Post on 02-Mar-2019
ANALISIS SEMIOTIKA PEMAKNAAN RASISME DALAM FILM HIDDEN FIGURES KARYA
THEODORE MELFI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
MUHAMMAD AZHAR
NIM: 1113051000156
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018M
iv
ABSTRAK
Muhammad Azhar
1113051000156
Analisis Semiotika Pemaknaan Rasisme Dalam Film Hidden Figures Karya
Theodore Melfi
Hidden Figures merupakan sebuah film yang diangkat berdasarkan kisah
nyata mengenai bagaimana rasisme di Virginia, Amerika Serikat dengan latar belakang tahun 1961. Film ini menceritakan kembali mengenai rasisme yang melanda warga kulit hitam. Selain itu film ini juga menecritakan mengenai sejarah
serta kontribusi besar tiga wanita kulit hitam yang berhasil mewujudkan impian NASA dan Amerika. Film ini menggambarkan kembali bagaimana pemisahan yang
dilakukan oleh pemerintah Amerika terhadap ras kulit putih dan ras kulit hitam yang begitu ketat karena adanya hukum pemisah ras serta hak-haknya yakni, hukum jim crow.
Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana rasisme dalam film Hidden figures dilihat dari makna denotasi? bagaimana rasisme dalam film Hidden figures
dilihat dari makna konotasi? bagaimana rasisme dalam film Hidden figures diliha t dari makna mitos?
Metedologi penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme dan pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan metode
yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi yaitu berupa pengamatan dan pencatatan dengan cara
menonton dan mengamati setiap adegan atau dialog dalam film Hidden Figures kemudian mencatat dan menganalisanya. Penulis juga melakukan teknik dokumentasi berupa pengumpulan-pengumpulan dokumen berupa film Hidden
Figures, serta refrensi atau artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika yang
dikemukakan oleh Roland Barthes. Barthes mengembangkan semiotik menjadi dua tingkatan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna
eksplisit untuk memahami makna yang terkandung dalam dalam film ini. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran
bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam periode tertentu.
Hasil dalam penelitian ini mengacu kepada bagaimana rasisme digambarkan dalam film Hidden Figures melalui dialog ataupun karakter dalam film ini. Penulis menemukan bahwa rasisme digambarkan melalui film ini yaitu
bagaimana upaya pemisahan ras yang diterapkan pada saat itu. Dimulai dari pemisahan tempat kerja, tempat tinggal, kamar kecil, perpustakaan, hingga institus i
pendidikan sekalipun.
Keyword : semiotika, film, rasisme, Hidden Figures, komunikasi.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selawat beserta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,
para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis
miliki. Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Bapak Dr. H. Arif Subhan, M.A sebagai Dekan
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Suparto, M. Ed, Ph. D
sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.A
sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Bapak
Suhaimi, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Masran, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Komunikas i
Penyiaran Islam. Ibu Fita Fatukhrohmah, M.Si sebagai Sekretaris
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Bapak Wahyu Prasetya, Ph.D,
M.A sebagai Dosen Pembimbing Akademik KPI D 2013 yang telah
mengurus, membantu dan membimbing perkuliahan dari awal semester
hingga semester terakhir.
3. Bapak Syamsul Yakin, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah menuntun, membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan
vi
memberikan masukan, memberikan semangat dan dukungan kepada
peneliti selama proses penelitian berlangsung.
4. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, dukungan, serta motivasi kepada peneliti selama
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah.
5. Kepada orang tua beserta keluarga peneliti yang telah mendukung baik
secara moril atau materil, mendidik, menyemangati, mendampingi
setiap saat, senantiasa selalu mendoakan peneliti untuk mampu dan
tidak patah semangat dalam menulis dan menyelesaikan skripsi penelit i.
6. Kepada seluruh keluarga PATRICK 24 khususnya kepada Anis
Abdurahman, Faisal Akbar, Aris Prayitno, Eky Sawachika, Fachriza l
Mhasugi, Aldi Ramdhan Pratama, Anfal Maulana, Nauval Nur Azmi,
Ahmad Mujib Hanafi, Muhammad Darussalam, Imam Taufik Ismail,
Siti Nur Liana Sari, Maya Nirwana, Paramitha Novianti, penelit i
mengucapkan terima kasih kepada mereka semua yang telah
mendukung secara penuh, dan memberikan kesegaran kepada penelit i
dikala jenuh.
7. Kepada seluruh jajaran guru peneliti di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah
Pusat khususnya kepada kyai Nur Muhammad Iskandar SQ, Gus
Mansur Sadzili, Gus Mahrus Iskandar, dan Gus Muhsin Iskandar yang
selalu mendoakan dan mendukung peneliti selama proses penelit ian
berlangsung.
8. Kepada sahabat kecil peneliti Gema Ardi, Jordan Yudistio, Maya kartika
yang selalu menyemangati dan tidak pernah lelah membantu dan
memberikan masukan kepada peneliti.
9. Kepada Dyta Medina yang telah menemani, membantu, dan mendukung
peneliti secara penuh dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Kepada Susi Mustika Dewi yang selalu memberikan dukungan penuh
kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada teman-teman KPI D 2013, teruntuk Bayu, Santos, Bahar,
Dendy, Nurdiansyah, Dzaki, Freddy, Fachrudin, Hakiki, Hilman, Yunus
yang telah memberikan begitu banyak pelajaran dan warna kepada
vii
peneliti, yang selalu siap sedia membantu peneliti, berbagai macam
perjalanan telah dilalui dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.
12. Kepada keluarga IKLAS UIN teruntuk Kak Feby Kinanda, Zikrul,
Amir, Maulvi, Herly, Wahyu, Agung, Dhiya, Nuzlah, Afidah, Iza, Yosi.
Jakarta, 17 Mei 2018
Muhammad Azhar
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ......................................................12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................14
E. Metedologi Penelitian .......................................................................14
F. Tinjauan Pustaka ...............................................................................21
G. Sistematika Penulisan .......................................................................24
BAB II KERANGKA TEORITIS ...................................................................26
A. Tinjauan Umum Semiotika ...............................................................26
1. Pengertian Semiotika ....................................................................26
2. Konsep Semiotika Roland Barthes ..............................................30
B. Tinjauan Tentang Film ......................................................................36
1. Pengertian Film .............................................................................36
2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa ......................................40
3. Sejarah Perkembangan Film .........................................................41
4. Unsur-Unsur Pembentukan Film ..................................................44
C. Kajian Mengenai Rasisme ................................................................47
1. Pengertian Ras...............................................................................47
2. Pengertian Rasisme .......................................................................51
ix
3. Awal Mula Ideologi Rasisme........................................................56
4. Perbudakan: Kemunculan Pertama Rasisme ................................60
5. Upaya Pemisahan Ras di Amerika Serikat ...................................71
BAB III PROFIL FILM HIDDEN FIGURES .................................................75
A. Sinopsis Film Hidden Figures ..........................................................75
B. Profil Theodore Melfi Sebagai Sutradara Film Hidden Figures.......79
C. Profil Pemain Film Hidden Figures ..................................................80
D. Profil 20th Century Fox ....................................................................83
E. Tim Produksi Film Hidden Figures ..................................................84
F. Penghargaan-Penghargaan Film Hidden Figures..............................85
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN.............................................87
A. Adegan Perilaku Rasisme .................................................................87
1. Scene 1 (03.08-05.03) ...................................................................87
2. Scene 2 (10.31-12.43) ...................................................................91
3. Scene 3 (16.49-21.10) ...................................................................94
4. Scene 4 (21.26-22.34) ...................................................................97
5. Scene 5 (39.24-39.39) .................................................................100
6. Scene 6 ( 49.27-50.30) ................................................................102
B. Adegan Perlawanan Rasisme ..........................................................105
1. Scene 1 (01.01.10-01.04.25) .......................................................105
2. Scene 2 (01.10.40-01.13.09) .......................................................111
BAB V PENUTUP ..........................................................................................116
A. Kesimpulan .....................................................................................116
B. Saran ...............................................................................................118
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................120
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1: Peta Roland Barthes ............................................................................. 33
Tabel 3.1 Penghargaan film Hidden Figures .......................................................... 85
Tabel 4.1 Scene 1 (03.08-05.03)............................................................................ 88
Tabel 4.2 Scene 2 (10.31-12.43)............................................................................ 91
Tabel 4.3 Scene 3 (16.49-21.10)............................................................................ 94
Tabel 4.4. Scene 4 ( 21.26-22.34).......................................................................... 98
Tabel 4.5Scene 5 (39.24-39.39) ...........................................................................100
Tabel 4.6 Scene 6 ( 49.27-50.30)..........................................................................102
Tabel 4.7 Scene 1 (01.01.10-01.04.25) .................................................................105
Tabel 4.8 Scene 2 (01.10.40-01.13.09) .................................................................111
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Foto bendera Ku Klux Klan .................................................................... 71
Gambar 3.2 Poster film Hidden Figures ..................................................................... 75
Gambar 3.3 Foto Theodore Melfi .............................................................................. 79
Gambar 3.4 Foto Katherine Johnson .......................................................................... 80
Gambar 3.5 Foto Mary Jackson ................................................................................ 81
Gambar 3.6 Foto Dorothy Vaughan........................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia yang tersebar di seluruh muka bumi dan yang hidup di dalam
segala macam sekitaran alam, menunjukkan suatu keberagaman warna fisik
yang tampak nyata. Ciri-ciri secara fisik seperti warna kulit, warna serta
bentuk rambut, bagian-bagian wajah dan sebagainya yang terlihat dalam
pandangan mata menyebabkan timbulnya pengertian tentang “ras”. Ras
kemudian dijabarkan sebagai segolongan manusia yang menunjukkan ciri
tubuh yang beragam dengan suatu frekuensi yang besar. Keragaman dan
perbedaan warna kulit itu harusnya dipahami sebagai kemajemukan ras,
bukan menunjukkan satu superioritas.1
Semua manusia diciptakan setara dan dianugerahi hak-hak individu
yang sama. Begitu pula terhadap hak setiap manusia yang terlahir di dunia
untuk memilih suatu kepercayaan yang akan dianutnya kelak.2 Keragaman
dan kemajemukan inilah yang pada akhirnya menyebabkan kecenderungan
untuk melakukan penilaian stereotip3 dan memperlakukan orang lain
berdasarkan pertimbangan tersebut. Gunnar Myrdal mengartikan prasangka
sebagai anggapan yang mempunyai tujuan, yaitu membenarkan perlakuan
yang membeda-bedakan kelompok-kelompok ras. Prasangka terhadap
anggota suatu kelompok sosial merupakan jenis sikap sosial yang amat
1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 97 2 Horton, Paul B. Hunt & Chester L, Sosiologi Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1990), Cet ke-1
h. 65. 3 Penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok dimana
orang tersebut dapat dikategorikan
2
sangat merusak. Dari prasangka inilah kemudian masing-masing individu
menunjukkan sikap superioritas.4 Konsep mengenai keunggulan inilah yang
akhirnya melahirkan rasisme.5
Berbicara mengenai superioritas, ternyata hal ini sudah pernah terjadi
sebagaimana dikisahkan dan tertulis dalam kitab Al-Qur’an mengenai
ketika pertama kali ketika Nabi Adam diciptakan. Dikala itu Allah SWT
memerintahkan seluruh makhluknya yakni malaikat untuk bersujud kepada
Nabi Adam.
رناكم ثم قلنا للمالئكة ولق ن من اسجدوا آلدم فسجدوا إال إبلیس لم یك د خلقناكم ثم صو
الساجدین
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menciptakan kamu (Adam) lalu
kami beri bentuk, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, ‘sujudlah
kamu kepada Adam!’ Mereka pun bersujud, kecuali iblis, ia menolak
bersama mereka yang bersujud” (QS. Al-A’raf:11)
Namun ternyata ada salah satu makhluknya yang menolak untuk
melaksanakan perintah Allah, karena iblis merasa bahwa dirinya lebih baik
dari pada Nabi Adam yakni sang iblis.
ھ من یر منھ خلقتني من نار وخلقت خ قال ما منعك أال تسجد إذ أمرتك. قال أنا
طین
Artinya: “Allah berfirman, Apakah yang menghalangimu bersujud
(kepada Adam) ketika kuperintahkan kepadamu?” Iblis menjawab,’Kami
4 Sikap yang menunjukkan rasa paling unggul 5 Horton, Paul B. Hunt & Chester L, Sosiologi Jilid I, h. 66.
3
lebih baik dari pada dia: engkau ciptakan aku dari api, sedang dia kau
ciptakan dari tanah’. (QS. Al-A’raf: 12).6
Menurut agama Islam, tindakan merasa lebih baik atau perilaku rasisme
dikategorikan sebagai tindakan yang amat tidak terpuji. Padahal Allah SWT
telah menegaskan dalam kitab suci Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 13 mengenai betapa Allah
tidak membeda-bedakan manusia dari tingkat kekayaan, ras, atau suku
bangsa, melainkan siapa yang paling taqwa terhadap-Nya. Keberagaman
yang diciptakan-Nya bukan bertujuan untuk saling berlomba dalam
kesombongan dan keunggulan, melainkan berlomba dalam kebaikan dan
ketaqwaan. Allah berfirman:7
رفوا إن وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعایا أیھا الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى
علیم خب أتقاكم إن اہلل یر أكرمكم عند اہلل
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal,
sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu” (QS. Al-Hujarat:13).
6 Diakses melalui website http://www.nu.or.id/post/read/82259/menghindari-rasisme-
dosa-pertama-iblis-laknatullah, pada tanggal 1 Juli 2018 pada pukul 22:40 WIB. 7 Diakses melalui website https://suaramuslim.net/tafsir-al-quran-surat-al-hujurat-ayat-13/
pada tanggal 7 Mei 2018 pada pukul 21:03 WIB.
4
Kemudian Allah kembali menegaskan kemuliaan dan keutamaan
manusia secara umum, tidak memandang etnis, bahasa, budaya, dan
agamanya di dalam surat Al-Isra’ ayat 70:8
منا بني آدم وحملن یبات و اھم في البر واولقد كر لناھم لبحر ورزقناھم من الط فض
ن خلقنا تفضیال على كثیر مم
Artinya : “Sungguh kami telah memuliakan bani Adam, dan kami
angkut mereka di darat dan di laut. Kami beri mereka rezeki yang baik-
baik, dan kami utamakan mereka melebihi sebagian besar makhluk yang
kami ciptakan. (QS. Bani Israil [17]:70)
Sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad
mengenai tidak ada seorang pun yang patut merasa paling unggul diantara
yang lainnya :9
ى كم واحد، أال ال فضل لعربي عل ا أیھا الناس، أال إن ربكم واحد، وإن أبای
، وال ألحمر عل ، وال لعجمي على عربي ال إ ى أسود، وال أسود على أحمر، أعجمي
.بالتقوى
Artinya: “Wahai manusia, ingatlah bahwa Tuhan kalian satu, dan bapak
kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keunggulan bagi orang Arab atas orang
‘ajam10, tidak pula orang ‘ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit
merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang hitam atas kulit merah,
kecuali atas dasar ketaqwaan.(HR Ahmad).
8 Diakses melalui website https://geotimes.co.id/kolom/islam-menolak-rasisme-dan-
fanatisme-etnis/ pada tanggal 6 Mei 2018 pada pukul 23:57 WIB. 9 Diakses melalui website http://www.nu.or.id/post/read/82259/menghindari-rasisme-
dosa-pertama-iblis-laknatullah, pada tanggal 7 Mei 2018 pada pukul 22:07 WIB. 10 Bukan orang Arab
5
Kemudian Nabi kembali menegaskan lewat sabdanya yang
menceritakan Bilal bin Rabah seorang sahabat nabi yang mulia. Beliau
adalah mantan seorang budak dan berkulit hitam legam, tetapi kedudukan
beliau tinggi diantara para sahabat. Bahkan beliau telah dipersaksikan
masuk surga secara khusus yang belum tentu ada pada semua sahabat
lainnya.11
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu
Dzar:
ال أن تفضلھ بتقوىمن أحمر وال أسود إانظر فإنك لیس بخیر
Artinya: “Lihatlah, engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit
merah atau berkulit hitam sampai engkau menggauli mereka dengan
taqwa”
Rasisme sudah menyebar ke seluruh dunia, masyarakat yang melakukan
praktik rasial bahkan secara terang-terangan melakukan tindakan rasis dan
diskriminasi terhadap suatu golongan tertentu yang mereka anggap tidak
lebih unggul dari pada mereka.12
Penyebaran rasisme kini tidak hanya berada di kalangan masyarakat
saja tetapi sudah menyebar luas bahkan dalam tingkatan organisasi dan
personal dalam suatu komunitas masyarakat, dimulai dari pemerintah,
bisnis, institusi pendidikan dan bahkan sampai pada interaksi mereka sehari-
hari. Menularnya paham rasisme biasanya dimotori oleh adanya perbedaan
11 Diakses melalui website https://muslim.or.id/29806-tidak-ada-rasisme-dalam-
islam.html, pada tanggal 9 Januari 2018 pada pukul 17:26 WIB. 12 Horton, Paul B. Hunt & Chester L, Sosiologi Jilid I, h.66
6
budaya, tingkat perekonomian, psikologi dan sejarah.13 Sejarah mencatat
perjalanan panjang terkait dengan praktik rasial di berbagai belahan dunia.
Di Amerika Serikat, isu rasial menjadi sorotan yang paling menyedihkan
dalam negeri dan merupakan kegagalan terburuk dari sebuah negara yang
menyandang status negara adidaya yang memiliki pengaruh yang begitu
besar dalam lingkup dunia internasional.14
Sebagai contoh dari praktik rasial yang terjadi pada zaman sebelumnya
ialah atas apa yang terjadi di Afrika misalnya, kita mengenal gaya politik
apartheid15 Afrika Selatan yang akhirnya memunculkan tokoh-tokoh
pejuang hak asasi manusia. Nelson Mandela yang kala itu dengan sekuat
tenaga, gigih melawan serta memperjuangkan hak persamaan hak antara
bangsa Afrika berkulit hitam dan keturunan kulit putih yang berkuasa saat
itu. Di Inggris, kemurnian rasial dan superioritas serta kepentingan
ekonomi dalam negeri yang pada akhirnya memunculkan penindasan
terhadap kalangan budak kulit hitam demi memelihara keturunan bangsa
Inggris.16
Kisah mengenai praktik rasisme kembali dikisahkan melalui sebuah
novel historikal yang berjudul, ROOTS: The Saga Of An American Family
karya penulis literatur Afrika-Amerika Alex Hayley. Dalam bukunya ia
mengisahkan sebuah kisah nyata bagaimana peliknya perbudakan serta
penindasan yang melanda warga kulit hitam oleh kulit putih di Amerika
13 Larry Samovar,Komunikasi Lintas Budaya,(Jakarta:Salemba Humanika,2010),hlm. 211 14 Diakses melalui website http://pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2016/07/10/missouri-
negara-bagian-paling-rasis-di-374304, pada tanggal 7 Mei 2018 pada pukul 0:11 WIB. 15 Sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari
awal sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990. 16 Yenita Irab, “Rasisme”, Jurnal Jaffray Vol. V No. 1, Desember 2007, h. 50.
7
Serikat, dimana para warga kulit hitam yang diperas keringatnya hingga titik
akhir dan digaji sangat kecil.17
Tidak hanya itu, bahkan wanita Afrika yang tengah hamil pun tetap
dipaksa untuk berkerja keras di ladang dan perkebunan. Perempuan yang
ingin menyusui bayinya hanya diberikan hak selama tiga hingga empat
bulan. Oleh karena itu, bayi yang dilahirkan pada budak ini kebanyakan
meninggal dunia dengan mengenaskan.18
Kemudian pada tanggal 15 Agustus 2015, telah terjadi insiden
penembakan remaja kulit hitam oleh polisi kulit putih di Amerika Serikat.
Penembakan yang tidak beralasan ini membuat sebagian warga Ferguson
yang dihuni sebagian besar oleh warga kulit hitam turun kejalan untuk
melakukan demonstrasi terhadap ketidak adilan yang selama ini mereka
dapati. Ferguson yang sekarang dikenal dengan simbol dominasi kekuatan
kulit putih. sekitar tujuh puluh persen dari dua puluh satu ribu populasi
merupakan warga kulit hitam, namun otoritas lokal lebih dikuasai kulit
putih, bahkan hanya tiga dari 53 jumlah petugas yang berkulit hitam.19
Isu mengenai rasisme tidak serta merta berakhir disitu yang kemudian
hanya berakhir sebagai bagian dari kelamnya sejarah. Pasca terpilihnya
Presiden Donald J Trump yang terkenal dengan perlakuan rasis dan
diskriminasi terhadap orang-orang berkulit hitam dan beragama Islam.
Terbukti ketika beberapa warga New York melakukan unjuk rasa gerakan
17 Diakses melalui website https://encyclopedia.com/arts/educational-magazines/roots-
story-american-family,pada tanggal 6 Mei 2018 pada pukul 23:38 18 Diakses melalui website http://indonesian.irib.ir/ranah/kultur/item/73504- Kisah_
Mengenaskan_Budak_Kulit_Hitam_di_AS.html pada tanggal 4 januari 2018 pada pukul 15:19 WIB. 19Diakses melalui website https://amp/m.merdeka.com/amp/dunia/ferguson-simbol-kuat-
rasisme-di-ameria-serikat.html pada tanggal 4 Januari 2018 pada pukul 15:22 WIB.
8
anti Trump di depan Trump Tower. Para pelajar pun memilih untuk keluar
dari kelas mereka dan ikut serta dalam unjuk rasa tersebut sebagai bentuk
protes mereka atas perlakuan Trump yang begitu rasis.20
Beberapa contoh kasus yang terjadi ketika terpilihnya Trump menjadi
Presiden ialah ketika beberapa pendukung fanatik Trump melakukan
tindakan perundungan dengan mencoret ruang ibadah bagi umat Islam di
gedung New York University.21
Hal serupa juga terjadi di salah satu sekolah Minnesota High School
yang terdapat sebuah coretan grafiti di dinding kamar mandi di gedung
tersebut yang bertuliskan “hanya untuk kulit putih”, “Amerika kulit putih”,
dan “Trump”. Sebagaimana yang dikatakan salah satu siswa disana, Moses
Karngbaye yang mengaku sempat merasa takut ketika melihat sebuah
coretan dinding “Go back to africa” dan “Make America Great Again”.22
Masih mengenai sikap intoleran dari Presiden Amerika Serikat Donald
Trump. Pada hari Jum’at tanggal 12 Januari 2018 salah satu media berita
online Republika menulis tentang pernyataan PBB yang mengecam ucapan
rasis yang dilontarkan Trump menyebut bahwa Haiti, El Salvador dan
negara-negara di Afrika penuh dengan masalah.23
20 Diakses melalui website https://republika.co.id/berita/internasional/global/ -warga-
amerika-takut-rasisme-meningkat-setelah-trump-terpilih, pada tanggal 8 Mei 2018 pada pukul 3:02 WIB.
21Diakses melalui website https://news.okezone.com/read/2017/08/15/18/1756048/trump-rasisme-tidak-punya-tempat-di-amerika-serikat, pada tanggal 8 Mei 2018 pada pukul 3:06 WIB.
22Diakses melalui website https://www.cnnindonesia.com/internasional/trump-jadi-presiden-laporan-rasisme-di-as-meningkat
23Diakses melalui website https://internasional.kompas.com/read/trump-bantah-ucapkan-komentar-rasis-terhadap-haiti-dan-afrika pada tanggal 8 Mei 2018 pada pukul 3:08 WIB.
9
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rupert Coleville yang dikutip oleh
Independent, ia mengatakan bahwasannya pernyataan yang dikatakan oleh
Trump adalah hal yang memalukan dari seorang presiden Amerika Serikat,
tak ada kata lain yang dapat menggambarkan selain rasis. Pernyataan Trump
yang tidak senonoh tersebut merupakan kritik dari gagalnya program
reformasi imigrasi yang sempat dia usung selama masa kampanye.24
Berbicara mengenai bagaimana peliknya problematika rasisme, pada
tahun 2016 lalu, telah hadir salah satu film yang mengisahkan kembali
sejarah bagaimana rasisme menimpa warga kulit hitam. Hidden Figures.
Sebuah film yang diadaptasi dari novel best seller di New York, Hidden
Figures: The American Dream and The Untold Story of Black Woman karya
Margot Lee Shetterly yang kemudian diangkat menjadi sebuah film
berdasarkan kisah nyata di Amerika Serikat pada Tahun 1961.25
Film besutan produser Theodore Melfi ini menggambarkan bagaimana
begitu peliknya permasalahan rasisme pada saat itu di Amerika Serikat.
Dalam film ini terlihat jelas bagaimana ketidakadilan yang dilakukan warga
kulit putih terhadap warga kulit hitam sebagai masyarakat yang
menyandang status mayoritas memperlakukan warga kulit hitam di
Virginia, Amerika Serikat.
Film ini menceritakan sebuah kisah perjuangan tiga wanita jenius
berkulit hitam asal Afrika yang bekerja di NASA sebagai seorang computer
24 Diakses melalui website
https://www.republika.co.id/berita/internasional/global/18/01/12/p2g1wn396-pbb-nilai-donald-trump-rasis pada tanggal 14 Januari 2018, pada pukul 1:22 WIB.
25 Diakses melalui website http://goladies.id/2017/04/21/hidden-figures-kisah-nyata-tentang-wanita-wanita-di-balik-nasa/, pada tanggal 25 April 2018 pada pukul 10:15 WIB
10
ditengah-tengah pekerja dimana mayoritas pekerjanya ialah warga yang
berkulit putih. Katherine Goble, Mary Jackson, Dorothy Vaughan adalah
tiga sosok wanita hebat asal Afrika yang harus berhadapan dengan
tantangan diskriminasi kulit putih pada masa itu. Tekanan demi tekanan
harus mereka rasakan sebagai seorang warga yang berstatus kaum minoritas
di negara tersebut.
Saat itu mereka menggunakan istilah colored yang merujuk kepada
mereka yang berkulit hitam dan istilah non-colored yang merujuk kepada
mereka yang berkulit putih untuk memberikan tanda bahwasannya
pemisahan haruslah dilakukan di negara tersebut saat itu. Dimulai dari
pemisahan tempat tinggal, fasilitas publik, bahkan hingga termos kopi
sekalipun.
Dengan maraknya perilaku rasis tersebut, warga kulit hitam saat itulah
yang paling dirugikan. Pemisahan tersebut hanya menguntungkan warga
kulit putih saja. Karena fasilitas yang didapatkan oleh warga kulit hitam
tidaklah sebagus fasilitas yang dimiliki oleh warga kulit putih. Bahkan
terkadang warga kulit hitam mendapatkan fasilitas yang lebih jelek
ketimbang fasilitas yang dimiliki kulit putih.
Banyak film yang telah mengangkat isu-isu yang pernah menimpa suatu
golongan masyarakat. Salah satunya ialah rasisme. Rasisme merupakan
salah satu dari sekian banyak sikap intoleran yang kerap menimpa
masyarakat multikultural. Hal ini sudah sering terjadi di berbagai belahan
dunia, salah satunya ialah Amerika Serikat. Bentuk rasisme di Amerika
11
Serikat yang kerap terjadi ialah permasalahan warna kulit. Yaitu konflik
antara kulit putih dan kulit hitam.
Isu mengenai ras sampai saat ini masih menjadi suatu topik yang
menarik untuk dibahas. Dimana kulit putih selalu menganggap ras mereka
adalah kaum superior, kaum yang paling unggul nilainya dibandingkan
dengan kulit hitam. Isu mengenai ras pun sampai pada tema film.
Dengan banyaknya film yang mengangkat tema rasisme, peneliti
melihat bahwa film Hidden Figures adalah karya yang cukup berani dalam
mengungkap rasisme yang terjadi di Amerika Serikat, sehingga peneliti
memutuskan untuk mengangkat film Hidden Figures sebagai objek
penelitian.
Dengan adanya kemajuan ilmu komunikasi, salah satunya ialah
kemajuan teknologi di bidang perfilman memberikan adanya kemudahan
dalam rangka mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan-pesan
tertentu dalam upaya mengubah pandangan suatu masyarakat terhadap
suatu isu tertentu.
Selain sarana hiburan atau edukasi, film juga dapat digunakan untuk
mengungkap kepingan sejarah yang belum pernah dipublikasikan. Sehingga
kehadiran film tidak hanya untuk melancarkan kepentingan suatu golongan
saja, melainkan juga mampu memberikan informasi edukatif untuk
membangun persatuan ditengah-tengah konflik yang menimbulkan
perpecahan.
Alasan peneliti memilih tema penelitian ini ialah karena permasalahan
dalam penelitian ini sangatlah berkaitan erat dengan apa yang terjadi dalam
12
realita masyarakat, khususnya ketika pasca terpilihnhya presiden Donald
Trump yang kembali membangkitkan semangat rasisme di Amerika Serikat,
munculah film yang kembali menguak kebenaran mengenai kontribusi serta
peran warga kulit hitam yang kini diabadikan di dalam website resmi milik
NASA ditengah peliknya rasisme pada saat itu. Selain itu film Hidden
Figures mendapatkan penghargaan bergengsi MTV Movie & TV Award :
Best Against System yang artinya film ini mendapatkan penghargaan
sebagai film terbaik yang melakukan perlawanan terhadap suatu sistem
yang telah ada.
Peneliti berusaha untuk mengupas dan menjabarkan bagaimana
permasalahan praktik rasial ditampilkan dalam film Hidden Figures dengan
menggunakan pisau analisis semiotika yang dikemukakan oleh salah satu
ahli semiotika Roland Barthes. Peneliti akan memilih secara teliti dari setiap
adegan atau potongan film yang mengandung praktik rasial didalamnya
yang kemudian akan dijabarkan bagaimana makna denotasi, konotasi, dan
mitos dalam setiap adegan yang peneliti sudah pilih untuk dijadikan sebagai
bahan analisis.
Berdasarkan latar belakang film di atas, perlu adanya penelitian secara
mendalam tentang film ini, guna memahami tanda atau objek serta perilaku
moral yang disampaikan melalui pendekatan semiotika Roland Barthes. dari
penjelasan di atas, maka peneliti memilih judul “ANALISIS SEMIOTIKA
PEMAKNAAN RASISME DALAM FILM HIDDEN FIGURES
KARYA THEODORE MELFI”.
13
B. Batasan dan Rumusan Permasalahan
1. Batasan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis diatas,
maka penulis membatasi penelitian pada pesan tanda atau simbol dalam
rangkaian gambar atau adegan (scene) film yang mengandung aspek
rasisme yang ada pada film Hidden Figures karya Theodore Melfi yang
dimulai dari menit ke 03.08 hingga ke menit 01:13:09 Menggunakan
analisis semiotik model Roland Barthes, karena menurut Barthes semua
objek kultural dapat diolah secara tekstual. Dengan demikian semiotik dapat
meneliti bermacam-macam teks seperti berita, film, fiksi, fashion, dan
drama.26
2. Rumusan Masalah
Sedangkan perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah
:
a. Bagaimana makna rasisme secara denotasi dalam film Hidden
Figures karya Theodore Melfi?
b. Bagaimana makna rasisme secara konotasi dalam film Hidden
Figures karya Theodore Melfi?
c. Bagaimana makna rasisme secara mitos dalam film Hidden
Figures karya Theodore Melfi?
26 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006). Cet. Ke-4, h. 123
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, secara spesifik penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana makna rasisme dalam film Hidden
Figures dilihat dari makna denotasi.
b. Untuk mengetahui bagaimana makna rasisme dalam film Hidden
Figures dilihat dari makna konotasi.
c. Untuk mengetahui bagaimana makna rasisme dalam film Hidden
Figures dilihat dari makna mitos
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan positif dalam
bidang pendidikan melalui media masa, khususnya tentang penelitian
analisis semiotika film Hidden Figures sebagai media edukasi mengenai
rasisme melalui media massa yaitu film.
2. Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan bisa menjadi kerangka acuan studi
pada berbagai studi film yang selama ini telah melembaga baik secara
formal maupun non-formal. Selain itu, diharapkan pula dapat menambah
bahan pelengkap wawasan tentang sisi dunia perfilman yang selama ini
hanya berkisar pada sisi teknis (proses pembuatan) dan bisnis (mengejar
keuntungan) semata.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
15
Paradigma merupakan suatu pola atau model tentang bagaimana sesuatu
distruktur (bagian dan hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian
berfungsi (perilaku yang didalamnya terdapat konteks khusus atau dimensi
waktu). Harmon mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk
mempersepsi, berfikir, menilai dan melakukan nilai yang berkaitan dengan
sesuatu cara khusus tentang visi realitas.27
Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik atau yang utuh,
kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif
(reciprocal). Penelitian pada objek yang alamiah. Objek yang alamiah
adalah objek yang tidak dimanipulasi oleh penulis dan kehadiran penulis
tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. 28
2. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif, dimana hasil temuan akan dideskripsikan untuk kemudian
ditinjau kembali untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan
penelusuran pustaka. Sedangkan taraf analisis dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan
penjelasan yang lebih rinci terkait dengan rumusan masalah. Metode
deskriptif kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah
sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic).29
27 Lexy J. Moleong, Metode Pendekatan Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007), h. 49 28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), h.8. 29 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: AlfaBeta, 2014), h.1.
16
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
semiotika. Semiotika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tanda
(sign). Selain itu semiotika membedah hubungan antara tanda, simbol, dan
makna. Teori semiotika yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep
semiotika Roland Barthes. Dalam konsep Roland Barthes, tingkatan makna
terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah Denotasi, Konotasi, dan Mitos.
Denotasi adalah penafsiran lambang-lambang makna terhadap realitas
objek. Kemudian makna konotasi atau pemaknaan tataran kedua adalah
pemaknaan yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada. Pemaknaan ini
bersifat subjektif, tentunya terkait dengan nilai-nilai budaya yang terdapat
dalam persepsi masing-masing subjek.
Terakhir Barthes menambahkan mitos sebagai pelengkap konsep
semiotiknya. Mitos juga merupakan suatu pemaknaan tataran ke-dua. Mitos
adalah rujukan bersifat kultural atau bersumber dari budaya yang ada.
Dengan kata lain mitos berfungsi sebagai deformasi dari lambang-lambang
yang kemudian menghadirkan makna-makna tertentu dengan berpijak pada
nilai-nilai sejarah dan budaya masyarakat.
4. Jenis Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori yaitu
data primer dan data sekunder. Sumber data primer yaitu data yang
dikumpulkan oleh peneliti yang diperoleh langsung dari objek penelitian.
Penulis melakukan observasi secara langsung dengan cara menonton film
Hidden Figures. Ini merupakan sasaran utama dalam penelitian ini,
17
sedangkan data sekunder digunakan untuk diaplikasikan guna mempertajam
analisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data primer
dalam penelitian.
a. Sumber Data Primer
yaitu data yang diperoleh dari hasil analisis semiotik tiap adegan
yang mengandung adegan atau scene terkait dengan perilaku rasisme
yang terdapat dalam film Hidden Figures. Dari hasil pengamatan
tersebut kemudian data dikumpulkan dan diolah sehingga dapat
menunjang penelitian ini. Data tersebut dapat berupa potongan film atau
cuplikan film, penggalan dialog antar tokoh, maupun sampul dari film
tersebut.
b. Sumber Data Sekunder
Yaitu data yang bersumber pada berbagai refrensi literatur yang
mendukung data primer seperti buku, film, media internet, dan terbitan
lain yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Penulis juga
melakukan pencarian data-data tambahan melalui media internet
sebagai bahan pertimbangan lain dalam menunjang penelitian ini.
5. Subjek dan Objek Penelitian
a. Objek penelitian
Objek dari penelitian ini adalah film Hidden Figures karya Theodore
Melfi.
b. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah potongan gambar yang terdapat dalam
film Hidden Figures yang berkaitan dengan rumusan masalah
18
penelitian. Unit analisanya adalah Rasisme yang dilihat dari aspek
denotasi, konotasi dan mitos.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang
digunakan peneliti untuk pengumpulan data. Pada riset kualitatif peneliti
gunakan adalah observasi (teks), dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari
suatu metode disilangkan dengan data yang diperoleh melalui metode lain
sehingga menghasilkan data yang dapat dipercaya.30 Adapun tahapan-
tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai
berikut :
a. Observasi
Merupakan kegiatan yang mengamati secara langsung tanpa mediator
sesuatu objek untuk melihat adegan dengan dekat kegiatan yang dilakukan
objek tersebut. Secara langsung peneliti menonton dan mengamati dialog-
dialog peradegan dalam film Hidden Figures. Kemudian mencatat, memilih
serta menganalisis sesuai dengan model yang peneliti gunakan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan wawancara dan
observasi dalam penelitian kualitatif. Adapun dokumen yang peneliti
peroleh dari buku-buku, artikel, kepustakaan, internet dan foto-foto.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data yang diperoleh dari
hasil pemilihan adegan-adegan, pemilihan dialog, serta dokumentasi. Lalu
30Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi
Aksara,2013), cet ke 1, h. 142.
19
mengolah hasil temuan atau data dan meninjau kembali data yang telah
terkumpul. Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan dengan
didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian
dianalisis.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
semiotik yang bersifat kualitatif. Secara sederhana, semiotik adalah ilmu
tentang tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan,
dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut berarti.
Semiotik adalah studi tentang bagaimana bentuk-bentuk simbolik
diinterpretasikan. Kajian ilmiah mengenai pembentukan makna.31 Secara
substansial, semiotika adalah kajian yang mempunyai concern dengan dunia
simbol.
Semiotik memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Sebuah
analisis semiotik menyediakan cara berhubungan teks tertentu dengan
sistem pesan dimana ia beroprasi. Hal ini memberikan konteks intelektual
pada isi. Ia mengulas cara-cara beragam unsur teks bekerja sama dan
berinteraksi dengan pengetahuan kultural kita termasuk makna.32
Metode ini memperkaya pemahaman kita terhadap teks, sebagai sebuah
metode, semiotik bersifat interpretative33, dan konsekuensinya sangat
31 James Lull, Media Komunikasi: Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global, (Terj). A.
Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997), cet, ke -1, h.232. 32 Jane Stokes, How To Media and Cultural Studies, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka,
2006), h.77. 33 Menimbulkan penafsiran
20
subjektif. Namun hal ini tidak mengurangi nilai semiotik karena semiotik
adalah ilmu tentang memperkaya pemahaman kita terhadap teks.34
Peneliti menggunakan metode semiotik Roland Barthes. Disini tanda
dimaknai secara denotasi dan konotasi tanpa mengesampingkan mitos yang
ada, untuk memperoleh gambaran atau pengertian yang bersifat umum dan
relatif menyeluruh mencakup permasalahan yang diteliti. Ketika suatu tanda
yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna
denotasi, maka makna denotasi tersebut kemudian menjadi mitos.
Dalam proses penelitian, tahap pertama yang dilakukan adalah tahap
pemilihan tanda, yang dilakukan peneliti setelah mengamati secara
keseluruhan adegan dalam film tersebut. Peneliti akan mereduksi film
Hidden Figures menjadi mimite-mimite (sign) yang membentuknya. Proses
pereduksian teks film hingga menjadi mimite ini didasarkan pada tanda-
tanda dominan yang merepresentasikan makna rasisme dalam film Hidden
Figures.
Tahap kedua, yaitu tahap analisis tanda. Tahap ini difokuskan pada
usaha mengidentifikasi sistem penanda tingkat pertama dan tingkat kedua,
serta mengidentifikasi kode-kode sinematik dan tata bahasa film apa saja
yang digunakan dalam membentuk sistem penanda tersebut.
Langkah selanjutnya, peneliti berusaha menentukan makna denotasi dan
konotasi film tersebut. Dalam tahap menentukan makna denotasi dan
konotasi, yang peneliti lakukan terlebih dahulu adalah tanda-tanda apa saja
34 Jane Stokes, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006), h.76.
21
yang diidentifikasikan sebagai sebuah nilai yang mengandung makna
rasisme dalam film Hidden Figures.
Satu persatu tanda tersebut dijabarkan dalam tahap denotasi. Dalam
tahap denotasi ini, peneliti menjelaskan apa saja yang menjadi penanda,
petanda, dan tanda dalam setiap tanda film tersebut. Yang
merepresentasikan makna rasisme. Penjelasan akan dijabarkan dalam tabel
visual berupa cut dari adegan, transkrip dialog, dan jenis-jenis shot.
Setelah tahap penentuan sistem pemaknaan tingkat pertama (denotasi),
peneliti melakukan analisis tanda. Disini peneliti memfokuskan pada shot,
yaitu shot yang menjelaskan situasi, kondisi, ekspresi para tokoh, dan
lingkungan sekitar.
Masuk pada tahap penentuan konotasi, peneliti melakukan pengamatan
pada bentuk konsep, dan penandaan. Langkah selanjutnya yang akan
dilakukan adalah identifikasi mitos pemaknaan rasisme. Bagi Barthes, mitos
merupakan cara berfikir suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara memahami
beberapa aspek dari realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai
pengalaman-pengalaman kita dalam suatu konteks budaya tertentu.
Berdasarkan analisis terhadap kedua tanda dominan tersebut ditemukan
makna-makna konotatif sebagai wujud dari sebuah mitos.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini lebih lanjut dan menyusunnya
menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal peneliti adalah dengan
menelaah terlebih dahulu beberapa karya ilmiah yang berkaitan atau hampir
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Agar terhindar dari
22
kesamaan judul pada karya-karya sebelumnya. Peneliti melakukan
peninjauan kepustakaan terlebih dahulu, diantaranya :
pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Shinta Anggraini Budi
Widianingrum dari Fakultas Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Veteran Yogyakarta. Hasil dari penelitiannya yang
menggunakan konsep Roland Barthes dan subjek penelitian ini adalah film
yang berjudul FITNA, objeknya adalah adegan-adegan yang mengandung
aspek rasisme. Dalam penelitiannya ia mengemukakan bahwa bagaimana
media mampu membentuk sebuah opini baru yang akhirnya mampu
memberikan efek tersendiri. Dalam hal ini ia menggambarkan bagaimana
media mampu menumbuhkan serta menguatkan paham islamophobia.35
Kedua, Penelitian yang selanjutnya ialah penelitian yang dilakukan oleh
Dwi Fitriana Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitasa Muhammadiyah
Yogyakarta. Dalam penelitiannya ia menggunakan metode penelitian
Roland Barthes. Hasil penelitiannya ialah bagaimana ia menggambarkan
begitu peliknya permasalahan multi ras yang sama-sama tinggal di Amerika
Serikat karena hasil prasangka masing-masing ras yang menghasilkan sikap
superioritas ras tertentu. Subjek dari penelitian ini ialah sebuah film berjudul
Crash dan objek penelitiannya ialah adegan-adegan yang mengandung
aspek rasisme.36
Ketiga, Kemudian yang terakhir ialah penelitian yang dilakukan oleh
Marceline Yudith oleh Marceline Yudith Prawitasari tahun 2010, jurusan
35 Penelitian Skripsi “ Rasisme dalam Film Fitna”, Fakultas Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Veteran Yogyakarta, 2012. 36 Penelitian Skripsi “Representasi Rasisme dalam film Crash”, Jurusan Ilmu Komunikasi,
Universitasa Muhammadiyah Yogyakarta, 2008.
23
program studi ilmu komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dalam
penelitiannya ia juga menggunakan teori Roland Barthes. Subjek dari
penelitian ini adalah film animasi berjudul Tinkerbell dan objeknya ialah
adegan-adegan yang mengandung aspek rasisme. Dalam penelitiannya ini
ia mengungkapkan bagaimana film animasi yang diproduksi khusus anak-
anak namun mampu memberikan pesan terselubung yaitu bagaimana sikap
dari rasisme yang terkandung didalammnya.37
Ketiga penelitian diatas memiliki objek yang sama. Masing-masing
menggunakan teknik analisis Roland Barthes. Walaupun dalam penelitian
ini penulis merujuk pada skripsi di atas, namun tetap ada perbedaan. Dari
objek penelitan saja sudah berbeda waupun sama-sama menggunakan film
sebagai objek penelitian tapi gambar-gambar yang dianalisis berbeda-beda.
Film ini sengaja dipilih penulis untuk diteliti karena menurut penulis
banyak pesan moral yang terdapat dalam film ini. Salah satunya yaitu untuk
tidak membeda bedakan kemampuan seseorang atau warna kulit. Karena
pada dasarnya semua manusia adalah sama. Berbeda tetapi untuk
dipersatukan. Seperti halnya yang dibahas dalam film “Hiddden Figures”
berbeda tidak berarti tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Harapan
penulis semoga penelitian ini bisa menambah refrensi penelitian film,
khususnya perfilman internasional.
G. Sistematika Penulisan
37 Penelitian Skripsi “Rasisme dalam Film Tinkerbell”, jurusan program studi ilmu
komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010.
24
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini maka penulis membagi sistematika penulisan dalam
lima bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian,
tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisikan tinjauan umum tentang film , seperti sejarah
dan perkembangannya, klasifikasi film, struktur film, teknik pengambilan
gambar, kemudian terdapat pula tinjauan umum tentang pengertian
semiotika, dan teori semiotika Roland Barthes.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM “HIDDEN FIGURES”
Pada bab ini pembahasan spesifik di balik layar film Hidden Figures,
seperti profil sutradara film, profil para pemain, pembuat film, nominasi,
penghargaan, dan sinopsis film Hidden Figures.
BAB IV ANALISIS SEMIOTIK HIDDEN FIGURES
Pada bab ini membahas makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film
Hidden Figures
BAB V PENUTUP
Penulis mengakhiri penelitian ini dengan beberapa kesimpulan
sekaligus berfungsi sebagai jawaban umum yang terdapat dalam bab
25
pendahuluan, serta diikuti dengan saran penulis dan juga beberapa lampiran
yang didapat oleh penulis.
26
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Umum Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Dalam pengertiannya sebagai fakta historis, seorang pendiri ilmu
kedokteran modern bernama Hippocrates (460-377 SM) yang mengusulkan
istilah semiotika dan mendefinisikannya sebagai cabang ilmu kedokteran
untuk mempelajari gejala-gejala. Gejala sebagai semeion berarti ‘ciri atau
tanda’ yang menunjukkan sesuatu di luar dirinya. Hippocrates mengklaim
bahwa tugas utama seorang dokter adalah menyingkapkan hal-hal yang
ditunjukkan oleh gejala-gejala ini dalam kaitannya dengan tubuh manusia.1
Semiotik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala
sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam
kehidupan manusia.2 Secara etimologis, istilah semiotik merujuk dari kata
Yunani semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri di definisikan sebagai
sesuatu yang atas dasar konvensi sosial terbangun sebelumnya, dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco dalam Sobur, 2004: 95).3
Semiotik merupakan model ilmu pengetahuan sosial dalam memahami
dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut
1 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Ilmu Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra,
2010), hlm. 34. 2 http://kbbi.web.id/semiotik, diakses pada tanggal 5 April 2018 pada pukul 3:52 WIB 3 Tunggul, Analisis Semiotika Pesan Moral dalam Film 12 Menit untuk Selamanya,
eJournal Ilmu Komunikasi, Vol.3, No. 3, 2015.
27
sebagai “tanda”. Semiotik sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang
berarti tanda.4
Semiotik (semiologi) telah menjadi salah satu alat analisis yang populer
untuk meneliti isi dari media massa dan telah banyak digunakan oleh
mahasiswa ilmu komunikasi dalam meneliti makna dari pesan yang termuat
dalam media massa.5 Pada dasarnya semiotik hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai dalam hal ini tidak
dapat digabungkan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa
objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem
terstruktur dari tanda.6
Dalam definisnya, Saussure (dalam Sobur: 2003), dikatakan bahwa,
“semiologi adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengkaji tanda-tanda
di tengah masyarakat.” dan dengan demikian menjadi bagian dari disiplin
psikologi sosial. Tujuannya tidak lain adalah untuk menunjukkan
bagaimana diproduksinya tanda-tanda serta kaidah-kaidah yang
mengaturnya. Sementara itu, istilah semiotika, yang dimunculkan pada
akhir abad 19 oleh seorang Filsuf beraliran pragmatik Amerika Charles
Sander Pierce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang
menjadi dasar semiotika adalah konsep dari tentang tanda: tak hanya bahasa
dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu
sendiri pun sejauh terkait dengan pikiran-pikiran manusia seluruhnya terdiri
4 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang:
UIN Malang Press, 2007), h. 9 5 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) Cet.
Ke-1, h. 100 6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), cet ke-
3, h. 15
28
atas tanda-tanda, karena jika tidak begitu manusia tidak akan bisa menjalin
hubungannya dengan realitas.7
Seorang ahli sastra Teew mendefinisikan semiotika adalah tanda
sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi
model sastra yang mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek
hakiki untuk pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas
dalam masyarakat manapun.8 Semiotika menurut Morissan, adalah studi
mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting dalam
pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotik mencakup teori terutama
mengenal bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan
dan sebagainya yang berada diluar diri sendiri. Studi mengenai tanda tidak
saja memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi tetapi juga
memiliki efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan
dalam teori komunikasi.9
Beberapa tokoh yang menjadi pencetus kajian teori semiotika antara
lain:
a. Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce merupakan ahli filsafat pada abad
kesembilan belas, yang dianggap sebagai pendiri semiotika modern.
Ia mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan tanda (simbol),
objek, dan makna. Tanda mewakili objek (refenant) yang ada di
7 Yoyon Mudjino, “Jurnal Ilmu Komunikasi: Kajian Semiotika Film”,Vol. 1 No. 1, April
2011, h. 129 8 Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa (Jakarta: Kencana Premedia
Group,2014), h. 33 9 Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa , h. 35
29
dalam pikiran orang yang merepresentasikannya (intepreter). Pierce
menyatakan bahwa representasi dari suatu objek disebut
intepretant.10
b. Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure seorang ahli linguistik Swiss yang terkenal
dengan konsep semiotik signifier (penanda) dan signified (petanda).
Dalam konteks semiotik Saussure, penanda merupakan bunyi yang
bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yaitu apa
yang ditulis, dikatakan, atau dibaca. Petanda merupakan gambaran
mental yaitu pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa.11
c. Roland Barthes
Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan
konsep Myhtologies atau sebagai mitos. Sebagai penerus dari
pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara
teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya.12
Interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami
dan diharapkan oleh penggunanya. Konsep pemikiran Barthes
dikenal dengan dua tatanan pertandaan (two orders of signification).
Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk kepada
makna yang sama. Istilah semiotika lebih lazim digunakan ilmuwan
10 Morissan, Teori Komunikasi: Individu hingga Massa (Jakarta: Kencana Premedia
Group,2014), h. 33 11 Naomi Srie Kusumastuti & Faturochman, Semiotika untuk Analisis Gender pada Iklan
Televisi, Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, 2004, h. 106 12 Rachmat Kristiyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 268
30
Amerika, sedangkan ‘semiologi’ sangat kental dengan nuansa Eropa yang
mewarisi tradisi linguistik Sausseran.13
Bila diartikan, semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaannya
merupakan tanda-tanda.14 Artinya, semiotik mempelajari sistem, aturan-
aturan, yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dengan
kata lain, semiotika mempelajari relasi diantara komponen-komponen
tanda, serta hubungan antara komponen-komponen tersebut dengan
masyarakat penggunanya.
2. Konsep Semiotika Roland Barthes
Lahir di Cherbourg pada tahun 1915, kemudian dibesarkan di Bayonne,
kota kecil yang terletak di dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya
Prancis. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir struktualis
yang giat mempraktikan model linguistik dan semiologi Sausseran.15 Dalam
konsep Roland Barthes yang menyempurnakan semiologi Saussare yaitu
tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis
13 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta, Jalasutra, 2010),
hlm. 133 14 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, ( Malang :
UIN Malang Press), h. 11. 15 Yoyon Mudjino, “Jurnal Ilmu Komunikasi: Kajian Semiotika Film”,Vol. 1 No. 1, April
2011, h. 90
31
makna dari tanda-tanda.16 Fokus perhatian Roland Barthes lebih tertuju
kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification).17
Seiring berjalannya waktu, kepopulerannya kian meningkat sejak
analisis semiotika dipergunakan dalam berbagai bidang disiplin ilmu.
Barthes memfokuskan perhatiannya kepada persoalan-persoalan dalam teks
sastra, fotografi, iklan, film dan sebagainya. Pemikirannya adalah serpihan
gagasan yang multidimensi dan mengundang berbagai intepretasi. Karya-
karya pokok Roland Barthes antara lain : Le degree zero de I’ecriture atau
“Nol Derajat di Bidang Menulis”. (1953, diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris, Writing Degree Zero, 1997).18
Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda dan peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat
asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. “Barthes
menjelaskan apa yang disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua,
yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua
ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang ada di dalam Mythologies-
nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran
pertama.”19 Roland Barthes dalam teorinya, ia mengembangkan semiotika
menjadi dua bagian tingkatan penandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Kata
denotasi berasal dari bahasa Latin connotare, “menjadi makna” dan
mengarah kepada tanda-tanda kultural yang terpisah atau berbeda dengan
16 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69 17 Alex Sobur, Analisis Teks Media-Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 127 18 Anthony Freddy S. Semiotika Hukum: dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas
Makna, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010), h. 34-35 19 Akhmad Muzakki, Kontribusi dalam Memahami Bahasa Agama, h. 21-22
32
kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-
simbol, historis dan yang berhubungan dengan emosional.20
Roland Barthes, semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya
Mythologies (1972) memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek
kehidupan keseharian orang Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil
ciotron dan gulat. Menurutnya, tujuannya untuk membawakan dunia
tentang “apa-yang terjadi-tanpa-mengatakan“ dan menunjukan konotasi
dunia tersebut dan secara lebih luas basis ideologinya.21
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang
menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat
kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified,
tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda
kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki
makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka
makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.22 Barthes menggunakan istilah
“Orders Of Signification”. First order of signification adalah denotasi.
Sedangkan konotasi adalah second order of signification. Tatanan yang
pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah
yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul
pemaknaan lain, sebuah konsep mental yang lain yang melekat pada tanda
20 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 80 21 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 85 22 Anderson Daniel Sunarto, Analisis Semiotika Film Alangkah Lucunya Negeri ini,
Journal “Octa Diurna”, Vol. IV , No. 1, 2015, h. 3
33
( yang kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan baru inilah yang
kemudian disebut konotasi.23
Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan peta tentang
bagaimana tanda bekerja :
Tabel 2.1 Peta Roland Barthes
Sumber : Paul Colbey & Litza Janz, 1999. Introducing Semiotics. NY : Totem books, p. 51
Dari peta Roland Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur. material: hanya jika anda mengenal tanda “singa”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi
mungkin.
Jadi dalam konsep Roland Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan
hanya sekedar memiliki makna tambahan. Namun juga mengandung kedua
bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya,
23 Papilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, Metedologi Penelitian Komunikasi,
h. 56-57
1. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative Sign ( tanda denotatif)
4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF
5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF)
6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
34
inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan
semiologi Saussare, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.
Denotasi adalah tingkat peertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang
menghadirkan makna yang bersifat eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan
petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak
langsung, dan tidak pasti. Ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang
terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis,
seperti perasaan, emosi, atau keyakinan.24
Jadi, makna denotasi adalah makna pada apa yang tampak, makna yang
paling nyata dari tanda, sedangkan konotasi dapat menghasilkan makna
lapis kedua yang bersifat implisit25, tersembunyi. Dengan kata lain, denotasi
adalah apa yang digambarkan tanda terhadap objek, sementara konotasi
adalah bagaimana menggambarkan tanda tersebut. Dalam konsep Barthes,
“tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan, namun juga
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai
mitos, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran
bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.” Mitos,
dalam pemahaman semiotika Barthes ialah “pengkodean makna dan nilai-
nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap ilmiah.”26
24 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, h. 69 25 Sifatnya samar-samar / tidak begitu jelas 26 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama, h. 23
35
Kata “mitos” berasal dari kata bahasa Yunani mythos yang artinya kata-
kata, wicara, kisah tentang para dewa. Ini bisa didefinisikan sebagai narasi
yang di dalam karakter-karakternya adalah para dewa, pahlawan, dan
makhluk-makhluk mistis, dengan plotnya adalah tentang asal-usul segala
sesuatu atau tentang peristiwa metafisis yang berlangsung di dalam
kehidupan manusia.27
Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua dimana rangkaian tanda
terkombinasikan sebagaimana dalam film disebut dengan teks akan
membantu pemaknaan tingkat kedua. Ide-ide dari Barthes banyak
digunakan untuk memahami realitas budaya media kontemporer yang
dikonsumsi oleh manusia setiap harinya seperti film, lagu, novel, dan
sebagainya.28
Mekanisme kerja mitos dalam suatu ideologi adalah apa yang disebut
Barthes sebagai naturalisasi sejarah. Suatu mitos akan menampilkan
gambaran dunia yang seolah terberi begitu saja alias alamiah. Nilai
ideologis dari mitos muncul ketika mitos tersebut menyediakan fungsinya
untuk mengungkap dan membenarkan nilai-nilai dominan yang ada di
masyarakat. Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi, yaitu penanda,
petanda, dan tanda yang dibangun oleh rantai pemaknaan yang sebelumnya
telah ada. Jadi, mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.29
27 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta : Jalasutra, 2010),
h. 56 28 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006). Cet
ke-1, h. 101 29 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, h. 91
36
B. Tinjauan Umum Tentang Film
1. Pengertian Film
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film diartikan dalam dua
pengertian. Pengertian film pertama adalah selaput tipis yang terbuat dari
seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat
gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Kedua, film diartikan
juga sebagai lakon (cerita gambar hidup).30 Dalam bahasa Inggris film
dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup dan bioskop.31
Berikut merupakan definisi film yang dituturkan oleh H.A.W Wijaya ,
adalah:
“Film merupakan teknik audio visual yang sangat efektif dalam
mempengaruhi penonton-penontonnya. Ini merupakan kombinasi dari
drama dengan panduan suara dan musik, serta drama dengan panduan
tingkah laku dan energi, karena dapat dinikmati benar-benar oleh
penontonnya, sekaligus dengan mata, telinga, dan ruang yang remang-
remang, antara gelap dan terang.”32
Dalam mendefinisikan film terdapat beberapa tokoh yang mengartikan
berbagai macam pemikiran. Menurut Askurifai Baskin, film merupakan
salah satu bentuk media komunikasi massa dari berbagai teknologi dan
berbagai unsur-unsur kesenian. Sebagai seni ketujuh, film jauh berbeda
dengan seni sastra, teater, seni rupa, seni suara, musik, dan arsitektur yang
30 http://kbbi.web.id/film, diakses pada tanggal10 April 2018 pada pukul 1:48 WIB 31 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010), h. 387 32 H.A.W. Wijaya, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2002), h. 84
37
muncul terlebih dahulu. Seni dari film sangat mengandalkan teknologi baik
sebagai bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi kehadapan
penontonnya.33
Irwanto (1999) dalam Alex Sobur mengatakan film selalu merekam
cerita berdasarkan realitas yang tumbuh berkembang dalam masyarakat
yang kemudian diproyeksikan ke atas layar.34 Menurut UU 8/1992,
sebagaimana dikutip oleh Taufan Saputra dalam jurnalnya yang berjudul “
Representasi Analisis Semiotik Pesan Moral Dalam Film 2012 Karya
Roland Emmrich”, definisi film ialah sebagai berikut.
“Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pita seluloid, pita video, piringan video,
dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk ,
jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan lainnya.”35
Berbeda dengan John Vivian dalam bukunya teori komunikasi massa, ia
menegaskan bahwa film merupakan bagian dari realitas sehari-hari kita
dalam banyak hal. Bahkan cara kita bicara sangat dipengaruhi oleh metafora
film. Majalah New Yorker menggunakan metafora ini dalam edisi khusus
33 Askurifai Baskin, Membuat Film Indie itu Gampang, (Bandung: Kataris, 2003), cet. Ke-
1, h. 3. 34 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 127 35 Taufan Saputra, “Representasi Analisis Semiotik Pesan Moral Dalam Film 2012 Karya
Roland Emmrich,” ejournal. Ilkom Fisip-unmul.ac. id, 2 Februari 2014, h. 277
38
tentang film Hollywood, “Skenario pribadi kita terentang dalam urutan
Flashback, percakapan, dan peran.”36
Film juga kerap disebut sebagai Moving Images (gambar bergerak).
Prof. Fr. Azhar Arsyard, M. A mengatakan, film atau gambar hidup
merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame
diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis pada layar sehingga
terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian
sehingga memberikan daya tarik tersendiri.37 Sampai pada titik ini film telah
menjadi media bertutur manusia, sebuah alat komunikasi, menyampaikan
kisah. Jika sebelumnya bercerita dilakukan dengan lisan, lalu tulisan, kini
telah muncul satu medium lagi: dengan gambar bergerak, yang diceritakan
adalah perihal kehidupan. Di sinilah lantas kita menyebut film sebagai
representasi dunia nyata. Eric Sasono menulis, dibanding dengan media
lain, film memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan sedekat mungkin
dengan kenyataan sehari-hari.38
Awalnya film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi. Ia
ditemukan dari hasil perkembangan prinsip-prinsip fotografi dari proyektor.
Thomas Alfa Edison yang untuk pertama kalinya mengembangkan kamera
citra bergerak pada tahun 1888 ketika ia membuat film sepanjang 15 detik
yang merekam salah satu asistennya yang sedang bersin. Segera sesudah itu,
36 John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8, (Jakarta: Kencana Media Group, 2008)
cet. Ke-1, h. 160. 37 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-5, h.
48. 38 John Vivian, Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8, h. 162.
39
Lumiere bersaudara memberikan pertunjukan film sinematik kepada
khalayak umum di sebuah kafe di Paris.39
Film memiliki karakteristik tersendiri, yaitu menggunakan layar lebar,
pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot,
konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi, yang mana ketika penonton
fokus untuk menyaksikan film, maka pikiran dan perasaannya akan larut
dalam alur cerita yang disuguhkan.40 Selain itu Disamping fungsinya
dianggap sebagai media pembujuk atau memiliki kekuatan persuasif yang
besar. Seperti halnya drama, film juga melakukan komunikasi verbal berupa
dialog antar pemain, selain itu juga film menggunakan bahasa gambar untuk
membahasakan sebuah cerita.41
Cerita yang disuguhkan diatas layar tidak hanya berdasarkan realitas
kehidupan sehari-hari yang tumbuh berkembang dalam masyarakat, tetapi
juga bisa berasal dari imajinasi pembuat cerita itu sendiri.42 Tak hanya itu ,
dimensi waktu dalam film pun limitless, cerita yang disuguhkan bisa berasal
dari kisah masa lalu, masa sekarang, atau gambaran masa depan. Film juga
mampu menyatukan spektrum kepekaan manusia, mulai dari yang paling
lembut, kejam hingga memuakkan. Selain itu film yang baik senantiasa
dapat menimbulkan ilusi kejadian filmis yang berlangsung dalam batas
waktu lebih lama dari menonton film tersebut. Bahwa dalam kejadian itu
39 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.69. 40 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 70 41 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 128 42 Budi Irwanto, Film , Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia,
(Yogyakarta: Media Pressindo, 1999), h. 13
40
ada permulaan, pengembangan dan akhir, serta mempunyai jangka waktu
tertentu.43
2. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama dengan
antara media dengan massa dengan khalayaknya.44 Ciri utama media massa
adalah bahwa media massa dirancang untuk menjangkau banyak orang.45
Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada
komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan
media. Media yang dimaksud diantaranya adalah surat kabar, televisi, film,
iklan dan radio. Media yang disebutkan di atas memiliki kesamaan yaitu
sama-sama dapat menjangkau khalayak yang luas dengan waktu yang
hampir bersamaan.46
Sifat film yang audiovisual gerak mampu memiliki daya resistensi yang
lebih kuat dibandingkan dengan bentuk informasi lainnya. Dengan format
dan bentuk saluran penyajiannya, film mampu membangun opini publik
pola pikir masyarakat juga dapat diubah atau bahkan sengaja diciptakan
melalui media ini.47
Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi
konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian
berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih
43 D.A Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), h. 5. 44 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga, 2008), h7. 45 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, (Jakarta: Salemba Humanika,
2011), h. 61 46 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2003), h.61 47 Estu Miyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Sinematografi,
Thesis (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 2
41
tua, menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor, dan trik teknis
bagi konsumsi populer. Film mampu menjangkau populasi dalam jumlah
besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media massa film
berperan sebagai sarana komunikasi yang digunakan untuk penyebaran
hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, dan sajian teknis
lainnya.48
Terdapat tiga elemen penting dalam sejarah film. Pertama, penggunaan
film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika ditujukan
nasional atau kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya
yang riil, dampak emosional, dan popularitas. Dua elemen lainnya adalah
sejarah film yaitu munculnya sekolah film dan munculnya gerakan film
dokumenter.49
3. Sejarah Perkembangan Film
Film yang dibuat oleh Thomas Alfa Edison dan Lumiere bersaudara
masih berupa gambar yang diambil dalam frame50 yang statis51 dan tidak
ada penyuntingan. Pada awal kemunculan film, hal itu sudah lebih dari
cukup untuk penonton pada saat itu. Namun seiring berjalannya waktu,
penonton menginginkan hal lebih untuk uang yang telah mereka keluarkan.
Seorang pembuat film George Melies, mulai membuat cerita gambar
bergerak, yaitu suatu film yang bercerita. Melies seringkali disebut sebagai
“artis pertama dalam dunia cinema” karena ia telah membawa cerita narasi
pada medium dalam bentuk kisah imajinatif seperti “A Trip to the Moon
48 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, h. 35. 49 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6 Buku 1, h. 38. 50 Bingkai 51 Kamera dalam keadaan diam tidak bergerak sama sekali
42
(1902).” Film tersebut akhirnya sampai ke Amerika pada tahun 1903, dan
para pembuat film di Amerika tidak hanya meminjam ide untuk
menggunakan film dalam menyampaikan cerita, tetapi juga dikembangkan
pada saat itu.
Edwin S. Porter, seorang juru kamera Edison Company, melihat bahwa
film dapat menjadi alat untuk menyampaikan cerita yang lebih baik dengan
penggunaan dan penempatan kamera secara statistik yang disertai dengan
penyuntingan. Film berdurasi dua belas menit karyanya, yang berjudul “The
Great Robbery”52 (1903), adalah film pertama yang menggunakan
penyuntingan, gabungan potongan-potongan antara adegan, dan sebuah
kamera bergerak untuk menceritakan kisah yang relatif kompleks.53
Film “The Great Robbery” dianggap film pertama sebagai film cerita
pertama karena teknik pembuatannya yang benar-benar mengagumkan
pada waktu itu.54 Teknik pembuatan film yang digunakan oleh Porter adalah
montase yaitu penggabungan dua gambar yang terpisah , tetapi berkaitan
dengan suatu cara yang memunculkan makna baru yang telah dipadukan.55
Pada tahun 1913, D.W Griffith seorang penulis, aktor dan juru kamera
yang juga terkenal sebagai sutradara yang brillian, membuat film yang
berjudul “Birth of a Nation”56 pada tahun 1916, film “intolerance”, yang
kedua-duanya berlangsung masing-masing berdurasi kurang lebih selama
tiga jam.57
52 Perampokan Terhebat 53 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h. 125 54 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 202. 55 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h. 216 56 Terj: Kelahiran Sebuah Negara 57 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 202.
43
Griffith merupakan orang pertama yang memperkenalkan inovasi
seperti latihan terjadwal dan produksi yang didasari dengan naskah film.
Griffith juga tidak mengabaikan aspek penampilan seperti pencahayaan dan
kostum, menggunakan close-up dan sudut kamera dramatis lainnya untuk
mentransmisikan emosi.58
Apabila Porter sudah menggunakan montase59 untuk menyampaikan
cerita, maka Griffith menggunakannya untuk menciptakan hasrat, emosi,
dan meningkatkan ketegangan. Teknik perfilman hasil pemikiran Griffith
kemudian dikembangankan lagi oleh dua orang berkebangsaan Rusia yaitu
Vsevold Poduvskon dan Sergei Einsenstein. Sebuah sequence dari film
karya Eisenstein yang berjudul “Kapal Tempur Potemkin” yang
berlangsung selama enam menit lamanya.
Film tersebut diakui sebagai sequence yang paling berpengaruh dalam
sejarah film. Sequence tersebut menggambarkan penduduk Odessa
Simpatisan pemberontakan kapal Potemkin yang dibunuh secara kejam oleh
pasukan kerajaan.60
Film tersebut disajikan berbeda yakni bergaya film bisu, tetapi cukup
mempesona dan berpengaruh dalam jiwa penonton. Pada tahun 1972 di
Broadway Amerika Serikat munculah film bicara yang pertama walaupun
dalam keadaan belum sempurna seperti sekarang. Sejak saat itu terus
dilakukan pengembangan teknologi dan usaha untuk pengembangan
58 Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa, h. 216. 59 Komposisi gambar –gambar yang dihasilkan dari percampuran unsur dari beberapa
sumber. 60 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 216.
44
teknologi dan usaha untuk menyempurnakan film bicara. Kemudian film
bicara mencapai kesempurnaan pada tahun 1935.61
4. Unsur-Unsur Pembentukan Film
Menurut Himawan (2008:2), film dibagi atas dua unsur, yaitu unsur
naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif adalah bahan dasar (materi) yang
akan diolah berhubungan dengan aspek cerita atau tema film.62 Unsur
naratif terdiri dari tokoh, masalah, lokasi, dan waktu. Sedangkan unsur
sinematik merupakan unsur-unsur aspek pembuatan film. Elemen-elemen
unsur sinematik antara lain:63
a. Mise-en-scene, yaitu segala hal didepan kamera yang akan diambil
gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise-en-scene terdiri atas
empat aspek utama dalam produksi film. Aspek-aspek tersebut
adalah: setting, kostum dan make-up, lighting, dan acting.64
b. Editing, yaitu transisi sebuah gambar ke gambar lainnya. Tahap
editing dimulai dengan pemilihan shot-shot yang telah diambil,
kemudian diolah dan dirangkai sehingga menjadi sebuah film yang
utuh.65
c. Sounds, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap
melalui indra pendengaran. Sounds merupakan aspek sistematis
yang tidak kalah pentingnya dengan aspek lain. Melalui sound,
61 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 203. 62 Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung
: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 136 63 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 119. 64 Marseli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film (Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2005), h. 49 65 Himawan Pratista, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 123.
45
adegan yang terekam dalam kamera akan terasa lebih hidup dan
nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu dialog, musik, dan efek
suara.66
d. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta
hubungan kamera dengan objek yang diambil. Dalam sebuah
produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene67 telah tersedia
dan sebuah adegan telah siap diambil gambarnya, pada saat inilah
unsur sinematografi mulai berperan. Secara umum sinematografi
dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film framming, serta
durasi gambar.
Kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui
kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak
gambar, dan sebagainya. Framming adalah hubungan kamera dengan objek
yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak,
ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar
mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera.
Berikut ini adalah salah satu aspek framming yang terdapat dalam
sinematografi, yakni terhadap jarak dan objek (type of shot). Menurut
Thompson dan Bowen (2009) terdapat sembilan teknik shot kamera, dimana
setiap teknik memiliki fungsi dan makna berbeda, yaitu:68
66 Marseli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 272. 67 segala hal didepan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film 68 Ari Novita Sari, Grammar of Film, Artikel diakses pada tanggal 11 April 2018 pada
pukul 3:46 dari : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Artikel%20Jurnal%20-20%20Ari%20Novitasari%2007081657%20(AB).doc.
46
a) Long shoot/Wide Shot (LS/WS): dengan teknik ini bisa diketahui
siapa, dimana dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga
bisa diketahui gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi
wajah.
b) Medium shots (MS): dengan teknik ini bisa diketahui siapa, dimana
dan kapan berkaitan dengan subjek. Selain itu, juga bisa diketahui
gendernya, kostum, gerakan subjek, dan ekspresi wajah.
c) Close-up (CU): disebut juga intimate shot. Untuk menghasilkan
gambaran orang, objek, atau tindakan yang terlihat besar, sehingga
bisa mendapatkan informasi yang detail tentang objek, serta bisa
menunjukkan ekspresi seseorang.
d) Extreme Long Shot (XLS): digunakan untuk menunjukkan
lingkungan urban69, suburban70, rural71, pegunungan, laut, dan lain-
lain. Juga digunakan untuk menujukkan siang, malam, musim
dingin, musim panas, dll.
e) Very Long Shot (VSL): memperlihatkan lebih jelas lagi tentang siapa
dan dimana subjek berada.
f) Medium Close-Up (MCU): memberi informasi tentang cara bicara,
cara mendengarkan atau tindakan dari karakter ekspresi wajah, arah
pandang, emosi, warna rambut, make-up tampak jelas.
69 Diakses melalui website https://kbbi.web.id/urban , Arti : Berkenaan dengan kota,
bersifat kekotaan. Pada pukul 23:46 WIB 70 Diakses melalui website http://kamus-internasional.com/definitions/suburban, pada
pukul 23:47 11 April 2018 Arti : penduduk pinggiran Kota 71 Diakses melalui website https://brainly.co.id/tugas/1348655, Arti : wilayah pedesaan
dengan kehidupan sederhana. Pada tanggal 11 April 2018 pukul 23: 47 WIB.
47
g) Big Close-UP (BCU): lebih untuk memperlihatkan bagian wajah,
terutama hidung, mata dan mulut. Untuk memperlihatkan siapa
subjek itu, dan bagaimana ekspresinya (marah, sedih, terharu, dll).
h) Extreme Close-Up (ECU): gambar ini biasanya digunakan untuk
film dokumenter, berkaitan dengan medis atau ilmu alam, bisa juga
digunakan untuk film naratif fiksi, atau film art.
Film umumnya dibangun dengan tanda. Tanda-tanda itu termasuk
berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya
mencapai efek yang diharapkan. Sistem semiotika yang lebih penting lagi
dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu.72 Dalam setiap gambar yang telah diambil oleh
sutradara baik itu dari segi sudut pandang pengambilan, pencahayaan, tipe
lensa, ataupun yang lain semuanya memiliki arti tersendiri.73
C. Kajian Mengenai Ras dan Rasisme
1. Pengertian Mengenai Ras
Asal mula istilah ras diketahui sekitar tahun 1600. Saat itu Francois
Bernier seorang antropolog berkebangsaan Prancis, pertama kali
mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori
atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Para antropologis
menemukan tiga karakter yang membeda-bedakan tiap ras, yaitu:74
72 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 128 73 Sri Wahyuningsih, Kearifan Budaya Lokal Madura Sebagai Media Persuasif, Sosio
Didaktika: Vol. 1, No. 2 Desember 2014, h. 177. 74 A. Liliweri, Prasangka dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur, (Yogyakarta: LKIS, 2005), h. 21
48
1. Sesuai dengan keadaan anatomi, yakni warna kulit, tekstur rambut,
bentuk atau ukuran badan dan bentuk muka atau kepala.
2. Dilihat dari sudut pandang fisiologis seperti contohnya penyakit
bawaan dan perkembangan hormonal.
3. Yang terakhir adalah komposisi darah dalam tubuh.
Pembagian karakter ini memang sewaktu-waktu dapat berubah tidak
menetap sifatnya sesuai dengan karakter rasnya masing-masing, semua
karakter ras ini juga dilihat dari kemampuan intelegensi, tempramen, dan
karakter-karakter individual yang lain. Lingkungan sosial adalah faktor
penting dalam membentuk pribadi atau sifat sebuah ras.75
Menurut kamus Merriam Webster, Ras digunakan untuk menunjukkan
sebuah divisi dari manusia dengan sifat-sifat yang menular antar keturunan
dan sifat tersebut cukup untuk menggambarkannya sebagai jenis manusia
yang berbeda (misalnya, Caucasoid, Mongoloid, Negroid).76
Sedangkan menurut kamus Oxford, ras sendiri dapat kita pahami
sebagai divisi utama manusia, yang memiliki karakteristik fisik berbeda.
Atau sekelompok orang yang memiliki budaya yang sama,meliputi sejarah,
bahasa, dan lain sebagainya.77
Menurut Audrey Smedley, Professor of Anthropology EmeritaVirginia
Commonwealth University, Ras adalah realitas sosial / budaya yang ada di
suatu wilayah tergantung dari variasi biologis atau genetic
75 Martin N. Marger, Race and Ethic Relations: 3rd ed Balmount, (California: Wadswouth
Publishing Company, 1994), h. 24. 76 Diakses melalui website http://www.merriam-webster.com/dictionary/race, pada tanggal
28 Juni 2018 pada pukul 18:57 WIB. 77 Diakses melalui website http://oxforddictionaries.com/definition/english/race‐2, pada
tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 19:02 WIB.
49
Menurut Dr. J. Verkuyl, pengertian ras sungguh-sungguh menunjukkan
suatu realitas, suatu kenyataan dan bukan bersifat fiktif belaka. Ras terutama
menyangkut pengertian hayati atau biologis yang dapat dibedakan antara ras
yang satu dengan yang lainnya.78
Horton dan Hunt berpendapat bahwa ras merupakan suatu kelompok
manusia yang agak berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya dalam segi
ciri-ciri fisik bawaan, dalam banyak hal juga ditentukan oleh pengertian
yang kerap digunakan oleh masyarakat.79
para ahli antropologi fisik umumnya membedakan ras berdasarkan
lokasi geografis, ciri-ciri fisik seperti warna mata, warna kulit, bentuk
wajah, warna rambut, bentuk kepala dan prinsip evolusi rasial.80
Menurut Grosse, ras adalah segolongan manusia yang merupakan satu
kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang
diturunkan sehingga berdasarkan itu dapat dibedakan dengan kesatuan yang
lain. Ras merupakan konsepsi sosial yang timbul dari usaha untuk
mengelompokkan orang ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
Identitas rasial biasanya berhubungan dengan ciri-ciri fisik luar seperti
warna kulit, tekstur rambut, penampilan wajah, dan bentuk mata. Konsep
identitas rasial berlaku di Amerika Serikat sebagai gagasan secara sosial
yang tidak diragukan berhubungan dengan warisan historis seperti
78 J. Verkuyl, Etika Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 1992), h. 17 79 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, Cetakan
ke-2, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 195. 80 J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, h. 196
50
perbudakan, penganiayaan suku Indian di Amerika Serikat, isu hak sipil,
dan yang terbaru tingkatan imigran.81
Sulit untuk menyatakan akibat dari rasisme, karena efeknya dapat
secara sadar atau tidak sadar. Karena secara realita akibat dari rasisme
secara tidak disadari ialah dapat merusak bahkan menghancurkan suatu
budaya dengan terjadinya pembagian kelompok secara politik, sosial, dan
ekonomi dalam suatu negara.82
Ras dalam definisi berdasarkan geografis adalah kumpulan individu
atau kelompok yang serupa dalam sejumlah ciri dan menghubi suatu teritori
serta seringkali berasal mula sama. E. Von Eickstedt membedakan
masyarakat atas dasar prinsip evolusi rasial, yaitu :83
1. Leukoderm ( Leuko : putih).84 Termasuk dalam ciri ras ini Europid,
Polinesid, Weddid, Ainuid, dengan ciri-ciri umum: wajah dan
bagian-bagiannya menonjol, rambut lurus hingga berombak, hidung
sempit, tinggi, pigmentasi agak terang. Contoh : orang-orang Eropa
dan Polinesia.
2. Melanoderm ( Melano : hitam).85 Termasuk di dalam ras ini adalah
Negrid, Melanesid, Pigmid, Australid, dengan ciri-ciri umum: warna
kulit agak gelap, rambut agak keriting, hidung sangat lebar, wajah
81 N. Daldjoeni, Ras-ras Umat Manusia: Biogeografis, Kulturhistoris, Sosiopolitis(
Bandung: PT Citra Adhitya Bakti, 1991),h. 1. 82 Larry Samovar, Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm.
187 83 J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, h. 196 84 Kategori untuk menunjukkan ras berkulit putih 85 Kategori atau istilah untuk menunjukkan ras berkulit hitam
51
prognat, bibir sangat tebal. Contoh : orang Afrika, Aborigin di
Australia, dan Melanesia.
3. Xantoderm ( Xanto : kuning).86 Termasuk di dalam ras ini adalah
Mongoloid, Indianid, Khoisanid, dengan ciri-ciri uum: wajah
mendatar dengan pangkal hidung rendah dan pipi menonjol
kedepan, celah mata mendatar dengan epicantus internus (kerut
mongol), rambut hitam, lurus, tebal, warna kulit kekuningan. Contoh
: orang Asia, Indian, Eskimo, dan bangsa Khoisan di Afrika.
2. Pengertian Rasisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian rasisme adalah,
prasangka berdasarkan keturunan bangsa; atau sebuah paham yang
menyatakan bahwa ras suatu suku atau bangsa tersebut yang paling
unggul.87
Dalam kamus Merriam Webster, rasisme didefinisikan sebagai
perlakuan buruk atau kekerasan terhadap orang lain yang disebabkan oleh
ras. Juga terdapat keyakinan bahwasannya terdapat beberapa ras yang lebih
baik dari pada ras yang lain. Secara utuh rasisme dapat dikatakan sebagai
keyakinan bahwa ras adalah sifat utama penentu manusia sehingga kapasitas
dan perbedaan ras menghasilkan keunggulan pada ras tertentu.88
Menurut kamus Oxford, rasisme merupakan fenomena sosial yang
mengacu kepada prasangka, diskriminasi, atau antagonisme yang diarahkan
86 Kategori atau istilah untuk menunjukkan ras bekulit kekuningan 87 Diakses melalui website https://kbbi.web.id/rasisme, pada tanggal 4 Maret 2018, pukul
19:36 WIB. 88 Diakses melalui website http://www.merriam-webster.com/dictionary/racism, diakses
pada tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 17:08 WIB.
52
terhadap seseorang dari ras berbeda berdasarkan kepada keyakinan bahwa
suatu ras tertentu lebih unggul.89
Kata rasisme merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu
racism. Racism terambil ataupun berasal dari kata race yang mempunyai
arti, yaitu: pertama, suatu kelas populasi yang didasarkan pada kriteria
genetik. Kedua, kelas dari genotip-genotip. Ketiga, setiap populasi yang
secara genetis berbeda dengan populasi lainnya (ras).90
Daldjoeni mengatakan bahwa, “Ras dalam pertaliannya dalam makan
rasisme, merujuk pada kelompok manusia yang ditentukan oleh dirinya
sendiri atau oleh pihak lain, yang berlainan secara kultural berdasarkan ciri-
ciri jasmaniah yang tidak dapat berubah. Jadi ras dalam rasisme tidak
ditentukan secara kesepakatan sosial, tetapi berdasarkan ciri-ciri fisik.”91
John Fredrickson mengatakan bahwasannya rasisme terjadi ketika satu
kelompok etnis atau kolektivitas sejarah mendominasi, mengecualikan, atau
berusaha untuk menghilangkan yang lain atas dasar perbedaan yang
diyakini adalah keturunan yang tidak dapat diubah.92
Lalu dalam tulisannya Alain de Benoist yang berjudul “What is
Racism”, Alain memuat beberapa pendepat pakar mengenai rasisme,
diantaranya:93
89 Diakses melalui website http://oxfrddictionaries.com/definition/english/racism, pada
tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 17:12 WIB. 90 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), cet ke-3,
h. 360 91 N. Daldjoeni, Ras-ras Umat Manusia: Biogeografis, Kulturhistoris, Sosiopolitis,h. 81. 92 Diakses melalui website http://www.pbs.org/race/002_04-background-02-01.htm, pada
tanggal 29 Juni 2018 pada pukul 1:35 WIB. 93 Diakses melalui website http://alaindeboist.com/pdf/what_is_racism.pdf, pada tanggal
29 Juni 2018 pada pukul 1:54 WIB.
53
1. Dalam tulisannya, Alain mengungkapkan kata “rasisme” pertama
kali muncul dalam kamus Larousse pada tahun 1932. Diungkapkan
bahwa definisi istiliha yang tertuang mengenai rasisme cenderung
tumpang tindih: “Sebuah sistem yang menitikberatkan pada
superioritas satu kelompok ras atas yang lain. Kemudian Grand
Littre menambahkan bahwasannya rasisme merupakan sebuah
doktrin yang mengklaim adanya perbedaan biologis antara berbagai
ras dan ada superioritas diantara salah satu dari mereka.
2. Petit Robert mengatakan bahwa rasisme adalah sebuah teori hierarki
rasial yang mengklaim perlunya melestarikan apa yang disebut ras
unggul diantara ras-ras yang ada dan hak untuk mendominasi ras
yang lain.
3. Menurut deklarasi tentang ras yang diselenggarakan oleh UNESCO
pada tahun 1978, rasisme didefinisikan sebagai teori yang
mengkalaim keunggulan intrinsik atau inferioritas kelompok ras
atau etnis dimana pihak yang lebih superior memiliki beberapa hak
untuk mendominasi atau bahkan menghilangkan orang lain yang
dianggap rendah, atau didasarkan pertimbangan nilai pada
perbedaan rasial.
4. Arthur Kriegel menuliskan bahwa rasisme merupakan suatu sistem
ideologis ilmiah yang membagi spesies manusia kontemporer ke
dalam sub spesies, karena pengembangan dan berkah yang dimiliki
berbeda atau dalam kata lain bakat rata-rata tiap kelompok manusia
tidaklah sama.
54
Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai definisi rasisme.
Menurut Soerjono Soekamto, ras yang pertama, suatu kelas populasi yang
didasarkan pada kriteria genetik, kedua, kelas dari genotip-genotip, dan
ketiga, setiap populasi yang secara genetis berbeda dengan populasi
lainnya.94
Menurut Hugo F. Reading, rasial adalah:95
1. Kelompok penduduk yang didasarkan pada kriteria genetika
2. Setiap penduduk yang berbeda secara genetika lainnya
3. Kelompok yang terdiri atas genotypes
4. Para individu, terlepas dari lokasi, yang genotipnya merupakan suatu
kelompok tersendiri.
Rasisme merupakan suatu gagasan yang mengatakan bahwa terdapat
kaitan kausal antara ciri-ciri jasmaniah yang diturunkan dan ciri-ciri tertentu
dalam hal kepribadian, intelektual, budaya atau gabungan dari semua itu,
yang kemudian menimbulkan sikap superioritas dari ras tertentu terhadap
orang lain.96
Rasisme berasal dari dominasi dan menyediakan dasar pemikiran sosial
dan filosofis pembenaran untuk merendahkan dan melakukan kekerasan
terhadap orang berdasarkan warna. Banyaknya rasisme, dapat menunjukkan
dua sikap dan kekuatan struktural. Bentuk-bentuk dari rasisme itu sendiri
94 Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 14 95 Hugo F. Reading, Kamus ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 78 96 N. Daldjoeni, Ras-ras Umat Manusia: Biogeografis, Kulturhistoris, Sosiopolitis,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991), h. 81.
55
merupakan kejadian brutal terbuka atau bahkan dapat tidak terlihat oleh
institusi tertentu.97
Rasisme secara umum dapat diartikan sebagai serangan sikap,
kecendrungan, pernyataan, dan tindakan yang mengunggulkan atau
memusuhi kelompok masyarakat terutama karena identitas ras. Rasisme
juga dipandang sebagai sebagai sebuah kebodohan karena tidak
mendasarkan (diri) pada suatu ilmu apapun, serta sangat jelas berlawanan
dengan norma-norma etis, perikemanusiaan, dan hak-hak asasi manusia.
Akibatnya orang dari suku bangsa lain sering didiskriminasikan, dihina,
ditindas, dan dibunuh.98
Ras atau lebih dikenal dengan sebutan rasisme dan sering disamaartikan
dengan rasialisme. Istilah rasialisme digunakan untuk menyebut gagasan
yang meyakini adanya kaitan kausal antara ciri-ciri jasmaniah seseorang
dengan keturunan, kepribadian, intelektualitas, kebudayaan, atau gabungan
dari semuanya.
Gagasan tersebut kemudian menimbulkan potensi perasaan superioritas
pada ras tertentu terhadap ras yang lain. Rasialisme sering kali bertalian
dengan kelompok non-biologis dan non-rasial, seperti sekte keagamaan,
kebangsaan, kebahasaan, etnik atau kultural atau hanya sebuah prasangka
yang sering kali dilihat dari stereotip dan kecemburuan sosial. Jadi dapat
97 Martin N. Marger, Race and Ethic Relations: 3rd ed Balmount,h. 30. 98 Diakses melalui website http://sinarharapan.co.id/rasisme, pada tanggal 10 April 2018
pada pukul 2:54 WIB
56
disimpulkan bahwa ilmu tentang ras, ras ditentukan bukan secara sosial
melainkan berdasarkan ciri-ciri fisik.99
3. Awal Mula Ideologi Rasisme
Awal mula rasisme diyakini adalah pembentukan konstruksi-konstruksi
rasisme itu sendiri. Karena dengan adanya konstruksi tersebut, orang-orang
barulah memiliki rasa superior (kulit putih) dan inferior (kulit hitam) dalam
diri mereka masing-masing dan atau memulai kesejarahan rasisme.
Setidaknya ada dua justifikasi yang dibentuk saat awal mula rasisme, yakni
dalam justifikasi agama dan science.
1. Agama Sebagai Pembenaran untuk Rasisme
Agama digunakan untuk memecah ras-ras tersebut. Kendati agama dan
ras adalah dua hal yang berbeda.Selama tahun 1500 hingga 1600, sebuah
pertanyaan muncul dari agamawan Kristen, tentang “apakah ‘Orang kulit
hitam’ dan ‘Indian’ memiliki jiwa, atau bisa dianggap manusia. Gereja-
gereja saat itu bimbang menanggapi pertanyaan ini. Gereja Khatolik dan
Protestan akhirnya memunculkan jawaban yang berbeda. Gereja katolik lah
yang pertama kali mengakui bahwa Kulit hitam dan Indian memiliki jiwa,
yang berdampak pada peraturan di koloni-koloni Katholik agar melarang
pembunuhan seorang budak tanpa alasan.100
Karena tingginya kebutuhan akan budak, agama akhirnya dijadikan
sarana untuk membenarkan perpecahan ras. Mengelompokkan orang kulit
berwarna sebagai 'kafir dan berjiwa'. Namun, sebagai substansial sejumlah
99 Ramon Grosfoguel, “What is Racism?”, Journal of World-Systems Research, Vol. 22
Issue. 1, 2016, h. 7. 100 Diakses melalui website www.racialequitytools.org/.pdf, pada tanggal 1 Juli 2018 pada
pukul 4:32 WIB.
57
orang kulit berwarna dikonversi ke Kristen pula. Jadi, orang kulit berwarna
pada dasarnya dianggap sebagai kafir101 (a person who does not belong to a
widely held religion (especially one who is not a Christian, Jew, or Muslim))
dibedakan dengan mereka yang berkulit putih.
Sistem ekonomi dengan basis perbudakan di Negara-negara selatan
mengharuskan sistem eksploitatif yang rasis, yang menyebabkan
perkembangan biologi, teori zoologi dan botani untuk 'menjelaskan
perbedaan manusia dan untuk membenarkan perbudakan.' Hal ini tidak
terlepas dari hirarki status diantara ras-ras yang dipecah ini.
Ania Loomba bahkan mengklasifikasikan Ideologi sebagai hal yang
membantu membedakan ras seseorang dengan yang lain, selain lewat
Budaya dan struktur ekonominya. Agama dalam hal ini bertindak
selayaknya ideologi. Jadi, dalam garis kolonialisme inilah praktik Rasisme
muncul. Suatu keadaan dimana suatu budaya bertemu, dan mulai
membangun hirarki diantara statusnya.
Pada dasarnya, agama hanyalah alat/instrument yang digunakan pada
masa colonial untuk memecah identitas tersebut kedalam ras. Yang
selanjutnya akan menentukan kelas orang tersebut. Misalnya kerja paksa
yang dilakukan colonial terhadap suatu agama atau kaum. Kembali lagi,
justifikasi lewat agama ini memang salah satu pendukung tersedianya
tenaga-tenaga budak. Setidaknya dari suatu kaum.
101 Diakses melalui website https://en.oxforddictionaries.com/definition/heathen, pada
tanggal 1 Juli 2018 pada pukul 4:41 WIB.
58
Orang tidak hanya dibedakan dari warna kulitnya, tapi juga dari cara
berpikirnya (ideology, agama) dan budayanya (cara makan, aksen, dan
sebagainya). Clash of Civilization yang datang seiring masuknya
kolonialisme ke Negara-negara dunia ketiga, menciptakan persepsi
masyarakat barat (kulit putih/ tidak berwarna/ kristian prostestan dan
Khatolik) terhadap identitas diluar mereka sebagai sesuatu yang salah dan
lebih rendah (Kulit berwarna, agama non-kristen). Mungkin ini pula
sebabnya, kita mengidentikan bangsa Arab sebagai Islam dan Bangsa Barat
sebagai Kristen (Protestan dan Khatolik). Dengan Dalim pemberadaban
(Civilizationing), bangsa barat menanamkan nilai-nilainya (menyebarkan
agama) dan membangun status yang unggul atas nilai-nilainya itu. Hingga
akhirnya orang-orang berpikir bahwa memeluk agama dari Barat (Protestan
dan Khatolik), akan sama halnya dengan menaikkan derajat
kaum/bangsa/ras mereka satu strata dengan bangsa barat.102
2. Ilmu Pengetahuan Sebagai Pembenaran Rasisme
Ilmu pengetahuan menjadi salah satu justifikasi yang dilakukan oleh
masyarakat eropa dalam menentkan tingkat superioritas dan inferioritas
antara ras kulit putih dan ras laninnya. Hal ini dilakukan untuk
membenarkan tindakan mereka atas penjajahan yang dilakukan oleh negara-
negara Eropa terutama kepada masyarakat negara-negara di Afrika. Paham
ini berkembang pada Abad ke 19 dimana pada waktu tersebut Darwin
mengeluarkan bukunya mengenai teori evolusi. Dalam bukunya Darwin
menekankan bahwa spesies yang lemah akan mati dan spesies yang kuat
102 Ania Loomba. 1998. Colonialism/Postcolonialism. London and Newyork: Routledge
59
akan bertahan hidup. Pandangan inilah yang dikemudian digunakan oleh
banyak pemikir sosial Eropa bahwa ras mereka adalah yang kuat dan ras
Afrika (kulit hitam) adalah yang lemah sehingga mereka suatu saat akan
mati (punah).103
Salah satu bentuk justifikasi rasis yang dilakukan adalah melalui
penelitian ilmuwan Eropa yang menyatakan bahwa ras kulit hitam memiliki
kualitas otak yang lebih rendah dibandingkan dengan kulit putih sehingga
kulit putih merupakan ras yang pintar sementara ras Afrika adalah yang
bodoh. Selan itu juga dengan menggunakan faktor genetik dimana
masyarakat kuliit hitam dinyatakan memiliki susunan genetik yang jelek
dan lemah sehingga bukan sumber genetik yang baik dalam memberikan
keturunan yang berkualitas. Hal-hal yang seperti inilah yang kemudian
menjadikan ras kulit putih merasa superior atas ras lainnya karena secara
ilmiah mereka merupakan ras yang pintar, dan berkualitas (memiliki gen
yang baik).104
4. Perbudakan: Kemunculan Pertama Rasisme
Rasisme sebenarnya sudah terjadi di Amerika sejak tahun 1700-an. Pada
tahun ini Amerika sudah mengenal sistem perbudakan. Salah satu hal yang
menyebabkan terjadi perbudakan di Amerika adalah perkembangan industri
103 David Rogers and Bowman Moira. n.d. A History: The Construction of Race and
Racism. Portland: Western States Center’s Dismantling Racism Program. Hal. 6 104 David Rogers and Bowman Moira. n.d. A History: The Construction of Race and
Racism. Portland: Western States Center’s Dismantling Racism Program. Hal. 7
60
kapas yang sangat besar di wilayah selatan. Pada saat yang sama, Revolusi
Industri yang melahirkan pabrik tekstil dalam skala besar, dengan cepat
meningkatkan permintaan akan kapas mentah. Hal ini meyebabkan mereka
membutuhkan budak untuk menjadi pekerja di perusahaan kapas. Ladang
tebu yang membutuhkan banyak tenaga kerja, juga berperan dalam
meluasnya perbudakan di wilayah selatan. Orang kulit hitam di Amerika
terus-terusan mendapatkan perlakuan diskriminasi. Tidak hanya dipaksa
menjadi budak, mereka pun tidak mendapatkan hak untuk memilih di
pemilihan umum.
Kebebasan budak di Amerika dimulai pada saat Abraham Lincoln
memimpin Amerika Abraham Lincoln menganggap perbudakan adalah
suatu kejahatan. Dalam pidato di Peoria, Illionis, di tahun 1854, ia
menayatakan bahwa semua peraturan harus disusun kembali dan
perbudakan di Amerika harus dibatasi hingga akhirnya dihapuskan. Hingga
akhirnya terjadi perang saudara antara Amerika Selatan dan Utara. Amerika
Selatan mendukung perbudakan sedangkan Amerika Utara menolak
perbudakan. Sekitar 7000 orang tewas dalam perang saudara ini, dan yang
hilang dan terluka ada sekitar 20.000 orang dari setiap pihak. Pada tahun 19
November 1863, Lincoln membangun pemakaman nasional di Gettysburg.
Hingga akhirnya Amerika Selatan memenangkan peperangan, dan perang
saudara berakhir. Namun akhirnya Abraham Lincoln meninggal karena
dibunuh. Kepemerintahan Amerika digantikan oleh Andrew Johson.
Sepanjang musim panas 1865 Johson meneruskan program rekonstruksi
Lincoln. Namun banyak orang kulit putih di Selatan yang merasa dominasi
61
sosial dan politiknya terancam kalau hak orang kulit hitam dan putih
disamakan. Mereka berusah mencegah orang kulit hitam mendapatkan
persamaan hak. Hingga akhirnya kekerasan terhadap kulit hitam semakin
bertambah. Hal ini menyebabkan pada tahun 1870 dibuat undang-undang
baru, yaitu Undang-Undang Penegakan Hukum (Enforcement Act) yang
menghukum keras siapa saya yang berusaha mencabut hak sipil orang kulit
hitam yang dimerdekakan. Meskipun undang-undang tersebut
diberlakukan, hal ini belum berhasil menghapus kekerasan yang dialami
oleh orang kulit hitam di Amerika Selatan. Bahkan ada organisasi yang
mengintindiminasi orang kulit hitam dan mencegah mereka untuk
menggunakan haknya. Organisasi itu adalah Ku Klux Klan. Kegagalan
Rekonstruksi punya arti perjuangan bago orang-orang Afrika-Amerika
untuk persamaan dan kebebasan tertunda sampai abad ke -20, ketika hal itu
menjadi masalah nasional dan bukan lagi masalah Selatan saja.105
Sistem perbudakan pada abad 18–19 di Amerika, adalah sistem awal
terbentuknya rasisme yang meyakini bahwa rasa, kelompok, suku atau
warga kulit hitam memiliki atau berada di tingkat sosial yang lebih rendah
dibandingkan dengan ras, kelompok, suku atau warga kulit putih di
Amerika.106
Pemikiran secara rasisme, mempengaruhi dasar-dasar secara alami
tentang pemikiran dan tindakan untuk memberikan perlakuan yang berbeda
pada setiap anggota sebuah ras yang berbeda dengan ras yang lain. Sebuah
105 Diakses melalui website http://www.cedarville.edu/~/media/Files/PDF/Center-for-
Bioethics/Powerpoint/eugenics.pdf, pada tanggal 1 Juli 2018 pada pukul 5:00 WIB 106 Martin N. Marger, Race and Ethic Relations: 3rd ed Balmount, (California: Wadswouth
Publishing Company, 1994), h. 26
62
suku bangsa diklasifikasikan sesuai dengan keanggotaan mereka pada suatu
grup atau suku, yang menciptakan ke tidak seimbangan antara satu suku
dengan yang lainnya.107
Bila dilihat sebagai sebuah sistem atau sebuah ideologi, rasisme
terstruktur atau terbagi menjadi tiga, yaitu:108
1. Manusia secara alami sudah terbagi atau dibedakan sesuai dengan
keadaan fisik.
2. Sesuai dengan keadaan fisik sebuah suku atau ras, juga kepribadian
atau intelektual.
3. Bila dilihat dari dasar genetik sebuah suku, sebuah kelompok atau
suku merasa lebih kuat atau lebih baik dari suku yang lain.
Neubeck dalam tulisannya membagi dan menjelaskan dua jenis perilaku
rasisme dalam bukunya yang berjudul Social Problem: A Critical
Approach. Tipe pertama yaitu Personal Racism (Individu atau kelompok
kecil) yang mengungkapkan perasaan negatif dengan kata-kata dan atau
dengan tindakan terhadap orang berkulit hitam. Tipe kedua yaitu
Institusional Racism, yaitu dimana sebuah institusi melakukan operasi rutin
berskala besar seperti bisnis dan sistem kerja politik untuk merugikan
kelompok mayoritas umumnya. Diantaran penjelasan lainnya yaitu :109
1. Personal Racism
107 Martin N. Marger, Race and Ethic Relations: h. 29. 108 Martin N. Marger, Race and Ethic Relations: h. 32 109 Kenneth Neubeck dan Alice Mary, Social Problem : A Critical Approach, (USA:
McGraw-Hill Companies, 1997) h. 269-277.
63
Personal racism terjadi ketika individu (atau kelompok kecil
individu) memiliki sikap curiga dan / terlibat secara langsung dalam
perilaku diskriminatif dan sejenisnya. Manifestasi personal racism
adalah ketika stereotip individu atas dasar dugaan perbedaan ras,
menghina nama dan referensi, perlakuan diskriminatif selama
melakukan kontak interpersonal, ancaman, dan tindak kekerasan
terhadap anggota kelompok minoritas yang diduga menjadi ras
inferior. Berikut beberapa contoh tindakan Personal Racism;
a. seorang petugas memperkerjakan orang kulit hitam hanya untuk
pekerjaan rendah, berdasarkan stereotip tentang kemampuan
atau takut bahwa kulit hitam akan membawa reaksi negatif dari
para pekerja berkulit putih.
b. Ketika ada seorang guru berasumsi bahwa anak-anak di kelas
yang bukan anggota dari mayoritas kulit putih tidak bisa belajar
dan karena itu mereka hanya bisa diberi sedikit perhatian
c. Pengemudi mobil berhenti di lampu merah, melihat ada pemuda
berkulit hitam mendekati jalanan penyebrangan, pengemudi
bergegas mengunci pintu mobil karena beranggapan bahwa
pemuda tersebut berbahaya.
2. Institutional Racism
Merupakan perilaku rasisme yang dilakukan oleh kelembagaan
yang mendapat perlakuan khusus untuk menangani masyarakat
minoritas. Dalam hal ini mereka menarik perhatian pada fakta
bahwa kelompok-kelompok seperti penduduk asli Amerika, Afrika-
64
Amerika, Latino-Amerika, dan Asia-Amerika sering menjadi
korban rutin kerja dari struktur organisasi tersebut. Tidak seperti
beberapa bentuk personal racism, rasisme yang terjadi melalui
operasi sehari-hari dan tahun ke tahun dari lembaga berskala besar
seringkali sulit untuk mendeteksi tanpa investigasi. Berikut
beberapa contoh dari tindakan Institutional Racism:
a. Aturan senioritas yang diterapkan hanya untuk kulit putih yang
dipekerjakan. Keadaan tersebut ketika pekerja minoritas lebih
tunduk kepada PHK dibandingkan kulit putih.
b. Tes atau akademik kredensial secara rutin yang digunakan
untuk karyawan potensial ketika tes tersebut diarahkan untuk
pengetahuan dan pengalaman yang paling mungkin dimiliki
oleh anggota kelas menengah kulit putih.
c. Kebijakan kredit dari bank dan lembaga keuangan lainnya
dilaksanakan dengan cara-cara yang membuat sulit untuk
mendapatkan hipotek atau pinjaman untuk perbaikan rumah di
lingkungan minoritas.
Institutional racism merupakan fenomena sosial yang dimana hanya
warga kulit putih yang mampu berada dalam posisi untuk menggerakkan
dan mempertahankan. Kuncinya ialah kekuasaan atas struktur organisasi
dan operasi mereka. Sejak orang berkulit hitam umumnya tidak dapat dan
tidak memiliki akses ke posisi kekuasaan di lembaga-lembaga utama yang
65
mempengaruhi mereka, mereka tidak mampu melakukan diskriminasi
terhadap orang kulit putih pada tingkat ini.110
Terdapat dua aspek yang mempengaruhi sikap rasialisme yaitu sikap
diskriminasi ras yang mencakup segala bentuk perilaku pembedaan
berdasarkan ras.111 Bentuk diskriminasi ras tampak jelas dalam pemisahan
(segregasi) tempat tinggal warga ras tertentu di dunia barat maupun timur.
Juga tata pergaulan antar ras yang memperlakukan etiket (sopan santun)
berdasarkan superioritas atau inferioritas golongan.112
Aspek kedua dari rasialisme adalah prasangka ras. Prasangka adalah
gejala psikologis yang ditandai dengan sikap penuh emosi yang tak disertai
bukti-bukti terlebih dahulu berdasarkan pengalaman. Pendorong munculnya
prasangka dalam pergaulan antar ras adalah sugesti, kepercayaan,
keyakinan, dan emulasi (persaingan, perlombaan). Biasanya prasangka
terdapat di kalangan negara-negara barat yang sebagian besar masyarakat
kulit putih, kelompok mayoritas ini lalu meremehkan orang kulit hitam.113
Kedua aspek ini ternyata saling menguatkan dan tidak lagi dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Prasangka memunculkan suatu rasionalisasi
bagi diskriminasi, sedangkan diskriminasi kerap kali membawa ancaman.
Dalam suasana prasangka dan diskriminasi tidak terdapat tempat bagi
toleransi dan keterbukaan.
110 Kenneth Neubeck dan Alice Mary, Social Problem : A Critical Approach, (USA:
McGraw-Hill Companies, 1997) h. 269-277 111 Ramon Grosfoguel, “What is Racism?”,h. 9 112 N.Daldjoeni, Ras-ras Umat Manusia: Biogeografis, Kulturhistoris, Sosiopolitis,), h. 95 113 Rachman Munawar, dkk, Dari Keseragaman Menuju Keberagaman : Wacana
Multikultural dalam Media, (Jakarta:LSPP, 1999), h. 97-98.
66
Contohnya di negara Afrika Selatan, apabila orang kulit putih memihak
kulit hitam, ia akan diperlakukan buruk oleh sesama orang kulit putih.
Diskriminasi ras di Afrika selatan pada saat ini masih berlangsung, terlebih
ketika orang kulit putih khawatir akan kemungkinan majunya orang kulit
hitam pada segala bidang. Maka orang kulit putih dengan segala cara akan
menghalau dan menutup segala pintu ke arah kemajuan yang mungkin
dimanfaatkan orang kulit hitam.114
Dr. Gregory Jay, Professor of English Senior Director, culture, and
communities, ia berpendapat bahwa setidaknya pada abad 17, ras kulit putih
muncul sebagai penanda istilah hukum dan pengatur kehidupan sosial. Ras
ini diakui sebagai warga negara, dapat menikmati pendidikan di sekolah dan
gereja, bisa menikahi siapa saja, dan bisa melakukan apapun tanpa ada
batasan. Ia menyimpulkan bahwa ras kulit putih memiliki hak-hak istimewa
dan berhak mendapatkan perlindungan yang lebih dibandingkan ras lain.
Dan itulah yang disebut dengan whiteness.115
Whiteness adalah kata yang ditunjukkan untuk memberikan identitas
rasial dan terselubung ke dalam makna sosial terkait dengan perbedaan ras.
Perbedaan ini dapat terlihat dari proses afiliasi, dimana proses ini akan
membentuk kerja sama yang dilakukan beberapa orang untuk mencapai
suatu kesepakatan eksternal. Semua orang kulit putih akan lebih mudah
untuk mengklaim hak-hak istimewanya dibanding non kulit putih. hal ini
perlu diingat tentang permasalahan “whiteness” ialah bila orang kulit putih
114 Rachman Munawar, dkk, Dari Keseragaman Menuju Keberagaman : Wacana
Multikultural dalam Media, h. 101 115 Diakses melalui website https://pantherfile.uwm.edu/gjay/www/introwhite.html, pada
tanggal 11 April 2018 Pukul 19:54 WIB.
67
sadar bahwa mereka dapat mengalami hukum yang berbeda dengan orang
non kulit putih, sedangkan orang non kulit putih bila ingin menjalankan
suatu hal harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang kulit putih.116
Afrika-Amerika, atau Afro-Amerika, adalah sebuah kelompok etnis di
Amerika Serikat yang nenek moyangnya banyak berasal dari Afrika di
bagian Sub-Sahara dan Barat. Mayoritas dari rakyat etnis Afrika-Amerika
berdarah Afrika, Eropa dan Amerika Asli. Istilah yang digunakan untuk
merujuk kepada kelompok etnis ini dalam sejarah termasuk negro, kulit
hitam, dan istilah lainnya dalam bahasa inggris: colored, Afro-
Americans.117
Alo Liliweri mengatakan bahwa bangsa kulit hitam pertama kali dijual
dan diperdagangkan ke selatan Amerika sejak 1607 hingga 1807 ketika
akhirnya pengimporan tersebut dilarang. Setelah Abraham Lincoln
menentang perbudakan pada dilantik sebagai Presiden AS pada tahun 1860,
perbudakan pun dihapuskan pada 1863 melalui status hukum. Kedatangan
orang-orang kulit hitam yang jumlahnya terus bertambah itu akhirnya
mendorong pemerintah untuk mengakui kehadiran mereka tak lebih sebagai
budak adalah The Thirteenth Amandement to the Constitution118, yang
mengatur perbudakan secara hukum di tahun 1865.
Doktrin supremasi kulit putih yang digunakan untuk mendukung
lembaga perbudakan merupakan bagian dari adat dan kebijakan Amerika,
bahwa Mahkamah Agung tahun 1875 setuju menyimpulkan baik Amerika
116 J. Nielsen, Whiteness and Anti-Discrimination Law- it’s in the Design, (ACRAWSA
e-journal, Vol. 4, No. 2, 2008), h. 2-3. 117 Orang berkulit hitam 118 Undang-undang yang mengatur perbudakan secara legal di Amerika Serikat
68
Utara maupun Selatan menganggap budak sebagai suatu tatanan rendah dan
sama sekali tidak layak untuk bersosialisasi dengan ras kulit putih, baik
dalam hubungan sosial atau politik, dan lebih jauh, budak tidak memiliki
hak yang sama seperti orang kulit putih.119
Ketika orang-orang berasal dari budaya yang berlainan dalam
berkomunikasi, penafsiran keliru atas sandi merupakan hal yang lazim
terjadi. Devito berpendapat dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya
Ahmad Shihabudin, bahwa dalam mempelajari komunikasi antar budaya
kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Orang dari Budaya yang
berbeda berkomunikasi secara berbeda. 2) Melihat cara perilaku masing-
masing budaya sebagai sistem yang mungkin tetapi sifatnya arbitrer. 3) Cara
kita berpikir tentang perbedaan budaya mungkin tidak ada kaitannya dengan
cara kita berprilaku.120
Bagi kebanyakan orang, memiliki identitas budaya, kebangsaan,
keagamaan tertentu amatlah penting. Namun sayangnya, hal ini kerap kali
yang menjadi sebab munculnya etnosentrisme (ethnocentrism), yaitu suatu
sikap dan kepercayaan bahwa bahwa ras, kebangsaan, atau agama seseorang
lebih hebat dan superior jika dibandingkan dengan yang lain. Etnosentrisme
merupakan sesuatu yang universal, mungkin karena hal ini membantu
keberlangsungan hidup dengan meningkatkan keterikatan seseorang dengan
kelompoknya dan meningkatkan keinginannya untuk bekerja keras atas
nama kelompok.121
119 Ramon Grosfoguel, “What is Racism?”, Journal of World-Systems Research, Vol. 22
Issue. 1, 2016, h. 9. 120 Ahmad Shihabudin, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h. 4. 121 Carol Wade dan Carol Travis, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 311.
69
Pada dasarnya, etnosentrisme terletak pada identitas sosial, yaitu,
“kami”. Setelah mereka mempersepsikan orang lain sebagai “bukan kami.”
Prasangka, stereotip, diskriminasi, dan rasisme merupakan bagian dari
situasi yang melibatkan evaluasi negatif dari beberapa kelompok. Prasangka
merupakan praduga dari penilaian negatif mengenai suatu kelompok dan
setiap individu dari anggotanya.122
Prasangka adalah sikap. Sikap merupakan kombinasi yang jelas dari
perasaan (feelings), kecendrungan untuk bertindak (inclanation to act), dan
keyakinan (beliefs). Orang yang memiliki prasangka mungkin membenci
seseorang yang berbeda dengan dirinya dan berprilaku secara diskriminatif.
Evaluasi negatif yang seringkali didukung oleh keyakinan negatif, inilah
yang disebut dengan stereotip. Stereotip adalah ringkasan kesan terhadap
sekelompok orang dimana semua anggota dalam kelompok dilihat memiliki
sifat-sifat yang sama. Stereotip dapat saja bersifat negatif, positif, atau
netral.
Bagaimanapun juga, stereotip merefleksikan perbedaan antar orang, dan
mereka juga mendistorsikan kenyataan dalam tiga cara. Pertama, mereka
melebih-lebihkan perbedaan antar kelompok, membuat kelompok yang
distereotipkan terlihat aneh, asing, atau berbahaya, tidak seperti “kami”.
Kedua, mereka menghasilkan seleksi-selektif, orang-orang cenderung untuk
melihat bukti-bukti yang sesuai dengan stereotip dan menolak adanya
persepsi yang tidak sesuai dengan stereotip. Dan ketiga, mereka
mengabaikan perbedaan masing-masing anggota dalam kelompok asing
122 David G. Myers, Psikologi Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika 2012), h. 6.
70
ini. Stereotip menciptakan kesan bahwa setiap anggota tersebut ini haruslah
sama.123
Bicara mengenai teori rasisme, ternyata teori tersebut difokuskan
kepada prasangka individu dan diskriminasi bukan pada organisasi
masyarakat. Rasisme sendiri mengacu kepada sikap, keyakinan, atau pelaku
individu yang mengakibatkan perlakuan tidak adil atau peluang bagi kaum
minoritas.
Sebaliknya, rasisme institusional berfokus kepada kebijakan dan praktik
yang memiliki konsekuensi yang tidak sama untuk kaum minoritas, terlepas
dari apakah kebijakan ini disertai dengan keyakinan rasis organisasi.
Dengan munculnya gerakan hak-hak sipil, itu tidak dapat lagi diterima
secara sosial dalam banyak situasi untuk berbicara secara terbuka dengan
cara berprasangka atau bertindak diskriminasi secara terang-terangan.
Sebagai gantinya munculah suatu jenis baru dari rasisme individu dan teori-
teori rasis. Rasisme baru, bukannya mengelompokkan masalah-masalah
sosial dalam hal infeorioritas biologis, menggeser penjelasan ke salah satu
inferioritas budaya. Efek determinisme budaya ini adalah sama. Anggota
kelompok minoritas tetap dipersalahkan atas kondisi mereka, sedangkan
lembaga-lembaga sosial kulit putih mempertahankan bahwa kulit putih
memiliki hak istimewa.124
5. Upaya Pemisahan Ras di Amerika Serikat
123 Carole Wade dan Carol Travis, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 313. 124 Mattaini, Racism, Finding Solutions to Social Problems: Behavioral Strategies for
Change, (Washington, DC, US: American Pychological Association, 1996)pdf, h. 149.
71
Gambar 3.1 : Bendera Ku Klux Klan
Sumber: https://www.crwflags.com/fotw/flags/us%7Dkkk.html
1. Ku Klux Klan (KKK)
Di Amerika Serikat terdapat satu kelompok masyarakat yang
membentuk suatu kelompok rasis yang bersifat ekstrem. Ku Klux Klan
(KKK) pertama kali dibentuk pada tanggal 24 Desember 1865. Kelompok
ini melakukan berbagai macam tindakan rasisme kepada orang-orang kulit
hitam. Kelompok ini berkeyakinan bahwa ras kulit putih adalah ras terbaik
yang diciptakan oleh Tuhan.
Tujuan kelompok ini dibentuk yakni sebagai wadah dalam rangka untuk
memperjuangkan pemberantasan warga kulit hitam dan minoritas Yahudia,
Asia, dan Katolik Roma di Amerika Serikat. Empat tahun setelah pasca
pembentukannya, yakni pada tahun 1869 pemerintahan AS menyatakannya
sebagai organisasi illegal, namun ternyata mereka tidak mengindahkan
pernyataan tersebut dan tetep melakukan berbagai macam tindakan untuk
memberantas orang kulit dan orang kulit putih yang melindungi orang kulit
hitam dengan pembunuhan.
Kemudian pada tahun 1870 diselenggarakan kebijakan Rekonstruksi
era-Partai Republik yang ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan politik
72
dan ekonomi untuk orang kulit hitam. KKK kemudian melancarkan
kampanye secara sembunyi-sembunyi, intimidasi dan kekerasan yang
diarahkan pada pemimpin Republik putih dan hitam.
Lalu pada tahun 1915-1944 anggota kelompok ini sudah memiliki
4.000.000 simpatisan diseluruh AS. Antara tahun 1950-1960-an aksi
kelompok ini ternyata semakin masif dan membludak hingga menimbulkan
perlawanan darah kalangan kulit hitam di Amerika Serikat. Kejadian ini pun
akhirnya menimbulkan tokoh-tokoh yang menyerukan dan
memperjuangkan persamaan Ham dan anti Rasisme seperti Malcolm dan
Martin Luther King.125
2. Sistem Politik Jim Crow
Jim Crow merupakan upaya pemisahan ras yang juga merupakan hukum
negara bagian dan daerah lokal yang dilakukan setelah era Rekonstruksi di
Amerika Serikat bagian selatan yang berlangsung hingga tahun 1965.
Dimulai pada tahun 1980 dengan status “terpisah tetapi sama” untuk orang-
orang Afrika-Amerika, hal itu lalu memisahkan mereka dengan ras kulit
putih dan sebagai sesama warga Amerika.
Jim Crow laws mengamanatkan untuk dilakukannya pemisahan
persekolahan, tempat-tempat publik, kendaraan umum dan ruang istirahat,
rumah makan bahkan keran minum untuk orang-orang kulit putih dan hitam.
Meskipun orang-orang kulit hitam mendapat hak untuk mendapat fasilitas-
fasilitas publik, tetapi kondisi dari fasilitas yang mereka miliki tetap saja
125 Diakses melalui website https://www.history.com/topics/ku-klux-klan, pada tanggal 3
Juli 2018 pada pukul 4:07 WIB.
73
tidak layak jika dibandingkan dengan yang digunakan oleh kulit putih. Hal
ini menyebabkan mereka merasa diperlakukan seperti orang-orang bawahan
meskipun mereka adalah sesama warga negara Amerika. Pada tahun 1960an
mereka mulai menentang hukum ini. Pada akhirnya pengadilan
memutuskan bahwa hukum tersebut tidaklah sah oleh Supreme Court of the
United States pada tahun 1954. Menurut Brown v. Board of Education.
Secara umum, hukum ini dibatalkan oleh Civil Rights Act dan Voting
Rights Act , namun baru diterapkan pada tahun 1970-an.126
Selama masa rekonstruksi pada tahun 1865-1876, hukum serikat
melindungi hak asasi di selatan untuk budak yang dibebaskan. Rekonstruksi
berakhir pada tahun yang berbeda pada setiap negara bagian (terakhir 1877),
dan diikuti di selatan oleh pemerintahan Redeemer yang membuat hukum
Jim Crow untuk memisahkan ras. Dalam progressive era, pembatasan ini
disahkan dan diperluas ke tingkat serikat oleh presiden Woodrow Wilson
pada tahun 1913.
Pada tahun 1945, Civil Rights Movement mendapat dukungan luas dan
menyerang hukum Jim Crow secara nasional. Supreme Court menyatakan
bahwa pemisahan ras secara de jure adalah tidak konstitusional pada tahun
1954, namun secara de facto hal ini masih berlangsung sampai tahun 1970-
an. Presiden Lyndon B. Johnson mendesak Kongres untuk mengesahkan
Civil Rights Act of 1964 yang membatalkan hukum Jim Crow tentang
segala pemisahan, dimulai dari pemisahan tempat makan, hotel, ruang
126 Kimberly Johnson, “Reforming Jim Crow Southern Politics and State in the Age before
Brown”, (New York: Oxford University Press, 2009) h. 8
74
teater, ruang istirahat, kantin, dan sekolah. Hingga akhirnya Voting Rights
Act mengakhiri diskriminasi dalam pemilihan umum tingkat serikat, negara
bagian, dan lokal.127
127 Kimberly Johnson, “Reforming Jim Crow Southern Politics and State in the Age before
Brown”, h. 9.
75
BAB III
PROFIL FILM HIDDEN FIGURES
A. Sinopsis Film Hidden Figures
Gambar 3.2 Poster film Hidden Figures
“Every time we get a chance to get ahead they always move the finish
line. Evey single time.” – Mary Jackson
Perkataan itu diucapkan oleh Mary Jackson, perempuan kulit hitam yang
bekerja di bagian komputasi NASA (lembaga Luar Angkasa AS), tepatnya
dibagian gedung Area Barat, khusus bagi pegawai perempuan “colored”
atau berwarna, eufisme bagi kulit hitam. Film “Hidden Figures”
menampilkan perjuangan tiga perempuan berkulit hitam (yang merupakan
minoritas di Amerika Serikat), di NASA pada tahun 1961 yang ketika itu
dikenal akrab dengan iklim segregasi (pemisahan berdasarkan ras atau
76
warna kulit). Mary Jackson, salah satu dari perempuan itu, ahli teknik, yang
karena warna kulit dan gendernya mendapatkan penolakan untuk menjadi
teknisi di NASA, kecuali bila dia berhasil lulus di pendidikan tinggi yang
khusus bagi kulit putih.
Selain Mary, Dorothy Vaughan, yang memiliki peran sebagai pelaksana
tugas Supervisor atau pengawas di Area Barat, namun tugas jabatan tersebut
tidak pernah didapatkan olehnya secara permanen atau tetap, lagi-lagi
karena permasalahan warna kulitnya. Disamping Mary dan Dorothy,
terdapat pula Katherine Goble yang merupakan tokoh sentral dari film
berdurasi 127 menit itu. Dari awal film, diperlihatkan sosok jenius sang
Katherine kecil, yang mampu menyelesaikan soal persamaan aritmatika
yang nyaris tidak dipahami oleh anak-anak seusianya. Kecerdasannya yang
cemerlang membuatnya mendapatkan beasiswa, dan dia juga diterima di
NASA sebagai salah satu pegawai dalam Area Barat lembaga antariksawan
tersebut.
Dorothy bekerja di departemen yang berbeda. Sudah lama ia melakukan
sebagai seorang supervisor, namun tidak pernah ia mendapatkan perlakuan,
jabatan dan gaji layaknya seperti seorang supervisorm meski sudah
seringkali komplain kepada atasan yang memperkerjakannya. Sama halnya
yang dialami oleh Mary Jackson, ketika ia ingin melamar diposisi insinyur
antariksa, namun semuanya tidak dapat ia lakukan karena Mary adalah
seorang kulit hitam yang dilarang keras untuk bersekolah insinyur yang
mayoritas muridnya berkulit putih.
77
Namun jika dibandingkan dengan Mary dan Dorothy, Katherine lah
yang paling merasakan pahit dan sulitnya bekerja karena ia diposisikan oleh
Ruth sebagai ahli geometri wanita yang satu-satunya berkulit hitam. Sejak
awal kedatangannya di tempat kerjanya yang baru, seringkali Katherine
mendapatkan perlakuan rasis dari teman-teman kantornya. Bahkan tidak
jarang pula Katherine harus bekerja lebih keras dibanding pekerja yang
lainnya karena ia harus menghitung hasil kalkulasi milik orang lain yang
seharusnya bukan menjadi pekerjaannya.
Tidak jarang Katherine harus berjalan sejauh 1 kilometer hanya untuk
ke kamar mandi, karena di tempat Katherine bekerja tidak ada kamar kecil
yang disediakan untuk wanita berkulit hitam. Karena hal itu Katherine harus
dimarahi oleh atasannya Al-Harrison karna Katherine selalu tidak ada saat
dibutuhkan. Dikarenakan ia harus berjalan sejauh 1 kilometer jauhnya
hanya untuk sekedar ke kamar kecil. Begitulah ketatnya pemisahan ras yang
ada di Virginia pada tahun 1961 ketika John F. Kennedy menjabat sebagai
seorang presiden di Amerika Serikat.
Sebagai seorang warga negara yang berkulit hitam mereka hanya
memiliki akses fasilitas publik yang amat terbatas. Seperti contoh diadakan
pemisahan gedung untuk pekerja kulit putih dan pekerja kulit hitam sebagai
tempat mereka bekerja. Tidak sampai disitu, bahkan setiap fasilitias publik
yang diadakan dibagi menjadi dua yaitu untuk non colored atau kulit putih
dan colored untuk kulit hitam. Dimulai dari tempat duduk di bis kota, kamar
mandi, tempa minum, sekolah, hingga perpustakaan umum. Namun pada
suatu kesempatan ketika Katherine mulai merasa terdesak dengan keadaan
78
yang dilaluinya, Katherine memutuskan untuk melawan dan membongkar
atas apa yang terjadi di lingkungan kerjanya saat itu. Ketika ia harus
dimarahi oleh atasannya Al-Harrison, dengan seluruh keberaniannya ia
mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya mengapa Katherine
harus selalu menghilang dalam keadaan yang dibutuhkan oleh pengawasnya
tersebut.
Beruntung, ketika Katherine mengatakan hal tersebut, ia mendapatkan
dukungan bantuan secara moril dari sang pengawas di Space Task Group
yaitu Al-Harrison. Berkatnya, kini Katherine bisa untuk menggunakan
fasilitas yang dulu hanya milik kulit putih. Ketika Al-Harrison mencopot
papan tulisan yang bertuliskan “colored only” kini Katherine tidak lagi
tertekan di lingkungan kerjanya berkat sikap kepedulian dari pengawasnya
yang amat mengandalkan Katherine dalam perhitungan analisa geometri.
Sama halnya perlawanan yang dilakukan oleh Mary. Ketika ia mengeluhkan
bahwa ia tidak dapat bersekolah di sekolah kulit putih, padahal sekolah
tersebut adalah satu-satunya sekolah yang menyediakan program insinyur.
Berkat dorongan dari teman-temannya, Mary memberanikan diri untuk
membawa masalah tersebut ke persidangan demi untuk mendapatkan
haknya dan kesempatan untuk bersekolah di sekolah insinyur tersebut.
Berkat keberaniannya, Mary pun diberikan kesempatan oleh hakim
untuk bisa bersekolah di sekolah tersebut walaupun hanya pada jam malam
saja. Tidak hanya itu, berkat keberanian Katherine dan Mary, akhirnya
Dorothy pun berhasil mendapatkan posisi baru yakni sebagai seorang
pengawas tetap sekaligus satu-satunya wanita yang mampu
79
mengoperasikan IBM (International Business Machine). Sehingga setelah
kejadian tersebut, Space Task Group memutuskan untuk memindahkan
seluruh staff kulit hitam dan meniadakan gedung khusus yang sebelumnya
disediakan hanya bagi pekerja kulit hitam saja. Berkat perjuangan mereka
melawan sistem, ketiga sosok wanita hebat tersebut dikenang oleh sejarah,
bahkan kisah mereka dituliskan di situs resmi milik NASA.
B. Profil Theodore Melfi sebagai Sutradara Film Hidden Figures
Gambar 3.3 Foto Theodore Melfi
Theodore Melfi, lahir di Brooklyn, New York, USA pada tanggal 27
Oktober 1970. Menekuni profesinya sebagai Penulis naskah, Sutradara film,
dan produser film di Amerika Serikat sejak tahun 1998 hingga sekarang.
Theodore Melfi memulai film debutnya saat itu ketika ia menggarap sebuah
film bergenre komedi drama, St. Vincent yang dirilis pada tahun 2014
menuai banyak pujian dari para kritikus film.1
Pada tahun 2016 lalu Theodore Melfi menggarap sebuah film dengan
genre biografi yang berjudul Hidden Figures. Film ini diadaptasi dari
1 Diakses melalui website http://www.imdb.com/name/nm0577647/ diakses pada tanggal 5
April 2018 pada pukul 4:14 WIB
80
sebuah novel best seller di New York, Hidden Figures: The American
Dream and The Untold Story of Black Woman karya Margot Lee Shetterly
yang kemudian diangkat menjadi sebuah film berdasarkan kisah nyata di
Amerika Serikat pada Tahun 1961. Suksesnya film Hidden Figures
dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang didapatkannya, salah
satunya ialah penghargaan SAG Awards, penghargaan bergengsi di bidang
perfilman sebelum Oscar pada tahun 2017 lalu. Dikutip dari AFP, Hidden
Figures berhasil mengalahkan Moonlight, Captain Fantastic dan Fences.2
C. Profil Pemain Film Hidden Figures
1. Taraji P Henson : pemeran utama sebagai Katherine Johnson
Gambar 3.4 Foto Taraji P Henson (kiri) dan Katherine Johnson (kanan) Sumber : https://www.nasa.gov/content/katherine-johnson-biography
Pemeran utama film Hidden Figures diperankan oleh Taraji P Henson.
Wanita kelahiran 11 September 1970 ini sudah banyak membintangi
sejumlah film dan berbagai serial televisi. Taraji P Henson memulai karir
profesionalnya pertama kali ketika ia pindah ke Los Angeles untuk
mengikuti sebuah audisi. Kemudian ia terpilih untuk memerankan serial
2 Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170130120414-220-
189970/hidden-figures-jadi-film-terbaik-di-sag-awards diakses pada tanggal 5 April 2018 pada pukul 4:13 WIB.
81
komedi televisi Smart Guy pada tahun 1996. Beberapa serial komedi televisi
yang pernah ia bintangi yaitu Sister, TV’s Homicide: Life on the Streets dan
Popular Medical Drama ER. Kemudian pada tahun 2001 ia membintangi
film layar lebar yang berjudul Baby Boy, Hustle & Flow, dan Queenie.
Pada tahun 2016 Taraji berkesempatan lagi untuk membintangi film
layar lebar sebagai pemeran utama dalam film Hidden Figures. Taraji
berperan sebagai Katherine Johnson seorang human computer di NASA
yang bertugas dan memiliki peran penting dalam perhitungan jalur luncur
dan mendarat sebuah roket yang akan diluncurkan oleh NASA pada saat
itu.3
2. Janelle Monae : berperan sebagai Mary Jackson
Gambar 3.5 Foto Janelle Monae (kiri) dan Mary Jackson (kanan) Sumber : https://www.nasa.gov/content/mary-jackson-biography
Wanita kelahiran 1 Desember 1985 ini memiliki banyak profesi,
diantaranya sebagai seorang penyanyi, penulis lagu, Rapper, produser
rekaman, aktris dan juga seorang model. Film yang ia bintangi tidaklah
begitu banyak karena ia memfokuskan karirnya sebagai seorang penyanyi
3 Diakses dari web https://www.biography.com/people/taraji-henson-21192695 pada
tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 5:03 WIB
82
sekaligus seorang rapper. Sudah banyak album yang ia rilis diantaranya, The
Audition (2003), Metropolis Suite | The Chase (2007), The AchAndroid
(2010), The Electric Lady (2013), dan Dirty Computer (2018).
Kemudian film yang pernah ia bintangi diantaranya Rio 2 (2014),
Moonlight (2016), Welcome to Marwen (2018). Pada tahun 2016 Janelle
membintangi sebuah film layar lebar Hidden Figures sebagai Mary Jackson
yang berprofesi sebagai seorang insinyur perempuan pertama di NASA.4
3. Octavia Spencer : berperan sebagai Dorothy Vaughan
Gambar 3.6 Foto Octavia Spencer (kiri) dan Dorothy Vaughan (kanan) Sumber : https://www.nasa.gov/content/dorothy-vaughan-biography
Octavia Spencer lahir dan di besarkan di Alabama pada tanggal 25 Mei
1972. Selain berprofesi sebagai seorang aktris, ia juga berprofesi sebagai
seorang penulis. Karirnya bermula diawali pada tahun 1996 ketika ia
mendapatkan kesempaatan untuk membintangi film yang berjudul A Time
to Kill.
4 Diakses melalui website https://www.biography.com/people/janelle-mon%C3%A1e-
17178736 pada tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 6:17 WIB.
83
Octavia Spencer mulai dikenal pada tahun 2011 ketika ia kembali
membintangi sebuah film yang berjudul The Help. Atas peran tersebut ia
memenangkan nominasi Academy Award, Golden Globe, SAG, BAFTA,
dan nominasi untuk pemeran pendukung terbaik.
Pada tahun 2013 ia kembali mendapatkan penghargaan dan
memenangkan National Board of Review Award for Best Supporting
Actrees. ketika ia membintangi sebuah film yang berjudul Fruitvale Station
besutan produser Ryan Coogler. Beberapa film yang pernah ia bintangi
diantaranya Get on Black, Black or White, Smashed, Snowpiercer, The
Divergent Series: Insurgent, dan Zootopia.
Pada tahun 2016 ia berkesempatan untuk membintangi film layar lebar
yang berjudul Hidden Figures yang berperan sebagai seorang
matematikawan di NASA. Karena perannya tersebut ia kembali
memenangkan penghargaan Academy. Award, SAG, dan Golden Globe.5
D. Profil 20th Century Fox
20th Century Fox merupakan kependekan dari Twentieth Century Fox
Film Corporation, adalah salah satu studio utama, terletak di Century City,
California, Amerika Serikat, disebelah barat Baverly Hills. Studio ini
merupakan anak perusahaan News Corporation, konglomerat media yang
dikuasai oleh Rupert Murdoch. Perusahaan ini merupakan hasil dari
penggabungan dua perusahaan, Fox Film Corporation yang didirikan oleh
William Fox pada tahun 1915, dan Twentieth Century Pictures, dimulai
5 Diakses melalui website https://www.biography.com/people/octavia-spencer-20724237
pada tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 20:12 WIB.
84
pada 1932 oleh Daryl F. Zanuck, Joseph Schnek, Raymond Griffin, dan
William Goetz.
Didesain oleh Emil Kosa Jr, industri film ini memililiki ciri khas dari
20th Century Fox yaitu ialah musik dan logo yang hanya berupa 3 garis kata
yang ditumpuk diatas satu sama lainnya. Kata tersebut ialah, “20th”,
“Century”, dan “Pictures inc.” Sedangkan musik yang biasa terdengar
ketika logo ditampilkan dirancang oleh seorang jenius bernaman Alfred
Newman. Kemudian logo tersebut dirilis pada tanggal 8 November 1935.6
E. Tim Produksi Film Hidden Figures
Sebuah film tidak akan terbentuk dan terselesaikan dengan baik tanpa
adanya tim produksi yang bekerja. Tim produksi dalam film Hidden Figures
yaitu:
1. Departement Produksi
Sutradara : Theodore Melfi
Produser : Donna Gigiliotti
Peter Chermin
Jenno Topping
Pharel Williams
Theodore Melfi
Skenario : Allison Schroeder
Theodore Melfi
2. Pemeran
6 Diakses dari web
http://www.closinglogos.com/page/20th+Century+Fox+Film+Corporation pada tanggal 18 April 2018 pada pukul 3:59
85
Taraji P. Henson : Katherine Johnson
Octavia Spencer : Dorothy Vaughan
Janelle Monae : Mary Jackson
Kevin Costner : Al-Harrison
Kirsten Dunst : Vivian Jackson
Jim Parsons : Stafford
Glen Powell : John Glenn
3. Departemen Suara dan Musik
Musik : Hans Zimmer
Pharrel Williams
Benjamin Wallfisch
4. Departemen Artistik
Sinematografi : Mandy Walker
5. Departemen Penyuntingan
Penyunting : Peter Teschner
F. Penghargaan –Penghargaan Film Hidden Figures
Berikut ini daftar penghargaan yang didapatkan setelah film dirilis,
diantaranya:
TAHUN NAMA PENGHARGAAN KATEGORI
2017 Screen Actors Guild Pemeran
Terbaik
Kirsten Dunst-best actor
Kevin Costner-best actor
Taraji P. Hansen-best actress
86
2017 NAACP Outstanding Motion
Picture
Best Motion Picture
2017 NAACP Image Taraji P. Hansen-best actress
2017 Satelite Special Achievement
Award
Kirsten Dunst – best casting
Kevin Costner – best casting
Taraji P. Hansen – best
casting
2017 Costume Designers Guild Award Renee Ehrlich Kalfus –
outstanding periode film
2017 MTV Movie Award Taraji P. Hansen – best hero
2017 Festival Film Bandung Film Impor
2017 BET Best Movie
2017 ADG Excellence in Production
Design Award
Wynn Thomas – Best Film
Periode
2017 Blue Ribbon Film Berbahasa Asing
Terbaik
2017 MTV Movie & TV Award Best Fight Against the
System
Tabel 3.1 Penghargaan film Hidden Figures Sumber : https://www.imdb.com/title/tt4846340/awards
87
BAB IV
TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Analisa Semiotika Film Hidden Figures
Sejak awal perkembangannya, film sudah menjadi media yang efektif
dalam menyampaikan pesan lewat cerita yang terkandung di dalamnya.
Pesan yang terkandung dalam film disampaikan melalui adegan-adegan
yang diperankan oleh aktor. Namun hal itu juga di dukung unsur-unsur
lainnya, seperti penyuguhan gambar, ide cerita, skenario, audi-visual, dan
masih ada beberapa proses lain yang harus dilewati sampai akhirnya film
dapat sampai dan dinikmati oleh para penonton.
Dalam film Hidden Figures terdapat beberapa adegan yang
mengandung makna rasisme. Setidaknya peneliti menemukan sekitar 6
scene yang menggambarkan bagaimana perilaku rasisme yang ditampilkan.
Dan 2 scene lainnya merupakan gambaran perlawanan yang terhadap sistem
rasisme ditempat kerjanya yang dilakukan oleh Katherine Johnson dan
Mary Jackson. Adapun makna rasisme yang disampaikan dalam film
tersebut berupa hasil dari analisis peneliti dalam film Hidden Figures.
Dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes pada film Hidden
Figures ditemukan beberapa makna denotasi, konotasi, dan mitos rasisme.
A. Adegan Perilaku Rasisme
1. Scene 1 ( 03.08-05.03)
Pada scene ini, adegan pertama pada gambar pertama yang diperlihatkan
adalah ketika Katherine, Dorothy, dan Mary berangkat untuk bekerja.
Namun mobil mereka tiba-tiba saja mogok sehingga mereka terpaksa untuk
88
berhenti di pinggiran jalan untuk memperbaiki mobil tersebut. Namun
ketika mereka sedang berusaha mencoba untuk memperbaikinya, pada saat
itu kebetulan polisi berkulit putih sedang lewat untuk berpatroli. Sehingga
polisi tersebut memutuskan untuk berhenti.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Katherine : Jadi Negro juga bukan kejahatan
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Polisi : Mobil kalian mogok di tempat yang tidak tepat
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Mary : Bukan kami yang memilih tempat, pak. Tempat yang memilih kami.
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Polisi : Kamu tidak menghormati saya?
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Polisi : Tak tau mengapa mereka memperkerjakan...
Medium Shot : Menampilkan ukuran seseorang dari dari batas pinggang ke atas.
Tabel 4.1 Scene 1 (03.08-05.03)
89
a. Denotasi
Pada adegan pertama terlihat Katherine, Mary, dan Dorothy
sedang berusaha untuk memperbaiki mobil mereka. Lalu sebagaimana
terlihat pada gambar kedua mereka kedatangan seorang polisi. Pada
adegan ketiga digambarkan bahwa Mary berusaha untuk memberikan
sedikit perlawanan kepada polisi tersebut dengan sebuah statement yang
membuat polisi polisi tersebut marah atas apa yang dikatakan oleh
Mary.
b. Konotasi
Dalam adegan ini diperlihatkan bagaimana cara polisi tersebut
memberikan statement yang tidak menyenangkan, “mobil kalian mogok
ditempat yang salah.” Polisi tersebut beranggapan seharusnya mereka
tidak memberhentikan mobil mereka dijalan ini. Ketika Mary berusaha
untuk membela diri namun polisi tersebut malah menunjukkan
kemarahannya kepada mereka karena polisi tersebut beranggapan
bahwa mereka bertiga melakukan perlawanan. Akhirnya Katherine
menjelaskan kepada polisi tersebut bahwa mobil mereka mogok ketika
menuju ke Langley, tempat mereka bekerja sebagai seorang computer1.
Katherine kembali menjelaskan bahwa mereka bekerja untuk NASA.
Namun polisi tersebut malah memberikan respon dengan kesan
meremehkan. Terlihat dari dialog ketika polisi tersebut mengatakan
“aku tidak tau mengapa mereka memperkerjakan...”
c. Mitos
1 Istilah yang digunakan para staff NASA untuk menyebut para pekerja wanita kulit hitam
90
Dalam potongan adegan diatas diperlihatkan bagaimana warga
kulit putih bahkan termasuk aparat hukum memperlakukan warga
berkulit hitam selalu penuh dengan sikap merendahkan. Karena
pasalnya ketika itu, warga kulit hitam memiliki keterbatasan dan
pemisahan akses dalam menggunakan fasilitas umum selama sistem
hukum jim crow diberlakukan, bahkan untuk penggunaan jalan
sekalipun. Hal yang telah membudaya disana saat itu ketika ada warga
kulit hitam yang menggunakan atau bahkan melewati suatu fasilitas
umum, warga kulit hitam selalu dicurigai oleh warga kulit putih bahkan
oleh aparat penegak hukum sekalipun. Secara konotasi, hal tersebut
sangat terlihat ketika polisi mengatakan bahwasannya mereka memilih
tempat berhenti ditempat yang salah. Secara mitos atau yang telah
membudaya disana saat itu bahwasannya warga kulit hitam selalu
diperlakukan dengan penuh kecurigaan. Karena pasalnya warga kulit
putih menganggap bahwa wawrga kulit hitam adalah pembuat onar.
2. Scene 2 ( 10.31-12.43 )
Pada scene ini diperlihatkan bagaimana situasi pemisahan area kerja
untuk warga kulit hitam. Yang itu berarti tidak ada satupun warga kulit putih
bekerja di area khusus untuk warga kulit hitam. Ruth sebagai seorang
sekertaris dari Lembaga Perhitungan Analisa Geomteri untuk NASA harus
turun ke lingkungan kerja warga kulit hitam padahal Ruth tidak pernah mau
untuk melakukannya. Selain itu pada scene ini juga menggambarkan
bagaimana sulitnya warga kulit hitam untuk bisa mendapatkan pekerjaan
yang tetap. Dorothy Vaughan yang berusaha untuk mendapatkan posisi
91
tetapnya sebagai seorang supervisor namun Dorothy tidak pernah
mendapatkannya.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Tidak ada dialog Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Ruth : Tak kukira aku harus turun ke bawah sini.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Dorothy : Lamaran saya untuk pengawas bu.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Ruth : Baik, jawaban resminya adalah tidak.
Medium Close Up (MCU) : Memperlihatkan seseorang dari bagian dada ke atas.
Ruth : Mereka tidak memperkerjakan pengawas tetap untuk kulit hitam.
Medium Close Up (MCU) : Memperlihatkan seseorang dari bagian dada ke atas.
Tabel 4.2 Scene (10.31-12.43)
a. Denotasi
92
Pada gambar pertama dalam tabel di atas terdapat gambar yang
menunjukkan bahwa terdapat ruangan khusus yang disediakan khusus
untuk colored computer yang artinya khusus untuk pekerja kulit hitam.
Mitchell sebagai seorang yang bertugas untuk memberikan informasi
terkait apapun yang dibutuhkan di Space Task Group antara Space Task
Group harus turun dan masuk ke ruangan tersebut untuk memberikan
informasi penting bahwasannya Space Task Group tempat di mana
Mitchell bekerja membuthkan seorang ahli analisa hitung geometri.
Kemudian pada gambar ketiga menunjukkan bahwa Dorothy mencoba
untuk menanyakan apakah Dorothy bisa melamar sebagai pengawas
tetap.
b. Konotasi
Pada gambar diatas diatas diperlihatkan bagaimana pemisahan
segala akses bagi kulit putih dan kulit hitam. Sebagai seorang yang
bertugas memberikan informasi, maka setiap ada informasi apapun
Mitchell harus menuju ke gedung yang sudah dipersiapkan khusus untuk
pekerja kulit hitam. Karena letak kantor Ruth bekerja cukup jauh
jaraknya untuk menuju ke tempat para kulit hitam bekerja.
Sebelumnya Dorothy sudah melamar posisi untuk seorang
pengawas. Karena sudah 6 bulan lamanya tidak ada pengawas di gedung
kulit putih. Dorothy akhirnya berusaha untuk tidak melewatkan
kesempatan untuk berbicara dengan Mitchell untuk menanyakan apakah
lamarannya untuk mengisi posisi sebagai pengawas tetap bisa diterima
atau tidak. Sebenarnya Dorothy sudah tau akan jawabannya, tetapi ia
93
terus mencoba untuk bisa mendapatkan posisi sebagai pengawas tetap.
Tetapi Ruth mengatakan bahwasannya tidak akan pernah ada pekerjaan
posisi tetap bagi waga negara berkulit hitam.
c. Mitos
Sebagaimana diketahui sebelumnya, selama sistem jim crow
berlangsung, warga kulit hitam dan kulit putih pada saat itu tidak pernah
disatukan dalam satu tempat baik itu sekolah ataupun tempat kerja.
Karena adanya sistem pemisahan fasilitas yang begitu ketat, sehingga
lebih merugikan bagi para warga kulit hitam karena mereka selalu
mendapatkan tempat paling jauh atau terpencil. Istilah pembagian
colored computers pada gambar pertama adalah sebagai tanda dan
pengecualian bahwa setiap warga kulit hitam harus bekerja dua kali
lebih keras dibandingkan kulit putih. Isitilah colored computers dalam
film ini menunjukkan bahwa warga kulit hitam berada di kasta atau
harus berada di posisikan pada jabatan yang lebih rendah ketimbang
kulit putih.
Apa yang terjadi kepada Dorothy menggambarkan bahwa pada
saat itu di Virginia semua warga kulit hitam tidak pernah bisa untuk
mendapatkan pekerjaan tetap. Bahkan peluang pekerjaan bagi warga
kulit hitam saat itu amat sangat sulit. Hal itu dikarenakan warga kulit
putih selalu memandang rendah warga kulit hitam. Sehingga seluruh
lapangan pekerjaan didominasi oleh mayoritas warga berkulit putih
mulai dari staff pekerja atau pegawai bahkan aparat hukum semuanya di
dominasi oleh warga berkulit putih. Sebagaimana yang telah dijelaskan
94
dalam bagian institutional racism, bahwasannya rasisme juga bahkan
dilakukan oleh suatu institusi. Mereka akan mempersulit segala proses
bagi warga kulit hitam.
3. Scene 3 ( 16.49-21.10)
Dalam scene ini, memperlihatkan bagaimana ketika Katherine sebagai
satu-satunya wanita kulit hitam yang bekerja di area kerja yang
mayoritasnya adalah warga kulit putih. Bagaimana ia mendapatkan
perlakuan ketika pertama kali Katherine bergabung kedalam tim tersebut.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Mitchell : Belum pernah ada kulit hitam disini, Katherine.
Medium Close Up (MCU) : Memperlihatkan seseorang dari bagian dada ke atas.
Sam : Ini sudah kosong tadi malam.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tidak ada dialog Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tidak ada dialog Medium Close Up (MCU) : Memperlihatkan seseorang dari bagian dada ke atas.
95
Stafford : Angkaku sudah akurat!
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tabel 4.3 Scene (16.49-21.10)
a. Denotasi
Pada scene ini, terlihat ketika Mitchell sudah memberikan isyarat
kepada Katherine bahwa belum ada kulit hitam yang masuk dan bekerja
diruangan tersebut. Ketika Katherine baru saja masuk ke ruangan
tersebut sudah banyak mata yang memperhatikannya dengan keheranan
dan tatapan tidak suka kepadanya. Keadaan tersebut ketika Katherine
masuk ke ruangan tersebut Sam sebagai salah satu staff diruangan
tersebut langsung memberikan tong sampah yang terisi penuh kepada
katherine karena Sam sudah mengklaim bahwa Katherine adalah
seorang tukang bersih-bersih baru diruangan tersebut. Karena warga
kulit putih selalu beranggapan bahwa warga kulit hitam seharusnya
tidak bekerja bersama kulit putih apalagi ditempatkan dalam satu
ruangan.
Setelah itu Al-Harrison sebagai pengawas utama di Space Task
Group meminta Katherine untuk memeriksa hasil hitungan milik
Stafford. Namun rupanya Stafford tidak senang akan hal itu. Karena
biasanya Stafford selalu meghitung analisa miliknya sendiri.
Tetapi kali ini Stafford harus memberikan hitungan hasil miliknya
kepada Katherine dimana saat itu Stafford juga salah satu staff yang
amat tidak menyukai kulit hitam. Sehingga saat memberikan hasil
96
hitungan miliknya Stafford membanting kumpulan dokumen tersebut
dihadapan Katherine sebagai bentuk ketidak sukaan Stafford kepada
Katherine. Bahkan saat sebelumnya Stafford harus mencoret beberapa
angka dengan tinta hitam tebal dengan maksud yang disengaja agar
Katherine kesulitan untuk menghitung dan memeriksa hasil hitungan
milik Stafford.
b. Konotasi
Ketika Mitchell mencari seorang computer, akhirnya Dorothy
sebagai seorang pengawas di colored room, Dorothy menyarankan
kepada Mitchell bahwa Katherine adalah orang yang tepat untuk
dijadikan seorang penghitung analisa geometri karena Katherine adalah
satu-satunya orang yang memiliki kemampuan menghitung paling cepat
diantara yang lain (yang berada di colored room). Akhirnya ia pun
segera dipindahkan dari colored room menuju non-colored room yang
artinya Katherine harus berada ditengah ruang kerja yang mayoritasnya
orang berkulit putih. Karena saat itu ternyata diruang kerja warga kulit
putih kekurangan seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menghitung angka dengan cepat. Dan saat itu mereka juga tengah
mengalami kesulitan untuk menghitung angka karena mereka kesulitan
untuk menemukan rumus yang tepat untuk perhitungan jalur roket.
c. Mitos
Sepanjang sejarah, ketika sistem pemisahan ras serta fasilitas
diberlangsungkan di Amerika saat itu, itu menandakan bahwasannya
seluruh fasilitas yang terdapat disana harus dipisahkan dan hanya boleh
97
digunakan oleh warna kulit yang telah ditentukan. Sebagai contoh ruang
kerja kulit hitam harus digunakan oleh warga kulit hitam, dan
sebaliknya. Lalu, apa yang terjadi dengan Katherine ketika ia baru saja
masuk dan sudah diperlakukan sebagai seorang yang layakanya pegawai
rendahan, itu karena adanya sistem jim crow dan apa yang sudah
menjadi budaya disana saat itu. Setelah kejadian perbudakan dan
penindasan kulit hitam sebelumnya, ternyata hal tersebut terus
berangsur terjadi dan diyakini bahwasannya warga kulit hitam hanya
dipekerjakan diposisi yang lebih rendah.
4. Scene 4 ( 21.26-22.34)
Dalam scene ini digambarkan bagaimana sulitnya menjadi warga kulit
hitam di Virginia saat itu. Karena kulit hitam tidak memiliki fasilitas khusus
di area kerja kulit putih. Seperti halnya yang dialami oleh Katherine. Ketika
Katherine harus pergi ke kamar mandi namun ia tidak bisa menemukan
toilet khusus untuk kulit hitam di gedung tersebut. Akhirnya Katherine
harus berjalan jauh sekitar satu kilometer jauhnya hanya untuk pergi ke
kamar mandi khusus kulit hitam.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Katherine : Boleh
aku bertanya dimana
toilet perempuan?
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
98
Ruth : Maaf, aku
tidak tau dimana
toilet mu!
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tidak ada dialog Very Long Shot (VLS) : latar subjek lebih dominan dari pada subjek sendiri.
Tidak ada dialog Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tabel 4.4. Scene 4 (21.26-22.34)
a. Denotasi
Pada scene ini memperlihatkan ketika Katherine harus pergi ke
kamar kecil. Namun pada saat bersamaan ia memiliki tugas yang harus
segera diselesaikan. Ketika Katherine bertanya kepada Ruth apakah ada
kamar mandi khusus kulit hitam di gedung tersebut, tetapi ternyata Ruth
tidak mengetahui dimana toilet khusus pekerja digedung tersebut. Tetapi
karena tidak ada toilet khusus kulit hitam.
b. Konotasi
Pada scene ini, terlihat Katherine bertanya kepada Ruth apakah
ada kamar mandi di gedung tersebut. Namun jawaban Ruth bahwa ia
99
tidak tau apakah ada kamar mandi yang dimaksud oleh Katherine.
Maksud dari jawaban Ruth ialah bahwa sebenarnya tidak ada kamar
mandi khusus untuk kulit hitam di gedung tersebut karena pasalnya
seluruh akses fasilitas sudah dibuat secara terpisah antara kulit hitam
dan putih. Oleh karena itu setiap harinya jika Katherine ingin pergi ke
kamar mandi ia harus berjalan jauh kembali ke kantor lamanya dimana
hanya ada disana kamar mandi kulit hitam disediakan.
c. Mitos
Pemisahan fasilitias publik di kota ini bukanlah sesuatu yang baru.
Hal ini jelas dialami oleh warga kulit hitam yang tinggal di Virginia.
Oleh karena itu termasuk hal yang beruntung namun juga sulit ketika
ada kulit hitam masuk dan bekerja di area yang mayoritas pekerjanya
adalah kulit putih yaitu sulitnya bagi mereka untuk mendapatkan hak-
hak fasilitas jika bukan di kawasan mereka sendiri. Pemisahan yang
terjadi dikota Virginia bukan hanya kulit hitam tidak berdekatan dengan
kulit putih. Seluruh hak-hak kulit hitam dipisahkan secara khusus dan
juga selalu diperlakukan berbeda oleh warga kulit putih. Tidak hanya
itu, bahkan kawasan tempat tinggal kulit hitam dan putih pun dibedakan.
5. Scene 5 (39.24-39.39)
Dalam scene ini memperlihatkan bagaimana Katherine mendapatkan
perlakuan tidak menyenangkan dari tempat ia bekerja saat itu. Mereka para
kulit putih tidak hanya membedakan hal-hal besar saja, seperti pemisahan
kamar mandi, atau pintu masuk. Tetapi juga hal sekecil apapun karena
mereka tidak ingin fasilitas kulit putih disentuh oleh kulit hitam.
100
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Tidak ada dialog Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tidak ada dialog Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
Tidak ada dialog Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
Tabel 4.5 Scene 5 (39.24-39.39)
a. Denotasi
Pada scene ini, digambar pertama memperlihatkan ketika
Katherine ingin membuat kopi dari termos pemanas yang disediakan.
Tetapi Katherine terkejut ketika ia mendapati dua termos yang terpisah
yang berada dihadapannya.
b. Konotasi
Sebelumnya ketika hari kedua Katherine bekerja di tempat
tersebut ia membuat kopi dari sebuah termos yang sudah disediakan.
Namun sebenarnya termos tersebut hanya untuk mereka para pekerja
kulit putih walaupun tidak terdapat tanda atau sebuah tulisan bahwa
termos tersebut hanyalah untuk kulit putih. Tetapi Katherine tetap
101
mengambil dan membuat segelas kopi dari tersebut. Sehingga seluruh
orang-orang kulit putih melihatnya dengan tatapan penuh tidak suka
karena termos mereka sudah disentuh oleh Katherine, seorang kulit
hitam.
Setelah kejadian tersebut akhirnya para pekerja memberikan
sebuah termos yang bertuliskan ”colored” yang hanya dikhususkan
oleh Katherine jika ia ingin membuat segelas kopi. Namun apa yang
terjadi Katherine beranggapan kalau termos tersebut sudah berisikan
kopi yang sudah siap untuk diminum. Namun faktanya, itu hanyalah
termos kosong bahkan belum siap untuk dipanaskan.
c. Mitos
Jika pada adegan sebelumnya kita melihat bahwa hanya fasilitas
umum yang dipisahkan yaitu untuk kulit putih dan hitam. Tetapi setelah
kejadian sebelumnya dimana Katherine membuat segelas kopi dari
termos milik kulit putih, akhirnya para pekerja kulit putih kembali
melakukan tindakan segregasi atau pemisahan hanya untuk sebuah
termos. Karena pasalnya, adat kultur semasa rasisme berlangsung,
warga kulit putih selalu beranggapan bahwa fasilitas apapun bentuknya
baik itu besar atau kecil, kulit hitam tidak boleh menyentuhnya apapun
alasannya.
6. Scene 6 ( 49.27-50.30 )
Pada scene ini, diperlihatkan dengan jelas bagaimana ketatnya seluruh
pemisahan fasilitas publik antara kulit hitam dan kulit putih. Bahkan karena
hal itu, Dorothy mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dengan cara
102
diusir dari perpustakaan umum karena ia berada di kawasan buku kulit
putih.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Tidak ada dialog Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Tidak ada dialog Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Petugas perpustakaan : Kami tidak mau ada masalah disini.
Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
Dorothy : oh! Aku disini bukan buat masalah, bu.
Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
Petugas perpustakaan : Untuk apa kau kesini?
Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
103
Dorothy : Sebuah buku.
Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
Petugas Perpustakaan : Kau sudah ada buku di bagian kulit hitam.
Close Up (CU) : sebuah shot yang hanya menampilkan wajah seseorang atau objek tertentu secara penuh.
Polisi : Well kau lebih tau....
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Tidak ada dialog Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tabel 4.6 Scene 6 (49.27-50.30)
a. Denotasi
Pada scene ini memperlihatkan Dorothy dan anak-anaknya ingin
pergi ke perpustakaan umum untuk mencari buku yang dibutuhkan oleh
anak-anaknya. Tetapi ketika Dorothy sampai disana ia tidak bisa
menemukan buku yang dicarinya pada bagian buku kawasan kulit hitam.
Hingga akhirnya Dorothy memutuskan untuk mencari buku tersebut di
kawasan buku untuk kulit putih. Tetapi Dorothy malah kembali
104
mendapatkan perlakuan yang amat tidak menyenangkan dari petugaas
perpustakaan tersebut.
b. Konotasi
Dalam adegan ini Dorothy berusaha untuk mencari buku untuk
anak-anaknya yang tidak dapat ia temukan di sisi kawasan rak buku
untuk kulit hitam. Tetapi ketika petugas perpustakaan mengetahui
bahwa ada kulit hitam di kawasan buku kulit putih, petugas tersebut
menyangka bahwa Dorothy ingin membuat masalah di tempat tersebut.
Petugas tersebut beranggapan seharusnya orang kulit hitam harus
berada di rak buku kulit hitam. Dan warga kulit putih berada di rak buku
khusus untuk kulit putih. Tetapi ternyata Dorothy tidak dapat
menemukan buku yang dicarinya. Sehingga, Dorothy terpaksa untuk
mencari buku tersebut di kawasan rak buku khusus untuk kulit putih.
Kehadiran Dorothy ternyata dianggap sebagai gangguan dan sudah
seharusnya kulit hitam tidak berada di kawasan kulit putih. Namun
petugas perpustakaan tidak perduli ketika Dorothy mengatakan bahwa
ia tidak dapat menemukan buku yang dicarinya di kawasan buku kulit
hitam. Petugas tersebut malah memanggil polisi setempat untuk
mengusir Dorothy dan anak-anaknya.
c. Mitos
Pada dasarnya dalam scene ini digambarkan bagaimana
pemisahan seluruh fasilitas yang dilakukan oleh kulit putih hanya
menguntungkan bagi kulit putih saja. Karena fasilitas yang didapatkan
105
oleh warga kulit hitam selalu tidak lengkap bahkan lebih jelek jika
dibandingkan oleh fasilitas yang dimiliki kulit putih.
Semenjak diadakan pemisahan atau yang disebut dengan sistem
Jim Crow2. Setelah sistem tersebut diadakan, hak pilih warga Afrika-
Amerika (orang Afrika yang tinggal di Amerika) dicabut oleh para
demokrat kulit putih. Semenjak itu perlakuan diskriminasi ras mulai dari
pemisahan fasilitas hingga kekerasan amat kental pada saat itu.3
B. Adegan Perlawanan Terhadap Sistem Rasisme
1. Scene 1 (01.01.10-01.04.25)
Dalam scene ini, menggambarkan Katherine semakin banyak
mendapatkan tugas untuk menghitung analisa geometri yang diberikan oleh
rekan kerjanya, Stafford. Selama mengerjakan tugasnya, Katherine harus
berjalan sekitar satu kilometer setiap harinya untuk pergi ke kamar mandi
khusus wanita kulit hitam. Karena ditempatnya tersebut tidak ada kamar
mandi khusus warga kulit hitam. Akhirnya dalam adegan ini, Katherine
mulai angkat bicara sebagai bentuk perlawanannya mengenai hal yang amat
membuatnya sangat tidak nyaman.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
2 Hukum Jim Crow adalah hukum negara bagian dan lokal yang ditetapkan di Amerika
Serikat bagian Selatan antara tahun 1876 – 1965 yang mengatur keadaan “separate but equal” (segregasi) bagi orang negro. Dalam kenyataannya fasilitas yang disediakan untuk negro selalu lebih jelek dari pada fasilitas orang kulit putih.
3 Diakses dari web http://www.academia.edu/27595735/Sejarah_Amerika_Serikat_Era_Pencarian_Kestabilan_1952-1960_ pada tanggal 18 April 2018 pada pukul 3:27 WIB.
106
Tidak ada dialog Very Long Shot (VLS) : latar belakang subjek lebih dominan dari pada subjek sendiri.
Al-Harrison : Dari mana saja kau?
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Al-Harrison : Dimana pun kau selalu tak berada di tempatmu seharusnya.
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Al-Harrison: ini bukan khayalanku, jadi kemana saja kau setiap hari?
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Katherine : ke toilet pak.
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Al-Harrison : 40 menit setiap hari?
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
107
Katherine: Tak ada toilet untukku di sini.
Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Al-Harrison : Apa maksudmu tidak ada toilet di sini?
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Katherine : Tak ada toilet kulit hitam di gedung ini!
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Katherine : aku harus berjalan ke Timbuktu (Mali) hanya untuk menyamankan diriku.
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Katherine : dan aku bekerja seperti anjing, siang dan malam!
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Katherine : Tak bisa meminum kopi dari termos yang kalian tidak ingin aku menyentuhnya!
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
108
Tidak ada dialog Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Tidak ada dialog Long Shot (LS) :Menampilkan seseorang secara utuh dari bagian kepala hingga kaki.
Tabel 4.7 Scene 1 (01.01.10-01.04.25)
a. Denotasi
Pada scene ini, mulai memperlihatkan bagaimana ketika Katherine
Johnson menyuarakan suaranya yang selama ini terpendam. Dari gambar
diperlihatkan bahwa Katherine sedang lari terburu-buru karena hujan yang
deras. Katherine harus berlari sejauh satu kilometer dari Timbuktu hanya
untuk ke kamar kecil untuk kulit hitam. Kemudian dengan cepat ia harus
segera kembali ke tempatnya sebelum Al-Harrison mencari-cari dirinya
lagi.
b. Konotasi
Pada scene ini menggambarkan bagaimana Katherine mulai
memberikan perlawanan kepada rekan-rekan kerjanya yang mayoritas
adalah warga kulit putih. Ketika Al-Harrison terdengar seperti
memarahi Katherine karena Katherine selalu menghilang disaat saat
yang dibutuhkan. Dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya
Katherine mengatakan bahwasannya ia pergi selama 40 menit sehari
109
hanya untuk pergi ke kamar mandi khusus kulit hitam. Sedangkan
ditempat Katherine bekerja kamar mandi khusus kulit hitam tidak
disediakan. Sebagai seorang computer, Katherine memliki posisi yang
bisa dibilang sangat dibutuhkan ditempat tersebut. Karena setiap harinya
Katherine harus menghitung angka-angka analisa geometri yang
diberikan oleh Stafford. Tetapi, karena ia mendapatkan hambatan yaitu
tidak ada kamar mandi kulit hitam di kawasan tersebut, karena itu
Katherine harus menghabiskan waktu yang lebih lama untuk ke kamar
mandi karena ia harus berjalan ke Timbuktu yang berjarak kurang lebih
satu kilometer jauhnya hanya untuk menyamankan dirinya sendiri.
Katherine juga mengatakan bahwa orang-orang ditempat ia bekerja
tidak ingin termos yang tersedia disentuh oleh dirinya sebagai wanita
kulit hitam.
Setelah Katherine menjelaskan semua keadaan tentang dirinya,
barulah Al-Harrison mengerti apa yang menyebabkan Katherine harus
selalu pergi lebih lama dari orang lain. Rupanya Al mulai geram dengan
peraturan yang ada di tempat tersebut, yakni memisahkan seluruh
fasilitas antara kuli hitam dan putih. Karena Al sangat percaya kepada
Katherine, Berkat kepedulian dan kepercayaan Al-Harrison kepada
Katherine akhirnya ia memutuskan untuk menghancurkan tulisan yang
menandakan tidak ada lagi kamar mandi untuk kulit hitam. Sehingga
berkat kejadian tersebut kini Katherine berhasil untuk menyuarakan apa
yang dialaminya selama disana.
c. Mitos
110
Sebagaimana tradisi yang sudah berlaku di Amerika saat itu,
sebelumnya memang tidak ada kulit hitam yang bekerja satu ruangan
bersamaan dengan kulit putih. Oleh karena itu sudah menjadi hal yang
lumrah bagi mereka (kulit putih) tidak menempatkan fasilitas khusus
satu gedung dengan warga kulit hitam. Karena pada dasarnya hukum
jim crow memang merupakan upaya pemisahan dalam seluruh aspek.
Selain itu dampak dari berlakunya hukum tersebut menyebabkan
ketimpangan baik dari segi perlakuan ataupun fasilitas umum.
Dalam adegan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwasannya suara-suara mereka, warga kulit hitam selalu didengar
remeh. Hal itu terjadi karena apa yang terjadi di masa lalu ketika zaman
perbudakan di Amerika Serikat pada masa itu. Orang kulit putih selalu
memandang bahwa orang kulit hitam tidak seharusnya banyak bicara
mengenai hak-hak mereka karena menurut warga kulit putih mereka
sudah sangat beruntung untuk bisa tinggal disana. Secara sederhana, apa
yang menimpa warga kulit hitam ialah bentuk tradisi negatif yang secara
turun temurun dipercayai oleh orang-orang yang merasa bahwa ras kulit
putih lebih hebat ketimbang ras kulit hitam.4
2. Scene 2 (01.10.40-01.13.09)
Pada scene ini memperlihatkan bagaimana Mary Jackson melakukan
upaya untuk menyuarakan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Karena
pada saat itu Mary tidak memiliki pilihan lain untuk mewujudkan cita-
citanya untuk menjadi seorang insinyur, kecuali ia memberikan perlawanan
4 Diakses dari web http://www.hariansejarah.id/2017/04/sejarah-perbudakan-di-
amerika.html pada tanggal 21 April 2018 pada pukul 2:41 WIB.
111
dengan menyuarakan bahwa ia memiliki hak untuk menjalani pendidikan
sebagaimana kulit putih disana.
VISUAL DIALOG TYPE OF SHOT
Women : Mary Jackson.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Women : Petisi untuk menghadiri pelatihan di Hampton High School
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Hakim : Hampton High School adalah sekolah kulit putih, mrs, Jackson.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Hakim : Virginia masih provinsi yang membedakan ras
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Hakim : Tanpa menghiraukan apa kata pemerintah pusat, atau yang lain.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
112
Mary : Yang Mulia, jika boleh?
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Mary : Saya percaya ada keadaan khusus untuk dipertimbangkan.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Hakim : Apa yang membenarkan wanita kulit hitam datang ke sekolah kulit putih?
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Mary : tak ada wanita negro di Virginia yang pernah hadir di semua sekolah kulit putih.
Medium Shot (MS) : menampilkan tampilan seseorang dari batas pinggang ke atas.
Hakim : Hanya kelas malam.
Medium Close Up (MCU) : Menampilkan ukuran seseorang dari bagian dada keatas
Tabel 4.8 Scene 1 (01.10.40-01.13.09)
a. Denotasi
Pada adegan ini menceritakan Mary Jackson memberanikan
dirinya untuk menyelesaikan permasalahannya melalui jalur hukum.
Mary percaya bahwa dengan membawa permasalahannya ke jalur
113
hukum ia akan mampu mengatasi apa yang menjadi penghalangnya
selama ini.
b. Konotasi
Sebelumnya Mary tidak pernah terpikirkan untuk membawa
permasalahan yang dialaminya melalui jalur hukum. Karena ia percaya
bahwa apapun yang dilakukannya untuk melawan sistem tidak akan
berhasil. Namun berkat dorongan kedua sahabatnya tersebut, Katherine
dan Dorothy, akhirnya ia berhasil meyakinkan dirinya bahwa ia mampu
menyelesaikan permasalahan tersebut melalui jalur hukum.
Sebelumnya Mary sudah menyiapkan sebuah strategi agar ia
mampu memenangkan persidangannya di pengadilan agar ia bisa
bersekolah di sekolah insinyur yang mayoritas muridnya adalah kulit
putih. Namun berkat kecerdasan dan ketelitiannya, ia melakukan sebuah
riset terlebih dahulu tentang sang hakim itu sendiri. Mary mengatakan
kepada sang hakim memang benar bahwa sekolah yang ia ingin tuju
adalah untuk kulit putih. Namun jika terus menerus seperti itu Mary
tidak akan mampu menggapai mimpinya untuk bisa menjadi seorang
insinyur di NASA. Mary berusaha untuk meyakinkan sang hakim
bahwasannya tidak ada cara lain kecuali jika ia menjadi yang pertama,
satu-satunya wanita kulit hitam yang bersekolah di sekolah kulit putih
sebagaimana yang dikatakan sang hakim bahwa tidak ada kulit hitam
disana. Berkat kecerdasannya untuk meyakinkan sang hakim, akhirnya
sang hakim pun memberikan izin untuk Mary bersekolah di sekolah
tersebut hanya untuk malam hari saja.
114
c. Mitos
Kebudayaan yang sudah berjalan saat itu memang kulit hitam tidak
sepenuhnya hak mereka diberikan. Sebagaimana contoh dari fasilitas
pendidikan di Virgina saat itu. Sistem yang sudah berjalan di negara
tersebut memang sudah tidak sepatutnya terus dijalankan. Pasalnya,
dalam film tersebut digambarkan bahwa fasilitas pendidikan kulit hitam
tidaklah selengkap yang dimiliki oleh kulit putih. Pada masa
pemerintahan John F. Kennedy memang penghapusan terhadap
pembedaan ras belum bisa diselesaikan saat itu. Sehingga, seluruh
kewenangan fasilitas secara utuh hanya dimiliki oleh warga berkulit
putih saja. Baik itu dari segi lapangan pekerjaan dan fasilitas pendidikan.
Pada dasarnya sebuah negara seharusnya mampu memberikan hak
penuh kepada warganya untuk menjalani pendidikan penuh dari sekolah
dasar hingga tingkat universitas. Namun berbeda yang terjadi di Virginia
saat itu. Kebanyakan warga kulit hitam hanya mampu bersekolah di
sekolah yang lebih jelek karena sulitnya kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak pada saat itu.
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Film Hidden Figures menampilkan cukup banyak adegan rasisme yang
menimpa warga kulit hitam. Sulitnya hidup di sebuah negara yang
mayoritasnya sangat membenci warga kulit hitam. Segala cara dilakukan
warga kulit putih untuk melakukan pemisahan dalam bentuk apapun.
Khususnya bagaimana ketika kita melihat bahwa warga kulit hitam hanya
memiliki akses terhadap fasilitas publik yang amat terbatas, hingga
bagaimana warga kulit hitam hanya memiliki sedikit kesempatan untuk bisa
mendapatkan pekerjaan di negara yang amat menjunjung tinggi superioritas
suatu ras.
Untuk menyimpulkan hasil penelitian skripsi ini, peneliti mengacu pada
fokus perumusan masalah. Dengan melihat melalui pendekatan teori Roland
Barthes, maka kesimpulan peneliti terhadap rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Makna Denotasi
Analisis film Hidden Figures dibagi dua bagian oleh peneliti,
bagian pertama adalah cerita yang terdapat dalam pengantar cerita yang
memiliki makna dnotasi sebagai film yang menggambarkan bagaimana
potret kehidupan warga kulit hitam diperlakukan oleh warga kulit putih,
khususnya bagi para pemeran yang berjuang ditengah-tengah
lingkungan kerja yang mayoritasnya adalah kulit putih. Bagian kedua
adalah bagaimana bentuk perlawanan kulit hitam dalam film tersebut
117
dalam rangka untuk memperjuangkan seluruh hak-hak warga kulit
hitam.
2. Makna Konotasi
Makna konotasi yang terkandung dalam film ini bagaimana potret
paham rasisme yang amat kental. Selain merupakan sebuah sistem yang
diterapkan oleh pemerintah, ternyata rasisme juga telah membudaya
sehingga perlakuan rasis dan diskriminasi rasial tidak lagi ragu untuk
dilakukan. Bahkan rasisme tidak hanya dilakukan oleh warga sipilnya
saja, tetapi juga sudah merebak luas hingga ke ranah institusi baik
institusi formal maupun non-formal.
Setelahnya sebagai warga kulit hitam mereka juga mempunyai
hak-hak yang setara sebagaimana warga kulit putih lainnya. Oleh
karenanya tiga tokoh tersebut tidak segan untuk menyuarakan hak
mereka. Walaupun amat sulit untuk mematahkan suatu kepercayaan
bahwasannya warga kulit putih lebih baik dari pada kulit hitam. Tetapi
masih ada kepercayaan bahwasannya sebagai warga negara siapapun itu
berhak untuk berkontribusi dan mencapai impian negara tersebut.
3. Makna Mitos
Makna mitos yang terkandung dalam film ini ialah bagaimana
ketika suatu hukum atau suatu aturan tertentu diterapkan ternyata dapat
berubah menjadi sebuah kebudayaan bahkan keyakinan yang begitu
kuat. Sebagaimana ketika hukum jim crow diterapkan atau “setara tetapi
terpisah”, mampu berubah menjadi sebuah tradisi tersendiri dimana
keyakinan ras kulit putih selalu lebih baik dari kulit hitam. Tidak
118
terlepas dari masa lalu ketika kulit putih menjadikan warga kulit hitam
sebagai budak, hal tersebut terus menerus diwariskan bahkan hingga
detik ini.
Dengan ketiga makna diatas peneliti menyimpulkan bahwa makna
rasisme dalam film Hidden Figures ini menerangkan bahwasannya tidak
ada ras yang lebih baik ataupun lebih unggul. Tidak ada ras yang lebih
pintar ataupun lebih bodoh. Persatuan sebuah negara tidak ditentukan
dari apa warna kulit atau pun apa ras seseorang. Karena ketika berbagai
macam kelompok tinggal di suatu negara, mereka punya hak untuk
berkontribusi, untuk memberikan dampak positif demi terwujudnya
cita-cita suatu negara.
B. Saran
Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat
sampaikan:
1. Masyarakat khususnya kaum remaja diharapkan untuk mampu melihat atau
menyaksikan film yang tidak hanya ada unsur hiburan semata, akan tetapi
film yang memiliki tayangan yang berkualitas satu paket dengan nilai
edukasi agar menambah wawasan hal baru, terutama mengenai bagaimana
dampak negatif dari rasisme.
2. Peneliti berharap film seperti ini akan diekspos lebih meluas diharapkan
mampu menjadi sebuah pesan khusus kepada seluruh warga negara di dunia
agar tidak ada lagi praktik rasisme yang bertebaran agar masyarakat dalam
sebuah negara dapat mencapai harmoni dan bukanlah diskriminasi.
119
3. Bagi penulis, film ini sudah memenuhi kriteria yang baik untuk sebuah film.
Tidak hanya mengandung unsur hiburan tetapi juga terdapat nilai edukasi
dan pelajaran mengenai moral, dan informasi mengenai sejarah yang selama
ini belum diketahui banyak orang . Film ini menjadi contoh yang baik bagi
negara lainnya atau komunitas lainnya bahwasannya bagaimana rasisme
mampu memberikan dampak negatif terhadap persatuan sebuah negara itu
sendiri. Penulis berpendapat bahwa seharusnya ada lebih banyak lagi film
yang akan mengulik kisah sejarah mengenai peliknya rasisme yang selama
ini belum terungkap.
120
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.
Baskin, Askurifai. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Kataris, 2003.
Carol Wade, Carol Travis. Psikologi. Jakarta: Erlangga, 2007.
Danesi, Marcel. Pengantar Memahami Ilmu Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.
Elvinaro, & Erdinaya, L. K. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004.
F. Reading, Hugo. Kamus-Kamus Ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali, 1986.
Freddy S, Anthony. Semiotika Hukum: Dari Dekonstruksi Teks Menuju Progretivitas Makna. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2010.
G. Mayers, David. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Himawan, Pratista. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Horton, Paul B. Hunt, Chester L. Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 1990.
Irwanto, Budi. Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo, 1999.
J. Baran, Stanley. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga, 2008.
J. Verkuyl. Etika Kristen. Jakarta: Gunung Mulia, 1992.
Johannes Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003.
John M. Echols, Hasssan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Jumroni. Metode-Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006.
Kenneth Neubeck, Alice Mary. Social Problem: A Critical Approach. USA: McGraw Hills Company, 1997.
121
Kristiyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2009.
Liliweri, Alo. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKIS, 2005.
Lull, James. Media Komunikasi: Kebudayaan Suatu Pendekatan Global (Terj). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997.
Manurung, Papilon. Metedologi Penelitian Komunikasi. Jakarta: PT Remaja RosdaKarya, 2009.
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Edisi ke-6. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Merger, N. Martin. Race and Ethic Relations 3rd Editions Balmount. California: Wadswouth Publishing Company, 1994.
Munawar, Rachman dkk. Dari Keseragaman Menuju Keberagaman: Wacana Multikultural Dalam Media. Jakarta: LSPP, 1999.
Muzakki, Akhmad. Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa Agama. Malang: UIN Malang Press, 2007.
N. Daldjoeni. Ras-ras Umat Manusia: Biografis, Kulturhistoris, Sosiopolitis. Bandung: PT Citra Adhitya Bakti, 1991.
Narwoko, J. Dwi, Bagong Suyanto. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana, 2006.
Peransi, D.A. Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ, 2005.
Rogers, David and Bowman Moira. n.d. A History: The Construction of Race and Racism. Portland: Western States Center’s Dismantling Racism Program.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2009.
Samovar, Larry. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Shihabudin, Ahmad. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framming. Bandung: Remaja RosdaKarya, 2006.
Soekamto, Soerjono. Kamus Sosiologi. Jakarta: Grafindo Persada, 1993.
122
Stokes, Jane. How to Media and Cultural Studies. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006.
Sumarno, Marseli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8. Jakarta: Kencana Media Group, 2008.
Wijaya, H.A.W. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002.
Jurnal dan Penelitian
Daniel, Sunarto Anderson. Journal Octa Diurna. Analisis Semiotika Film Alangkah Lucunya Negeri ini. Vol. IV No. 1 (2015).
Grosfoguel, Ramon. Journal of World System Research. “What is Racism?”. Vol. 22 No. 1 (2016).
Irab, Yenita. Jurnal Jaffray. “Rasisme”. Vol. 1. No. 1 (2007).
J.Nielsen. Whiteness and Anti-Discrimination: Law- it’s in the Design. ACRAWSA e-journal. Vol. 4 No. 2. (2008).
Naomi Srie Kusumastuti & Faturochman, Semiotika untuk Analisis Gender pada Iklan Televisi, Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, (2004)
Miyarso, Estu. Pengembangan Media Interaktif Untuk Pembelajaran Sinematografi. Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta. (2009).
Mudjino, Yoyon. Jurnal Ilmu Komunikasi: Kajian Semiotika Film. Vol. 1 No. 1 (2011).
Saputra, Taufan. E-journal Ilmu Komunikasi. “Representasi Analisis Semiotik dalam Film 2012 Karya Roland Emmrich. (2014).
Tunggul. E-journal komunikasi. Analisis Semiotika Pesan Moral Film 12 Menit Untuk Selamanya. Vol. 3 No. 3. (2015).
Wahyuningsih, Sri. Sosio Didaktika. Kearifan Lokal Madura Sebagai Media Persuasif. Desember Vol. 1 No. 1. (2014).
Sumber Lain
Diakses melalui website https://muslim.or.id/29806-tidak-ada-rasisme-dalam-islam.html pada tanggal 9 Januari 2018, pada pukul 17:26 WIB
123
Diakses melalui website http://indonesian.irib.ir/ranah/kultur/item/73504- Kisah_ Mengenaskan_Budak_Kulit_Hitam_di_AS.html pada tanggal 4 januari 2018 pada pukul 15:19 WIB Diakses melalui website http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/18/01/12/p2g1wn396-pbb-nilai-donald-trump-rasis pada tanggal 14 Januari 2018, pada pukul 1:22 WIB http://kbbi.web.id/semiotik, diakses pada tanggal 5 April 2018 pada pukul 3:52 WIB
http://kbbi.web.id/film, diakses pada tanggal10 April 2018 pada pukul 1:48 WIB
Ari Novita Sari, Grammar of Film, Artikel diakses pada tanggal 11 April 2018 pada pukul 3:46 dari : http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Artikel%20Jurnal%20-20%20Ari%20Novitasari%2007081657%20(AB).doc. Diakses melalui website https://kbbi.web.id/urban , Arti : Berkenaan dengan kota,
bersifat kekotaan. Pada pukul 23:46 WIB Diakses melalui website http://kamus-internasional.com/definitions/?indonesian_word=suburban, pada pukul 23:47 11
April 2018 Arti : penduduk pinggiran Kota. Diakses melalui website https://brainly.co.id/tugas/1348655, Arti : wilayah
pedesaan dengan kehidupan sederhana. Pada tanggal 11 April 2018 pukul 23: 47 WIB. Diakses melalui website https://kbbi.web.id/rasisme, pada tanggal 4 Maret 2018,
pukul 19:36 WIB. Diakses melalui website http://sinarharapan.co.id/rasisme, pada tanggal 10 April
2018 pada pukul 2:54 WIB Diakses melalui website https://pantherfile.uwm.edu/gjay/www/introwhite.html,
pada tanggal 11 April 2018 Pukul 19:54 WIB Diakses melalui website http://www.imdb.com/name/nm0577647/ diakses pada
tanggal 5 April 2018 pada pukul 4:14 WIB Diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170130120414-220-189970/hidden-figures-jadi-film-terbaik-di-sag-awards diakses pada tanggal 5
April 2018 pada pukul 4:13 WIB.
124
http://www.academia.edu/27595735/Sejarah_Amerika_Serikat_Era_Pencarian_Kestabilan_1952-1960_ pada tanggal 18 April 2018 pada pukul 3:27 WIB.
Diakses melalui website https://www.google.com/amp/m.merdeka.com/amp/dunia/ferguson-simbol-kuat-rasisme-di-ameria-serikat.html pada tanggal 4 Januari 2018 pada pukul 15:22 WIB. Diakses melalui website https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161111161116-134-172067/trump-jadi-presiden-laporan-rasisme-di-as-meningkat pada tanggal 9 Januari 2018, pada pukul 16:39 WIB. Diakses dari web https://www.biography.com/people/taraji-henson-21192695 pada
tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 5:03 WIB
Diakses melalui website https://www.biography.com/people/janelle-mon%C3%A1e-17178736 pada tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 6:17 WIB.
Diakses melalui website https://www.biography.com/people/octavia-spencer-20724237 pada tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 20:12 WIB.
Diakses melalui website https://www.imdb.com/title/tt4846340/awards pada tanggal 18 Juni 2018 pada pukul 20: 15 WIB.
Diakses melalui website http://www.merriam-webster.com/dictionary/racism, diakses pada tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 17:08 WIB
Diakses melalui website http://oxfrddictionaries.com/definition/english/racism, pada tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 17:12 WIB.
Diakses melalui website http://www.merriam-webster.com/dictionary/race, pada
tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 18:57 WIB. Diakses melalui website http://oxforddictionaries.com/definition/english/race‐2,
pada tanggal 28 Juni 2018 pada pukul 19:02 WIB.
Diakses melalui website http://www.pbs.org/race/002_04-background-02-01.htm, pada tanggal 29 Juni 2018 pada pukul 1:35 WIB.
Diakses melalui website http://alaindeboist.com/pdf/what_is_racism.pdf, pada
tanggal 29 Juni 2018 pada pukul 1:54 WIB. Diakses melalui website file:///C:/Users/bananas/Downloads/Documents/Western%20States%20-%20Construction%20of%20Race.pdf, pada tanggal 1 Juli 2018 pada pukul 4:32 WIB.