Post on 24-Oct-2021
ANALISIS PENGGUNAAN BAMBU SEBAGAI MATERIAL INTERIOR
RAMAH LINGKUNGAN DALAM RUMAH TINGGAL STUDI KASUS: RUMAH TINGGAL BAPAK BUDI FAISAL, BANDUNG
Penulis : Latifa Habibah Haifa, Pembimbing : Sri Riswanti
Arsitektur Interior, Fakultas Teknik
Abstrak
Isu lingkungan yang berkembang saat ini memicu perkembangan konsep green, tidak terkecuali dalam arsitektur interior. Konsep green dalam arsitektur interior mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan dan bagaimana kualitas ruang dalam interior terbentuk. Salah satu jenis material yang sedang berkembang saat ini sebagai material dengan karakteristik mendekati kayu adalah bambu. Bambu dalam interior di Indonesia sangat identik dengan aplikasinya pada tempat-tempat komersil seperti restoran, resort, dan hotel. Sedangkan masyarakat Indonesia tentu lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu di rumah. Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal digunakan dalam kediaman Bapak Budi Faisal di Bandung. Material bambu dalam interior rumah tinggal tersebut dapat ditinjau berdasarkan teori green architecture yang berfokus pada analisis material dan kualitas ruang interior. Dengan melakukan analisis terhadap material bambu berdasarkan teori tersebut, berbagai kemungkinan penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal dapat lebih di maksimalkan baik dalam segi pengolahan material hingga pembentukan kualitas ruang. Kata Kunci: Green; Bambu; Rumah Tinggal
Abstract
The environmental issue nowadays have triggering the development of green concept, includes in interior architecture. The green concept in interior architecture is including the use of eco-friendly materials and how to build the interior environment. One of the materials that have been developed nowadays with its similar characteristics to timber is bamboo. Bamboo application in Indonesia is still identical by its use in commercial areas such as restaurant, resort and hotels. Meanwhile, most of the Indonesian people spend their time at home to do some activities. The use of bamboo in home interior can be found at Mr. Budi Faisal’s House in Bandung. Bamboo at that home interior can be analyzed based on green architecture theory, that focusing on materials and interior environment quality. By analyzing the use of bamboo based on the theory, so many possibilities in term of bamboo using in home interior can be maximized in materials development until the making of interior environment quality. Keywords: Green; Bamboo; Home
Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah penebangan hutan
secara liar dan tidak bertanggung jawab. Hal tersebut berlangsung dari tahun ke tahun mulai
dari tahun 1900-an hingga tahun 2005, terdapat penurunan luas area hijau yang cukup
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
signifikan. Hutan di Indonesia rata-rata rusak sekitar 51km2/hari, dengan rata-rata pertahun
selama periode tahun 2000-2005 sebanyak 1,8 juta hektar/tahun, dan merupakan peringkat
pertama di dunia. Hal tersebut tentunya memberikan dampak terhadap jumlah air yang dapat
diserap tanah dan mengakibatkan tanah menjadi kering, sehingga rentan terjadi bencana alam
seperti banjir dan kebakaran hutan, selain itu habitat asli hewan di dalam hutan pun semakin
berkurang. Selain penebangan hutan secara liar, hal lain yang menimbulkan kerusakan di
Indonesia adalah banyaknya industri dan pembangunan yang tidak memperhatikan dampak
terhadap lingkungan. Kekurangan lahan hijau akibat penebangan hutan secara liar, industri,
dan pembangunan juga berdampak pada ketersedian air di dalam tanah.
Melihat berbagai hal yang terjadi dengan alam saat ini, maka sangat wajar jika
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang difokuskan kepada green
concept dan sustainability. Termasuk dalam perkembangan arsitektur dan arsitektur interior
khususnya, green concept and sustainability menjadi salah satu perhitungan seorang arsitek
maupun interior desainer dalam merancang. Tempat tinggal pun merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia dan selalu akan dibutuhkan oleh manusia dari masa ke masa,
dengan perkembangan yang pesat mengikuti jumlah pertumbuhan penduduk di suatu wilayah,
baik itu berupa bangunan vertikal maupun horizontal. Dalam penelitian ini saya
memfokuskan bahasan rumah tinggal berupa landed house yang memang banyak terdapat di
Indonesia dan masih merupakan pilihan tempat tinggal favorit di Indonesia. Rumah tinggal
modern dengan unsur tradisional dan tropical di Indonesia, tidak lepas dari penggunaan
material lokal yang banyak terdapat di Indonesia, diantaranya kayu, batu-batuan, bambu, dan
rotan.
Tinjauan Teoritis
Sumber daya alam yang ada di bumi saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh manusia
dalam berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Secara garis besar proses
pengolahan sumber daya alam yang ada saat ini seperti yang dapat dilihat pada skema daur
material diatas, semua sumber daya alam yang berasal dari bumi seperti material tambang,
minyak bumi, hingga kayu solid, diambil dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara
mining (pertambangan), driling (pengeboran), dan harvesting (pemanenan). Dari berbagai
cara yang digunakan untuk mengambil sumber alam dari bumi, dihasilkan berbagai jenis
material dasar untuk memenuhi kebutuhan manusia, diantaranya batu-batuan, minyak, tanah,
kayu, dan lain sebagainya. Selanjutnya material-material dasar tersebut diolah menjadi bahan
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
yang lebih spesifik lagi seperti metal, bahan kimia, semen, kain, kayu potong, dan lain
sebagainya.
Diagram 1. Typical Phases of a material or product’s life cycle are illustrated, along with energy inputs
and waste outputs at each phase.
Sumber : Materials For Sustainable Sites, Meg Calkins, Hal. 24
Kata green merupakan kata yang saat ini cukup populer dalam menyikapi berbagai
permasalahan lingkungan, termasuk dalam arsitektur. Istilah green, sustainability, dan
ecological adalah istilah-istilah yang sering digunakan dalam arsitektur untuk menyikapi
permasalahan lingkungan. Secara bahasa sustain berarti menjaga eksistensi, mampu merawat
keadaan atau tempat tertentu. istilah sustain pertama kali diperkenalkan sebagai konsep
sosioekonomi global. Dalam hal yang berhubngan dengan ecological, penggunaan kata
sustain juga dapat mengacu kepada hal yang berfokus pada lingkungan dan iklim. Pada
dasarnya penggunaan kata sustain bergantung dengan konteks tertentu, namun pada
perkembangannya, istilah sustain lebih sering dikaitkan dengan ekologi. Sedangkan kata
ekologi sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Ernst Haeckel (1839-1919) pada tahun 1866
sebagai ilmu sains komprehensif mengenai organisme dan lingkungan. Namun pasa saat ini
baik sustain maupun ekologi mengalami perkembangan arti dan saling berkaitan, khususnya
kedalam konteks green architecture.
Diagram 2. Taxonomy of Green Architecture
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Sumber : Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials. McGraw-Hill,
hal. 41
Diagram diatas merupakan penggambaran singkat dari salah satu metode penilaian
sebuah material yang mendukung konsep green architecture. Dalam menantukan apakah
sebuah material memenuhi kriteria ramah lingkungan atau green, terlebih dahulu kita harus
memahami bagaimana sebuah material dapat dikatakan sebagai green material. Suatu material
dapat dikatakan sebagai material yang ramah lingkungan jika memenuhi tiga hal mendasar
seperti sustainability, ecological, dan performance. Untuk menjabarkan ketiga hal tersebut
dengan baik, setiap poin harus ditinjau berdasarkan tiga komponen yang meliputi elements,
resources dan environment. Elements merupakan teknologi dan material yang dibutuhkan
untuk membangun sebuah bangunan atau interiornya, resources adalah pemanfaatan potensi
lahan dan sumber daya alam untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan kualitas yang
terbentuk, kemudian environment adalah suasana yang dibentuk oleh elemen dan resourses
dan memberikan pengaruh terhadap manusia.
Diagram 3. Relationship between the green categories
Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials.
McGraw-Hill, hal. 40
Setiap istilah (poin) yang mencakup sustainable, ecological, dan performance,
memiliki sub-istilah (kategori) yang menjadi acuan penilaian tingkat green suatu material atau
keseluruhan bangunan. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan nilai green yang utuh, kategori
dalam setiap poin harus dapat terpenuhi dengan baik.
Indonesia merupakan negara tropis dengan berbagai jenis populasi tumbuhan dapat
tumbuh didalamnya, tidak terkecuali dengan bambu. Bambu yang tersebar di dunia dan
kebanyakan tumbuh di daerah tropis dengan jumlah populasi sekitar 1500 jenis, dapat tumbuh
di Indonesia sekitar 156 jenis. Di Indonesia sendiri, bambu sudah dimanfaatkan masyarakat
Indonesia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan, diantaranya sebagai material dasar
pada bangunan. Tumbuhan ini memiliki masa panen yang cepat untuk digunakan dalam
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
arsitektur sebagai konsrtuksi maupun dalam arsitektur interior jika dibandingkan dengan kayu
solid, yaitu kurang dari 10 tahun masa panen, dan baiknya bambu dipanen pada usia 3-6
tahun. Bambu juga sangat berguna dalam konservasi air dan tanah, hutan bambu dapat
menyerap air 240% lebih banyak jika dibandingkan dengan hutan pinus dan banyak penelitian
membuktikan bahwa sistem akar pada hutan bambu adalah yang paling efektif dalam
mencegah tanah longsor.
Keunggulan bambu lainnya seperti yang dikutip dari J.A. Janssen diatas, hutan bambu
dapat menyerap CO2 62 ton per hektar setiap tahunnya dan melepaskan O2 sebanyak 35%
lebih banyak dibandingkan hutan jenis lainnya. Selain itu, penggunaan energi yang digunakan
bambu dalam memproduksi material bangunan juga menjadi salah satu keunggulan dari
bambu, dengan perbandingan penggunaan energi sebagai berikut:
Baja = 1500 Nmm2
Beton = 240 Nmm2
Kayu = 80 Nmm2
Bambu = 30 Nmm2
(J.A. Janssen, Bamboo Research at the Eindhoven University of Technology, Dalam
Presentasi Pak Budi Faisal, Kitakyushu University, 20 Oktober 2011)
Secara kualitas, bambu dipengaruhi oleh masa pemotongan bambu, perawaran,
pengeringan, dan pengawetan bambu. Tanpa penanganan lebih lanjut, bambu akan terkendala
beberapa masalah terkait kekurangannya, seperti berjamur, serbuk bambu, dan seranga.
Keadaan yang lembap membuat bambu menjadi mudah berjamur dan rusak. Dalam keadaan
tertentu bambu juga dapat menjadi serbuk dan rapuh, kemudian bambu juga rentan diserang
serangga. Sehingga sebelum digunakan sebagai struktur atau produk lainnya, bambu
membutuhkan penanganan diawal, seperti direndam dengan cairan kimia, dicat, atau dijemur.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metodologi yang digunakan adalah metodologi kualitatif yang
sangat berkaitan dengan standar konsep green architecture. Dengan mengambil spesifikasi
pembahasan dalam lingkup penggunaan material ramah lingkungan dan kualitas ruang dengan
menggunakan studi kasus berupa rumah tinggal.
Hasil Penelitian
Berdasarkan komponen-komponen yang telah dijabarkan dalam setiap sub bahasan,
penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal memenuhi komponen-
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
komponen dalam penerapan material ramah lingkungan dengan metode penilaian mengacu
pada tingkat kesesuaiannya sebagai berikut,
Komponen Poin Aplikasi Kesesuaian Sustainability
Durable
Ketahanan v
80% Kekuatan v Stabilitas v Elastisitas v Tahan Lama -
Economical
Ekonomis dalam segi harga v
100% Efektif v Merupakan material lokal v Biaya perawatan rendah v
Low-Maintenance Ramah Lingkungan v
67% Dapat diperbaharui v Self-sufficient -
Recyclable
Mudah dibongkar v
100%
Dapat diperbaharui v Dapat dibuat kembali v
Menghemat teknologi untuk merenovasi, memperbaiki, dan menggunakan kembali
v
Cost effective (operational /life cycle)
Memberikan keuntungan dari segi pengeluaran biaya operasional dalam kurun waktu sekitar dua tahun
v 100%
Healthy
Mengurangi berbagai resiko penyakit v
100% Meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan, dengan penggunaan material renadah emisi atau nol emisi
v
Material yang tahan terhadap perkembangan mikroba
v
Social/Institutional Capacity
Membentuk suasana yang nyaman untuk interaksi sosial, aktivitas rutin dan event tertentu didalam bangunan
v 100%
Menciptakan social pattern, attitude, dan networks
v
Safety and security (protective) Aman dalam penggunaan v 50%
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Mencegah kerusakan parah akibat bencana alam
-
Ecological
Clean (nonpolutant/low-emission)
Rendah emisi v
100% Tidak menimbulkan polusi v Dampak saat pembuatan material yang rendah
v
Earth Resources
Terbuat dari bahan alami atau meminimalisir proses pengolahan material dalam bumi
v
100% Dapat diperbaharui v Rendah penggunaan energi v
Rendah resiko pengeluaran bahan kimia selama material tersebut digunakan
v
Biodegredable
Mudah diperbaharui dan diolah v
100%
Material yang berasal dari alam seperti tanaman dan mineral
v
Mengurangi sampah sisa pembuangan, polusi, dan penggunaan energi
v
Low-embodied energy
Menghilangkan atau mengurangi energi dari proses pengeluaran/pengambilan, produksi, manufaktur, konstruksi, dan penghancuran
v 100%
Renewable
Berasal dari alam dengan pertumbuhan yang cepat
v
100% Dapat mengurangi emisi CO2 selama daur hidupnya
v
Nilai ekonomi yang menguntungkan
v
Waste management (low solid waste)
Konstruksi yang bersifat modular v 67%
Produk daur ulang - Penggunaan material yang efisien v
Pollution (air/water/land)
Tidak berpotensi menimbulkan polusi
v 100%
Global stewardship Penggunaan energi alternatif v
100% Material yang dapat diperbaharui atau didaur ulang
v
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Teknologi untuk menghemat air dan energi
v
Performance
Efficiency
Dapat beradaptasi v
100% Mudah digunakan v Mudah dipelihara v Dapat diperbaharui v Rendah energi v
Effectiveness
Kekuatan v
50%
Stabilitas v Ketahanan terhadap panas v Konduksi - Struktur v Suhu - Cahaya - Listrik -
Productivity
Hubungan dan rasio antara prodak akhir dengan sumber daya yang digunakan
v
67% Berfungsi dengan efektif dengan menggunakan energi yang ekonomis
v
Melindungi penggunanya dengan cara memberikan reaksi langsung dengan keadaan lingkungan dan ekologi
-
Economic Berkontribusi secara ekonomi v 100%
Ecobehaviour
Meningkatkan kualitas air dan udara
v 100%
Mengurangi pembuangan v Konservasi sumberdaya alam v
Design
Merespon beberapa isu, meliputi material, teknologi, lingkungan, sosial dan ekonomi secara arsitektural melalui desain yang menyeimbangkan antara strategi, realita pasar, estetika bangunan, dan sifat manusia
v 100%
Adaptability Fisik v
100% Fungsional v Sosial v
Functionality Kemudahan penggunaan v 100% Environmental quality Aman bagi kesehatan v 100%
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Nyaman v
Memberikan kemudahan dengan minim biaya operasional dan perawatan
v
TOTAL 73 88%
Tabel 1. Kesesuaian komponen penilaian
Sumber: Analisis Pribadi
Green architecture merupakan salah satu konsep yang banyak berkembang saat
ini. Penerapannya sendiri meliputi banyak hal, termasuk penggunaan material. Material ini
sendiri dapat ditinjau dari segi keberlanjutan (sustainability), ekologi (ecology), dan performa
(performance) untuk mendapatkan hasil yang memadai sebagai material yang ramah
lingkungan atau tidak. Bambu sebagai material yang saat ini sedang berkembang, sering kali
disebut sebagai material yang paling tepat untuk menggantikan kayu dengan berbagai macam
karakteristik yang dimilikinya. Penelitian ini secara keseluruhan menganalisis mengenai
material ramah lingkungan dalam green architecture yang melingkupi sifat dasar material itu
sendiri dan kualitas ruangan yang dihasilkan, dengan hasil analisis seperti yang dapat dilihat
pada tabel 4.4. Melalui pengamatan terhadap kediaman Bapak Budi Faisal, penggunaan
bambu dalam tempat tinggal merupakan hal yang memungkinkan meskipun bukan merupakan
rumah tradisional atau tempat komersil yang biasa menggunakan bambu sebagai unsur etnik
untuk menarik pengunjung, dengan tidak mengurangi manfaat bambu tersebut sebagai salah
satu material yang ramah lingkungan.
Penggunaan material bambu dalam rumah tinggal, dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa aplikasi, diantaranya sebagai komponen interior, sebagai elemen interior, dan
sebagai dekorasi atau artwork dalam interior. Dalam rumah tinggal sendiri, penggunaan lebih
diutamakan kepada semua hal yang bersifat fungsional dan mendasar dalam memenuhi
kebutuhan kenyamanan rumah tinggal sejak awal. Mulai penyusunan lantai, tembok, tangga,
hingga plafon yang merupakan komponen dalam interior. Dilanjutkan dengan melengkapi
ruangan dengan barang-barang lepasan atau elemen interior yang juga bersifat fungsional, dan
terakhir adalah elemen dekoratif yang digunakan untuk melengkapi ruangan secara estetika.
Sehingga dalam aplikasi penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal, hal
pertama yang diperhatikan adalah segi fungsional dan kenyaman penggunanya melalui
aplikasi pada komponen interior yang merupakan hal pokok dalam interior, dilanjutkan
dengan melengkapi elemen interior lainnya berupa furniture, dan yang terakhir adalah elemen
dekoratif.
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Pembahasan
Penggunaan material yang ramah lingkungan saat ini menjadi salah satu hal yang menarik
dalam perkembangan arsitektur interior. Setiap material yang digunakan untuk mendukung
desain yang ramah lingkungan harus dapat diukur dari nilai keberlanjutannya. Bambu
merupakan salah satu jenis material lokal yang banyak tumbuh di Indonesia dan memiliki
berbagai fungsi yang salah satunya adalah sebagai material dalam interior, dan seiring
berkembangnya isu green dalam arsitektur interior memicu perkembangan material yang
ramah lingkungan, salah satu jenis material yang saat ini ikut berkembang dalam menyikapi
isu tersebut adalah bambu. Penggunaan bambu dalam interior rumah Bapak Budi Faisal,
ditinjau dari nilai keberlanjutannya dapat dinilai dengan komponen-komponen sebagai
berikut,
Elements Resources Environment
Durable On-site conditions Healthy
Economical Cost effective
(operational /life cycle)
Habitable
Low-Maintenance Accessibility Social/Institutional
Capacity
Recyclable Natural forces (favorable) Safety and security
(protective) Tabel 2. Components for sustainable architecture
Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials.
McGraw-Hill, hal. 28
Bambu ditinjau dari segi sustainable elements dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu
durable, economical, low-maintenance, dan recyclable. Setiap poin memiliki komponen
masing-masing yang diantaranya membahas mengenai penggunaan material yang sesuai
untuk bangunan ramah lingkungan. Untuk poin sustainable elements, komponen yang
membahas tentang material adalah durable, economical, low-maintenance, dan recyclable.
Dalam poin sustainable resources material dapat ditinjau melalui nilai economy/cost-
effectiveness saja, karena komponen on-site conditions, accessibility, dan natural forces tidak
memiliki keterkaitan dengan elemen bambu sebagai elemen dalam interior. Kemudian
sustainable environments, memiliki tiga komponen yang berkaitan dengan material, yaitu
health, social/institutional capacity, dan safety and security. Dengan menggunakan
komponen-komponen tersebut bambu dapat dianalisis dari segi keberlanjutannya.
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Bambu memiliki bentuk yang lentur dengan struktur batang yang berrongga,
sehingga dalam hal ketahanan terhadap daya tekan dan tarik, bambu lebih kuat jika
dibandingkan dengan kayu. Serat-serat yang dimiliki bambu juga memiliki daya tarik yang
lebih kuat jika dibandingkan dengan baja. Pada bagian bergaris di tengah batang bambu, daya
tarik yang dimiliki lebih tinggi dari keseluruhan bambu, dengan ujung bagian atas memiliki
daya tarik 12% lebih rendah dari pada bagian batang kaki. Sedangkan kekuatan tekan pada
bambu dibagian tanpa ruas memiliki ketahanan yang berkisar 8-45% lebih tinggi
dibandingkan bagian yang beruas.
Dilihat dari segi ketahanan secara alami, bambu biasanya kurang tahan lama
karena memiliki kandungan kanji yang cukup banyak sehingga sangat menarik bagi serangga,
udara lembap di daerah tropis pun manjadi salah satu kendala yang mengakibatkan bambu
mudah berjamur, maka bambu membutuhkan perawatan sebelumnya dengan cara dijemur,
direndam dalam air tawar, air payau, atau air laut, dipanaskan bagian permukaannya dengan
menggunakan api, dicat dengan zat anti serangga, atau diawetkan menggunakan bahan kimia
melalui beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu direndam, menggunakan air mengalir, dan
menekan cairan pengawet kedalam bambu. Proses pengawetan tersebut tidak akan
mempengaruhi kekuatan yang dimiliki oleh bambu, sehingga dari segi kekuatan dan waktu
guna, bambu dapat bertahan dalam waktu yang lama, khususnya di dalam interior,
penggunaan material bambu dalam interior dapat mencapai 10-15 tahun masa guna dari yang
awalnya hanya 2-5 tahun.
Aplikasi dalam interior tempat tinggal Bapak Budi Faisal, bambu diolah dengan
cara diawetkan dengan menggunakan rendaman air yang dicampur dengan bahan pengawet
seperti pada penggunaan bambu press. Bambu yang sudah diawetkan kemudian dipotong
memanjang sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian bambu disatukan dengan
menggunakan lem dan dipasak pada setiap ujungnya untuk menjaga bentuk agar tetap stabil,
selanjutnya dilapisi varnish untuk menjaga permukaan bambu press agar tetap awet.
Keseimbangan antara alam dengan bangunan harus dapat dicapai dalam menerapkan
arsitektur yang ramah lingkungan, salah satunya melaui material yang mendukung hal
tersebut. Secara nilai ekologis, bambu dapat ditinjau dengan menggunakan komponen-
komponen pada tabel 4.2 berikut,
Elements Resources Environment
Clean
(nonpolutant/low-
Resources share Pollution
(air/water/land)
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
emission)
Earth Resources Soil/Landscape Global stewardship
Biodegredable Site selection Biodiverse
Low-embodied energy Water resources and use Land use
Renewable Waste management
(low solid waste)
Tabel 3. Components for ecological architecture
Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials.
McGraw-Hill, hal. 33
Pada pembahasan setiap poinnya terdapat komponen-komponen yang dapat
digunakan untuk mengkaji mengenai tingkat keseibangan material bambu terhadap
lingkungan, diantaranya dalam poin ecological elements, meliputi clean (nonpolutant/low-
emission), earth resources, biodegredable, low-embodied energy, dan renewable. Sedangkan
ditinjau dari aspek resources material hanya dapat ditinjau dari segi waste management dan
secara environment material ditinjau melaui pollution (air/water/land) dan global
stewardship.
Pengolahan material bambu membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan
dengan material konstruksi lainnya dengan jumlah energi yang dibutuhkan sebagai berikut,
Baja = 1500 Nmm2
Beton = 240 Nmm2
Kayu = 80 Nmm2
Bambu = 30 Nmm2
Dibandingkan dengan baja, beton, dan kayu, bambu membutuhkan energi yang paling rendah.
Sehingga sejak awal penggunaan bambu, ia tidak menimbulkan emisi berlebihan yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan.
Bambu merupakan salah satu jenis biobased material, dengan usia panen relatif
singkat, yaitu masa ideal sekitar 3-6 tahun, dengan penggunaan energi saat pemngolahan yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan baja, beton dan kayu. Bahan kimia yang berpotensi
dikeluarkan bambu selama masa penggunaan pun relatif lebih rendah karena material
merupakan material organik, jika diolah menggunakan zat kimia untuk diawetkan sekalipun,
selama kadar zat yang digunakan untuk melakukan proses pengawetan tidak berlebihan maka
ia akan tetap aman bagi pengguna dalam ruangan. Material ini adalah material alami yang
berasal dari tumbuhan non kayu, sehingga sisa pembuangannya pun dapat dengan mudah
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
diuraikan tanah tanpa menimbulkan polusi dan minim penggunaan energi, baik pada saat
masa penanaman, masa pemotongan, pegolahan hingga penggunaan dalam ruangan.
Di Indonesia sendiri, persebaran bambu mencapai 156 jenis dengan 13 jenis yang
sudah dikomersialkan secara luas di Indonesia, sehingga jika dilihat dari proses
pengolahannya, mulai dari menanam, memanen, mengolah, produksi, transportasi, installasi
hingga penghancuran saat selesai digunakan, jumlah energi yang dibutuhkan dalam semua
proses tersebut relatif sedikit. Saat ini bambu dikenal sebagai salah alternatif material
pengganti kayu yang paling mudah diperbaharui, mengingat masa panennya yang jauh lebih
singkat jika dibandingkan dengan kayu. Penanaman bambu di Indonesia pun tidak sulit
karena bambu mudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis. Selama daur hidupnya pun
hutan bambu menyerap CO2 tiga kali lebih banyak dibandingkan hutan lainnya. Secara
ekonomi, bambu juga menguntungkan bagi masyarakat Indonesia, baik yang mejual dan yang
menggunakan ditinjau dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan dengan kayu.
Bambu termasuk kedalam salah satu jenis material yang efisien dilihat dari segi
kemudahan konstruksinya yang dapat dibuat menjadi modular dalam aplikasinya pada
interior. Hal yang paling mudah dilihat dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal
adalah penggunaan bambu press pada anak tangga dan lantai dua, kemudian penggunaan
anyaman lantai pada lantai dua yang sama sekali tidak menempel pada bagian lantai yang
hanya dilapisi semen, tanpa finishing keramik. Penggunaan bambu secara modular juga
diterapkan pada plafon, ventilasi, hingga elemen dekoratif pada backdrop panel dan dapur.
Sehingga pada saat pemasangan, perawatan dan pembongkaran, akan lebih mudah dan
efisien.
Gambar 1. Lantai bambu press pada lantai dua
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 2. Lantai anyaman pada lantai tiga
Sumber: Dokumentasi pribadi
Anyaman
Lantai
Bentuk modular memudahkan perawatan dan penggantian material
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Sebagai biobased material yang tidak berpotensi menimbulkan polusi dalam
proses pengolahan mulai dari ketika ditanam, ditebang, hingga diolah menjadi produk tertentu
dan penggunaannya dalam ruangan tidak menimbulkan polusi di udara, sehingga bambu
tergolong aman bagi pengguna ruangan. Secara keseluruhan, penggunaan bambu untuk
mendukung keseimbangan antara lingkungan dengan bangunan melalui penggunaan bambu
dalam interior, memiliki banyak keunggulan, diantaranya penggunaan energi yang relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan baja, beton, dan kayu, kemudian dalam hal proses
pembaharuan material yang terbilang mudah, mulai dari proses penanaman, hingga
pengolahan dalam interior, tidak menimbulkan polusi, dan aman bagi kesehatan pengguna
ruangan.
Performa bangunan dengan konsep ramah lingkungan tentunya akan semakin
mendukung nilai keberlanjutan dan keseimbangan terhadap lingkungan. Komponen-
komponen yang dapat digunakan untuk menguji material bambu sebagai material yang sesuai
dengan konsep ramah lingkungan dalam interior rumah tinggal dengan komponen peninjauan
pada tabel 4.3 yang dapat diujikan semua komponennya.
Elements Resources Environment
Efficiency Economic Adaptability
Effectiveness Ecobehaviour Functionality
Productivity Design Environmental quality Tabel 4. Components for high-performance architecture
Sumber: Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and Materials
McGraw-Hill, hal. 37
Ditinjau dari segi penggunaannya, bambu termasuk jenis material organik yang
mudah diolah dan dapat digunakan dengan baik dalam rumah tinggal modern dengan proses
pengolahan tertentu sebelumnya dan tidak kalah dengan material kayu dalam segi kualitas dan
estetika. Cara perawatannya pun terbilang mudah, dan yang lebih penting bambu merupakan
material yang mudah diperbaharui dengan usia panen hanya berkisar antara 3-6 tahun. Secara
efisiensi, bambu termasuk material yang mudah digunakan, dipelihara, dan diperbaharui.
Dalam penggunaan energi saat diolah, bambu juga menggunakan energi yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan baja, baja dan kayu, dengan perbandingan jumlah energi yang
digunakan 1500 : 240 : 80 : 30.
Secara fisik bambu memiliki struktur yang kuat terhadap gaya tarik dan tekan,
dengan ketahanan terhadapa gaya tekan lebih kuat dari pada bambu dan ketahanan gaya tarik
yang lebih kuat dari pada baja. Bambu juga memiliki ketahanan yang baik terhadap api,
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
dengan titik menyalakan api dengan sumber panas langsung pada suhu ±230°C, kemudian
titik api pada suhu ±260°C, dan titik bambu terbakar dengan sendirinya pada suhu 330°-
480°C.
Dengan pertumbuhan dan masa panen yang cepat, bambu tergolong material yang
dapat diperbaharui dan mudah diolah. Antara pertumbuhan tanaman bambu dengan produksi
material yang dihasilkan, tidak memiliki rasio yang jauh, dalam hal ini, bambu sebagai
material yang mudah diperbaharui dan tidak mengganggu ekologi dan lingkungan dengan
tingkat produktifitas tinggi.
Performa sumber daya alam salah satunya dapat dilihat dari sisi ekonomi, sifat
alami, dan desain suatu material. Persebaran bambu di berbagai wilayah di Indonesia
memberikan peluang bagi masyarakatnya untuk menjadikan bambu sebagai material komersil
dan banyak diperjual belikan dalam berbagai bentuk produk, mulai dari penjual bambu
batangan di pinggir jalan, hingga toko-toko besar yang menjual material olahan bambu dalam
bentuk olahan tertentu.
Secara ecobehaviour, hutan bambu dapat melakukan konservasi air lebih baik jika
dibandingkan dengan hutan jenis lainnya. Pertumbuhan hutan bambu yang cepat juga tidak
akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Dari segi kemampuan mengikat CO2 dan
menghasilkan oksigen pun hutan bambu memiliki keunggulan dalam meningkatkan kualiras
udara.
Bagaimana suatu ruangan dirancang merupakan salah satu faktor penting
bagaimana suatu material diterapkan dengan baik di dalam ruangan untuk mendukung
berbagai aktifitas pengguna ruangan didalamnya sekaligus menjaga alam dan lingkungan
disekitarnya agar tetap seimbang.
Gambar 3. Suasana dalam ruang tamu dan ruang keluarga
Sumber: Dokumentasi pribadi
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
Gambar 4. Suasana dalam ruang baca
Sumber: Dokumentasi pribadi
Aplikasi material bambu menambah kualitas ruang yang nyaman, hangat dan sejuk, serta
aman dari berbagai polusi dan bakteri dalam interior kediaman Bapak Budi Faisal yang secara
pengaturan sirkulasi udara dan pencahayaan alami terbilang baik, sehingga bambu yang
digunakan didalam ruangan membuat ruangan tersebut tambak lebih segar.
Penggunaan bambu dalam ruangan secara fisik dan fungsional, dilihat dari segi
penggunaannya di dalam interior rumah di Indonesia dengan iklim tropis, memiliki adaptasi
yang baik terhadap lingkungan tropis baik secara ketahanan maupun kemudahan perawatan
dan penggunaannya, penggunaan bambu dalam interior juga tidak memiliki banyak masalah
yang bersinggungan dengan lingkungan sekitar, karena berada di dalam ruangan. Penggunaan
bambu sebagai beberapa elemen dalam interior kediaman Bapak Budi Faisal, tidak hanya
pada elemen dekoratif, namun juga sebagai elemen fungsional, seperti pada lantai yang
digunakan pada lantai dua dan tiga.
Kesimpulan
Bambu, dalam perkembangan arsitektur dan interior saat ini, mengalami
perkembangan yang cukup signifikan dalam hal pengembangan material sebagai konstruksi,
material olahan dalam interior dan furniture. Dalam interior sendiri, penggunaan bambu dapat
digunakan sebagai elemen pengganti material kayu, dikarenakan sifat material bambu yang
menyerupai kayu.
Rumah tinggal merupakan tempat yang paling sering digunakan manusia untuk
beraktifitas dan berinteraksi dengan orang-orang terdekat, potensi bambu sebagai material
alternatif pengganti kayu dengan berbagai keunggulannya akan lebih berdampak terhadap
lingkungan jika material bambu banyak digunakan dalam rumah tinggal dibandingkan dengan
penggunaan bambu di tempat-tempat komersi saja.
Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal Bapak Budi Faisal, dalam
segi kualitas ruang memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pengguna di dalam
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
ruangan. Termasuk dalam aspek kesehatan, bambu yang merupakan material organik, sama
sekali tidak membahayakan dalam ruangan jika diolah dengan baik. Sehingga dalam
penggunaan yang terus menerus dalam tempat tinggal, tidak akan menimbulkan dampak
negatif bagi manusia, selama bambu diolah dengan cara yang tepat.
Kekurangan yang ada pada bambu pun dapat ditangani dengan berbagai macam cara,
sehingga tidak ada masalah dengan ketahanan penggunaannya dalam ruangan. Material ini
juga termasuk material yang mudah didaur ulang dan diperbaharui, sehingga dari segi
produksi dan pengolahan setelah material ini digunakan, tidak trelalu bermasalah dengan
kemungkinan kelangkaan bahan baku bambu atau pun pada saat pengolahan akhir saat
material tidak lagi digunakan.
Berdasarkan tujuan penulisan ini disusun, untuk mengetahui kelayakan material
bambu sebagai material ramah lingkungan dan kesesuaian bambu dalam penggunaan di dalam
interior. Material ini memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam penggunaan material ramah
lingkungan baik secara identitas material itu sendiri, maupun pada saat penggunaan di dalam
ruangan. Melihat banyaknya tempat tinggal dibanding tempat-tempat komersial, penggunaan
bambu dalam interior yang ditujukan untuk menjadi alternatif kayu dalam interior dan sebagai
wujud kepedulian terhadap lingkungan akan lebih efektif. Sehingga penggunaan material
bambu dalam tempat tinggal menguntungkan dalam berbagai aspek, mulai dari aspek
ekonomi, kesehatan, kemudahan dalam penggunaan dan perawatan, serta dalam segi
kepedulian terhadap lingkungan dengan kemudahannya untuk diperbaharui dan di daur ulang.
Saran
Indonesia merupakan negara dengan jumlah populasi bambu mencapai 156 jenis dengan 13
jenis yang sudah dapat dikomersilkan dengan baik di dalam negeri dan 11 jenis yang
berpotensi untuk di impor. Dengan potensi tersebut, tidak menutup kemungkinan 143 jenis
bambu lainnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi macam kebutuhan. Bambu, dengan
berbagai macam keunggulannya dapat menjadi potensi yang baik untuk dikembangkan di
Indonesia, khususnya sebagai elemen dalam interior.
Penggunaan bambu sebagai elemen interior pengganti kayu, sangat disarankan untuk
dikembangkan, khususnya untuk pemakaian di dalam rumah tinggal sebagai material
pengganti kayu. Selain karena karakteristiknya yang menyerupai kayu dengan daur panen
yang cepat dan ramah lingkungan, secara ekonomi, produksi dan penggunaan bambu juga
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia, mulai dari petani bambu, pengolah
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013
material dasar berbasis bambu, pengrajin furniture bambu, hingga pembuat kerajinan tangan
yang berasal dari bambu.
Kepustakaan
(Attmann, 2010) Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advance Technologies and
Materials. McGraw-Hill, United States of America.
(Bjorn Berge, 2009) Berge, Bjorn. (2009). The Ecology of Building Materials Second Edition.
Linacre House, UK
(Budi Faisal, 2011) Faisal, Budi. (2011). Bamboo : When Modern Meet Tradition, Kitakyushu
University, Japan
(Elizabeth A. Widjaja, N.W. Utami, Saefudin, 2004) Widjaja, E.A, Utami, N.W,
Saefudin. (2004). Panduan Membudidayakan Bambu. Pusat Penelitian
Biologi LIPI, Bogor
(Fatima, 2012) Ghani, Fatima. (2012). Issues in Sustainable Architecture and Possible
Solutions. International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS,
12:21
(Heinz Frick, 2004) Frick, Heinz. (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu Pengantar
Konstruksi Bambu. Kanisius, Yogyakarta.
(Meg Calkins, 2009) Calkins, Meg. (2009). Materials for Sustainable Sites. John Wiley &
Sons, Inc., New Jersey
(Rebecca Reubens, 2010) Reubens, Rebecca. (2010). Bamboo in Sustainable Contemporary
Design, The International Network for Bamboo and Rattan (INBAR), China, 12.50
(Tri Harso Karyono, 2010) Karyono, Tri Harso. (2010). GREEN ARCHITECTURE
Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta
(Tris Neddy Santo, 2012) Santo, Tris Neddy. (2012). Psikologi Warna. FSR IKJ PRESS,
Jakarta.
Analisis penggunaan..., Latifa Habibah Haifa, FT UI, 2013