Post on 30-Oct-2014
description
Makalah Studi Kasus
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Nursing Practice V:
Manejemen Kesehatan dan Keperawatan
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Binarto Nainggolan (SA10014)
Christa Juli sari S (SA10015)
Debora Yulfine S (SA10016)
Dessy Angghita (SA10017)
Ega Kusmawati (SA10018)
Eirene Ruth (SA10019)
Eka Putri Sulistia (SA10020)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya Makalah studi kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa terselesaikannya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Blacius Dedi, SKM, M. Kep. selaku Koordinator dan dosen
Pembimbing mata kuliah Nursing Practice V: Manejemen Kesehatan dan
Keperawatan yang selalu memberikan arahan dan bimbingan selama
perkuliahan berlangsung.
2. Bapak Herwinda, S.Kep, Ners. selaku dosen Pembimbing mata kuliah
Nursing Practice V: Manejemen Kesehatan dan Keperawatan yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan berlangsung.
Dan kami menyadari akan berkembangnya ilmu pengetahuan yang tak pernah
berhenti, oleh karena itu kami menerima semua saran dan kritik guna untuk
memperbaiki di masa mendatang.
Bandung, 09 JanuariI 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.3 Metode Penulisan......................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................4
2.1 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)....................................4
2.1.1 Pengertian dan Definisi......................................................................4
2.1.2 Tujuan Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional......4
2.1.3 Komponen Model Praktik Keperawatan Profesional.........................4
2.2 Manajemen Konflik.................................................................................11
2.2.1 Pengertian Konflik...........................................................................11
2.2.2 Penyebab Konflik.............................................................................12
2.2.3 Proses konflik...................................................................................13
2.2.4 Penyelesaian Konflik.......................................................................13
2.3 Standar Operasional Pelaksanaan (SOP).................................................14
2.3.1 Pengertian.........................................................................................14
2.3.2 Fungsi...............................................................................................15
2.3.3 Tujuan..............................................................................................15
2.3.4 Prinsip Penyusunan SOP..................................................................15
ii
2.3.5 Langkah-langkah menyusun SOP....................................................16
BAB III PEMBAHASAN KASUS........................................................................21
3.1 Fungsi Manajerial....................................................................................21
3.2 Analisis SWOT........................................................................................25
3.2.1 Situasi Kasus....................................................................................25
3.2.2 Kajian Kasus....................................................................................25
3.2.3 Analisa Data.....................................................................................26
3.2.4 Matriks SWOT.................................................................................27
3.3 Prioritas Masalah.....................................................................................29
3.4 Fish Bone Analisis...................................................................................31
3.5 Plan Of Action (POA)..............................................................................33
3.6 Alternatif Penyelesaian Konflik..............................................................37
3.7 Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Keperawatan.........................39
BAB IV PENUTUP...............................................................................................40
4.1 Simpulan..................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut
perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan profesional
(MPKP).Saat ini, praktik pelayanan keperawatan di banyak rumah sakit di
Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian
asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada
upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan
tugas. Maka dari itu sebagai tenaga kesehatan yang profesional di tuntut untuk
siap dan setara dengan perkembangan standar kesehatan saat ini. Maka dari itu di
berlakukan nya Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri
ukuran kualitatif yang tepat. Standar selalu berhubungan dengan mutu karena
standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan
yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai. Mengingat keterbatasan
jumlah dan pendidikan sumber daya perawat di Indonesia- mayoritas tenaga
keperawatan masih lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)-praktik
keperawatan profesional tidak bisa seperti yang dilakukan di negara maju. Yang
dilakukan adalah modifikasi keperawatan primer. Penetapan jumlah tenaga
keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat ketergantungan klien.
Jenis tenaga adalah perawat primer (PP) yang lulusan S1 keperawatan, perawat
asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah pembantu
keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh
Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.
Ketetapan yang dilakukan ini bertujuan untunk memajukan indonesia agar
indonesia mampu bersaing dan setara dengan negara lain, yang nantinya menuju
kepada kehidupan yang lebih baik lagi bagi masa depan.
1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini ditujukan yakni sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami fungsi manajerial dalam
manajemen keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setiap mahasiswa mampu memahami tentang analisis SWOT,
manajemen konflik, model keperawatan profesional.
1.3 Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pola
deskripsi, yakni mengambarkan, memaparkan serta menjelaskan kembali apa
yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari berbagai sumber
yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan pemahaman kami,
agar para mahasiswa juga dapat mengerti dan memahami tentang salah satu mata
kuliah yang kami sajikan dalam manajemen keperawatan dan kesehatan ini.
Ada pula metode penulisan untuk bahan sumber yang kami dapatkan adalah
sebagai berikut:
1. Mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang sesuai
dengan materi
2. Mencari buku sumber yang sesuai dengan materi yang dibutuhkan.
3. Menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi ini.
4. Mencari ke internet , dll.
2
1.4 Sistematika Penulisan
Pada bab I yakni Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan yang kami paparkan serta jelaskan
secara rinci.
Kemudian pada bab II yakni tinjauan teoritis, bab ini berisikan teori pendahulu
mengenai model praktik keperawatan profesional, manajemen konflik, dan
standar operasional prosedur.
Pada bab III yakni tinjauan kasus, bab ini berisikan fungsi manajerial, Analisa
SWOT, plan of action, prioritas masalah untuk menangani kasus dan peran
kepemimpinan dalam manajemn keperawatan.
Pada bab IV yakni penutup, pada bab ini berisikan simpulan dari keseluruhan
materi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
2.1.1 Pengertian dan Definisi
Model Praktik KeperawatanProfesional sebagai sebuah sistem yang
meliputi struktur, proses, dan Model Praktik Keperawatan Profesional
sebagai sebuah sistem yang meliputi struktur, proses, dan nilai professional
yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan
dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Sebagai suatu model
berarti sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan
professional di Rumah Sakit. (Hoffart dan Woods, 1996)
2.1.2 Tujuan Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional
a. Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan
keperawatan
b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan
praktik keperawatan professional
c. Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan
penelitian keperawatan
2.1.3 Komponen Model Praktik Keperawatan Profesional
a. Nilai Profesional Pengembangan
Model Praktik Keperawatan Profesional didasarkan pada nilai professional. Nilai
professional merupakan inti dari Model Praktik Keperawatan Profesional,
yang meliputi: nilai intelektual, komitmen moral, otonomi, kendali, dan
tanggung gugat.
b. Pendekatan manajemen
Pendekatan manajemen digunakan untuk mengelola sumber daya yang ada
meliputi: ketenagaan, alat, fasilitas serta menetapkan Standar Asuhan
Keperawatan (SAK). Pada Model PraktikKeperawatan Profesional ini
4
kemampuan manajemen keperawatan yang dikembangkan terutama dalam hal
mengelola perubahan dan pengambilan keputusan.
c. Sistem pemberian asuhan keperawatan
Sistem pemberian asuhan keperawatan (care delivery system) merupakan
metode penugasan bagi tenaga perawat yang digunakan dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien. Sistem atau metode tersebut merefleksikan
falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan populasi klien. Saat
ini dikenal lima jenis metode pemberian asuhan keperawatan, yang terdiri dari:
metode kasus, fungsional, tim, primer dan manajemen kasus.
d. Hubungan professional
Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) memungkinkan
terjadinya hubungan professional di antar perawat dan praktisi kesehatan lainnya.
Hubungan ini dapat terjadi melalui sistem pendokumentasian
keperawatan, operan tugas jaga,konferensi awal dan akhir, dan pembahasan
kasus.
e. Kompensasi dan Penghargaan
Pada suatu layanan professional, seseorang mempunyai hak atas
kompensasi dan penghargaan. Kompensasi merupakan salah faktor yang dapat
meningkatkan motivasi, pada Model Praktik. Keperawatan Profesional
karena masing-masing perawat mempunyai peran dan tugas yang jelas sehingga dapat
dibuat klasifikasi yang obyektif sebagai dasar pemberian kompensasi dan
penghargaan.
f. Aspek Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional
Menurut Sitorus (1996) yang diperkuat oleh Nursalam
(2002),berdasarkan tingkat perkembangan keperawatan di Indonesia
untuk dapat menerapkan Model Praktik Keperawatan Profesional ada
tiga aspek yang perlu dikembangkan yang meliputi :
1. Ketenagaan Dalam pengembangan Model Praktik Keperawatan
Profesional aspek ketenagaan merupakan komponen pertama yang harus
dipertimbangkan, sehingga tujuan pelayanan dapat dicapai. Menurut
Werdati (2005) dalam penerapan sistem pemberianasuhan keperawatan
5
terdapat 3 strategi manajemen yang penting dalam mengelola sumber daya
keperawatan yaitu:
a. Sistem klasifikasi pasien
Sistem ini dikembangkan untuk mewujudkan asuhan
keperawatan yang bermutu dan efisisien, karena pelayanan
diberikan sesuai dengan tingkat kebutuhan pasien, merupakan metode untuk
memperkirakan dan mengkaji jumlah kebutuhan pasien terhadap pelayanan
keperawatan, sehingga dapat diketahui jam efektif perawat untuk
melakukan pelayanan keperawatan. Depkes (2001) menetapkan
indikator jumlah jam kontak perawat dengan pasien rata-rata
selama 4,5 jam/hari.
b. Stafing
Staffing merupakan salah satu fungsi khusus manajemen
keperawatan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan :mengidentifikasi jenis
dan jumlah dan kategori tenaga yang dibutuhkan pasien,
mengalokasikan anggaran tenaga, merekrut, seleksi dan penempatan
perawat, orientasi danmengkombinasikan tenaga pada konfigurasi yang
baik.
c. Penjadwalan
Penetapan jumlah tenaga dan penjadwalan adalah merupakan proses
pengorganisasian sumber daya yang berharga untuk menentukan berapa
banyak dan kriteria tenaga seperti apa yang dibutuhkan untuk
setiap shift. Sedangkan menurut Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) menyebutkan bahwa agar pelayanan keperawatan dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan seorang Kepala Ruang harus menyusun
jadwal dinas yang dapat mencerminkan jumlah dan kategori tenaga yang
berkemampuan baik pada setiap shift dan adapenunjukan perawat
sebagai penanggung jawab shift dengan disertai pembagian tugas yang
jelas
6
2. Penerapan sistem pemberian asuhan keperawatan
Merupakan metode penugasan yang dipilih dalam mem berikan pelayanan
asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi yang ada di Rumah Sakit. Sistem
pemberian asuhan keperawatan harus merefleksikan falsafah organisasi,
struktur, pola ketenagaan dan karakteristik populasi pasien yang
dilayani. Untuk memperoleh gambaran penerapan sistem ini dapat dilihat
dari tanggung jawab pelaksanaan uraian tugas dan tanggung jawab kepala ruang
rawat, kepala group, CI, dan perawat pelaksana.
a. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat
1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait
dengan bimbingan yangdiberikan PP kepada PA. Apakah sudah
baik.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan
PA..
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan
keperawatan.
4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan
pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan
dan melakukan penelitian.
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan
asuhan keperawatan .
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal
melakukan evaluasi tentang mutu asuhankeperawatan,
mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi
MPKP.
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan
memberikan masukan untuk perbaikan..
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhankeperawatan
7
b. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Group
KedudukanPerawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat
professional dalam melaksanakantugas, bertanggung jawab
kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan standar profesi sertamenggunakan dan memelihara
logistic keperawatan secara efisien dan efektif.
Uraian Tugas :
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima
dengan group.tim (group petugas ganti) mengawasi:
kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medis, pelayanan pemeriksaan
penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat
diselesaikan oleh group sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite
dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan
melaksanakan program pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan.
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga
baru mengenai tata tertib ruangan RS, perawat yang
bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi
penyuluhan kesehatan.
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan:
mengatur tugas cleaning service, mengatur tugas
peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang
8
ditunjukkan kepada semua petugas,peserta didik dan
pengunjung ruangan.
11. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
12. Membantu untuk menilai mutu pelayanan askep serta
tenaga keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga
dan lingkungan.
c. Tugas dan Tanggung Jawab CI
Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta
didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca
rekam medis pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan
komunikasi terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan
rencana tindakan keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam
situasi tertentu.
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang
kegiatan peserta didik dalam melakukan asuhan
keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri
praktek di suatu ruangan.
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan
kepada diklat apabila peserta didik tidak hadir
memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan
tingkat pendidikannya dalamhal melaksanakan asuhan
9
keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung
jawab tugas sore dan malam.
d. Tugas dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana:
1. Kebenaran asuhan keperawatan meliputi pengkajian,diagnosis
dan rencana asuhan keperawatan.
2. Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan dan
evaluasi keperawatan.
3. Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan
4. Kebersihan dan kerapihan pasien serta alat kesehatan
5. Kebenaran isi rekam asuhan keperawatan
6. Kebenaran informasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan.
7. Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
8. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar.
9. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain
(group petugas ganti) mengenai kondisiklien/anggota
keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam
medic, pelayananpemeriksaan penunjang, kolaborasi
program pengobatan.
10. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan
oleh group sebelumnya.
11. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
12. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite
dokter.
13. Mendampingi dokter visite, mencatat dan
melaksanakan program pengobatan dokter
14. Membantu pelaksanaaan rujukan
15. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota
keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertibruangan/RS,
perawat yang bertugas
10
16. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan
memberikan penyuluhan kesehatan
e. Uraian tugas perawat pelaksana:
1. Menerima keluhan pasien dan berusaha
untukmenyelesaikannya.
2. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas.
3. Memperkenalkan diri dan rekan yang berada pada satu timnya
untuk melakukan askep lanjutan pada pasien .
4. Melaksanakan tugas pendelegasian pada saat jaga
siang/ malam atau hari libur.
5. Mengikuti diskusi kasus/ konferens dengan tim
kesehatan.
6. Mengikuti pertemuan berkala (rutin) ruangan atau
tingkat rumah sakit.
f. Wewenang:
1. Memeriksa kelengkapan peralatan ruang perawatan
2. Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai denagnkebutuhan
pelaksanaan tugas
3. Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa danperencanaan
keperawatan bagi pasien baru pada bertugas
4. Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien
5. Melaporkan asuhan keperawatan pasien kepada penanggung
jawab.
2.2 Manajemen Konflik
2.2.1 Pengertian Konflik
Deutsch (1969) La Monica (1986), mendefinisikan konflik sebagai suatu
perselisihan atau perjuangan yang timbul akibat terjadinya ancaman
keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku seseorang. Douglass
dan Bevis (1979) mengartikan konflik sebagai suatu bentuk perjuangan di antara
kekuatan interdependen. Perjuangan tersebut dapat terjadi baik di dalam individu
11
(interpersonal conflict) ataupun di dalam kelompok (intragroup conflict) (La
Monica, 1986).
Konflik adalah sebuah kemutlakan atau keharusan sehingga seorang pemimpin
harus belajar secara efektif dalam memfasilitasi penyelesaian konflik yang terjadi
di antara anggotanya. Hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan organisasi yang
telali ditetapkan bersama, bukan membiarkannya atau balikan menghindarinya.
Dan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik terjadi akibat adanya
pertentangan pada situasi keseimbangan yang terjadi pada diri individu ataupun
pada tatanan yang lebih luas, seperti antar-individu, antar kelompok atau bahkan
antar-masyarakat. Konflik dianggap sebagai suatu bentuk perjuangan maka dalam
menyelesaikan konflik seharusnya diperlukan usaha-usaha yang bersifat
konstruktif untuk menghasilkan pertumbuhan positif individu atau kelompok,
peningkatan kesadaran, pemahaman diri dan orang lain, dan perasaan positif kea
rah basil interaksi atau hubungan dengan orang lain.
2.2.2 Penyebab Konflik
Banyak faktor yang bertanggungjawab terhadap terjadinya konflik terutama dalam
suatu organisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berupa penlaku yang menentang,
stress, kondisi ruangan, kewenangan dokter-perawat, keyakinan, eksklusifisme,
kekaburan tugas, kekurangan sumber daya, proses perubahan, imbalan, dan
masalah komunikasi.
Perilaku menentang, sebagai bentuk dari ancaman terhadap suatu dialog rasional,
dapat menimbulkan gangguan protocol penerimaan untuk interaksi dengan orang
lain. Perilaku ini dapat berupa verbal dan nonverbal. Terdapat tiga macam
perilaku menentang, yaitu competitive, bomber yang dicirikan dengan perilaku
mudah menolak, menggerutu, dan menggumam, mudah untuk tidak masuk kerja,
dan merusak secara agresif yang disengaja. Tipe perilaku menentang yang kedua
adalah martyred accommodation, yang ditunjukkan dengan penggunaan
kepatuhan semu atau palsu dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain,
namun sambil melakukan ejekan dan hinaan. Tipe perilaku menentang yang
12
ketiga adalah avoider, yang ditunjukkan dengan penghindaran kesepakatan yang
telah dibuat dan menolak untuk berpartisipasi.
Kewenangan dokter-perawat yang berlebihan dan tidak saling mengindalikan
usulan-usulan diantara mereka, juga dapat mengakibatkan munculnya konflik.
2.2.3 Proses konflik
La Monica (1986) mengutip pendapatnya Filley (1980) membagi proses konflik
dalam 6 tahapan, yaitu kondisi yang mendahului, konflik yang dipersepsi, konflik
yang dirasakan, perilaku yang dinyatakan, penyelesaian atau penekanan konflik,
dan penyelesaian akibat konflik.
Kondisi yang mendahului merupakan penyebab terjadinya konflik seperti yang
sudah didiskusikan sebelumnya. Setelah terjadi suatu konflik, konflik yang ada di
persepsi atau berusaha diketahui. Kondisi yang ada di antara pihak yang terlibat
atau di dalam diri dapat menyebabkan terjadinya konflik. Konflik yang di persepsi
ini pada umumnya bersifat logis, tidak personal, dan sangat objektif. Disisi lain
konflik akan dirasakan secara subjektif karena individu merasa ada konflik relasi.
Perasaan semacam ini sering diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat mengancam
integritas diri, memunculkan permusuhan, perasaan takut, dan balikan timbulnya
perasaan tidak berdaya. Akibat dan kondisi – kondisi tersebut, beberapa individu
kemudian melakukan bentuk penlaku nyata (aktual) seperti perilaku agresi, pasif,
asertif, persaingan, debat, atau ada beberapa individu yang mencoba memecahkan
masalah atau konflik.
2.2.4 Penyelesaian Konflik
Beberapa strategi dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik, seperti
penggunaan disiplin, pertimbangan tahap kehidupan, komunikasi, lingkaran
kualitas; dan latihan keasertifan.
a. Penggunaan disiplin
Dalam menggunakan disiplin untuk mengelola atau mencagah terjadinya
konflik, seorang manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan
dan ketetapan organisasi yang berlaku. Berbagai aturan dapat digunakan
13
untuk mengelola konflik, antara lain penggunaan disiplin yang progresif,
pemberian hukuman yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan
anggota, penawaran bantuan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan,
penentuan pendekatan terbaik untuk setiap personal, pendekatan individual,
tegas dalam pemberian keputusan, penciptaan rasa hormat, dan rasa percaya
diri di antara anggota untuk mengatasi masalah kedisiplinan.
b. Pertimbangan Tahap Kehidupan
Konflik juga dapat diselesaikan melalui pemberian dukungan pada anggota
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam tahap perkembangan
kehidupannya.
c. Komunikasi
Komunikasi yang merupakan bagian mendasar manusia dapat dimanfaatkan
dalam penyelesaian konflik. Komunikasi merupakan suatu seni yang penting
digunakan untuk memelihara suatu lingkungan kondusif-terapeutik.
d. Lingkaran Kualitas
Cara ini telah digunakan untuk mengurangi terjadinya stress melalui kegiatan
peningkatan motivasi personel. Lingkaran kualitas ini dapat digunakan
melalui kegiatan manajemen partisipasi, keanggotaan dalam panitia, program
pengembangan kepemimpinan, latihan-latihan kelas, penjenjangan karier,
perluasan kerja, dan rotasi kerja.
e. Latihan Keasertifan
Seorang manajer dapat juga melatih staffnya dalam hal keasertifan untuk
mencegah atau mengelola konflik. Sifat asertif dapat diajarkan melalui
program pengembangan staf.
2.3 Standar Operasional Pelaksanaan (SOP)
2.3.1 Pengertian
1. Satu perangkat instruksi atau langkah langkah kegiatan yang
dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (Depkes RI 2004)
14
2. Suatu standar untuk mendorong suatu kelompok untuk mencapai
tujuan
3. Tatacara yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu yang
dapat diterima oleh s3eseorang yang berwenang atau bertanggung
jawab uantuk mempertahankan tingkat penampilan tertentu shg
kegiatan diselesaikan efektif efisien (Depkes Ri, 1995)
4. SOP merupakan tatacara yang dibakukan yang harus dlalui utk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Kars 2000)
2.3.2 Fungsi
1. Memperlancar tugas staf atau tim
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
3. Mengetahui dengan jelas hambatan dan dilacak
4. Mengarahkan staf agar sama2 disiplin dalam bekerja
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
2.3.3 Tujuan
1. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja
2. Meminimalkan kegagalan, kesalahan, dan kelalaian
3. Parameter untuk menilai mutu kinerja
4. Memastikan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif
5. Menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
6. Mengarahkan pendokumentasian yang adekuat dan akurat
2.3.4 Prinsip Penyusunan SOP
1. Bentuk tim penyusun SOP
2. Pertimbangkan prosedur dlm kesatuan yg utuh
3. Susun SOP sebelum melaks kerja baru
4. Tinjau kepustakaan dan informasi yg relevan
5. Minta masukan dari staf /petugas terkait
15
6. Tetapkan SOP sebagi pedoman
7. Tetapkan hasil yg diharapkan
8. Buat daftar peralatan & fasilitas yg diperlukan
9. Tetapkan siapa yg berwenang melaks prosedur
10. Tetapkan indikasi dan kontra indikasi prosedur dan resiko yg
diwaspadai
11. Susun langkah-langkah berdasarkan logika utk proses kerja efektif
efisien dan aman
12. Buat sistem penomoran
13. Tulis SOP dgn bahasa yg mudah, kata-kata pendek sederhan,
bahasa positif, tdk bermakna ganda
14. Buat bagan / alur mekanisme
15. Ujicoba SOP
16. Sempurnakan setelah ujicoba
17. Bakukan oleh pimpinan
18. Sosislisasikan
19. Revisi sesuai kebutuhan dan IPTEK
2.3.5 Langkah-langkah menyusun SOP
1. Menentukan judul; yaitu judul dari SOP
2. Menjelaskan pengertian judul ; Merupakan pengertin dari judul SOP
3. Rumuskan tujuan; Yaitu tujuan yang diharapkan bila SOP dilakukan
dengan benar
4. Menentukan kebijakan;Yaitu hal hal yang mendasari suatu SOP yang
dijadikan referensi, dasar kebijakan baik lokal maupun nasional, serta
kesepakatan yang telah dilegalitas.
5. Menentukan persiapan; yaitu fasilitas alat bahan yang harus tersedia
untuk melakukan proses ( meliputi jenis, jumlah serta spesifikasinya)
6. Membuat aliran proses; Merupakan urutan prosedur yang runut dan
rinci.
16
7. Menentukan unit terkait; yaitu bagian lain dari bagian pelaku prosedur
yang berkaitan, dan harus ada agar SOP bisa dilaksanakan dengan
tepat dan benar
8. Dianjurkan untuk mambuat bagan-bagan agar dapat memberikan
gambaran lengkap
DIMENSI : Keperawatan Bedah
FUNGSI : Asuhan keperawatan pasien Post - Operasi
PERNYATAAN STANDAR :
Perawat mampu: mengidentifikasi jenis dan kebutuhan post operasi, mampu memberikan
posisi yang tepat sesuai dengan jenis anestesi dan tingkat kesadaran, mampu melakukan
observasi post operasi, mampu mengambil langkah-langkah tepat dalam keadaan
darurat/kritis, melaksanakan tindakan keperawatan dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
(universal precautions), mengevaluasi serta mendokumentasikannya.
STRUKTUR PROSES HASIL
1. Perawat yang
berpengalaman
2. Set vital sign
3. Alat ambulasi
(tisu,bengkok,
handuk, bantal,
oksigen, alat
resusitasi, selimut
tambahan standar
infus)
4. Set perawatan luka
5. Lembar perawatan
observasi post op
6. Set personal
1. Mengidentifikasi jenis dan kebutuhan
post operasi
2. Melakukan pengkajian post
anastesi dengan sistem scoring 0-2
selama 1 ,2,3 jam pertama dengan
indicator penilaian respirasi, sirkulasi,
tingkat kesadaran, warna kulit ,aktifitas)
3. mempersiapkan transportasi
pasien dengan ketentuan:
SDM: Mampu menangani keadaan
kegawat daruratan selama
transportasi. jumlah 2 orang,
perbandingan ukuran tubuh pasien
dan perawat harrus seimbang
1. Jenis dan kebutuhan
post operasi
teridentifikasi
2. Tidak terjadi
komplikasi post op
akibat kesalahan
posisi
3. Tidak terjadi kejadian
tak diinginkan
akibat mobilisasi
dan trnsportasi
4. observasi post
operasi
17
hygiene
7. Leaflet tingkat nyeri
(Wong-Bakers)
8. Lembar
dokumentasi askep
Equipmen: brancard dengan
pengaman, restrain, tabung oksigen,
bengkok, tisu, standar infus, selimut
tambahan, ambubag dalam kondisi
siap pakai
Prosedur pemindahan: posisioning,
efektif dan efisien
Passage (jalur lintasan ): aman,
nyaman, singkat, waspada thd lift
4. melakukan penilaian kesiapan
tranportasi pasien ke ruang rawat dengan
memastikan score anastesi 7-8
5. Mengatur posisi sesuai dengan jenis
anasthesie dan tingkat kesadaran:
General Anestesi (GA) sadar:
posisi kepala 300 kepala miring
kiri pada orang dewasa, kepala
300 kepala miring kanan pada
bayi
GA tidak sadar: ekstensi kepala
tanpa bantal miring kiri
GA sadar: posisi supine kepala
sejajar dengan tubuh
Block Spinal Anestesi (BSA):
posisi “V” (tinggi kepala dan
lutut kaki posisi sejajar)
6. Melakukan observasi ketat pada 3 jam
pertama dan selanjutnya berkala sesuai
dengan jenis pembedahan dan tingkat
kesadaran meliputi jalan nafas, ventilasi/
oksigenasi, sirkulasi, Keadaan umum,
terpantau lengkap &
tertindak lanjuti
5. Form pantau infelsi
luka operasi
(ILO)terisi dan
terpantau serat
ditindaklanjuti
6. Tidak terjadi infeksi
luka operasi bersih
setelah 3 x 24 jam
7. dokumentasi askep
lengkap dan benar
18
vomitus, drainase, balance cairan,
kenyamanan dan resiko injuri.
7. melakukan pemantauan dan analisa
terhadap keadaan pre dan intra operatif
seperti Kondisi patologis, jumlah
perdarahan intra operatif, pemberian
tranfusi selama operasai,jumlah dan jenis
terapi cairan selama operasi komplikasi
selama pembedahan.
8. Memantau setiap perubahan kondisi
pasien dan mengambil langkah-langkah
yang tepat pada kondisi kritis/darurat
9. Memantau intake dan output
10. Melaksanakan tindakan delegatif
11. melakukan managemen perawatan post
operatif di bangsal perawatan meliputi:
monitor tanda vital, Keadaan
umum, drainase, tube/selang,
komplikasi
manajemen luka (perdarahan
abnormal, jahitan, discharge,
perawatan luka, peingangkatan
jahitan dengan tehnik aseptik
manajemen gizi, Jumlah dan jenis
sesuai kebutuhan/indikasi
berdasarkan lokasi dan jenis operasi
19
serta toleransi pencernaan
mobilisasi dini (ROM,nafas dalam
batuk efektif)
Personal hygiene
Mengkaji tingkat nyeri (skala Wong
– Bakers, skala 0-10)
Melakukan tindakan manajemen
nyeri (distraksi, relaksasi,
stimulasi,progesif
relaksasi,imajinasi,dll)
Rehabilitasi (latihan spesifik untuk
memaksimalkan kondisi)
Discharge planning(home care
preparation,client and family
education,psikososial
preparation,healt care resources
12. melakukan pemantauan terhadap
kejadian ILO serta pelaporannya
13. Memberikan informasi kepada pasien /
keluarga pada setiap perkembangan
kondisi dan perubahan kebutuhan
14. Melakukan dokumentasi askep
asuhan keperawatan yang dapat digunakan dalam kasus
20
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Ruang penyakit dalam di RS Swasta memiliki kapasitas tempat tidur 25 buah,
dengan BOR rata-rata 70%. Jumlah perawat 17 orang dengan kualifikasi
pendidikan Ners 5 orang perawat, Diploma tiga 12 orang perawat. kepala ruangan
dengan kualifikasi pendidikan Ners dan sudah memiliki sertifikat kepemimpinan
dan manajemen keperawatan. Fasilitas ruang sudah lengkap, RS sudah
terakreditasi ISO pada tahun 2001 dan. Masalah yang sering terjadi diruang bedah
yaitu LOS/lama hari rawat pada pasien yang dirawat diruangan tersebut. Kepala
ruang mencoba menyusun perencanaan untuk mengelola permasalahan yang ada
di unitnya. Dalam penyusunan perencanaan kepala ruangan merencanakan tentang
pemberlakuan Standar Operasional Prosedur (SOP), Tetapi masih ada beberapa
perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien tidak
sesuai dengan SOP yang berlaku diruangan tersebut. Kepala ruangan menduga
ada beberapa perawat yang melakukan sabotase atas upayanya untuk membuat
perubahan.
3.1 Fungsi Manajerial
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat
di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber
yang dimiliki.
Untuk kasus diatas kepala ruangan dituntut untuk :
a. Kepala ruangan merencanakan tentang pemberlakuan SOP tetapi masih ada
beberapa perawat dalam memberikan pelayanan Asuhan Keperawatan pada
pasien tidak sesuai dengan SOP yang berlaku di ruangan tersebut.
b. Penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya
21
c. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,
tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kasus di atas
a. Jumlah perawat 17 orang :
1. Kepala ruangan dengan kualifikasi pendidikan Ners dan sudah memiliki
sertifikat kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
2. Perawat dengan pendidikan Ners ada 5 orang
3. Perawat dengan pendidikan Diploma 3 (D3) ada 12 orang
b. BOR rata-rata 70%,
c. Fasilitas ruang sudah lengkap
Struktur Organisasi Ruangan
Tugas masing-masing personil diatas antara lain adalah :
1. Kepala ruangan
a. Menyusun perencanaan untuk mengelola permasalahan yang ada di
unitnya
b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
c. Memberi pengarahan kepada setiap perawat kepada seluruh kegiatan
yang ada di ruangannya,
d. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di
ruangannya,
22
Kepala Ruangan
Perawat Primer
Perawat Pelaksana
e. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya.
2. Perawat Primer
a. Mengatur adual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala
ruangan,
b. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota timnya,
c. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan.
3. Perawat Pelaksana
a. Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
b. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan
pasien dan keluarganya
c. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada Perawat primer.
3. Pengarahan (directing)
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat penyakit dalam (ruang rawat inap) dalam rangka
menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pengarahan diruang rawat penyakit dalam dapat dilakukan dalam beberapa
kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi
dan komunikasi efektif.
a. Program Motivasi
Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi
setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement)
pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam
mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada
potensi masing-masing anggota.
23
b. Manajemen konflik
Kepala ruangan memberikan pengarahan kepada para anggotanya (Perawat
Primer dan Perawat Pelaksana) agar pada saat memberikan Asuhan
keperawatan kepada klien harus berdasarkan SOP atau Stndar Operasional
Prosedur karena apabila tidak berdasarkan SOP maka pasien akan
merasakan kerugian.
c. Supervisi
Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan
pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang
ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari
kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang
mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada
pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang
belum terpenuhi.
d. Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas
organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai
berikut sesuai dengan kasus diatas :
1. Identifikasi keterampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas.
2. Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
3. Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
4. Pengevaluasian (evaluating)
Proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan
bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam
operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu
menjadi semakin besar. Kepala ruangan bersama-sama memecehakan masalah/
konflik yang terjadi di ruangan agar perawat dapat memberikan Asuhan
Keperawatan kepada klien dengan benar
24
3.2 Analisis SWOT
3.2.1 Situasi Kasus
1. Ruang penyakit dalam RS. Swasta memiliki kapasitas tempat tidur 25
buah.
2. BOR 70%.
3. Jumlah perawat 17 orang dengan kualifikasi pegawai Ners 5 Orang,
Diploma 12 orang.
4. Kepala Ruangan dengan kualifikasi pendidikan Ners dan sudah
memiliki sertifikat kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
5. Fasilitas ruang lengkap.
6. Rumah Sakit terakreditasi ISO pada tahun 2001.
7. Terjadi LOS di ruang bedah.
8. Beberapa perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan tidak
sesuai SOP.
9. Dugaan kepala ruangan, bahwa ada beberapa perawat yang melakukan
sabotase atas upayanya untuk membuat perubahan.
3.2.2 Kajian Kasus
1. Bed Occupaying Rate
BOR X Jumlah tempat tidur/100
70 X 25/100 = 1750/100
= 17,5 dibulatkan menjadi 18
Ket: Rata-rata ada 18 pasien yang ada diruang setiap harinya.
2. Jumlah Tenaga Keperawatan
Total care (T) : jumlah pasien X 0,86
Partial care (P) : jumlah pasien X 0,52
Minimal care (M) : jumlah pasien X 0,38
25
T = 5 X 0,86 = 4,3
P = 8 X 0,52 = 4,16
M = 5 X 0,38 = 1,9
Jumlah = 4,3 + 4,16 +1,9 = 10,36 dibulatkan menjadi 10 orang
3. Kebutuhan Tenaga
Dihitung berdasarkan loss day
Jumlah minggu dalam 1 tahun=cuti=hari besar X jumlah perawt
tersedia/ jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 14 X 12/286
= 3,2 dibulatkan menjadi 3
Jadi perawat yang ada diruangan setiap harinya 10 + 3 = 13 orang
3.2.3 Analisa Data
Strength Weekness Opportunity Threats
1. Jumlah
perawat 17
orang dengan
kualifikasi
pendidikan;
Ners = 5 orang
dan D3 = 12
orang
2. Jumlah tempat
tidur 25 buah.
3. Kepala
ruangan
dengan
kualifikasi
pendidikan
1. BOR 70%
2. Terjadi LOS di
kamar bedah.
3. Beberapa
perawat
memberikan
pelayanan
asuhan
keperawatan
tidak sesuai
dengan SOP.
4. Adanya
dugaan kepala
ruangan
mengenai
1. Kepala
ruangan
mencoba
menuyususn
perencanaan
perubahan
dengan
penerapan
SOP.
2. Adanya
kesempatan
untuk
melanjutkan
jenjang
pendidikan
1. Adanya
persaingan
dengan rumah
sakit lain.
2. Tuntutan yang
tinggi dari
klien dan
keluarga untuk
mendapatkan
pelayanan yang
profesional.
3. Tuntutan dari
klien dan
keluarga untuk
mendapatkan
26
Ners dan sudah
memiliki
sertifikat
kepemimpinan
dan
manajemen
keperawatan.
4. Fasilitas ruang
lengkap.
5. Rs sudah
terakreditasi
ISO 2001.
beberapa
perawat yang
melakukan
sabitase
terhadap
upayanya.
sampai Ners.
3. Adanya
pelatiahan
perawatan
luka.
4. Adanya team
penilai sebagai
supervisor
pelaksanaan
pelayanan
keperawatan.
fasilitas dan
kenyamanan
ruangan.
4. Adanya
persaingan
dengan
masuknya
perawat asing.
3.2.4 Matriks SWOT
INTERNAL
EKTERNAL
STRENGTH:
1. Jumlah perawat 17
orang dengan
kualifikasi
pendidikan; Ners = 5
orang dan D3 = 12
orang
2. Jumlah tempat tidur
25 buah.
3. Kepala ruangan
dengan kualifikasi
pendidikan Ners dan
sudah memiliki
sertifikat
kepemimpinan dan
WEAKNESS:
1. BOR 70%
2. Terjadi LOS di
kamar bedah.
3. Beberapa perawat
memberikan
pelayanan asuhan
keperawatan tidak
sesuai dengan SOP.
4. Adanya dugaan
kepala ruangan
mengenai beberapa
perawat yang
melakukan sabotase
terhadap upayanya.
27
manajemen
keperawatan.
4. Fasilitas ruang
lengkap.
5. Rs sudah terakreditasi
ISO 2001.
OPPORTUNITY:
1. Kepala ruangan
mencoba
menuyususn
perencanaan
perubahan dengan
penerapan SOP.
2. Adanya kesempatan
untuk melanjutkan
jenjang pendidikan
sampai Ners.
3. Adanya pelatiahan
perawatan luka.
4. Adanya team penilai
sebagai supervisor
pelaksanaan
pelayanan
keperawatan.
STRATEGI SO:
1. Mempertahankan
kelengkapan fasilitas
yang sudah ada untuk
penilaian.
2. Mempertahankan
akreditasi rumah
sakit.
3. Memanfaatkan SDM
yang ada di ruangan
untuk
mengembangkan
pemberian asuhan
keperawatan.
4. Mendukung tenaga
perawat yang ingin
melanjutkan
pendidikan ke
jenjang yang lebih
tinggi.
5. Mendukung tenaga
keperawatan untuk
mengikuti pelatiahan
yang ada.
STRATEGI WO:
1. Adanya peluang
untuk melanjutkan
pendidikan.
2. Mengadakan
penilaian terhadap
ruangan dalam
pelaksanaan
pelayanan
keperawatan;
misalnya dalam hal
pemberian asuhan
keperawatan.
3. Mengadakan
pelatihan sesuai
dengan SOP baru
yang akan diterapkan
agar memperoleh
sertifikat.
4. Melakukan sharing
dengan setiap
pegawai agar tidak
ada kesalahan
komunikasi atau
28
prasangka buruk di
setiap anggota tim
THEATS:
1. Adanya persaingan
dengan rumah sakit
lain.
2. Tuntutan yang tinggi
dari klien dan
keluarga untuk
mendapatkan
pelayanan yang
profesional.
3. Tuntutan dari klien
dan keluarga untuk
mendapatkan fasilitas
dan kenyamanan
ruangan.
4. Adanya persaingan
dengan masuknya
perawat asing.
STRATEGI ST:
1. Mempertahankan dan
meningkatkan fasilitas
yang sudah ada untuk
kepuasan klien.
2. Memberdayakan
tenaga keperawatan
yang ada untuk
memberikan
pelayanan yang
diinginkan klien.
3. Mendukung tenaga
perawat untuk
melanjutkan jenjang
pendidikan agar dapat
bersaing dengan
perawat asing.
STRATEGI WT:
1. Meningkatkan
fasilitas rumah sakit
agar meningkatkan
kunjungan.
2. Mendukung kebijakan
dari kepala ruangan
dan lebih sering
berkomunikasi agar
tidak terjadi salah
penafsiran dalam
tindakan yang
menurunkan kepuasan
klien.
3. Mendisiplinkan
perawat untuk
memberikan asuhan
keperawatan yang
profesional sesuai
dengan SOP
3.3 Prioritas Masalah
Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek :
1. Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
2. Severy (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah
29
3. Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat diatur untuk
perubahan
4. Nursing consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
5. Affability (Af) : Ketersediaan sumber daya alam
Rentang nilai yang digunakan adalah 1-5 :
1. Sangat penting : 5
2. Penting : 4
3. Cukup penting : 3
4. Kurang penting : 2
5. Sangat kurang penting : 1
No. Masalah Mg Sv Mn Nc Af Skor Keterangan
1. LOS/ lama
hari
perawatan
5 4 4 4 3 20 I
2. Pemberian
asuhan
keperawatan
tidak sesuai
SOP
4 4 3 4 2 17 II
3. Adanya
miss-
cominicatio
n antara
kepala tim
dan anggota
4 3 3 3 2 15 III
Prioritas Masalah
1. LOS/Lama hari perawatan.
2. Pemberian asuhan keperawatan tidak sesuai SOP.
3. Adanya miss-comunication antara kepala tim dan anggota.
30
3.4 Fish Bone Analisis
1. LOS/Lama hari perawatan.
2. Pemberian asuhan keperawatan tidak sesuai SOP
31
ENVIRONMENT
-
MACHINE
-
METHODE
-
MATERIAL
Belum adanya
SOP dalam
perawatan luka.
MONEY
-
MAN
Perawat melaksanakan
tindakan tidak sesuai
prosedur
PROBLE
M
ENVIRONMENT
-
MACHINE
-
METHODE
Sosialisasi
SOP belum
maksimal
MATERIAL
-
MONEY
-
MAN
Perawat tidak peduli
terhadap prosedur
PROBLE
M
3. Adanya miss-comunication antara kepala tim dan anggota
32
ENVIRONMENT
Suasana kerja
tidak kondusif
MACHINE
-
METHODE
-
MATERIAL
-
MONEY
-
MAN
Kepala ruangan
menganggap ada sabotase
dari anggota
PROBLEM
3.5 Plan Of Action (POA)
No. Masalah Strategi Sub Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Biaya PJ
1. LOS/Lama
hari perawatan.
Pembuatan
SOP
perawatan
luka baru
Menganalisis
kekurangan SOP
lama, mengganti
hal-hal yang tidak
sesuai dengan
prosedur
Umum:
mengurangi
lama hari
perawatan
Khusus:
Agar klien
merasa
nyaman
karena jumlah
perawatan
hari yang
tidak terlalu
lama
Kepala
ruangan,
pasien.
Membuat SOP baru
yang sesuai dan
bekerjasama
dengan anggota tim
untuk menganalisa
kekurangan SOP
sebelumnya.
Minggu
ke-3
bulan
Januari
Rumah
Sakit
Kepala
Ruangan
2. Pemberian
asuhan
keperawatan
tidak sesuai
Melakukan
penilaian
tenaga
Menilai tindakan
yang dilakukan
oleh perawat
pelaksana apakah
Umum:
Meningkatkan
disiplin
tenaga
Perawat
Ruangan
Membuat tim
supervisor untuk
menilai kinerja
Minggu
ke-4
bulan
Rumah
Sakit
Kepala
Ruangan
33
SOP. keperawatan sudah sesuai
prosedur atau
belum.
keperawatan
dalam
melakukan
tindakan
sesuai dengan
prosedur.
Khusus:
Mewujudkan
keperawatan
profesional
yang
diinginkan
klien
perawat ruangan. januari
Sosialisasi
penggunaan
SOP
Mengadakan
seminar kecil
untuk sosialisasi
dan mengenalkan
metode
pemberian
Umum:
Seluruh
anggota tim
mengetahui
tindakan
sesuai SOP.
Perawat
ruangan
Seminar dengan
kepala ruangan
yang membuat SOP
sebagai pembicara
Minggu
ke-1
bulan
Februar
i
Rumah
Sakit
Kepala
Ruangan
34
asuhan
keperawatan
sesuai SOP.
Khusus:
Seluruh
anggota tim
dapat
melakukan
tindakan
keperawatan
sesuai dengan
SOP.
3. Adanya miss-
comunication
antara kepala
tim dan
anggota
Sharing
pada saat
pre
conference
Setiap anggota
tim
mengungkapkan
masalah,
terutama masalah
pekerjaan yang
sedang mereka
alam.
Umum:
mengetahui
keadaan
umum
anggota tim
agar tercipta
suasana kerja
yang kondusif
Khusus:
Baik anggota
Perawat
Ruangan
Sharing, setiap
anggota tim yang
mempunyai
masalah dapat
mengungkapkannya
Minggu
ke-2
bulan
Februar
i
- Kepala
Ruangan.
35
tim maupun
kepala tim
dapat
memahami
karakter rekan
kerjanya.
36
3.6 Alternatif Penyelesaian Konflik
Setelah prioritas masalah didapatkan maka suatu seleksi penyelesaian atau
strategi-starategi eksternal dan eksternal guna mendapatkan strategi yang akan
digunakan terlebih dahulu untuk menyelesaikan masalah dengan
mempertimbangkan kemampuan, kemudahan, kesiapan dan daya ungkit strategi.
Seleksi penyelesaian masalah menggunakan pembobotan CARL yaitu:
C: Cappability = Kemampuan melaksanakan alternative
A: Acceability = Kemudahan menggunakan alternative
R: Readiness = Kesiapan dalam melaksanakan alternative
L: Leverage = Daya ungkit alternative dalam penyelesaian masalah
Rentang penilaian 1-5 yaitu:
5 = Sangat mampu
4 = Mampu
3 = Cukup mampu
2 = Kurang mampu
1 = Tidak mampu
No
.
Alternatif Penyelesaian
Masalah
C A R L Skor Ket
1. Membuat SOP perawatan
luka agar tindakan yang
dilakukan sesuai standar dan
mengurangi hari perawatan.
4 4 3 4 192 I
2. Meningkatkan disiplin
pegawai dalam melakukan
tindakan keperawatan sesuai
prosedur.
4 3 3 3 108 II
3. Mengadakan penilaian
kinerja pegawai.
4 2 4 3 96 III
4. Membuat kegiatan
kebersamaan dan sharing di
4 3 3 2 72 IV
37
ruangan tersebut agar tidak
ada miss-communication
dalam tim.
Hasil scoring diatas merupakan penyelesaian masalah dari yang tertinggi sampai
yang terendah didapatkan, yaitu:
I. Membuat SOP perawatan luka agar tindakan yang dilakukan sesuai
standar dan mengurangi hari perawatan.
II. Meningkatkan disiplin pegawai dalam melakukan tindakan keperawatan
sesuai prosedur.
III. Mengadakan penilaian kinerja pegawai.
IV. Membuat kegiatan kebersamaan dan sharing di ruangan tersebut agar
tidak ada miss-communication dalam tim.
Untuk mengatasi masalah di atas dapat dilakukan alternatif yang lain yaitu:
1. kompromi/negoisasi
Strategi ini dapat dilakukan dengan cara menyatukan pihak yang terlibat
konflik dengan cara meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta
mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan
cara mengumpulkan data yang akurat dan mengambil pandangan suatu
kesepakatan bersama. Dapat juga dilakukan dengan cara menyatukan
pihak-pihak yang bersangkutan secara langsung kepada pihak lain agar
terjadi kesamaan pandangan diantara mereka. Dengan demikian akan
terbuktiada atau tidaknya sabotase yang dilakukan oleh perawat seperti
dugaan kepala ruangan.
2. Kompetisi
Kompetisi Sebagai menggunakan kekuasaan yang terkait dengan tugas
stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar staf, sehingga timbul
rasa persaingan yang sehat dengan cara pimpinan, perawat dapat
38
3.7 Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Keperawatan
Peran kepemimpinan dalam manajemen keperawatan yang tepat diterapkan oleh
kepala ruangan diruangan adalah sebagai negosiator, penasihat.
Peran kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam kasus diatas yaitu pengarahan,
pengarahan merupakan hubungan kepala ruangan dalam kepemimpinan yang
mengikat anggota timnya agar dapat meyumbangkan tenga secara efektif sehingga
tujuan keperawatan dapat tercapai, pengarahan ini juga dapat membuat kerja sama
yang lebih efisien dalam tim sehingga meminimalisir kesalahan dalam
komunikasi antar anggota tim.
Kepala ruangan juga dapat menjadi motivator bagi anggota timnya, kepala
ruangan harus bisa menciptakan iklim motivasi yang kondusif sehingga membawa
dampak yang dapat meningkatkan kinerja perawat yang menimbulkan kepuasan
pasien dalam pelayanan.
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan. (Ratna sitorus & Yulia, 2006). Standar yang dikembangkan
dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang
tercantum dalam standar pelaksanaannya. Standar selalu berhubungan dengan
mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara
pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai. Maka dari itu
dengan dilakukan nya analisa SWOT dapat lebih membantu dan lebih memahami
kelemahan serta kekuatan yang di miliki. Yang akan menjadi sebuah modal utama
dalam menjalakan sebuah manajemen keperawatan yang lebih berkualitas dan
diakui oleh manajemen keperawatan lain.
40
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi.Yogyakarta: Ar-
ruzz Media
Chintya, Aflah. 2009. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional.
http://www.nursingbegin.com/konsep-model-asuhankeperawatan-
profesional/ di akses pada tanggal 9 Januari 2013
Griffin, Ricky. 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga
Keliat, Budi Ana. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP Di Rumah
Sakit. Jakarta: EGC
Kotler P dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta:
Erlangga
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:EGC
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum
iv