Transcript of Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor...
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
1/94
DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS KERJA
Oleh
DEPARTEMEN MANAJEMEN
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
2/94
terhadap Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan Faktor-faktor
Produktivitas
Kerja pada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk, Cabang Purbaleunyi.
Dibawah bimbingan SITI RAHMAWATI
Kebutuhan masyarakat akan jaringan jalan semakin terdesak seiring
dengan
peningkatan produksi kendaraan yang tidak sebanding dengan
kapasitas jalan
yang ada. Terjadinya ketidakseimbangan tersebut salah satunya
akibat
pertumbuhan volume kendaraan roda empat yang naik sebesar 9% per
tahun,
sedangkan penambahan panjang jalan dilakukan hanya sebesar 0.01%
per tahun,
kondisi ini menjadi pemicu terjadinya masalah kemacetan lalu
lintas. Konsep tol
menjadi sebuah jawaban terhadap tingginya kebutuhan pengembangan
jaringan
jalan meskipun dalam kondisi anggaran pemerintah yang
terbatas. PT Jasa Marga
(Persero) Tbk merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang
berperan sebagai pengembang sekaligus operator jalan tol di
Indonesia yang
memiliki sembilan Cabang, salah satunya adalah Cabang
Purbaleunyi.
Karakteristik Cabang Purbaleunyi adalah masalah antrian pajang pada
gerbang
tol. Untuk mengatasi masalah antrian tersebut maka dibuat Gardu
Toll Otomatis
(GTO), yang merupakan ide kreatif dari Gugus Kendali Mutu Pasteur.
GKM
Pasteur merupakan salah satu kelompok unit kerja yang ada di
Cabang
Purbaleunyi pada Gerbang Tol Pasteur. Perusahaan menganggap GTO
dapat
memberikan dampak positif bagi karyawan operasional.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan
antara lain
(1) Mengetahui penyusunan kebijakan pelaksanaan Gardu Tol Otomatis
(GTO) yang dilakukan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur pada PT
Jasa Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, (2) Menganalisis persepsi
karyawan
operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis pada PT Jasa
Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, (3) Menganalisis persepsi
karyawan
operasional terhadap faktor-faktor produktivitas kerja pada PT Jasa
Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi,. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah analisis deskriptif.
pelaksanaan GTO yang dilakukan oleh GKM Pasteur sudah dilaksanakan
dengan
baik melalui pendekatan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Pendekatan
PDCA
dilakukan perusahaan dalam kegiatan manajemen dan operasional
perusahaan dalam rangka penerapan manajemen mutu. Menurut persepsi
karyawan
operasional pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) pada PT Jasa
Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi sudah berjalan dengan baik dan
berpengaruh
signifikan. Hal ini, dibuktikan dengan produktivitas GTO yang mampu
melayani
pengguna jalan tol dengan waktu transaksi menjadi 3 detik. Menurut
persepsi
karyawan operasional, faktor-faktor produktivitas kerja pada PT
Jasa Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi sudah berjalan dengan baik.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
3/94
DAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKTIVITAS KERJA
SKRIPSI
SARJANA EKONOMI
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
4/94
Gardu Tol Otomatis (GTO) dan Faktor-Faktor Produktivitas
Kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi
Nama : Selly Rachmalia
NIM : H 24066005
Mengetahui:
NIP 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus:
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
5/94
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 Mei 1984. Penulis
merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Syaiful Rachman
SE dan
Ibu Hj. Melly Amalia.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak
Handayani
pada tahun 1990, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Mardi Yuana
Cibinong. Pada
tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama
Negeri 1 Cibinong dan melanjutkan di Sekolah Menengah Umum PGRI
Cibinong
Bogor dan masuk pada program IPA pada tahun 2001. Pada tahun 2002,
penulis
diterima melalui jalur reguler di Institut Pertanian Bogor pada
Program Studi
Diploma III Inventarisasi dan Pengelolaan Sumberdaya Lahan,
Fakultas
Pertanian. Pada tahun 2006, penulis kemudian melanjutkan studi ke
jenjang
Sarjana pada Program Alih Jenis Sarjana Manajemen, Departemen
Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
6/94
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada Penulis, sehingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul
Analisis Persepsi
Karyawan Operasional terhadap Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO)
dan
Produktivitas Kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi,
disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat
Sarjana Ekonomi
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen,
Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu
juga
dengan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua
pihak.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
7/94
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
berbagai
pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan
baik
secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai
selesainya
skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd, sebagai dosen pembimbing yang
telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan
pengarahan
kepada Penulis.
2. Prof. Dr. Ir. WH Limbong, MS, dan ibu Farida Ratna Dewi,
SE, MM selaku
dosen penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji Penulis
dan
memberikan masukan-masukan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Segenap jajaran, Staf dan Karyawan PT Jasa Marga (Persero)
Tbk Cabang
Purbaleunyi, yang telah mengijinkan Penulis untuk melaksanakan
kegiatan
penelitian dan atas kesediannya dalam mengisi kuesioner
penelitian.
4. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan
kasih sayang dan doa
bagi Penulis.
5. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc sebagai Ketua Departemen
Manajemen
beserta Dosen dan Staf Administrasi yang telah membantu kelancaran
Penulis
dalam penyusunan skrisi ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
8/94
2.2.1 Faktor Produktivitas Kerja
.........................................
2.2.2 Peningkatan Produktivitas Kerja
.................................
2.2.3 Karakteristik Pegawai Produktif .
..............................
2.3.3 Mekanisme Kerja GKM
............................................
2.3.4 Penilaian Kinerja GKM
.............................................
2.4. Tinjauan Studi Terdahulu
.....................................................
3.3. Metode Penentuan Sampel
.................................................
3.4. Metode Pengumpulan Data
................................................
3.5.2 Analisis Persepsi
.................................................
3.5.3 Uji F ……………………………..……………...
3.5.4 Uji t …………………………………………….
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
9/94
4.3. Gugus Kendali Mutu Pasteur
........................................
4.3.1 Proses Kegiatan Kerja GKM Pasteur
.................
4.3.2 Pendekatan PDCA untuk Menghasilkan GTO …
4.4. Karakteristik Karyawan Operasional
............................
Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi ...................
4.5.1 Persepsi Karyawan Operasional terhadap
Pelaksanaan GTO ……………………………...
Faktor-faktor Produktivitas Kerja ……………..
4.7. Implikasi manejerial ..………………….......................
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
10/94
(Persero) Tbk ……………………………………….. 2
3. Skala Likert
................................................................
20
faktor Produktivitas Kerja …………………………... 26
6. Data Karyawan PT Jasa Marga Cabang Purbaleunyi …. 33
7. Aksesibilitas Standar Pelayanan Minimum ................
38
8. Hasil Survey Keluhan Pemakai Jalan Tol ..................
41
9. Perbandingan Rata-rata Kendaraan Gardu Masuk danKeluar pada
Shift 1 .............................................. 42
10. Koefisien Korelasi Penyebab Dominan ......................
43
11. Perbandingan Faktor Penyebab Kinerja Gardu ........... 45
12. Pengaruh Kesalahan Pelaporan dan Kerusakan Alat .. 47
13. Karakteristik Karyawan Operasional ..........................
48
14. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Pelaksanaan
GTO …………………………….……..……………. 52
Tersangkut CSD
........................................................ 53
Rusak
..........................................................................
56 17. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Keterbatasan
Jumlah
Gardu..............................................................
57
Kebijakan Membangun Gardu Baru ........................... 59
19. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Faktor-
faktor Produktivitas Kerja ...………………………… 60
Kerja
...........................................................................
62
Kerja......... 62
23. Persepsi Karyawan Operasional terhadap Kesejahteraa
Kerja
.............................................................................
65
Kerja
.............................................................................
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
11/94
2. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi
................................................................
33
4. Peralatan pada Gardu transaksi, Gardu Tandem,
Gardu Tol Otomatis ………………………………... 47
Automatic Line Banner ……………………………... 56
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
12/94
3. Diagram Sebab Akibat Kinerja Gardu Belum Optimal.. 82
4. Rencana dan Pelaksanaan Perbaikan …………………. 83
5. Alur Proses Transaksi Sebelum dan Sesudah Perbaikan
pada Gardu Masuk dan Keluar ……………….............. 84
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
13/94
kapasitas jalan yang ada. 1 Terjadinya ketidakseimbangan tersebut
salah
satunya akibat pertumbuhan volume kendaraan roda empat yang
naik
sebesar 9% per tahun, sedangkan penambahan panjang jalan
dilakukan
hanya sebesar 0,01% per tahun, kondisi ini menjadi pemicu
terjadinya
masalah kemacetan lalu lintas. Konsep tol menjadi sebuah jawaban
terhadap
tingginya kebutuhan pengembangan jaringan jalan meskipun
ditengah
kondisi anggaran pemerintah yang terbatas. Pembangunan
infrastruktur
jalan tol telah memberikan kontribusi nyata dalam mendorong
dan
menggerakkan perekonomian nasional, yang manfaatnya telah
banyak
dirasakan bagi masyarakat luas.
mempersingkat jarak tempuh perjalanan dari satu tempat ke tempat
lain.
Jalan tol merupakan jalan umum yang menjadi bagian dari sistem
jaringan
jalan nasional untuk kendaraan beroda empat atau lebih dan
penggunanya
akan diwajibkan membayar tarif tol. Besarnya tarif tol yang dibayar
oleh
pengguna jalan tol disesuaikan dengan jarak lintasan (asal gerbang
tol
sampai keluar gerbang tol) dan golongan kendaraannya.
PT Jasa Marga (Indonesia Highway Corporatama) Tbk atau
disingkat
PT Jasa Marga (Persero) Tbk merupakan satu-satunya Badan Usaha
Milik
Negara (BUMN) yang berperan sebagai pengembang sekaligus
operator
jalan tol di Indonesia. Sejak awal berdiri pada tahun 1978,
PT Jasa Marga
(Persero) Tbk tetap menjadi market leader operator
jalan tol yang
menguasai 80% dari seluruh jalan tol yang ada di Indonesia.
1
Frans S Sunito, Dirut PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Berita
Jalan Tol No.103 Hal: 6. April, 2010. Jakarta.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
14/94
Delapan belas konsesi (hak pengusahaan) jalan tol sepanjang 648
km
telah dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk sampai dengan akhir
periode
2009, tiga belas konsesi diantaranya telah beroperasi sepanjang 496
km
yang pengelolaannya dikelola oleh sembilan cabang dan satu
anak
perusahaan yaitu, PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Tabel 1).
Sementara
lima ruas tol lainnya menjadi bagian anak perusahaan yang
merupakan
proyek kerja sama antara PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan
Pemerintah
Provinsi daerah setempat dan juga pihak ketiga lainnya.
Tabel 1. Konsesi Operasional Jalan Tol PT Jasa Marga (Persero)
Tbk
Menyediakan jalan tol dan memberikan pelayanan terbaik bagi
masyarakat menjadi bentuk komitmen yang kuat bagi PT Jasa
Marga
(Persero) Tbk sebagai pelopor industri jalan tol di Indonesia.
Komitmen
tersebut sekaligus akan berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha
dalam
jangka panjang yang selaras dengan visi dan misi perusahaan.
Pelayanan transaksi di gerbang tol merupakan jasa utama dalam
pelayanan jalan tol,
akan tetapi karena kondisi arus lalu lintas yang meningkat
menjadi
penghambat terciptanya kelancaran bertransaksi pada gerbang tol,
sehingga
menyebabkan antrian panjang di gerbang tol yang sulit untuk
dihindari.
Pelayanan transaksi jalan tol harus dilakukan sesuai dengan
Standar
Pelayanan Minimum (SPM) yang telah ditentukan PT Jasa Marga
(Persero)
Tbk Cabang Purbaleunyi.
Beroperasi
Panjang
2 Jakarta-Cikampek 1988 72 Jakarta-Cikampek
3 Jakarta-Tanggerang 1984 28 Jakarta-Tanggerang
4 Ulujami-Pondok Aren 2001 5,5
5 Dalam Kota Jakarta 1988 25 Cawang-Tomang-Cengkareng
6 Prof. Dr. Ir. Soedjatmo 1984 14,3
7 Padaleunyi
(Belawan-Medan-Tanjung Morawa)
Sumber: Laporan Tahunan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (2009)
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
15/94
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, karena semenjak dioperasikannya
jalan
tol Cipularang yang menghubungkan ruas tol antara Cabang
Jakarta-
Cikampek dengan Cabang Purbaleunyi kepadatan arus lalu lintas
kendaraan
terus terjadi. Waktu tempuh yang singkat dan kenyamanan Kota
Bandung
menjadi alasan bagi masyarakat untuk datang berwisata, sehingga
puncak
kepadatan arus lalu lintas selalu terjadi menjelang akhir pekan
atau pada
saat hari libur nasional. Kepadatan arus lalu lintas tersebut
menjadi faktor
penghambat proses transaksi jalan tol. Inovasi sistem transaksi
dengan
menggunakan Gardu Tol Otomatis, diharapkan menjadi solusi
untuk
mengatasi masalah antrian pada saat bertransaksi, khususnya pada
gerbang
tol masuk. Gardu Tol Otomatis (GTO) merupakan gardu pelayanan
transaksi tol tanpa adanya petugas pengumpul tol yang melayani.
Cara
penggunaannya cukup dengan menekan tombol pada GTO maka KTM
(Kartu Tanda Masuk) akan keluar. Keberadaan GTO dapat digunakan
juga
untuk sistem pembayaran secara elektronik (Electronic Toll
Collection)
yang bekerjasama dengan Bank Mandiri.
Menyadari segala keberhasilan yang telah diraih perusahaan
selama
ini ditentukan oleh kualitas dan dedikasi karyawan, maka karyawan
menjadi
sebuah asset berharga sekaligus mitra kerja bagi perusahaan.
Pemberdayaan
karyawan melalui program pendidikan dan pelatihan diharapkan
dapat
meningkatkan kemampuan mereka diberbagai bidang, sebagai
upaya
kesiapan mereka menghadapi segala tantangan yang akan
terjadi.
Pemberdayaan karyawan yang ada melalui pemanfaatan teknologi
menjadi
prioritas perusahaan dibandingkan merekrut karyawan baru.
Pemanfaatan teknologi yang optimal melalui Gardu Tol Otomatis (GTO)
merupakan
salah satu wujud peningkatan kualitas dan efisiensi jasa pelayanan
jalan tol.
Pemanfaatan teknologi terkadang menimbulkan persepsi yang
berbeda
mengenai nilai kemanusiaan bagi karyawan, namun hal tersebut
perlu
ditinjau kembali, karena melalui pemanfaatan dan pemberdayaan
sumber
daya manusia secara optimal akan meningkatkan produktivitas
kerja
karyawan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi
perusahaan.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
16/94
dalam bidang jasa pelayanan jalan tol, dimana kualitas menjadi
prioritas
utama, salah satunya melalui pelayanan transaksi jalan tol. Akan
tetapi
kelancaran pelayanan transaksi sering menghadapi kendala seperti,
volume
kendaraan yang padat dan minimnya gardu transaksi ataupun
petugas
pengumpul tol yang mengakibatkan antrian panjang pada gardu
transaksi.
Masalah tersebut menjadi kendala yang harus dihadapi oleh PT Jasa
Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi khususnya pada Gerbang Tol
Pasteur,
sehingga muncul ide untuk membuat Gardu Tol Otomatis (GTO). Ide
ini
merupakan ide kreatif dari GKM Pasteur yang ada pada unit kerja
Gerbang
Tol Pasteur. Gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan kelompok
kerja
karyawan, dimana seluruh karyawan secara sukarela dan
berpartisipasi
dalam menyelesaikan kegiatan yang berhubungan erat dengan
perusahaan.
Pelaksanakan GKM diharapkan akan membuat karyawan merasa
dihargai
serta diakui keberadaannya, sehingga terciptanya lingkungan kerja
yang
kondusif pada perusahaan.
dilaksanakan pada Gerbang Tol Pasteur yang dianggap telah
efektif
keberadaannya, selanjutnya diaplikasikan pada seluruh gerbang tol
yang ada
di PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. Bagi
perusahaan
pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dinilai telah berbasis
kemanusiaan,
karena GTO dapat meringankan pekerjaan karyawan operasional
(petugas
pengumpul tol) untuk melayani pengguna jalan tol pada saat lalu
lintas
kendaraan sedang padat, serta dapat memperbaiki mutu kesehatan dari
para
petugas pengumpul tol. Efisiensi karyawan operasional
dilakukan
perusahaan hanya pada petugas pengumpul tol outsourching
saja , karena
selama ini jumlah petugas pengumpul yang ada sangat terbatas,
namun
perusahaan tidak ada memberikan kebijakan untuk menambah
karyawan
operasional baru. Sehingga diharapkan keberadaan Gardu Tol
Otomatis
(GTO) dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan
meningkatkan
produktivitas kerja karyawan operasional.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
17/94
sebagai berikut:
(GTO) yang dilakukan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur
pada
PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi?
2. Bagaimana persepsi karyawan operasional terhadap
pelaksanaan Gardu
Tol Otomatis (GTO) pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi?
produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi?
(GTO) yang dilakukan oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur
pada
PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. 2.
Mengetahui persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan
Gardu
Tol Otomatis (GTO) pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi.
produktivitas kerja pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi.
1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini menjadi bahan
pertimbangan untuk
melakukan penyusunan kebijakan yang berkaitan dengan program
pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor
produktivitas
kerja karyawan operasional.
2. Bagi umum, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi untuk
penelitian selanjutnya.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
18/94
Purbaleunyi, yang berlokasi di Plaza Tol Pasteur Jalan Dr.
Djundjunan
nomor 257 Bandung, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan selama
tiga
bulan yaitu pada bulan September 2009 sampai dengan November 2009.
PT
Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi dipilih sebagai
tempat
penelitian oleh penulis, dikarenakan Cabang Purbaleunyi merupakan
cabang
perusahaan yang pertama kali melaksanakan sistem Gardu Tol
Otomatis
(GTO) pada seluruh gerbang tol dan selanjutnya pelaksanaan Gardu
Tol
Otomatis diterapkan juga pada cabang lainnya. Penelitian ini
menganalisa
bagaimana persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu
Tol
Otomatis (GTO) dan faktor-faktor produktivitas kerja karyawan
operasional
itu sendiri.
Karyawan operasional merupakan karyawan yang secara langsung
mengetahui teknis di lapangan mengenai arus lalu lintas jalan tol,
khususnya
pada proses transaksi pada gerbang tol. Indikator faktor-faktor
produktivitas
kerja karyawan yang terdapat pada perusahaan yaitu, kemauan
kerja,
kemampuan kerja, etika kerja, kesejahteraan karyawan dan
lingkungan
kerja. Pada penelitian ini, penulis hanya mempelajari hasil kerja
yang
dilakukan Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur dalam merumuskan
permasalahan masalah hingga menghasilkan ide kreatif konsep Gardu
Tol
Otomatis (GTO).
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
19/94
Gardu Tol Otomatis (GTO) adalah gardu tanpa petugas dimana
pemakai jalan melaksanakan transaksi dan mengambil KTME (Kartu
Tanda
Masuk Elektronik) dan mengidentifikasi Badge atau kartu
dinas sendiri.
KTME merupakan alat tanda bukti masuk jalan tol pada sistem
tertutup,
yang menunjukan identitas jenis kendaraan dan asal gerbang tol
yang
merupakan informasi dalam penentuan tarif di gardu keluar (Gugus
Kendali
Mutu Pasteur, 2007).
nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masukan
yang
sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif
dengan
perbandingan antara hasil masukan (tenaga kerja) dan keluaran yang
diukur
dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Sinungan, 2008).
Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), produktivitas
kerja
adalah rasio output dan input suatu proses
produksi dalam periode tertentu.
Input terdiri dari manajemen, tenaga kerja, biaya produksi,
peralatan dan
waktu. Output meliputi produksi, produk, penjualan,
pendapatan, pangsa
pasar, dan kerusakan produk.
perbandingan hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya
yang
digunakan (input). Produktivitas mempunyai dua dimensi, yaitu
efektivitas
yang mengarah pada pencapaian target yang berkaitan dengan
kualitas,
kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi lain adalah efisiensi yang
berkaitan
dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi
penggunaannya.
2.2.1 Faktor Produktivitas Kerja
produktivitas kerja karyawan dikelompokan menjadi tiga yaitu:
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
20/94
pendidikan, latihan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan
kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan.
2. Sarana pendukung, dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi,
sarana
dan peralatan produksi yang digunakan, tingkat keselamatan
dan
kesehatan kerja serta lingkungan kerja.
b. Kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam sistem
pengupahan
dan jaminan sosial, jaminan kelangsungan kerja.
3. Supra sarana, dapat mendukung peningkatan produktivitas
kerja
karyawan antara lain kebijakan pemerintah, hubungan pengusaha
dan pekerja, kemampuan manajemen dan perusahaan.
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
dapat
dilihat dari kemauan kerja yang tinggi, kemampuan kerja yang
sesuai
dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan
yang
dapat memenuhi kebutuhan minimum, jaminan sosial yang memadai
dan hubungan kerja yang harmonis (Sinungan, 2008).
2.2.2 Peningkatan Produktivitas Kerja
Sinungan (2008), adalah sebagai berikut:
1. Kesempatan utama dalam meningkatkan produktivitas
manusia
terletak pada kemampuan individu, sikap individu dalam
bekerja,
serta manajemen maupun organisasi kerja. Persyaratan individu
untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi, yaitu:
a. Tingkat pendidikan dan keahlian, teknologi dan hasil
produksi, kondisi kerja, kesehatan, kemampuan fisik dan
mental.
b. Sikap (terhadap tugas) serta teman dalam satu
organisasi.
2. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk
memperoleh
jumlah produksi yang besar.
memperoleh jumlah produksi yang jauh lebih besar lagi.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
21/94
menurut Soemarsono (2004) yaitu:
cara yang menggambarkan dukungan terhadap program.
2. Dukungan struktur sangat diperlukan. Standar organisasi
dibuat
untuk mendukung peningkatan produktivitas.
kondusif sangat penting terhadap peningkatan produktivitas.
Upaya yang dilakukan untuk menciptakan iklim kondusif yaitu
dengan
menciptakan perhatian terhadap para karyawan bahwa manajemen
sedang mendorong peningkatan produktivitas, manajemen harus
melakukan komunikasi untuk menyakinkan karyawan agar dapat
memahami tujuan perusahaan, perusahaan meminta para karyawan
untuk meningkatkan keterlibatan mereka terhadap perusahaan
sekaligus. Kontribusi karyawan tersebut akan mendapatkan
reward
system yang sesuai dari perusahaan.
4. Perusahaan harus membuat metode pengukuran produktivitas
kerja
dan menetapakan tujuan-tujuan yang realistis.
5. Mencari teknik-teknik baru untuk meningkatkan
produktivitas.
6. Implementasi program produktivitas harus dijadwalkan,
karena hal
ini penting menyangkut penggunaan resources.
2.2.3 Karakteristik Pegawai Produktif
perusahaan harus dimulai dari tingkat individu itu sendiri, dimana
setiap
individu yang produktif memiliki karakteristik, yaitu:
1. Selalu mencari gagasan dan cara penyelesaiannya.
2. Selalu memberi saran untuk perbaikan secara
sukarela.
3. Menggunakan waktu secara efektif dan efisien.
4. Selalu melakukan perencanaan beserta jadwal waktu
penyelesaian.
5. Bersikap positif terhadap pekerjaannya.
6. Berperilaku sebagai anggota kelompok yang baik.
7. Memotivasi diri sendiri melalui dorongan dari dalam.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
22/94
10. Terbinanya hubungan yang baik antar pribadi.
11. Menyadari dan memperhatikan masalah pemborosan dan
biaya.
12. Mempunyai tingkat kehadiran yang baik.
13. Mampu melampaui standar yang telah ditetapkan.
14. Mempelajari sesuatu yang baru dengan cepat.
15. Tidak mengeluh dalam bekerja.
2.3. Konsep Gugus Kendali Mutu (GKM)
Gugus Kendali Mutu menurut Sinungan (2008) adalah sekelompok
orang (biasanya terdiri dari tiga sampai dengan delapan orang)
yang
memiliki pekerjaan sejenis untuk membahas dan menyelesaikan
persoalan
kerja yang dihadapi dan mengadakan perbaikan secara terus
menerus
dengan mempergunakan teknik kendali mutu. Ketua kelompok
biasanya
dijabat secara bergantian di antara anggota kelompok. Kegiatan
Gugus
Kendali Mutu merupakan bagian dari kegiatan Pengendalian Mutu
Terpadu.
Konsep dasar GKM adalah anggapan bahwa penyebab persoalan
mutu
atau produksi tidak diketahui oleh para pekerja dan manajemen,
juga
diandaikan bahwa pekerja pabrik mempunyai pengetahuan yang siap
pakai,
kreatif, dan dapat dilatih untuk menggunakan kreativitas alamiah
dalam
pemecahan persoalan pekerjaan (Crocker et al., 2004).
Hasibuan (2002) menyatakan Gugus Kendali Mutu merupakan
kelompok kecil dari lingkup kerja yang secara sukarela melakukan
kegiatan
pengendalian dan perbaikan secara berkesinambungan dengan
cara
menggunakan teknik-teknik quality control.
Gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan mekanisme formal dan
dilembagakan yang bertujuan untuk mencari solusi dengan
memberikan
tekanan pada partisipasi dan kreativitas antar karyawan. Hal ini
berarti,
Gugus memberikan kebaikan organisasi sehingga GKM harus terus
bekerja dan tidak tergantung pada proses produksi (Crocker et
al.,
2004). Ciri-ciri umum GKM dapat dilihat pada Tabel 2.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
23/94
Tujuan 1. Meningkatkan komunikasi.
Organisasi
1. Terdiri dari seorang kepala dengan 8 sampai 10
karyawan
yang berasal dari satu bidang pekerjaan. 2. Memiliki seorang
koordinator dan satu atau lebih fasilitator
yang bekerja erat dengan Gugus.
Pemilihan
2. Partisipasi ketua Gugus bersifat bebas.
Ruang lingkup
persoalan yang
dianalisis oleh
2. Gugus didorong untuk memilih persoalan yang berasal
dari
bidang pekerjaannya sendiri.
produktivitas, biaya, keselamatan kerja, moral, lingkungan,
dan lainnya.
pertemuan Gugus.
Penghargaan bagi
kegiatan Gugus
2. Penghargaan yang paling efektif adalah kepuasan
anggota
Gugus karena solusi yang mereka sumbangkan.
Sumber: Crocker et al. (2004)
2.3.2 Langkah Aktual Pembentukan GKM
Crocker et al. (2004) memaparkan secara ringkas langkah
aktual
dalam proses pelaksanaan Gugus Kendali Mutu (GKM) yang
meliputi:
1. Meminta bantuan konsultan dari luar. Hal ini merupakan
keputusan
berdasarkan pertimbangan dari departemen pengembangan
organisasi untuk menggunakan konsultan dari luar dalam
membantu
pelaksanaan GKM.
memperkenalkan kepada anggota manajemen senior.
b. Manajer senior membuat keputusan mengenai konsep
GKM.
c. Mengadakan seminar untuk manajemen menengah dan
anggota
aktif serikat buruh.
analisis masalah, menentukan manfaat dan kerugiannya,
berperan
aktif mendukung proses pelaksanaan.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
24/94
melanjutkan program GKM.
dipilih dari berbagai departemen dan tingkatan.
c. Pemilihan fasilitator oleh panitia pengarah.
4. Menempatkan program dalam tempat yang tepat
a. Panitia pengarah dan konsultan membuat pedoman
program.
b. Fasilitator mengadakan pertemuan untuk
menginformasikan
tentang GKM dan proses kendali mutu untuk anggota Gugus.
c. Fasilitator mengadakan pertemuan informal dengan
karyawan
untuk memberikan penjelasan mengenai konsep GKM.
d. Fasilitator, panitia pengarah, dan konsultan dari luar
membuat
perencanaan awal untuk mengidentifikasi masalah.
e. Fasilitator dan panitia pengawas memilih pemimpin tim
untuk
membuat program latihan bagi para pemimpin dan anggota tim.
f. Fasilitator membuat program latihan dan membantu ketua
tim
dalam membuat materi Gugus untuk pertemuan selanjutnya.
2.3.3 Mekanisme Kerja Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu menangani berbagai macam masalah
melalui beberapa tahapan. Masalah tersebut satu demi satu
ditangani
melalui tahapan yang berkelanjutan (Chandra et al., 1991),
yaitu:
1. Pengumpulan masalah
prioritas diberikan pada setiap masalah sesuai dengan kriteria yang
telah disusun secara berkesinambungan.
2. Pemilihan masalah
Setiap orang boleh mengajukan masalah pada Gugus, namun
prioritas diputuskan oleh Gugus. Pemilihan masalah biasanya
digunakan pendekatan Trisula yang meliputi:
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
25/94
tujuan unit.
operasi yang telah ditentukan oleh Gugus.
c. Menggunakan Teknik Delphi yang telah direvisi untuk
menentukan persoalan yang paling unik. Teknik Delphi adalah
suatu prosedur yang dipengaruhi dalam penelitian dua atau
lebih
alternatif.
penyebab utama. Pada tahap ini, Gugus bertukar pikiran untuk
menemukan hubungan sebab-akibat. Ada dua metode utama untuk
membuat analisis sebab-akibat, yaitu: (1) diagram
sebab-akibat
(diagram Ishikawa atau Fishbone) dan (2) analisis proses atau
diagram arus. Pada diagram Ishikawa terdapat empat bidang
kelemahan yang meliputi: material (bahan),
equipment (peralatan),
methods (metode), dan people (manusia). Analisis
masalah
didasarkan pada fakta, bukan perasaan dan penilaian
subjektif.
Gugus menggunakan sejumlah alat pengumpul data, yaitu dengan
menggunakan checklist atau checksheet , grafik
garis, batang, atau
lingkaran maupun histogram dan diagram pencar, membuat
analisis
pareto, melakukan sampling dan analisis statistik.
4. Pemecahan masalah
Kondisi lingkungan yang nyaman akan menghasilkan solusi
pilihan
pemecahan masalah yang optimum. Secara umum, pemecahan masalah yang
paling tepat adalah orang yang terlibat langsung dalam
tempat kerja itu sendiri dan menjadi solusi paling layak
untuk
diberikan.
manajer sekitar 20 menit dengan menyoroti pengamatan yang
telah
dilakukan serta menjelaskan manfaat dari rekomendasinya
tersebut.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
26/94
menggambarkan kebanggaan dan kepuasan. Penghargaan dari
atasan
yang menghadiri rekan sejawat merupakan motivator yang sangat
kuat. Selain membentuk anggota GKM untuk menjual ide-idenya
pada manajemen, presentasi atau konvensi juga bisa memotivasi
anggota Gugus yang potensial. Hal ini berarti, filosofi
pengendalian
mutu tersebar di seluruh organisasi
6. Implementasi, Peninjauan ulang dan Tindak lanjut
Anggota Gugus membuat jadwal pelaksanaan makalah setelah
mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen. Meninjau ulang
kembali hasil yang diperoleh untuk mengambil langkah
selanjutnya
apabila dibutuhkan. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab
Gugus yang berkelanjutan.
Penilaian Gugus menurut Crocker et al. (2004) memerlukan tiga
jenis pengukuran, yaitu ukuran produktivitas obyektif, ukuran
sikap
subyektif mengenai pengaruh Gugus terhadap organisasi dan
analisa
proses intern yang berlangsung dalam Gugus. Pengukuran
produktivitas
mencakup mutu, scrap, kuantitas, biaya marjinal, biaya
prasarana,
peralatan, keamanan kerja dan kecelakaan, perawatan dan waktu
kosong. Sikap dan pergaulan meliputi kepercayaan
timbal-balik,
komunikasi, hubungan atasan dan bawahan, bolos kerja, keluhan
kerja,
penggunaan keterampilan, keanggotaan Gugus, kepuasan pribadi,
jenis
dan jumlah persoalan yang dipecahkan. Proses Gugus mencakup
struktur, pengaruh, pemecahan persoalan, keterbukaan dan
pemantauan.
2.3.5 Manfaat Gugus Kendali Mutu
Pelaksanaan kegiatan Gugus Kendali Mutu pada perusahaan dapat
memberikan manfaat bagi karyawan (Chandra et al., 1991),
yaitu:
1. Pembuatan tujuan kelompok dilakukan untuk menciptakan
semangat
untuk bekerja sama.
peranan mereka masing-masing dengan lebih baik.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
27/94
komunikasi diantara para pekerja sendiri.
4. Para pekerja dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan
baru
serta mengembangkan semangat kerja sama lebih tinggi.
5. Kelompok mengambil inisiatif sendiri dan melakukan
tugas
pemecahan persoalan yang seharusnya dilakukan oleh manajeman.
6. Adanya hubungan yang semakin dekat antar para pekerja
dan
manajemen di perusahaan.
8. Adanya kepuasan bagi setiap pekerja.
9. Meningkatkan motivasi kerja.
11. Adanya pengembangan kepemimpinan antara para pekerja.
12. Adanya dorongan kreativitas antar pekerja.
13. Terjadinya peningkatan sistem dan prosedur pekerjaan.
Menurut Hasibuan (2002), manfaat Gugus Kendali Mutu (GKM)
bagi manajemen perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Dapat menangkap persoalan yang sebenarnya dengan lebih
cepat.
2. Lebih banyak tekanan yang diberikan pada tahap
perencanaan.
3. Cara berfikir yang berorientasi pada proses akan
mendapatkan
dorongan kuat untuk bekerja.
5. Setiap orang ikut ambil bagian dalam membina sistem
baru.
2.4. Tinjauan Studi Terdahulu
Jauhary (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Pengaruh
Disiplin Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Karyawan (Studi
Kasus:
PT. Behaestex, Gresik). Berdasarkan hasil penelitiannya, karyawan
laki-
laki, usia 31-40 tahun, berpendidikan SMA atau sederajat serta
telah bekerja
selama 11-15 tahun mampu menaati waktu dengan baik sehingga
menjadi
faktor utama terciptanya produktivitas kerja. Pada penelitian ini,
peneliti
menggunakan analisis korelasi dan regresi berganda.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
28/94
Penerapan Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai
Dinas
Pendidikan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan hasil penelitiannya,
disimpulkan bahwa disiplin kerja pegawai sangat tinggi yang
ditandai
dengan tingkat kehadiran yang rendah. Sedangkan prestasi kerja
pegawai
terkategori baik. Peneliti menganalisis penelitiannya menggunakan
analisis
regresi berganda.
Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus
pada
Plant 11 PT Indocement Tunggal Perkasa, Tbk). Berdasarkan
hasil
penelitiannya, tingkat produktivitas kerja karyawan P-11 selalu
berada
diatas standar yang telah ditetapkan dan tingkat produktivitasnya
cenderung
meningkat. Peneliti menganalisis besarnya pengaruh menggunakan
metode
analisis regresi berganda.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
29/94
Keberhasilan PT Jasa Marga (Persero) Tbk sebagai pelopor dan
sekaligus market leader dalam bisnis jalan tol di
Indonesia menjadi tujuan
perusahaan. Keberhasilan atas prestasi tersebut menjadikan
perusahaan terus
berupaya meningkatkan kualitasnya. Hal ini dibuktikan perusahaan
dengan
melakukan perubahan identitas menuju sebuah perbaikan yang telah
dimulai
pada tahun 2007 lalu. Perubahan identitas tersebut tentunya bukan
hanya
sebagai sebuah slogan semata, akan tetapi harus disertai dengan
tindakan
yang nyata. Sejalan dengan identitas baru tersebut, maka dibutuhkan
suatu
langkah strategis berupa sebuah visi dan misi perusahaan. Visi dan
misi
menjadi aturan dalam organisasi untuk mewujudkan tujuan
perusahaan.
Pelayanan transaksi di gerbang tol merupakan jasa utama dalam
pelayanan jalan tol. Sehingga peningkatan pelayanan lalu lintas
melalui
kelancaran bertransaksi di gardu tol sesuai sasaran mutu perlu
dilakukan
perusahaan untuk memenuhi keinginan pengguna jalan tol.
Pelaksanaan
kegiatan pengendalian operasional melalui pelayanan transaksi pada
setiap
gerbang tol menjadi tanggung jawab bagian Pengumpul Tol.
Untuk
meningkatkan pelayanan transaksi di gardu tol pada PT Jasa
Marga
(Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, maka dibuat Gardu Tol
Otomatis
(GTO). Gardu Tol Otomatis (GTO) merupakan gardu pelayanan
transaksi
jalan tol tanpa ada petugas pengumpul tol yang melayani.
Gardu Tol
Otomatis (GTO merupakan ide murni dari kelompok Gugus Kendali
Mutu
(GKM) Pasteur.
kebijakan yang dilakukan oleh GKM Pasteur dalam pelaksanaan
GTO,
menganalisis persepsi karyawan operasional yaitu petugas pengumpul
tol
terhadap pelaksanaan GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja
karyawan
operasional. Faktor penyebab dominan terbentuknya Gardu Tol
Otomatis
(GTO) berdasarkan analisis yang telah dilakukan GKM Pasteur adalah
(1)
Contacless Smartcard Dispenser (CSD) rusak, yaitu alat
untuk menulis
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
30/94
golongan, gerbang asal kendaraan di gardu masuk, (2) Kartu Tanda
Masuk
Elektronik (KTME) tersangkut pada CSD, yaitu alat tanda bukti masuk
jalan
tol pada sistem tertutup yang menunjukan identitas jenis kendaraan
dan asal
gerbang tol yang menjadi informasi dalam penentuan tarif pada
gardu
keluar, (3) Keterbatasan jumlah gardu, (4) Tidak ada kebijakan
menambah
gardu yang rusak. Sedangkan faktor-faktor produktivitas kerja
karyawan
operasional dipengaruhi oleh (1) Kemauan kerja, (2) Kemampuan
kerja, (3)
Etika kerja, (4) Kesejahteraan karyawan dan (5) Lingkungan
kerja.
Sehingga hasil analisis deskriptif dari persepsi karyawan
operasional
terhadap pelaksanaan Gardu Tol Otomatis dan faktor-faktor
produktivitas
kerja, dapat memberikan masukan positif bagi perusahaan dalam
upaya
peningkatan mutu dan layanan bertransaksi bagi pengguna jalan tol
sesuai
dengan sasaran mutu perusahaan yaitu lancar, aman, dan
nyaman.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi
Peningkatan pelayanan lalu lintas melalui
kelancaran bertransaksi pada gardu tol
sesuai dengan sasaran mutu
Analisis deskriptif persepsi karyawan
operasional terhadap GTO dan
3. Keterbatasan jumlah gardu
gardu yang rusak
Faktor-faktor Produktivitas Kerja:
1. Kemauan kerja
4. Kesejahteraan kerja
5. Lingkungan kerja
Persepsi Karyawan Operasional
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
31/94
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi data primer dan data sekunder baik bersifat kualitatif
maupun
kuantitatif. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama
baik dari individu ataupun perseorangan seperti hasil wawancara
atau hasil
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data sekunder
merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pihak
pengumpul data primer maupun pihak lain seperti dalam bentuk
tabel
ataupun diagram. Sumber data primer berupa data langsung yang
diterima
pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder berupa dokumen
perusahaan, buku, dan media elektronik yang terkait dengan
penelitian.
3.3. Metode Penentuan Sampel
dalam suatu penelitian, karena dibutuhkan sampel yang
mewakili
karakteristik dari populasi penelitian yang diwakilinya. Menurut
Umar
(2005), populasi merupakan sekumpulan satuan analisis yang
terdapat
didalamnya terkandung informasi yang ingin diketahui. Sampel adalah
bagian dari populasi yang dipilih untuk dilibatkan dalam
penelitian, melalui
sampel diharapkan peneliti mengetahui informasi mengenai
populasi.
Metode pengambilan sampel yang diterapkan adalah secara
convenience sampling, dimana metode ini paling murah dan cepat
dilakukan
karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang
akan
mereka temui. Ada beberapa macam yang dapat digunakan untuk
menentukan jumlah sampel dari suatu populasi, salah satunya adalah
dengan
rumus slovin sebagai berikut:
Keterangan:
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
32/94
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
33/94
yang diberikan terarah dengan baik. Wawancara dilakukan
dengan
karyawan operasional pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi, khususnya pada Bagian Pengumpul Tol dan Bagian
Sumber
Daya Manusia. Sedangkan metode penggunaan pertanyaan secara
tidak
langsung yaitu pengisian kuesioner. Kuesioner merupakan cara
untuk
mengumpulkan data yang terdiri dari pernyataan logis
berhubungan
dengan masalah penelitian. Pada setiap pernyataan yang terdapat
dalam
kuesioner merupakan jawaban-jawaban yang memiliki makna dalam
menguji hipotesis untuk diuji. Penyebaran kuesioner pada penelitian
ini
dilakukan kepada 60 orang responden yang merupakan karyawan
operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi.
Kuesioner pada penelitian ini, dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kuesioner
dalam penelitian ini terdiri menjadi dua bagian yaitu:
a. Bagian data responden dari karyawan operasional yang
meliputi
karakteristik demografi dan keadaan umum responden secara
umum,
yang meliputi jenis kelamin karyawan, usia karyawan, tingkat
pendidikan terakhir karyawan, status kepegawaian karyawan dan
masa
kerja karyawan.
beberapa pertanyaan yang diajukan terkait dengan pelaksanaan
Gardu
Tol Otomatis (GTO) berjumlah 15 pernyataan dan sebanyak 20
pernyataan yang diajukan berkaitan dengan faktor-faktor
produktivitas
kerja karyawan operasional.
Langkah untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan Gardu Tol
Otomatis (GTO), peneliti melakukan pengamatan langsung
keberadaaan
Gardu Tol Otomatis dan mencari informasi yang lengkap dari
Gugus
Kendali Mutu (GKM) Pasteur. Sedangkan untuk mendapatkan
informasi
mengenai faktor-faktor produktivitas kerja karyawan yang ada di PT
Jasa
Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi, peneliti melakukan
identifikasi awal terhadap sejumlah faktor-faktor produktivitas
kerja
berdasarkan teori dan kemudian didiskusikan dengan pihak
perusahaan.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
34/94
kuesioner.
melengkapi untuk mendukung tujuan penelitian seperti data
tinjauan
pustaka dan profil perusahaan. Tahapan selanjutnya adalah
tahapan
pelaksanaan sebagai pelengkap sumber data karyawan pada
perusahaan.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0 dari
data
hasil kuesioner yang diperoleh selama penelitian. Pengolahan data
kuesioner
dilakukan untuk mengetahui persepsi karyawan operasional
terhadap
pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor
produktivitas
kerja. Adapun tahapan kerja untuk pengolahan data dari kuesioner
untuk
menganalisis persepsi karyawan operasional terhadap pelaksanaan GTO
dan
faktor-faktor produktivitas kerja adalah:
1. Memberi skor pada masing-masing jawaban responden
berdasarkan bobot tertentu pada setiap jawaban dengan menggunakan
Skala Likert.
Skala likert menurut Umar (2005) yaitu skala yang berhubungan
dengan
pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Nilai skor
yang
terdapat pada Skala likert merupakan nilai numerial yaitu 1, 2, 3,
4 dan 5,
dimana setiap skor memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai skor
dari
Skala likert pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Skala Likert
Setuju/Sering/Bersedia/Puas 4 (B)
Kurang Setuju/Kadang-kadang/Kurang Bersedia/Kurang Puas 2 (D)
Tidak Setuju/Jarang/Tidak Bersedia/Tidak Puas 1 (E)
Sumber: Umar, 2005
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
35/94
a. Mengumpulkan sejumlah pernyataan sesuai dengan sikap yang
akan
diukur dan dapat diidentifikasikan dengan jelas.
b. Memberikan pernyataan-pernyataan tersebut kepada
responden
untuk diisi dengan benar.
kemudian dijumlahkan dengan angka-angka dari setiap
pernyataan.
d. Mencari pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam
penelitian
dengan acuan sebagai berikut:
2) Pernyataan yang secara totalnya respoden tidak
menunjukkan
korelasi yang substansial dengan nilai totalnya.
e. Pernyataan-pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk
Skala
likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap serta
menjadi
kuesioner baru untuk pengumpulan data berikutnya. Jawaban
setiap
instrumen yang menggunakan Skala likert mempunyai gradasi
dari
sangat positif sampai sangat negatif.
2. Memindahkan data dari lembar kuesioner ke lembar tabulasi
dan
kemudidian menghitung nilai total dari masing-masing variabel
dengan
menggunakan program SPSS 15.0.
untuk dijadikan skor penilaian terhadap variabel-variabel yang
diteliti.
Adapun skor diperoleh dari hasil perkalian antara bobot
dengan
persentase jawaban.
Metode analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan
kuantitatif. Data kuesioner yang diperoleh, kemudian ditabulasikan
dan diolah
secara sistematis untuk merumuskan suatu metode yang optimal
dalam
penilaian karyawan operasional terhadap pelaksanaan Gardu Tol
Otomatis
(GTO) dan faktor-faktor produktivitas kerja pada PT Jasa Marga
(Persero)
Tbk Cabang Purbaleunyi.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
36/94
Menurut Sugiyono (2005), Uji validitas dan Uji reliabilitas
dilakukan agar dalam memberikan kesimpulan penelitian,
nantinya
tidak akan menimbulkan kekeliruan, serta tidak memberikan
gambaran
yang jauh berbeda dengan keadaaan yang sebenarnya. Hasil
penelitian
yang valid adalah jika terdapat kesesuaian antar data yang
dikumpulkan
dengan data sebenarnya.
kecermatan alat ukur tersebut dalam melakukan fungsi ukurnya.
Langkah-langkah dalam melakukan Uji validitas kuesioner,
yaitu:
1) Mengidentifikasi secara operasional konsep yang akan
diukur,
yaitu dengan cara:
a. Mencari definisi, konsep dan literatur. Jika sekiranya
sudah ada
rumusan yang cukup rasional, maka rumusan tersebut dapat
langsung dipakai, tetapi bila rumusan tersebut belum
operasional, maka peneliti harus merumuskannya kembali.
b. Jika dalam literatur tidak diperoleh definisi atau rumusan
konsep
yang akan diukur, peneliti harus mendiskusikan dengan para
ahli
lain. Pendapat para ahli ini kemudian disarikan ke dalam
bentuk
rumusan yang operasional.
aspek yang menyusun pertanyaan yang operasional.
2) Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah
responden.
Jumlah responden minimal 30 orang, karena distribusi nilai
akan
lebih mendekati normal dengan asumsi kurva normal. 3)
Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4) Menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan
dengan
total skor setiap pertanyaan dengan rumus Pearson Product
Moment Corelation, yaitu:
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
37/94
n = Jumlah responden
5) Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan
angka
kritik tabel korelasi nilai r . Bila nilai rhitung lebih
besar dari nilai
rtabel , maka pertanyaan tersebut dapat dinyatakan
valid.
Hasil data kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini,
diolah
dengan bantuan program Microsoft Excell 2007 dan
program SPSS
15.0. Hasil uji validitas terhadap 60 responden, menghasilkan
semua
nilai rhitung lebih besar nilai rtabel yaitu lebih
besar dari 0,349. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil uji validitas terhadap 60 responden
dapat
dinyatakan valid atau sah untuk dijadikan data dalam proses
penelitian
berikutnya. Taraf kesalahan yang digunakan yaitu sebesar 5%
(0,361).
Hasil uji validitas data kuesioner dapat dilihat pada Lampiran
2.
Uji reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsistensi
suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Hal ini
dilakukan
untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran
suatu
instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat
ukur
suatu objek atau responden. Jika alat ukur dinyatakan sahih,
selanjutnya
reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Untuk mengukur reliabilitas
alat
ukur digunakan teknik Alpha cronbach sebagai
berikut:
= − 1 1 − ∑ σ
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
38/94
Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki
nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,05 atau tingkat
kepercayaan
sebesar 95%, nilai rtabel yang diperoleh yaitu sebesar 0,349.
Hasil
perhitungan 60 responden terhadap pelaksanaan GTO dihasilkan
nilai
alpha sebesar 0,751 dan nilai alpha yang dihasilkan
terhadap faktor-
faktor produktivitas kerja sebesar 0,695. Berdasarkan hasil
kuesioner
penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa
kuesioner yang telah disebarkan sudah reliable, sehingga
kuesioner
dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Hasil
perhitungan uji reliabilitas penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Pelaksanaan GTO dan Faktor-faktor
Produktivitas Kerja
3.5.2 Analisis Persepsi
responden masing-masing dengan kriteria skala 1 sampai 5.
Cara
perhitungan skor rataan adalah sebagai berikut:
= ∑ . ∑ ()
wi = Bobot untuk kategori ke-i (1 sampai dengan 5)
Hasil nilai skor rataan kemudian ditentukan skala tiap
komponen dengan menggunakan rumus rentang skala (1-5). Nilai
skor
rataan yang didapat adalah sebesar 0,8. Hal ini didapatkan dari
hasil
perhitungan rumus sebagai berikut:
Faktor-faktor produktivitas kerja
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
39/94
Nilai skor rataan yang dihasilkan dari perkalian antara bobot
nilai
jawaban berdasarkan skala dengan jumlah jawaban
responden,
kemudian dibagi dengan jumlah responden. Berdasarkan nilai
skor
rataan tersebut, maka posisi keputusan penilaian memiliki
rentang
skala yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Posisi Keputusan Penilaian
Skor Ratan Keterangan
1,00 – 1,80 Sangat Tidak Setuju, Sangat Tidak Sering, Sangat
Tidak
Sanggup, Sangat Tidak Mampu, Sangat Tidak Sesuai
1,80 – 2,60 Tidak Setuju, Tidak Sering, Tidak Sanggup, Tidak
Mampu,
Tidak Sesuai
2,60 – 3,40
Cukup Sesuai
4,20 – 5,00 Sangat Setuju, Sangat Sering, Sangat Sanggup,
Sangat
Mampu, Sangat Sesuai
Sumber: Umar, 2005
rataan yang dihasilkan berada pada rentang 1,0 sampai 1,8
maka
pelaksanaan Gardu Tol Otomatis (GTO) dan faktor-faktor
produktivitas kerja dikatakan sangat tidak baik. Nilai skor rataan
yang
dihasilkan berada pada rentang 1,8 sampai 2,6 maka
pelaksanaan
GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja dikatakan tidak baik.
Nilai
skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 2,6 sampai 3,4
maka
pelaksanaan GTO dan faktor-faktor produktivitas kerja
dikatakan
cukup baik. Nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang
3,4
sampai 4,2 maka pelaksanaan GTO dan faktor-faktor
produktivitas
kerja dikatakan baik. Nilai skor rataan yang dihasilkan berada
pada
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
40/94
produktivitas kerja dikatakan sangat baik.
3.5.3 Uji F
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Menurut Sugiyono (2005) rumus yang digunakan Uji F adalah:
F = ⁄ (1 − ) ( − − 1)⁄ ()
Hipotesis yang digunakan adalah:
produktivitas kerja, tidak berpengaruh nyata terhadap
karyawan
operasional.
produktivitas kerja, berpengaruh nyata terhadap karyawan
operasional.
faktor X akan mempengaruhi Y secara
bersama-sama yang dapat
dilihat dari nilai Fhitung. Jika nilai Fhitung lebih besar dari
nilai Ftabel,
maka minimal ada satu X yang mempengaruhi Y .
Sedangkan jika nilai
Fhitung lebih kecil dari Ftabel, maka dipastikan tidak ada
satu pun X yang mempengaruhi Y . Keputusan
diambil dengan ketentuan sebagai
berikut:
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
41/94
independen. Hal ini berarti bahwa Uji t dapat mengetahui
apakah
peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap peubah respon (Sugiyono, 2005). Rumus yang digunakan
untuk mencari nilai thitung adalah:
()
∑ (∑ )
()
produktivitas kerja, tidak berpengaruh nyata terhadap
karyawan
operasional.
produktivitas kerja, berpengaruh nyata terhadap karyawan
operasional.
Pengambilan keputusan dengan Uji t, dilakukan apabila suatu
faktor X akan mempengaruhi Y , jika nilai
thitung lebih besar dari nilai
ttabel atau nilai probabilitas hitung lebih kecil dari
α (α = 5%). Pengaruh
disini berarti bahwa terjadi penolakan terhadap
H 0. Sedangkan
sebaliknya apabila nilai thitung lebih kecil dari nilai
ttabel atau nilai
probabilitas hitung lebih besar dari α (α = 5%), yang
menunjukkan
faktor X tidak memiliki pengaruh terhadap faktor
Y . Keputusan
hipotesis diambil dengan ketentuan sebagai berikut:
Tolak Ho : Jika nilai t hitung > nilai t tabel atau nilai P
value < α
Terima H1 : Jika nilai t hitung < nilai t tabel atau
nilai P value > α
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
42/94
Jasa Marga berdiri dengan nama PT Jasa Marga (Indonesia
Highway
Corporation) berdasarkan Akta No. 1 pada tanggal 1 Maret 1978,
kemudian
berubah menjadi PT Jasa Marga (Persero) berdasarkan Akta Nomor
187
pada tanggal 19 Mei 1981 di hadapan notaris Kartini Muljadi, SH.
Pendirian
Jasa Marga telah sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 1969,
tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1
Tahun
1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi
Undang-undang,
Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jasa
Marga
(Persero) dan Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1978 tentang
Penyertaan
Modal Negara Republik Indonesia dalam Pendirian Perusahaan Jasa
Marga
(Persero) di bidang Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pengadaan
Jaringan
Jalan Tol serta Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia
Nomor 90/KMK 06/1978 tanggal 27 Februari 1978 tentang
Penetapan
Modal Perusahaan Perseroan PT Jasa Marga (Persero) di bidang jalan
tol.
Anggaran Dasar Perseroan mengalami perubahan berdasarkan Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 27 (12 September 2007) yang dibuat
di
hadapan Notaris Poerbaningsih Adi Warsito, SH oleh karena Perseroan
akan
mengembangkan skala usaha melalui Penawaran Umum Perdana
Saham
kepada masyarakat, sehingga nama Perseroan diubah menjadi
“Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Jasa Marga (Indonesia Highway Corporatama)
Tbk”
atau disingkat PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Pada tanggal 12
November
2007, perusahaan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia
untuk menjadi perusahaan terbuka, dimana pemerintah melepaskan
30%
sahamnya kepada masyarakat.
Perubahan PT Jasa Marga sebagai perusahaan terbuka diharapkan
dapat terus menjadikan perusahaan sebagai leader dalam
industri jalan tol di
Indonesia. Sepanjang berdirinya hingga saat ini PT Jasa Marga
(Persero)
Tbk telah memiliki sembilan cabang dan satu anak perusahaan yang
telah
mengoperasikan ruas tolnya di seluruh Indonesia.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
43/94
Visi PT Jasa Marga (Persero) Tbk yaitu, Menjadi perusahaan
modern
dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol,
menjadi
pemimpin dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas
jalan
tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat
nasional
dan regional. Sedangkan Misi perusahaan yaitu, Menambah panjang
jalan
tol secara berkelanjutan, sehingga perusahaan menguasai paling
sedikit 50%
panjang tol di Indonesia dan usaha terkait yang lainnya,
dengan
memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan perusahaan dan
meningkatkan mutu serta efisiensi jasa pelayanan jalan tol
melalui
penggunaan teknologi yang optimal dan penerapan kaidah-kaidah
manajemen perusahaan modern dengan tata kelola yang baik.
4.2. PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi
Cabang Purbaleunyi merupakan salah satu cabang dari sembilan
cabang yang dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk, yang
menghubungkan
ruas tol antara Purwakarta, Bandung dan Cileunyi. Perkembangan
Cabang
Purbaleunyi diawali dengan pembangunan jalan tol Padaleunyi
(Padalarang-
Cileunyi) pada tahun 1990 yang menghubungkan Padalarang
menuju
Cileunyi sepanjang 63,9 km dan dilanjutkan pembangunan tol
Cipularang
(2003) yang melintasi Cikampek menuju Padalarang sepanjang 58,5
km.
Keberadaan Tol Cipularang membuat waktu tempuh perjalanan dari
Jakarta
menuju Bandung ataupun sebaliknya menjadi lebih cepat, yaitu
sekitar dua
jam dari waktu tempuh semula empat jam melalui Puncak atau
Purwakarta.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi memiliki
sembilan
Gerbang tol yaitu, (1) Sadang Jatiluhur, (2) Padalarang, (3)
Pasteur,
(4) Pasir Koja, (5) Kopo, (6) M. Toha, (7) Buah Batu, (8) Cileunyi
dan
(9) Baros. Kesembilan gerbang tol tersebut dioperasikan dengan
sistem
transaksi tertutup, yaitu sistem transaksi pengumpul tol dimana
pengguna
jalan tol diwajibkan membayar tarif tol pada gerbang tol
keluar sesuai
dengan asal gerbang tol masuk dan jenis golongan kendaraan.
Fasilitas
operasional yang dimiliki PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi
terdiri atas tujuh simpang susun, 20 jembatan perlintasan kendaraan
dan 25
jembatan penyeberangan orang.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
44/94
manajemen perusahaan yang menunjukan adanya hubungan antara
berbagai
perusahaan, tanggung jawab, wewenang serta tugas kepada
unit-unit
organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
dan
merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
perusahaan. Struktur organisasi pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk
Cabang
Purbaleunyi, merupakan cabang dengan tipe A sesuai dengan
Surat
Keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Nomor:
92/KPTS/2006
Tanggal 29 Juni 2006 (Gambar 2). Rincian mengenai jumlah karyawan
yang
terdapat pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi
dapat
dilihat pada Tabel 6.
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang
Purbaleunyi
Kepala Cabang
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
45/94
Tabel 6. Jumlah Karyawan Operasional PT Jasa Marga (Persero)
Tbk
Cabang Purbaleunyi.
Kepala Cabang 1
Bagian SDM 12
Bagian Umum 9
Bagian Keuangan 13
Bagian Logistik 9
Karyawan Outsourching 14
PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi adalah sebagai
berikut:
1. Kepala Cabang
pendukungnya, operasional pengumpul tol, perencanaan,
pembangunan,
pelayanan serta pemeliharaan jalan tol. Kepala Cabang membawahi
beberapa bagian yaitu, Kepala Bagian SDM dan Umum, Kepala
Bagian
Keuangan, Kepala Bagian Pengumpulan Tol, Kepala Bagian
Pelayanan
Lalu Lintas dan Keamanan Ketertiban, serta Kepala Bagian
Pemeliharaan.
pembinaan usaha kecil dan koperasi di lingkungan Cabang.
Kepala
Bagian SDM membawahi:
Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan fungsi
administrasi
kepegawaian dan pengembangan SDM serta hubungan masyarakat di
Cabang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
46/94
kerumahtanggaan Cabang sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan.
c. Sub Bagian Logistik
barang atau jasa dan administrasi barang, tanah dan bangunan
Cabang.
d. Sub Bagian Pengembangan Usaha
Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pengembangan
usaha yang berkaitan dengan penyelenggaraan usaha jalan tol
serta
pembinaan usaha kecil dan koperasi yang berlokasi disekitar
Cabang.
3. Kepala Bagian Keuangan
ditetapkan. Kepala Bagian Keuangan membawahi:
a. Sub Bagian Akuntansi dan Perpajakan
Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan pembukuan
transaksi keuangan beserta perhitungan pajak sesuai dengan
pedoman
akuntansi yang telah ditetapkan serta menyusun laporan
keuangan.
b. Sub Bagian Anggaran
pengelolaan dana operasi atau kerja Cabang sesuai dengan
pedoman
atau tata laksana dan tingkat kewenangan yang telah
ditetapkan.
4. Kepala Bagian Pengumpul Tol Memiliki fungsi pokok yaitu
melaksanakan kegiatan pengendalian
operasional pengumpulan tol sesuai prosedur operasional yang
telah
ditetapkan. Kepala Bagian Pengumpul Tol membawahi:
a. Kepala Gerbang Tol
prosedur yang telah ditetapkan.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
47/94
(KSPT). KSPT merupakan petugas shift operasi gerbang
tol yang
mengatur pelayanan dan pengendalian di gerbang tol sesuai
shift kerja
petugas pengumpul tol. Petugas pengumpul tol merupakan
petugas
shift operasional gerbang tol yang secara langsung menangani
transaksi tol dengan pemakai jalan. Petugas pengumpul tol yang
ada
pada PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi terdiri
dari
karyawan tetap dan karyawan outsourcing. Minimnya petugas
pengumpul tol, menyebabkan pihak manajemen melakukan
penambahan karyawan dengan outsourcing.
Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pengumpulan
tol,
pemantauan dan evaluasi data hasil operasional pengumpulan tol
di
gerbang-gerbang tol serta penyediaan dan pemeliharaan sarana
pengumpul tol sesuai dengan prosedur operasional yang telah
ditetapkan.
Memiliki fungsi pokok yaitu menyelenggarakan kegiatan
pelayanan,
pengaturan, keamanan dan ketertiban serta pengendalian lalu lintas
di
seluruh wilayah operasional jalan tol, penyusunan usulan
Standard
Operation Prosedur (SOP), menajemen dan rekayasa teknis
lalu lintas
dalam rangka penanganan gangguan perjalanan, pengaturan lalu
lintas,
pengelolaan informasi dan komunikasi dengan menggunakan
sumber
daya yang ada, serta memperhatikan Standar Pelayanan Minimum
(SPM)
jalan tol yang telah ditentukan. Kepala Bagian Pelayanan Lalu
Lintas dan Keamanan Ketertiban membawahi:
a. Sub Bagian Manajemen Lalu Lintas
Memiliki fungsi pokok yaitu menyelenggarakan kegiatan
penyusunan
SOP program pengaturan lalu lintas yang meliputi keamanan
lalu
lintas, sistem perambuan, sistem pelayanan lalu lintas,
sistem
keamanan dan ketertiban, sistem informasi dan komunikasi,
serta
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan lalu lintas dengan
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
48/94
serta standar pelayanan minimal jalan tol.
b. Sub Bagian Keamanan dan Ketertiban
Memiliki fungsi pokok yaitu melakukan kegiatan pengamanan
asset
perusahaan di Cabang meliputi tanah, jalan, bangunan, dan
sarana
pelengkap peralatan dan asset lainnya.
c. Sub Bagian Pelayanan dan Keselamatan Lalu Lintas
Memiliki fungsi pokok yaitu menyelenggarakan kegiatan
pelayanan,
pengaturan dan keselamatan berlalu lintas di jalan tol.
Keselamatan
berlalu lintas di jalan tol meliputi penanganan gangguan,
hambatan
perjalanan, kecelakaan, penderekan, serta informasi dan
komunikasi
termasuk prosedur pengoperasian kendaraan patroli, kendaraan
dan
peralatan rescue, kendaraan ambulans dan peralatan medis,
kendaraan
derek, pengelolaan dan pengoperasian sentral komunikasi, serta
sarana
peralatan pendukung lainnya.
untuk mendukung operasional di Cabang.
a. Sub Bagian Program Pemeliharaan
Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan inspeksi,
perencanaan, persiapan pemeliharaan prasarana operasi jalan tol
dan
jalan penghubung, bagian-bagian jalan tol, perlengkapan jalan
tol,
bangunan pelengkap jalan tol dan sarana penunjang pengoperasian
jalan tol.
b. Sub Bagian Pengawas Pengendalian dan Pemeliharaan
Memiliki fungsi pokok yaitu melaksanakan kegiatan evaluasi
dan
menyusun Standard Operation Prosedur (SOP)
pemeliharaan,
membuat laporan triwulan, semesteran, dan tahunan seluruh
aktivitas
pemeliharaan serta pengendalian pelaksanaan pemeliharaan
prasarana
operasional jalan tol.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
49/94
Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur merupakan kelompok kerja
yang
berada pada sub unit operasional pengumpul tol di Gerbang tol
Pasteur pada
PT Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Purbaleunyi. Pembentukan
GKM
Pasteur dilakukan pada tanggal 10 Juni 2005 yang terdiri dari enam
anggota
kelompok yaitu fasilitator (Kepala Gerbang Tol Pasteur), ketua
(Kepala
Shift Pengumpul Tol 1), sekretaris (Kepala Shift Pengumpul Tol 2)
dan tiga
orang anggota GKM yang merupakan Petugas Pengumpul Tol.
Keberadaan
kelompok Gugus Kendali Mutu pada Cabang Purbaleunyi terdapat di
setiap
unit Gerbang Tol. Hal ini dilakukan, dalam rangka menerapkan sistem
mutu
yang sesuai dengan standar ISO 9001:2000 dalam setiap proses
kegiatan
manajemen maupun kegiatan operasional pada PT Jasa Marga (Persero)
Tbk
Cabang Purbaleunyi. Upaya untuk mendukung komitmen tersebut, maka
PT
Jasa Marga (Persero) Tbk menetapkan kebijakan mutu sebagai
berikut:
1. Mengusahakan jasa pelayanan yang bermutu tinggi untuk
memenuhi
kelancaran, keamanan dan kenyamanan pelanggan.
2. Mendorong seluruh karyawan untuk selalu meningkatkan
keterampilan
dan keahlian, selalu bertanggung jawab dan tertib dalam
menjalankan
tugas melayani pelanggan.
3. Menyempurnakan sistem dan lingkungan kerja yang kondusif
secara
terus menerus ke arah yang telah efektif dan efisien untuk
mendukung
tercapainya mutu pelayanan.
meningkatkan pelayanan gerbang tol sesuai dengan Sasaran mutu yang
telah
ditetapkan sekaligus menjadi tolok ukur untuk menciptakan kondisi
lancar,
aman dan nyaman. Pelayanan transaksi di gerbang tol menjadi jasa
utama
jalan tol yang perlu diperhatikan untuk memenuhi keinginan
pengguna jalan
tol akan pelayanan yang prima, selain pelayanan konstruksi dan
pelayanan
informasi. Pelayanan konstruksi meliputi konstruksi jalan dan
kelengkapan
jalan yang di awasi oleh bagian Pemeliharaan dan Pelayanan
Lalu Lintas,
sedangkan pelayanan informasi meliputi sentral komunikasi dan
pelayanan
informasi terhadap para pengguna jalan baik berupa keluhan
maupun
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
50/94
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
51/94
lima jam dalam seminggu dan total pertemuan sebanyak 26
pertemuan
atau persentase tingkat kehadiran Gugus sebesar 96%. Berdasarkan
data
Corective and Preventive Action Request (CPAR) yang
didapatkan dari
Manajemen Representatif (MR) diperoleh tiga kali keluhan
masalah
antrian dari pengguna jalan tol. Data CPAR merupakan data
permohonan
tindakan dan pencegahan yang dilakukan pada unit kerja dari
Manajemen
Representatif. Manajemen Representatif kemudian
menginstruksikan
kepada unit penanggung jawab yaitu Gugus Kendali Mutu Pasteur
untuk
menganalisa masalah dan menindak lanjuti masalah dengan batas
waktu
penyelesaian tertentu.
Langkah selanjutnya GKM Pasteur melakukan observasi dan rekap
data (rekaman data transaksi dan data lalu lintas per jam)
mengenai
masalah antrian yang dikeluhkan oleh pelanggan di Gerbang Tol
Pasteur.
Tahapan penyelesaian masalah yang dilakukan Gugus Kendali
Mutu
Pasteur melalui pendekatan PDCA, yaitu:
1. P (Plan) yaitu langkah awal pelaksanaan pengendalian mutu
dengan
membuat perencanaan atau alur proses, merumuskan prosedur dan
membuat ketentuan yang akan dibutuhkan. Langkah Gugus Kendali
Mutu Pasteur pada pendekatan ini, yaitu dengan cara
menentukan
tema dan judul, menganalisa penyebab, menguji serta
menentukan
penyebab dominan.
2. D (Do) yaitu langkah kedua untuk melakukan kegiatan
pemeriksaan
terhadap rincian prosedur agar dapat dilaksanakan sesuai
dengan
ketentuan yang berlaku. Langkah GKM Pasteur pada pendekatan ini,
yaitu dengan membuat perencanaan dan melakukan perbaikan.
3. C (Check) yaitu langkah untuk memeriksa hasil kegiatan
Gugus
secara berkesinambungan terhadap penerapan dan prosedur yang
sudah dilaksanakan. Langkah Gugus Kendali Mutu Pasteur pada
pendekatan ini dengan cara meneliti hasil, apakah hasil tersebut
perlu
diperbaiki atau dapat dilanjutkan.
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
52/94
4. A (Action) yaitu langkah perbaikan terhadap hasil kegiatan
Gugus
untuk segera dapat diimplementasikan. Langkah Gugus Kendali
Mutu
Pasteur pada pendekatan ini dengan membuat standar baru dan
mengumpulkan data baru serta menentukan rencana selanjutnya.
4.3.2 Pendekatan PDCA untuk Menghasilkan Gardu Tol
Otomatis
Upaya yang dilakukan Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur untuk
mencari solusi peningkatan pelayanan gerbang tol yang sesuai
dengan
Sasaran mutu dilakukan melalui pendekatan konsep PDCA (Plan,
Do,
Check, Action). Pendekatan PDCA dipilih serta dijadikan konsep
dasar
bagi Gugus Kendali Mutu Pasteur untuk melakukan perbaikan
masalah
yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik untuk peningkatan
mutu.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan Gugus Kendali Mutu
(GKM)
Pasteur dalam menghasilkan Gardu Tol Otomatis (GTO), dengan
pendekatan konsep PDCA yaitu:
Penentuan tema merupakan langkah awal Gugus Kendali Mutu
(GKM) Pasteur untuk menentukan pokok masalah. Sebelum
menentukan pokok masalah, dibutuhkan data survey keluhan
pemakai
jalan serta data frekuensi antrian pada gardu tol. Untuk
mendapatkan
data survey mengenai keluhan pemakai jalan, Gugus melakukan
survey kepada pengguna jalan tol di rest area Gerbang tol
Pasteur.
Data hasil survey yang dilakukan Gugus Kendali Mutu Pasteur
(Tabel
8), terlihat sebanyak 46 persen dari 65 responden merasa tidak
puas
terhadap antrian panjang di Gerbang tol Pasteur. Sedangkan
data
frekuensi antrian pada gardu masuk diperoleh Gugus Kendali Mutu
Pasteur dengan observasi langsung terhadap antrian kendaraan
yang
dihitung dari batas patok melebihi batas antrian 100 meter selama
30
menit. Selanjutnya Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasteur
menyimpulkan dan memilih tema yaitu Mengurangi keluhan
pelanggan tentang antrian yang panjang di Gerbang tol Pasteur
terutama pada saat hari libur atau akhir pekan, yang dimulai
pada
pukul 13.00-19.00 WIB (Gambar 3).
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
53/94
Hasil Survey Keluhan Pemakai Jalan Tol
Permasalahan
p petugas kurang simpatik 15
-lain 4
Jumlah 65
lama 21 minggu, artinya Gugus meng
gardu masuk tidak melebihi 4 detik dari wak
Minimum), sehingga kinerja gardu m
4 gardu masuk dikalikan 100%). Penentua
n upaya Gugus Kendali Mutu (GKM)
tkan produktivitas gardu masuk tanpa me
luar, tanpa menambah mesin (peralatan),
ransaksi (kartu transaksi) dan juga tanpa pen
l (pultol).
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
54/94
Karakteristik gardu pada Gerbang tol Pasteur yaitu jumlah
gardu
keluar lebih banyak dari gardu masuk pada setiap harinya, yaitu
6
gardu keluar dan 3 gardu masuk. Hal tersebut merupakan
instruksi
Kepala Gerbang Tol Pasteur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada
Tabel 9. Jadwal petugas pengumpul tol terbagi menjadi tiga
shift yaitu
Shift 1 (jam kerja operasional yaitu 06.00-14.00), Shift 2
(14.00-
22.00) dan Shift 3 (22.00-06.00).
Tabel 9. Perbandingan Rata-rata Kendaraan Gardu Masuk dan
Keluar pada Shift 1
Sumber: GKM Pasteur (2007)
Analisa penyebab dilakukan Gugus Kendali Mutu Pasteur dengan cara
mengeluarkan ide pikiran mereka (brainstorming) untuk
mencari penyebab dari kinerja gardu operasional yang belum
optimal.
Hasil brainstorming tersebut berhasil diinventarisasi oleh
GKM
Pasteur sebanyak 19 penyebab dan dipilih empat penyebab
paling
dominan dari belum optimalnya gardu operasional dengan cara
membuat diagram sebab-akibat (Relation Diagram). Gambaran
mengenai diagram sebab akibat yang dilakukan oleh GKM Pasteur
dapat dilihat pada Lampiran 3. Berikut empat penyebab dominan
gardu operasional belum optimal yaitu;
a. Kartu Tanda Masuk Elektronik tersangkut pada
Contacless
Smartcard Dispenser . KTME merupakan alat tanda bukti
masuk
jalan tol pada sistem tertutup yang menunjukkan identitas
jenis
kendaraan dan asal gerbang tol yang merupakan informasi dalam
penentuan tarif pada saat di gardu keluar.
8/16/2019 Analisis Persepsi Karyawan Operasional Terhadap
Pelaksanaan Gardu Tol Otomatis GTO Dan Faktor Faktor Produktivitas
Kerja Pada PT Jasa Marga
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
55/94
menulis golongan, gerbang asal kendaraan di gardu masuk.
c. Keterbatasan jumlah gardu.
Uji hipotesa dilakukan GKM Pasteur terhadap keempat faktor
penyebab dominan dari kinerja gardu operasional yang belum
optimal,
sehingga mengakibatkan antrian panjang (Tabel 10).
Berdasarkan
hasil uji hipotesa yang dilakukan Gugus, terlihat bahwa
keempat
penyebab dominan tersebut memiliki koefisien korelasi yang
dominan, sehingga Gugus menetapkan untuk melakukan perbaikan.
Hasil uji hipotesa disimpulkan bahwa:
a. Semakin banyak jumlah KTME yang tidak keluar, maka
semakin
lama waktu bertransaksi yang dibutuhkan dengan korelasi
positif
sebesar r = 0,87.
b. Semakin lama pengumpul tol memperbaiki card
reader akibat CSD
rusak, maka akan semakin lama waktu transaksi yang dibutuhkan
untuk menunggu perbaikan, dengan korelasi positif (r = 0,88).
c. Semakin sedikit jumlah gardu yang dioperasikan akibat
jumlah
gardu yang terbatas, maka akan semakin sedikit jumlah
kendaraan
yang dilayani dengan korelasi positif sebesar r = 0,86
d. Semakin sedikit jumlah gardu operasional akibat tidak
adanya
kebijakan membangun gardu baru, maka semakin besar terjadinya
frekuensi antrian dengan korelasi negatif sebesar r = 0,82.
Tabel 10. Koefisien Korelasi Penyebab Dominan No. Penyebab
Dominan
Koefisien
1 CSD rusak r.1 0,880 26% 92
2 KTME tersangkut pada
3 Keterbatasan jumlah
4 Tidak ada kebijakan
Jumlah 3,43 100% 360
Sumber: GKM Pasteur (2007)
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomatis
56/94
Rencana perbaikan yang dilakukan oleh GKM Pasteur yaitu
dengan analisis penyebab dominan dari kinerja gardu
operasional
yang belum optimal melalui pendekatan 5W+H questions
yaitu why,
what, where, when, who dan how (Lampiran 4). Langkah
selanjutnya
setelah membuat rencana, Gugus melaksanakan rencana perbaikan
tersebut dan melakukan monitoring hasil uji coba.
5. Meneliti hasil
telah dilakukan dengan cara membandingan keempat penyebab
dominan tersebut dan menganalisa peningkatan produktivitas
hasil
transaksi yang dibandingkan terhadap tema yang sudah
ditentukan,
yaitu Mengurangi keluhan pelanggan tentang antrian di Gerbang
tol
Pasteur terutama pada saat hari libur atau akhir pekan.
Berdasarkan
hasil analisa yang dilakukan Gugus Kendali Mutu Pasteur
dengan
membandingkan sebelum dan sesudah perbaikan keempat faktor
penyebab dominan (Tabel 11), maka disimpulkan sebagai
berikut:
a. Sesudah perbaikan, Kartu Tanda Masuk Elektronik yang
tersangkut
pada Contacless Smartcard Dispenser (CSD) akibat
tidak adanya
penyortiran khusus dapat berkurang hingga 92,3%.
b. Sesudah perbaikan, CSD yang sering rusak akibat sinar
matahari,
sudah tidak terjadi lagi dengan keberhasilan 100%.
c. Sesudah perbaikan, penyebab tidak ada kebijakan
membangun
gardu baru menjadikan Gugus berhasil menambah jumlah gardu
tanpa penambahan petugas yang semula 3 gardu menjadi 5 gardu
operasional (2 gardu berpetugas dan 3 gardu tanpa petugas). Hal
ini
berarti, pencapaian hingga 166,7% telah dilakukan Gugus untuk
penambahan jumlah gardu.
Gugus sebesar 133,3% .
http://slidepdf.com/reader/full/analisis-persepsi-karyawan-operasional-terhadap-pelaksanaan-gardu-tol-otomat