100 100 100 100
9. BCAS 79,41 77,44 80,18 86,32 91,5 82,81
10. BVS 100 66,95 68,83 77,85 60,79 73,74
11. BSB 73,88 83,84 92,85 93,71 91,77 86,87
Mean 92,47 88,69 91,64 94,28 92,91 Sumber: Olah Data WDEA
33 Rahmat Hidayat, Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek, (Bekasi: Gramata
Publishing,2014), h. 124.
51
Berdasarkan tabel 4.2. tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di
Indonesia selama tahun 2011 sampai tahun 2015 dari sebelas Bank Umum
Syariah yang menjadi objek penelitian, hanya dua Bank Umum Syariah yang
tingkat efisiensinya stabil dan mencapai tingkat efisiensi sempurna dengan
score 100 yaitu Bank Syariah Mandiri dan Maybank Syariah Indonesia.
Sementara Bank Umum Syariah yang tingkat efisiensinya cenderung tidak
stabil dan mengalami fluktuasi yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, Bank
Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BJB Syariah, Bank Panin Syariah,
BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank Syariah Bukopin.
Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
di Indonesia sebagian besar mengalami fluktuasi dan cenderung tidak stabil.
Dari tabel 4.2. masih ada beberapa Bank Umum Syariah yang belum dapat
mencapai tingkat efisiensi sempurna.
Pada tahun 2011, bank syariah yang belum mencapai efisiensi yaitu
BRI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, BCA Syariah,
dan Bank Syariah Bukopin. Selanjutnya tahun 2012, bank syariah yang belum
mencapai efisiensi yaitu, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, BJB
Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank
Syariah Bukopin.
Tahun 2013 bank syariah yang belum mencapai efisiensi yaitu, BJB
Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank
Syariah Bukopin. Sedangkan pada tahun 2014 yaitu, BRI Syariah, BJB
Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank Syariah Bukopin
belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna. Selanjutnya bank syariah
yang belum mencapai efisiensi pada tahun 2015 yaitu, BRI Syariah, Bank
Muamalat Indonesia, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah dan Bank Syariah
Bukopin. Meskipun bank-bank syariah tersebut belum dapat mencapai tingkat
efisiensi sempurna tetapi tingkat efisiensinya masih dikategorikan sedang
sampai dengan tinggi.
52
Setelah menampilkan tingkat efisiensi dari maisng-masing bank
syariah, selanjutnya akan ditampilkan tingkat efisiensi gabungan Bank Umum
Syariah di Indonesia selama periode penelitian tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 serta tingkat efisiensi rata-rata selama periode tersebut.
Grafik 4.6.
Tingkat Efisiensi Gabungan Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan hasil pengukuran grafik 4.6. tingkat efisiensi gabungan
Bank Umum Syariah di Indonesia dari tahun 2011 sampai tahun 2015
mengalami fluktuatif. Pada tahun 2011 tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
sebesar 92,47% dan mengalami penurunan tingkat efisiensi pada tahun 2012
menjadi sebesar 88,69% dan termasuk tingkat efisiensi terendah yang dicapai
oleh Bank Umum Syariah. Kemudian tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
mulai membaik pada tahun 2013 dan 2014 terlihat dari score efisiensi yang
diperoleh meningkat sebesar 91,64% dan 94,28%. Pada tahun 2015 kembali
mengalami penurunan tingkat efisiensi namun tidak terlalu signifikan menjadi
sebesar 92,91%.
Dari hasil tingkat efisiensi per tahun selama tahun 2011 sampai tahun
2015, diperoleh rata-rata tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
selama periode penelitian sebesar 91,98%. Hasil tersebut menunjukan bahwa
92.47
88.69 91.64
94.28
92.91
84.00
86.00
88.00
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
2011 2012 2013 2014 2015
Efis
ien
si
53
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia masih dikategorikan tinggi
karena berada pada kisaran nilai efisiensi 81-99% (Hidayat:2014). Walaupun
tingkat efisiensinya tidak dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna 100%,
namun tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia masih dikategorikan
aman karena rata-rata tingkat efisiensinya masih berada dikategori tinggi.
Meskipun rata-rata tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
dikategorikan aman, akan tetapi masih ada beberapa bank syariah yang tingkat
efisiensinya berada dibawah rata-rata tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
selama periode tahun 2011 sampai tahun 2015.
Grafik 4.7.
Rata-Rata Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2011-2015
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan grafik 4.7. dapat dilihat bahwa ada beberapa bank syariah
yang tingkat efisiensinya masih dibawah rata-rata tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah sebesar 91,98% selama periode tahun 2011 sampai tahun
2015. Adapun bank syariah yang tingkat efisiensinya masih dibawah rata-rata
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah selama periode tahun 2011 sampai
91,98
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Efisiensi BUS Rata-rata Efisiensi
54
tahun 2015 yaitu BJB Syariah, BCA Syariah, Bank Victoria Syariah, dan
Bank Syariah Bukopin. Sementara bank syariah lainnya yaitu BRI Syariah,
BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, dan Bank Panin
Syariah tingkat efisiensinya berada diatas rata-rata tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah selama periode tahun 2011-2015 namun tingkat efisiensinya
masih belum mencapai tingkat efisiensi sempurna 100%. Sedangkan Bank
Syariah Mandiri dan Maybank Syariah Indonesia tingkat efisiensinya sudah
mencapai tingkat efisiensi sempurna 100%.
C. Analisis Input dan Output yang menyebabkan Inefisiensi pada Bank
Umum Syariah tahun 2011-2015
Setelah menampilkan data hasil tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, terdapat bank syariah yang
masih belum efisien. Sesuai dengan pertanyaan pada permaslahan faktor apa
saja yang mempengaruhi inefisiensi Bank Umum Syariah selama tahun 2011
sampai dengan tahun 2015, maka pada sub bab ini akan dianalisis input dan
output apa saja yang menyebabkan bank syariah belum dapat efisien 100%.
Pada perhitungan DEA tidak hanya mengukur nilai efisiensi Bank
Umum Syariah yang menjadi objek penelitian, tetapi juga memberikan
referensi atau acuan bagi bank yang berada dalam kondisi belum efisien
menjadi efisien. Bank yang tidak efisien terjadi karena adanya inefisiensi pada
pengelolaan input dan outputnya. Analisis inefisiensi input dan output ini
dapat dilihat dari angka aktual dan angka target yang dihasilkan oleh
perhitungan DEA.
Berdasarkan pemaparan yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada
beberapa bank syariah di Indonesia yang tingkat efisiensinya masih belum
mencapai efisiensi sempurna bahkan ada juga beberapa yang tingkat
efisiensinya masih dibawah rata-rata tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
selama periode tahun 2011 sampai tahun 2015.
55
Bank-bank syariah yang belum efisien tersebut masih belum dapat
memaksimalkan pengelolaan input dan output yang dimiliki. Hal ini
dikarenakan nilai input dan output yang dicapai belum dapat meraih target
yang seharusnya. Oleh karena itu perlu analisis lanjutan terhadap input dan
output apa saja yang menjadi faktor penyebab bank-bank syariah tersebut
masih belum dapat mencapai tingkat efisiensi. Sehingga dari analisis input dan
output yang belum efisisen ini dapat memberikan pertimbangan bagi
manajemen bank syariah dalam mengambil sebuah keputusan.
1. Analisis target input dan output Bank Muamalat Indonesia yang belum
efisien periode tahun 2011-2015
Tabel 4.3.
Analisis Inefisiensi Input dan Ouput Bank Muamalat Indonesia
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
96,32
29.126.650 26.834.463 7,9 92,1
Beban
Operasional 1.003.051 1.003.051 0 100
Aset Tetap 529.642 529.642 0 100
Total Pembiayaan 22.479.924 23.339.418 3,8 96,3
Pendapatan
Operasional 2.674.527 2.776.785 3,8 96,3
2012
DPK
100
39.422.307 39.422.307 0 100
Beban
Operasional 1.248.270 1.248.270 0 100
Aset Tetap 710.846 710.846 0 100
Total Pembiayaan 32.869.007 32.869.007 0 100
Pendapatan
Operasional 3.382.835 3.382.835 0 100
56
2013
DPK
100
45.022.858 45.022.858 0 100
Beban
Operasional 1.655.769 1.655.769 0 100
Aset Tetap 1.244.190 1.244.190 0 100
Total Pembiayaan 41.793.420 41.793.420 0 100
Pendapatan
Operasional 4.794.213 4.794.213 0 100
2014
DPK
100
53.496.985 53.496.985 0 100
Beban
Operasional 1.855.158 1.855.158 0 100
Aset Tetap 2.798.346 2.798.346 0 100
Total Pembiayaan 42.958.756 42.958.756 0 100
Pendapatan
Operasional 5.528.377 5.528.377 0 100
2015
DPK
96,60
45.077.653 45.077.653 0 100
Beban
Operasional 2.648.346 2.341.598 11,6 88,4
Aset Tetap 2.933.155 1.178.797 59,8 40,2
Total Pembiayaan 40.606.608 42.949.959 5,8 94,5
Pendapatan
Operasional 5.693.461 5.894.124 3,5 96,6
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.3. Tingkat efisiensi Bank Muamalat Indonesia
pada periode penelitian tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 cenderung
tidak stabil. Bank Muamalat Indonesia mencapai tingkat efisiensi sempurna
pada tahun 2012, 2013, dan 2014. Sedangkan tahun 2011 dan 2015 belum
mencapai tingkat efisiensi sempurna.
Penyebab Bank Muamalat Indonesia belum efisien pada tahun 2011
terjadi karena inefisiensi pada variabel input dan output. Inefisiensi pada
variabel input DPK, terjadi karena dana pihak ketiga yang dihimpun oleh
Bank Muamalat Indonesia yang melebihi target tidak disertai dengan
peningkatan total pembiayaan. Inefisiensi juga terjadi pada variabel output
total pembiayaan dan pendapatan operasional. Total pembiayaan yang
57
disalurkan dan pendapatan operasional yang dihasilkan masih kurang dari
target yang seharusnya dicapai Bank Muamalat Indonesia. Selain pada tahun
2011. Inefisiensi pada Bank Muamalat Indonesia juga terjadi pada tahun 2015.
Inefisiensi terjadi pada variabel input beban operasional dan aset tetap.
Dimana terjadi kelebihan penggunan dana untuk biaya operasional dan pada
aset tetap pun terjadi pemborosan. Selain itu Inefisiensi juga terjadi pada
variabel output yaitu total pembiayaan dan pendapatan operasional. Dimana
pada output total pembiayaan dan pendapatan operasional yang dihasilkan
masih belum dapat mencapai target yang ditetapkan.
Berdasarkan analisis inefisiensi di atas, Bank Muamalat Indonesia agar
dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna harus memperbaiki variabel input
dan output yang mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011, agar dapat efisien
Bank Muamalat Indonesia harus mengurangi penghimpunan dana DPK serta
meningkatkan penyaluran total pembiayaan dan pendapatan operasional.
Sementara pada tahun 2015, Bank Muamalat Indonesia harus mengurangi
biaya untuk kegiatan operasional dan aset tetap serta meningkatkan total
pembiayaan dan pendapatan operasional.
2. Analisis target input dan output BNI Syariah yang belum efisien periode
tahun 2011-2015
Tabel 4.4.
Analisis Inefisiensi Input dan Output BNI Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To Gain Achieved
(juta rupiah) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
100
6.756.261 6.756.261 0 100
Beban
Operasional 393.655 393.655 0 100
Aset Tetap 88.098 88.098 0 100
Total Pembiayaan 5.310.291 5.310.291 0 100
Pendapatan
Operasional 1.009.550 1.009.550 0 100
58
2012
DPK
87,77
8.980.035 8.980.035 0 100
Beban
Operasional 673.953 673.953 0 100
Aset Tetap 153.169 153.169 0 100
Total Pembiayaan 7.631.994 8.695.080 13,9 87,8
Pendapatan
Operasional 1.259.539 1.434.984 13,9 87,8
2013
DPK
100
11.488.209 11.488.209 0 100
Beban
Operasional 884.109 884.109 0 100
Aset Tetap 183.764 183.764 0 100
Total Pembiayaan 11.242.241 11.242.241 0 100
Pendapatan
Operasional 1.612.222 1.612.222 0 100
2014
DPK
100
16.246.405 16.246.405 0 100
Beban
Operasional 1.127.685 1.127.685 0 100
Aset Tetap 219.644 219.644 0 100
Total Pembiayaan 15.040.920 15.040.920 0 100
Pendapatan
Operasional 2.176.438 2.176.438 0 100
2015
DPK
100
19.322.756 19.322.756 0 100
Beban
Operasional 1.460.278 1.460.278 0 100
Aset Tetap 274.946 274.946 0 100
Total Pembiayaan 17.765.096 17.765.096 0 100
Pendapatan
Operasional 2.573.188 2.573.188 0 100
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.4. BNI Syariah mencapai tingkat efisiensi
sempurna pada tahun 2011, 2013, 2014, dan 2015. Sedangkan pada tahun
2012 tingkat efisiensi BNI Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi
sempurna.
Adapun penyebab BNI Syariah belum dapat efisien pada tahun 2012
dikarenakan adanya inefisiensi pada output yang disebabkan oleh pengelolaan
59
yang belum dapat maksimal. Inefisiensi terjadi pada variabel ouput yaitu total
pembiayaan dan pendapatan operasional. Total pembiayaan yang disalurkan
dan pendapatan operasional yang dihasilkan masih kurang dari target
seharusnya dicapai oleh BNI Syariah.
Dari Analisis inefisiensi di atas, variabel yang harus diperbaiki oleh
BNI Syariah pada tahun 2012 agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna
yaitu dengan menambah jumlah total pembiayaan yang disalurkan dan
meningkatkan pendapatan operasional.
3. Analisis target input dan output Bank Panin Syariah yang belum efisien
periode tahun 2011-2015
Tabel 4.5.
Analisis Inefisiensi Input dan Output Bank Panin Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
100
419.772 419.772 0 100
Beban
Operasional 30.638 30.638 0 100
Aset Tetap 36.680 36.680 0 100
Total Pembiayaan 684.242 684.242 0 100
Pendapatan
Operasional 74.894 74.894 0 100
2012
DPK
100
1.223.290 1.223.290 0 100
Beban
Operasional 40.382 40.382 0 100
Aset Tetap 39.463 39.463 0 100
Total Pembiayaan 1.515.420 1.515.420 0 100
Pendapatan
Operasional 152.468 152.468 0 100
60
2013
DPK
86,30
2.870.310 2.870.310 0 100
Beban
Operasional 83.441 83.441 0 100
Aset Tetap 46.237 39.653 14,2 85,8
Total Pembiayaan 2.594.825 3.006.905 15,9 86,3
Pendapatan
Operasional 283.759 337.239 18,8 84,1
2014
DPK
100
5.076.082 5.076.082 0 100
Beban
Operasional 128.060 128.060 0 100
Aset Tetap 50.765 50.765 0 100
Total Pembiayaan 4.785.524 4.785.524 0 100
Pendapatan
Operasional 559.789 559.789 0 100
2015
DPK
100
5.928.345 5.928.345 0 100
Beban
Operasional 235.063 235.063 0 100
Aset Tetap 73.100 73.100 0 100
Total Pembiayaan 5.713.720 5.713.720 0 100
Pendapatan
Operasional 734.238 734.238 0 100
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.5. selama periode penelitian tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015 Bank Panin Syariah mencapai tingkat efisiensi sempurna
pada tahun 2011, 2012, 2014, dan 2015. Sedangkan pada tahun 2013 Bank
Panin Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.
Adapun penyebab Bank Panin Syariah pada tahun 2013 belum dapat
efisien dikarenakan masih adanya inefisiensi pada pengelolaan input dan
output yang dimiliki. Inefisiensi pada variabel input terjadi karena
pemborosan pada penggunaan aset tetap. Sementara inefisiensi pada variabel
output terjadi karena output total pembiayaan dan pendapatan yang dihasilkan
Bank Panin Syariah masih belum dapat mencapai target yang seharusnya.
61
Berdasarkan analisis di atas, perlu adanya perbaikan pada variabel
yang terjadi inefisiensi. Agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna pada
tahun 2013 Bank Panin Syariah harus mengurangi penggunaan dana untuk
aset tetap serta meningkatakan jumlah total pembiayaan yang disalurkan dan
meningkatkan pendapatan operasional.
4. Analisis target input dan output BRI Syariah yang belum efisien periode
tahun 2011-2015
Tabel 4.6.
Analisis Inefisiensi Input dan Output BRI Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
92,28
9.906.412 9.906.412 0 100
Beban
Operasional 657.098 657.098 0 100
Aset Tetap 224.785 224.785 0 100
Total Pembiayaan 9.188.350 9.956.921 8,4 92,3
Pendapatan
Operasional 1.141.770 1.334.713 16,9 85,5
2012
DPK
96,44
11.948.889 11.948.889 0 100
Beban
Operasional 742.068 742.068 0 100
Aset Tetap 267.368 267.368 0 100
Total Pembiayaan 11.417.500 11.838.401 3,7 96,4
Pendapatan
Operasional 1.507.472 1.614.117 7,1 93,4
2013
DPK
100
14.349.712 14.349.712 0 100
Beban
Operasional 926.210 926.210 0 100
Aset Tetap 357.527 357.527 0 100
Total Pembiayaan 14.178.143 14.178.143 0 100
Pendapatan
Operasional 1.875.620 1.875.620 0 100
62
2014
DPK
94,97
16.947.388 16.947.388 0 100
Beban
Operasional 1.069.775 1.069.775 0 100
Aset Tetap 395.977 395.977 0 100
Total Pembiayaan 15.699.670 16.531.555 5,3 95,0
Pendapatan
Operasional 2.140.056 2.253.452 5,3 95,0
2015
DPK
90,33
20.123.658 20.123.658 0 100
Beban
Operasional 1.381.449 1.336.936 3,2 96,8
Aset Tetap 379.245 379.245 0 100
Total Pembiayaan 16.660.266 18.442.905 10,7 90,3
Pendapatan
Operasional 2.567.870 2.842.631 10,7 90,3
Sumber: Olah Data WDEA
Selama periode penelitian tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. BRI
Syariah hanya mampu mencapai tingkat efisiensi sempurna pada tahun 2013.
Sedangkan pada tahun 2011, 2012, 2014, dan 2015 belum dapat mencapai
tingkat efisiensi sempurna. Hal ini terjadi karena adanya inefisiensi pada
variabel input dan output yang dimiliki BRI Syariah.
Pada tahun 2011, 2012, dan 2014 faktor penyebab inefisiensi terjadi
hanya pada variabel output yaitu total pembiayaan dan pendapatan operasional
yang masih belum dapat mencapai target seharusnya.
Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 total pembiayaan yang
disalurkan oleh BRI Syariah mengalami peningkatan tiap tahun. Akan tetapi
total pembiayaan yang disalurkan tersebut masih belum mencapai target yang
seharusnya.
Pada tahun 2015, BRI Syariah juga belum dapat mencapai tingkat
efisiensi sempurna atau terjadi inefisiensi. Adapun faktor terjadinya inefisiensi
disebabkan oleh variabel input yaitu beban operasional, serta pada variabel
output yaitu total pembiayaan dan pendapatan operasional. Inefisiensi pada
beban operasional disebabkan adanya kelebihan anggaran untuk biaya
63
kegiatan operasional. Sementara inefisiensi pada variabel total pembiayaan
dan pendapatan operasional terjadi karena output yang dihasilkan masih
kurang maksimal atau belum dapat mencapai target yang seharusnya dicapai.
Dari analisis inefisiensi di atas, agar dapat mencapai tingkat efisiensi
sempurna BRI Syariah harus memperbaiki variabel input dan output yang
mengalami inefisiensi. Pada tahun 2011, 2012, dan 2014 yang harus dilakukan
oleh BRI Syariah agar dapat efisien dengan meningkatkan jumlah total
pembiayaan dan pendapatan operasional. Sementara pada tahun 2015 agar
dapat efisien BRI Syariah harus mengurangi beban operasional serta
meningkatkan total pembiayaan dan pendapatan oeprasional.
5. Analisis target input dan output Bank Mega Syariah yang belum efisien
periode tahun 2011-2015
Tabel 4.7.
Analisis Inefisiensi Input dan Output Bank Mega Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
81,02
4.928.442 4.928.442 0 100
Beban
Operasional 571.657 571.657 0 100
Aset Tetap 132.284 132.284 0 100
Total Pembiayaan 4.094.797 5.054.251 23,4 81,0
Pendapatan
Operasional 982.607 1.212.842 23,4 81,0
2012
DPK
91,37
7.090.422 7.090.422 0 100
Beban
Operasional 626.939 626.939 0 100
Aset Tetap 136.315 136.315 0 100
Total Pembiayaan 6.213.570 6.800.428 9,4 91,4
Pendapatan
Operasional 1.302.340 1.425.343 9,4 91,4
64
2013
DPK
100
7.730.738 7.730.738 0 100
Beban
Operasional 740.155 740.155 0 100
Aset Tetap 148.900 148.900 0 100
Total Pembiayaan 7.185.389 7.185.389 0 100
Pendapatan
Operasional 1.673.842 1.673.842 0 100
2014
DPK
100
5.821.319 5.821.319 0 100
Beban
Operasional 731.609 731.609 0 100
Aset Tetap 395.232 395.232 0 100
Total Pembiayaan 5.455.674 5.455.674 0 100
Pendapatan
Operasional 1.673.842 1.673.842 0 100
2015
DPK
100
4.268.834 4.268.834 0 100
Beban
Operasional 1.150.149 1.150.149 0 100
Aset Tetap 441.703 441.703 0 100
Total Pembiayaan 4.211.474 4.211.474 0 100
Pendapatan
Operasional 1.810.150 1.810.150 0 100
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.7. Tingkat efisiensi Bank Mega Syariah
mengalami peningkatan selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2015. Pada tahun 2011 dan 2012 Bank Mega Syariah belum dapat mencapai
tingkat efisiensi sempurna. Kemudian pada tahun 2013 sampai dengan tahun
2015, tingkat efisiensi Bank Mega Syariah mengalami kenaikan dan mencapai
tingkat efisiensi sempurna.
Adapun faktor penyebab Bank Mega Syariah pada tahun 2011 dan
2012 belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna dikarenakan adanya
inefisiensi pada variabel output yaitu total pembiayaan dan pendapatan
operasional. Total pembiayaan yang disalurkan dan pendapatan operasional
yang dihasilkan belum dapat mencapai target yang seharusnya dicapai Bank
Mega Syariah.
65
Dari analisis variabel inefisiensi di atas, yang harus dilakukan oleh
Bank Mega Syariah agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna pada
tahun 2011 dan 2012 dengan meningkatkan jumlah total pembiayaan yang
disalurkan serta menambah pendapatn operasional.
6. Analisis target input dan output BJB Syariah yang belum efisien periode
tahun 2011-2015
Tabel 4.8.
Analisis Inefisiensi Input dan Output BJB Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
100
2.218.533 2.218.533 0 100
Beban
Operasional 120.453 120.453 0 100
Aset Tetap 9.518 9.518 0 100
Total Pembiayaan 1.769.445 1.769.445 0 100
Pendapatan
Operasional 265.039 265.039 0 100
2012
DPK
79,46
3.362.037 3.362.073 0 100
Beban
Operasional 144.581 144.581 0 100
Aset Tetap 143.705 75.859 47,2 52,8
Total Pembiayaan 2.960.606 3.725.936 25,9 79,5
Pendapatan
Operasional 370.923 466.808 25,9 79,5
2013
DPK
86,6
3.702.683 3.702.683 0 100
Beban
Operasional 208.313 208.313 0 100
Aset Tetap 168.658 93.606 44,5 55,5
Total Pembiayaan 3.597.059 4.153.480 13,4 86,6
Pendapatan
Operasional 528.197 609.903 13,4 86,6
66
2014
DPK
87,43
5.237.296 5.237.296 0 100
Beban
Operasional 252.038 252.038 0 100
Aset Tetap 175.747 108.631 38,2 61,8
Total Pembiayaan 4.402.699 5.082.060 15,4 86,6
Pendapatan
Operasional 742.209 848.906 14,4 87,4
2015
DPK
100
4.702.474 4.702.474 0 100
Beban
Operasional 459.345 459.345 0 100
Aset Tetap 171.569 171.569 0 100
Total Pembiayaan 4.984.873 4.984.873 0 100
Pendapatan
Operasional 1.315.954 1.315.954 0 100
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.8. BJB Syariah mencapai tingkat efisiensi
sempurna hanya pada tahun 2011 dan tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2014 belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.
BJB Syariah pada tahun 2012, 2013, dan 2014 belum dapat efisien
disebabkan adanya inefisiensi pada variabel input aset tetap, serta variabel
output total pembiayaan dan pendapatan operasional. Inefisiensi pada aset
tetap disebabkan adanya pemborosan dana untuk aset tetap sehingga melebihi
target yang ditetapkan. Sementara inefisiensi pada variabel output disebabkan
karena total pembiayaan dan pendapatan yang dihasilkan masih belum
maksimal atau belum dapat mencapai target yang seharusnya.
Berdasarkan hasil analisis inefisiensi di atas, BJB Syariah agar dapat
mencapai tingkat efisiensi sempurna perlu mengurangi dana untuk aset tetap
serta perlu meningkatkan jumlah total pembiayaan yang disalurkan dan
menambah pendapatan operasional.
67
7. Analisis target input dan output Bank Syariah Bukopin yang belum efisien
periode tahun 2011-2015
Tabel 4.9.
Analisis Inefisiensi Input dan Output Bank Syariah Bukopin
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
73,88
2.291.738 2.291.738 0 100
Beban
Operasional 86.442 86.442 0 100
Aset Tetap 80.837 33.144 59 41
Total Pembiayaan 1.916.219 2.593.861 35,4 73,9
Pendapatan
Operasional 245.306 332.055 35,4 73,9
2012
DPK
83,84
2.850.784 2.850.784 0 100
Beban
Operasional 101.814 101.814 0 100
Aset Tetap 86.224 44.950 47,9 52,1
Total Pembiayaan 2.627.337 3.133.865 19,3 83,8
Pendapatan
Operasional 311.220 371.221 19,3 83,8
2013
DPK
92,85
3.272.262 3.272.262 0 100
Beban
Operasional 123.490 123.490 0 100
Aset Tetap 118.972 58.880 50,5 49,5
Total Pembiayaan 3.287.185 3.540.128 7,7 92,6
Pendapatan
Operasional 401.503 432.398 7,7 92,6
2014
DPK
93,71
3.994.957 3.994.957 0 100
Beban
Operasional 138.296 138.296 0 100
Aset Tetap 122.477 51.029 58,3 41,7
Total Pembiayaan 3.715.560 3.988.879 7,4 93,1
Pendapatan
Operasional 502.833 536.590 6,7 93,7
68
2015
DPK
91,77
4.756.303 4.756.303 0 100
Beban
Operasional 166.473 166.473 0 100
Aset Tetap 160.648 76.774 52,2 41,8
Total Pembiayaan 4.336.201 4.724.977 9,0 91,8
Pendapatan
Operasional 557.957 607.983 9,0 91,8
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.9. selama periode tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015 Bank Syariah Bukopin belum dapat mencapai tingkat efisiensi
sempurna atau masih terjadi inefisiensi. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan
input dan output yang masih belum optimal.
Inefisiensi pada variabel input terjadi pada aset tetap. Sedangkan
inefisiensi pada variabel output terjadi pada total pembiayaan dan pendapatan
operasional. Penggunaan input aset tetap mengalami pemborosan, dimana
input aset tetap yang digunakan masih lebih besar dibandingkan targetnya.
Sementara pada output total pembiayaan dan pendapatan operasional
inefisiensi terjadi disebabkan karena total pembiayaan yang disalurkan dan
pendapatan operasional yang dihasilkan masih belum dapat maksimal atau
belum dapat mencapai target yang seharusnya dicapai oleh Bank Syariah
Bukopin.
Berdasrkan analisis inefisiensi di atas agar Bank Syariah Bukopin
dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna maka variabel input dan output
yang perlu diperbaiki yaitu dengan mengurangi penggunaan untuk aset tetap
dan meningkatkan total pembiayaan dan pendapatan operasional.
69
8. Analisis target input dan output BCA Syariah yang belum efisien periode
tahun 2011-2015
Tabel 4.10.
Analisis Inefiseinsi Input dan Output BCA Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
79,41
864.135 864.135 0 100
Beban
Operasional 50.192 50.192 0 100
Aset Tetap 21.373 19.403 9,2 90,8
Total Pembiayaan 680.864 1.033.228 51,8 65,9
Pendapatan
Operasional 144.381 181.827 25,9 79,4
2012
DPK
77,44
1.261.824 1.071.438 15,1 84,9
Beban
Operasional 61.544 61.544 0 100
Aset tetap 20.894 20.894 0 100
Total Pembiayaan 1.008.325 1.351.715 34,1 74,6
Pendapatan
Operasional 171.381 221.314 29,1 77,4
2013
DPK
80,18
1.703.049 1.703.049 0 100
Beban
Operasional 63.713 63.713 0 100
Aset tetap 29.438 26.716 9,2 90,8
Total Pembiayaan 1.421.624 1.772.932 24,7 80,2
Pendapatan
Operasional 200.956 250.616 24,7 80,2
2014
DPK
86,32
2.338.709 2.338.709 0 100
Beban
Operasional 82.067 82.067 0 100
Aset tetap 33.140 31.915 3,7 96,3
Total Pembiayaan 2.132.223 2.470.213 15,9 86,3
Pendapatan
Operasional 280.983 325.523 15,9 86,3
70
2015
DPK
91,50
3.255.154 3.255.154 0 100
Beban
Operasional 202.439 202.439 0 100
Aset tetap 55.858 55.858 0 100
Total Pembiayaan 2.975.474 3.468.696 16,6 85,8
Pendapatan
Operasional 551.045 602.227 9,3 91,5
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.10. Selama periode penelitian tahun 2011 sampai
dengan tahun 2015, BCA Syariah belum dapat mencapai tingkat efisiensi
sempurna. Adapun faktor penyebabnya dikarenakan masih adanya inefisiensi
pada pengelolaan variabel input dan output yang dimiliki.
Inefisiensi pada tahun 2011, 2013, dan 2014 disebabkan pengelolaan
input aset tetap serta output total pembiayaan dan pendapatan operasional
yang belum dapat maksimal. Inefisiensi pada input aset tetap disebabkan
terjadinya pemborosan pada penggunaan aset tetap. Sementara inefisiensi pada
output terjadi karena output total pembiayaan dan pendapatan operasional
yang dihasilkan masih belum dapat mencapai target yang seharusnya.
Pada tahun 2012, inefesiensi terjadi pada varibel input DPK serta
output total pembiayaan dan pendapatan operasional. Input DPK yang
dihimpun oleh BCA Syariah melebihi target yang seharusnya dicapai dan
tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah total pembiayaan yang disalurkan.
Sementara inefisiensi yang terjadi pada variabel output disebabkan karena
output total pembiayaan yang disalurkan dan pendapatan operasional yang
dihasilkan masih belum maksimal.
Sedangkan pada tahun 2015 inefisiensi hanya terjadi pada variabel
output total pembiayaan dan pendapatan operasional yang masih belum
maksimal atau belum dapat mencapai target yang seharusnya dicapai oleh
BCA Syariah.
71
Berdasarkan analisis di atas, variabel input dan output yang mengalami
inefisiensi harus diperbaiki oleh BCA Syariah agar dapat mencapai tingkat
efisiensi sempurna. Adapun yang harus dilakukan oleh BCA Syariah agar
dapat mencapai efisien, pada tahun 2011, 2013, dan 2014 harus mengurangi
penggunaan aset tetap, dan meningkatkan total pembiayaan serta pendapatan
operasional. Sementara tahun 2012, yang harus dilakukan mengurangi DPK
yang dihimpun dan meningkatkan pembiayaan dan pendapatan operasional.
Sedangkan pada tahun 2015, BCA Syariah hanya harus meningkatkan total
pembiayaan dan pendapatan operasional.
9. Analisis target input dan output Bank Victoria Syariah yang belum efisien
periode tahun 2011-2015
Tabel 4.11.
Analisis Inefisiensi Bank Victoria Syariah
Tahun 2011-2015
Input dan
Output
Tingkat
Efisiensi
(persen)
Actual Target To
Gain Achieved
(juta rupaih) (juta rupiah) (persen) (persen)
2011
DPK
100
465.036 465.036 0 100
Beban
Operasional 16.772 16.772 0 100
Aset tetap 16.614 16.614 0 100
Total Pembiayaan 214.281 214.281 0 100
Pendapatan
Operasional 73.682 73.682 0 100
2012
DPK
66,95
646.324 646.342 0 100
Beban
Operasional 34.308 34.308 0 100
Aset tetap 19.695 19.695 0 100
Total Pembiayaan 476.814 712.157 49,4 67,0
Pendapatan
Operasional 83.490 124.698 49,4 67,0
72
2013
DPK
68,83
1.015.792 1.015.792 0 100
Beban
Operasional 46.043 46.043 0 100
Aset tetap 22.637 22.637 0 100
Total Pembiayaan 859.944 1.249.369 45,3 68,8
Pendapatan
Operasional 111.776 162.394 45,3 68,8
2014
DPK
77,85
1.185.686 1.185.686 0 100
Beban
Operasional 52.631 52.631 0 100
Aset tetap 26.801 26.603 0,7 99,3
Total Pembiayaan 1.076.881 1.383.241 28,4 77,9
Pendapatan
Operasional 153.013 196.544 28,4 77,9
2015
DPK
60,79
1.128.908 1.128.908 0 100
Beban
Operasional 81.237 81.237 0 100
Aset tetap 23.684 23.684 0 100
Total Pembiayaan 1.075.481 1.769.424 64,5 60,8
Pendapatan
Operasional 152.861 264.655 73,1 57,8
Sumber: Olah Data WDEA
Berdasarkan tabel 4.11. Bank Victoria Syariah hanya mampu mencapa
tingkat efisiensi sempurna pada tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2015 belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.
Inefisiensi pada tahun 2012, 2013, dan 2015 hanya terjadi pada output
total pembiayaan dan pendapatan operasional yang belum dapat mencapai
target yang seharusnya.
Sementara pada tahun 2014, inefisiensi terjadi pada input aset tetap
serta output total pembiayan dan pendapatan operasional. Alokasi penggunaan
aset tetap terjadi pemborosan sehingga melebihi target yang ditetapkan.
Sedangkan inefisiensi pada output disebabkan karena total pembiayaan yang
disalurkan masih kurang dari target yang seharusnya disalurkan dan
73
pendapatan operasional yang dihasilkan masih kurang dari target yang
seharusnya dicapai.
Berdasarkan analisis inefisiensi di atas, variabel yang perlu diperbaikai
oleh Bank Victoria Syariah agar dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna,
pada tahun 2012, 2013, dan 2015, Bank Victoria Syariah harus meningkatkan
jumlah total pembiayaan dan pendapatn operasional. Sedangkan untuk tahun
2014, yang harus dilakukan oleh Bank Victoria Syariah mengurangi
penggunaan dana aset tetap, serta meningkatkan jumlah total pembiayaan dan
pendapatan operasional.
D. Analisis Interpretasi Hasil Data
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum Syariah,
secara individu selama periode penelitian tahun 2011 sampai tahun 2015
hanya ada dua Bank Umum Syariah yang mencapai tingkat efisiensi sempurna
dan stabil yaitu Bank Syariah Mandiri dan Maybank Syariah Indonesia. Pada
tahun 2011 hingga 2015 score rata-rata efisiensinya mencapai 100%.
Hasil penelitian tentang kinerja Bank Syariah Mandiri sudah efisien
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahya (2015) dimana hasilnya
menunjukan bahwa kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 telah mencapai tingkat efisiensi sempurna 100%. Bank
Syariah Mandiri menunjukan kinerja yang sangat positif. Aset Bank Syariah
Mandiri mengalami pertumbuhan pada tahun 2015 sebesar 5,10%,
pertumbuhan juga terjadi pada DPK sebesar 3,83% dan total pembiayaan
sebesar 3,98%.
Pada penelitian ini juga diperoleh hasil yang menunjukan bahwa
kinerja Maybank Syariah Indonesia sudah efisien dan mampu mencapai
tingkat efisiensi sempurna selama periode tahun 2011 sampai tahun 2015
dengan score rata-rata efisiensinya mencapai 100%. Hasil penelitan ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Mulazid (2016) dimana
hasilnya menunujukan bahwa Maybank Syariah Indonesia telah mencapai
74
tingkat efisien 100% selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Kinerja
Maybank Syariah Indonesia sangat baik meskipun pada tahun 2015 terjadi
penurunan total aset sebesar 22,9%, DPK sebesar 23,9% dan pembiayaan
sebesar 38%, Maybank Syariah Indonesia masih mampu mempertahankan
tingkat efisiensi sempurnanya.
Selain dua Bank Umum Syariah yang sudah efisien, selama periode
penelitian masih ada sembilan Bank Umum Syariah lainyang masih
mengalami inefisiensi yaitu Bank Muamalat Indonesia, BNI Syariah, BRI
Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Syariah Bukopin, BCA Syariah, BJB
Syariah, Bank Panin Syariah, dan Bank Victoria Syariah tingkat efisiensinya
tidak stabil dan belum dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna.
Sedangkan jika dilihat dari tingkat efisiensi gabungan Bank Umum
Syariah yang ada di Indonesia selama tahun 2011 sampai tahun 2015 secara
keseluruhan tingkat efisiensinya cenderung tidak stabil, Tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah terendah terjadi pada tahun 2012. Hal ini diakibatkan krisis
global yang terjadi pada tahun 2012 memberikan dampak yang signifikan
terhadap kinerja perbankan syariah di Indonesia. Sehingga pada tahun 2012
terdapat tujuh Bank Umum Syariah yang belum efisien.
Selama periode penelitian tahun 2011 sampai dengan tahun 2015
tingkat efisiensi Bank Umum Syariah mengalami fluktuasi dan belum dapat
mencapai tingkat efisiensi sempurna. Hasil ini sama seperti penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Yulita (2014) yang meneliti Tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia dengan metode DEA
periode 2011-2014, dimana Bank Umum Syariah di Indonesia masih belum
dapat mencapai tingkat efisiensi sempurna 100%.
Bank Umum Syariah yang masih belum dapat mencapai efisiensi
sempurna menunujukan bank syariah tersebut belum dapat memaksimalkan
nilai input dan output yang dimiliki. Hal ini menunjukan nilai input dan output
yang dicapai belum dapat meraih target yang sebenarnya. Berdasarkan analisis
75
inefisiensi diketahui faktor penyebab Bank Umum Syariah belum dapat
efisien. Ternyata variabel input berupa DPK, beban operasional, dan aset tetap
serta output berupa total pembiayaan dan pendapatan operasional pada Bank
Umum Syariah harus segera diperbaiki. Terutama pada variabel output yaitu
total pembiayaan dan pendapatan operasional yang merupakan penyebab
utama terjadinya ketidakefisienan pada Bank Umum Syariah.
Grafik 4.8.
Variabel Penyebab Inefisiensi Bank Umum Syariah
Tahun 2011 sampai Tahun 2015
Sumber: Data diolah dari Total Improve Output Oriented WDEA
Dari grafik 4.8. di atas variabel yang perlu mendapatkan perbaikan
terdapat pada variabel input dan output. Variabel input meliputi DPK, aset
tetap, dan beban operasional, serta variabel output meliputi total pembiayaan
dan pendapatan operasional. Total pembiayaan dan pendapatan operasional
menjadi penyumbang terbesar yang menyebabkan terjadinya inefisiensi pada
Bank Umum Syariah yaitu masing-masing sebesar 38% dan 37%. Sementara
pada aset tetap kontribusi inefisiensi sebesar 19%, inefisiensi DPK dan beban
operasional masing-masing sebesar 3%. Dari hasil kontribusi masing-masing
variabel yang menyebabkan inefisiensi menunjukan bahwa Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia belum dapat memaksimalkan output yang
dihasilkan dengan penggunaan input tertentu yang ditetapkan. Hasil ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Firdaus dan Hosen (2013) dimana
3% 3%
19%
38%
37%
Variabel Inefisiensi
DPK
Beban operasional
Aset tetap
Total pembiayaan
76
hasilnya menunjukan bahwa Bank Umum Syariah di Indonesia masih
dikategorikan inefisien atau belum dapat mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki.
Inefisiensi pada input DPK disebabkan jumlah input DPK yang masih
lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menunjukan peranannya sebagai
input DPK yang tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input DPK ke
bagian aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan oleh bank-bank
syariah dengan peningkatan jumlah penyaluran pembiayaan seperti
pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil, dan lainnya kepada masyarakat. Hal ini
berarti dana yang terkumpul dari masyarakat seperti simpanan dapat
disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan. Adapun cara lainnya
dengan menaikkan biaya administrasi pada dana simpanan, sehingga
pendapatan operasional bank syariah dapat diperbaiki.
Variabel input selanjutnya yang perlu diperbaiki yaitu variabel beban
operasional. Membengkaknya beban operasional diakibatkan biaya yang
dikeluarkan Bank Umum Syariah untuk kegiatan operasional masih cukup
besar. Terlihat dari rasio BOPO Bank Umum Syariah pada tahun 2015
mengalami kenaikan sebesar 93,53%. Hal ini membuktikan bahwa Bank
Umum Syariah kurang efisien dalam peneglolaan operasionalnya. Bank
Umum Syariah jika ingin mencapai tingkat efisiensi sempurna harus menekan
biaya untuk kegiatan operasionalnya seperti mengurangi biaya untuk promosi.
Pada variabel aset tetap juga mengalami pemborosan. Hal ini terjadi
karena jumlah cabang baru Bank Umum Syariah meningkat tiap tahun,
akibatnya kendaraan operasional, mesin ATM, dan sebagainya menambah
daftar panjang ketidakefisienan dari segi fixed asset. Membengkaknya aset
tetap yang dialami oleh Bank Umum Syariah perlu dicarikan solusi agar bank
syariah dapat efisien. Salah satunya manajemen perbankan syariah harus lebih
77
memperhatikan tentang manajemen aset agar dapat mencapai efisien dalam
penggunaan aset tetap yang ada.
Selain pada variabel input, inefisiensi juga terjadi pada variabel output
yaitu total pembiayaan dan pendapatan operasional. Jumlah pembiayaan masih
lebih kecil dibandingkan target yang ditentukan pada Bank Umum Syariah
yang belum mencapai tingkat efisiensi sempurna. Hal ini disebabkan adanya
prinsip kehati-hatian yang diberlakukan oleh Bank Umum Syariah tersebut,
namun kelebihan proporsi penerapan prinsipnya akan menghambat target
jumlah pembiayaan yang seharunya disalurkan. Seharusnya penerapan prinsip
kehati-hatian yang ada tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat,
namun dapat dilakukan dengan pengawasan yang lebih ketat dalam
mengantisipasi terjadinya pembiayaan bermasalah.
Selain itu terdapat faktor eksternal seperti melemahnya perekonomian
Indonesia yang menyebabkan penyaluran pembiayaan belum maksimal.
Semua bank di Indonesia baik bank konvensional maupun bank syariah
dilanda perlambatan penyaluran kredit atau pembiayaan dan diiringi pula
dengan peningkatan rasio kredit bermasalah (NPF). Perbankan syariah dalam
fungsinya sebagai fiancial intermediary selalu menghadapi permasalahan
klasik yaitu pembiayaan bermasalah. Ketidakmampuan nasabah (debitur)
memenuhi kewajibannya membuat kualitas aset (pembiayaan) bank
memburuk dan mengurangi pendapatan bank syariah sehingga Bank Umum
Syariah tidak dapat mencapai kinerja efisiensi yang sempurna.
Inefisiensi juga terjadi pada pendapatan operasional. Jumlah
pendapatan operasional kurang dari target yang seharusnya dicapai.
Penambahan pendapatan operasional dapat diperoleh dari pendapatan
penyaluran dana dan operasional lainnya. Untuk menaikkan pendapatan
operasional dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pembiayaan seperti
melakukan inovasi produk dan biaya pelayanan jasa yang terkait dengan input
simpanan. Selain itu bisa juga dengan memperbesar porsi jumlah aset
78
produktif dari total aset yang dimiliki untuk penambahan jumlah pembiayaan,
optimalisasi peran pembiayaan dengan mengurangi Non Performing
Financing (NPF) dan aktiva tetap, perbaikan kuantitas dan kualitas pelayanan
jasa, dan juga perbaikan kualitas SDM untuk peningkatan pendapatan
operasional, karena ini berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dalam
mengelola input yang ada untuk menghasilkan output yang maksimal.
Berdasarkan pemaparan di atas, Inefisiensi yang terjadi pada Bank
Umum Syariah di Indonesia dipengaruhi banyak faktor yang selama ini
menjadi hambatan. Diantaranya adalah faktor eksternal dari segi makro
ekonomi dimana melemahnya perekonomian global juga berdampak pada
Bank Umum Syariah yang selama ini memberikan pembiayaan usaha
berbasis ekspor. Dampak dari itu semua banyak usaha-usaha berbasis ekspor
mengalami kebangkrutan bahkan mengurangi produksi. Akibatnya hal
tersebut menjadikan ketidaklancaran pelaku usaha dalam melakukan
pembayaran yang menjadikan NPF Bank Umum Syariah juga meningkat.
Selain itu juga terdapat faktor internal khususnya kebijakan dalam
peningkatan market share perbankan syariah yang selama ini didengungkan
oleh OJK dan Bank Indonesia membuat bank syariah tidak bisa berlari
kencang. Kurangnya dukungan modal membuat bank syariah lamban
melakukan perkembangan. Karena untuk mencapai market share dibutuhkan
sarana infrastruktur dan sumber daya insani yang kuat. Sehingga banyak bank
syariah mengalami kedodoran yang mengakibatkan aktifitas sosialisai dan
promosi tidak seimbang dengan besarnya modal yang dimiliki. Dampaknya
selama tahun 2015 beban operasional Bank Umum Syariah sangat besar
sementara margin keuntungan dan labanya sangat kecil.
Oleh karena itu, untuk merefleksi perkembangan perbankan syariah di
Indonesia, tidak bisa semua beban tersebut diserahakan kepada pihak industri
perbankan syariah. Akan tetapi semua pihak harus terlibat dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut. Apabila kondisi bank syariah terus
79
mengalami inefisiensi seperti terjadi selama ini, dikhawatirkan banyak orang
tidak tertarik untuk menginvestasikan dananya ke bank syariah.
Untuk itu perlu adanya langkah-langkah agar bank dapat efisien dan
mampu memberikan keuntungan. Salah satunya, pemerintah harus bersikap
adil dalam memperlakukan bank syariah seperti halnya memperlakukan bank
konvensional. Bank Syariah harus mendapatkan hak yang sama sebagai
perbankan nasional dalam menyalurkan dana APBN ke kementrian-
kementrian dan pembayaran pajak seperti yang dilakukan oleh bank
konvensional. Selama ini bank syariah hanya memperoleh dana dari
pengelolaan haji saja. Sehingga minimnya dana murah yang dimiliki bank
syariah menjadikan mahalnya produk-produk pembiayaan bank syariah. Jika
pemerintah bisa menerapkan kebijakan tersebut sangat mungkin bagi bank
syariah di Indonesia seperti di Malaysia karena pemerintahnya memberikan
hak yang sama.
Selain itu diperlukan juga peran dari induk bank syariah (bank
konevensional) untuk membangun sinergi dan memberikan perhatian yang
lebih kepada anak perusahaannya. Seperti bagaimana produk-produk bank
syariah dapat dijual di bank konvensional atau dimana ada bank konvensional
ada bank syariah juga. Dengan demikian bank syariah akan lebih efisien
dalam mengembangkan bisnisnya. Tidak seperti yang terjadi saat ini, bank
syariah harus berinvestasi teknologi IT, gedung, dan lain-lain, sehingga tidak
efisien dan membebani biaya operasionalnya. Oleh karena itu bagi bank
syariah yang belum efisien dan bebannya sangat besar, sangat diperlukan
strategi konsolidasi. Hal ini agar kedepannya bank syariah di Indonesia lebih
efisien dalam mengembangkan bisnisnya.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank
Umum Syariah dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan inefisiensi
pada Bank Umum Syariah dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA). Penelitian ini menggunakan 11 (Sebelas) Bank Umum
Syariah di Indonesia sebagai objek penelitian dengan waktu penelitian pada
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Hasil yang didapat pada
penelitian ini adalah:
1. Tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia selama tahun 2011
sampai tahun 2015 cenderung fluktuatif. Hanya dua Bank Umum
Syariah yang tingkat efisiensinya stabil dan mencapai tingkat efisiensi
sempurna dengan score 100% yaitu Bank Syariah Mandiri dan
Maybank Syariah Indonesia. Sementara Bank Umum Syariah yang
paling tidak efisien adalah Bank Victoria Syariah dengan rata-rata
efisiensinya hanya sebesar 74,88% lebih kecil dibandingkan dengan
bank syariah yang lain.
2. Tingkat efisiensi Bank Umum Syariah Secara keseluruhan selama
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 juga memiliki trend
yang fluktuatif dengan tingkat efisiensi tertinggi dicapai pada tahun
2014 dengan score 94,28% dan score efisiensi terendah terjadi pada
tahun 2012 dengan score 88,69%. Dengan hasil pengukuran ini dapat
disimpulkan bahwa Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia masih
belum dapat mencapai tingkat efisiensi yang sempurna dan masih
tergolong inefisien atau belum optimal dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki. Akan tetapi score yang diperoleh tersebut masih
dikategorikan tinggi karena score efisiensinya masih diatas 80%.
81
3. Dari hasil tingkat efisiensi selama tahun 2011 sampai tahun 2015,
diperoleh rata-rata tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia
selama periode penelitian sebesar 91,98%. Adapun bank syariah yang
tingkat efisiensinya masih dibawah rata-rata yaitu BJB Syariah, BCA
Syariah, Bank Victoria Syariah, dan Bank Syariah Bukopin.
4. Selanjutnya pada analisis inefisiensi, diperoleh kesimpulan bahwa
penyebab inefisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia terjadi
pada variabel input dan outputnya. Variabel input meliputi DPK, aset
tetap, dan beban operasional, serta variabel output meliputi total
pembiayaan dan pendapatan operasional. Output total pembiayaan dan
pendapatan operasional menjadi penyumbang terbesar yang
menyebabkan terjadinya inefisiensi pada Bank Umum Syariah yaitu
masing-masing sebesar 38% dan 37%. Sementara pada aset tetap
kontribusi inefisiensi sebesar 19%, inefisiensi DPK dan beban
operasional masing-masing sebesar 3%. Dari analsis inefisensi
menunjukan bahwa Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia belum
dapat memaksimalkan output yang dihasilkan dengan penggunaan
input tertentu yang ditetapkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya:
1. Bagi Manajemen Bank
Dengan melakukan pengukuran efisiensi pada 11 (Sebelas) Bank
Umum Syariah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang menjadi bahan evaluasi kepada pihak manajemen
masing-masing Bank Umum Syariaah mengenai kinerja yang telah
dicapai, khususnya dalam mencapai tingkat efisiensi yang optimal
selama waktu penelitian ini. Hal yang perlu diperhatikan oleh pihak
manajemen masing-masing Bank Umum Syariah adalah faktor-faktor
82
yang menyebabkan inefisiensi seperti yang telah dikemukakan pada
penelitian ini.
2. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya
Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan
metode pengukuran efisiensi dengan metode Frontier yang lain. Hal
tersebut dikarenakan metode pengukuran efisiensi ini akan terus
berkembang. Maka berbagai pengembangan mengenai pengukuran
tingkat efisiensi menjadi hal yang sangat mungkin dilakukan untuk
lebih menggali lagi mengenai efisiensi suatu bank. Karena metode
DEA memiliki kelamahan yaitu uji hipotesis secara statistik tidak
dapat dilakukan. Oleh karena itu untuk melengkapi kekurangan pada
metode DEA ini bisa ditambahkan dengan menggunakan metode
Stochastic Frontier Approach (SFA). Namun penelitian ini tidak
menggunakan metode SFA karena metode tersebut memiliki
kelemahan tidak bisa diketahui faktor penyebab dari ketidakefisiensian
dari suatu unit. Sedangkan pada penelitian ini akan melihat faktor
penyebab ketidakefisiensian. Oleh karena itu penelitian ini lebih sesuai
menggunakan metode DEA.
83
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Antonio, Muhammad Syafii’. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani. 2011.
Ascarya, Diana Yumanita, Guruh S. R. Analisis Efisiensi Perbankan Syariah
Konvensional dan Perbankan Syariah di Indonesia Data Envelopment
Analysis. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2008.
Effendy, Mochtar. Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
Cet III. Palembang: Unsri. 2009.
Fahmi, Irham. Manajemen (Teori, Kasus, dan Solusi). Bandung: Alfabeta.
2012.
Hidayat, Rahmat. Efisiensi Perbankan Syariah Teori dan Praktik. Bekasi:
Gramata Publishing. 2014
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. 2011.
Maulana, Agus. Sistem Pengendalian Manajemen Edisi 6 Jilid 1. (Jakarta:
Banurupa Aksara. 1997.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UUP AMP
YKPN. 2005.
Rochaety, Ety, dkk. Metode Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wancana Media. 2007.
Rusdian, Aam Slamet dan Tim Smart Consulting. Mengukur Tingkat Efisiensi
dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis. Bogor: SMART
Publishing. 2013
Subramanyam, K.R., dan John J. Wild. Analisis Laporan Keuangan Ed. 10.
Jakarta: Salemba Empat. 2010.
84
Suharso, Puguh. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan
Filosofis dan Praktis. Jakarta: PT. Indeks. 2009.
Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metode Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta:
Gramata Publishing. 2013.
W. Ghafur, Muhammad. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini.
Yogyakarta: Biruni Press. 2007.
Winarso, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan statistika dengan Eviews
Ed. 2. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN. 2009.
Wirdiyaningsih, et. al. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada dan Badan penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. 2005.
Jurnal dan Skripsi
Ali, M. Mahbubi dan Ascarya. “Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil
dengan Pendekatan Two Stage Envelopment Analysis (Studi Kasus
Kantor Cabang BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri)”. Jurnal Islamic
Finance & Business Review Vol 5 No. 2. (2010).
Baur, P. Berger, A. N. and Ferrier, G. D. “Consistency Condition for
Regulatory Analysis of Financial Institusion: A Comparasion of
Fronter Approach Methode”. Journal of Economic and Bussines.
(1998).
Cahya, Ardias Rifki Khaerun. “Efisiensi Kinerja Bank Umum Syariah di
Indonesia Menggunakan Data Envelopment Analysis”. Economics
Development Analysis Journal. (2015)
Casu, B. Dan Molyneux P. “A Comparative Study of Efficiency in European
Banking”. Applied Economics. (2013).
85
Coelli, Timothy J et.al. “An Introdution to Efficiency and Productivity
Analysis”. 2005.
Coelli. “A Guide to DEAP Version 2.1: A Data Envelopment Analysis
(Computer) Program”. Australia: Centre For Efficiency and
Productivity Analysis Departement of Econometric University of New
England Armidale. 1996.
Farrell, M. J. “The Measurement of Produvtive Efficiency”. Journal of The
Royal Statistical Society. (1957).
Firdaus, M. Faza. “Efisiensi Bank Umum Syariah Menggunakan Two-Stage
Data Envelopment Analysis”. Skripsi FSH UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2013.
, dan Muhamad Nadratuzzaman Hosen. “Efisiensi Bank Umum
Syariah Menggunakan pendekatan Two-Stage Data Envelopment
Analysis”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. (2013).
Hadad, D. Muliaman, dkk. “Analisis Efisiensi Industri Perbankan Indonesia:
Penggunaan Metode Non-Parametrik Data Envelopment Analysis
(DEA)”. Working Paper Series Bank Indonesia. (2003).
Ismail, Farhana, Rossazana, M. Shabri. “Determinant of Efficiency in
malaysian Banking Sector”. Skirpsi S1 Universiti Malaysia Serawak.
2012.
Jemric, I., dan Vujcic B. “Efficiency of banks in Croatia: A DEA Approach”.
Comparative Economic Studies. (2012).
K., Avkiran N. “The Evidence on Efficiency Gains: The Role of Mergers and
The Benefits to Public”. Journal of Banking and Finance.(1999).
Muharam dan Pusvitasari. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis”. Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang, Vol II No.3. (2007).
86
Putri, Meruni Sani, dan Ade Sofyan Mulazid. “Analisis Efisiensi Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia dengan Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA) Periode 2013-2015”. Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta. 2016.
Septianto, Hendi. “Analisis Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Kota
Semarang Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis.” Jurnal
Media Statistika Vol 3 No. 1. (2010).
Setiawan, Arief. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan
Bank Syariah dengan menggunakan Data Envelopment Analysis
(DEA) Periode 2008-2012”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2013.
Yulita, Ika. “Perbandingan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Antara
Malaysia dan Indonesia”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2015.
Lain-lain:
http://www.ojk.go.id/2015/sttistikperbankansyariah, diakses 5 Mei 2015.
http://www.ojk.go.id/2015/laporantriwulanIV, diakses tanggal 5 Mei 2015.
87
LAMPIRAN
Data Rekap Score Efisiensi Olah Data Wdea Dan Variabel Input dan Output dari
Laporan Keuangan Publikasi Bank Periode Tahun 2011- 2015
Periode Score
efisiensi DPK
Beban
Operasional
Aset
Tetap
Total
Pembiayaan
Pendapatan
Operasional
BSM
2011 100 42.133.653 1.956.976 844.072 36.534.683 5.056.218
2012 100 46.687.969 2.388.613 1.207.883 44.478.580 6.055.278
2013 100 55.767.955 2.756.642 1.334.751 50.261.583 6.776.206
2014 100 59.283.492 2.945.548 1.569.851 48.921.633 6.851.461
2015 100 62.112.879 4.045.087 1.993.417 50.893.511 6.897.772
BRIS
2011 92,28 9.906.412 657.098 224.785 9.188.350 1.141.770
2012 96,44 11.948.889 742.068 267.368 11.417.500 1.507.472
2013 100 14.349.712 926.210 357.527 14.178.143 1.875.620
2014 94,97 16.947.388 1.069.775 395.977 15.699.670 2.140.056
2015 90,33 20.123.658 1.381.449 379.245 16.660.266 2.567.870
BNIS
2011 100 6.756.261 393.655 88.098 5.310.291 1.009.550
2012 87,77 8.980.035 673.953 153.169 7.631.994 1.259.539
2013 100 11.488.209 884.109 183.764 11.242.241 1.612.222
2014 100 16.246.405 1.127.685 219.644 15.040.920 2.176.438
2015 100 19.322.756 1.460.278 274.946 17.765.096 2.573.188
BMS
2011 81,02 4.928.442 571.657 132.284 4.094.797 982.607
2012 91,37 7.090.422 626.939 136.315 6.213.570 1.302.340
2013 100 7.730.738 740.155 148.900 7.185.389 1.673.842
2014 100 5.821.319 731.609 395.232 5.455.674 1.673.842
2015 100 4.268.834 1.150.149 441.703 4.211.474 1.810.150
BMI
2011 96,32 29.126.650 1.003.051 529.642 22.479.924 2.674.527
2012 100 39.422.307 1.248.270 710.846 32.869.007 3.382.835
2013 100 45.022.858 1.655.769 1.244.190 41.793.420 4.794.213
2014 100 53.496.985 1.855.158 2.798.346 42.958.756 5.528.377
2015 96,6 45.077.653 2.648.346 2.933.155 40.606.608 5.693.461
88
BSB
2011 73,88 2.291.738 86.442 80.837 1.916.219 245.306
2012 83,84 2.850.784 101.814 86.224 2.627.337 311.220
2013 92,85 3.272.262 123.490 118.972 3.287.185 401.503
2014 93,71 3.994.957 138.296 122.477 3.715.560 502.833
2015 91,77 4.756.303 166.473 160.648 4.336.201 557.957
BJBS
2011 100 2.218.533 120.453 9.518 1.769.445 265.039
2012 79,46 3.362.073 144.581 143.705 2.960.606 370.923
2013 86,6 3.702.683 208.313 168.658 3.597.059 528.197
2014 87,43 5.237.296 252.038 175.747 4.402.699 742.209
2015 100 4.702.474 459.345 171.569 4.984.873 1.315.954
BCAS
2011 79,41 864.135 50.192 21.373 680.864 144.381
2012 77,44 1.261.824 61.544 20.894 1.008.325 171.381
2013 80,18 1.703.049 63.713 29.438 1.421.624 200.956
2014 86,32 2.338.709 82.067 33.140 2.132.223 280.983
2015 91,5 3.255.154 202.439 55.858 2.975.474 551.045
MSI
2011 100 349.848 43.710 22.032 1.016.011 117.474
2012 100 710.726 48.273 21.688 1.408.382 135.607
2013 100 7.730.738 75.262 19.323 1.522.262 207.478
2014 100 7.730.738 82.067 33.140 2.132.223 280.983
2015 100 938.982 814.559 20.509 1.552.520 461.251
BVS
2011 100 465.036 16.772 16.614 214.281 73.682
2012 66,95 646.324 34.308 19.695 476.814 83.490
2013 68,83 45.022.858 46.043 22.637 859.944 111.776
2014 77,85 3.272.262 52.631 26.801 1.076.881 153.013
2015 60,79 1.128.908 81.237 23.684 1.075.681 152.861
BPS
2011 100 419.772 30.638 36.680 684.242 74.894
2012 100 1.223.290 40.382 39.463 1.515.420 152.468
2013 86,3 3.272.262 83.441 46.237 2.594.825 283.759
2014 100 3.702.683 128.060 50.765 4.785.524 559.789
2015 100 5.928.345 235.063 73.100 5.713.720 734.238