Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir

Post on 21-May-2015

1.013 views 1 download

Transcript of Analisis pemodelan spasial pengembangan wilayah pesisir

Analisis Pemodelan Spasial Pengembangan Wilayah Pesisir

Menggunakan Sistem Informasi Geografi (GIS)

Negara Indonesia bisa disebut negara yang kaya,kenapa bisa disebut kaya

Indonesia memiliki 237juta penduduk (menurut sensus penduduk,BPS 2010)

dengan laju pertumbuhan 1,49% persentase pertumbuhan penduduknya. Selain

kaya jumlah penduduknya, Indonesia memiliki banyak pulau yang tersebar

sebanyak 17.504 pulau dimana 7.870 sudah memilik nama dan sisanya

9.634belum memiliki nama (menurut Departemen Dalam Negeri,2004).Potensi

alamnya juga terkenal kaya dengan berbagai macam sumber daya yang sudah

terkelola dan ada juga yang belum terkelola dengan baik.

Permasalahan penduduk bukan pada tahun 2012 ini saja,tetapi masalah ini

seolah menjadi warisan turun temurun yang belum memilki management yang

baik.Dilihat dari sebaran jumlah penduduk Indonesia jawa 58% dan sisanya yang

terkecil 3% Papua dan Maluku (BPS,2010).Hal ini terjadi karena kurangnya

pemerataan pembangunan daerah di Indonesia,seolah daerah yang berkembang

semakin pesat dan daerah lain yang terpencil kemudian menjadi daerah yang jauh

dari kata pembangunan.Fasilitas yang lengkap dan aksesbilitas di kota -kota besar

menjadi faktor penarik sebagian penduduk untuk memilih lokasi strategis untuk

tinggal.Keadaan di kota lebih jauh berkembang dari segi pendidikan,ekonomi,dan

sosial.

Permasalahan di atas dapat diminimalisir jika pengembangan wilayah

pesisir bisa optimal dan jauh diperhatikan.Wilayah pesisir dikenal dengan

pertemuan laut dan darat meliputi daerah yang kering maupun perairan (Sutopo

Purwo,1997).Perencanaan wilayah pesisir sangat membutuhkan perencanaan dan

koordinasi yang baik jadi pada akhirnya bukan hanya menghasilkan draft rencana

tetapi juga hasil maksimal yang bisa dilihat perubahan dari wilayah pesisir itu

sendiri.Seiring dengan pembangunan pesisir terkadang parameter yang digunakan

tidak cocok untuk dijadikan rencana pembangunan namun tetap saja digunakan

alhasil bisa dipastikan pembangunan di wilayah pesisir tidak cocok secara

deskripsi geografis wilayah pesisir tersebut,karena masing-masing pesisir

memiliki karakteristik masing-masing.Integrasi instansi pemerintah juga

diharapkan punya koordinasi yang baik dalam pengembangan data

spasial,terkadang format yang berbeda bisa menimbulkan masalah tersendiri jika

akan digunakan menjadi suatu hal penelitian dan pengembangan misal Data

Tanah,Penggunaan Lahan (BPN);Data Statistik Kependudukan(BPS),Data Peta

(BIG),Data Kelautan (Badan Kelautan Nasional);Data iklim(BMKG) seharusnya

instansi yang terkait dengan pengembangan wilayah pesisir bisa bertukar data atau

dengan kata lain bisa teroganisir baik dalam satu pusat data dan format yang

baik ,ketika diolah data tersebut dapat memberikan kualitas data yang akurat dan

sumber data yang bagus untuk kajian penelitian wilayah pesisir.Kurangnya Peran

serta masyarakat dalam pengembangan wilayah pesisir ini menjadi garis besar

yang penting,tanpa dukungan masyrakat rencana akan menjadi sebuah rencana

yang tidak berkelanjutan,otomatis pembangunan bisa macet begitu saja di tengah

jalan.

Perkembangan Sistem Informasi Geografi di Indonesia mengalami

kemajuan secara perlahan dan pasti ,instansi pemerintah mulai banyak

menggunakan aplikasi sistem informasi geografi.Sistem informasi geografi untuk

wilayah pesisir ini lebih efektif dengan analisis pemodelan spasial dalam hal ini

ruang lingkupnya agar wilayah pesisir lebih jelas dalam perencanaan

pembangunannya dan yang paling terpenting sesuai dengan karakteristik wilayah

pesisir masing-masing.Misalnya dengan menganalisa perencanaan tambak di

Kabupaten Pekalongan dibutuhkan langkah awal yaitu pengumpulan data peta

(BIG),data kemiringan lereng,peta tanah,peta penggunaan lahan,peta

perkembangan pesisir(Departemen Kehutanan&Bappeda),data statistik ekonomi

sosial(BPS).Data-data tersebut dijadikan parameter untuk analisis kesesuaian

lahan.Pemodelan spasial misal untuk analisis tambak posisi tambak biasa berada

di kawasan mangrove dengan demikian parameter yang bisa digunakan lereng

datar 0-3% merupakan lahan yang sesuai (S1) yang tidak sesuai yang

<15% :curam(N1).Tambak pada lokasi mangrove perlu memperhatikan tanah

serta parameter lain yaitu jarak terhadap sungai&laut, dan segi penggunaan

lahannya.Tingkat kesesuaian bisa dengan parameter kesesuain lahan

S1(Sesuai),S2(Cukup Sesuai),S3(Sesuai Marginal),N(Tidak sesuai).Parameter ini

perlu analisis yang dikaitkan dengan peruntukan tambak.Selain itu fenomena

kerusakan lingkungan mangrove perlu diperhatikan baik dari timbunan sampah

sampai penebangan kawasan mangrove tanpa ada pembibitan lagi,alhasil banyak

mangrove rusak padahal secara ekologis mampu menyediakan nutrien dan

penyeimbang wilayah pesisir.

Pengembangan wilayah pesisir bisa dimaksimalkan dalam segi teknologi

perikanan sesuai dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010) yaitu

“Indonesia Menjadi Produk Perikanan Terbesar 2015”.Visi ini menjadi sebuah

gagasan penting untuk arah perkembangan wilayah pesisir sebagaimana visi

tersebut dari analisis pemodelan bisa dilakukan langkah efektif lokasi mana yang

akan dijadikan pengembangan teknologi ikan metode yang digunakan adalah

pendekatan binaray lahan sesuai (skor 1) lahan tidak sesuai(skor 0) langkah awal

adalah identifikasi masalah produksi ikan apakah ada pengaruhnya dengan lokasi

yang kurang sesuai,pemilihan parameter yang berpengaruh misal dengan langkah

pengefektifan dekat dengan terumbu karang yang kaya untuk mensuplay makanan

untuk ikan.Diklasifikasikan dan dianalis menggunakan sistem informasi

geografi.Peningkatan dari segi teknologi penangkapan ikan juga berpengaruh

dengan alat yang canggih tanpa mengurangi atau malah merusak lingkungan biota

laut.

Pemodelan spasial yang lain sebagai langkah efektif untuk pengembangan

wilayah pesisir yang baru baru ini berkembang adalah “ekowisata” bagaiman

wilayah pesisir dijadikan sarana wisata untuk menyumbang pendapatan daerah

setempat.Seperti untuk sarana olahraga laut jetsky,diving,snorkling bisa dengan

wisata /outbound di kawasan mangrove.Pemodeln spasial pada ekowisata ini bisa

dikembangkan untuk mempromosikan lewat sistem informasi geografis membuat

peta wisata yang dibuat sesuai parameter kesesuian lahan (penggunaan

lahan,rencana tata ruang wisata,vegetasi,jenis tanah) apabila parameter tersebut

memenuhi skor untuk wisata maka patut untuk dikembangkan.Banyak sekali

potensi wilayah pesisir yang lain seperti pengembangan untuk pembuatan

mutiara,pengembangan minyak dan gas bumi,jasa transportasi laut.Analisis

pemodelan spasial untuk lebih memberi wadah agar lahan terkelola dengan baik

apabila tidak ada keselarasan dengan lingkungan dapat memberikan efek yang

negatif.Selain itu perlu diperhatikan jangan menganggap wilayah pesisir hanya

cocok untuk pembuangan limbah dan TPA saja tapi potensi pesisir sangat besar

dengan kata lain pesisir adalah mutiara yang tak telihat.Apabila wilayah pesisir

dikembangkan akan menjadi pemandangan baru secara spasial karena wilayah ini

mempunyai potensi untuk itu semua.

Permasalahannya disini dengan pengembangan aja tidak cukup untuk itu

tapi juga mulai membenahi dari segi kualitas sumber daya manusia dan

kemiskinan.Hanya segelintir ahli GIS yang ditugaskan untuk pemodelan spasial

seperti ini.Banyak peneliti yang menyebarkan hasil penelitian tapi belum banyak

yang mengaplikasikan ke kehidupan masyarakat pesisir.Dari segi masyarakat

wilayah pesisir yang identik dengan laut membuat anak-anak pesisir memillih

bekerja membantu orang tua dibandingkan sekolah,bagaimana merubah pola pikir

masyarakat bahwa pendidikan itu penting.Wilayah laut kita juga banyak dikelola

asing dan bisa dipastikan pengambilan sumber daya alam bisa berlebihan tidak

sesuai dengan undang-undang.Kerusakan lingkungan menjadi pokok

permasalahan selanjutnya ,diperlukan kesadaran masyrakat untuk tidak

mengeksploitasi lahan secara berlebihan karena ada sumber daya alam yang tidak

dapat diperbarui seperti minyak&gas bumi.Permalahan ini diperparah dengan

lemahnya koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengembagan wilayah

pesisir dari segi data saja banyak data yang sudah tidak relevan dan tahunnya

sudah lampau.Koordinasi lembaga diperlukan untuk memperoleh sumber data

untuk peneltian pengembangan dan pengawasan pesisir.Segi penegakan hukum

yang lemah menjadi hal yang terbiasa dilanggar bukan untuk dipatuhi maka

hukum harus ditegakkan.

Gagasan yang bisa dikembangkan adalah peneliti ikut serta untuk

mensosialisasikan penelitian di wilayah pesisir agar masyarakat mempunyai

kesadaran tentang segi pendidikan &teknologi yang berkembang sehingga

kualitas SDM yang baik akan berpengaruh juga untuk perekonomian dan

pengelolaan wilayah pesisir mereka.Setelah kualitas masyrakat dibenahi dari segi

instansi mulai mengembangkan analisis pemodelan spasial ini agar data jauh lebih

baik kualitas dan keakuratannya.Selain itu wilayah pesisir bisa berkembang

dengan metode yang benar sesuai dengan keadaan geografisnya bukan asal-

asalan.Kalau wilayah pesisir bisa berkembang pandangan remeh mengenai pesisir

sekarang ini bisa ditepis dengan pendapatan perekonomian yang naik dengan

kualitas ekologi yang mumpuni(pengembalian lingkungan yang rusak).Wilayah

pesisir yang identik dengan perbatasan kalau berkembang juga bisa meningkatkan

keamanan bagi pulau-pulau terkecil,kalau kebutuhan mereka tercukupi maka tidak

akan berpaling ke negara lain yang sudah maju.