Post on 07-Dec-2020
i
ANALISIS PENANDA DAN FUNGSI KESANTUNAN BERBAHASA
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA-SISWI
KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA : SUATU
KAJIAN PRAGMATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Ephyfania Bahantwelu
151224047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi teladan serta senantiasi membimbing,
memberkati dan menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
2. Bunda Maria yang selalu menuntun dan mendengarkan setiap permohonan
peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
3. Mama Maria Barek Aran yang selalu mendukung, mendoakan dan
memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
4. Kakak Marianus Bahantwelu dan Maria Imaculata Bahantwelu yang selalu
mendukung, memotivasi dan mendokan peneliti dalam menyelesaikan
skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Mimpi tidak terwujud nyata melalui ilmu sihir.
Dibutuhkan keringat, tekad, dan kerja keras
(Colin Powell)
Agar sukses, kemauanmu untuk berhasil lebih besar dari ketakutanmu akan
kegagalan
(Bill Cosby)
Jika kamu belum mengalami frustasi, jangan berharap untuk bersukacita
(Zico - Blok B)
Bekerjalah sampai idolamu menjadi sainganmu
(G-Dragon - Bigbang)
Waktu Tuhan adalah waktu yang terbaik dan jalan Tuhan adalah jalan yang
menyelamatkan
(Peneliti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Bahantwelu, Ephyfania. 2019. Analisis Penanda dan Fungsi Kesantunan
Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-
Siswi Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta : Suatu
Kajian Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini membahas tentang kesantunan berbahasa di ranah
pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penanda kesantunan
berbahasa berdasarkan prinsip kesantunan Leech, serta mendeskripsikan fungsi
kesantunan berbahasa menurut Rahardi dengan berdasarkan konteks dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Data diambil selama bulan Februari sampai Maret 2019. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, catat dan rekam.
Data kemudian diidentifikasi dan dianalisis menggunakan prinsip kesantunan
Leech dan fungsi kesantunan menurut Kunjana Rahardi.
Dari tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan ada empat penanda
kesantunan berbahasa, yakni, (1) berhati-hati dalam pemilihan kata, (2)
memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur, (3) menanggapi pujian dari
mitra tutur dengan sifat rendah hati, (4) menerima masukan dari mitra tutur.
Selain menemukan penanda kesantunan, peneliti juga menemukan fungsi
kesantunan berbahasa, yakni, fungsi menyatakan informasi, fungsi menyatakan
perjanjian, fungsi pemberian izin, fungsi penjelasan, dan fungsi menyetujui.
Kata kunci: pragmatik, penanda kesantunan berbahasa, fungsi kesantunan
berbahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Bahantwelu, Ephyfania.2019. Analysis of markers and functions of politeness in
Indonesian Language learning for students of class XI IPS at SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta: A Pragmatic Study. Thesis. Yogyakarta:
Indonesian Language and Literature Education Study Program,
Faculty of Teacher and training education, Sanata Dharma
University
This research discussed language politeness in the realm of learning. This
research was aimed to describe language politeness markers based on Leech’s
politeness principles and to describe the function of politeness in language based
on the Searle category on the context in Indonesian language learning for
students of class XI IPS at SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. This research was
descriptive qualitative research. The data were collected from February to March
2019. The research data were collected using observation, recording, and note-
taking techniques. Then, data were identified and analyzed using Leech’s
politeness principles and politeness functions according to the Searle category.
From the analyzed speech, the researcher found that there were four
language politeness markers. The first was being careful in choosing words. The
second was giving positive responses to the speech partners. The third was
responding to the praise of the speech partners with humility. The fourth was
receiving input from the speech partners. In addition, there was impoliteness in
language markers, namely, firstly, the speakers did not respect the speech
partners. Secondly, the speakers did not want to be harmed. Thirdly, the speakers
were more concerned with their own ego. Fourthly, the speakers criticized
directly. Fifthly, the speakers disparaged speech partners. Sixthly, the speakers
boasted and praised themselves in front of the speech partners. From the results
of data analysis, the researcher also found the functions of politeness in language
namely firstly, assertive speech acts. Secondly, commissive speech acts. Thirdly,
impositive (impositif) and expressive speech acts. In addition, there was also a
function of impoliteness in language, namely assertive and expressive speech acts.
Keywords: Pragmatics, language politeness markers, the function of language
politeness.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan karena atas segala berkat dan kasih karunia-NYA sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penanda dan Fungsi
Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-Siswi
Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta: Suatu Kajian Pragmatik”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak
yang memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga skrisi dapat diselesaikan dengan baik. Maka dari
itu, pada kesempata ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku triangulator yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan
triangulasi data penelitian.
5. Benediktus Banik Pribadi, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian di
SMA tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
1.5. Ruang Lingkup.................................................................................. 5
1.6. Batasan Istilah ................................................................................... 5
1.7. Sistematika Penyajian ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2 Landasarn Teori ................................................................................ 8
2.2.1 Pragmatik ................................................................................ 9
2.2.2 Konteks ................................................................................. 11
2.2.3 Definisi Kesantunan .............................................................. 15
2.2.4 Definisi Kesantunan Berbahasa ............................................ 16
2.2.6 Penanda Kesantunan Menurut Leech.................................... 18
2.2.7 Fungsi Kesantunan Berbahasa .............................................. 25
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 32
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 32
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian..................................................... 33
3.3 Teknik pengumpulan data ................................................................ 33
3.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 34
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 36
3.6 Triangulasi ........................................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 39
4.1 Deskripsi Data ................................................................................... 39
4.2 Analisis Data ..................................................................................... 40
4.2.1 Analisis Penanda kesantunan Berbahasa dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-Siswi
Kelas XI IPS SMAPangudi Luhur
Yogyakarta Berdasrkan Prinsip Kesantunan .......................... 40
4.2.1.1 Penanda Maksim Kebijasanaan ........................... 40
4.2.1.2 Penanda Maksim Kedermawanan ........................ 47
4.2.1.3 Penanda Maksim Kerendahan Hati ..................... 54
4.2.1.4 Penanda Maksim Kesepakatan ............................ 56
4.2.3 Analisis Fungsi Kesantunan Berbahasa
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-Siswa
Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ................... 65
4.2.3.1 Fungsi Tuturan dalam
Maksim Kebijaksanaan ........................................ 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.3.2 Fungsi Tuturan dalam
Maksim Kedermawanan ...................................... 72
4.2.3.3 Fungsi Tuturan dalam
Maksim Kerendahan Hati .................................... 78
4.2.3.4 Fungsi Tuturan dalam
Maksim Kesepakatan ........................................... 80
4.3 Pembahasan ........................................................................... 88
4.3.1 Penanda Kesantunan Berbahasa ............................. 88
4.3.3 Fungsi Kesantunan Berbahasa ................................ 94
BAB V PENUTUP......................................................................................98
5.1 Simpulan ........................................................................................ 98
5.2 Saran .............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 100
BIODATA PENULIS ............................................................................... 102
LAMPIRAN ............................................................................................. 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bahasa, seseorang dapat mengungkapan pikiran atau gagasan kepada orang lain.
Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain. Oleh
karena itu, bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Sesuai
dengan fungsinya, bahasa mempunyai peran untuk menyampaikan pesan antar
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dalam berkomunikasi, menurut
Hendrikus (1991: 40) manusia melakukan proses pengalihan makna antar pribadi
atau tukar-menukar berita dalam sistem informasi, dengan demikian, manusia
seharusnya menggunakan bahasa yang santun, karena dalam proses komunikasi
tidak hanya satu pihak yang terlibat. Dengan bahasa yang santun seseorang dapat
menjaga harkat dan martabat dirinya dan menghormati mitra tutur sehingga proses
komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
Bahasa merupakan cerminan kepribadian seseorang. Bahkan bahasa
merupakan cermin kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan),
seseorang atau bangsa dapat diketahui kepribadiannya (Pranowo, 2009: 3). Jika
seseorang berbahasa secara santun, maka hal itu akan mencerminkan
kepribadiannya yang baik. Akan tetapi, jika seseorang berbahasa secara tidak
santun, maka hal itu akan menunjukan bahwa ia mempunyai kepribadian yang
tidak baik. Dalam bertutur, penutur yang hendak menyampaikan maksud atau
pesan kepada mitra tutur yang menurutnya santun, belum tentu santun menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mitra tuturnya. Oleh karena itu, dalam bertutur kata seseorang hendaknya
memperhatikan penggunaan kosa kata dengan baik. Hal ini bertujuan agar maksud
atau pesan yang ingin disampaikan kepada mitra tutur dapat diterima baik tanpa
menyinggung perasaan dari mitra tutur tersebut. Pemilihan dan penggunann diksi
dapat menjadi penentu dalam kesantunan berbahasa. Lebih spesifik Leech
membuat penanda yang dapat dijadikan penentu santun tidaknya pemakaian
bahasa. Penanda tersebut terlihat pada prinsip kesantunan berbahasa yang
dikemukakan oleh Lecch (1993: 206-207) yakni maksim kebijaksaan, maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan,
dan maksim kesimpatian. Selain itu, dalam bertutur juga harus memerhatikan
fungsi dari kesantunan berbahasa. Apabila penanda dan fungsi kesantunan
tersebut diterapkan dengan baik, maka komunikasi akan berjalan dengan lancar.
Dalam dunia pendidikan, keterampilan berbicara sangat diperlukan. Setiap
peserta didik harus dapat berbicara dengan baik agar proses pembelajaran di
dalam kelas dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, berbicara merupakan salah
satu keterampilan dalam berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik terlebih
dalam proses pembelajaran. Tentunya, di dalam proses pembelajaran, penerapan
bahasa yang santun sangat diperlukan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti penggunaan bahasa siswa-siswi
kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Peneliti melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
khususnya kelas XI IPS karena, peneliti melihat bahwa penggunaan bahasa
siswa-siswa di sekolah tersebut masih kurang santun. Salah satu contoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penggunaan bahasa yang tidak santun dapat dilihat dari penggunaan kata “Dasar
goblok” yang diucapkan oleh seorang siswa kepada temannya sendiri karena
kurang mampu mengerjakan soal, merupakan kata yang menunjukkan
ketidaksantunan. Akibatnya, siswa akan merasa minder dan kurang percaya diri.
Contoh tuturan di atas merupakan salah satu tuturan yang melanggar prinsip
kesantunan Leech yakni melanggar maksim kesimpatian. Siswa yang menuturkan
tuturan tersebut tidak memberikan rasa simpati kepada temannya yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal. Kasus-kasus seperti inilah yang membuat
kesantunan berbahasa itu penting untuk dikaji agar dalam berkomunikasi dan
berinteraksi tidak terjadi kesalahpahaman.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengharapkan semoga melalui
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk menggunakan
bahasa secara santun serat menerapkan fungsi kesantunan dengan baik dalam
berkomunikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan utama dalam penelitian ini
adalah “Analisis Penanda dan Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Siswa-Siswi Kelas XI IPS SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta: Suatu Kajian Pragmatik.” Berdasarkan rumusan masalah
utama tersebut, disusun submasalah sebagai berikut:
a. Penanda kesantunan berbahasa apa sajakah yang terdapat dalam tuturan
siswa-siswi kelas XI IPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b. Fungsi kesantunan berbahasa apa sajakah yang terdapat dalam tuturan
siswa-siswi kelas XI IPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan Penanda kesantunan berbahasa yang terdapat dalam
tuturan siswa-siswi kelas XI IPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
b. Mendeskripsikan Fungsi kesantunan berbahasa yang terdapat dalam tuturan
siswa-siswi kelas XI IPS dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis
bagi para pembaca. Adapun manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini dapat membantu pembaca untuk
menambah informasi serta pengetahuan mengenai penanda kesantunan
berbahasa dan fungsi kesantunan berbahasa bagi siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi acuan
dalam penelitian-penelitian dibidang pragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada
pembaca untuk dapat berbahasa secara santun dalam kegiatan formal yakni
dalam lingkup pembelajaran di kelas.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya menyangkut penanda dan fungsi
kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi
kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
1.6 Batasan Istilah
a. Pragmatik
Menurut Levinson (dalam Rahardi, 2005: 48) menjelaskan pragmatik
merupakan studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.
Dengan kata lain, pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari
makna kata yang terikat pada konteks.
b. Penanda kesantunan
Sebagai retorika interpersonal, pragmatik membutuhkan prinsip kesopanan
(politeness principle). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan peserta
percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (others) Wijana,
1996:55).
c. Fungsi kesantunan
Dalam fungsi kesantunan berbahasa ini, bahasa tidak semata-mata
dimaksudkan dan digunakan untuk menyamapaikan informasi; namun juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
digunakan untuk membangun dan membina relasi antarwarga masyarakar
pemakai bahasa tersebut (Rahardi, 2005: 7).
d. Kesantunan berbahasa
Kesantunan berbahasa merupakan suatu penelitian kesantunan mengkaji
penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu
(Rahardi, 2005: 35). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kesantunan
berbahasa adalah suatu kajian yang mengkaji tentang bagaiamana
penggunaan bahasa dalam suatu masyarakat.
1.7 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian ini terdiri dari Bab I. Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V
dan Daftar Pustaka. Bab I yaitu mengenai pendahuluan yang menguraikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang
lingkup penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II yaitu kajian
pustaka yang menguraikan kerangka teori.
Bab III yaitu metodologi penelitian. Bab ini berisi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan metode dalam penelitian yang meliputi (1) jenis penelitian, (2)
sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian (5) teknik
analisis data, dan (6) triangulasi data.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang analisis
data dan pembahasan. Bab ini menguraikan deskripsi data dan pembahasan hasil
data sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan. Bab V berisi tentang
kesimpulan, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-
topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi
tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini
yang terdiri dari teori pragmatik, konteks, teori kesantunan, dan fungsi
kesantunan. Kerangka berpikir berisi tentang acuan yang berdasarkan pada
penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.
2.1 Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung proses pelaksanaa penelitian yang dilakukan, terdapat
tiga penelitian yang relevan dengan dengan penelitian ini yakni penelitian yang
dilakukan oleh Fendi Eko Prabowo yang berjudul Kesantunan Berbahasa Dalam
Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan
2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif dalam penelitian ini
Fendi Eko Prabowo mendeskripsikan tentang kesantunan berbahasa dan penanda
dari kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI
Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014.
Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh
Oktaviana Kurniawati yang berjudul Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan
Berbahasa pada Kegaiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMAN 1 Sleman.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripsi kualitatif. Oktaviana
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Kurniawati mendeskripsikan pemakaian prinsip kesantunan berbahasa dan
pemanfaatannya dalam kegiatan diskusi siswa kelas XI SMAN 1 Sleman.
Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Puspa
Rinda Silalahi yang berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa-Siswi di
Lingkungan Sekolah SMPN 5 Binjai. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskripsi kualitatif. Dalam penelitian ini, Puspa mendeskripsikan semua tuturan
yang terjadi di lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Dari ketiga penelitian yang relevan di atas, terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian peneliti. Adapun persamaan penelitian relavan dengan
penelitian peneliti terletak pada pengkajian kesantunan berbahasa, sedangkan
perbedaanya terletak pada objek penelitiannya. Penelitian dari Fendi Eko Prabowo
ini bersumber pada tuturan mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma
Angkatan 2014, Penelitian dari Oktaviana bersumber pada tuturan siswa kelas XI
SMAN 1 Sleman, Penelitian Puspa bersumber pada tuturan siswa-siswi SMPN 5
Binjai baik di dalam kelas maupun diluar kelas, sedangkan penelitian peneliti
bersumber pada tuturan siswa-siswi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dari uraian
diatas membuktikan bahwa penelitian ini belum pernah dikaji dan penelitian ini
layak untuk diangkat sebagai penelitian.
2.2 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini berisi tentang teori yang digunakan peneliti sebagai
acuan dalam menganalisis data. Teori yang digunakan oleh peneliti yakni, teori
pragmatik, konteks, kesantunan berbahasa, penanda kesantunan berbahasa
menurut Leech (1993) serta fungsi kesantunan berbahasa menurut Rahardi (2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2.2.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampikan oleh penutur dan
ditafisirkan oleh mitra tutur (pendengar), atau dapat dikatakan bahwa pragmatik
merupakan studi tentang maksud penutur. Menurut Parker (dalam Rahardi, 2005:
48-49), menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal
itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang
sebenarnya. Studi tentang pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks yang
melatarbelakangi dan mewadahinya. Definisi yang disampaikan parker itu
selengkapnya dapat dilihat pada kutipan berikut : “Pragmatics is distinct from
grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is
the study of how language is used to communicate”(Parker, 19986: 11), yang
berarti pragmatik berbeda dari tata bahasa, yang merupakan studi struktur bahasa
internal. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana bahasa digunakan untuk
berkomunikasi. Tarigan (dalam Rahardi dkk, 2016: 18) menyatakan bahwa telaah
umum mengenai bagaimana konteks memengaruhi cara kita menafsirkan kalimat
disebut pragmatik. Teori tindak ujar adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik
sendiri merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai
dunia adalah bagian dari konteks, dan dengan demikian pragmatik mencakup
bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk
menginterpretasikan ujaran-ujaran. Menurut Levinson (dalam Rahardi, 2005: 48)
menjelaskan pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa
dengan konteksnya. Konteks tuturan yang dimaksud telah tergramatisasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
terkodefisasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Jadi dapat
dikatakan bahwa dalam bertutur, penutur dan mitra tutur tidak terlepas dari
konteks, karena konteks tersebutlah yang meletarbelakngi terjadinya sebuah
tuturan.
Pragmatik dapat dikatakan sejajar dengan semantik. Akan tetapi, kedua
disiplin ilmu ini memiliki perbedaan yang mendasar. Makna yang dikaji semantik
adalah makna linguistik (linguistic meaning) atau makna semantik (semantic
sense), sedangkan makna yang dikaji pragmatik adalah maksud penutur (speaking
meaning) atau (speaker sense). Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat
terikat konteks, sedangkan makna yang dikaji dalam semantik bersifat bebas
konteks , Parker dalam Wijana (1996:3).
Anlisis tuturan (1) dan (2) dibawah ini mengilustrasikan pernyataan
tersebut.
1. “Minuman saya habis”
2. “Siska, pulpen saya di mana?”
Dilihat secara struktural, kedua tuturan tersebut merupakan tuturan berita
dan pertanyaan. Secara semantis, tuturan (1) bermakna “Seseorang kehabisan
minuman” dan tuturan (2) bermakna “Pulpennya berada di mana”. Tuturan (1)
menginformasikan sesuatu kepada lawan tutur, sedangkan penutur dalam tuturan
(2) ingin mendapatkan informasi dari mitra tuturnya. Kedua tuturan ini bisa
dianalisis secara pragmatik dengan mencermati konteks pemakaiannya akan
diperoleh hasil yang berbeda. Misalnya tuturan (1) dituturkan oleh seorang
pemuda kepada temannya pada waktu makan. Tuturan tersebut dituturkan bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
semata-mata untuk menginformasikan sesuatu, tetapi dimaksudkan untuk
meminta minum kepada temannya. Demikian pula halnya bisa tuturan (2)
dituturkan oleh seorang siswa kepada temannya. Tuturan itu tidak bermaksud
mendapatkan informasi dari lawan tutur, melainkan dimaksudkan untuk meminta
mitra tutur mengambilkan pulpen.
Jadi, dapat dikatakan bahwa dalam melakukan studi pragmatik, seseorang
harus mengupayakan maksud dari penutur, baik yang diekspresikan secara
tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan, juga konteks
yang terjadi saat tuturan berlangsung. Konteks diperlukan oleh pragmatik. Tanpa
konteks, analisis pragmatik tidak akan berjalan karena daya pragmatik itu
bergantung pada konteks yang berlangsung pada waktu tuturan yang diujarkan
dalam sebuah peristiwa tutur.
2.2.2 Konteks
Berbicara tentang pragmatik berarti berbicara tentang konteks. Untuk dapat
menafsirkan sebuah tuturan, maka diperlukan adanya konteks. Permasalahan
konteks dalam kaitannya dengan pragmatik merupakan bagian yang tidak boleh
terabaikan. Kajian pragmatik selalu terikat dengan masalah perilaku pemakaian
bahasa dalam konteks.
Mulyana (2005: 21) menyatakan bahwa konteks dapat dianggap sebagai
sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang
berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun
informasinya sangat bergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa
tuturan itu. Dalam pandangan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, disetiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
tuturan selalu ada konteks yang mewadahinya, karena dengan konteks sebuah
tuturan dapat terjadi.
Wijana (dalam Rahardi, dkk (2016: 41) menyatakan bahwa semua latar
belakang pengetahuan yang dipahami bersama penutur dan lawan tutur. Semua
latar belakang pengetahuan (all background) yang dipahami bersama penutur dan
lawan tutur itulah yang sangat berguna dalam menafsirkan makna bentuk
kebahasaan tertentu yang hadir dalam pertuturan. Dalam paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa penafsiran dari mitra tutur terhadap apa yang disampaiakn
oleh penutur sangat bergantung pada latar belakang pengetahuan yang dimiliki
keduanya. Jika penutur dan mitra tutur memiliki latar belakang pengetahuan yang
sama, maka maksud tuturan akan sangat mudah untuk ditafsir. Akan tetapi, jika
penutur dan mitra tutur memiliki pengetahuan yang berbeda, maka maksud
tuturan akan semakin sulit untuk ditafsir.
Menurut Zamzani (2007: 24), konteks secara pragmatik dapat dipandang
sebagai konteks yang antara lain meliputi identitas partisipan, parameter waktu
dan tempat peristiwa pertuturan. Konteks situasi atau konteks
pertuturan/percakapan terkait dengan berbagai aspek. Setidaknya, syarat
terjadinya suatu komunikasi ada tiga, yaitu, pembicara, lawan bicara, dan sandi
atau bahasa yang digunakan.
Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa pragmatik adalah studi bahasa
yang mendasari analisisnya pada konteks. Konteks yang dimaksud adalah latar
belakang pengetahuan yang dimiliki penutur dan lawan tutur yang menyertai dan
mewadahi sebuah pertuturan. Dengan mendasarkan pada gagasan Leech (1993:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
19-21) konteks yang semacam ini dapat disebut sebagai konteks situasi tutur.
konteks situasi tutr mencakup aspek-aspek berikut:
1. Penutur dan mitra tutur
Penutur dan mitra tutur merupakan orang yang terlibat dalam
komunikasi. Aspek-aspek yang perlu dicermati dari penutur dan mitra
tutur adalah jenis kelamin, umur, daerah asal, tingkat keakraban, dan latar
belakang sosial budaya yang dapat menjadi penentu hadirnya sebuah
makna tuturan. Konsep penutur dan lawan tutur juga mencakup penulis
dan pembaca apabila sebuah tuutran tuturan dikomunikasikan dengan
media tulisan. Penutur adalah orang yang bertutur, sedangkan mitra tutur
adalah orang yang menajdi sasarana atau laan tutur. Aspek-aspek yang
terkait dengan penutur dan mitra tutur di atas, dapat mempengaruhi daya
tangap mitra tutur, produksi tuturan serta pengungkapan maksud. Penutur
dan mitra tutur dapat saling memahami maksud tuturan apabila keduanya
mengetahui aspek-aspek tersebut.
2. Konteks sebuah tuturan
Konteks tuturan dalam penelitian linguistik mencakup semua aspek
fisik dan seting sosial yang relevan dengan sebuah tuturan. Konteks yang
bersifat fisik disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial
disebut konteks. Dalam kerangka pragmatik, konteks merupakan suatu
pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan
mitra tutur yang membantu mitra tutur menafsirkan makna. Dengan
adanya konteks, seseorang dapat menafsirkan makna kata dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Apabila dalam berkomunikasi, penutur dan mitra tutur mempunyai
pengetahuan latar belakang yang sama, maka makna bahasa dapat
ditafsirkan dengan mudah. Akan tetapi, jika penutur dan mitra tutur
memiliki latar belakang pengetahuan yang berbeda, maka penafsiran
makna bahasa akan sulit dilakukan.
3. Tujuan sebuah tuturan
Bentuk-bentuk tuturan yang muncul dilatarbelakangi oleh maksud
dan tujuan tertentu. Dengan kata lain, penutur dan mitra tutur terlibat
dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Secara
pragmatik, suatu bentuk tuturan dapat memiliki maksud dan tujuan
bermacam-macam. Sebaliknya satu maksud dan tujuan tuturan akan dapat
diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda. Tujuan tuturan
adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan
bertutur. Semua tuturan memiliki tujuan, hal tersebut memiliki arti bahwa,
tidak ada tuturan yang tidak mengungkapkan suatu tujuan. Bentuk-bentuk
tuturan yang diutarakan oleh penutur selalu dilatarbelakangi oleh maksud
dan tujuan tuturan. Dalam hubungan tersebut, bentuk tuturan yang
bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan suatu maksud,
sebaliknya, satu tuturan dapat menyatakan berbagai macam maksud.
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan
Pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret
daripada tata bahasa. Tuturan disebut sebagai tindakan konkret (tindak
tutur) dalam suasana tertentu. Segala hal yang berkaitan dengannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
seperti jati diri penutur, dan mitra tutur yang terlibat, waktu, dan tempat
dapat diketahui dengan jelas. Tuturan sebagai tindakan memiliki maksud
bahwa, tindak tutur merupakan sebuah tindakan. Menuturkan sebuah
tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan. Tuturan dapat dikatakan
sebagai sebuah tindakana atau aktivitas, karena dalam peristiwa tutur,
tuturan dapat menimbulkan efek, sebagaimana tindakan yang dilakukan
yang dilakukan oleh tangan atau bagaian tubuh lain yang dapat menyakiti
orang lain atau mengekspresikan tindakan.
5. Tuturan sebagai produk tindak verbal
Tuturan pada dasarnya adalah hasil tindak verbal dalam aktivitas
bertutur sapa. Oleh sebab itu, tuturan dibedakan dengan kalimat. Kalimat
adalah entitas produk struktural, sedangkan tuturan adalah produk dari
suatu tindak verbal yang muncul dari suatu pertuturan. Tuturan sebagai
produk tindak verbal merupakan tindakan mengekspresikan kata-kata atau
bahasa. Tuturan sebagai produk tindak verbal akan terlihat dalam setiap
percakapan lisan maupun tertulis antara penutur dan mitra tutur.
2.2.3 Definisi Kesantunan
Kesantunan bersifat relatif di dalam masyarakat. Ujaran tertentu bisa
dikatakan santun di dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, akan tetapi
dikelompok masyarakat lain bisa dikatakan tidak santun. Menurut Zamsani, dkk
(2010: 2), kesantunan merupakan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang
baik atau beretika. Kesantunan merupakan fenomena kultural, sehingga apa yang
dianggap santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang lain. Tujuan kesantunan, termasuk kesantunan berbahasa, adalah membuat
suasana berinteraksi menyenangkan, tidak mengancam muka dan efektif.
2.2.4 Definisi Kesantunan Berbahasa
Menurut Rahardi (2005: 35), penelitian kesantunan mengkaji penggunaan
bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa tertentu. Masyarakat tutur
yang dimaksud adalah masyarakat dengan aneka latar belakang situasi sosial dan
budaya yang mewadahinya. Adapun yang dikaji di dalam penelitian kesantunan
adalah segi maksud dan fungsi tuturan. Fraser melalui Rahardi (2005: 38-40)
menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat empat pandangan yang dapat digunakan
untuk mengkaji masalah kesantunan dalam bertutur.
1. Pandangan kesantunan yang berkaitan dengan norma-norma sosial (the
social-norm view). Dalam pandangan ini, kesantunan dalam bertutur
ditentukan berdasarkan norma-norma sosial dan kultural yang ada dan
berlaku di dalam masyarakat bahasa itu. Santun dalam bertutur ini
disejajarkan dengan etiket berbahasa (language etiquette).
2. Pandangan yang melihat kesantunan sebagai sebuah maksim percakapan
(conversational maxim) dan sebagai sebuah upaya penyelamatan muka
(face-saving). Pandangan kesantunan sebagai maksim percakapan
menganggap prinsip kesantunan (politeness principle) hanyalah sebagai
pelengkap prinsip kerja sama (cooperative principle). Prinsip kesantunan
ini, terutama mengatur tujuan-tujuan relasional yang berkaitan erat dengan
upaya pengurangan friksi dalam interaksi personal antarmanusia pada
masyarakat bahasa tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Pandangan ini melihat kesantunan sebagai tindakan untuk memenuhi
persyaratan terpenuhinya sebuah kontrak percakapan (conversational
contract). Jadi, bertindak santun itu sejajar dengan bertutur yang penuh
pertimbangan etiket berbahasa.
4. Pandangan kesantunan yang keempat berkaitan dengan penelitian
sosiolinguistik. Dalam pandangan ini, kesantunan dipandang sebagai
sebuah indeks sosial (social indexing). Indeks sosial yang demikian
terdapat dalam bentuk-bentuk referensi sosial (social reference),
(honorific), dan gaya bicara (style of speaking) (Rahardi, 2005: 40).
Menurut Chaer (2010: 10), secara singkat dan umum, ada tiga kaidah yang
harus dipatuhi agar tuturan kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan tutur
kita. Ketiga kaidah itu adalah (1) formalitas (formality), (2) ketidaktegasan
(hesistancy), dan (3) kesamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie). Jadi,
dengan singkat bisa dikatakan bahwa sebuah tuturan disebut santun kalau ia tidak
terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada
lawan tutur, dan lawan tutur itu menjadi senang. Sedangkan menurut Brown dan
Levinson (1978:11) menyatakan teori kesantunan berbahasa itu berkisar antara
nosi muka atau wajah (face), yakni “Citra diri” yang bersifat umum yang selalu
ingin dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Muka ini meliputi dua aspek yang
berkaitan yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif mengacu pada citra
diri setiap orang yang berkeinginan agar dia dihargai dengan jalan
membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari
keharusan mengerjakan sesuatu. Adapun yang dimaksud dengan muka positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
adalah mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar apa yang
dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang ia
yakini diakui orang lain sebagai sutau hal yang baik, yang menyenangkan, dan
patut dihargai. Brown dan Levinson menyatakan bahwa konsep muka ini bersifat
universal.
2.2.5 Penanda Kesantunan Menurut Leech
Indikator adalah penanda yang dapat dijadikan penentu apakah pemakaian
bahasa Indonesai si penutur itu santun atau tidak. Wijana (1996: 55),
mengungkapkan bahwa sebagai retorika interpersonal, pragmatik membutuhkan
prinsip kesopanan (politeness principle). Prinsip kesopanan ini berhubungan
dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (others).
Diri sendiri adalah penutur dan orang lain adalah lawan tutur.
Leech (1993) memandang prinsip kesantunan sebagai piranti untuk
menjelaskan mengapa penutur sering bertutur secara tidak langsung (indirect)
dalam mengungkapkan maksudnya. Penutur biasanya menggunakan implikatur.
Implikatur adalah apa yang tersirat dalam suatu ujaran. Jika dibedakan “apa yang
dikatakan” dan “apa yang dikomunikasikan”, implikatur termasuk yang
dikomunikasian. Namun, meskipun tidak harus menggunakan implikatur, tuturan
dapat dikatakan santun, jika ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Maksim kebijaksanaan (tact maxim)
Dalam maksim kebijaksanaan ini, (Leech, 1993: 2016) mengamanatkan
bahwa maksim kebijaksanaan haruslah membuat kerugian orang lain sekecil
mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Dalam bertutur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penutur harus memberikan tuturan yang menyenangkan hati mitra tutur. Dengan
kata lain, apa yang dikatakan oleh penutur harus memberikan keuntungan kepada
mitra tutur. Pendapat lain dikemukakan oleh Kunjono, dkk (2016: 59) yang
mengatakan bahwa di dalam maksim kebijaksanaan ini menjelaskan bahwa dalam
bertutur yang santun setiap peserta pertuturan haruslah selalu berusaha
meminimalkan kerugian kepada orang lain, dan memaksimalkan keuntungan
kepada orang lain pula. Dimensi yang ditujukan dalam maksim kebijaksanna ini
adalah dimensi orang lain atau others bukan dimensi diri sendiri self. Adapun
pendapat lain yang dikemukakan oleh Pranowo (2009: 103), menyatakan bahwa
maksim kebijaksanaan merupakan tuturan yang dapat memberikan keuntungan
kepada mitra tutur. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa, dalam bertutur penutur harus mengatakan sesuatu yang menyenangkan
hati mitra tutur, dan membuat mitra tutur merasa senang, dengan kata lain, tuturan
yang dituturkan penutur kepada mitra tutur harus memberikan keuntungan bagi
mitra tutur itu sendiri. Maksim ini dilaksanakan dengan bentuk tuturan impositif
dan komisif. Tuturan impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk
menyatakan perintah. Sedangkan tuturan komisif adalah tuturan yang berfungsi
untuk menyatakan janji, penawaran, (Leech, 1993:206). Berikut contoh tuturan
yang mengandung maksim kebijaksanaan:
Tuan rumah : “Silahkan makan dulu nak! Kami semua sudah
mendahuluimu”.
Tamu : “Wah, saya jadi tidak enak, Bu”
Konteks : Dituturkan oleh seorang ibu kepada seorang anak muda yang
sedang bertamu di rumah ibu tersebut. Pada saat itu, ia
harus berada di rumah ibu tersebut sampai malam karena
hujan sangat deras dan tidak segera reda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dalam tuturan di atas, tampak jelas bahwa apa yang dituturkan tuan rumah
sangat memaksimalkan keuntungan bagi tamu. Penutur (tuan rumah) dengan baik
hati menawarkan makanan kepada mitra tutur (tamu). Orang-orang desa biasanya
sangat menghargai tamu, baik tamu yang datangnya secara kebetulan maupun
tamu yang sudah direncanakan terlebih dahulu kedatangannya. Bahkan, sering
kali ditemukan minuman dan makanan yang disajikan kepada tamu diupayakan
agar layak diterima dan dinikmati oleh tamu tersebut (Rahardi, 2005: 61).
b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Maksim kedermawanan merupakan maksim yang mengharuskan penutur
untuk meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri
sendiri. Maksim ini dituturkan dengan tuturan impositif dan komisif (Leech, 1993:
209). Jika maksim kebijasanaan berpusat pada orang lain, maka maksim
kedermawanan merupakan kebalikannya, yakni berpusat pada diri sendiri. Dalam
maksim ini, penutur harus berusaha membuat dirinya melakukan segala sesuatu
yang dikatakan mitra tutur. Penutur harus membuat dirinya mengerjakan apa yang
dikatakan mitra tutur, sekalipun apa yang dikatakan tersebut dipandang susah atau
sulit dilakukan, karena hal tersebut merupakan tuntutan dari maksim ini yakni
penutur harus memaksimalkan kerugian dirinya sendiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh (Kunjono, dkk, 2016: 60) yang
menyatakan bahawa, dalam maksim kedermawanan atau generosity maxim
digariskan bahwa, agar tuturan seseorang dapat berciri sopan dan santun, tuturan
itu harus dibuat sesederhana dan sesimpel mungkin. Orang yang menuturkannya
pun harus bersikap rendah hati, tidak sebaliknya justru bersikap congkak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menyombongkan diri. Dengan menempatkan sosok dirinya pada posisi yang
berada di bawah atau di dalam posisi yang rendah itu artinya orang tersebut
bersikap baik, bersikap murah hati, dan bersikap sebagai dermawan terhadap
pihak lain. Pandangan lain dikemukan oleh Pranowo (2009: 103) yang
menyatakan bahwa tuturan lebih baik menimbulkan kerugian kepada penutur.
Berdasarkan pendapata ketiga ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam
bertutur, penutur harus membuat dirinya rugi sebanyak mungkin yakni dengan
memberikan tuturan yang bersifat membantu mitra tutur. Berikut contoh tuturan
yang mengandung maksim kedermawanan.
Anak kos A : ”Mari, saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak
kok yang kotor”.
Anak kos B : ”Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga kok”
Konteks : Tuturan ini merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos
pada sebuah rumah kos di kota Yogyakarta. Anak yang satu
berhubungan demikian erat dngan anak yang satunya.
Di dalam tuturan di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa si A berusaha
memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi
dirinya sendiri. Hal ini dilakukan dengan cara menawarkan bantuan dengan
mencucikan pakaian kotornya si B. Orang yang tidak suka membantu orang lain,
apalagi tidak pernah bekerja bersama dengan orang lain, akan dapat dikatakan
tidak sopan dan biasanya tidak akan mendapatkan banyak teman dipergaulan
keseharian hidupnya (Rahardi, 2005: 62) .
c. Maksim Pujian (Praise Maxim)
Maksim pujian mengharuskan penutur untuk meminimalkan kecaman
terhadap orang lain, dan memaksimalkan pujian kepada orang lain tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(Leech,1993:211). Pada maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting adalah
jangan mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain,
terutama mengenai mitra tutur. Dalam maksim ini, penutur dituntut untuk
memberikan pujian kepada mitra tutur atas apa yang capainya. Maksim ini
diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Berikut contoh tuturan
yang mengandung maksim pujian.
Dosen A : “Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business
English.”
Doesen B : “Oya, tadi aku mendengar bahasa Ingrismu jelas sekali dari
sini.”
Konteks : Dituturkan oleh seorang dosen kepada temannya yang juga
seorang dosen dalam ruang kerja dosen pada sebuah perguruan
tinggi.
Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B pada
contoh di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai pujian atau
penghargaan oleh dosen A. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam
pertuturan itu dosen B berprilaku santun terhadap dosen A (Rahardi, 2005: 63).
d. Maksim Kerendahan Hati
Dalam maksim kerendahan hati, (Leech, 1993: 214) mengatakan bahwa
Maksim kerendahan hati mengharuskan penutur untuk meminimalkan pujian
kepada dirinya sendiri, tetapi harus mengecam diri sendiri sebanyak mungkin.
Seperti halnya dengan maksim pujian, maksim ini juga diungkapkan dengan
bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Pendapat lain dikemukakan oleh (Kunjana
dkk, 2016: 62) yang mengatakan di dalam maksim kerendahan hati ditegaskan
bahwa, agar dapat dikatakan santun, seseorang harus bersedia meminimalkan
pujian terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya seseorang harus bersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
memaksimalkan perendahan atau penjelekan pada dirinya sendiri. Berikut contoh
dari maksim kerendahan hati sebagai berikut :
Juri : “Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan
kami”.
Pemenang : “Terima kasih atas hadiahnya”
Konteks : Penutur adalah seorang juri, dan tuturan tersebut terjadi di
tempat petandingan. Tuturan merupakan tanggapan yang
diberikan oleh juri berupa hadiah atas kemenangan dari salah
satu peserta lomba.
Tuturan yang dituturkan oleh penutur sesuai dengan maksim kerendahan
hati, karena penutur telah meminimalkan pujian kepada dirinya sendiri. Penutur
telah memberikan hadiah kepada mitra tutur yang telah menang dalam
pertandingan, hadiah yang diberikan penutur bisa saja merupakan hadiah yang
besar, akan tetapi dalam mengungkapkannya, penutur menggunakan kalimat yang
menunjukan bahwa hadiah yang diberikan tidak begitu berharga nilainya.
e. Maksim Kesepakatan
Maksim kesepakatan mengharuskan seseorang untuk memaksimalkan
kesepakatan dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksepakatan dengan orang
lain. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif, Lecch (1993 : 207). Dalam
maksim ini, penutur harus mengupayakan kesepakatannya dengan mitra tutur.
Sesungguhnya di antara penutur dan mitra tutur itu harus ada kesamaan upaya
untuk saling memaksimalkan kecocokan dan meminimalkan ketidakcocokan.
Semakin banyak dimensi-dimensi kesesuaian atau kecocokan di antara kedua
belah pihak dalam praktik bertutur, harus dikatakan bahwa maksim kesepakatan
telah bersama-sama ditepati dan diupayakan demi tercapaiya kondisi kesantunan
(Kunjana dkk, 2016: 63). Contoh maksim kesepakatan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Siswa A : “Ujiannya sangat sulit.”
Siswa B : “Betul, kepalaku sampai pusing.”
Konteks : Tuturan dituturkan oleh seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam
kelas tepat setelah ujian berakhir. Tuturan merupakan tanggapan
dari mitra tutur (siswa B) kepada penutur (siswa A) yang
menyatakan bahwa ujiannya sangat sulit.
Jawaban (B) telah memenuhi maksim ini dengan cara memaksimalkan
kesepakatan dengan (A). Mitra tutur menunjukan kesepakatannya dengan penutur
dengan mengatakan bahwa ujiannya memang sulit sampai kepalanya pusing.
f. Maksim Kesimpatian (Thy Maxim)
Maksim kesimpatian mengharuskan penutur dan mitra tutur memaksimalkan
rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati diantara mereka. dalam maksim ini,
penutur harus memberikan dan menunjukan rasa simpati kepada mitra tutur atas
apa yang dialami mitra tutur (Leech, 1993: 2017). Maksim ini diperlukan untuk
mengungkapkan kesantunan karena setiap orang perlu bersimpati terhadap
prestasi serta terhadap musibah yang dialami oleh orang lain. Maksim
diungkapkan menggunakan tuturan asertif dan ekspresif. Berikut contoh dalam
maksim kesimpatisan:
Tuturan 1 : “Saya turut berdukacita atas meninggalnya ayahmu, kamu yang
sabar yah, kita sama-sama mendoakan beliau.”
Tuturan 2 : Iya terima kasih banyak
Konteks : Tuturan tersebut dituturkan oleh seorang siswa kepada temannya,
dan tuturan tersebut terjadi di rumah duka. Tuturan merupakan
tanggapan yang diberikan penutur terhadap musibah yang dialami
oleh temannya.
Tuturan di atas telah memenuhi maksim kesimpatisan karena penutur telah
memaksimalkan rasa simpati kepada mitra tutur. Contoh tuturan diatas merupakan
ucapan simpati dari penutur kepada salah satu temannya yang ayahnya meninggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2.2.6 Fungsi Kesantunan Berbahasa
Fungsi kasantunan berbahasa tidak semata-mata dimaksudkan dan
digunakan untuk menyamapaikan infromasi; namun juga digunakan untuk
membangun dan membina relasi antarwarga masyarakat pemakai bahasa tersebut
(Rahardi, 2005: 7). Fungsi utama tuturan jika dilihat dari pihak penutur adalah
fungsi menyatakan (deklaratif), fungsi menanyakan (interogatif), fungsi menyuruh
(imperatif), fungsi eksklamatif, dan fungsi empatik (Rahardi, 2005: 74-86).
Berikut penjelasannya:
a. Fungsi menyatakan (deklaratif)
Fungsi menyatakan di dalam kajian gramatika dilakukan dalam bentuk
kalimat deklaratif, yakni kalimat yang menyampaikan berita atau keadaan di
sekeliling penutur. Dengan tuturan dalam kalimat deklaratif ini, penutur tidak
mengharapkan adanya komentar dari lawan tutur; juga memang memang tidak
ada kewajiban lawan tutur untuk mengomentarinya. Akan tetapi, bukan berarti
lawan tutur tidak boleh mengomentarinya. Kalimat deklaratif dalam bahasa
Indonesia dapat merupakan tuturan langsung dan tuturan tidak langsung.
Contoh:
A: Ibu menyahut, “Si Atik akan segera pulang dari jepang bulan depan.”
B: “Ibu menyahut dengan mengatakan bahwa Si Atik akan segera pulang
dari Jepang bulan depan.”
Konteks: Dituturkan oleh ibu Atik kepada suaminya ketika mereka bersama-
sama duduk dengan santai di serambi rumah mereka sambil membaca
koran.
Baik tuturan (A) mapun (B) kedunya mengandung maksud menyatakan atau
memberitahukan seseuatu. Dalam hal ini, informasi bahwa seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
bernama Atik itu akan pulang dari negara Jepang. Dengan demikian, jelas bahwa
kedua kalimat itu merupakan kalimat deklaratif (Rahardi, 2005: 74-75).
b. Fungsi menanyakan (interogatif)
Tuturan dengan fungsi menanyakan dilakukan dalam bentuk kalimat
bermodus interogatif. Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung
maksud menanyakan sesuatu kepada si mitra tutur. Dengan perkataan lain, apabila
seseorang penutur bermaksud mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu
keadaan, penutur akan bertutur dengan menggunakan kalimat interogatif kepada si
mitra tutur. Dalam bahasa Indonesia, terdapat paling tidak lima macam cara untuk
mewujudkan tuturan interogatif. Kelima macam cara itu sebagai berikut: (1)
dengan membalik urutan kalimat, (2) dengan menggunakan kata apa atau apakah,
(3) dengan menggunakan kata bukan atau tidak, (4) dengan mengubah intonasi
kalimat menjadi intonasi tanya, dan (5) dengan menggunakan kata-kata tanya
tertentu. Kalimat interogatif dapat dibedakan menjadi dua, yakni (1) kalimat
interogatif total dan (2) kalimat interogatif parsial. Kalimat interogatif total
dimaksudkan untuk menanyakan secara keseluruhan informasi yang terdapat
dalam pertanyaan. Lazimnya, kalimat interogatif total itu menanyakan kesetujuan
dan ketidaksetujuan mitra tutur. Dengan kata lain, kalimat interogatif total
menuntut dua kemungkinan tanggapan, yakni tanggapan mengiyakan (iya atau
sudah) dan tanggapan menidakkan (tidak, bukan, atau belum). Adapun kalimat
interogatif parsial adalah kalimat interogatif yang dimaksudkan untuk
menanyakan sebagain informasi yang terkandung di dalam pertanyaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Contoh :
A: “Apakah surat permohonan bantuan ke negeri Belanda sudah diselesaikan?”
B: “Siapakah yang menyelesaikan surat permohonan bantuan ke negeri Belanda?”
Konteks: Kedua tuturan itu ditutrkan oleh seorang pimpinan pimpinan kepada
sekretarisnya pada saat mereka bersama-sama bekerja di ruang
pimpinan.
Tuturan (A) dianggap sebagai kalimat interogatif total karena tuturan itu
tidak mengharapkan jawaban yang hanya menanyakan sebagai dari kalimat
interogatif itu, melainkan menanyakan isi tuturan secara keselurahan. Sebaliknya,
tuturan (B) mengharapkan jawaban yang hanya merupakan bagian dari kalimat
interogatif. Oleh karena itu, kalimat tersebut disebut kalimat interogatif parsial
(Rahardi, 2005: 76-78).
c. Fungsi memerintah (imperatif)
Tuturan dengan fungsi memerintah dilakukan dalam kalimat bermodus
imperatif. Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar
mitra tutur melakukan suatu sebagaimana diinginkan penutur. Kalimat imperatif
dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau
kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. kalimat
imperatif merupakan suruhan untuk melakukan sesuatu sampai larangan untuk
melakukan sesuatu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif
dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Secara singkat,
menjadi lima macam, yakni (1) kalimat imperatif biasa, (2) kalimat imperatif
permintaan, (3) kalimat imperatif pemberian izin, (4) kalimat imperatif ajakan,
dan (5) kalimat imperatif suruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Contoh:
A: Monik tolong ambil botol minumku.”
Konteks: Dituturkan oleh teman Monik pada saat pada saat ia mau minum, tetapi
botol airnya tidak berada didekatnya
Dalam tuturan (A) menunjukan bahwa penutur meminta mitra tutur untuk
mengambil botol minumnya yang pada saat itu tidak berada di dekatnya. Tuturan
tersebut mengandung maksud meminta.
d. Fungsi Eksklamatif
Kalimat eksklamatif adalah kalimat yang dimaksudkan untuk menyatakan
rasa kagum. Karena kalimat eksklamatif menggambarkan suatu keadaan yang
mengundang kekaguman. Kalimat ini disusun dari kalimat deklaratif yang
berpredikat adjektiva. Ketentuan-ketentuan berikut dapat digunakan untuk
membentuk tuturan eksklamatif yakni, (1) susunan kalimat dibuat invensi, (2)
pertikel-nya melekat pada predikat yang telah diletekan di depan subjek, (3) kata
seru alangkah dan bukan main diletakan di posisi terdepan.
Contoh:
A: “Wah... Bukan main sopannya kedua penjaga makam Ibu Negara yang sebelah
utara itu.”
Konteks: Dituturkan oleh seorang pengunjung yang sudag berusia lanjut di
makam Ibu Negara. Tuturan itu disampaikan pada saat ia bersama
dengan temannya beranjak meninggalkan kompleks makam.
Dalam tuturan (A), penutur mengutarakan rasa kagunya terhadap kedua
penjaga makam Ibu Negara yang sangat sopan. Tuturan di atas menunjukan
bahwa penutur mengutarakan rasa kekagumannya kepada keadaan di sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
e. Fungsi Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang di dalamnya terkandung maksud
memberikan penekanan khusus. Dalam bahasa Indonesia, penekanan khusus itu
biasanya dikenakan pada bagian subjek kalimat. Penekanan khusus itu dapat
dilakukan dengan cara menambahkan informasi lebih lanjut tentang subjek itu.
Dengan demikian, terdapat dua ketentuan pokok yang dapat digunakan untuk
membentuk kalimat empatif dalam bahasa Indonesia, yakni (1) menambahkan
partikel-kah pada subjek dan (2) menambahkan kata sambung yang di belakang
subjek.
Contoh:
A: “Para pengurus kopma-lah yang pertama kali harus mempertanggungjawabkan
ketidakberesan uang dan barang dagangan itu”
Konteks: Dituturkan oleh seorang dosen kepada rekannya yang juga seorang
dosen pada sebuah kampus. Tuturan itu muncul karena pada saat itu
sedang ada kasus ketidakberesan keungan koperasi mahasiswa di
kampus itu.
Dalam tuturan (A) merupakan tuturan yang mengandung kalimat empatik.
Tuturan tersebut menunjukan bahawa penutur telaj memberikan penekanan pada
kata kopma yakni menambahkan partike kah.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berpikir, peneliti akan memberikan gambaran mengenai apa
yang peneliti lakukan. Penelitian ini dilatarbelakngi masalah-masalah siswa-siswi
kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang kurang mampu menggunakan
bahasa secara santun pada saat berkomunikasi khususnya dalam proses
pembelajaran Bahasa Indonesia. Peneliti bisa merekam suara, membuat video
ataupun mencatat hasil pembicaraan siswa-siswi yang dianggap santun serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
fungsi tuturan santun selama proses pembelajaran berlangsung, antara siswa
dengan siswa dan siswa dengan guru. Berdasarkan judul yang diambil oleh
peneliti, pengetahuan ataupun teori yang mendukung dalam penelitian ini adalah
terori pragmatik, konteks, kesantunan, prinsip kesantunan dan fungsi kesantunan
dalam berkomunkasi. Berikut ini digambarkan hasil kerangka berpikir:
2.1 Kerangka Berpikir
ANALISIS PENANDA DAN FUNGSI KESANTUNAN
BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
BAGI SISWA-SISWI KELAS XI IPS SMA PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA
KAJIAN
PRAGMATIK
FUNGSI KESANTUNAN
BERBAHASA MENURUT
KUNJANA RAHARDI
PENANDA
KESANTUNAN
LEECH
KESANTUNAN
BERBAHASA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai enam hal diantaranya (1)
jenis penelitian, (2) sumber data dan data penelitian, (3) teknik pengumpulan data,
(4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis data, (6) triangulasi data. Keenam hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian penanda dan fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
ini, menggunakan jenis penelitian yaitu metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode deskpriptif yaitu metode paparan hasil temuan berdasarkan
fakta yang ada atau fenomena yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan
di lapangan. Menurut Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
prilaku, persepsi, tindakan, dll secara holistik dan dengan cara deskrispi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan deskriptif kualitatif yang dimaksud
adalah penelitian yang akan memberikan berbagai gambaran mengenai penanda
kesantunan dan ketidasantunan berbahasa serta fungsi kesantunan dan
ketidaksantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa-
siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif karena data yang digunakan sebagai objek dalam
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
penelitian yaitu berupa tuturan dari siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan
penelitian terhadap tigas kelas yakni kelas XI IPS 1, XI IPS, dan XI IPS 3 yang
masing-masing kelas terdiri dari 30 siswa. Peneliti mulai mengambil data pada
tanggal, 13 February 2019 sampai dengan tanggal, 27 Maret 2019. Peneliti
melakukan pengambilan data tiga kali dalam seminggu, yakni pada hari Rabu,
Kamis, dan Jumat. Dalam melaukan penelitian, durasi yang digunakan peneliti
untuk mengambil data yaitu, dua jam dalam sekali pertemuan. Adapun data dalam
penelitian ini berupa tuturan dari siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik observasi, rekam dan catat. Berikut uraian dari tiga teknik tersebut.
a. Teknik observasi
Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data, yakni peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam teknik observasi ini, peneliti akan
mengamati penggunaan bahasa dari siswa kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, peneliti akan
mengamati penggunaan tuturan yang mengandung penanda kesantunan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ada enam maksim serta fungsi kesantunan yakni ada lima fungsi. Selain itu,
peneliti juga mengamati konteks selama berinteraksi.
b. Teknik catat
Teknik catat merupakan teknik untuk mencatat data yang diperoleh dari
informan. Dalam melakukan teknik catat, peneliti sudah membekali diri dengan
membuat kartu data yang telah disediakan. Dalam teknik catat ini, peneliti akan
mencatat tuturan-tuturan yang mengandung prinsip kesantunan berbahasa serta
fungsi kesantunan berbahasa disertai konteksnya.
c. Teknik rekam
Teknik rekam digunakan untuk merekam tuturan yang terajadi di kelas.
Peneliti merekam menggunakan alat yang sudah peneliti sediakan yakni
menggunakan handphone. Tekni rekam ini digunakan peneliti untuk kembali
mendengar tuturan yang belum sempat dicatat.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab
permasalahan penelitian. Adapaun instrumen yang akan diguanakan peneliti
dalam melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan berbekal
pengetahuan pragmatik dengan fokus penanda dan fungsi kesantunan berbahasa.
Peneliti sebagai instrumen penelitian, memegang peranan yang sangat penting
dalam penelitian. Salah satu peran tersebut yakni dalam mengumpulkan data.
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik utama yaitu teknik
observasi. Dalam teknik observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
penggunaan bahasa. Selain teknik observas, peneliti juga menggunakan teknik
catat, yakni mencatat tuturan-tuturan yang dituturkan oleh siswa dan guru yakni,
tuturan-tuturan yang diduga merupakan tuturan yang termasuk dalam enam
penanda kesantunan berbahasa dan lima fungsi kesantunan berbahasa. Selain
teknik observasi dan catat, peneliti juga melakukan teknik rekam untuk
mendengar kembali tuturan-tuturan yang belum sempat dicatat.
Sebagai bekal pengumpulan data, peneliti melengkapi diri dengan format
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penanda kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Data tuturan ......................................................................................
....................................................................................
Konteks ............................................................................................
...........................................................................................
Analisis ............................................................................................
............................................................................................
2. Fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Data tuturan ...................................................................................
...........................................................................................
konteks ................................................................................................
...........................................................................................
Analisis ...................................................................................................
..................................................................................................
3.5 Teknik Analisis Data
(Moleong 2006: 247) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan hasil observasi untuk menganalisis data tuturan.
Dalam penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulan data dan
setelah selesai pengumpulan data. Adapun analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode deskpriptif, yakni metode yang berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data yang sudah terkumpul sebagaimana adanya.
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai
berikut:
a. Peneliti mengidentifikasi data
Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mengumpulkan,
meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari kebutuhan lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pada tahap identifikasi, peneliti mengidentifikasi penanda dan fungsi kesantunan
berbahasa yang dituturkan oleh siswa. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui
tuturan-tuturan mana yang masuk dalam penanda dan fungsi kesantunan dan yang
tidak termasuk.
b. Peneliti mengklasifikasi data
Klasifikasi data berguna untuk mengelompokan dan mengklasifikasikan data.
Setelah peneliti melakukan identifikasi data, peneliti kemudian mengelompokan
data tuturan berdasarkan prinsip kesantunan dan fungsi kesantunan. Klasifikasi
data bertujuan untuk mengetahui tuturan mana saja yang termasuk dalam penanda
kesantunan yang terdiri dari enam, yakni penanda maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan,
dan maksim kesimpatisan. Selain itu, untuk mengetahui tuturan mana saja yang
termasuk dalam fungsi kesantunan berbahasa, yakni fungsi menyatakan
(Deklaratif), fungsi menanyakan (interogatif), fungsi memerintah (imperatif),
fungsi eksklamatif, dan fungsi empatik.
c. Peneliti menginterpretasi data (pemaknaan data)
Interpretasi merupakan sebuah bentuk dari kegiatan untuk melakukan
penggabungan terhadap sebuah hasil dari analisis dengan berbagai macam
pertanyaan dan kriteria, maupun pada sebuah standar tertentu guna untuk dapat
mencipatakan sebuah makna. Peneliti menginterpretasi tuturan siswa untuk
mengetahui penanda dan fungsi yang terdapat dalam tuturan tersebut. Selain itu,
peneliti juga melihat respon yang diberikan siswa setelah guru memberikan
tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Melaporkan
Melaporkan merupakan catatan mengenai informasi mengenai data yang
diperoleh dan dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Melaporkan menjadi tahap
akhir peneliti untuk mendeskripsikan data. Peneliti menjelaskan dalam kata-kata
mengenai penanda dalam kesantunan berbahasa serta fungsi dalam kesantunan
berbahasa itu sendiri.
3.6 Triangulasi Data
Penelitian penanda dan fungsi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia bagi siswa-siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexi J. Moleong (2006: 330), triangulasi
adalah teknik pemerikasaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk
melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.
Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan keahlian peneiliti lain untuk membantu mengurangi
ketidakcermatan dalam langkah pengumpulan data. Penelitia lainnya yang
melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini adalah pakar yang ahli
dalam bidang pragmatik yakni, Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian berupa tuturan dari kegiatan pembelajaran siswa-siswi
kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan jangka waktu bulan
Februari-Maret 2019. Jumlah data yang di analisis sebanyak 20 tuturan. Data di
analisis berdasarkan prinsip kesantunan dengan kaidah kesantunan menurut Lecch
(1993) dan fungsi kesantunan menurut Kunjana Rahardi (2005).
Dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan adanya komunikasi antara pendidik
dan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik. Dengan adanya
komunikasi proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Peneliti
menganalisis data berdasarkan kaidah yang ditetapkan oleh (Lecch 1993). Peneliti
menggunakan kaidah kesantunan Leech dan fungsi kesantunan menurut Kunjana
Rahardi (2005) karena, sub maksim Leech dan fungsi kesantunan Kunjana sesuai
dengan apa yang harus diperhatikan ketika dalam proses pembelajaran.
Untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran dengan baik, maka peserta
didik dalam berkomunikasi harus memperhatikan dan menggunakan maksim
kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati,
maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian yang sesuai dengan sub maksim
Leech (1993). Selain itu, harus memperhatikan fungsi kesantunan, yakni fungsi
menyatakan infromasi (deklaratif), menyatakan perjanjian (deklaratif), pemberian
izin (imperatif), penjelasan (deklaratif), dan menyetujui (imperatif).
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Berdasarkan hasil penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, peneliti
menemukan ada 50 tuturan. Triangulasi dilakukan oleh Dr. R. Kunjana Rahardi,
M. Hum. selaku dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah ditriangulasi, data yang disetujui
sebanyak 48 tuturan.
4.2 Analisis Data
Hasil penelitian terhadap Penanda dan Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Siswa-Siswi Kelas Xi IPS SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta sebagai berikut :
4.2.1 Analisis Penanda kesantunan berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia bagi Siswa-Siswi kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta Berdasarkan Prinsip Kesantunan Leech.
Setalah melakukan penelitian, peneliti menemukan 4 penanda kesantunan
berbahasa siswa kelas XI IPS kepada guru SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Penanda kesantunan tersebut terdiri dari maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim kerendahan hati, dan maksim ksesepakatan. Peneliti
mendeskripsikan penanda kesantunan berbahasa tersebut sebagai berikut:
4.2.1.1 Penanda Maksim Kebijaksaaan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan dapat diartikan
sifat atau kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan
pengetahuannya), arif tajam pemikiran dan mempunyai kejakapan atau berhati-
hati apabila apabila menghadapi kesulitan. Ketika bertutur, sifat bijaksana juga
harus diperhatikan agar proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
berjalan dengan lancar dan terasa santun. Gagasan untuk bertutur secara santun ini
dikemukan oleh Leech (1993) ke dalam 6 maksim salah satunya adalah maksim
kebijaksanaan, dimana penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian orang
lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain agar tuturan menjadi santun.
Maksim kebijaksanaan mengamanatkan hendaknya penutur harus
mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan mamaksimalkan keuntungan bagi
orang lain ketika bertutur. Maksim ini diungkapkan dengan menggunakan ujaran
impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan
untuk menyatakan perintah. Sedangkan tuturan komisif adalah tindak tutur yang
dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di
masa yang akan datang, dan tuturan ini berfungsi untuk menyatakan janji,
penawaran. Dengan berpedoman pada maksim ini, diharapkan proses komunikasi
dapat berjalan dengan baik dan tidak ada rasa saling menyakiti antara penutur dan
mitra tutur. Dalam lingkup formal, pematuhan terhadap maksim ini sering
dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran di kelas seperti di bawah ini:
1. Penyaji : Pagi teman-teman
Peserta diskusi : Pagi....
Penyaji : Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan
menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu.
Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul proposal
saya adalah tentang pengaruh penggunaan gadget bagi
prestasi belajar siswa. Sekian laporan saya, terima
kasih.
Koteks : Penutur adalah penyaji, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan tersebut ditujukan penutur penyaji) kepada
seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika akan
membacakan hasil temuan mengenai judul proposal.
2. Siswa : Pak, judul saya penggunaan gadget di kalangan masyarakat.
Guru : Masalahmu apa ?
Siswa : Penggunaan gadget di zaman sekarang tu banyak pengaruh di
kalangan masyarakat, kaya bisa buat kecanduan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Guru : Gadget itu apa sih, apakah laptop itu termasuk gadget juga?
Makanya coba buat lebih spesifik, gedgetnya apa? terus mau
cari pengaruhnya dari apa dan terhadap apa.
Siswa : Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan
kepada penutur (siswa) terkait dengan judul proposalnya.
3. Guru : Temukan hal-hal yang masih salah dalam KTI kaka tingkat.
Perhatikan dibagian isi, mulai judul, pendahuluan dan sebagainya.
Tujuan kalian saya minta buat analisis KTI ini biar kalian bisa tahu mana
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis KTI.
Siswa : Baik pak, terima kasih atas arahannya, kami akan
mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.
konteks : Penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam
kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk
tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis
ilmiah) kaka tingkat.
4. Sisiwa : Pak saya mau tanya
Guru : Iya gimaan Ave mau tanya apa?
Sisiwa : Pak saya tu bingung menentukan antara judul saya pak
Guru : Judul kamu sekarang tentang apa?
Siswa : Tentang penggunaan teknologi yang memberikan kecanduan
pada anak zaman sekarang. Menurut bapak bisa gak yah itu
pak?
Guru : Semua masalah itu bisa dijadikan untuk bahan penelitian.
Punyamu ini bisa cuman kalimatmu mungkin diubah, misalnya
pengaruh penggunaan gadget bagi anak zaman sekarang
Siswa : Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima
kasih pak
Guru : Iya sama-sama. Sana kerjakan.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa
perumusan kalimat dalam judul penelitian perlu diubah.
5. Guru : Kalau sudah selesai langsung di upload yah, waktu tinggal dikit
lagi. Jangan lupa di cek, siapa tau masih ada yang belum dikerjakan
Siswa : Syukurlah pak, untuk bapak ngasih tau jadi aku bisa tahu
kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.
Makasih banyak pak Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa sebelum tugas di
upload, harus di cek terlebih dahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang siswa yang akan memaparkan
judul proposalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penutur menggunakan
diksi yang mencerminkan kesantunan ketika menuturkan pesannya yakni “Terima
kasih” yang berarti mencerminkan rasa hormat kepada mitra tutur (peserta
diskusi) selain itu dalam pengucapannya enak didengar. Hal ini dapat dilihat
dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
tersebut ditujukan kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) ketika penutur akan
membacakan hasil temuan mengenai judul proposal. Data tuturan (1) tersebut
tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech. Khusunya maksim kebijaksanaan,
yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin,
yang terlihat dari tuturan “Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan
menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu. Saya minta perhatiannya
yah.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas penutur menggunakan diski yang
mencerminkan kesantunan yakni “Terima kasih atas kesempatannya,” yang
menunjukan bahwa penutur bermaksud untuk menghormati mitra tutur (peserta
diskusi).
Selanjutnya tuturan (2) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat
jawaban dan masukan dari mitra tutur (guru) mengenai judul proposal yang
dibuat. Dalam bertutur, Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan
kesantunan yakni, “Terima kasih banyak pak” ditujukan kepada mitra tutur (guru)
yang sudah memberikan masukan mengenai judul proposal dan tuturan tersebut
terikat pada konteks dimana penutur adalah seoarng siswa, dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan kepada penutur (siswa)
terkait dengan judul proposalnya. Berdasarkan tuturan (2) diatas, penutur telah
mematuhi prinsip kesantunan Leech, khusunya maksim kebijaksanaan, yakni
tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain sebesar mungkin, yang
terlihat dari tuturan “Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.”
Jelas terlihat bahwa penutur menerima masukan dari mitra tutur (guru) dan
berjanji akan memperbaiki judul proposalnya, dan hal tersebut akan menimbulkan
perasaan senang bagi mitra tutur (guru) karena apa yang disampaikannya diterima
baik oleh penutur.
Selanjutnya data tuturan (3) dituturkan oleh siswa ketika mendapat arahan
yang diberikan oleh mitra tutur (guru) terkait dengan apa yang akan dikerjakan.
Dalam bertutur penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni
“Terima kasih” yang ditujukan kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan
arahan mengenai apa yang harus dikerjakan dalam KTI (karya tulis ilmiah) milik
kaka tingkat, dan hal ini terikat dalam konteks penutur adalah seorang siswa, dan
tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan
penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk tidak
berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis ilmiah) kaka tingkat. Tuturan
(3) tersebut tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim
kebijaksanaan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan bagi orang lain
sebesar mungkin, yang terlihat dari tuturan “Baik pak terima kasih atas
arahannya, kami akan mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.” Dalam
tuturan tersebut jelas terlihat bahwa penutur (siswa) menerima arahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
diberikan oleh mitra tutur (guru), dan dalam tuturan tersebut menandakan bahwa
penutur menghormati dan menghargai mitra tutur.
Dataran tuturan (4) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa penutur harus mengubah rumusan kalimat dalam
masalahnya tersebut, serta mitra tutur (guru) juga memberikan contoh kalimatnya
Hal ini dapat di lihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa perumusan kalimat dalam
judul penelitian perlu diubah. Data tuturan (4) dianggap sebagai bentuk tuturan
yang santun karena telah mematuhi prinsip kesantunan Leech khususnya maksim
kebijaksanaan, yakni penutur harus mamaksimalkan keuntungan bagi orang lain
ketika bertutur. Tuturan yang dianggap santun dapat dilihat dalam tuturan “Baik
pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima kasih pak.” Dalam tuturan
tersebut, terlihat jelas bahwa penutur telah menerima masukan dari mitra tutur
untuk merumuskan kembali kalimat dalam masalah penelitian. Hal tersebut akan
membuat mitra tutur merasa senang karena apa yang disampaikan dapat diterima
baik oleh penutur. Tuturan di atas telah mematuhi maksim kebijaksanaan, karena
penutur telah mamaksimalkan keuntungan penutur ketika bertutur, yakni penutur
telah menerima masukan dari mitra tutur dan penutur telah menggunakan diksi
yang mencerminkan kesantunan yakni “Terima kasih pak.”
Data tuturan (5) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru
yang mengatakan bahwa sebelum para siswa mengupload tugas, harap dicek
ulang siapa tahu ada yng terlewati untuk dikerjakan. Hal ini dapat di lihat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
konteks penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur yang
mengatakan bahwa sebelum tugas di upload, harus di cek terlebih dahulu. Data
tuturan (5) merupakan tuturan yang dianggap santun karena mematuhi prinsp
kesantunan Leech khususnya maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus
memberikan keuntungan bagi mitra tutur sebanyak mungkin. Tuturan yang
dianggap santun dapat dilihat dalam tuturan “Syukurlah pak, untung bapak ngasih
tahu jadi aku bisa tau kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.
Makasih banyak pak.” Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur telah
memberikan jawaban yang mengurangi kerugian mitra tutur. jawaban yang
diberikan penutur akan menimbulkan perasaan senang oleh mitra tutur.
Dari hasil analisis data di atas, peneliti menemukan ada 5 tuturan yang
menerapkan maksim kebijaksanaan. Lima tuturan tersebut terdiri dari tuturan
yang dituturkan oleh penutur (penyaji) kepada mitra tutur (peserta diskusi), serta
tuturan yang dituturkan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Dalam
bertutur, penutur telah menggunakan bahasa yang santun serta tuturannya
memberikan keuntungan bagi mitra tutur. Hal ini sejalan dengan apa yang
diamanatkan oleh Leech (1993) dalam maksim kebijaksanaan, yakni tuturan harus
meminimlkan kerugian mitra tutur dan memaksimalkan keuntungan mitra tutur
sebesar mungkin ketika bertutur. Dalam tuturan di atas, terlihat jelas bahwa apa
yang dituturkan oleh penutur telah memberikan keuntungan kepada mitra tutur.
Tuturan yang menerapkan maksim kebijaksanaan akan dikatakan sebagai bentuk
tuturan yang santun, dan dalam berkomunikasi jika seseorang menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
maksim kebijaksanaan maka akan dijamin proses komunikasi akan berjalan
dengan lancar.
4.2.1.2 Penanda Maksim Kedermawanan
Kedermawanan mempunyai arti sebagai kebaikan hati terhadap sesama
manusia atau kemurahan hati (KBBI). Melihat hal ini, apabila suatu tuturan
memerhatikan kebaikan hati atau kemurahan hati maka dapat dipastikan proses
komunikasi dapat berjalan dengan baik, karena bila antara penutur dan mitra tutur
sama-sama berbaik hati maka tuturan tidak akan melukai hati satu sama lain.
Leech mempunyai gagasan agar tuturan terasa santun salah satunya dengan
memerhatikan arti kedermawanan, yakni tuturan haruslah membuat keuntungan
diri sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin,
itulah yang dinamakan maksim kedermawanan (kerendahan hati). Dengan
mematuhi prinsip ini, maka tuturan akan semakin lebih santun baik dalam lingkup
sehari-hari atau formal.
Penutur yang mampu mematuhi maksim ini akan dianggap sebagai orang
yang tahu sopan santun dan pintar menghargai orang lain. Tuturan ini biasanaya
diujarkan dengan tuturan impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah bentuk
tuturan yang digunakan untuk menyatakan perintah. Sedangkan tuturan komisif
adalah tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya
terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang, dan tuturan ini berfungsi
untuk menyatakan janji, penawaran. Apabila dalam suatu proses komunikasi,
penutur dan mitra tutur mematuhi maksim ini, maka dapat dipastikan proses
komunikasi akan berjalan dengan baik dan santun karena penutur dan mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mempunyai keinganan untuk saling menghargai satu sama lain. Pematuhan
maksim kedermawanan ini dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam lingkup formal, dalam lingkup formal pematuhan terhadap maksim ini
sering dijumpai , salah satunya dalam proses pembelajaran di kelas berikut ini :
6. Siswa 1 : Cak, ini yang dimaksud dengan kerangka teori itu apa sih?
Siswa 2 : Yah itu teori yang akan kamu gunakan. Kamu teorinya pake
apa ?
Siswa 1 : aku belum nemu dari tadi.
Siswa 2 : Sek yah tak selesaikan bagianku, habis tu baru aku bantu
carikan punyamu.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa 2)
terhadap respon atau jawaban yang diberikan oleh mitra
tutur (siswa 1) dimana ia belum menemukan teori yang
digunakan.
7. Siswa 1 : Judul ini gimana pak, bisa gak ? (berebutan untuk bertanya)
Guru : Satu-satu yah tanyanya, siapa yang lebih dulu ?
Siswa 1 : Yaudah itu dulu aja gak papa pak, habis tu baru aku.
Konteks : Penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam
kelas, tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2)
terhadap respon mitra tutur (guru) yang meminta para siswa
untuk bertanya satu-satu.
8. Guru : Bagi yang tidak membawa format KTI, kalian bisa menggunakan
buku paket kalian saja. Silahkan kalian cari di buka paket, hal-hal apa
saja yang diperhatikan dalam menulis KTI.
Siswa 1 : Hito, aku gak bawa buku paketnya e, nanti kita gantian pake
yah. Habis kamu pake aku pinjam punyamu.
Siswa 2 : Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake
baru aku aja gk papa.
Siswa 1 : Yah bener nih to? Makasih yah.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap
pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang menyatakan
bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam
buku paket penutur.
9. Siswa 1: Zefa, ako boleh minta bantuan kamu gak?. Ini kok aku gak bisa
login komputernya yah. Waktunya tinggal dikit lagi dan aku belum
ngerjain lagi
Sisiwa 2 : Coba kamu pindah ke komputer lain
Sisiwa 1 : Sama aja Zef, yang lainnya apada eror
Sisiwa 2 : Oke bentar, aku upload punyaku bentar nanti aku
bantuin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur
(siswa 2) kepada mitra tutur (siswa 1) yang mengatakan
bahwa ia tidak bisa login di komputernya dan komputer
lainnya eror.
10. Sisiwa 1 : Cin, aku gak bawa EYD, nanti boleh gantian yah, aku pinjam
punyamu
Siswa 2 : Yaudah ni pake dulu aja.
Sisiwa 1 : Lah nanti kamu gimana?
Siswa 2 : Gampang nanti, kamu pake 30 menit abis tu gantian
Siswa 1 : Oke makasih yah
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur
(siswa 2) yang meminjamkan EYD miliknya kepada mitra
tutur (siswa 1)
11. Siswa 1 : Pak, ini kok komputer saya dari tadi gak mau login e
Guru : Coba kamu pindah ke komputer lain
Siswa 2 : Eh Gus, komputer di samping gue ni bisa. Ini lu login pake
komputer gue ni, biar gue pindah di sebelah
Siswa 1 : Eh yaudah aku yang di sebelah aja, kan kamu udh login
punyamu tadi.
Siswa 2 : Santai bro. Aku baru aja mau login. Sini loh
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa 2)
kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa komputernya
tidak bisa login.
Data tuturan (6) di tuturkan oleh seorang siswa ketika mengerjakan
proposal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari konteks,
penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (siswa 2) terhadap respon atau jawaban yang diberikan
oleh mitra tutur (siswa 1) dimana ia belum menemukan teori yang digunakan.
Dalam tuturan (6) tersebut, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya
maksim kedermawanan yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri
sekecil mungkin dan buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin, yang terlihat
dalam tuturan “Sek yah tak selesaikan bagiaku, habis tu baru aku bantu carikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
punyamu.” Dalam tuturan tersebut, tuturan yang dituturkan penutur (siswa 2)
telah meminimlakan keuntungan bagi dirinya sendiri. Penutur (siswa 2)
menyatakan kesediaannya membantu mitra tutur (siswa 1) untuk mencari teori
yang akan mitra tutur gunakan, dan hal ini menunjukan bahwa penutur (siswa 2)
berusaha untuk meminimalkan keuntungan sendiri yakni dengan membantu mitra
tutur dalam mencari teorinya.
Data tuturan (7) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat respon
dari mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk bertanya satu-satu. Hal ini
terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di dalam
kelas, tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 1) terhadap respon mitra tutur
(guru) yang meminta para siswa untuk bertanya satu-satu. Dalam tuturan (7)
tersebut, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya maksim
kedermawanan yakni, tuturan harus membuat keuntungan diri sendiri sekecil
mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin yang terlihat dalam
tuturan “Yaudah itu dulu aja gak papa pak, habis tu baru aku.” Dalam tuturan
tersebut, terlihat jelas bahwa penutur (siswa 2) berusaha untuk meminimalkan
keuntungan bagi dirinya sendiri dengan menyatakan bahwa ia bersedia mengalah
dan mempersilahkan teman-temannya yang lain untuk bertanya terlebih dahulu
kepada guru. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi penutur (siswa 2) karena ia
harus menunggu giliran untuk bertanya.
Data tuturan (8) dituturkan oleh penutur (siswa 2) ketika mendapat
pernyataa dari mitra tutur (siswa 1) yang tidak membawa buku paket dan
meminjam buku paket milih penutur (siswa 2). Hal ini terlihat dalam konteks,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan
tanggapan penutur (siswa 2) terhadap pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang
menyatakan bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam buku paket
penutur. Dalam tuturan (8) tersebut, penutur mematuhi prinsip kesantunan Leech
khusunya maksim kedermawanan yakni, tuturan haruslah membuat keuntungan
diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin
terlihat dalam tuturan “Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake
baru aku aja gak papa.” Terlihat jelas bahwa dalam tuturan tersebut penutur
(siswa 2) berusaha untuk membuat keuntungan dirinya sekecil mungkin dengan
menyatakan bahwa ia akan meminjamkan buku paket miliknya kepada mitra tutur
(siswa 1) bahkan penutur mempersilahkan mitra tutur untuk menggunakan buku
paketnya terlebih dahulu. Hal ini akan menimbulkan kerugian bagi penutur karena
penutur akan ketinggalan dalam membaca dan memahami tentang format dalam
menulis KTI (karya tulis ilmiah).
Data tuturan (9) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari
siswa 1 yang mengatakan bahwa semua komputer lagi eror sehingga ia tidak bisa
login pada komputernya. Hal ini dapat dilihat pada konteks, penutur adalah siswa
dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh
penutur (siswa 2) kepada mitra tutur (siswa 1) yang mengatakan bahwa ia tidak
bisa login di komputernya dan komputer lainnya eror. Data tuturan (9) dianggap
sebagai tuturan yang santun karena mematuhi prinsip kesantunan Leech khusunya
maksim kedermawanan, yakni penutur meminimalkan keuntungan diri sendiri dan
memaksimalkan kerugian diri sendiri. tuturan yang dianggap santun dapat di lihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dalam tuutran “Oke bentar, aku upload punyaku bentar nanti aku bantuin.”
Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur (siswa 2) mengatakan bahwa
ia akan membantu mitra tutur (siswa 1) untuk bisa membuat penutur dapat login
di komputernya. Hal ini menunjukan bahwa penutur siswa 2) telah
memaksimalkan kerugian dirinya sendiri, yakni dengan membantu mitra tutur
untuk login dalam dalam komputer penutur.
Data tuturan (10) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari
siswa 1 yang mengatakan bahwa ia tidak membawa EYD dan akan meminjam
EYD milik siswa 2. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan
tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh
penutur (siswa 2) yang meminjamkan EYD miliknya kepada mitra tutur (siswa 1).
Data tuturan (10) merupakan tuturan yang dianggap santun karena mematuhi
prinsip kesantunan Leech khususnya maksim kedermawanan, yakni tuturan harus
membuat kerugian diri sendiri sebasar mungkin. Tuturan yang tidak santun dapat
dilihat dalam tuturan “Yaudah ni pake dulu aja.” Dalam tuturan tersebut, terlihat
jelas bahwa penutur berusaha membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin
dengan mengatakan bahwa ia akan meminjamkan EYD miliknya kepada mitra
tutur, bahkan penutur memperslihakan mitra tutur untuk menggunakannya
terlebih dahulu. Hal ini akan membuat kerugian bagi penutur karena ia harus
menunggu untuk menggunakan EYD miliknya dalam mengerjakan tugas.
Data tuturan (11) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari
siswa 1 yang menyatakan bahwa ia tidak bisa login di komputernya. Hal ini dapat
dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa 2) kepada mitra tutur
yang mengatakan bahwa komputernya tidak bisa login. Data tuturan (11)
dianggap sebagai bentuk tuturan yang santun karena telah mematuhi prinsip
kesantunan Leech khususnya maksim kedermawanan, yakni tuturan harus
membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Tuturan yang dianggap santun
dapat dilihat dalam tuturan “Eh Gus, komputer di samping gue ni bisa. Ini lu login
pake komputer gue ni, biar gue pindah di sebelah.” Dalam tuturan tersebut
terlihat jelas penutur (siswa 2) telah mengurangi keuntungan dirinya dengan
mengatakan kepada mitra tutur (siswa 1) untuk login pada komputer miliknya.
Penutur mempersilahkan mitra tutur untuk menggunakan komputer miliknya
untuk login. Hal ini menunjukan bahwa penutur telah membuat kerugian bagi
dirinya, yakni penutur mempersilahkan mitra tutur menggunakan komputer
miliknya dan ia harus pindah ke komputer lain untuk login, dan belum tentu
komputer yang digunakan penutur bisa login seperti yang di komputer miliknya
yang sudah ia berikan kepada mitra tutur.
Dari hasil analisis data di atas, peneliti menemukan ada 6 tuturan yang
menerapkan maksim kedermawanan ketika bertutur, yakni tuturan yang
dituturkan oleh penutur (siswa 2) kepada mitra tutur (siswa 1) serta tuturan yang
dituturkan oleh penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru). Dalam bertutur, penutur
telah berusaha untuk membuat dirinya rugi sebanyak mungkin, dan hal ini sejalan
dengan apa yang diamanatkan oleh Leech (1993: 209) dalam maksim
kedermawanan, yani tuturan harus meminimalkan keuntungan diri sendiri dan
memaksimalkan kerugian diri sendiri sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
penutur telah memaksimalkan kerugian dirinya sendiri yakni dengan membantu
mitra tutur, meminjamkan buku miliknya kepada mitra tutur serta
mempersilahkan mitra tutur untuk bertanya terlebih dahulu. Dalam
berkomunikasi, orang yang menerapkan maksim kedermawanan akan dipandang
sebagai orang yang rendah hati, serta akan membuat proses komunikasi berjalan
dengan lancar.
4.2.1.3 Penanda Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur
untuk memuji diri sendiri sedikit mungkin, dan mengecam diri sendiri sebanyak
mungkin, Leech (1993: 214). Seseorang yang dapat menaati maksim ini dapat
dipandang sebagai orang yang rendah hati dan tidak sombong. Dalam kehidupan
sehari-hari, tidak sedikit orang yang memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri,
orang seperti itu akan dipandang menjadi orang yang tidak santun, dan sombong.
Apabila dalam tuturan sehari-hari dapat memaksimalkan maksim ini maka proses
komunikasi dapat menjadi santun.
Dalam komunkasi sehari-hari khusunya dalam lingkup formal, juga dapat
ditemukan pematuhan terhadap maksim ini. mereka yang bersifat rendah hati dan
tidak sombong akan menaati maksim ini. seperti halnya ditemukan peneliti dalam
proses pembelajaran berikut ini:
12. Guru : Ini Avi sudah selesai ngerjain, dan jawabannya benar semua. bagi
yang jawabannya masih salah, silahkan di cek di EYD
Siswa : Ah pak, jawaban saya juga masih ada yang salah kok. Tadi
cuman kebetulan aja benar
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pekerjaan penutur sudah selesai dan jawabnnya benar
semua.
Data tuturan (12) dituturkan oleh siswa ketika merespon atau menanggapi
pernyataan dari mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa pekerjaan dari siswa
tersebut sudah selesai dan jawabannya benar semua. Hal ini terlihat dalam
konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru)
yang mengatakan bahwa pekerjaan penutur sudah selesai dan jawabnnya benar
semua. Data tuturan (12) telah mematuhi prinsip kesantunan Leech yakni maksim
kerendahan hati, dimana penutur diharapkan untuk meminimalkan pujian terhadap
diri sendiri dan mengecam diri sendiri sebanyak mungkin, yang terlihat dalam
tuturan “Ah pak, jawaban saya juga masih ada yang salah kok. Tadi cuman
kebetulan aja benar”. Dalam tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur telah
meminimalkan pujian terhadap diri sendiri dan mengecam diri sendiri dengan
menyatakan jawabannya masih ada yang salah dan jawaban yang benar hanya
kebetulan semata. Dalam Tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur telah
merendahkan diri dihadapan mitra tutur (guru) yang sudah memujinya karena
menjawab semua pertanyaan dengan benar.
Dari hasil analisis data di atas, peneliti menemukan ada 1 tuturan yang
menerapkan maksim kerendahan hati, yakni tuturan yang ditujukan oleh penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru). Peneliti hanya menemukan satu tuturan dalam
maksim kerendahan hati. Hal ini dikarenakan, dalam tuturan di kelas, penutur
(siswa) masih belum memiliki sifat kerendahan hati yang besar sehingga tuturan
untuk maksim ini masih sangat minim. Dalam bertutur, penutur telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
merendahkan dirinya dihadapan mitra tutur yakni dengan mengecam dirinya
sendiri, dan hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan Leech dalam maksim
kerendahan hati, yakni penutur harus memuji diri sendiri sedikit mungkin, dan
mengecam diri sendiri sebanyak mungkin. Tuturan di atas menunjukan bahwa
penutur telah memberikan kecaman terhadap dirinya sendiri yakni dengan
mengatakan bahwa jawaban benar yang ia dapatkan hanyalah sebuah kebetulan.
Dalam berkomunikasi, jika seseorang menerapkan maksim ini, maka orang
tersebut akan dipandang sebagai orang yang rendah hati dan tidak sombong.
4.2.1.4 Penanda Maksim Kesepakatan
Maksim kesepakatan diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur
untuk sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurangi
ketidaksepakatan dengan mitra tutur. Seseorang yang dapat menaati maksim ini
dipandang sebagai orang yang memerhatikan topik pembicaraan, dan dengan
menaati maksim ini pula percecokan dapat dimanimalisir. Misalnya dalam proses
komunikasi, ketika penutur dan mitra tutur mempunyai paham yang berbeda,
diharpkan agar mereka tidak saling berkonfrontasi, agar hubungan antara penutur
dan mitra tutur tetap baik dan harmonis. Tidak dipungkri, kadang antar penutur
dan mitra tutur pendapat atau argumen yang berbeda, tetapi alangkah baiknya
penutur dan mitra tutur saling berpikir jernih dan mencari titik tengahnya agar
menemukan suatu kesepakatan. Tentulah dengan hal tersebut, proses komunikasi
akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan konflik. Oleh karena itu,
maksim kesepakatan ini perlu diketahui dan ditaati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dalam komunkasi sehari-hari, dapat ditemukan pematuhan terhadap
maksim ini. Mereka yang mau berlapang dada dan mau mengalah akan menaati
maksim ini, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran
berikut ini:
13. Siswa : Pak, kalau aku meneliti tentang pemikiran orang-orang tentang
anak-anak broken home itu bisa gak ?
Guru : Mending pengaruh kondisi keluarga terhadap prestasi siswa aja.
Monik : Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak,
saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah,
terima kasih pak.
Guru : Iya, gunakan itu saja.
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru)bahwa judul
proposal yang digunakan kurang tepat.
14. Siswa : Pak, rumusan masalah ini dalam bentuk pertanyaan yah, terus
semua kata tanya dimasukan semua yah ?
Guru : Iya bener sekali, misalnya bagaimanakah pengaruh penggunaan
gadget bagi remaja, terus bisa menggunakan kata tanya apa..
misalnya apa pengaruh penggunaan gadget. Cukup gunakan
kata tanya apa dan bagaiamana saja yah.
Siswa : Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup
gunakan kata tanya bagaiaman dan apa.
Guru : Iya, dilanjutkan yah
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
jawaban dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang
rumusan masalah dan kata tanya.
15. Guru: Nanti kalian menganalisis kebahasaan KTI kak tingkat kalian.
Tapi yang pertama kalian jangan membuka EYD dulu. Kerjakan
berdasarkan pengetahuan kalian saja dulu. Begitu yah. sepakat ?
Siswa : Siap pak, sepakat.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupapan respon yang diberikan oleh siswa kepada mitra
tutur (guru) yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan
tugas mereka tidak boleh membuka EYD.
16. Guru : Kalian selesaikan pekerjaan kalian, bapak tinggal sebentar karena
harus ke ruang panitia USBN. Kerjakan dengan baik, jangan mengobrol
kesana-kemari. Saya di sana cuman cuman 5 menit, setelah itu saya
periksa semua pekerjaan kalian. Dikerjakan yah.
Siswa : Iya pak, kami akan mengerjakan dan tidak berisik, tenang
aja pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Guru : Oke.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada
mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk mengerjakan
tugas dan tidak berisik.
17. Siswa : Pak aku tu, pengen ngambil masalaah tentang pengaruh anak-
anak muda yang jarag ke gereja atau tidak ke gereja ituloh pak terus nanti
buat dapat kenapa gak gereja itu aku nyebarin kuisoner dan wawancara.
Guru : Itu bisa saja, terus nanti kamu bisa meyebarkan kuisoner atau
wawancara untuk mendaptkan kenapa mereka tidak gereja.
Siswa : Oh berarti hanya kuisoner dan wawancara saja yah pak
Guru: Iya kuisoner dan wawancara.
Siswa : Yaudah pak, berarti sepakat dengan kuisoner dan
wawancara saja yah pak.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa dalam
mengumpulkan data penutur menggunakan kuisoner dan
wawancara
18. Guru : Nanti kalian mengerjakan dengan tenang, bapak tinggal sebentar.
Di belakang ada mbak Ephy, jadi kalian harus jaga sikap yah.
Siswa : Iya pak, tenang aja. Kami akan jaga sikap kok.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur
harus mengerjakan tugas dengan tenang.
19. Sisiwa : Pak judul saya tentang pengaruh pergaulan siswa pada
perkembangan diri. Itu bisa gak pak?
Guru : Iya.. nanti kamu mengamati untuk anak SMA atau SMP kamu
silahkan memilih itu.
Siswa : Kalau saya mengamati anak SMP gimana pak
Guru : Gini aja kamu mending amati anak SMA karena tingkat
pergaulannya sangat tinggi. Apalagi kamu bisa lihat teman-
teman kamu di sini kan
Siswa : Oh iya pak, berarti saya amati anak SMA saja yah pak,
makasih.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada
mitra tutur (guru)yang mengatakan bahwa penutur lebih baik
mengamati anak SMA saja dibanding dengan anak SMP.
20. Guru: Ini adalah tugas kedua kalian. Dan tugas ini akan bapak ambil
nilai. Kalian kerjakan berdasarkan suruhan yang sudah ada di komputer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kalian masing-masing. Kalau ada yang tidak jelas, kalian bertanya ke
bapak, jangan tanya ke teman kalian
Sisiwa : Iya pak, siap laksanakan
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terajdi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur
(siswa) kepada mitra tuutr (guru) yang mengatakan bahwa
tugas dikerjakan berdasarkan arahan yang ada di komputer
dan jika ada pertanyaan yang tidak jelas, bisa beranya
langsung kepada mitra tutur.
Data tuturan (13) dituturkan oleh siswa ketika mendapat jawaban yang
diberikan oleh guru mengenai judul proposal. Hal ini terlihat dalam konteks,
penutur adalah seorang siswa tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari siswa ketika mendapat masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru)
bahwa judul proposal yang digunakan kurang tepat. Data tuturan (13) dipandang
sebagai bentuk tuturan yang santun karena mengusahakan kesepakatan dengan
penutur (siswa) dan mitra tutur (guru), dengan hal ini baik penutur maupun mitra
tutur sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan. Hal ini sejalan
dengan prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan
yakni membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin, yang
terlihat dalam tuturan “Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak,
saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah, terima kasih pak. Dalam
tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur (siswa) menyatakan kesepakatannya
dengan mitra tutur (guru) untuk mengubah judul proposal seperti yang disampikan
oleh mitra tutur. Tuturan yang dilontarkan penutur menunjukan bahwa penutur
bersepakat dengan mitra tutur untuk mengubah judul proposalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Data tuturan (14) dituturkan oleh siswa ketika mendapat jawaban yang
diberikan oleh guru mengenai rumusan masalah dan kata tanya yang digunakan.
Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat jawaabn
dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang rumusan masalah dan kata
tanya. Data tuturan (14) merupakan tuturan yang santun karena dalam bertutur
penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang
terlihat dalam tuturan “Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup
gunakan kata tanya bagaiaman dan apa.” Tuturan tersebut telah memenuhi
maksim kesantunan Lecch (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni
membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam tuturan
tersebut terlihat jelas bahwa tuturan yang dilontarkan penutur menunjukan bahwa
penutur bersepakat dengan mitra tutur untuk menggunakan kata tanya apa dan
bagaiaman dalam merumuskan masalah dalam proposal, dan dengan hai ini baik
penutur maupun mitra tutur sama-sama menerima dan tidak menimbulkan
perdebatan.
Data tuturan (15) dtuturkan oleh siswa yang menanggapi pernyataan dari
mitra tutur (guru) untuk tidak membuka EYD pada saat mengerjakan tugas. Hal
ini terlihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh siswa kepada mitra tutur (guru)
yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan tugas mereka tidak boleh membuka
EYD. Data tuturan (15) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena
mengusahakan kesepakatan antara penutur (siswa) dan mitra tutur (guru), dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
hai ini baik penutur maupun mitra tutur sama-sama menerima dan tidak
menimbulkan perdebatan. Hal ini sejalan dengan prinsip kesantunan Leech (1993:
217) khusunya maksim kesepakatan yakni membuat kesepakatan diri dengan
orang lain sebanyak mungkin, yang terlihat dalam tuturan “Siap pak, sepakat.”
Tuturan yang dilontarkan penutur menunjukan bahwa penutur (siswa) bersepakat
dengan mitra tutur (guru) untuk tidak membuka EYD pada saat mengerjakan
tugas.
Data tuturan (16) dituturkan oleh siswa yang menanggapi pernyataan dari
guru yang menyatakan bahwa para siswa harus mengerjakan tugas dengan baik
dan tidak boleh berisik. Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan
tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk mengerjakan tugas dan
tidak berisik. Data tuturan (16) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun
karena dalam tuturan tersebut penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan
mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Iya pak, kami akan mengerjakan
dan tidak berisik, tenang aja pak” Dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) telah
mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan
yakni dalam bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain
sebanyak mungkin. Dalam tuturan di atas, terlihat jelas bahwa penutur
menyatakan bahwa mereka sepakat dengan mitra tutur untuk mengerjakan tugas
dan tidak berisik, dan dengan hai ini baik penutur maupun mitra tutur sama-sama
menerima dan tidak menimbulkan perdebatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Data tuturan (17) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa untuk mengumpulkan data, cukup menggunakan
kuisoner dan wawancara. Hal ini dapat dilihat dalam konteks Penutur adalah
siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang
diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa
dalam mengumpulkan data penutur menggunakan kuisoner dan wawancara. Data
tuturan (17) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun, karena dalam tuturan
tersebut, penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru),
yang terlihat dalam tuturan “Yaudah pak, berarti sepakat dengan kuisoner dan
wawancara saja yah pak.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi
prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni dalam
bertutur, penutur harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak
mungkin. Dalam tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya
dengan mitra tutur untuk menggunakan kuisoner dan waancara dalam
mengumpulkan data. Hal ini akan membuat mitra tutur merasa senang, karena apa
yang dikatakannya diterim baik oleh penutur.
Data tuturan (18) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang menyatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas dengan tenang.
Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada
mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas
dengan tenang. Data tuturan (18) dipandang sebagai tuturan yang santun, karena
dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Iya pak, tenang aja. Kami akan jaga
sikap kok.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan
Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan yakni dalam bertutur, penutur
harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam
tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur
untuk menjaga sikap saat mengerjakan tugas. Hal ini tentunya akan membuat
perasaan mitra tutur senang.
Data tuturan (19) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa lebih baik mengamati anak SMA karena tingkat
pergaulan anak SMA lebih bebas. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur
adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur
lebih baik mengamati anak SMA saja dibanding dengan anak SMP. Data tuturan
(19) dianggap sebagai bentuk tuturan yang santun, karena dalam tuturan tersebut,
penutur (siswa) mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang
terlihat dalam tuturan “Oh iya pak, berarti saya amati anak SMA saja yah pak,
makasih.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan
Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan, yakni dalam bertutur, penutur
harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam
tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur
untuk mengamati siswa SMA dikarenakan tingkat pergaulan siswa SMA lebih
bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Data tuturan (20) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa, mereka harus mengerjakan tugas dengan baik
sesuai dengan suruhan yang ada di komputer, dan jika ada hal yang
dipertanyakan, mereka harus bertanya kepada guru bukan kepada teman. Hal ini
dapat dilihat dalam konteks penutur adalah siswa dan tuturan terajdi di dalam
kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada
mitra tuutr (guru) yang mengatakan bahwa tugas dikerjakan berdasarkan arahan
yang ada di komputer dan jika ada pertanyaan yang tidak jelas, bisa beranya
langsung kepada mitra tutur. Data tuturan (20) dianggap sebagai bentuk tuturan
yang santun, karena dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengusahakan
kesepakatan dengan mitra tutur (guru), yang terlihat dalam tuturan “Iya pak, siap
laksanakan.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah mematuhi prinsip kesantunan
Leech (1993: 217) khusunya maksim kesepakatan, yakni dalam bertutur, penutur
harus membuat kesepakatan diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Dalam
tuturan di atas, penutur telah menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur
mengerjakan tugas sesuai suruhan yang ada di komputer, dan jika ada hal yang
membingungkan, mereka harus bertanya kepada guru bukan kepeda temannya.
Dari hasil analisi data di atas, peneliti menemukan ada 8 tuturan yang
menerapkan maksim kesepakatan, yakni tuturan yang ditujukan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru). Dalam bertutur, penutur telah berusaha untuk
bersepakat dengan mitra tutur, dan hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan
oleh Leech dalam maksim kesepakatan, yakni penutur harus sebanyak mungkin
bersepakat dengan mitra tutur dan mengurangi ketidaksepakatan dengan mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tutur. Tuturan di atas menunjukan hal yang demikian, yakni penutur dalam
berkomunikasi telah berusaha untuk bersepakat dengan mitra tutur. Orang yang
menerapkan maksim kesepakatan dalam berkomunikasi akan dipandang sebagai
orang yang memperhatikan topik pemicaraan, dan apabila maksim ini diterapkan
dengan baik, maka akan membuat proses komunikasi berjalan dengan lancar
tanpa adanya percecokan.
4.2.3 Analisis Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Tuturan Siswa-Siswi
Kelas XI IPS dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta Berdasarkan Kategori Searle.
Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan 4 fungsi kesantunan
berbahasa siswa kelas XI IPS kepada guru SMA Pangudu Luhur Yogyakarta.
Fungsi kesantunan tersebut terdiri dari fungsi menyatakan infomasi, fungsi
menyatakan perjanjian, fungsi pemberian izin, fungsi penjelasan dan fungsi
menyetujui. Peneliti mendeskripsikan fungsi kesantunan berbahasa tersebut
sebagai berikut:
4.2.3.1 Fungsi Tuturan (Menyatakan infromasi) dalam Maksim
Kebijaksaaan
Maksim kebijaksanaan mengamanatkan hendaknya penutur harus
mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan mamaksimalkan keuntungan bagi
orang lain ketika bertutur. Ketika bertutur, penutur harus menuturkan sesuau yang
memberikan keutungan bagi mitra tutur dan isi tuturannya harus menyenangkan
hati mitra tutur Leech (1993: 209). Dalam maksim kebijaksanaan ini, penutur
menemukan fungsi kesantunan berbahasa yang digunakan yakni fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menyatakan yang diwujudkan dengan menggunakan kalimat deklaratif yakni,
kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur, dan
dapat berupa tuturan langsung maupun tuturan tidak langsung. Dalam fungsi
menyatakan ini, peneliti menemukan berbagai macam jenis fungsi menyatakan
yakni, menyatakan informasi, menyatakan perjanjian dan menyatakan keputusan.
Fungsi kesantunan menyatakan ini dapat ditemukan dalam tuturan sehari-hari
khususya dalam lingkup formal, seperti yang peneliti temukan dalam proses
pembelajaran di kelas seperti di bawah ini:
1. Penyaji : Pagi teman-teman
Peserta diskusi : Pagi....
Penyaji : Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan
menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu.
Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul proposal
saya adalah tentang pengaruh penggunaan gadget
bagi prestasi belajar siswa. Sekian laporan saya,
terima kasih.
Koteks : Penutur adalah salah satu peserta diskusi, dan tuturan
terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut ditujukan
penutur penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta
diskusi) ketika akan membacakan hasil temuan
mengenai judul proposal.
2. Siswa : Pak, judul saya penggunaan gadget di kalangan masyarakat.
Guru : Masalahmu apa ?
Siswa : Penggunaan gadget di zaman sekarang thu banyak pengaruh di
kalangan masyarakat, kaya bisa buat kecanduan.
Guru : Gadget itu apa sih, apakah laptop itu termasuk gadget juga?
Makanya coba buat lebih spesifik, gedgetnya apa? terus mau
cari pengaruhnya dari apa dan terhadap apa.
Siswa : Oke pak, nanti saya perbaiki lagi, terima kasih banyak pak.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan
kepada penutur (siswa) terkait dengan judul proposalnya.
3. Guru : temukan hal-hal yang masih salah dalam KTI kaka
tingkat.perhatikan dibagian isi, mulai judul, pendahuluan dan sebagainya.
Tujuan kalian saya minta buat analisis KTI ini biar kalian bisa tahu mana
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis KTI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Siswa : Baik pak, terima kasih atas arahannya, kami akan
mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.
konteks : Penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di dalam
kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk
tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis
ilmiah) kaka tingkat.
4. Sisiwa : Pak saya mau tanya
Guru : Iya gimaan Ave mau tanya apa?
Sisiwa : Pak saya tu bingung menentukan antara judul saya pak
Guru : Judul kamu sekarang tentng apa?
Siswa : Tentang penggunaan teknologi yang memberikan kecanduan
pada anak zaman sekarang. Menurut bapak bisa gak yah itu
pak?
Guru : Semua masalah itu bisa dijadikan untuk bahan penelitian.
Punyamu ini bisa cuman kalimatmu mungkin diubah. Misalnya
pengaruh penggunaan gadget bagi anak zaman sekarang
Siswa : Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima
kasih pak
Guru : Iya sama-sama. Sana kerjakan
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa
perumusan kalimat dalam judul penenlitian perlu diubah.
5. Guru : Kalau sudah selesai langsung di upload yah, waktu tinggal dikit
lagi. Jangan lupa di cek, siapa tau masih ada yang belum dikerjakan
Siswa : Syukurlah pak, untuk bapak ngasih tau jadi aku bisa tau
kalau punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload.
Makasih banyak pak Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa sebelum tugas di
upload, harus di cek terlebih dahulu.
Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang siswa yang akan memaparkan
judul proposalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dalam
konteks, penutur adalah salah satu peserta diskusi dan tuturan terjadi di dalam
kelas. Tuturan tersebut ditujukan penutur (penyaji) kepada seluruh mitra tutur
(peserta diskusi) ketika akan membacakan hasil temuan mengenai judul proposal.
Data tuturan (1) tersebut mengandung fungsi tuturan yang bersifat menyatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
informasi yakni, tuturan yang menyatakan informasi keadaan sekitar penutur dan
dituturkan menggunakan kalimat deklaratif (Chaer, 2010: 80). Tuturan yang
menyatakan informasi dapat dilihat dalam tuturan “Terima kasih atas
kesempatanyya, di sini saya akan menyampaikan judul proposal saya terlebih
dahulu. Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul proposal saya adalah tentang
pengaruh penggunaan gadget bagi prestasi belajar siswa. Sekian laporan saya,
terima kasih.” Dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) hendak mempresentasikan
hasil kerjanya kepada seluruh mitra tutur. Penutur menyatakan infromasi tersebut
kepada seluruh mitra tutur bahwa ia akan menyampaikan judul proposalnnya dan
meminta mitra tutur untuk memperhatikannya. Tuturan di atas merupkan tuturan
yang menggunakan fungsi menyatakan informasi yang diwujudkan dalam kalimat
deklaratif.
Selanjutnya tuturan (2) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat
jawaban dan masukan dari mitra tutur (guru) mengenai judul proposal yang
dibuat. Hal ini terlihat pada konteks, penutur adalah seoarang siswa dan tuturan
terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut merupakan tanggapan dari penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang sudah memberikan masukan kepada penutur
(siswa) terkait dengan judul proposalnya. Data tuturan (2) mengandung fungsi
kesantunan berbahasa yakni, fungsi menyatakan perjanjian dengan menggunakan
kalimat deklaratif, yakni tuutran yang mengandung maksud memberitakan sesuatu
kepada mitra tutur (Rahardi, 2005: 74). Tuturan yang menggunakan fungsi
menyatakan perjanjain dapat dilihat dalam tuturan “Oke pak, nanti saya perbaiki
lagi. Terima kasih banyak pak atas masukannya.” Dalam tuturan tersebut terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
jelas bahwa Penutur (siswa) berjanji kepada mitra tutur (guru) untuk memperbaiki
judul proposal sesuai yang diarahkan oleh mitra tutur. Tuturan di atas menunjukan
bahwa, penutur telah memberikan janji kepada mitra tutur dan dituturkan
menggunakan kalimat deklaratif.
Selanjutnya data tuturan (3) dituturkan oleh siswa ketika mendapat arahan
yang diberikan oleh mitra tutur (guru) terkait dengan apa yang akan dikerjakan.
Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk tidak berisik dan mulai
menganalisis isi KTI (karya tulis ilmiah) kaka tingkat. Tuturan (3) mengandung
fungsi kesantunan berbahasa yakni, fungsi menyatakan perjanjian yang
diwujudkan menggunakan kalimat deklaratif, yakni kalimat yang mengandung
maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur (Rahardi, 2005: 74). Tuturan
yang mengandung fungsi menyatakan perjanjian dapat dilihat dalam tuturan
“Baik pak, terima kasih atas arahannya, kami akan mengerjakan sesuai dengan
suruhan bapak.” Dalam tuturan tersebut, penutur (siswa) mengatakan bahwa
mereka akan mengerjakan tugas sesuai dengan permintaan mitra tutur (guru) dan
hal tersebut berupa janji yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan arahan mitra tutur, dan dalam bertutur penutur
menggunakan tuturan yang sopan. Tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur
menyatakan janji kepada mitra tutur dan tuturkan menggunakan kalimat
deklaratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Dataran tuturan (4) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa penutur harus mengubah rumusan kalimat dalam
masalahnya tersebut, serta mitra tutur (guru) juga memberikan contoh kalimatnya.
Hal ini dapat di lihat dalam konteks penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan oleh penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa perumusan kalimat dalam
judul penenlitian perlu diubah. Data tuturan (4) mengandung fungsi kesantunan
berbahasa yakni, fungsi menyatakan perjanjian yang dituturkan menggunakan
kalimat deklaratif, yakni kalimat yang bermaksud memberitakan sesuatu kepada
mitra tutur. Tuturan yang mengandung fungsi menyatakan perjanjian dapat dilihat
dalam tuturan “Baik pak, saya akan ubah seperti yang bapak minta. Terima kasih
pak.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur (siswa) telah menerima
masukan dari mitra tutur (guru) untuk merumuskan kembali kalimat dalam
masalah penelitian dan berjanji untuk melakukan seperti yang diarahkan oleh
mitra tutur. Penutur telah berjanji dengan mitra tutur untuk mengubah kalimat
yang ia gunakan dalam merumuskan masalah penelitian. Tuturan di atas
menunjukan bahwa, penutur telah menyatakan perjanjiannya kepada mitra tutur
dan dituturkan menggunakan kalimat interogatif.
Data tuturan (5) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari guru
yang mengatakan bahwa sebelum para siswa mengupload tugas, harap dicek
ulang siapa tahu ada yang terlewati untuk dikerjakan. Hal ini dapat dilihat dalam
konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengatakan bahwa sebelum tugas diupload, harus dicek terlebih dahulu. Data
tuturan (5) mengandung fungi kesantunan berbahasa yakni fungsi menyatakan
infromasi. Tuturan yang mengandung fungsi menyatakan informasi dapat dilihat
dalam tuutran “Syukurlah pak, untuk bapak ngasih tau jadi aku bisa tau kalau
punyaku tinggal 1. Untung belum tak upload. Makasih banyak pak.” Dalam
tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur telah menyadari bahwa tugas yang ia
kerjakan masih tersisa satu yang belum dikerjakan. Penutur menanggapi
pernyataan dari mitra tutur tersebut, dan tanggapan penutur mengisayratkan
bahwa ia akan menyelesaikan tugas yang belum diselesaikannya. Tuturan di atas
menunjukan bahwa, penutur telah menyatakan infromasi kepada mitra tutur dan
tuturkan dengan sopan menggunakan kalimat deklaratif.
Dari hasil analisis di atas, peneliti menemukan ada 2 tuturan yang
mengandung fungsi menyatakan informasi dan 3 tuturan yang mengandung fungsi
menyatakan perjanjian. Dalam tuturan (1 dan 5), penutur penutur menyatakan
bahwa ia akan mempersentasikan judul proposalnnya kepada mitra tutur dan
dalam tuturan (5) penutur menyatakan bahwa ia belum selesai mengerjakan tugas
yang diberikan, yakni tersisa satu tugas yang belum dikerjakannya. Adapun
tuturan yang mengandung fungsi kesantunan berbahasa yakni, fungsi menyatakan
perjanjian yang terlihat dalam tuturan (2,3,4). Dalam tuturan tersebut, penutur
menyatakan janjinya kepada mitra tutur dan tuturkan menggunakan kalimat
deklaratif yakni, kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada
mitra tutur (Rahardi, 2005: 74).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.2.3.2 Fungsi Tuturan (memerintah, menyatakan) dalam Maksim
Kedermawanan
Maksim kedermawanan mengamanatkan agar penutur meminimalkan
keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. penutur yang
mampu mematuhi maksim ini akan dianggap sebagai orang yang tahu sopan
santun dan pintar menghargai orang lain (Leech, 1993: 209). Dalam maksim
kedermawanan ini, peneliti menemukan fungsi kesantunan berbahasa yang
digunakan, yakni fungsi memerintah yang diwujudkan menggunakan kalimat
imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta
agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaiaman diinginkan penutur (Kunjana,
2005: 79). Dalam fungsi memerintah ini, peneliti menemukan salah satu jenis
fungsi memerintah, yakni fungsi pemberian izin. Selain menemukan fungsi
pemberian izin, peneliti juga menemukan fungsi kesantunan berbahasa yang lain
yakni, fungsi menyatakan yang bersifat menyataan perjanjian yang diwujudkan
menggunakan kalimat deklaratif.
Penggunaan fungsi kesantunan berbahasa yakni, fungsi pemberian izin dan
fungsi menyatakan perjanjian dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya dalam lingkup formal seperti yang peneliti temukan dalam dalam proses
pembelajaran di kelas berikut ini :
6. Siswa 1 : Cak, ini yang dimaksud dengan kerangka teori itu apa sih?
Siswa 2 : Yah itu teori yang akan kamu gunakan. Kamu teorinya pake
apa?
Siswa 1 : Aku belum nemu dari tadi.
Siswa 2 : Sek yah tak selesaikan bagianku, habis tu baru aku bantu
carikan punyamu.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
terhadap respon atau jawaban yang diberikan oleh mitra
tutur (siswa 1) dimana ia belum menemukan teori yang
digunakan.
7. Siswa 1 : Judul ini gimana pak, bisa gk ? (berebutan untuk bertanya)
Guru : Satu-satu yah tanyanya, siapa yang lebih dulu ?
Siswa 1 : Yaudah itu dulu aja gk papa pak, habis tu baru aku.
Konteks : Penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam
kelas, tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2)
terhadap respon mitra tutur (guru) yang meminta para siswa
untuk bertanya satu-satu.
8. Guru : Bagi yang tidak membawa format KTI, kalian bisa menggunakan
buku paket kalian saja. Silahkan kalian cari di buka paket, hal-hal apa
saja yang diperhatikan dalam menulis KTI.
Siswa 1 : Hito, aku gk bawa buku paketnya e, nanti kita gantian pake
yah. Habis kamu pake aku pinjam punyamu.
Siswa 2 : Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake
baru aku aja gk papa.
Siswa 1 : Yah bener nih to? Makasih yah.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap
pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang menyatakan
bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam
buku paket penutur.
9. Siswa 1: Zefa, aku boleh minta bantuan kamu gak. Ini kok aku gak bisa
login komputernya yah.. waktunya tinggal dikit lagi dan aku belum
ngerjain lagi
Sisiwa 2 : Coba kamu pindah ke komputer lain
Sisiwa 1 : Sama aja Zef, yang lainnya apada eror
Sisiwa 2 : Oke bentar, aku upload punyaku bentar nanti aku
bantuin. Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur
(siswa 2) kepada mitra tutur (siswa 1) yang mengatakan
bahwa ia tidak bisa login di komputernya dan komputer
lainnya eror.
10. Sisiwa 1: Cin, aku gak bawa EYD, nanti boleh gantian yah, aku pinjam
punyamu
Siswa 2 : Yaudah ni pake dulu aja.
Sisiwa 1 : Lah nanti kamu gimana?
Siswa 2 : Gampang nanti, kamu pake 30 menit abis tu gantian
Siswa 1 : Oke makasih yah
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur
(siswa 2) yang meminjamkan EYD miliknya kepada mitra
tutur (siswa 1)
11. Siswa 1 : Pak, ini kok komputer saya dari tadi gak mau login e
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Guru : Coba kamu pindah ke komputer lain
Siswa 2 : Eh gus, komputer di samping gue ni bisa. Ini lu login pake
komputer gue ni, biar gue pindah di sebelah
Siswa 1 : Eh yaudah aku yang di sebelah aja, kan kamu udh login
punyamu tadi
Siswa 2 : Santai bro. Aku baru aja mau login. Sini loh
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa 2)
kepada mitra tutur yang mengatakan bahwa komputernya
tidak bisa login
Data tuturan (6) di tuturkan oleh seorang siswa ketika mengerjakan
proposal pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari konteks,
penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (siswa 2) terhadap respon atau jawaban yang diberikan
oleh mitra tutur (siswa 1), dimana ia belum menemukan teori yang digunakan.
Data tuturan (6) mengandung fungsi kesantunan berbahasa yakni fungsi
menyatakan perjanjian yang diwujudkan dalam kalimat deklaratif, yakni kalimat
yang dimaksudkan untuk memberitakan sesuatu kepada mitra tutur (Rahardi,
2005: 74). Tuturan tersebut dapat dilihat dalam tuturan “Sek yah tak selesaikan
bagianku, habis tu baru aku bantu carikan punyamu.” Dalam tuturan tersebut
Penutur (siswa 2) mengatakan bahwa ia akan membantu mitra tutur (siswa 1)
untuk mencari materi yang akan digunakan dalam proposalnya. Terlihat jelas
bahwa penutur telah memberikan bantuan serta janji kepada mitra tutur untuk
membantu dalam mencari teori yang digunakan. Tuturan di atas menunjukan
bahwa penutur telah menyatakan janji kepada mitra tutur dan dituturkan
menggunakan kalimat deklaratif.
Data tuturan (7) dituturkan oleh seorang siswa ketika mendapat respon
dari mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk bertanya satu-satu. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di dalam
kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 1) terhadap respon mitra
tutur (guru) yang meminta para siswa untuk bertanya satu-satu. Data tuturan (7)
mengandung fungsi kesantunan berbahasa yakni fungsi pemberia izin yang
diwujudkan dalam kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud
memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaiamana
diinginkan penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi
pemberian izin dapat dilihat dalam tuturan “Yaudah itu dulu aja gak papa pak,
habis tu baru aku.” Dalam tuturan tersebut, Penutur (siswa 1) menyatakan
kesediannya untuk mempersilahkan temannya bertanya terlebih dahulu dan
menunggu gilirannya setelah temannya. Tuturan di atas menunjukan bahwa,
penutur telah memberikan izin kepada mitra tutur untuk bertanya terlebih dahulu
dan hal tersebut ditandai dengan kata “Yaudah itu dulu” yang diwujudkan
menggunakan kalimat imperatif.
Data tuturan (8) dituturkan oleh penutur (siswa 2) ketika mendapat
pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang tidak membawa buku paket dan
meminjam buku paket milih penutur (siswa 2). Hal ini terlihat dalam konteks,
penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan
tanggapan penutur (siswa 2) terhadap pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang
menyatakan bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam buku paket
penutur. Data tuturan (8) mengandung fungsi kesantunan berbahasa yakni fungsi
pemberian izin yang diwujudkan menggunakan kalimat imperatif, yakni kalimat
yang mengandung maksud memerintah agar mitra tutur melakukan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
sebagaiamana diinginkan penutur. Tuturan tersebut dapat dilihat dalam tuturan
“Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake baru aku aja gak papa.”
Dalam tuturan tersebut, Penutur (siswa 2) mengizinkan mitra tutur untuk
menggunakan buku paket miliknya terlebih dahulu. Hal ini ditandai dengan
penanda kesantunan yakni “Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu.” Tuturan di atas
menunjukan bahwa penutur memberikan izin kepada mitra tutur dan dituturkan
menggunakan kalimat imperataif.
Data tuturan (9) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari
siswa 1 yang mengatakan bahwa semua komputer lagi eror sehingga ia tidak bisa
login pada komputernya. Hal ini dapat dilihat pada konteks, penutur adalah siswa
dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh
penutur (siswa 2) kepada mitra tutur (siswa 1) yang mengatakan bahwa ia tidak
bisa login di komputernya dan komputer lainnya eror. Data tuturan (9)
mengandung fungsi kesantunan berbahasa yakni fungsi menyatakan perjanjian
yang diwujudkan dalam kalimat deklaratif. Fungsi tuturan yang menyatakan
perjanjian dapat dilihat dalam tuturan “Oke bentar, aku upload punyaku bentar
nanti aku bantuin.” Dalam tuturan tersebut penutur (siswa 2) menyatakan bahwa
ia akan membantu mitra tutur (siswa 1) untuk login pada komputer penutur,
dikarenakan penutur tidak bisa login. Dalam bertutur, penutur berjanji bahwa ia
akan membantu mitra tutur setelah ia mengupload tugasnya terlebih dahulu.
Tuturan tersebut berupa janji. Tuturan di atas menunjukan bahwa penutur telah
menyatakan janjinya kepada mitra tutur dan dituturkan menggunakan kalimat
deklaratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Data tuturan (10) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari
siswa 1 yang mengatakan bahwa ia tidak membawa EYD dan akan meminjam
EYD milik siswa 2. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan
tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh
penutur (siswa 2) yang meminjamkan EYD miliknya kepada mitra tutur (siswa 1).
Data tuturan (10) menagndung fungsi kesantunan berbahasa yakni fungsi
pemberian izin yang diwujudkan dengan kalimat imperatif, yakni kalimat yang
dimaksud untuk memerintah mitra tutur melakukan sesuatu sebagaiamana
diinginkan mitra tutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang menggunakan fungsi
pemberian izin dapat dilihat dalam tuturan “Yaudah ni pake dulu aja.” Dalam
tuturan tersebut, penutur mengatakan bahwa, mitra tutur boleh menggunakan
EYD miliknya terlebih dahulu, setelah itu baru ia gunakan. Penutur memberikan
izin kepada mitra tutur untuk menggunakan buku EYD miliknya terlebih dahulu
dan tuturan tersebut dituturkan menggunakan kalimat imperatif.
Data tuturan (11) dituturkan oleh siswa 2 yang merespon pernyataan dari
siswa 1 yang menyatakan bahwa ia tidak bisa login di komputernya Hal ini dapat
dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa 2) kepada mitra tutur
yang mengatakan bahwa komputernya tidak bisa login. Data tuturan (11)
mengandung fungsi pemberian izin yang diwujudkan dalam kalimat imperatif,
yakni kalimat yang mengandung maksud memrintah atau meminta mitra tutur
untuk melakukan suatu sebagaiamana diinginkan penutur (Rahardi, 2005: 79).
Tuturan yang mengandung fungsi pemberian izin dapat dilihat dalam tuturan “Eh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gus, komputer di samping gue ni bisa. Ini lu login pake komputer gue ni, biar gue
pindah di sebelah.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas penutur (siswa 2)
memberikan izin kepada mitra tutur (siswa 1) untuk menggunakan komputer
miliknya. Penutur mengatakan bahwa mitra tutur boleh menggunakan komputer
miliknya untuk login, dan mitra tutur akan pindak ke komputer lain. Tuturan di
atas menunjukan bahwa, penutur telah memberikan izin kepada mitra tutur dan
dituturkan menggunakan kalimat imperatif.
Dari hasil analisis di atas, peneliti menemukan dua tutuan yang
mengandung fungsi menyatakan janji yang dituturkan menggunakan kalimat
deklaratif dan empat tuturan yang mengandung fungsi pemberian izin yang
dituturkan menggunakan kalimat imperatif. Tuturan tersebut merupakan tuturan
yang ditujukan siswa kepada guru dan siswa kepada siswa. Dalam bertutur,
penutur telah berusaha untuk membantu mitra tutur, dan bantuan tersebut berupa
janji yang diberikan penutur kepada mitra tutur serta pemberian izin yang
diberikan penutur kepada mitra tutur untuk bertanya terlebih dahulu,
menggunakan buku EYD dan buku paket terlebih dahulu, serta menggunakan
komputer milik penutur. Tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur telah
menyatakan janjinya kepada mitra tutur dan penutur memberikan izin kepada
mitra tutur.
4.2.3.3 Fungsi Tuturan (penjelasan) dalam Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur
untuk memuji diri sendiri sedikit mungkin, dan mengecam diri sendiri sebanyak
mungkin, (Leech, 1993: 207). Dalam maksim kerendahan hati, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menemukan fungsi kesantunn berbahasa yakni fungsi menyatakan dengan jenis
fungsi penjelesan yang diwujudkan menggunakan kalimat deklaratif, yakni
tuturan yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur
(Kunjana, 2005: 74). Penggunaan fungsi penjelasan ini dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari khusunya dalam lingkup formal, seperti yang ditemukan
peneliti dalam peneliti dalam proses pembelajaran berikut ini:
12. Guru : Ini Avi sudah selesai ngerjain, dan jawabannya benar semua. bagi
yang jawabannya masih salah, silahkan di cek di EYD
Siswa : Ah pak, jawaban saya juga masih ada yang salah kok. Tadi
cuman kebetulan aja benar
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa
pekerjaan penutur sudah selesai dan jawabnnya benar
semua.
Data tuturan (12) dituturkan oleh siswa ketika merespon atau menanggapi
pernyataan dari mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa pekerjaan dari siswa
tersebut sudah selesai dan jawabannya benar semua. Hal ini terlihat dalam
konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru)
yang mengatakan bahwa pekerjaan penutur sudah selesai dan jawabnnya benar
semua. Data tuturan (12) mengandung fungsi tuturan yang memberikan
penjelasan atau keterangan yang menggunakan kalimat deklaratif (Chaer, 2010:
82). Tturan yang mengandung fungsi penjelesan dapat dilihat dalam tuturan “Ah
pak, jawaban saya juga masih ada yang salah kok. Tadi cuman kebetulan aja
benar.” Dalam tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur telah menjelaskan
kepada mitra tutur bahwa jawaban yang ia berikan masih ada yang salah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
jawaban yang benar hanya kebetulan semata. Tuturan di atas menunjukan bahwa
penutur telah memberikan tuturan penjelesan kepada mitra tutur dan diwujudkan
menggunakan kalimat deklaratif.
Dari hasil analisis di atas, peneliti menemukan ada 1 mengandung fungsi
penjelasan yang dituturkan menggunakan kalimat deklaratif, yakni tuturan yang
ditujukan siswa kepada guru. Peneliti hanya menemukan satu fungsi tuturan
dalam maksim kerendahan hati. Hal ini dikarenakan, dalam bertutur di kelas
penutur (siswa) tidak memiliki sifat kerendahan hati yang membuat fungsi tuturan
dalam maksim ini sangat minim. Dalam tuturan di atas, penutur telah memberikan
penjelasan kepada mitra tutur bahwa, soal yang ia kerjakan masih ada yang salah,
dan jawaban yang benar hanya kebetulan semata. Tuturan di atas menunjukan
bahwa, penutur telah menyatakan penjelasannya kepada mitra tutur dan dituturkan
menggunakan kalimat deklaratif.
4.2.3.4 Fungsi Tuturan (menyetujui) dalam Maksim Kesepakatan
Maksim kesepakatan diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur
untuk sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurangi
ketidaksepakatan dengan mitra tutur (Leech, 1993: 2017). Dalam maksim
kesepakatan ini, penutur menemukan tuturan yang mengandung fungsi
menyetujui yang diwujudkan dalam kalimat imperatif, yakni tuturan yang
mengandung maksud memerintah atau meminta mitra tutur untk melakukan suatu
sebagaiaman diinginkan penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang menyetujui
pada dasanya adalah, tuturan yang disampaikan oleh lawan tutur sebagai reaksi
atas tuturan yang dituturkan oleh penutur. Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tuturan menyetujui sering ditemukan terlebih dalam lingkup formal, seperti halnya
yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran berikut ini:
13. Siswa : pak, kalau aku meneliti tentang pemikiran orang-orang tentang
anak-anak broken home itu bisa gak ?
Guru : Mending pengaruh kondisi keluarga terhadap prestasi siswa aja.
Siswa : Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak,
saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah,
terima kasih pak.
Guru : Iya, gunakan itu saja.
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru)bahwa judul
proposal yang digunakan kurang tepat.
14. Siswa : Pak, rumusan masalah ini dalam bentuk pertanyaan yah, terus
semua kata tanya dimasukan semua yah ?
Guru : Iya bener sekali, misalnya bagaimanakah pengaruh penggunaan
gadget bagi remaja, terus bisa menggunakan kata tanya apa..
misalnya apa pengaruh penggunaan gadget. Cukup gunakan
kata tanya apa dan bagaiamana saja yah.
Siswa : Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup
gunakan kata tanya bagaimana dan apa.
Guru : Iya, dilanjutkan yah
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
jawaban dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang
rumusan masalah dan kata tanya.
15. Guru: Nanti kalian menganalisis kebahasaan KTI kaka tingkat kalian.
Tapi yang pertama, kalian jangan membuka EYD dulu. Kerjakan
berdasarkan pengetahuan kalian saja. Begitu yah. sepakat ?
Siswa : siap pak, sepakat.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupapan respon yang diberikan oleh siswa
kepada mitra tutur (guru) yang menyatakan bahwa dalam
mengerjakan tugas mereka tidak boleh membuka EYD.
16. Guru : Kalian selesaikan pekerjaan kalian, bapak tinggal sebentar karena
harus ke ruang panitia USBN. Kerjakan dengan baik, jangan mengobrol
kesana-kemari. Saya di sana cuman cuman 5 menit, setelah itu saya
periksa semua pekerjaan kalian. Dikerjakan yah.
Siswa : Iya pak, kami akan mengerjakan dan tidak berisik, tenang
aja pak
Guru : Oke.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk mengerjakan
tugas dan tidak berisik.
17. Siswa : Pak aku tu, pengen ngambil masalah tentang pengaruh anak-anak
muda yang jarag ke gereja atau tidak ke gereja ituloh pak terus nanti buat
dapat kenapa gak gereja itu aku nyebarin kuisoner dan wawancara
Guru : Itu bisa saja, terus nanti kamu bisa meyebarkan kuisoner atau
wawancara untuk mendaptkan kenapa mereka tidak gereja.
Siswa : Oh berarti hanya kuisoner dan wawancara saja yah pak
Guru: Iya kuisoner dan wawancara.
Siswa : Yaudah pak, berarti sepakat dengan kuisoner dan
wawancara saja yah pak.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa dalam
mengumpulkan data penutur menggunakan kuisoner dan
wawancara
18. Guru : Nanti kalian mengerjakan dengan tenang, bapak tinggal sebentar.
Di belakang ada mbak Ephy, jadi kalian harus jaga sikap yah.
Siswa : Iya pak, tenang aja. Kami akan jaga sikap kok.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur
harus mengerjakan tugas dengan tenang.
19. Sisiwa : Pak judul saya tentang pengaruh pergaulan siswa pada
perkembangan diri. Itu bisa gak pak?
Guru : Iya.. nanti kamu mengamati untuk anak SMA atau SMP kamu
silahkan memilih itu.
Siswa : Kalau saya mengamati anak SMP gimana pak
Guru : Gini aja kamu mending amati anak SMA karena tingkat
pergaulannya sangat tinggi. Apalagi kamu bisa lihat teman-
teman kamu di sini kan
Siswa : Oh iya pak, berarti saya amati anak SMA saja yah pak,
makasih.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa) kepada
mitra tutur (guru)yang mengatakan bahwa penutur lebih baik
mengamati anak SMA saja dibanding dengan anak SMP.
20. Guru: Ini adalah tugas kedua kalian. Dan tugas ini akan bapak ambil
nilai. Kalian kerjakan berdasarkan suruhan yang sudah ada di komputer
kalian masing-masing. Kalau ada yang tidak jelas, kalian bertanya ke
bapak, jangan tanya ke teman kalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sisiwa : Iya pak, siap laksanakan.
Konteks : Penutur adalah siswa dan tuturan terajdi di dalam kelas.
Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur
(siswa) kepada mitra tuutr (guru) yang mengatakan bahwa
tugas dikerjakan berdasarkan arahan yang ada di komputer
dan jika ada pertanyaan yang tidak jelas, bisa beranya
langsung kepada mitra tutur.
Data tuturan (13) dituturkan oleh siswa ketika mendapat jawaban yang
diberikan oleh guru mengenai judul proposa. Hal ini terlihat dalam konteks,
penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat masukan/sanggahan dari mitra
tutur (guru) yang mengatakan bahwa judul proposal yang digunakan kurang tepat.
Data tuturan (13) mengandung fungsi tuturan menyetujui dan diwujudkan
menggunakan kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud
meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaiaman diinginkan penutur
(Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi menetujui dapat dilihat
dalam tuturan “Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak, saya
akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah, terima kasih pak.” Dalam
tuturan tersebut, terlihat jelas bahwa penutur (siswa) menyatakan bahwa dirinya
sepakat dan setuju dengan mitra tutur (guru) untuk mengubah judul proposalnya.
Tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur telah menyatakan kesetujuan dengan
mitra tutur, dan tuturan tersebut dituturkan menggunakan kalimat imperatif.
Data tuturan (14) dituturkan oleh siswa ketika mendapat jawaban yang
diberikan oleh guru mengenai rumusan masalah dan kata tanya yang digunakan.
Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah seorang siswa dan tuturan terjadi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur ketika mendapat
jawaaban dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang rumusan masalah
dan kata tanya. Data tuturan (14) mengandung fungsi menyetujui yang
diwujudkan melalui kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud
meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaiaman diinginkan penutur
(Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi menyetujui dapat dilihat
dalam tuturan “Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup gunakan
kata tanya bagaiaman dan apa.” Dalam tuturan tersebut, penutur mengatakan
bahwa ia sepakat dan setuju dengan mitra tutur (guru) untuk menggunakan kata
tanya apa dan bagaiaman. Tuturan di atas menunjukan bahwa penutur telah
menyatakan kesetujuan dengan mitra tutur dan dituturkan menggunakan kalimat
imperatif.
Data tuturan (15) dtuturkan oleh siswa yang menanggapi pernyataan dari
mitra tutur (guru) untuk tidak membuka EYD pada saat mengerjakan tugas, dan
hal ini terlihat dalam konteks penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam
kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh siswa kepada mitra tutur
(guru) yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan tugas mereka tidak boleh
membuka EYD. Data tuturan (15) mengandung fungsi tuturan menyetujui dan
diwujudkan menggunakan kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung
maksud meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaiaman diinginkan
penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi menyetujui dapat
dilihat dalam tuturan “siap pak, sepakat.” Dalam tuturan tersebut, penutur telah
menyatakan bahwa ia sepakat dan setuju dengan mitra tutur untuk tidak membuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
EYD pada saat mengerjakan tugas. Tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur
telah menyatakan kesetujuannya dengan mitra tutur dan dituturkan menggunakan
kalimat imperatif.
Data tuturan (16) dituturkan oleh siswa yang menanggapi pernyataan dari
guru yang menyatakan bahwa para siswa harus mengerjakan tugas dengan baik
dan tidak boleh berisik. Hal ini terlihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan
tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk mengerjakan tugas dan
tidak berisik. Data tuturan (16) mengandung fungsi menyetujuidan diwujudkan
dengan kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud meminta agar
mitra tutur melakukan suatu sebagaiaman diinginkan penutur (Rahardi, 2005: 79).
Tuturan yang mengandung fungsi menyetujia dapat dilihat dalam tuturan “Iya
pak, kami akan mengerjakan dan tidak berisik, tenang aja pak” Dalam tuturan
tersebut, penutur (siswa) mengatakan bahwa mereka sepakat dan setuju dengan
mitra tutur (guru) untuk mengerjakan tugas selama mitra tutur pergi dan tidak
akan berisik. Tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur telah menyatakan
kesetujuannya dengan mitra tutur dan dituturkan menggunakan kalimat imperatif.
Data tuturan (17) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa untuk mengumpulkan data, cukup menggunakan
kuisoner dan wawancara. Hal ini dapat dilihat dalam konteks Penutur adalah
siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang
diberikan penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa
dalam mengumpulkan data penutur menggunakan kuisoner dan wawancara. Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
tuturan (17) mengandung fungsi menyetujui yang diwujudkan dalam kalimat
imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminat
mitra tutur untuk melakukan suatu sebagaiamana diinginkan penutur (Rahardi,
2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi menyetujui dapat dilihat dalam
tuturan “Yaudah pak, berarti sepakat dengan kuisoner dan wawancara saja yah
pak.” dalam tuturan tersebut, penutur menyatakan bahwa ia setuju dengan mitra
tutur untuk mengumpulkan data menggunakan kuisoner dan wawancara. Tuturan
di atas menunjukan bahwa penutur telah menyatakan kesetujuannya dengan mitra
tutur dan dituturkan menggunakan kelimat imperatif.
Data tuturan (18) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang menyatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas dengan tenang.
Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur adalah siswa dan tuturan terjadi di
dalam kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan penutur (siswa) kepada
mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur harus mengerjakan tugas
dengan tenang. Data tuturan (18) mengandung fungsi menyetujui yang
diwujudkan dalam kalimat imperatif, yakni yakni kalimat yang mengandung
maksud meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaiaman diinginka
penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi menytetujui dapat
dilihat dalam tuturan “Iya pak, tenang aja. Kami akan jaga sikap kok.” Dalam
tuturan tersebut, penutur mengatakan bahwa mereka setuju dengan mitra tutur
untuk tidak berisik dan emnjaga sikap. Tuturan di atas menunjukan bahwa,
penutur telah menyatakan kesetujuan kepada mitra tutur dan dituturkan
menggunakan kalimat imperatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Data tuturan (19) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa lebih baik mengamati anak SMA karena tingkat
pergaulan anak SMA lebih bebas. Hal ini dapat dilihat dalam konteks, penutur
adalah siswa dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur (siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa penutur
lebih baik mengamati anak SMA saja dibanding dengan anak SMP. Data tuturan
(19) mengandung fungsi menyetujui dan diwujudkan dalam kalimat imperatif,
yakni yakni kalimat yang mengandung maksud meminta agar mitra tutur
melakukan suatu sebagaiaman diinginka penutur (Kunjana, 2005: 79). Tuturan
yang mengandung fungsi menyetujui dapat dilihat dalam tuturan “Oh iya pak,
berarti saya amati anak SMA saja yah pak, makasih.” Tuturan tersebut
menunjukan bahwa penutur telah setuju dengan mitra tutur untuk mengamati anak
SMA. Tuturan di atas menunjukan bahwa penutur telah menyatakan
kesetujuannya dengan mitra tutur dan dituturkan menggunakan kalimat imperatif.
Data tuturan (20) dituturkan oleh siswa yang merespon pernyataan dari
guru yang mengatakan bahwa, mereka harus mengerjakan tugas dengan baik
sesuai dengan suruhan yang ada di komputer, dan jika ada hal yang
dipertanyakan, mereka harus bertanyakepada guru bukan kepada teman. Hal ini
dapat dilihat dalam konteks penutur adalah siswa dan tuturan terajdi di dalam
kelas. Tuturan merupakan respon yang diberikan oleh penutur (siswa) kepada
mitra tuutr (guru) yang mengatakan bahwa tugas dikerjakan berdasarkan arahan
yang ada di komputer dan jika ada pertanyaan yang tidak jelas, bisa beranya
langsung kepada mitra tutur. Data tuturan (20) mengandung fungsi menyetujui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dan diwujudkan dalam kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung
maksud meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaiaman diinginka
penutur (Rahardi, 2005: 79). Tuturan yang mengandung fungsi menyetujui dapat
dilihat dalam tuturan “Iya pak, siap laksanakan.” Dalam tuturan tersebut, penutur
menyatakan bahwa mereka setuju dengan mitra tutur untuk mengerjakan tugas
berdasarkan suruhan yang ada di komputer. Tuturan di atas menunjukan bahwa,
penutur telah menyatakan kesetujuannya dengan mitra tutur dan dituturkan
menggunakan kalimat imperatif.
Dari hasil analisis di atas, peneliti menemukan ada 8 tuturan yang
mengandung fungsi menyetujui, yakni tuturan yang ditujukan siswa kepada guru.
Dalam tuturan di atas, penutur menyatakan kesepakatanya dan setuju dengan
mitra tutur untuk melakukan apa yang dikatakan oleh mitra tutur. Penutur
menyatakan kesepakatannya dengan mitra tutur, dan penutur bersedia untuk
melakukan apa yang sudah disampaikan oleh mitra tutur. Tuturan di atas
menunjukan bahwa penutur telah menyatakan kesetujuan dan kesepakatannya
dengan mitra tutur.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Penanda Kesantunan Berbahasa
Dari analisis data, peneliti menemukan penanda kesantunan berbahasa
dalam kegiatan pembelajaran yang diperoleh dari tuturan yang mematuhi prinsip
kesantunan berbahasa. Penanda kesantunan dalam kegiatan pembelajaran di kelas
dapat membuat proses pembelajaran menjadi lancar. Penutur menemukan empat
penanda kesantuna berbahasa yang dapat membuat tuturan terasa santun ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
proses pembelajaran. Pertama, berhati-hati dalam pemilihan kata. Kedua,
memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur. Ketiga, menanggapi pujian
dari mitra tutur dengan sifat rendah hati. Keempat menerima masukan dari mitra
tutur.
1. Berhati-hati dalam pemilihan kata
Pemilihan kata menjadi hal yang penting dalam berkomunikasi. Pemilihan
kata yang salah dapat menyinggung dan melukai perasaan mitra tuturnya, maka
dalam proses komunikasi, seseorang harus berhati-hati dalam memilih kata yang
akan diungkapkan kepada mitra tuturnya. Terlebih dalam proses pembelajaran di
kelas, ketika hendak menyampaikan sesuatu, mengkritik atau memberikan
tanggapan, jika salah memilih kata akan menimbulkan kesalapahaman. Oleh
karena itu, diharapkan agar para siswa harus berhati-hati dalam memilih kata agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
1) Evan : Pagi teman-teman...
Peserta diskusi : Pagi......
Evan : Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan
menyampaikan judul proposal saya terlebih
dahulu. Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul
proposal saya adalah tentang pengaruh penggunaan
gadget bagi prestasi belajar siswa. Sekian laporan
saya, terima kasih.
Koteks : Penutur adalah salah satu peserta diskusi, dan tuturan
terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut ditujukan
penutur penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta
diskusi) ketika akan membacakan hasil temuan
mengenai judul proposal.
sudah memberikan masukan kepada penutur
(siswa) terkait dengan judul proposalnya.
3) Guru: Temukan hal-hal yang masih salah dalam KTI kaka tingkat.
Perhatikan dibagian isi, mulai dari judul, pendahuluan dan sebaginya.
Tujuan kalian saya minta buat analisis KTI kaka tingkat ini, biar kalian
bisa tahu mana hal-hal yang haris diperhatikan dalam menulis KTI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Siswa: Baik pak, terima kasih atas arahannya, kami akan
mengerjakan sesuai dengan suruhan bapak.
konteks : Penutur adalah seorang siswa, dan tuturan terjadi di dalam
kelas. Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang meminta mereka untuk
tidak berisik dan mulai menganalisis isi KTI (karya tulis
ilmiah) kaka tingkat.
Data tuturan (1) dan (3) memperlihatkan bahwa penutur sangat berhati-
hati dalam memilih kata. Dalam tuturan (1), penutur hendak membacakan hasil
temuan mengenai judul proposal, dan diawal penutur terlebih dahulu
mengucapkan terima kasih karena sudah diberikan kesampatan. Selain itu,
penutur meminta para peserta untuk memperhatikan presentasinya dengan
menggunakan bahasa yang santun. Sedangkan dalam tuturan (3), penutur
menanggapi pernyataan dari mitra tutur yang meminta mereka untuk mengerjakan
tugas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh mitra tutur. Dalam tuturan di atas,
penutur menggunakan diksi yang santun yakni “Terima kasih.” yang menandakan
bahwa penutur menghargai mitra tutur. Jadi pemilihan kata sangat perlu
diperhatikan dalam proses pembelajaran.
2. Memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur
Memberikan tanggapan positif ketika berkomunikasi dapat meminimalkan
terjadinya pertentangan. Terlebih dalam proses pembelajaran di kelas, dimana
ketika penutur hendak bertanya kepada mitra tutur mengenai hal-hal yang belum
diketahui, dan mitra tutur menanggapinya dengan memberikan jawaban bahkan
membantu mitra tutur untuk mencari jawaban. Selain itu, ketika penutur hendak
meminjam sesuatu dari mitra tutur, dan mitra tutur menanggapinya dengan
memberikan apa yang diminta oleh penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
6. Siswa 1 : Cak, ini yang dimaksud dengan kerangka teori itu apa sih?
Siswa 2 : Yah itu teori yang akan kamu gunakan. Kamu teorinya pake
apa ?
Siswa 1 : Aku belum nemu dari tadi.Siswa 2 : Sek yah tak selesaikan
bagianku, habis tu baru aku bantu carikan punyamu.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa 2)
terhadap respon atau jawaban yang diberikan oleh mitra tutur
(siswa 1) dimana ia belum menemukan teori yang digunakan.
8. Guru: Bagi yang tidak membawa format KTI, kalian bisa menggunakan
buku paket kalian saja. Silahkan kalian cari di buka paket, hal-hal apa saja
yang diperhatikan dalam menulis KTI.
Siswa 1 : Hito, aku gk bawa buku paketnya e, nanti kita gantian pake
yah. Habis kamu pake aku pinjam punyamu
Siswa 2 : Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake
baru aku aja gk papa.
Siswa 1 : Yang bener nihTo? Makasih yah.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap
pernyataan dari mitra tutur (siswa 1) yang menyatakan
bahwa ia tidak membawa buku paket dan akan meminjam
buku paket penutur.
Data tuturan (6) dan (8) menunjukan bahwa penutur memberikan
tanggapan positif kepada mitra tutur. dalam tuturan (6) penutur menanggapi mitra
tutur yang belum menemukan teori yang digunakan dalam penelitian, dan penutur
mengatakan bahwa ia akan membantu mitra tutur untuk mencari teori yang
diguanakn. Sedangkan data tuturan (8), penutur menanggapi permintaan dari
mitra tutur yang hendak meminjam buku dari mitra tutur, dan mitra tutur pun
mengatakan bahwa ia akan meminjamkan buku kepada penutur. Hal seperti ini
akan akan sangat bermanfaat karena akan membuat proses pembelajaran menjadi
lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
3. Menanggapi pujian dari mitra tutur dengan sifat rendah hati
Tuturan dapat dikatakan santun apabila dalam tuturan tersebut penutur
mempunyai sifat rendah hati terhadap pujian yang diterima dalam berkomunikasi.
Seperti dalam proses pembelajaran, ketika siswa mendapat pujian dari guru
karena mendapat nilai yang bagus atau dapat mengerjakan tugas dengan baik,
siswa tersebut harus meresponnya dengan sifat yang rendah hati. Penutur tidak
boleh bersifat sombong dengan pujian yang diterima.
12. Guru: Ini Avi sudah selesai ngerjain, dan jawabannya benar semua. bagi
yang jawabannya masih salah, silahkan di cek di EYD
Siswa : Ah pak, jawaban saya juga masih ada yang salah kok. Tadi
cuman kebetulan aja benar
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur
(siswa) kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa
pekerjaan penutur sudah selesai dan jawabnnya benar
semua.
Data tuturan (12) menunjukan bahwa penutur bersifat rendah hati dan
tidak sombong dengan pujian yang ia terima. Penutur menanggapi pernyataan dari
mitra tutur yang memujinya karena dapat menjawab semua pertanyaan dengan
benar. Tanggapan yang diberikan penutur menunjukan bahwa penutur memilki
sifat redah hati dan tidak sombong akan pujian yang diterima. Hal ini akan
membuat mita tutur merasa senang.
4. Menerima masukan dari mitra tutur.
Tuturan dapat dikatakan santun apabila dalam proses komunikasi, penutur
dan mitra tutur sama-sama menerima masukan yang diberikan. Hal ini dapat
meminimalkan pertentangan. Seperti dalam proses pembelajaran, ketika siswa
hendak bertanya kepada guru mengenai tugas yang diberikan dan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
memberikan masukan-masukan terkait dengan tugas tersebut, serta siswa dapat
menerima masukan itu maka akan menimbulkan perasaan senang bagi mitra tutur.
13. Siswa : Pak, kalau aku meneliti tentang pemikiran orang-orang tentang
anak-anak broken home itu bisa gk ?
Guru : Mending pengaruh kondisi keluarga terhadap prestasi siswa aja.
Siswa : Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak,
saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah,
terima kasih pak.
Guru : Iya, gunakan itu saja.
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru)bahwa judul
proposal yang digunakan kurang tepat.
14. Siswa : Pak, rumusan masalah ini dalam bentuk pertanyaan yah, terus
semua kata tanya dimasukan semua yah ?
Guru : Iya bener sekali, misalnya bagaimanakah pengaruh penggunaan
gadget bagi remaja, terus bisa menggunakan kata tanya apa..
misalnya apa pengaruh penggunaan gadget. Cukup gunakan
kata tanya apa dan bagaiamana saja yah.
Siswa : Siap pak, makasih pak. Berarti fix yah pak saya cukup
gunakan kata tanya bagaiaman dan apa.
Guru : Iya, dilanjutkan yah
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
jawaban dari mitra tutur (guru) mengenai pertanyaan tentang
rumusan masalah dan kata tanya.
Data tuturan (13) dan (14) menunjukan bahwa penutur mau menerima
masukan yang diberikan oleh mitra tutur. Data tuturan (13) menunjukan bahwa
penutur menerima masukan yang diberikan oleh mitra tutur terkait dengan judul
proposal yang digunakan. Sedangkan data tuturan (14) menunjukan bahwa
penutur menerima masukan yang diberikan oleh mitra tutur terkait dengan kata
tanya yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini tentunya akan menimbulkan
perasaan senang bagi mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4.3.2 Fungsi Kesantunan Berbahasa
Dari analisis data, peneliti menemukan fungsi kesantunan berbahasa
dalam kegiatan pembelajaran yang diperoleh dari tuturan siswa-siswi. Fungsi
tuturan yang ditemukan oleh peneliti berupa fungsi kesantunan berbahasa. Dalam
pembelajaran, apabila menerapkan fungsi kesantunan berbahasa dengan baik,
maka, proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Peneliti menemukan ada
lima fungsi kesantunan berbahasa yang digunakan dalam pembelajaran, yakni
fungsi menyatakan informasi, fungsi menyatakan perjanjian, fungsi pemberian
izin, fungsi penjelasan, dan fungsi menyetujui
1. Fungsi menyatakan informasi
Tuturan dengan fungsi menyatakan infromasi tentang keadaan di sekitar,
dituturkan dengan menggunakan kalimat deklaratif yang santun yakni, kalimat
yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur.
1. Penyaji : Pagi teman-teman
Peserta diskusi : Pagi....
Penyaji : Terima kasih atas kesempatanyya, di sini saya akan
menyampaikan judul proposal saya terlebih dahulu.
Saya minta perhatiannya yah. Jadi judul proposal
saya adalah tentang pengaruh penggunaan gadget
bagi prestasi belajar siswa. Sekian laporan saya,
terima kasih.
Koteks : Penutur adalah salah satu peserta diskusi, dan tuturan
terjadi di dalam kelas. Tuturan tersebut ditujukan
penutur penyaji) kepada seluruh mitra tutur (peserta
diskusi) ketika akan membacakan hasil temuan
mengenai judul proposal.
Dalam tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur (penyaji) telah
menyatakan informasi kepada mitra tutur (peserta diskusi) mengenai judul
proposal yang telah ia buat. Tuturan di atas mmerupakan tuturan yang berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
informasi dan dituturkan menggunakan kalimat deklaratif, yakni kalimat yang
dimaksud untuk memberitakan sesuatu kepada mitra tutur.
2. Fungsi menyatakan perjanjian
Tuturan dengan fungsi menyatakan perjanjian atau peringatan dituturkan
dengan menggunakan kalimat deklaratif yang santun santun yakni, kalimat yang
mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur.
6. Siswa 1 : Cak, ini yang dimaksud dengan kerangka teori itu apa sih?
Siswa 2 : Yah itu teori yang akan kamu gunakan. Kamu teorinya pake
apa?
Siswa 1 : Aku belum nemu dari tadi.
Siswa 2 : Sek yah tak selesaikan bagianku, habis tu baru aku bantu
carikan punyamu.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (siswa 2)
terhadap respon atau jawaban yang diberikan oleh mitra tutur
(siswa 1) dimana ia belum menemukan teori yang digunakan.
Dalam tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur telah menyatakan
janjinya kepada mitra tutur untuk membantu mitra tutur mencari teori yang
penutur gunakan. Tuturan di atas merupakan tuturan yang menyatakan perjanjian
dan dituturkan menggunakan kalimat deklaratif.
3. Fungsi pemberian izin
Tuturan dengan fungsi pemberian izin dituturkan dengan menggunakan
kalimat imperatif, yakni kalimat yang mengandung maksud memerintah agar
mitra tutur melakukan suatu sebagaiamana diinginkan penutur.
8. Guru : Bagi yang tidak membawa format KTI, kalian bisa menggunakan
buku paket kalian saja. Silahkan kalian cari di buka paket, hal-hal apa saja
yang diperhatikan dalam menulis KTI.
Siswa 1 : Hito, aku gk bawa buku paketnya e, nanti kita gantian pake yah.
Habis kamu pake aku pinjam punyamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Siswa 2 : Yaudah Nggit, kamu pake aja dulu. Setelah kamu pake baru
aku aja gk papa.
Siswa 1 : Yah bener nih to? Makasih yah.
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas. Tuturan
merupakan tanggapan penutur (siswa 2) terhadap pernyataan
dari mitra tutur (siswa 1) yang menyatakan bahwa ia tidak
membawa buku paket dan akan meminjam buku paket penutur.
Dalam tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur telah memberikan izin
kepada mitra tutur untuk menggunakan buka paket miliknya terlebih dahulu.
Tuturan di atas merupakan tuturan yang berfungsi untuk memberikan izin dan
dituutrkan menggunakan kalimat deklaratif.
4. Fungsi penjelasan
Tuturan dengan fungsi menyatakan penjelasan atau keterangan dilakukan
dengan menggunakan kalimat deklaratif, yakni kalimat yang mengandung maksud
memberitakan sesuatu kepada mitra tutur.
12. Guru : Ini Avi sudah selesai ngerjain, dan jawabannya benar semua. bagi
yang jawabannya masih salah, silahkan di cek di EYD
Siswa : Ah pak, jawaban saya juga masih ada yang salah kok. Tadi
cuman kebetulan aja benar
Konteks : Penutur adalah siswa, dan tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan yang diberikan penutur (siswa)
kepada mitra tutur (guru) yang mengatakan bahwa pekerjaan
penutur sudah selesai dan jawabnnya benar semua.
Dalam tuturan di atas menunjukan bahwa penutur telah memberikan
penjelasan kepada mitra tutur bahwa jawaban yang ia berikan masih ada yang
salah, dan jawaban yang benar tersebut hanya kebetulan semata. Tuturan di atas
merupakan tuturan yang berfungsi memberikan penjelasan dan dituturkan
menggunakan kalimat deklaratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
5. Fungsi menyetujui
Tuturan yang menyetujui pada dasarnya adalah tuturan yang dituturkan
oleh lawan tutur sebagai reaksi atas tuturan yang dituturkan oleh penutur. Tuturan
yang berfungsi menyetujui merupakan tuturan yang menyatakan kesetujuan antara
apa yang disampaikan penutur dan lawan tutur.
13. Siswa : Pak, kalau aku meneliti tentang pemikiran orang-orang tentang
anak-anak broken home itu bisa gak ?
Guru : Mending pengaruh kondisi keluarga terhadap prestasi siswa aja.
Siswa : Oh iya pak, itu saja yang saya gunakan. Sepakat yah pak,
saya akan ubah judulnya seperti bapak sampaikan yah,
terima kasih pak.
Guru : Iya, gunakan itu saja.
Konteks : Penutur adalah seorang siswa. Tuturan terjadi di dalam kelas.
Tuturan merupakan tanggapan dari siswa ketika mendapat
masukan/sanggahan dari mitra tutur (guru)bahwa judul
proposal yang digunakan kurang tepat.
Tuturan di atas menunjukan bahwa, penutur bersepakat dan menyatakan
kesetujuannya dengan mitra tutur untuk mengubah judul proposalnnya seperti
yang sudah disampaikan mitra tutur. Tuturan di atas merupakan pernyataan
persetujuan penutur terhadap apa yang disampaikan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap penelitian yang berjudul
Analisis Penanda dan Fungsi Kesantunan Berbahasa dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Bagi Siswa-Siswi Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta: Suatu Kajian Pragmatik. Peneliti menarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Peneliti menemukan penanda kesantunan berbahasa dalam kegiatan
pembelajaran di kelas yang diperoleh dari data tuturan yang mematuhi prinsip
kesantunan berbahasa. Peneliti menemukan empat penanda kesantunan
berbahasa yang membuat tuturan jadi terasa santun selama proses
pembelajaran di kelas. (1) berhati-hati dalam pemilihan kata, (2) memberikan
tanggapan positif terhadap mitra tutur, (3) menanggapi pujian dari mitra tutur
dengan sifat rendah hati, (4) menerima masukan dari mitra tutur.
b. Selain menemukan penanda kesantunan, peneliti juga menemukan fungsi
kesantunan berbahasa dalam tuturan siswa-siswi dalam proses pembelajaran
di kelas. Peneliti menemukan lima fungsi kesantunan berbahasa, yakni fungsi
menyatakan informasi, fungsi menyatakan perjanjian. Fungsi pemberian izin,
fungsi penjelasan, dan fungsi menyetujui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
5.2 Saran
Penelitian ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti
mengajukan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya terutama yang
melakukan penelitian sejenis. Saran dari peneliti adalah sebagai berikut :
a. Peneliti ini hanya membahas prinsip kesantunan dari kaidah menutur Leech
(1993) sebagai penentu kesantunan dalam berkomunikasi. Peneliti ingin jika
ada penelitian yang sama, alangkah baiknya jika bisa menggunakan kaidah
dari ahli lain, serta meneliti apakah ada hubungan atau kesamaan antara
kaidah kesantunan ahli yang satu dengan yang lain, karena pasti ada sesuatu
yang sama dan berbeda yang pada akhirnya menentukan sebuah kesantunan.
b. Data yang diteliti sebaiknya tidak hanya dialog dalam suatu pembelajaran di
kelas, tetapi masih ada data lain yang bisa dijadikan objek penelitian seperti
proses pembelajaran yang menggunakan teknik atau metode lain yang masih
dalam lungkup formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 1998. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta : Rineka Cipta
Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Hendrikus, Doni Wuwur.1991. Retorika Terampila Berpidato, Berdiskusi,
Beragumentasi, Bernegosiasi. Kanisius: Yogyakarta
Kurniawati, Oktaviana. 2012. Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan
Berbahasa Pada Kegiatan Diskusi Kelas XI SMAN1 Sleman. Versi
HTML dari file
http://eprints.uny.ac.id/25245/1/Oktafiana%20Kurniawati%20082012
41013.pdf
Lubis, A. Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: CV
Aangkasa
Leech, Geoffrey. Prinsip-Prinsip Pragmatik. 1993. Jakarta : Universitas Indonesia
Moleng. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mulyona, deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakrya
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wicana
Nadar. 2009. Pragmatik dan penelitian pragmatik. Yogyakarta : GRAHA ILMU
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Pranowo. 2009. Kesantunan Berbahasa Tokoh Masyarakat. Yogyakarta:
Universitas Sanata Daharma
Prabowo, Eko. 2014. Kesantunan Berbahasa Dalam Kegiatan Diskusi Mahasiswa
PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014. Versi HTML dari file
https://repository.usd.ac.id/4679/2/111224075_full.pdf
Rahardi, Kunjana dkk. 2016. Fenomena Ketidksantunan Berbahasa. Jakarta :
Erlangga
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Imperatif
Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga
Silalahi, Rinda. 2012. Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa-Siswi Di
Lingkungan Sekolah SmpnBinjai. Versi HMTL dari file
http://www.academia.edu/27965357/ANALISIS_KESANTUNAN_BER
BAHASA_SISWA_I_DI_LINGKUNGAN_SEKOLAH_SMP_NEGERI
_5_BINJAI
Wijana, Putu dkk. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta :Yuma Pustaka
Yule, George. 2006. PRAGMATIK. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Zamzani. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Citra Pustaka
Zamzani, dkk. 2010. Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Bahasa Indonesia
Dalam Interaksi Sosial Bersemuka Dan Non Bersemuka. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
BIODATA PENULIS
Ephyfania Bahantwelu lahir di Lewopulo, Adonara Timur,
tanggal 26 Oktober 1996. Ia menyelesaikan pendidikan
tingkat sekolah dasar di SD Santo Antonius Lewopulo
pada tahun 2009. Kemudian, ia melanjutkan studinya di
SMPN 2 Adonara Timur, kecamatan Witihama,
Kabupaten Flores Timur, dan tamat pada tahun 2012.
Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMAK Lamaholot Witihama.
Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutkan studi SI
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan tersebut berakhir
pada tahun 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4
a. Anlisis Penanda Kesantunan Berbahasa
Maksim kebijaksanaan
No Data Tuturan Kontkes Penanda Fungsi Kesesuaian
Dengan Teori
(Triangulator)
Keterangan
Triangulator
Ya Tidak
51 Sisiwa : Pak saya mau tanya
Guru : Iya gimaan Ave mau
tanya apa?
Sisiwa : Pak saya tu
bingung
menentukan antara
judul saya pak
Guru : Judul kamu
sekarang tentang
apa?
Siswa : Tentang
penggunaan
teknologi yang
memberikan
kecanduan pada
anak zaman
sekarang. Menurut
bapak bisa gak yah
itu pak?
Guru : Semua masalah itu
bisa dijadikan untuk
bahan penelitian.
Punyamu ini bisa
cuman kalimatmu
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan yang
diberikan oleh
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
menyatakan
bahwa perumusan
kalimat dalam
judul penelitian
perlu diubah.
Penutur (siswa)
bersedia untuk
merumuskan kembali
kalimat dalam judul
proposalnya seperti
yang sudah
disampaikan oleh mitra
tutur (guru). dalam
bertutur, penutur
menggunakan diksi
yang mencerminka
kesantunan yakni
“Terima kasih” yang
ditujukan kepada mitra
tutur. tuturan tersebut
menunjukan bahwa
penutur bersedia untuk
mengganti kalimat
dalam merumuskan
judul proposalnya. Hal
ini mennadakan bahwa
penutur menghormati
dan menghargai mitra
tutur.
Tuturan tersebut
mengandung tindak
tutur komisif, yakni
penutur terikat pada
suatu tindakan di masa
depan. Dalam tuturan
tersebut, penutur
berjanji bahwa ia akan
mengubah kalimat
dalam judul
proposalnya sesuai
dengan apa yang
diarahkan oleh mitar
tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
5
mungkin diubah,
misalnya pengaruh
penggunaan gadget
bagi anak zaman
sekarang
Siswa : Baik pak, saya
akan ubah seperti
yang bapak minta.
Terima kasih pak
Guru : Iya sama-sama. Sana
kerjakan.
52 Guru : Kalau sudah selesai
langsung di upload
yah, waktu tinggal
dikit lagi. Jangan
lupa di cek, siapa
tau masih ada yang
belum dikerjakan
Siswa : Syukurlah pak,
untung bapak
ngasih tau jadi aku
bisa tahu kalau
punyaku tinggal 1.
Untung belum tak
upload. Makasih
banyak pak
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
yang mengatakan
bahwa sebelum
tugas di upload,
harus di cek
terlebih dahulu.
Penutur (siswa)
mengatakan bahwa ia
bersyukur karena
karena bekum
mengupload tugasnya
kerana masih 1 soal
yang belum
dikerjakannya. Dalam
bertutur, penutur
(siswa) menggunakan
diksi yang
mencerminkan
kesantunan yakni
“Terima kasih”.
Tuturan tersebut
menunjukan bahwa
penutur menerima apa
yang disampaikan oleh
mitra tutur dan
meresponya dengan
memberikan tanggapan
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur komisif,
yakni penutur terikat
pada suatu tindakan di
masa yang akan datang.
Tuturan tersebut
menunjukan bahwa
penutur akan
menyelesaikan tugas
yang belum ia kerjakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
6
yang positif.
Maksim Kedermawanan
No Data Tuturan Kontkes Penanda Fungsi Kesesuaian
Dengan Teori
(Triangulator)
Keterangan
Triangulator
Ya Tidak
53 Siswa 1: Zefa, aku boleh
minta bantuan
kamu gak. Ini kok
aku gak bisa login
komputernya yah.
waktunya tinggal
dikit lagi dan aku
belum ngerjain lagi
Sisiwa 2 : Coba kamu
pindah ke
komputer lain
Sisiwa 1 : Sama aja Zef,
yang lainnya
apada eror
Sisiwa 2 : Oke bentar, aku
upload punyaku
bentar nanti aku
bantuin.
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
oleh penutur
(siswa 2) kepada
mitra tutur (siswa
1) yang
mengatakan
bahwa ia tidak
bisa login di
komputernya dan
komputer lainnya
eror.
Penutur (siswa 2)
menyatakan bahwa ia
akan membantu mitra
tutur (siswa 1) untuk
login pada komputer.
Penutur berjanji bahwa
aia kan membantu mitra
tutur setelah ia
mengupload tugasnya.
Hal ini akan
menimbulkan kerugian
bagi mitra tutur karena
mitra tutur harus
membantu penutur.
Tuturan tersebut
mengandung tindak
tutur komisif yakni
tindak tutur yang
dipahami oleh penutur
untuk meningkatkan
dirinya terhadap
tindakan-tindakan di
masa yang akan datang,
dan tuturan ini
berfungsi untuk
menyatakan janji,
penawaran. Penutur
berjanji kepada mitra
tutur bahwa ia akan
membantunya untuk
login di komputer
setelah ia selesai
mengupload tugasnya.
54 Sisiwa 1 : Cin, aku gak
bawa EYD, nanti
boleh gantian yah,
aku pinjam
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
Penutur (siswa 2)
menawarkan EYD
miliknya kepada mitra
tutur untuk digunakan.
Tuturan tersebut
mengandung tindak
tutur komisif yakni
tindak tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
7
punyamu
Siswa 2 : Yaudah ni pake
dulu aja. Sisiwa 1 : Lah nanti kamu
gimana?
Siswa 2 : Gampang nanti,
kamu pake 30
menit abis tu
gantian
Siswa 1 : Oke makasih yah.
merupakan respon
yang diberikan
oleh penutur
(siswa 2) yang
meminjamkan
EYD miliknya
kepada mitra tutur
(siswa 1)
Hal ini akan membawa
kerugian bagi mitra
tutur karena ia harus
menunggu EYD untuk
digunakan mitra tutur
dan ia akan terlambat
dalam mengerjakan
tugasnya dikarenakan
EYD miliknya dipinjam
oleh mitra tutur.
dipahami oleh penutur
untuk meningkatkan
dirinya terhadap
tindakan-tindakan di
masa yang akan datang,
dan tuturan ini
berfungsi untuk
menyatakan janji,
penawaran. Tuturan di
atas menunjukan bahwa
penutur (siswa 2)
menawarkan kepada
mitra tutur (siswa 1)
untuk menggunakan
EYD terlebih dahulu.
55 Siswa 1 : Pak, ini kok
komputer saya
dari tadi gak mau
login e
Guru : Coba kamu pindah
ke komputer lain
Siswa 2 : Eh Gus,
komputer di
samping gue ni
bisa. Ini lu login
pake komputer
gue ni, biar gue
pindah di sebelah
Siswa 1: Eh yaudah aku
yang di sebelah
aja, kan kamu udh
login punyamu tadi
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
penutur (siswa 2)
kepada mitra tutur
yang mengatakan
bahwa
komputernya tidak
bisa login
Penutur (siswa 2)
menawarkan komputer
miliknya kepada mitra
tutur (siswa 1) untuk
digunakan dalam
mengerjakan tugas. Hal
ini akan memberikan
kerugian bagi mitra
tutur karena ia harus
pindah ke komputer
lain dan harus login
ulang pada komputer
lain.
Tuturan tersebut
mengandung tindak
tutur komisif yakni
tindak tutur yang
dipahami oleh penutur
untuk meningkatkan
dirinya terhadap
tindakan-tindakan di
masa yang akan datang,
dan tuturan ini
berfungsi untuk
menyatakan janji,
penawaran. Tuturan di
atas menunjukan bahwa
penutur menawarkan
komputer miliknya
kepada mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
8
Siswa 2 : Santai bro. Aku
baru aja mau login.
Sini loh
untuk digunakan dan
penutur mencari
komputer lain untuk
digunakan.
Maksim Kesepakatan
No Data Tuturan Kontkes Penanda Fungsi Kesesuaian
Dengan Teori
(Triangulator)
Keterangan
Triangulator
Ya Tidak
56 Siswa : Pak aku tu, pengen
ngambil masalaah
tentang pengaruh
anak-anak muda
yang jarag ke gereja
atau tidak ke gereja
ituloh pak terus
nanti buat dapat
kenapa gak gereja
itu aku nyebarin
kuisoner dan
wawancara
Guru : Itu bisa saja, terus
nanti kamu bisa
meyebarkan
kuisoner atau
wawancara untuk
mendaptkan kenapa
mereka tidak gereja
Siswa : Oh berarti hanya
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
mengatakan
bahwa dalam
mengumpulkan
data penutur
menggunakan
kuisoner dan
wawancara
Penutur (siswa)
menyatakan bahwa
teknik pengumpulan
data yang digunakan
adalah tekni kuisoner
dan wawancara seperti
yang sudah
disampaikan oleh mitra
tutur (guru). Tuturan
tersebut dipandang
sebagai bentuk tuturan
yang santun karena
mengusahakan
kesepakatan antara
penutur (siswa) dan
mitra tutur (guru),
dengan hai ini baik
penutur maupun mitra
tutur sama-sama
menerima dan tidak
Tuturan tersebut
menggunakan jenis
tindak tutur asertif,
yakni penutur terikat
pada kebenaran
proporisi yang
diungkapkan. Dalam
tuutran tersebut
menunjukan bahwa
penutur mengikuti apa
yang dikatakan oleh
mitra tutur. Penutur
menyakini bahwa apa
yang dikatakan oleh
mitra tutur itu
merupakan hal yang
tepat, sehingga ia
mengikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
9
kuisoner dan
wawancara saja yah
pak
Guru: Iya kuisoner dan
wawancara.
Siswa : Yaudah pak,
berarti sepakat
dengan kuisoner
dan wawancara
saja yah pak .
menimbulkan
perdebatan.
57 Guru : Nanti kalian
mengerjakan dengan
tenang, bapak
tinggal sebentar. Di
belakang ada mbak
Ephy, jadi kalian
harus jaga sikap yah
Siswa : Iya pak, tenang
aja. Kami akan
jaga sikap kok
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
mengatakan
bahwa penutur
harus mengerjakan
tugas dengan
tenang.
Penutur menyatakan
bahwa mereka akan
mengerjakan tugas
dengan tenang dan akan
menjaga sikap seperti
yang sudah perintahkan
oleh mitra tutur. tuturan
di atas menunjukan
bahwa penutur
mengusahakan
kesepakatan dengan
mitra tutur yakni
sepakat untuk
mengerjakan tugas
dengan tenang.
Tuturan tersebut
dituturkan menggunkan
jenis tindak tutur
ekspresif, yakni penutur
mengutarakan sikap
psikologisnya terhadap
keadaan di sekitar
Dalam tuturan tersebut,
penutur mengutarakan
sikapnya terhadap
pernyataan dari mitra
tutur. Penutur
mengatakan bahwa
mereka akan menjaga
sikap dan akan tenang.
58 Sisiwa : Pak judul saya
tentang pengaruh
pergaulan siswa
pada
perkembangan diri.
Itu bisa gak pak.
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan dari
Penutur (siswa 2)
menyatakan bahwa ia
akan mengamati siswa
SMA seperti yang
sudah disampaikan oleh
mitra tutur (guru).
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur asertif,
yakni penutur terikat
pada kebenaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
0
guru : Iya.. nanti kamu
mengamati untuk
anak SMA atau SMP
kamu siilahkan
memilih itu.
Siswa : Kalau saya
mengamati anak
smp gimana pak
Guru : Gini aja kamu
mending amati anak
sma karena tingkat
pergaulannya sangat
tinggi. Apalagi
kamu bisa lihat
teman-teman kamu
di sini kan
Siswa : Oh iya pak, berarti
saya amati anak
SMA saja yah pak,
makasih.
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru)yang
mengatakan
bahwa penutur
lebih baik
mengamati anak
SMA saja
dibanding dengan
anak SMP
tuturan di atas
dipandang sebagai
tuturan yang santun
karena penutur
mengusahakan
kesepakatan dengan
mitra tutur, yakni
sepakat untuk
mengamati siswa SMA
seperti yang sudah
disampaikan mitra
tutur.
proposisi yang
diungkapna. Dalam
tuturan tersebut
menunjukan bahwa
penutur mengatakan ia
akan mengamati siswa
SMA seperti yang
disampaikan oleh mitra
tutur. Hal ini
menunjukan bahwa
penutur meyakini akan
kata-kata mitra tutur
sehingga ia
mengikutnya.
59 Guru: Ini adalah tugas
kedua kalian. Dan
tugas ini akan bapak
ambil nilai. Kalian
kerjakan
berdasarkan suruhan
yang sudah ada di
komputer kalian
masing-masing.
Kalau ada yang
tidak jelas, kalian
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terajdi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
oleh penutur
(siswa) kepada
mitra tuutr (guru)
yang mengatakan
bahwa tugas
Penutur (siswa)
menyatakan bahwa
mereka akan
mengerjakan tugas
sesuai dengan suruhan
yang ada di komputer,
dan apabila mereka
kebingungan mereka
harus bertanya ke guru
dan bukan ke teman.
Tuturan di atas
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak ekspresif, yakni
penutur mengutarakan
sikap psikologisnya
terhadap keadaan di
sekitar. Dalam tuturan
tersebut penutur
mengutarakan sikapnya
terhadap pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1
bertanya ke bapak,
jangan tanya ke
teman kalian
Sisiwa : Iya pak, siap
laksanakan
dikerjakan
berdasarkan
arahan yang ada di
komputer dan jika
ada pertanyaan
yang tidak jelas,
bisa beranya
langsung kepada
mitra tutur.
dipandang sebagai
bentuk tuturan yang
santun, karena penutur
(siswa) mengusahakan
kesepakat dengan mitra
tutur.
dari mitra tutur. Penutur
mengatakan bahwa
mereka sepakat dengan
apa yang dikatakan oleh
mitra tutur.
b. Analisis Penanda Ketidaksantunan Berbahasa
Maksim kebijaksanaan
No Data Tuturan Kontkes Penanda Fungsi Kesesuaian
Dengan Teori
(Triangulator)
Keterangan
Triangulator
Ya Tidak
60 Guru : sekarang giliran Avi
untuk membacakan
masalah yang kamu
temui
Siswa : Masalah yang saya
temukan tentang
ketidkbersihan
penggunaan toilet
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan yang
diberikan oleh
penutur siswa)
Penutur menyatakan
bahwa kertas untuk
mengerjakan tugasnya
dicuri tetapi dia yang
disalahkan. Tuturan
tersebut dipandang
sebagai tuturan yang
tidak santun, karena
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur ekspresif,
yakni penutur
mengungkapkan sikap
psikologisnya terhadap
keadaan di sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2
pak.
Guru : Iya coba
deskripsikan
Siswa : Pak tadi saya sudah
deskripsikan tapi
kertas saya hilang
pak, di ambil orang
saya gak tahu.
Guru : Lah terus, kamu
tidak ada usaha
untuk membuat
ulang? berarti kamu
tidak ada niat untuk
mengerjakan
Siswa : Lah piye pak,
orang kertas saya
dicuri kok saya
yang disalahin.
Gimana sih bapak
ni
kepada mitra tutur
(guru) yang
mengatakan
bahwa penutur
tidak mempunyai
niat untuk
menherjakan
tugas.
dalam bertutur, penutur
menggunakan notasi
yang tinggi dan dalam
tuturan tersebut penutur
menunjukan
kekesalnnya kepada
mitra tutur dan
tuturannya berisi
kecaman.
Dalam tuturan tersebut,
penutur mengutarakan
sikapnya terhadap apa
yang dikatakan oleh
mitra tutur. Tuturan
tersebut berisi kecaman
yang diberikan penutur
kepada mitra tutur.
61 Guru : Dikerjakan dengan
baik , dan jangan
ada yang membuka
EYD. Komputer
sudah ada di depan
mata kalian masing-
masing jadi jangan
tanya ke sana ke
mari
Siswa : Pak ini tu lagi
ngerjain, bapak
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
oleh penutur
(siswa) kepada
mitra tutur (guru)
yang menerangkan
mengenai tugas
Penutur menyatakan
bahwa ia tidak bisa
mengerjakan tugas
karena mitra tutur
banyak bicara. Tuturan
tersebut dipandang
sebagai tuturan yang
tidak santun karena
dalam bertutur penutur
menggunakan notasi
byang tinggi, dan isi
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
impositif, yakni ilokusi
yang bertujuan
menghasilakn efek
berupa tindakan yang
dilakukan oleh mitra
tutur. dalam tuturan
tersebut penutur
meminta kepada mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3
banyak bicara
jadi kami tu
malah bingung ni
yang dikerjakan.
tuturan tersebut
menyalahkan mitra
tutur, padahal mitra
tutur hanya
menerangkan tugas
yang dikerjakan.
tutur untuk berhenti
berbicara agar mereka
dapat mengerjakan
tugas dengan baik,
karena jika berbicara
terus, mereka
kebingungan dalam
mengerjakan tugas.
62 Siswa : Pak Banik saya
bingung pak nentuin
rumusan masalah
Guru : Masalahmu apa ?
Siswa : Tentang mengapa
siswa mendapat
nilai rendah dalam
ulangan itu pak.
Guru : Masalah itu bukan
dirumuskan dalam
bentuk pertanyaann.
Kalau yang begini
malah masuk
dirumusan masalah
Sisiwa: Lah terus piye?
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan yang
diberikan penutur
(siswa) kepada
mitra tutur yang
mengatakan
bahwa rumusan
masalah itu tidak
dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan.
Penutur merespon
pernyataan dari mitra
tutur dengan
memberikan jawaban
yakni ia bertanya
kembali ini harus
bagaimana. Tuturan
tersebut dianggap
sebagai tuturan yang
tidak santun karena
dalam bertutur, penutur
menggunakan notasi
yang tinggi dan isi
tuturan tersebut
menunjukan bahwa
penutur tidak
mnghargai mitra tutur,
karena mitra tuutr
sudah menjelaskan
bagaiaman
merumuskan masalah
dalam penelitian, akan
tetapi penutur
meresponnya dengan
Tuutran tersebut
dituturkan
menggunakan jensi
tindak tutur eskpresif,
yakni penutur
mengutarakan sikapnya
terhadap keadaan di
sekitar. Dalam tuturan
tersebut, penutur
mengutarakan sikapnya
atas penjelesan dari
mitra tutur. Penutur
merespon penjelasan
dari mitra tutur dengan
menunjukan sifat
kekesalnnya yakni
dengan bertanya
kembali atas penjelasan
dari mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4
jawaban yang tidak
sopan.
63 Guru : Ayo Cindy,
dikerjakan dulu.
Jangan ngobrol
sama temannya.
Kamu udh selesai
belum ?
Siswa : Lah belum lah.
Orang baru
ngerjain kok udah
ditanya. Piye to?
Guru : Makanya dikerjakan,
jangan ngomong
sendiri
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan yang
diberikan oleh
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
bertanay apakah
tugasnya sudah
selesai atau belum.
Penutur merespon
pertanyaan dari mitra
tutur dengan
mengatakan bahwa
tugasnya baru diberikan
tapi sudah bertanya
apakah sudah selesai
atau belum. Tuturan
tersebut dipandang
sebagai tuturan yang
tidak santun karena
dalam bertutur, penutur
menggunakan notasi
yang tinggi dan isi
tuturannya seolah-olah
mengecam mitra tutur.
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur ekspresif,
yakni penutur
mengutarakan sikapnya
terhadap keadaan di
sekitar. Dalam tuutran
tersebut, penutur
mengutarakan
kekesalannya kepada
mitra tutur karena mitra
tutur menyanyakan
apakah mereka sudah
selesai mengerjakan
tugas.
64 Siswa : Pak ini tu kalau kata
bahasa inggris tu
ditulisnya biasa atau
di cetak miring
Guru : Coba kamu lihat di
EYD. Ada tidak
penjelsannya
Siswa : Lah aku ki gak
nemu, makanya
tanya. Huh ... Piye
to bapak ni!
Penutur adalah
siswa, dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan yang
diberikan oleh
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
mengatakan
bahwa cek di EYD
ada penjelasan
mengenai
Penutur merespon
pernyataan dari mitra
tutur dengan
mengatakan bahwa ia
tidak menemukan
jawabannya. Tuturan
tersebut dianggap
sebagai tuturan yang
tidak santun karena
dalam bertutur, penutur
menggunakan notasi
yang tinggi, dan isi
tuturan tersebut
memojokan mitra tutur
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur ekspresif,
yakni penutur
mengutarakan sikapnya
terhadap keadaan di
sekitar. Dalam tuturan
tersebut penutur secara
tidak langsung
mengecam mitra tutur
karena mitra tutur
memintanya untuk
mengecek jawaban di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5
penulisan kata
bahasa Inggris.
dan penutur secara
langsung menunjukan
kekesalannya kepada
mitra tutur.
EYD.
Maksim Kedermawanan
No Data Tuturan Kontkes Penanda Fungsi Kesesuaian
Dengan Teori
(Triangulator)
Keterangan
Triangulator
Ya Tidak
65 Guru : Kalau ada yang
bingung untuk
menentukan
masalah jangan
sungkan untuk
bertanya.
Siswa : Ini tu bingung
semua e pak, saya
jadi malas ngerjain
ni. Tugas yang di
kasih kok susuh
banget sih
Guru : Makanya itu saya
minta anda untuk
bertanya kalau
bingung.
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan dari
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
menyatakan
bahwa kalau
bingung
menentukan
masalah jangan
sungkan untuk
bertanya.
Penutur merespon
pernyataan mitra tutur
dengan mengatakan
bahwa ia malas
mengerjakan tugas
karena tugas yang
diberikan susah semua.
tuturan tersebut
dianggap sebagai
tututran yang tidak
santun, karena dalam
bertutur penutur secara
langsung menolak
untuk mengerjakan
tugas yang diberikan
oleh mitra tutur. Hal ini
tentunya akan membuat
mitra tutur merasa tidak
senang.
Fungsi tuturan yang
digunakan dalam
tuturan tersebut adalah
tindak tutur asertif
yakni penutur terikat
pada kebenaran
proposisi yang
diungkapkan. Dalam
tuturan di atas, penutur
mengeluh kepada mitra
tutur bahwa tugas
diberikan tersebut
susah. Penutur
mengatakan hal
demikia karena penutur
menyadari bahwa tugas
tersebut sangat
membingkan dan susah
sehingga ia menjadi
malas untuk
mengerjakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
6
Maksim Kesepakatan
No
Data Tuturan Kontkes Penanda Fungsi Kesesuaian
Dengan Teori
(Triangulator)
Keterangan
Triangulator
Ya Tidak
66 Siswa : Pak, ini tu
masalahnya tentang
pengaruh merokok
bagi kalangan
remaja.
Guru : Cari masalah yang
lain, saya yakin
kamu hanya akan
kopas dari internet
untuk maslaah itu.
Karena ini masalah
umum.
Siswa : Lah gak mau pak,
saya gunakan ini
saja. Susah cari
masalah lain e.
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
penutur (siswa)
kepada mitra tutur
(guru) yang
mengatakan
bahwa penutur
harus mencari
maslaah lain.
Penutur merespon
pernyataan dari mitra
tutur dengan
mengatakan bahwa ia
tidak mau mengganti
masalah penelitian
seperti yang sudah
disampaikan mitra
tutur, karena akan
susah. Tututran tersebut
dipandang sebagai
tuturan yang tidak
santun, karena penutur
secara langsung
menolak untuk
melakukan apa yang
diperintahkan oleh
mitra tutur dan memilih
untuk mempertahankan
egonya sendiri.
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur asertif
yakni penutur terikat
pada kebenaran
proposisi yang
diungkapkan. Dalam
tturan tersebut, penutur
menyatakan bahwa ia
menolak untuk
mengganti masalah.
Penutur mengelluh
bahwa mencari masalah
itu susah.
67 Guru: Kalau ada yang
belum mengambil
memfotocopy materi,
nanti kalian silahkan
mengunduh dan
fotocopy sendiri.
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan respon
yang diberikan
Penutur merespon
pernyataan dari mitra
tutur dengan
mengatakan bahwa ia
tidak mau mengunduh
materi dikarenakan
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur asertif,
yakni apa yang
dikatakan penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
7
Sisiwa : Gak mau pak,
ribet harus di
download dulu
oleh penutur
(siswa) kepada
mitra tutur (guru)
yang mengatakan
bahwa penutur
harus mengunduh
dan memfotocopy
materinya sendiri.
akan ribet. Tuturan
tersebut dianggap tidak
santun karena penutur
tidak mau melakukan
apa yang diperintahkan
oleh mitra tutur.
Penutur tidak mau
bersepekat dengan
mitra tutur dan hal ini
akan menimbulkan
perasaan tidak senang
bagi mitra tutur.
sudah ia yakni
kebenarannya. Dalam
tuturan tersebut,
penutur menyatakan
bahwa ia tidak mau
mengunduh materi
karena ribet.
68 Guru: Tadi di IPS 2 mereka
sudah bapak minta
mengerjakan tugas
yang harus di upload
di komputer hari ini.
kalian kemarin bapak
minta kalian
membawa EYD kan?
nah sekarang buka
komputer kalian,
kerjakan soal yang
ada di komputer
tersebut, tapi dengan
catatatn kalian tidak
boleh membuka EYD.
Kerjakan sebisa
kalian. Untuk
membuka eyd nanti di
tugas yang kedua
Siswa : Yah, gak mau pak.
Penutur adalah
siswa dan tuturan
terjadi di dalam
kelas. Tuturan
merupakan
tanggapan yang
diberikan penutur
(siswa) kepada
mitra tutur guru)
yang mengatakan
bahwa dalam
mengerjakan tugas
tidak boleh
membuka EYD.
Penutur merspon
pernyataan dari mitra
tutur dengan
mengatakan bahwa ia
akan membuka EYD ,
karena jika tidak
membukanya ia tidak
bisa mengerjakan tugas.
Tuturan tersebut
dianggap tidak santun,
karena penutur tidak
mau seppendapat
dengan mitra tutur, dan
menolak untuk
melakukan apa yang
diperintahkan mitra
tutur. Hal ini akan
menimbulkan
perdebatan antara
penutur dan mitra tutur.
Tuturan tersebut
dituturkan
menggunakan jenis
tindak tutur asertif,
yakni penutur terikat
pada kebenaran
proposisi yang
diungkapkan. Dalam
tuturan tersebut
menyatakan bahwa ia
akan tetap membuka
EYD karena jika ia
tidak membukanya
maka ia tidak bisa
mengerjakan tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
8
kalau gak bisa
buka saya gk bisa
jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI