Post on 07-Mar-2019
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Mengeluarkan Obligasi)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SESILIA DIAN KRISMAWATI
NIM.F0205136
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
MOTTO
Ora Et Labora. Bekerja dan Berdoa
There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it’s hard to kill
Who knows what miracles, You can achieve
When you believe, some how you will,
You will when you believe (Mariah Carey)
Orang yang berhasil di dunia ini adalah orang yang bangkit dan mencari
keadaan yang mereka inginkan dan kalau mereka tidak menemukannya,
mereka akan menciptakannya (George Bernad Shaw)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk
- Almamater
- Ayah dan Ibu tercinta
- Mbak Heny dan Mas Redy
- Mas Cahyo, dan
- Sahabat-sahabatku di FE UNS’05
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan, berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Analisis Laporan Keuangan untuk Memprediksi Tingkat
Kebangkrutan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini
disusun guna melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, dorongan serta sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih
kepada
1. Prof. Dr Bambang Sutopo, M.Com., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Bapak Reza
Rahardian, SE, MSi., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
3. Drs. Harmadi, MM., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan pengarahan, bantuan, saran, kesabaran dan waktunya selama
proses penyelesaian skripsi ini.
4. Dra. Anastasia Riani S, MSi., selaku Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
6. Teman-teman manajemen 2005, terima kasih atas persahabatannya.
7. Kepada semua pihak yang belum tertulis yang telah membantu penulis selama
masa kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tiada Gading yang Tak Retak, penulis juga menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu segala
saran dan kritik selalu diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan kedepan.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap bahwa skripsi
ini akan bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 13 Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………..v
KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xiii
ABSTRAK………………………………………………………………………xiv
BAB
I. PENDAHULUAN………………………………………………………….,...1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………...6
II. TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Obligasi.……………………………………………………….6
B. Pengertian Laporan Keuangan…………………………………………….7
C. Analisis Laporan Keuangan dan Tujuannya………………………………7
D. Rasio-Rasio Keuangan dalam Analisis Laporan Keuangan……………….9
E. Pengertian Kebangkrutan………………………………………………...17
F. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan………………………………….19
G. Analisis Tingkat Kebangkrutan…………………………………………..23
H. Penelitian Terdahulu……………………………………………………..27
I. Kerangka Teoritis………………………………………………………...29
J. Hipotesis………………………………………………………………….31
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………………32
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling………………………………….32
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data…………………………...32
D. Metode Analisis Data…………………………………………………….33
IV. ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data……………………………………………………………39
B. Pengujian Data…………………………………………………………...44
C. Interpretasi Hasil…………………………………………………………72
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………80
B. Keterbatasan……………………………………………………………..82
C. Saran……………………………………………………………………..83
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………84
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR………………………………………………………………....Halaman
II.1. Kerangka Teoritis………………………………………………………...29
IV.1 Uji Heterokedastisitas……………………………………………………51
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
VI.1. Sampel Penelitian………………………………………………………...40
VI.2. Descriptive Statistic……………………………………………………...41
VI.3. Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data……………………………..45
VI.4. Uji Normalitas Setelah Transformasi Data………………………………46
VI.5. Uji Multikolinearitas Sebelum Variable Removed....................................47
VI.6. Uji Multikolinearitas Setelah Variable Removed………………………..48
VI.7. Uji Autokorelasi………………………………………………………….49
VI.8. Regresi dan Uji Hipotesis………………………………………………...53
VI.9. Nilai Variabel Altman Z-Score Tahun 2003-2007……………………….58
VI.10. Test of Equality of Group Means………………………………………...63
VI.11. Log Determinants 1.……………………………………………………...64
VI.12. Test Results 1.…………………………………………………………….64
VI.13. Log Determinants 2………………………………………………………65
VI.14. Test Results 2.…………………………………………………………….65
VI.15. Variables in the Analysis…………………………………………………66
VI.16. Eigenvalues………………………………………………………………67
VI.17. Wilks’ Lambda…………………………………………………………...67
VI.18. Standardized Canonical Discriminants Function Coefficients…………..68
VI.19. Canonical Discriminant Function Coefficients………………………….68
VI.20. Functions at Group Centroids…………………………………………...69
VI.21. Classification Result……………………………………………………..70
VI.22. Hasil Pengelompokkan Perusahaan...........................................................71
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Nilai Variabel Altman Z-Score (Y) Tahun 2003-2007
Lampiran II Nilai Variabel WC/TA (X1) Tahun 2003-2007
Lampiran III Nilai Variabel RE/TA (X2) Tahun 2003-2007
Lampiran IV Nilai Variabel EBIT/TA (X3) Tahun 2003-2007
Lampiran V Nilai Variabel MVE/TL (X4) Tahun 2003-2007
Lampiran VI Nilai Variabel S/TA (X5) Tahun 2003-2007
Lampiran VII Nilai Variabel CR (X6) Tahun 2003-2007
Lampiran VIII Nilai Variabel QR (X7) Tahun 2003-2007
Lampiran IX Nilai Variabel Rata-Rata Umur Piutang (X8) Tahun 2003-2007
Lampiran X Nilai Variabel Rata-Rata Umur Persediaan (X9) Tahun 2003-
2007
Lampiran XI Nilai Variabel Rasio Perputaran Aktiva Tetap (X10) Tahun 2003-
2007
Lampiran XII Nilai Variabel Rasio Total Hutang (X11) Tahun 2003-2007
Lampiran XIII Nilai Variabel TIER (X12) Tahun 2003-2007
Lampiran XIV Nilai Variabel PMR (X13) Tahun 2003-2007
Lampiran XV Nilai Variabel ROA (X14) Tahun 2003-2007
Lampiran XVI Nilai Variabel ROE (X15) Tahun 2003-2007
Lampiran XVII Hasil Analisis Regresi Rasio Keuangan Terhadap Tingkat
Kebangkrutan
Lampiran XVIII Analisis Diskriminan
ABSTRAK
Sesilia Dian Krismawati
F0205136
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK MEMPREDIKSI TINGKAT KEBANGKRUTAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Mengeluarkan Obligasi)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mengetahui rasio keuangan yang secara signifikan memiliki pengaruh terhadap tingkat kebangkrutan dan mengetahui rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan.
Penelitian ini menggunakan 15 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode lima tahun, yaitu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
Analisis data menggunakan Altman Z-Score, regresi linear dan Multiple Discriminant Analysis dengan bantuan SPSS 16. Hasil pengujian menunjukkan perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi tidak hanya mengalami prediksi bangkrut, variabel WC/TA , RE/TA, ln quick ratio dan rata-rata umur persediaan secara signifikan berpengaruh terhadap tingkat kebangkrutan dan terbukti ada dua rasio keuangan yang dapat memprediksi tingkat kebangkrutan, yaitu WC/TA dan RE/TA, dengan tingkat akurasi 81,1%.
Kata Kunci : Laporan Keuangan, Rasio Keuangan, Tingkat Kebangkrutan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modal merupakan salah satu hal yang penting bagi seorang manajer
dalam suatu perusahaan. Keputusan mengenai permodalan adalah keputusan
penting. Hal itu menyangkut masalah investasi maupun pembiayaan yang
harus dilakukan perusahan untuk dapat tumbuh dan mengembangkan
usahanya. Sumber pendanaan ini dapat berasal dari modal sendiri maupun
dana dari pihak luar perusahaan. Masalah permodalan muncul ketika terdapat
banyak peluang bisnis baru yang menjanjikan prospek keuntungan bagi
perusahaan di satu sisi, sedangkan di sisi lain dana perusahaan yang
bersumber dari modal sendiri terbatas jumlahnya. Untuk mendukung
pertumbuhan perusahaan itulah dimanfaatkan dana dari pihak luar.
Pasar modal merupakan pasar yang menyediakan sumber-sumber
pendanaan dari eksternal perusahaan. Fungsi yang dijalankan pasar modal
melibatkan dua pihak, yaitu pihak yang memiliki kelebihan modal dan pihak
yang memerlukan modal. Dalam usaha mendapatkan modal tersebut
perusahaan dapat melakukan dengan menerbitkan saham ataupun obligasi.
Saham adalah bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Sedangkan obligasi
merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi
pinjaman dengan yang diberi pinjaman. Peminjam harus membayar kembali
pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang
sudah disepakati (Jogiyanto, 2003).
2
Obligasi merupakan salah satu jenis surat berharga yang cukup
penting dalam dunia bisnis. Bagi perusahaan, obligasi merupakan sarana
ekspansi dan sarana untuk memperkuat struktur modal. Di Indonesia
perdagangan obligasi akhir-akhir ini mulai marak dan banyak diminati oleh
para investor baik dari perusahaan swasta publik maupun perorangan. Hal itu
dipicu oleh diterbitkannya obligasi pemerintah (government bond) serta
adanya reksa dana. Menurut Adler Manurung, pengamat reksa dana, dulu
orang tidak bisa membeli government bond jika hanya mempunyai uang
sedikit, tetapi kini dengan adanya reksa dana orang pun dapat membeli
government bond atau dengan membeli reksa dana obligasi pemerintah
(Infobank No. 322 Januari 2006). Salah satu pertimbangan investor memilih
investasi dalam bentuk obligasi adalah volalitas obligasi relatif lebih rendah
dibanding saham, dan obligasi memberi laba yang positif serta income yang
tetap (Esme Faeber dalam Sugeng, 2007).
Pada setiap pengambilan keputusan investasi, investor dihadapkan
pada kondisi ketidakpastian. Hal ini mendorong investor yang rasional untuk
selalu mempertimbangkan resiko yang muncul. Model prediksi kesulitan
(distress prediction models) dapat membantu investor dalam menentukan
sikap terhadap surat-surat berharga (debt securities) yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan, ketika menilai kemungkinan perusahaan mengalami
kesulitan dalam membayar bunga dan hutang pokoknya. Bagi investor yang
melakukan investasi dengan pendekatan aktif, dapat mengembangkan suatu
strategi yang didasarkan pada asumsi bahwa model prediksi kesulitan
keuangan dapat menjadi peringatan awal adanya kesulitan keuangan,
3
dibandingkan dengan sesuatu yang tersembunyi pada harga surat berharga
yang berlaku (Foster G,1986).
Secara umum masyarakat mengukur keberhasilan perusahaan
berdasarkan pada kemampuan perusahaan yang terlihat dari kinerja
manajemen. Kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan
dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Sehingga untuk mengukur
keberhasilan perusahaan dapat menggunakan analisis terhadap laporan
keuangan perusahaan.
Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi masa
depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan
digunakan untuk membantu mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang
lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan
mempengaruhi peristiwa di masa depan (Brigham dan Houston, 2001).
Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan
penginterpretasian informasi akuntansi. Dengan analisis rasio ini dapat
diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dibidang keuangan. Analisis
rasio keuangan dapat dipakai sebagai sistem peringatan awal (early warning
system) terhadap kemunduran kondisi keuangan dari suatu perusahaan.
Rasio keuangan banyak dipakai oleh berbagai penelitian karena rasio
keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan
dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat
maupun yang tidak sehat (Chen, 1981).
Atas dasar uraian diatas, peneliti ingin mengidentifikasi rasio-rasio
keuangan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan manufaktur
4
yang mengeluarkan obligasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas , maka dapat dirumuskan masalah
yang diangkat pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana variabel - variabel Altman Z-Score memprediksi tingkat
kebangkrutan perusahaan-perusahaan manufaktur yang mengeluarkan
obligasi di Indonesia?
2. Apakah variabel-variabel rasio keuangan, yaitu working capital/total asset,
retained earning/total asset, EBIT/total asset, market value equity/book
value of total liabilities, sales/total asset, current ratio, quick ratio, rata-
rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, rasio perputaran aktiva
tetap, rasio total hutang, times interest earned ratio, profit margin ratio,
return on asset, dan return on equity memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan-perusahaan di Indonesia ?
3. Apakah variabel-variabel rasio keuangan, yaitu working capital/total asset,
retained earning/total asset, EBIT/total asset, market value equity/book
value of total liabilities, sales/total asset, current ratio, quick ratio, rata-
rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, rasio perputaran aktiva
tetap, rasio total hutang, times interest earned ratio, profit margin ratio,
return on asset, dan return on equity dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan-perusahaan di Indonesia ?
5
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan-perusahaan
manufaktur yang mengeluarkan obligasi di Indonesia dengan
menggunakan variabel - variabel Altman Z-Score.
2. Mengetahui rasio-rasio keuangan yang memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan-perusahaan
manufaktur yang mengeluarkan obligasi di Indonesia.
3. Mengetahui rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai prediksi
kebangkrutan perusahaan-perusahaan di Indonesia
D. Manfaat Penelitian
1. Menguji kembali dan memperkuat penelitian terdahulu mengenai rasio-
rasio keuangan yang dapat digunakan sebagai model untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan rasio-rasio keuangan
yang dapat memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan, agar bagi pihak
intern perusahaan dapat mengambil langkah preventif yang tepat.
3. Hasil penelitian ini juga berguna bagi para pemakai informasi laporan
keuangan seperti para pengambil keputusan agar mempertimbangkan
rasio-rasio keuangan dalam berinvestasi
4. Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan pembaca mengenai
manfaat rasio-rasio keuangan
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Obligasi
Obligasi merupakan surat hutang jangka menengah panjang yang
dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
obligasi untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut .
Menurut Kidwell, Peterson, dan Blackwell (1997: 246) dalam
Sugeng (2007), obligasi adalah salah satu jenis surat berharga dalam bentuk
surat hutang yang diperdagangkan secara terbuka kepada publik (masyarakat),
di mana di dalamnya mengandung unsur:
1. Surat bukti investor memberikan pinjaman kepada emiten selama jangka
waktu tertentu.
2. Menjanjikan pendapatan tetap bagi pemegang (pemilik) obligasi.
3. Menjanjikan pembayaran bunga tetap secara periodik dalam jangka waktu
tertentu.
4. Mengembalikan (membayar) kembali sejumlah dana yang telah
dipinjam pada saat jatuh tempo.
Menurut Husnan (1996) obligasi merupakan surat tanda hutang dan
umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Karena itu kalau perusahaan
bangkrut pemegang obligasi akan diperlakukan sebagai kreditor umum.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) obligasi adalah kontrak
7
jangka panjang di mana peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga
dan pokok pinjaman, pada tanggal tertentu, kepada pemegang obligasi.
B. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada
akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca
atau daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebisaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga
yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan (Munawir,2004)
Laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan
akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan kegiatan operasional
organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan (Sugiyarso,
2006 dalam Haryadi Sarjono).
Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan
untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan Belkoui bahwa laporan
keuangan merupakan sarana mempertanggung jawabkan apa yang telah
dilakukan manajer atas sumber daya pemilik (Lontoh dan Lindrawati, 2004
dalam Haryadi Sarjono).
C. Analisis Laporan Keuangan dan Tujuannya
Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel
atau indikator. Sumber utama variabel atau indikator yang dijadikan dasar
penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. (Gibson
8
dan Boyer dalam Sugeng, 2007).
Secara umum masyarakat mengukur keberhasilan perusahaan
berdasarkan pada kemampuan perusahaan yang terlihat dari kinerja
manajemennya. Kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan ini
dituangkan dalam bentuk laporan keuangan. Sehingga untuk mengukur
keberhasilan perusahaan dapat digunakan analisis laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan data yang paling umum tersedia untuk
tujuan tersebut. Setiap metode dan teknik analisis laporan keuangan
mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat data agar lebih dapat
dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Analisis Laporan Keuangan (financial statement analysis) terdiri atas
aplikasi alat-alat dan teknik-teknik analitis laporan keuangan dan data relevan
lainnya untuk menggali informasi yang berfaedah. Analisis laporan keuangan
biasanya didasarkan pada laporan keuangan terbitan perusahaan dan informasi
ekonomi lainnya tentang perusahaan dan industrinya. Sumber utama informasi
ini adalah laporan tahunan. Laporan tahunan terdiri dari laporan keuangan
(neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas), serta laporan tahunan lainnya
yang terdiri dari catatan atas laporan keuangan, ringkasan dari metode
akuntansi yang digunakan, pembahasan dan analisis manajemen terhadap
hasil-hasil keuangan, laporan akuntan, data keuangan komparatif untuk
beberapa tahun (Rindu Rika Gamayuni, 2006) .
Tujuan pokok analisis keuangan adalah memprediksi kinerja yang
akan datang. Walaupun laporan keuangan ini historis sifatnya, namun laporan
9
ini biasanya memberikan indikator-indikator bagaimana sebuah perusahaan
kemungkinan berkiprah dalam periode-periode berikutnya. Indikator-indikator
ini mungkin saja tidak langsung terbukti, dan pemakai yang berkepentingan
perlu menganalisis laporan secara cermat guna memperoleh informasi tertentu
yang sesuai dengan tujuan-tujuan mereka (Rindu Rika Gamayuni, 2006) .
Studi yang menggunakan rasio keuangan mulai dilakukan pada tahun
1930 dan kemudian beberapa studi lanjutan lebih menekan pada kebangkrutan
usaha. Kebanyakan hasil penelitian tersebut meyakini bahwa perusahaan yang
bangkrut memiliki rasio yang berbeda dari perusahaan yang tidak bangkrut.
Secara umum, rasio yang mengukur profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas
telah berhasil menunjukkan keberhasilan sebagai indikator kebangkrutan
usaha (Muliaman D Hadad dkk, 2003).
D. Rasio-rasio Keuangan dalam Analisis Laporan Keuangan
Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan-
perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca
maupun laporan laba rugi (Kuswandi, 2004 dalam Haryadi Sarjono).
Analisis rasio menunjukkan hubungan di antara pos-pos yang terpilih
dari data laporan keuangan. Rasio memperlihatkan hubungan matematis di
antara satu kuantitas dengan kuantitas lainnya. Hubungan ini dinyatakan
dalam persentase, tingkat, maupun proporsi tunggal. Rasio merupakan
pedoman yang bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan
perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun
sebelumnya atau perusahaan-perusahaan lain.
10
Tujuan pokok rasio-rasio ini adalah untuk menyoroti bidang-bidang
yang memerlukan investigasi lebih dalam. Banyak rasio yang sudah
terstandarisasi, rasio tersebut sudah diakui sebagai indikator yang bermanfaat
mengenai kinerja keuangan dan dihitung secara rutin serta dipublikasikan
berdasarkan keuangan atau industri oleh perusahaan-perusahaan analisis
keuangan (Rindu Rika Gamayuni, 2006).
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima
macam kategori , yaitu : (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003)
1. Rasio Likuiditas : Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Aktivitas : Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset
3. Rasio Solvabilitas : Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio Profitabilitas : Rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba (profitabilitas)
5. Rasio Pasar : Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan
relatif terhadap nilai buku perusahaan.
Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan
pada masa mendatang.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
11
Meskipun rasio ini tidak bicara masalah solvabilitas (kewajiban jangka
panjang), dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio solvabiitas,
tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan
mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Dua rasio likuiditas jangka pendek
yang sering digunakan adalah current ratio dan quick ratio. Rasio
solvabilitas penting karena mencakup total hutang (termasuk kewajiban
jangka pendek, atau likuiditas).
a. Current Ratio
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang
akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus
bisnis). Berikut ini rumus perhitungan current ratio:
Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi,
sedangkan current ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan
aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan.
b. Quick Ratio
Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan),
persediaan biasanya dianggap merupakan aset yang paling tidak likuid.
Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk
sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk
menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai persediaan.
Current Ratio = Aktiva Lancar
Hutang Lancar
12
Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai perolehan, sedangkan
apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai jual
yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai perolehan.
Dengan alasan diatas, pesediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk
perhitungan quick ratio.
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin
besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang
lebih produktif. Empat rasio aktivitas antara lain :
a. Rata-Rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk
melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-
rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang.
Rata-rata umur piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada
piutang
Peputaran Piutang = Penjualan
Piutang
Rata-rata umur piutang = 365
Perputaran Piutang
Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan
Hutang Lancar
13
Angka rata-rata piutang yang terlalu tinggi menunjukkan kemungkinan
tidak kembalinya piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang
terlalu rendah bisa jadi merupakan indikasi kebijakan piutang yang
terlalu ketat, dan ini akan menurunkan penjualan dari yang seharusnya
bisa dimanfaatkan.
b. Rasio Perputaran Persediaan.
Berikut ini perhitungan rasio perputaran persediaan :
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas
manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah
menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti kurangnya
pengendalian persediaan yang efektif.
c. Perputaran Akiva Tetap
Perputaran aktiva tetap bisa dihitung dengan cara formula di bawah
ini:
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki
Peputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan
Persediaan
Rata-Rata Umur Persediaan = 365
Perputaran Persediaan
Peputaran Aktiva Tetap = Penjualan
Aktiva Tetap
14
perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
d. Rasio Perputaran Total Aktiva.
Rasio menggunakan formula sebagai berikut :
Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya
menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah
harus membuat manajemen mengevaluasi strategi pemasarannya dan
pengeluaran modalnya.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah
perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.
Rasio ini mengkur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan
demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam
rasio yang bisa dihitung : rasio hutang dan times interest earned ratio
a. Rasio Hutang
Peputaran Total Aktiva = Penjualan
Total Aktiva
Rasio hutang = Total Hutang
Total Aset
15
Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur.
Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan
yang tinggi. Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan
meningkatkan return on equity dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila
penjualan menurun, return on equity akan menurun cepat pula. Risiko
perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi akan tinggi pula.
b Times Interest Earned Ratio
Bisa juga dikatakan rasio ini menghitung seberapa besar laba sebelum
bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga.
Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang aman, meskipun
barangkali juga menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang
perusahaan. Sebaliknya, rasio yang rendah memerlukan perhatian dari
pihak manajemen.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga
rasio profitabilitas, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan
return on equity (ROE).
a. Profit Margin Ratio
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini
dilihat secara langsung pada analisis common size untuk laporan laba-
TIER = Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Bunga
16
rugi. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada
periode tertentu. Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut :
Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit
margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk
tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat
penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
b. Return On Total Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio ini bisa dihitung sebagai
berikut :
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang
berarti efisiensi manajemen
c. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE bisa
dihitung sebagai berikut
ROA = Laba bersih
Total Aset
ROE = Laba bersih
Modal Saham
Profit Margin = Laba bersih
Penjualan
17
5. Rasio Pasar
Rasio yang terakhir adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada
sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga
berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa
dihitung : PER (price earning ratio), dividen yield, dan pembayaran
dividen (dividen payout)
E. Pengertian Kebangkrutan
Kemampuan dalam memprediksi kebangkrutan akan memberikan
keuntungan banyak pihak, terutama kreditur dan investor. Ketika sebuah
badan usaha mengajukan pernyataan kebangkrutan, seringkali kreditur
kehilangan bagian dari normal piutang dan bunganya. Bagi investor,
kebangkrutan akan mempunyai konsekuensi berkurangnya ekuitas atau
bahkan hilangnya ekuitas secara keseluruhan. Perusahaan sendiri dalam proses
kebangkrutan akan menanggung biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
dengan mengetahui indikator kebangkrutan sejak dini akan banyak pihak yang
bisa diselamatkan (Hariyanto (1998) dalam Sayekti Endah (2005)).
Kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga
perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan
biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi
perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut
likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau penutupan perusahaan
18
atau insolvabilitas. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam
beberapa arti (Martin et al. dalam Sayekti Endah, 2005).
1. Kegagalan dalam arti ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang
atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri, ini
berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi
bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas
yang diharapkan.
2. Kegagalan keuangan (financial failure)
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi. Insolvensi atas
dasar arus kas ada dua bentuk :
a. Insolvensi teknis (tehnical insolvency)
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo, walaupun total aktiva
melebihi total hutang atau terjadi bila suatu perusahaan gagal
memenuhi salah satu atau lebih kondisi dalam ketentuan hutangnya
seperti rasio aktiva lancar terhadap hutang lancar yang telah ditetapkan
atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yang diisyaratkan.
Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk
memenuhi pembayaran bunga atau pembayaran kembali pokok pada
tanggal tertentu.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan
Dalam pengertian ini, kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran
sebagai kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
19
Pengertian kebangkrutan dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan
atau situasi perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-
kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan
ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga
tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan bisa digunakan untuk
mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-
kewajiban yang harus dipenuhi bisa tutup dengan laba atau aktiva yang
dimiliki (Adnan dan Kurniasih (2000) dalam Sayekti Endah (2005)).
F. Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Faktor – faktor penyebab kebangkrutan secara garis besar dibagi
menjadi tiga (Jauch and Glueck dalam Sayekti Endah, 2005)
1. Faktor Umum
a. Sektor Ekonomi
Faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala
inflasi dan deflasi pada harga barang dan jasa, kebijakan keuangan,
suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya
dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam
hubungannya dengan perdagangan luar negeri
b. Sektor Sosial
Faktor sosial yang sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan
cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang
mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa. Faktor sosial lain
20
yang juga berpengaruh yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi
dalam masyarakat.
c. Sektor Teknologi
Penggunaan teknologi informasi menyebabkan biaya yang ditanggung
perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi. Pembengkakan biaya terjadi jika penggunaan teknologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya
tidak terpadu dan pada manajer penggunaanya kurang professional.
d. Sektor Pemerintah
Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan
dan industri, pengenaan tarif ekspor dan import barang yang berubah,
kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan
lain-lain.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
a. Sektor Pelanggan
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen. Hal ini
berguna untuk menghindari hilangnya konsumen, juga menciptakan
peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari
menurunnya hasil penjualan sehingga akan menurunkan pendapatan
yang diperoleh dan mencegah konsumen berpaling ke pesing lain.
b. Sektor Pemasok
Perusahaan dan pemasok harus tetap bekerja sama dengan baik karena
kekuatan pemasok untuk menaikkan harga dan mengurangi
21
keuntungan pembelinya tergantung pada seberapa jauh pemasok ini
berhubungan dengan pedagang bebas.
c. Sektor Pesaing
Perusahaan jangan melupakan pesaing, karena kalau produk pesaing
lebih diterima oleh masyarakat maka perusahaan tidak akan kehilangan
konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
3. Faktor Internal Perusahaan
Faktor internal biasanya merupakan hasil dari keputusan dan
kebijaksanaan yang tidak tepat di masa lalu dan kegagalan manajemen
untuk berbuat sesuatu pada saat yang diperlukan. Faktor-faktor yang
menyebabkan kebangkrutan secara internal adalah sebagai berikut :
(Harnanto dalam Sayekti Endah, 2005).
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.
Hal ini pada akhirnya tidak dibayar oleh para pelanggan pada
waktunya.
b. Manajemen yang tidak efisien. Ketidakefisienan manajemen tercermin
pada ketidakmampuan manajemen menghadapi situasi yang terjadi,
diantaranya sebagi berikut :
1) Hasil penjualan yang tidak memadai
Turunnya hasil penjualan biasanya timbul sebagai akibat dari
rendahnya mutu barang yang dijual dan pelayanannya. Kegiatan
promosi yang kurang terarah dan daerah pemasaran yang kurang
menguntungkan.
22
2) Kesalahan dalam penetapan harga jual
Kesalahan di dalam menentukan harga jual barang atau jasa terjadi
ketika harga jual ternyata terlalu rendah dalam hubungannya
dengan harga pokok produksi atau pengadaan jasa, akibatnya
perusahaan menderita kerugian.
3) Pengelolaan hutang-piutang yang kurang memadai
Berapapun besarnya volume dan tingginya harga jual, kalau
piutang yang ditimbulkan tidak bisa direalisir, maka perusahaan
akan menderita kerugian.
4) Struktur biaya
Pengaruh kebijakan manajemen terhadap biaya dalam perusahaan
yang sangat berat memerlukan waktu yang cukup lama untuk
mengadakan penyesuaian, sehingga akan merugikan bagi
kelangsungan kegiatan perusahaan terutama menyangkut biaya-
biaya tetap.
5) Tingkat investasi dalam aktiva tetap dan persediaan yang
melampaui batas
Dalam rangka ekspansi, perusahaan membutuhkan investasi yang
cukup besar dalam bentuk aktiva. Investasi persediaan yang terlalu
besar, mengakibatkan timbulnya biaya-biaya ekstra, sehingga
berakibat kenaikan biaya yang harus dibebankan pada penghasilan.
6) Kekurangan modal kerja
Banyak faktor penyebab perusahaan kekurangan modal antara lain
hutang lancar yang jumlahnya terlalu besar, kegiatan ekspansi yang
23
kurang persiapan, kegagalan dalam mendapatkan kredit dari bank
dan kebijakan pembagian deviden yang kurang tepat.
7) Ketidakseimbangan dalam struktur permodalan
Kebijakan trading on equity mempertaruhkan para pemilik pada
resiko kerugian, tidak hanya yang berasal dari kegiatan opeasional
tetapi juga keharusan untuk menanggung biaya financial yang
tidak cukup ditutup melalui laba.
8) Sistem dan prosedur akutansi kurang memadai
Kebangkrutan bisa terjadi sebagai akibat dari sistem dan prosedur
akuntansi yang tidak mampu menghasilkan informasi untuk
mengidentifikasi berbagai aspek dimana usaha preventif harus
dilakukan.
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan-kecurangan. Hal ini
banyak dilakukan oleh karyawan, kadang oleh manajer puncak dan hal
ini sangat merugikan, apalagi kalau kecurangan itu berhubungan
dengan keuangan perusahaan
G. Analisis Tingkat Kebangkrutan
Untuk mengadakan analisis kebangkrutan dari suatu badan usaha,
ada suatu cara yang bisa dilakukan. Karena kebangkrutan merupakan
persoalan yang serius. dan memakan biaya, maka jika ada early warning
system yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awal, dimana
manajer akan sangat terbantu, manajer bisa melakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan sedini mungkin untuk menghindari kebangkrutan (Mamduh
24
M.Hanafi, 2005: 654).
Adapun teori mengenai analisis tersebut akan diterangkan dibawah
ini. Analisis Model Z-Score (Mamduh, 2005: 656). Model Z-Score pertama
kali diperkenalkan oleh Edward 1. Altman di New York University pada
pertengahan tahun 1960. yang telah teruji kehandalannya sehingga bertahan
sampai sekarang. Dalam melakukan percobaan, Altman menggunakan 66
sampel perusahaan yang kemudian sampel tersebut dibagi lagi meniadi 2
bagian. yaitu 33 bangkrut dan 33 tidak bangkrut. Dalam studinya. setelah
menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan 5 rasio keuangan yang
dapat dikombinasikan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan.
Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 …………….(1)
Dengan keterangan sebagai berikut:
Z = over all index
X1 = working capital/total asset
X2 = retained earning/total asset
X3 = earning before interest and taxes/total asset
X4 = market value equity/book value of total liabilities
X5 = sales/total asset
Nilai cut-off :
Z < 1,81 bangkrut
1,81 <Z< 2,67 grey area
Z > 2,67 tidak bangkrut
25
Perkembangan selanjutnya banyak individu yang merasa lebih cocok
dengan formula berikut:
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0 X5 …….………………….(2)
Nilai cut-off :
Z < 1,81 bangkrut
1,81 <Z< 2,99 grey area
Z > 2,99 tidak bangkrut
Mengingat bahwa tidak semua perusahaan tidak melakukan go
public dan tidak memiliki nilai pasar, maka formula untuk perusahaan yang
tidak go public diubah menjadi sebagai berikut:
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 ………….(3)
Sedangkan untuk variabel X4 = book value of equity/book value of total
liabilities
Nilai cut-off :
Z < 1,81 bangkrut
1,81 <Z< 2,99 grey area
Z > 2,99 tidak bangkrut
Model Z-Score sangat efektif untuk dapat memprediksi kebangkrutan
2 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya dan untuk beberapa
kasus model ini dapat memprediksi kebangkrutan 4 atau 5 tahun sebelumnya.
Selain dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan manufaktur secara tepat 2
tahun sebelum terjadinya kebangkrutan yang sebenarnya, Z-Score juga dapat
digunakan untuk:
1. Memeriksa kembali calon perusahaan yang akan diakuisisi oleh pemasok
26
dan perusahaan lain untuk mendeteksi masalah keuangan yang timbul dari
perusahaan-perusahaan tersebut yang kemungkinan akan mempengaruhi
bisnis perusahaan kita.
2. Mengukur tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan melalui informasi
yang diperoleh dari laporan keuangan.
Altman (2000) meneliti kegunaan analisis rasio keuangan dalam
memprediksi kegagalan perusahaan. Penelitian ini merupakan pengembangan
dari penelitian sebelumnya, menggunakan dua model prediksi yang
ditemukannya yakni Z-Score (1968) dan ZETA (1977). Altman menggunakan
metode Multiple Discriminant Analysis dengan masing-masing 5 jenis rasio
keuangan pada model Z-Score dan 7 jenis rasio keuangan pada ZETA untuk
memprediksi defalut dan kebangkrutan. Sampel pertama yang digunakan
dalam model Z-Score sebanyak 66 perusahaan yang terbagi dua masing-
masing 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut pada
tahun 1946-1965, sampel kedua adalah 25 perusahaan bangkrut, dan sampel
ketiga menggunakan 86 perusahaan yang bangkrut tahun 1969-1975, 110
perusahaan bangkrut tahun 1976-1995, serta 120 pefusahaan yang bangkrut
tahun 1997-1999, sedangkan model ZETA menggunakan sampel 53
perusahaan bangkrut dan 58 perusahaan tidak bangkrut periode 1969-1975.
Hasil penelitian menunjukkan model ZETA secara konsisten mempunyai
ketepatan prediksi yang lebih tinggi dibanding Z-Score. Model ZETA mampu
memprediksi secara tepat sebesar 96,2% sedangkan Z-Score mempunyai
tingkat akurasi 93,9% untuk periode satu tahun sebelum bangkrut.
27
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, antara lain oleh Beaver
(1968). Dalam penelitian ini membahas tentang kebangkrutan dengan
membandingkan mean rasio keuangan dari 79 perusahaan yang kesulitan
keuangan (gagal) dengan 79 perusahaan yang tidak gagal (tidak mengalami
kesulitan keuangan). Suatu perusahaan dikategorikan kesulitan keuangan
apabila salah satu kejadian berikut terjadi : (1) mengalami kebangkrutan; (2)
kegagalan membayar hutang obligasi; (3) pengambilan keuangan di bank
yang melebihi simpannya; atau (4) tidak terbayarnya deviden saham prioritas.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rasio keuangan yang terbaik
untuk memprediksi kegagalan keuangan adalah (1) cash flow / total debt, (2)
Net income / total asset, dan (3) Total debt / total asset. Hasil penelitian juga
menghitung nilai rata-rata dari 39 perusahaan masing-masing, pada tahun
sebelum kebangkrutannya. Dan beberapa rasio keuangan yang penting
mengindikasikan bahwa : (1) kegagalan suatu perusahaan adalah kasnya tidak
mencukupi dan piutang terlalu besar.
Altman (1968), memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan 66
sampel perusahaan yang kemudian sample tersebut dibagi lagi menjadi dua
bagian, yaitu 33 bangkrut dan 33 tidak bangkrut. Altman menggunakan
multivariate discriminant analysis dalam menguji manfaat lima rasio
keuangan yang bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dengan tingkat
keakuratan 95% setahun sebelum perusahaan benar-benar bangkrut.
28
I. Kerangka Teoritis
GAMBAR II.1KERANGKA TEORITIS
LAPORAN KEUANGAN
ANALISIS RASIO
1. Rasio Altman Z-Scorea. X1 (WC/TA)b. X2 (RE/TA)c. X3 (EBIT/TA)d. X4 (MVE/TL)e. X5 (S/TA)
2. Rasio likuiditasa. current ratiob. quick ratio
3. Rasio aktivitasa. rata-rata umur piutangb. rata-rata umur persediaanc. rasio perputaran aktiva tetap
4. Rasio solvabilitasa. rasio hutangb. times interest earned ratio
5. Rasio profitabilitasa. profit margin ratiob. return on assetc. return on equity
ALTMAN Z-SCORE
TINGKAT KEBANGRUTAN
29
Keterangan :
Laporan keuangan perusahaan dianalisis dengan menggunakan variabel-
variabel Altman Z-Score untuk mngetahui prediksi tingkat kebangkrutan masing-
masing perusahaan.
Rasio keuangan (WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/TL, S/TA, rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas) yang diduga
signifikan berpengaruh terhadap tingkat kebangkrutan perusahaan digunakan
sebagai variabel independen untuk menguji laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang mengeluarkan obligasi dengan menggunakan data pada periode
2003-2007 dan variabel Altman Z-Score digunakan untuk menentukan nilai
kebangkrutan perusahaan-perusahaan di Indonesia digunakan sebagai variabel
dependen.
Kemudian variabel-variabel rasio keuangan yang memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kebangkrutan digunakan untuk memprediksi
tingkat kebangkrutan perusahaan-perusahaan manufaktur yang mengeluarkan
obligasi di indonesia.
30
J. Hipotesis
Kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan dituangkan
dalam bentuk laporan keuangan. Dari sudut pandang investor, analisis laporan
keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut
pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting sebagai titik
awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di masa
depan (Brigham dan Houston, 2001).
Karena tidak seorangpun yang dapat mengetahui secara pasti
berapakah hasil operasi dan keuangan dari suatu perusahaan di masa depan,
banyak penekanan diberikan pada prestasi masa lalu dan masa kini sebagai
indikator untuk masa depan. Salah satu pendekatan yang menarik adalah
menggunakan analisis rasio keuangan dalam bentuk model-model untuk
memprediksikan apakah suatu perusahaan menuju kegagalan atau kesuksesan
bisnis. Garrison (1988) dalam Sugeng (2007) menyatakan bahwa tujuan
pelaporan keuangan adalah membantu para pemakai potensial laporan
keuangan untuk memprediksi masa depan melalui perbandingan, evaluasi, dan
analisis. Analisis rasio keuangan dapat juga dipakai sebagai sistem peringatan
awal (early warning system) terhadap kemunduran kondisi keuangan dari
suatu perusahaan (Sugeng , 2007).
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi diprediksi bangkrut
dengan menggunakan variabel - variabel Altman Z-Score.
31
H2 : WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/TL, S/TA, current ratio, quick ratio,
rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, rasio perputaran
aktiva tetap, rasio total hutang, times interest earned ratio, profit margin
ratio, ROA,dan ROE secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI.
H3 : WC/TA, RE/TA, EBIT/TA, MVE/TL, S/TA, current ratio, quick ratio,
rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, rasio perputaran
aktiva tetap, rasio total hutang, times interest earned ratio, profit margin
ratio, ROA, dan ROE secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI.
H4 : Terdapat kemampuan seperangkat rasio keuangan sebagai alat prediksi
tingkat kebangkrutan perusahaan manufaktur.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Tipe penelitian ini merupakan penelitian studi analisis, yaitu suatu
pendekatan yang mengambil obyek penelitian untuk dianalisis secara
signifikan dan diteliti agar diperoleh gambaran lengkap mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan objek tersebut atau ditujukan untuk
menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi variabel-variabel yang
mempengaruhi.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi dan terdaftar
(listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada rentang waktu 2003-2007.
Mengingat karakteristik populasi yang ada dan tujuan penelitian,
maka penentuan perusahan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu metode berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu. Teknik ini ditujukan untuk mendapatkan
sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian kali ini merupakan data
sekunder laporan tahunan perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi
33
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian adalah selama lima
tahun dengan menggunakan data terbaru yaitu dari tahun 2003 sampai dengan
tahun 2007.
Teknik pengumpulan data adalah dilakukan dengan memilih
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
diambil dari publikasi laporan keuangan perusahaan yang terdapat dalam
www.bei.co.id.
D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tentang ringkasan
variabel-variabel penelitian tanpa menghubungkan atau membandingkan
dengan variabel lain, jadi menceritakan karakteristik statistik suatu
variabel secara mandiri.
2. Uji Asumsi Dasar ( Normalitas )
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk
mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio.
Pengujian normalitas data dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov
pengujian dua arah ( two-tailed test ). Suatu distribusi dikatakan normal
apabila nilai signifikansi ( p-value ) lebih besar dari taraf signifikansi yang
ditentukan yaitu 0,05 atau apabila p > 0,05, maka data berdistribusi
normal.
34
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan
linear antara variabel independen dalam model regresi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas dapat dilakukan
analisis matrik korelasi antar variable bebas. Jika pada variable bebas
terdapat korelasi yang tinggi, maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolineritas. Selain itu dapat juga dengan cara melihat tolerance
value dan VIF. Batas tolerance value adalah kurang dari 10%,
sehingga apabila tolerance value kurang dari 10% maka terjadi
multikolineritas. Sedangkan batas nilai VIF adalah 10. Jika VIF diatas
10, maka terjadi multikolineritas
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi
dapat digunakan uji Durbin Watson ( DW-test ). Sebagai dasar
pengambilan keputusan secara umum bisa diambil patokan (Santoso
dalam skripsi Vidyana Ananditya Chrisnaputri (2007)
1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
35
3) Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi.
Pengujian terhadap asumsi klasik heterokedastitas menggunakan grafik
antara nilai prediksi yang diperoleh dari model regresi dengan kuadrat
masing-masing residual.
Dasar pengambilan keputusan untuk mendeteksi apakah dalam suatu
model regresi terjadi gejala heterokedastitas adalah sebagai berikut :
1) Jika ada pola-pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi
heterokedastistas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastistas.
d. Uji Regresi Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tentang
kekuatan variabel penentu (variable independent) terhadap nilai
kebangkrutan, dalam penelitian ini digunakan analisis regresi
berganda. Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
36
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8+
b9 X9 + b10 X10 + b11 X11+ b12 X12 + b13 X13 + b14 X14 + b15 X15
Keterangan:
Y = Z-Score
a = konstanta
b1 b2 b3 b4b5
b6 b7 b8 b9b10 b11 = koefisien regresi
X1 = working capital/total asset
X2 = retained earning/total asset
X3 = EBIT/total asset
X4 = market value equity/book value of total
liabilities
X5 = sales/total asset
X6 = current ratio
X7 = quick ratio
X8 = rata-rata umur piutang
X9 = rata-rata umur persediaan
X10 = rasio perputaran total aktiva tetap
X11 = rasio hutang
X12 = times interest earned ratio
X13 = profit margin ratio
X14 = return on asset
X15 = return on equity
37
4. Pengujian Hipotesis
a. Memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan
variabel-variabel Altman Z-Score. Formula sebagai dasar patokan pada
analisis Z-Score, yaitu :
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0 X5 …………………….(2)
Nilai cut-off :
Z < 1,81 bangkrut
1,81 <Z< 2,99 grey area
Z > 2,99 tidak bangkrut
b. Menguji pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap tingkat kebangkrutan
perusahaan dengan menggunakan uji F, uji R2 dan uji t.
Variabel bebas yang hendak diuji adalah rasio keuangan: WC/TA,
RE/TA, EBIT/TA, MVE/TL, S/TA, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tingkat kebangkrutan
perusahaan.
1). Pengujian Koefisien Regresi Simultan ( Uji F )
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Penolakan atau penerimaan hipotesis didasarkan pada tingkat
signifikansi ( λ ) sebesar 5%. Bila nilai F hitung > nilai F tabel,
maka Ho diterima dan bila nilai F hitung ≤ nilai F tabel, maka Ho
ditolak. Atau apabila nilai probabilitas ( p ) > 0,05 maka Ho ditolak
dan bila nilai ( p ) ≤ 0,05 maka Ho diterima.
38
2). Pengujian Koefisien Determinasi ( Uji R2 )
Koefisien determinasi ( Uji R2 ) menunjukkan indeks keeratan yang
menyatakan proporsi dari variabel total Y (variabel dependen)
yang dapat diterangkan oleh variabel X (variabel dependen). Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
3). Pengujian koefisien regresi parsial ( uji t )
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
parsial berpengaruh terhadap variabel terikat dengan asumsi
independen lainnya konstan. Penolakan dan penerimaan hipotesis
didasarkan pada tingkat signifikansi ( λ ) sebesar 5%. Bila nilai t
hitung > nilai t tabel, maka Ho diterima dan bila nilai t hitung ≤
nilai t tabel, maka Ho ditolak. Atau apabila nilai probabilitas ( p ) >
0,05 maka Ho ditolak dan bila nilai ( p ) ≤ 0,05 maka Ho diterima
c. Menentukan rasio keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi
tingkat kebangkrutan perusahaan akan digunakan analisis diskriminan.
39
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
Objek penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang
mengeluarkan obligasi dan terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada rentang waktu 2003-2007. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari publikasi laporan keuangan
perusahaan yang terdapat pada situs www.bei.co.id.
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).
Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi subjek yang akan
diteliti. Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan manufaktur yang mengeluarkan obligasi dan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2003 sampai periode 2007.
Peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria yang akan digunakan dalam
penelitian, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 15 perusahaan.
Pemilihan perusahaan yang akan menjadi sampel ditentukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. Perusahaan
yang memenuhi kriteria tersebut adalah :
1. Perusahaan yang mengeluarkan obligasi di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut
yaitu tahun 2003, 2004, 2005, 2006, dan tahun 2007.
40
3. Perusahaan tersebut memiliki kelengkapan informasi laporan keuangan
selama periode penelitian.
4. Memiliki komponen indikator-indikator perhitungan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, yaitu Z-Score, Current Ratio, Quick Ratio, Rata-Rata
Umur Piutang, Rata-Rata Umur Persediaan, Rasio Perputaran Aktiva
Tetap, Rasio Hutang, Times Interest Earned Ratio, Profit Margin Ratio,
Return On Asset dan Return On Equity.
Secara ringkas, proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel
IV.1 sebagai berikut:
TABEL IV.1SAMPEL PENELITIAN
Keterangan Jumlah Perusahaan Perusahaan yang mengeluarkan obligasi dan
terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2007
Perusahaan diluar sektor manufaktur
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data lengkap
Jumlah sampel yang dipakai dalam penelitian
64
43
6
15
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan tentang
ringkasan variabel-variabel penelitian tanpa menghubungkan atau
membandingkan dengan variabel lain, jadi menceritakan karakteristik statistik
suatu variabel secara mandiri. Nilai statistik deskriptif dari masing-masing
variabel penelitian ini, disajikan dalam tabel berikut:
41
TABEL IV.2DESCRIPTIVE STATISTICS
N Minimum Maximum MeanStd.
DeviationZ-score -0,07 3,79 2,0899 0,98339WC/TA
7575 -0,52 0,60 0,2271 0,20980
RE/TA 75 -0,46 0,35 0,1047 0,16895EBIT/TA 75 -0,02 0,15 0,0712 0,04060MVE/TL 75 0,12 2,19 0,7077 0,40213S/TA 75 0,25 2,33 1,0121 0,55072Current Ratio 75 0,22 9,82 2,0056 1,40560Quick Ratio 75 0,09 8,04 1,3488 1,13809Rata-Rata Umur Piutang
75 9,68 101,14 51,9907 23,97832
Rata-Rata Umur Persediaan
75 21,26 214,73 74,5727 33,06342
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
75 0,31 17,54 2,7132 3,19776
Rasio Hutang 75 0,31 0,87 0,5993 0,12195Times Interest Earned Ratio
75 -1,33 15,5 3,1539 2,96052
Profit Margin Ratio 75 -0,21 0,33 0,0355 0,08100Return On Asset 75 -0,06 0,16 0,0325 0,04230Return On Equity 75 -0,52 0,40 0,0815 0,13123
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS 16.0
Berdasarkan statistik deskriptif variabel penelitian yang disajikan
dalam tabel IV.2 maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Z-Score memiliki nilai minimum sebesar -0,07 pada PT Pabrik Kertas
Tjiwi Kimia Tbk dan nilai maksimum sebesar 3,79 pada PT Metrodata
Electronics Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 2,0899 dan
standar deviasi variabel sebesar 0,98339.
2. WC/TA memiliki nilai minimum sebesar -0,52 pada PT Pabrik Kertas
Tjiwi Kimia Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,60 pada PT Bentoel
Internasional Investama Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata
sebesar 0,2271 dan standar deviasi variabel sebesar 0,20980.
42
3. RE/TA memiliki nilai minimum sebesar -0,46 pada PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,35 pada PT Astra
Internasional Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 0,1047
dan standar deviasi variabel sebesar 0,16895.
4. EBIT/TA memiliki nilai minimum sebesar -0,02 pada PT Bentoel
Internasional Investama Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,15 pada PT
Astra Graphia Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 0,0712
dan standar deviasi variabel sebesar 0,04060.
5. MVE/TL memiliki nilai minimum sebesar 0,12 pada PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk dan nilai maksimum sebesar 2,19 pada PT Mayora Indah
Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 0,7077 dan standar
deviasi variabel sebesar 0,40213.
6. S/TA memiliki nilai minimum sebesar 0,25 pada PT Indah Kilat Pulp &
Paper Tbk dan nilai maksimum sebesar 2,33 pada PT Metrodata Elctronics
Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 1,0121 dan standar
deviasi variabel sebesar 0,55072.
7. Current ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,22 pada PT Lontar
Papyrus Pulp & Paper Industry dan nilai maksimum sebesar 9,82 pada PT
Mayora Indah Tbk . Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 2,0056
dan standar deviasi variabel sebesar 1,40560.
8. Quick ratio memiliki nilai minimum sebesar 0,09 pada PT Lontar Papyrus
Pulp & Paper Industry dan nilai maksimum sebesar 8,04 pada PT Mayora
Indah Tbk . Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 1,3488 dan
standar deviasi variabel sebesar 1,13809.
43
9. Rata-rata umur piutang memiliki nilai minimum sebesar 9,68 pada
PT Bentoel Internasional Investama Tbk dan nilai maksimum sebesar
101,14 pada PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry. Secara
keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 51,9907 dan standar deviasi
variabel sebesar 23,97832.
10. Rata-rata umur persediaan memiliki nilai minimum sebesar 21,26 pada
PT Metrodata Elctronics Tbk dan nilai maksimum sebesar 214,73 pada
PT Bentoel Internasional Investama Tbk. Secara keseluruhan diperoleh
rata-rata sebesar 74,5727 dan standar deviasi variabel sebesar 33,06342.
11. Rasio perputaran aktiva tetap memiliki nilai minimum sebesar 0,31 pada
PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk dan nilai maksimum sebesar 17,54 pada
PT Metrodata Elctronics Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata
sebesar 2,7132 dan standar deviasi variabel sebesar 3,19776.
12. Rasio hutang memiliki nilai minimum sebesar 0,31 pada PT Mayora Indah
Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,87 pada PT Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 0,5993 dan standar
deviasi variabel sebesar 0,12195.
13. Times interest earned ratio memiliki nilai minimum sebesar -1,33 pada
PT Bentoel Internasional Investama Tbk dan nilai maksimum sebesar
15,15 pada PT Astra International Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-
rata sebesar 3,15339 dan standar deviasi variabel sebesar 2,96052.
14. Profit margin ratio memiliki nilai minimum sebesar -0,21 pada PT Indah
Kilat Pulp & Paper Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,33 pada PT Lontar
44
Papyrus Pulp & Paper Industry. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata
sebesar 0,0355 dan standar deviasi variabel sebesar 0,08100.
15. Return on asset memiliki nilai minimum sebesar -0,06 pada PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,16 pada PT Astra
International Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar 0,0325
dan standar deviasi variabel sebesar 0,04230.
16. Return on equity memiliki nilai minimum sebesar -0,52 pada PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk dan nilai maksimum sebesar 0,40 pada PT Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Secara keseluruhan diperoleh rata-rata sebesar
0,0815 dan standar deviasi variabel sebesar 0,13123.
B. Pengujian Data
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui dalam sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah model
yang dibentuk oleh variabel yang mempunyai atau mendekati distribusi
normal.
Pengujian terhadap normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov–Smirnov pengujian dua arah (two-tailed test). Suatu
distribusi dikatakan normal apabila nilai signifikansi (p-value) lebih besar
dari taraf signifikansi yang ditentukan, yaitu 0,05 atau apabila p > 0,05,
maka data berdistribusi normal. Pengujian normalitas data memberikan
hasil seperti yang ditunjukkan dalam tabel IV.3 sebagai berikut:
45
TABEL IV.3UJI NORMALITAS SEBELUM TRANSFORMASI DATA
Variabel Notasi p-value Critical Value (α)
Interpretasi
Z-scoreWC/TARE/TAEBIT/TAMVE/TLS/TACurrent RatioQuick RatioRata-Rata Umur
Piutang Rata-Rata Umur
PersediaanRasio Perputaran
Aktiva TetapRasio HutangTimes Interest
Earned RatioProfit Margin
RatioReturn On AssetReturn On Equity
YX1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
0,9710,0860,0740,3800,4520,4410,1760,0290,274
0,462
0,000
0,9840,023
0,006
0,2000,141
0,050,050,050,050,050,050,050,050,05
0,05
0,05
0,050,05
0,05
0,050,05
NormalNormalNormalNormalNormalNormalNormal
Tidak NormalNormal
Normal
Tidak Normal
NormalTidak Normal
Tidak Normal
NormalNormal
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS 16.0
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel IV.3 menunjukkan bahwa
variabel quick ratio, rasio perputaran aktiva tetap, times interest earned
ratio dan profit margin ratio tidak berdistribusi normal karena memiliki
nilai p-value di bawah 0,05. Variabel-variabel yang tidak terdistribusi
normal perlu ditransformasikan agar berubah menjadi normal.
Transformasi ini menggunakan transformasi log-linear (ln) untuk
memperbaiki data menjadi terdistribusi normal. Akan tetapi, hasil log-
linear (ln) pada variabel times interest earned ratio dan profit margin ratio
tidak mendukung dikarenakan terdapat data yang negatif maka kedua
variabel tersebut tidak dapat digunakan pada model. Hasil uji normalitas
46
terhadap variabel yang telah ditransformasikan disajikan dalam tabel
IV.4.
TABEL IV.4UJI NORMALITAS SETELAH TRANSFORMASI DATA
Variabel Notasi p-value Critical Value (α)
Interpretasi
Z-scoreWC/TARE/TAEBIT/TAMVE/TLS/TACurrent RatioLn Quick RatioRata-Rata Umur PiutangRata-Rata Umur PersediaanLn Rasio Perputaran Aktiva TetapRasio HutangReturn On AssetReturn On Equity
YX1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X14
X15
0,9710,0860,0740,3800,4520,4410,1760,2810,2740,4620,4530,9840,2000,141
0,050,050,050,050,050,050,050,050,050,050,050,050,050,05
NormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormal
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS 16.0
Setelah transformasi data, hasil uji normalitas membaik. Variabel quick
ratio dan rasio perputaran total aktiva tetap yang semula tidak terdistribusi
normal, setelah ditransformasi log-linear kedua variabel tersebut menjadi
terdistribusi normal karena memiliki p-value yang lebih besar dari 0,05.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinearitas
Metode untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari
Variance Inflation Factor (VIF) atau nilai Tolerance. Besarnya VIF
dan Tolerance dari hasil analisis dapat dilihat pada tabel IV.5 seperti
berikut:
47
TABEL IV.5UJI MULTIKOLINEARITAS
SEBELUM VARIABLE REMOVED
Variabel Tolerance VIF Interpretasi X1
X2
X3
X4
X5
X6
Ln X7
X8
X9
Ln X10
X11
X14
X15
0,1070,2470,4240,0540,0330,1810,1130,7030,3070,0290,0470,1280,176
9,3554,0502,35918,68829,8775,5128,8171,4233,25334,99921,4787,8105,670
Tidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTerjadi multikolinearitasTerjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTerjadi multikolinearitasTerjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitas
Variabel dependen: Z-Score ( Y)Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS 16.0
Keterangan:Y : over all indexX1 : working capital/total assetX2 : retained earning/total assetX3 : earning before interest and taxes/total assetX4 : market value equity/book value of total liabilitiesX5 : sales/total assetX6 : current ratioLn X7 : ln quick ratioX8 : rata-rata umur piutangX9 : rata-rata umur persediaanLn X10 : ln perputaran total aktiva tetapX11 : rasio hutangX14 : return on assetX15 : return on equity
Hasil output SPSS di atas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
variabel yang mengalami multikolinearitas, yaitu market value
equity/book value of total liabilities, sales/total asset, rasio perputaran
total aktiva tetap dan rasio hutang karena masing-masing memiliki
nilai tolerance kurang dari 0,1 dan VIF lebih dari 10 maka keempat
variabel tersebut tidak dapat digunakan pada model. Hasil uji
48
multikolinearitas setelah beberapa variabel dikeluarkan dari model
disajikan dalam tabel IV.6.
TABEL IV.6UJI MULTIKOLINEARITAS
SETELAH VARIABLE REMOVED
Variabel Tolerance VIF Interpretasi X1
X2
X3
X6
Ln X7
X8
X9
X14
X15
0,4220,6400,5380,2570,1640,8180,6960,1670,216
2,3711,5631,8583,8986,0921,2231,4375,9754,637
Tidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitasTidak terjadi multikolinearitas
Variabel dependen: Z-Score ( Y)Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS 16.0
Keterangan:Y : over all indexX1 : working capital/total assetX2 : retained earning/total assetX3 : earning before interest and taxes/total assetX6 : current ratioLn X7 : ln quick ratioX8 : rata-rata umur piutangX9 : rata-rata umur persediaanX14 : return on assetX15 : return on equity
Setelah beberapa dari variabel dikeluarkan diperoleh model yang
terbebas dari multikolinearitas.
b. Autokorelasi
Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi
dapat digunakan uji Durbin Watson ( DW-test ). Sebagai dasar
pengambilan keputusan secara umum bisa diambil patokan (Santoso
dalam skripsi Vidyana Ananditya Chrisnaputri, 2007)
49
1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3) Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Pengujian Durbin Watson menyajikan hasil seperti yang ditunjukkan
pada tabel IV.7 berikut:
TABEL IV.7UJI AUTOKORELASI
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.00
Dari hasil pengujian tersebut, nilai Durbin Watson menunjukkan
angka sebesar 1,082 yang memenuhi sarat Durbin Watson yaitu
-2 < DW < 2. Hal itu berarti dalam model tidak terjadi autokorelasi.
c. Heteroskedastisitas
Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dari scatterplot. Gambar scatterplot menunjukkan pola
berikut :
Autokorelasi PositifDW≤-2
Tidak Ada Autokorelasi-2<DW<2
Autokorelasi NegatifDW>2
1,082
50
GAMBAR IV.1UJI HETEROSKEDASTISITAS
(SCATTERPLOT)
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS 16.0
Output SPSS pada gambar Sactterplot menunjukkan penyebaran titik-
titik data sebagai berikut:
1). Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka
0.
2). Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3). Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4). Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda tersebut
terbebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan
dalam penelitian.
51
3. Uji Regresi Berganda
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8 X8+
b9 X9 + b10 X10 + b11 X11 + b12 X12+ b13 X13+ b14 X14+ b15 X15
Keterangan:
Y : over all index
X1 : working capital/total asset
X2 : retained earning/total asset
X3 : earning before interest and taxes/total asset
X4 : market value equity/book value of total liabilities
X5 : sales/total asset
X6 : current ratio
X7 : quick ratio
X8 : rata-rata umur piutang
X9 : rata-rata umur persediaan
X10 : perputaran total aktiva tetap
X11 : rasio hutang
X12 : times interest earned ratio
X13 : profit margin ratio
X14 : return on asset
X15 : return on equity
Hasil pengujian normalitas ternyata menunjukkan bahwa quick ratio, rasio
perputaran total aktiva tetap, times nterest earned ratio dan profit margin
ratio tidak terdistribusi normal sehingga pada keempat variabel tersebut
52
harus dilakukan transformasi ke log-natural (ln) untuk memperbaiki
normalitas data. Sedangkan pada hasil pengujian multikolinearitas variabel
market value equity/book value of total liabilities, sales/total asset, rasio
perputaran total aktiva tetap dan rasio hutang terdapat multikolinearitas
maka keempat variabel tersebut dikeluarkan dari model untuk
memperbaiki multikolinearitas data. Proses transformasi dan pengeluaran
data mengubah persamaan regresi menjadi berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b6X6 + b7 (LnX7) + b8X8 + b9X9 + b14X14 +
b15X15
Keterangan:
Y : over all index
X1 : working capital/total asset
X2 : retained earning/total asset
X3 : earning before interest and taxes/total asset
X6 : current ratio
LnX7: Ln quick ratio
X8 : rata-rata umur piutang
X9 : rata-rata umur persediaan
X14 : return on asset
X15 : return on equity
Hasil dari regresi dan uji hipotesis yang telah dilaksanakan dapat dilihat
secara singkat dalam tabel IV.8 sebagai berikut:
53
TABEL IV.8REGRESI DAN UJI HIPOTESIS
Keterangan Koefisien T p-value KonstantaX1
X2
X3
X6
LnX7
X8
X9
X14
X15
Adjusted R SquareFhitung
p-value
1,2644,1101,6702,0990,161
-0,571-0,003-0,0093,445
-0,6020,897
72,9130,000
6,24215,2926,1621,7073,122
-5,011-1,775-6,5381,628
-1,002
0,0000,0000,0000,0930,0030,0000,0810,0000,1080,320
Variabel dependen: Z-ScoreSumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Keterangan:Y : over all indexX1 : working capital/total assetX2 : retained earning/total assetX3 : earning before interest and taxes/total assetX6 : current ratioLnX7 : ln quick ratioX8 : rata-rata umur piutangX9 : rata-rata umur persediaanX14 : return on assetX15 : return on equity
Berdasarkan tabel regresi dan uji hipotesis (tabel IV.8) maka model
analisis regresi berganda antara variabel X terhadap variabel Y dapat
ditransformasikan dalam model persamaan sebagai berikut:
Y =1,264 + 4,11X1 + 1,67X2 + 2,099X3 + 0,161X6 – 0,571 (LnX7) - 0,003X8
- 0,009X9 + 3,445X14 – 0,602X15
Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel
dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap rasio kebangkrutan sebagai
berikut:
54
a. Konstanta sebesar 1,264; artinya jika nilai koefisien regresi variabel
lainnya nol maka koefisien kebangkrutan (Y) nilainya positif yaitu
sebesar 1,264.
b. Koefisien working capital/total asset (X1) sebesar 4,11; artinya jika
working capital/total asset mengalami kenaikan sebesar 1 satuan,
maka koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar
4,11. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
tingkat kebangkrutan dengan working capital/total asset, semakin
tinggi working capital/total asset maka semakin meningkatkan tingkat
kebangkrutan.
c. Koefisien retained earning/total asset (X2) sebesar 1,67; artinya jika
retained earning/total asset mengalami kenaikan sebesar 1 satuan,
maka koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar
1,67. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
tingkat kebangkrutan dengan retained earning/total asset, semakin
tinggi retained earning/total asset maka semakin meningkatkan
tingkat kebangkrutan.
d. Koefisien EBIT/total asset (X3) sebesar 2,099; artinya jika EBIT/total
asset mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien
kebangkrutan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 2,099.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara tingkat
kebangkrutan dengan EBIT/total asset, semakin tinggi EBIT/total asset
maka semakin meningkatkan tingkat kebangkrutan.
55
e. Koefisien current ratio (X6) sebesar 0,161; artinya jika current ratio
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien kebangkrutan
(Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,161. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara tingkat kebangkrutan
dengan current ratio, semakin tinggi current ratio maka semakin
meningkatkan tingkat kebangkrutan.
f. Koefisien ln quick ratio (X7) sebesar -0,571; artinya jika ln quick ratio
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien kebangkrutan
(Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,571. Koefisien bernilai
negatif artinya terjadi hubungan negatif antara tingkat kebangkrutan
dengan ln quick ratio, semakin tinggi ln quick ratio maka semakin
menurunkan tingkat kebangkrutan.
g. Koefisien rata-rata umur piutang (X8) sebesar -0,003; artinya jika rata-
rata umur piutang mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka
koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,003.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara
tingkat kebangkrutan dengan rata-rata umur piutang, semakin tinggi
rata-rata umur piutang maka semakin menurunkan tingkat
kebangkrutan.
h. Koefisien rata-rata umur persediaan (X9) sebesar -0,009; artinya jika
rata-rata umur pesediaan mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka
koefisien kebangkrutan (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,009.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara
tingkat kebangkrutan dengan rata-rata umur persediaan, semakin tinggi
56
rata-rata umur persediaan maka semakin menurunkan tingkat
kebangkrutan.
i. Koefisien return on asset (X14) sebesar 3,445; artinya jika return on
asset mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien
kebangkrutan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 3,445.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara tingkat
kebangkrutan dengan return on asset, semakin tinggi return on asset
maka semakin meningkatkan tingkat kebangkrutan.
j. Koefisien return on equity (X15) sebesar -0,602; artinya jika return on
equity mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka koefisien
kebangkrutan (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,602. Koefisien
bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara tingkat
kebangkrutan dengan return on equity, semakin tinggi return on equity
maka semakin menurunkan tingkat kebangkrutan.
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah pengujian untuk membuktikan hipotesis-
hipotesis dalam penelitian.
a. Penelitian ini akan menggunakan analisa potensi kebangkrutan
perusahaan dengan menggunakan metode Altman sebagai alat analisis
datanya. Formula sebagai dasar patokan pada analisis Z-Score, yaitu :
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0 X5 …………………….(2)
Keterangan :
X1 = working capital/total asset
X2 = retained earning/total asset
57
X3 = earning before interest and tax/total asset
X4 = market value equity/book value of total liabilities
X5 = sales/total asset
Kondisi perusahaan dapat dilihat dari nilai Z-Scorenya, jika :
1). Nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81, berarti perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi.
2). Nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99 maka perusahaan berada
pada daerah abu-abu (Grey Area). Pada kondisi ini, perusahaan
mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan
penanganan manajemen yang tepat. Apabila terlambat dan tidak
tepat penanganannya, maka perusahaan dapat mengalami
kebangkrutan.
3). Nilai Z-Score lebih besar dari 2,99, memberikan penilaian bahwa
perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga
kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.
Berikut ini merupakan hasil analisis tingkat kebangkrutan perusahaan
dengan menggunakan formula Altman Z-Score.
58
TABEL IV.9NILAI VARIABEL ALTMAN Z-SCORE TAHUN 2003-2007
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, Ms Exel
Hasil uji hipotesis dari tabel IV.9 menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur yang mengeluarkan obligasi mengalami prediksi bangkrut,
grey area, dan tidak bangkrut sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa hipotesis 1 ditolak.
b. Hasil dari regresi dan uji hipotesis yang telah dilaksanakan dapat
dilihat secara singkat dalam tabel IV.8.
1) Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh simultan variabel
independen terhadap variabel dependen.
Hasil regresi dan uji hipotesis dari tabel IV.8 menunjukkan F
hitung 72,913. F tabel sebesar 2.027419 lebih kecil dari sehingga
NO NAMAPERUSAHAAN
2003 Keterangan 2004 Keterangan 2005 Keterangan 2006 Keterangan 2007 Keterangan
1 PT Apexindo Pratama Duta Tbk
1.31 Bangkrut 1.49 Bangkrut 1.56 Bangkrut 1.65 Bangkrut 1.98 Grey area
2 PT Astra Graphia Tbk 2.09 Grey area 2.94 Grey area 3.02 Tidak bangkrut
2.67 Grey area 2.96 Grey area
3 PT Astra International Tbk
2.61 Grey area 2.62 Grey area 2.19 Grey area 2.25 Grey area 2.72 Grey area
4 PT Budi Acid Jaya Tbk 1.27 Bangkrut 1.78 Bangkrut 1.80 Bangkrut 1.83 Grey area 2.08 Grey area5 PT Indah Kilat Pulp &
Paper Tbk0.32 Bangkrut 0.70 Bangkrut 0.71 Bangkrut 0.68 Bangkrut 0.80 Bangkrut
6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2.43 Grey area 2.40 Grey area 2.38 Grey area 2.57 Grey area 1.76 Bangkrut
7 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
1.34 Bangkrut 1.49 Bangkrut 1.64 Bangkrut 2.00 Grey area 2.59 Grey area
8 PT Lautan Luas Tbk 2.06 Grey area 2.38 Grey area 2.61 Grey area 2.31 Grey area 2.42 Grey area9 PT Lontar Papyrus Pulp
& Paper Industry Tbk0.25 Bangkrut 0.69 Bangkrut 0.65 Bangkrut 0.37 Bangkrut 0.38 Bangkrut
10 PT Mayora Indah Tbk 3.17 Tidak bangkrut
3.64 Tidak bangkrut
3.20 Tidak bngkrut
3.61 Tidak bangkrut
3.68 Tidak bangkrut
11 PT Metrodata Electronics Tbk
3.78 Tidak bangkrut
3.59 Tidak bangkrut
3.79 Tidak bangkrut
3.63 Tidak bangkrut
3.67 Tidak bangkrut
12 PT Bentoel Internasional Investama Tbk
3.39 Tidak bangkrut
3.74 Tidak bangkrut
3.10 Tidak bangkrut
2.98 Grey area 2.88 Grey area
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
-0.07 Bangkrut 1.11 Bangkrut 1.09 Bangkrut 0.95 Bangkrut 1.10 Bangkrut
14 PT Tunas Baru Lampung Tbk
1.72 Bangkrut 1.90 Grey area 1.73 Bangkrut 1.55 Bangkrut 1.89 Grey area
15 PT Unggul Indah Cahaya Tbk
2.07 Grey area 2.32 Grey area 2.36 Grey area 2.24 Grey area 2.22 Grey area
59
dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis 2 diterima. Jadi working
capital/total asset, retained earning/total asset, EBIT/total asset,
current ratio, quick ratio, rata-rata umur piutang, rata-rata umur
persediaan, return on asset dan return on equity secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
2) Koefisien Determinasi (R2)
Tabel IV.8 menunjukkan nilai koefisien determinasi yang sudah
disesuaikan (Adjusted R2) sebesar 0,897. Artinya, persentase
sumbangan pengaruh variabel independen (working capital/total
asset, retained earning/total asset, EBIT/total asset, current ratio,
quick ratio, rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan,
return on asset dan return on equity) terhadap variabel dependen
(kebangkrutan) sebesar 89,7%. Sedangkan sisanya sebesar 10,3%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
3) Uji T (Uji Parsial)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
bebas secara parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap
variabel bebas lainnya (Djarwanto,1996).
Hasil pengujian dapat dilihat dengan membandingkan p-value
dengan tingkat signifikansi. Dalam penelitian ini menggunakan
tingkat signifikansi 5% (0,05). Kriteria yang digunakan dalam uji
ini adalah bahwa jika p-value 0,05 maka Ha diterima, sedangkan
apabila p-value > 0,05 maka Ha ditolak.
60
a). Variabel working capital/total asset
Hipotesis yang diajukan adalah:
H3.a : Working capital/total asset berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan.
Variabel working capital/total asset memiliki nilai b1 = 4,110
dan p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan. Signifikan di sini
berarti H3a diterima. Jadi working capital/total asset
berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kebangkrutan.
b). Variabel retained earning/total asset
Hipotesis yang diajukan adalah:
H3b : Retained earning/total asset berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel retained earning memiliki nilai b2 = 1,670 dan
p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan. Signifikan di sini
berarti H3b diterima. Jadi retained earning/total asset
berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kebangkrutan.
c). Variabel EBIT/total asset
Hipotesis yang diajukan adalah:
H3c : EBIT/total asset secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel EBIT/total asset memiliki nilai b3 = 2,099 dan
p-value 0,093 > 0,05 artinya tidak signifikan. Signifikan di sini
berarti H3c ditolak. Jadi EBIT/total asset tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
61
d). Variabel current ratio
H3d : Current ratio secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel current ratio memiliki nilai b6 = 0,161 dan
p-value 0,03 < 0,05 artinya signifikan. Signifikan di sini berarti
H3d diterima. Jadi current ratio berpengaruh signifikan positif
terhadap tingkat kebangkrutan.
e). Variabel ln quick ratio
H3e : Quick ratio secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel ln quick ratio memiliki nilai b7 = -0,571 dan
p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan. Signifikan di sini
berarti H3e diterima. Jadi ln quick ratio berpengaruh signifikan
negatif terhadap tingkat kebangkrutan.
f). Variabel rata-rata umur piutang
H3f : Rata-rata umur piutang secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel rata-rata umur piutang memiliki nilai b8 = -0,003 dan
p-value 0,081 > 0,05 artinya tidak signifikan. Signifikan di sini
berarti H3f ditolak. Jadi rata-rata umur piutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
62
g) Variabel rata-rata umur persediaan
H3g : Rata-rata umur persediaan secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel rata-rata umur persediaan memiliki nilai b9 = -0,009
dan p-value 0,000 > 0,05 artinya signifikan. Signifikan di sini
berarti H3g diterima. Jadi rata-rata umur persediaan
berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kebangkrutan.
h) Variabel return on asset
H3h : Return on asset secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel return on asset memiliki nilai b3 = 3,445 dan p-value
0,108 > 0,05 artinya tidak signifikan. Signifikan di sini berarti
H3h ditolak. Jadi return on asset tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan.
i). Variabel return on equity
H3i : Return on equity secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan
Variabel return on equity memiliki nilai b15 = -0,602 dan
p-value 0,320 > 0,05 artinya tidak signifikan. Signifikan di sini
berarti H3i ditolak. Jadi return on equity tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
63
c. Multiple Discriminant Anlysis
Pengolahan data untuk menguji hipotesis keempat akan digunakan uji
Multiple Discriminant Anlysis. Analisis diskriminan ini digunakan
untuk variabel dependen lebih dari dua group.
Test of Equality of Group Means dilakukan untuk mengetahui jenis
rasio keuangan yang dapat digunakan untuk membedakan perusahaan
yang masuk pada kategori sangat sehat, sehat, kurang sehat dan tidak
sehat. Hasil uji tersebut nampak pada table IV.10.
TABEL IV.10Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
WC/TA .332 47.618 3 71 .000
RE/TA .636 13.538 3 71 .000
CURRENT RATIO .808 5.630 3 71 .002
LN QUICK RATIO .617 14.697 3 71 .000
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN
.837 4.619 3 71 .005
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Tests of Equality of Group Means memberikan nilai Wilk’s Lambda
dan Univariate F ratio untuk setiap variabel independen. Dengan
melihat tingkat signifikansinya maka dapat disimpulkan bahwa rasio
WC/TA, RE/TA, current ratio, quick ratio, rata-rata umur persediaan
secara univariate semua variabel independen adalah signifikan yang
berarti mampu membedakan antara kelompok variabel dependen .
64
TABEL IV.11Log Determinants 1
Z-SCORE RankLog
Determinant
Tidak Sehat 5 -7.083
Kurang Sehat 5 -6.792
Sehat 5 -6.389
Sangat Sehat 5 -7.384
Pooled within-groups
5 -3.731
The ranks and natural logarithms of determinants printed are those of the group covariance matrices.
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
TABEL IV.12Test Results 1
Box's M 217.345
Approx. 4.106
df1 45
df2 6.339E3
F
Sig. .000
Tests null hypothesis of equal population covariance matrices.
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Box’s M menguji asumsi homogenitas covariance matrik antar group.
Hasil uji Box’s M menunjukkan nilai yang signifikan yang berarti
terdapat perbedaan covariance matrix antar group dan ini menyalahi
asumsi analisis diskriminan. dan terdapat beberapa data outlier pada
beberapa variabel, yaitu current ratio, quick ratio dan rata-rata umur
persediaan, oleh karena itu ketiga variabel tersebut tidak digunakan
pada model.
65
TABEL IV.13Log Determinants 2
Z-SCORE RankLog
Determinant
TIDAK SEHAT 2 -9.166
KURANG SEHAT 2 -9.207
SEHAT 2 -8.176
SANGAT SEHAT 2 -11.455
Pooled within-groups
2 -8.230
The ranks and natural logarithms of determinants printed are those of the group covariance matrices.
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
TABEL IV.14Test Results 2
Box's M 70.316
Approx. 7.356
df1 9
df2 1.810E4
F
Sig. .000
Tests null hypothesis of equal population covariance matrices.
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Hasil uji Box’s M menunjukkan nilai yang signifikan yang berarti
terdapat perbedaan covariance matrix antar group dan ini menyalahi
asumsi analisis diskriminan. Namun demikian analisis diskriminan
tetap rebust walaupun asumsi homogenitas variance tidak terpenuhi
dan data tidak terdapat outlier.
66
Kemudian untuk melakukan klasifikasi perusahaan masuk pada
kategori sangat sehat, sehat, kurang sehat dan tidak sehat akan
digunakan prosedur stepwise untuk memaksimalkan Mahalanobis
distance antar grup. Hasil menunjukan sebagai berikut :
TABEL IV.15Variables in the Analysis
Step ToleranceSig. of F to
RemoveMin. D Squared Between Groups
1 WC/TA 1.000 .000
WC/TA.925 .000 .046
Tidak Sehat dan Kurang Sehat
2
RE/TA .925 .000 .254 Kurang Sehat dan Sehat
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Mahalonobis distance digunakan untuk menemukan variabel yang
memiliki kekuatan terbesar mendiskriminasi. Prosedur stepwise
dimulai dengan memasukkan variabel yang akan memaksimalkan
Mahalonobis distance antar group. Dalam hal ini minimum signifikan
value 0.05 digunakan sebagai syarat entry variabel (Ghozali dalam
Sugeng (2007))
Hasil analisis dengan metode stepwise menunjukkan bahwa variabel
pertama yang dimasukkan dalam analisis adalah X1 (WC/TA),
kemudian variabel kedua yang dimasukkan dalam analisis adalah X2
(RE/TA) yang mempunyai Mahalanobis D2 tertinggi. Jadi berdasarkan
prosedur stepwise diperoleh variabel yang signifikan untuk periode ini
ada dua yaitu WC/TA dan RE/TA dimana kedua variabel ini mampu
membedakan pengklasifikasian perusahaan secara multivariate
67
berdasarkan nilai Wilk’s lambda dan nilai minimum Mahalonobis
distance.
TABEL IV.16Eigenvalues
Function Eigenvalue
% of Variance
Cumulative %
Canonical Correlation
1 3.173a 95.9 95.9 .872
2 .136a 4.1 100.0 .345
a. First 2 canonical discriminant functions were used in theanalysis.
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
TABEL IV.17Wilks' Lambda
Test of Function(s)
Wilks' Lambda Chi-square df Sig.
1 through 2 .211 110.466 6 .000
2 .881 9.025 2 .011
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Fungsi diskriminan dengan dua variabel independent WC/TA dan
RE/TA ternyata signifikan seperti terlihat dari nilai Chi Square baik
untuk Fungsi Diskriminan 1 dan Fungsi Diskriminan 2. Nilai
eigenvalue menunjukkan berapa besar variasi pada variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh setiap fungsi diskriminan. Pada tabel
IV.16, menunjukkan fungsi diskriminan 1 mampu menjelaskan 95,9%
variasi sedangkan fungsi diskriminan 2 hanya mampu menjelaskan
variasi sebesar 4,1%.
68
TABEL IV.18Standardized Canonical Discriminant Function
Coefficients
Function
1 2
WC/TA .962 -.394
RE/TA .643 .817
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
TABEL IV.19Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function
1 2
WC/TA 7.797 -3.194
RE/TA 4.674 5.941
(Constant) -2.260 .103
Unstandardized coefficientsSumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Berdasarkan pada nilai unstandardized coefficient maka dapat
dituliskan persamaan fungsi diskriminan sebagai berikut:
Fungsi 1 Z1 = -2,260 + 7,797X1 + 4,674X2
Fungsi 2 Z2 = 0,103 – 3,194X1 + 5.941X2
69
TABEL IV.20Functions at Group Centroids
FunctionZ-SCORE 1 2
TIDAK SEHAT -3.297 .325
KURANG SEHAT -.582 -.554
SEHAT .699 .261
SANGAT SEHAT 2.301 .031
Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Fungsi at group centroids digunakan untuk menentukan cutting point
pengelompokan kasus. Nilai optimal cutting point adalah rata-rata
tertimbang dari pasangan nilai. Nilai cutting point memberikan range
score diskriminan untuk mengelompokkan kasus sebagai perusahaan
sangat sehat, sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Fungsi group centroid 1 memisahkan antara kelompok perusahaan
bangkrut dengan perusahaan kurang sehat, sehat, dan sangat sehat.
Dengan melihat hasil nilai centroid dapat disimpulkan bahwa sumber
utama dari perbedaan fungsi diskriminan 1 adalah antara kelompok
perusahaan bangkrut dan kurang sehat keduanya negatif dengan
perusahaan sehat dan sangat sehat keduanya positif.
70
TABEL IV.21Classification Resultsa
Predicted Group MembershipZ-SCORE 0 1 2 3 Total
0 8 3 0 0 11
1 0 16 5 0 21
2 0 3 22 3 28
Count
3 0 0 0 14 14
0 72.7 27.3 .0 .0 100.0
1 .0 76.2 23.8 .0 100.0
2 .0 10.7 78.6 10.7 100.0
Original
%
3 .0 .0 .0 100.0 100.0
a. 81.1% of original grouped cases correctly classified.Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
Classification result digunakan untuk menilai seberapa baik fungsi
diskriminan. Fungsi diskriminan mampu mengelompokkan kasus
dengan benar sebesar 81,1%. Kemampuan mengelompokkan
perusahaan tidak sehat adalah 72,7%, untuk perusahaan kurang sehat
76,2%, perusahaan sehat 78,6% dan perusahaan sangat sehat 100%.
71
TABEL IV.22HASIL PENGELOMPOKKAN PERUSAHAAN
No Nama Perusahaan TahunActual Group Predicted Group Keterangan
1 Pt Apexindo Pratama Duta Tbk 2003 1 1 Kurang Sehat2 2004 1 2 Misclasified case3 2005 1 1 Kurang Sehat4 2006 1 2 Misclasified case5 2007 1 2 Misclasified case6 Pt Astra Graphia Tbk 2003 2 2 Sehat7 2004 2 3 Misclasified case8 2005 3 3 Sangat Sehat9 2006 2 2 Sehat
10 2007 2 2 Sehat11 Pt Astra International Tbk 2003 2 2 Sehat12 2004 2 2 Sehat13 2005 2 2 Sehat14 2006 2 2 Sehat15 2007 2 2 Sehat16 Pt Budi Acid Jaya Tbk 2003 1 1 Kurang Sehat17 2004 1 1 Kurang Sehat18 2005 1 1 Kurang Sehat19 2006 1 1 Kurang Sehat20 2007 2 1 Misclasified case21 Pt Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 2003 0 0 Tidak Sehat22 2004 0 1 Misclasified case23 2005 0 1 Misclasified case24 2006 0 0 Tidak Sehat25 2007 0 0 Tidak Sehat26 Pt Indofood Sukses Makmur Tbk 2003 2 2 Sehat27 2004 2 2 Sehat28 2005 2 2 Sehat29 2006 2 2 Sehat30 2007 1 1 Kurang Sehat31 Pt Japfa Comfeed Indonesia Tbk 2003 1 1 Kurang Sehat32 2004 1 1 Kurang Sehat33 2005 1 1 Kurang Sehat34 2006 2 1 Misclasified case35 2007 2 1 Misclasified case36 Pt Lautan Luas Tbk 2003 2 2 Sehat37 2004 2 2 Sehat38 2005 2 2 Sehat39 2006 2 2 Sehat40 2007 2 2 Sehat41 Pt Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry 2003 0 0 Tidak Sehat42 2004 0 0 Tidak Sehat43 2005 0 0 Tidak Sehat44 2006 0 0 Tidak Sehat45 2007 0 0 Tidak Sehat
72
46 Pt Mayora Indah Tbk 2003 3 3 Sangat Sehat47 2004 3 3 Sangat Sehat48 2005 3 3 Sangat Sehat49 2006 3 3 Sangat Sehat50 2007 3 3 Sangat Sehat51 Pt Metrodata Electronics Tbk 2003 3 3 Sangat Sehat52 2004 3 3 Sangat Sehat53 2005 3 3 Sangat Sehat54 2006 3 3 Sangat Sehat55 2007 3 3 Sangat Sehat56 Pt Bentoel Internasional Investama Tbk 2003 3 3 Sangat Sehat57 2004 3 3 Sangat Sehat58 2005 3 3 Sangat Sehat59 2006 2 3 Misclasified case60 2007 2 3 Misclasified case61 Pt Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 2003 -1 0 Misclasified case62 2004 1 1 Kurang Sehat63 2005 1 1 Kurang Sehat64 2006 0 1 Misclasified case65 2007 1 1 Kurang Sehat66 Pt Tunas Baru Lampung Tbk 2003 1 2 Misclasified case67 2004 1 1 Kurang Sehat68 2005 1 1 Kurang Sehat69 2006 1 1 Kurang Sehat70 2007 1 2 Misclasified case71 Pt Unggul Indah Cahaya Tbk 2003 2 2 Sehat72 2004 2 2 Sehat73 2005 2 2 Sehat74 2006 2 2 Sehat
75 2007 2 2 Sehat
Sumber: Hasil Pengolahan Komputer, SPSS, 16.0
C. Interpretasi Hasil
Pengujian terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur yang
mengeluarkan obligasi dengan menggunakan Altman Z-Score menunjukkan
bahwa masing-masing perusahaan memiliki tingkat kebangkrutan yang
berbeda-beda, yaitu bangkrut, grey area, dan tidak bangkrut sehingga
hipotesis 1 ditolak.
Dari pengujian variabel secara simultan atau uji F, dengan tingkat
signifikansi 0,05 menunjukkan nilai F hitung sebesar 72,913 lebih besar dari F
73
tabel 2.027419 dan nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 maka H2 diterima.
Hal ini berarti working capital/total asset, retained earning/total asset,
EBIT/total asset, current ratio, quick ratio, rata-rata umur piutang, rata-rata
umur persediaan, return on asset dan return on equity secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
Berikut ini dapat disimpulkan pengaruh variabel working
capital/total asset, retained earning/total asset, EBIT/total asset, current ratio,
quick ratio, rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, return on asset
dan return on equity terhadap nilai kebangkrutan secara parsial sebagai
berikut:
1. Pengaruh variabel working capital/total asset terhadap tingkat
kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel working
capital/total asset bernilai positif sebesar 4,110, hal ini berarti bahwa
setiap kenaikan 1 satuan variabel working capital/total asset akan
meningkatkan tingkat kebangkrutan sebesar 4,110 dengan asumsi variabel
independen yang lainnya konstan. Hasil uji t variabel independent working
capital/total asset sebesar 4,110 mempunyai nilai signifikan t sebesar
0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian H3a
diterima berarti variabel working capital/total asset mempunyai pengaruh
yang signifikan positif terhadap tingkat kebangkrutan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Altman (2000) yang
menyatakan bahwa rasio working capital/total asset yang sering
ditemukan pada studi kebangkrutan perusahaan menggambarkan aktiva
74
lancar dan hutang lancar. Biasanya, perusahaan yang mengalami
kebangkrutan menyusutkan aktiva lancar pada total aktivanya yang
menurunkan rasio WC/TA.
2. Pengaruh variabel retained earning/total asset terhadap tingkat
kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel retained
earning/total asset bernilai positif sebesar 1,670, hal ini berarti bahwa
setiap kenaikan 1 satuan variabel retained earning/total asset akan
meningkatkan tingkat kebangkrutan sebesar 1,670 dengan asumsi variabel
independent yang lainnya konstan. Hasil uji t variabel independent
retained earning/total asset sebesar 1,670 mempunyai nilai signifikan t
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan
demikian H3b diterima berarti variabel retained earning/total asset
mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap tingkat
kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Altman (2000) yang menyatakan bahwa perusahaan
dengan retained earning yang tinggi dan total aktiva yang relatif, telah
mendanai aktivanya melalui profit dan tidak menggunakan banyak hutang,
dan pada penelitan Myerr (1997) menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat hutang perusahaan akan semakin tinggi kemungkinan perusahaan
diprediksi mengalami kebangkrutan oleh debtholder jika tidak mampu
membayar hutang.
75
3. Pengaruh variabel EBIT/total asset terhadap tingkat kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel EBIT/total
asset bernilai positif sebesar 2,099, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1
satuan variabel EBIT/total asset akan meningkatkan tingkat kebangkrutan
sebesar 2,099 dengan asumsi variabel independent yang lainnya konstan.
Hasil uji t variabel independent EBIT/total asset sebesar 2,099 mempunyai
nilai signifikan t sebesar 0,093 yang lebih besar dari taraf signifikansi
0,05. Dengan demikian H3c ditolak berarti variabel EBIT/total asset
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Altman (2000) yang menyatakan bahwa EBIT/total asset mempunyai
pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kebangkrutan yang didasarkan
pada teori bahwa kebangkrutan terjadi ketika total hutang melebihi
penilaian yang seimbang dengan aktiva perusahaan yang ditentukan oleh
kekuatan laba dari aktiva. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan
oleh perbedaan sampel penelitian dan jumlah variabel yang digunakan di
dalam penelitian.
4. Pengaruh variabel current ratio terhadap tingkat kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel current
ratio bernilai positif sebesar 0,161, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1
satuan variabel current ratio akan meningkatkan tingkat kebangkrutan
sebesar 0,161 dengan asumsi variabel independen yang lainnya konstan.
Hasil uji t variabel independent current ratio sebesar 0,161 mempunyai
nilai signifikan t sebesar 0,03 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
76
Dengan demikian H3c diterima berarti current ratio mempunyai pengaruh
yang signifikan positif terhadap tingkat kebangkrutan. Hal ini sesuai
dengan teori Weston dan Brigham (2001) yang menyatakan bahwa jika
suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan
tersebut mulai membayar hutang usaha dengan lebih lambat. Jika
kewajiban lancar meningkat lebih cepat dibandingkan aktiva lancar, maka
rasio lancar akan turun dan hal tersebut bisa menimbulkan permasalahan.
5. Pengaruh variabel ln quick ratio terhadap tingkat kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel ln quick
ratio bernilai negatif sebesar -0,571, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan
1 satuan variabel ln quick ratio akan menurunkan tingkat kebangkrutan
sebesar -0,571 dengan asumsi variabel independen yang lainnya konstan.
Hasil uji t variabel independent ln quick ratio sebesar -0,571 mempunyai
nilai signifikan t sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian H3e diterima berarti ln quick ratio mempunyai pengaruh
yang signifikan negatif terhadap tingkat kebangkrutan. Hal ini sesuai
dengan teori Kaaro dan Hartono (2002) yang menyatakan bahwa
perusahaan yang mempunyai tingkat likuiditas (quick ratio) yang tinggi
menandakan kesempatan bertumbuh perusahaan cenderung rendah. Hal ini
dikarenakan oleh lebih banyak aktiva lancar yang ada di perusahaan
dibandingkan dengan aktiva tetapnya. Aktiva tetap juga mengalami
penurunan nilai dikarenakan oleh adanya faktor penurunan ekonomi atau
depresiasi. Pada tahap ini juga banyak aktiva tetap yang sudah tidak
produktif lagi dijual oleh perusahaan.
77
6. Pengaruh variabel rata-rata umur piutang terhadap tingkat kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel rata-rata
umur piutang bernilai negatif sebesar -0,003, hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan 1 satuan variabel rata-rata umur piutang akan menurunkan
tingkat kebangkrutan sebesar -0,003 dengan asumsi variabel independent
yang lainnya konstan. Hasil uji t variabel independent rata-rata umur
piutang sebesar -0,003 mempunyai nilai signifikan t sebesar 0,081 yang
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian H3f ditolak
berarti rata-rata umur piutang mempunyai pengaruh yang tidak signifikan
terhadap nilai kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan teori Mamduh M.
Hanafi dan Abdul Halim (2003) yang menyatakan bahwa angka rata-rata
piutang yang terlalu tinggi menunjukkan kemungkinan tidak kembalinya
piutang yang lebih tinggi. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah bisa jadi
merupakan indikasi kebijakan piutang yang terlalu ketat, dan ini akan
menurunkan penjualan dari yang seharusnya bisa dimanfaatkan.
7. Pengaruh variabel rata-rata umur persediaan terhadap tingkat
kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel rata-rata
umur persediaan bernilai negatif sebesar -0,009, hal ini berarti bahwa
setiap kenaikan 1 satuan variabel rata-rata umur persediaan akan
menurunkan tingkat kebangkrutan sebesar -0,009 dengan asumsi variabel
independent yang lainnya konstan. Hasil uji t variabel independent rata-
rata umur persediaan sebesar -0,009 mempunyai nilai signifikan t sebesar
0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian H3g
78
diterima berarti rata-rata umur persediaan mempunyai pengaruh yang
signifikan negatif terhadap tingkat kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan
teori Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2003) yang menyatakan
bahwa semakin rendah perputaran persediaan akan meningkatkan nilai
rata-rata umur persediaan yang menandakan tanda-tanda mis-manajemen
seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif, dan sebaliknya.
8. Pengaruh variabel return on asset terhadap tingkat kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel ROA
bernilai positif sebesar 3,445, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1
satuan variabel ROA akan meningkatkan tingkat kebangkrutan sebesar
3,445 dengan asumsi variabel independent yang lainnya konstan. Hasil uji
t variabel independent ROA sebesar 3,445 mempunyai nilai signifikan t
sebesar 0,108 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan
demikian H2h ditolak berarti variabel ROA mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap tingkat kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan teori
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2003) yang menyatakan bahwa
rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset untuk
memperoleh laba, yang berarti efisiensi manajemen.
9. Pengaruh variabel return on equity terhadap tingkat kebangkrutan.
Persamaan diatas menunjukkan koefisien regresi dari variabel ROE
bernilai negatif sebesar -0,602, hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1
satuan variabel ROE akan menurunkan tingkat kebangkrutan sebesar
-0,602 dengan asumsi variabel independent yang lainnya konstan. Hasil uji
t variabel independent ROE sebesar -0,602 mempunyai nilai signifikan t
79
sebesar 0,320 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan
demikian H3i ditolak berarti variabel ROE mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap tingkat kebangkrutan. Hal ini sesuai dengan teori
Drs. Dwi Prastowo Darminto, MM, Ak. Dan Rifka Juliaty, SE. (2005)
yang menyatakan bahwa ROE yang tinggi tidak selalu mencerminkan
baiknya kinerja perusahaan, karena dalam upaya menaikkan angka ROE
manajer melakukannya dengan menaikkan jumlah hutang.
Berdasarkan hasil yag diperoleh dari Multiple Discriminant Anlysis
diperoleh dua variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
kebangkrutan perusahaan, yaitu WC/TA dan RE/TA dengan tingkat
signifikansi sebesar 81,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Altman
dimana menyebutkan bahwa WC/TA dan RE/TA dapat digunakan untuk
mengelompokkan antara perusahaan bangkrut, grey area dan tidak bangkrut.
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji Altman Z-Score menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan
manufaktur yang mengeluarkan obligasi tidak seluruhnya memiliki
prediksi bangkrut.
2. Hasil uji F menunjukkan pengujian variabel independent secara simultan
atau secara bersama-sama menghasilkan uji F sebesar 72,913 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000, dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama variabel independent yaitu working
capital/total asset, retained earning/total asset, EBIT/total asset, current
ratio, quick ratio, rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, return
on asset dan return on equity mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat kebangkrutan.
3. Uji ketepatan perkiraan (Goodness of Fit Test) menghasilkan nilai adjusted
R2 sebesar 0,897 atau 89,7%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen yang dilakukan dalam model regresi yaitu working
capital/total asset, retained earning/total asset, EBIT/total asset, current
ratio, quick ratio, rata-rata umur piutang, rata-rata umur persediaan, return
on asset dan return on equity mampu menjelaskan pengaruh terhadap
81
tingkat kebangkrutan sebesar 89,7%,sedangkan pengaruh sebesar 10,3%
dijelaskan oleh faktor lain
4. a. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan working capital/total asset
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat
kebangkrutan yaitu sebesar 4,110.
b. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan retained earning/total asset
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat
kebangkrutan yaitu sebesar 1,670.
c. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan EBIT/total asset mempunyai
pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
yaitu sebesar 2,099.
d. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan current ratio mempunyai
pengaruh positif yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan yaitu
sebesar 0,161.
e. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan quick ratio mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat kebangkrutan yaitu
sebesar -0,571.
f. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan rata-rata umur piutang
mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap tingkat
kebangkrutan yaitu sebesar -0,003.
g. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan rata-rata umur persediaan
mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap tingkat
kebangkrutan yaitu sebesar -0,009.
82
h. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan return on asset mempunyai
pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
yaitu sebesar 3,445.
i. Berdasarkan hasil regresi menunjukkan return on equity mempunyai
pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap tingkat kebangkrutan
yaitu sebesar -0,602.
5. Berdasarkan hasil yag diperoleh dari Multiple Discriminant Anlysis
diperoleh dua variabel yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat
kebangkrutan perusahaan, antara lain WC/TA dan RE/TA dengan tingkat
signifikansi sebesar 81,1%
B. Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang
mengeluarkan obligasi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga
memungkinkan adanya keterbatasan jumlah sampel penelitian dan hasil
yang kurang baik secara statistik.
2. Penelitian ini hanya menggunakan rasio-rasio likuiditas, rasio aktivitas,
rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas sebagai faktor yang diduga
mempunyai pengaruh terhadap tingkat kebangkrutan, sedangkan belum
memperhitungkan rasio pasar.
83
C. Saran
1. Bagi Emiten
Perusahaan emiten seharusnya dapat mengusahakan untuk menciptakan
peningkatan working capital/total asset, retained earning/total asset,
current ratio, quick ratio, dan rata-rata umur persediaan karena
berdasarkan penelitian kelima rasio tersebut memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat kebangkrutan.
2. Bagi Investor
Dalam melakukan investasi pada perusahaan manufaktur, investor maupun
calon investor harus memperhatikan working capital/total asset dan
retained earning/total asset serta menggunakannya dalam analisis
investasi. Hal ini dikarenakan menurut hasil penelitian kedua faktor
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan
3. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya dapat untuk menambah jumlah sampel
perusahaan dan rasio pasar sehingga dapat memperbanyak sampel
penelitian dan menambah faktor-faktor lain yang diduga mempunyai
pengaruh terhadap tingkat kebangkrutan.
84
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. 2000. Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score and ZETA Models. The Journal of Finance, July 2000.
Brigham, Eugene F. dan Joel. F. Huston. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Endah, Sayekti. 2005. Anlisis Penggunaan Z-Score Altman untuk menilai potensi kebangkrutan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta periode 1995-2002. Skripsi S-1 UNS.
Gamayuni, Rindu Rika. 2006. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Kegagalan Perusahaan di Indonesia. Journal Bisnis & Manajemen. Bandarlampung
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP.
Mamduh, M. Hanafi dan Abdul Halim. 2003. Analisis Rasio Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Muliaman, Wimboh Santoso dan Ita Rulina. 2003. Indikator Kepailitan Indonesia: An Additional Early Warning Tools Pada Stabilitas Sistem Keuangan. Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan.
Mulyono, Sugeng. 2007. Analisa Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Skripsi S-1 UNS.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakoid.
85
Sarjono, Haryadi. Analisis Laporan Keuangan sebagai Alat PrediksiKemungkinan Kebangkrutan dengan Model Diskriminan Altman pada Sepuluh Perusahaan Properti di Bursa Efek Jakarta. Jakarta.
Wahyuni, Salamah.2003. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi. Surakarta: FE UNS.
86
87
Lampiran I
NILAI VARIABEL ALTMAN Z-SCORE (Y) TAHUN 2003-2007
NO NAMAPERUSAHAAN
2003 Keterangan 2004 Keterangan 2005 Keterangan 2006 Keterangan 2007 Keterangan
1 PT Apexindo Pratama Duta Tbk
1.31 Bangkrut 1.49 Bangkrut 1.56 Bangkrut 1.65 Bangkrut 1.98 Grey area
2 PT Astra Graphia Tbk 2.09 Grey area 2.94 Grey area 3.02 Tidak bangkrut
2.67 Grey area 2.96 Grey area
3 PT Astra International Tbk
2.61 Grey area 2.62 Grey area 2.19 Grey area 2.25 Grey area 2.72 Grey area
4 PT Budi Acid Jaya Tbk 1.27 Bangkrut 1.78 Bangkrut 1.80 Bangkrut 1.83 Grey area 2.08 Grey area5 PT Indah Kilat Pulp &
Paper Tbk0.32 Bangkrut 0.70 Bangkrut 0.71 Bangkrut 0.68 Bangkrut 0.80 Bangkrut
6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2.43 Grey area 2.40 Grey area 2.38 Grey area 2.57 Grey area 1.76 Bangkrut
7 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk
1.34 Bangkrut 1.49 Bangkrut 1.64 Bangkrut 2.00 Grey area 2.59 Grey area
8 PT Lautan Luas Tbk 2.06 Grey area 2.38 Grey area 2.61 Grey area 2.31 Grey area 2.42 Grey area9 PT Lontar Papyrus Pulp
& Paper Industry Tbk0.25 Bangkrut 0.69 Bangkrut 0.65 Bangkrut 0.37 Bangkrut 0.38 Bangkrut
10 PT Mayora Indah Tbk 3.17 Tidak bangkrut
3.64 Tidak bangkrut
3.20 Tidak bngkrut
3.61 Tidak bangkrut
3.68 Tidak bangkrut
11 PT Metrodata Electronics Tbk
3.78 Tidak bangkrut
3.59 Tidak bangkrut
3.79 Tidak bangkrut
3.63 Tidak bangkrut
3.67 Tidak bangkrut
12 PT Bentoel Internasional Investama Tbk
3.39 Tidak bangkrut
3.74 Tidak bangkrut
3.10 Tidak bangkrut
2.98 Grey area 2.88 Grey area
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
-0.07 Bangkrut 1.11 Bangkrut 1.09 Bangkrut 0.95 Bangkrut 1.10 Bangkrut
14 PT Tunas Baru Lampung Tbk
1.72 Bangkrut 1.90 Grey area 1.73 Bangkrut 1.55 Bangkrut 1.89 Grey area
15 PT Unggul Indah Cahaya Tbk
2.07 Grey area 2.32 Grey area 2.36 Grey area 2.24 Grey area 2.22 Grey area
88
Lampiran II
NILAI VARIABEL WC/TA (X1) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.14 0.22 0.21 0.17 0.182 PT Astra Graphia Tbk 0.34 0.51 0.41 0.36 0.353 PT Astra International Tbk 0.14 0.13 0.12 0.13 0.144 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.30 0.28 0.28 0.17 0.295 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk -0.04 0.07 0.07 0.06 0.056 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.22 0.20 0.12 0.12 0.027 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.27 0.30 0.28 0.25 0.378 PT Lautan Luas Tbk 0.29 0.27 0.35 0.30 0.319 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk-0.26 -0.20 -0.21 -0.33 -0.32
10 PT Mayora Indah Tbk 0.42 0.38 0.34 0.39 0.3911 PT Metrodata Electronics Tbk 0.47 0.51 0.48 0.50 0.5312 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk0.46 0.45 0.54 0.41 0.60
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk -0.52 0.24 0.22 0.22 0.2414 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.24 0.17 0.14 0.16 0.2415 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.31 0.33 0.27 0.35 0.12
89
Lampiran III
NILAI VARIABEL RE/TA (X2) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.13 0.12 0.07 0.14 0.222 PT Astra Graphia Tbk 0.20 0.24 0.18 0.18 0.203 PT Astra International Tbk 0.27 0.30 0.26 0.30 0.354 PT Budi Acid Jaya Tbk -0.02 -0.02 -0.01 0.01 0.035 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk -0.10 -0.03 -0.03 -0.06 -0.056 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.24 0.24 0.25 0.27 0.177 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk -0.39 -0.46 -0.40 -0.31 -0.238 PT Lautan Luas Tbk 0.16 0.18 0.18 0.16 0.179 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk-0.07 0.04 0.05 0.00 0.01
10 PT Mayora Indah Tbk 0.28 0.33 0.31 0.34 0.3411 PT Metrodata Electronics Tbk 0.18 0.16 0.16 0.17 0.1312 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk0.16 0.20 0.26 0.26 0.19
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk -0.07 0.02 0.03 0.00 0.0014 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.10 0.09 0.09 0.09 0.1015 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.12 0.16 0.17 0.16 0.18
90
Lampiran IV
NILAI VARIABEL EBIT/TA (X3) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.04 0.06 0.09 0.10 0.142 PT Astra Graphia Tbk 0.07 0.10 0.15 0.10 0.153 PT Astra International Tbk 0.12 0.12 0.10 0.09 0.134 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.04 0.09 0.08 0.08 0.105 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.00 0.01 0.01 0.02 0.046 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.13 0.13 0.11 0.12 0.107 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.01 0.05 0.06 0.07 0.118 PT Lautan Luas Tbk 0.05 0.09 0.09 0.05 0.099 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.02 0.03 0.02 0.02 0.02
10 PT Mayora Indah Tbk 0.12 0.10 0.06 0.11 0.1311 PT Metrodata Electronics Tbk 0.07 0.08 0.10 0.07 0.1012 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk-0.02 0.02 -0.01 0.07 0.09
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.04 0.04 0.03 0.01 0.0214 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.06 0.10 0.08 0.07 0.1015 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.07 0.08 0.06 0.04 0.05
91
Lampiran V
NILAI VARIABEL MARKET VALUE EQUITY/BOOK VALUE OF TOTAL LIABILITIES (X4) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.83 0.78 0.95 0.92 0.922 PT Astra Graphia Tbk 0.89 1.38 1.22 1.02 1.013 PT Astra International Tbk 0.84 0.85 0.55 0.71 0.864 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.19 0.27 0.27 0.34 0.765 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.43 0.61 0.64 0.54 0.556 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.39 0.40 0.43 0.47 0.387 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.19 0.12 0.13 0.21 0.268 PT Lautan Luas Tbk 0.51 0.51 0.48 0.41 0.419 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.52 0.79 0.78 0.61 0.57
10 PT Mayora Indah Tbk 1.72 2.19 1.63 1.72 .3811 PT Metrodata Electronics Tbk 1.08 0.71 0.69 0.58 0.3512 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk0.99 1.16 1.53 1.03 0.67
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.25 0.40 0.42 0.36 0.3614 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.77 0.61 0.55 0.73 0.6215 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.61 0.67 0.82 0.70 0.88
92
Lampiran VI
NILAI VARIABEL SALES/TOTAL ASSET (X5) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.31 0.39 0.35 0.36 0.412 PT Astra Graphia Tbk 0.63 0.83 1.05 1.06 1.163 PT Astra International Tbk 1.15 1.13 1.01 0.96 1.104 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.68 0.99 1.05 1.15 0.915 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.25 0.26 0.27 0.30 0.346 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1.17 1.14 1.27 1.36 0.947 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1.41 1.54 1.60 1.77 1.958 PT Lautan Luas Tbk 1.02 1.20 1.35 1.32 1.279 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.29 0.32 0.31 0.34 0.34
10 PT Mayora Indah Tbk 0.86 1.08 1.17 1.27 1.4911 PT Metrodata Electronics Tbk 2.09 2.06 2.26 2.21 2.3312 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk2.12 2.16 1.18 1.28 1.19
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.38 0.43 0.44 0.45 0.5314 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.62 0.88 0.84 0.58 0.7515 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.94 1.02 1.09 1.06 1.14
93
Lampiran V II
NILAI VARIABEL CURRENT RATIO (X6) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 1.90 1.81 3.45 4.63 2.602 PT Astra Graphia Tbk 2.12 4.76 3.33 2.43 1.343 PT Astra International Tbk 1.19 1.03 0.74 0.78 0.914 PT Budi Acid Jaya Tbk 3.14 1.12 1.11 1.25 1.495 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.22 2.74 3.09 1.70 1.286 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1.91 1.47 1.47 1.19 0.927 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 2.67 2.67 2.30 1.91 2.458 PT Lautan Luas Tbk 2.48 1.38 1.22 1.11 0.839 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.33 0.45 0.44 0.22 0.24
10 PT Mayora Indah Tbk 9.82 5.11 3.54 3.91 2.9311 PT Metrodata Electronics Tbk 2.51 1.66 1.70 1.52 1.2812 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk1.82 2.01 2.21 1.61 3.72
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.29 1.11 3.04 2.61 2.5314 PT Tunas Baru Lampung Tbk 1.00 1.58 1.05 1.48 1.8115 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 2.48 1.98 1.90 1.71 1.08
94
Lampiran VIII
NILAI VARIABEL QUICK RATIO (X7) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 1.55 1.55 3.03 4.06 2.272 PT Astra Graphia Tbk 1.79 3.86 2.45 1.80 0.923 PT Astra International Tbk 0.96 0.77 0.50 0.58 0.704 PT Budi Acid Jaya Tbk 1.78 0.73 0.75 0.83 1.135 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.14 1.74 2.05 0.85 0.586 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 1.30 0.95 0.86 0.71 0.597 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1.38 1.36 1.15 0.91 1.088 PT Lautan Luas Tbk 1.83 0.94 0.75 0.72 0.549 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.22 0.25 0.32 0.09 0.11
10 PT Mayora Indah Tbk 8.04 3.63 2.64 2.78 2.1811 PT Metrodata Electronics Tbk 2.00 1.40 1.46 1.24 1.0912 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk0.98 1.02 1.25 0.81 1.22
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.18 1.69 1.99 1.43 1.3914 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.64 1.07 0.62 1.19 1.0115 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 1.64 0.96 0.91 0.72 0.55
95
Lampiran IX
NILAI VARIABEL RATA-RATA UMUR PIUTANG (X8) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 71.21 86.38 81.04 78.59 82.202 PT Astra Graphia Tbk 49.08 53.59 54.72 57.99 53.183 PT Astra International Tbk 17.24 26.89 27.83 26.73 29.744 PT Budi Acid Jaya Tbk 64.61 67.47 69.57 45.59 71.345 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 95.40 54.58 54.19 35.48 32.876 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 28.56 27.07 29.71 24.09 27.997 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 25.75 24.36 27.67 28.88 20.058 PT Lautan Luas Tbk 71.28 65.43 68.11 76.64 70.029 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk96.43 68.97 101.14 30.44 22.32
10 PT Mayora Indah Tbk 89.38 86.55 72.27 83.06 74.4711 PT Metrodata Electronics Tbk 51.36 64.51 77.73 70.85 80.0712 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk14.96 9.68 11.41 11.74 11.03
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 60.42 56.36 47.67 40.73 57.5714 PT Tunas Baru Lampung Tbk 85.66 59.57 31.08 43.46 34.1615 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 51.52 45.65 49.75 52.49 51.72
96
Lampiran X
NILAI VARIABEL RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN (X9) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 66.72 49.12 49.76 42.57 47.782 PT Astra Graphia Tbk 98.45 92.83 88.38 90.40 102.353 PT Astra International Tbk 26.95 35.76 38.57 33.66 31.154 PT Budi Acid Jaya Tbk 99.75 56.57 49.27 37.25 51.415 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 111.77 94.58 82.37 103.77 102.126 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 60.40 62.58 68.50 64.79 71.507 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 76.20 77.87 78.88 78.78 78.398 PT Lautan Luas Tbk 65.78 72.28 75.74 66.47 66.269 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk100.01 112.89 73.32 74.63 72.20
10 PT Mayora Indah Tbk 55.68 65.06 47.15 57.49 44.2511 PT Metrodata Electronics Tbk 27.35 23.66 21.26 29.37 22.8212 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk63.83 69.34 124.51 133.99 214.73
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 102.60 123.49 103.23 129.91 117.9714 PT Tunas Baru Lampung Tbk 113.77 51.38 53.94 49.04 73.5415 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 79.14 127.58 92.33 110.29 83.47
97
Lampiran XI
NILAI VARIABEL RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP (X10) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.42 0.54 0.49 0.46 0.552 PT Astra Graphia Tbk 1.77 2.36 2.61 2.88 3.223 PT Astra International Tbk 1.73 1.73 1.37 1.32 1.594 PT Budi Acid Jaya Tbk 1.10 1.56 1.69 1.66 1.655 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.38 0.31 0.32 0.35 0.406 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2.15 1.94 2.26 2.54 1.577 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 3.00 3.60 3.75 4.46 5.108 PT Lautan Luas Tbk 2.40 2.86 3.26 3.11 2.709 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.36 0.39 0.38 0.37 0.39
10 PT Mayora Indah Tbk 1.82 2.14 2.18 2.60 3.3311 PT Metrodata Electronics Tbk 6.25 8.62 13.08 14.71 17.5412 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk8.09 8.34 4.58 4.58 7.45
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.50 0.60 0.63 0.65 0.7914 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.86 1.25 1.11 0.86 1.2515 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 1.93 2.44 1.98 2.10 2.18
98
Lampiran XII
NILAI VARIABEL RASIO TOTAL HUTANG (X11) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.55 0.56 0.51 0.52 0.522 PT Astra Graphia Tbk 0.53 0.42 0.45 0.49 0.503 PT Astra International Tbk 0.51 0.50 0.60 0.54 0.504 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.82 0.76 0.76 0.71 0.555 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.70 0.62 0.61 0.65 0.656 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.69 0.68 0.68 0.65 0.637 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.83 0.87 0.86 0.80 0.768 PT Lautan Luas Tbk 0.63 0.63 0.65 0.67 0.689 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.66 0.56 0.56 0.62 0.64
10 PT Mayora Indah Tbk 0.36 0.31 0.38 0.36 0.4111 PT Metrodata Electronics Tbk 0.44 0.54 0.55 0.61 0.7012 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk0.50 0.46 0.40 0.49 0.60
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.80 0.71 0.70 0.74 0.7414 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.56 0.62 0.65 0.58 0.6215 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.61 0.59 0.54 0.58 0.52
99
Lampiran XIII
NILAI VARIABEL TIER (X12) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 1.98 1.79 2.88 8.89 4.772 PT Astra Graphia Tbk 3.79 2.84 3.95 3.57 6.013 PT Astra International Tbk 5.18 9.70 15.15 6.56 12.544 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.73 1.32 1.35 1.20 2.075 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk 0.06 0.83 0.38 1.37 3.036 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 2.07 2.21 2.01 2.42 4.087 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 1.21 3.36 4.18 4.19 4.228 PT Lautan Luas Tbk 0.79 1.47 1.86 1.15 2.149 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk0.33 1.26 1.28 0.85 1.27
10 PT Mayora Indah Tbk 2.47 3.25 2.61 4.21 5.5111 PT Metrodata Electronics Tbk 2.85 4.90 5.61 9.23 12.6012 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk-1.33 1.56 -0.37 3.81 3.73
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 0.74 4.53 1.96 0.46 1.5914 PT Tunas Baru Lampung Tbk 1.62 1.80 1.36 1.46 3.5115 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 3.01 2.86 1.15 3.79 1.14
100
Lampiran XIV
NILAI VARIABEL PROFIT MARGIN RATIO (X13) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.06 -0.03 -0.04 0.27 0.172 PT Astra Graphia Tbk 0.05 0.08 0.07 0.09 0.103 PT Astra International Tbk 0.14 0.12 0.09 0.07 0.094 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.01 0.00 0.00 0.02 0.035 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk -0.21 0.28 0.01 -0.12 0.056 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.03 0.02 0.01 0.03 0.047 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.03 -0.04 0.01 0.04 0.028 PT Lautan Luas Tbk 0.01 0.03 0.02 0.01 0.039 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk-0.15 0.33 0.03 -0.12 0.01
10 PT Mayora Indah Tbk 0.08 0.06 0.03 0.05 0.0511 PT Metrodata Electronics Tbk 0.00 0.01 0.01 0.01 0.0112 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk-0.01 0.02 0.05 0.05 0.05
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk -0.04 0.21 0.02 -0.07 0.0114 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.04 0.01 0.01 0.04 0.0515 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.03 0.06 0.02 0.00 0.01
101
Lampiran XV
NILAI VARIABEL RETURN ON ASSET (X14) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.02 -0.01 -0.01 0.09 0.072 PT Astra Graphia Tbk 0.03 0.07 0.07 0.10 0.123 PT Astra International Tbk 0.16 0.14 0.09 0.06 0.104 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.00 0.00 0.00 0.02 0.035 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk -0.05 0.07 0.00 -0.04 0.026 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.04 0.02 0.01 0.04 0.037 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.05 -0.06 0.01 0.07 0.048 PT Lautan Luas Tbk 0.01 0.04 0.03 0.02 0.039 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk-0.04 0.10 0.01 -0.04 0.00
10 PT Mayora Indah Tbk 0.07 0.07 0.03 0.06 0.0711 PT Metrodata Electronics Tbk 0.00 0.02 0.02 0.03 0.0212 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk-0.01 0.04 0.06 0.06 0.06
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk -0.01 0.09 0.01 -0.03 0.0014 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.02 0.01 0.00 0.03 0.0415 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.03 0.06 0.02 0.00 0.01
102
Lampiran XVI
NILAI VARIABEL RETURN ON EQUITY (X15) TAHUN 2003-2007
NO NAMA PERUSAHAAN 2003 2004 2005 2006 20071 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0.04 -0.02 -0.03 0.20 0.152 PT Astra Graphia Tbk 0.06 0.11 0.13 0.19 0.233 PT Astra International Tbk 0.38 0.33 0.27 0.17 0.244 PT Budi Acid Jaya Tbk 0.03 0.01 0.01 0.09 0.075 PT Indah Kilat Pulp & Paper Tbk -0.17 0.19 0.00 -0.10 0.056 PT Indofood Sukses Makmur Tbk 0.15 0.09 0.03 0.13 0.147 PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.31 -0.52 0.11 0.40 0.238 PT Lautan Luas Tbk 0.02 0.11 0.11 0.06 0.129 PT Lontar Papyrus Pulp & Paper
Industry Tbk-0.13 0.24 0.02 -0.10 0.01
10 PT Mayora Indah Tbk 0.11 0.10 0.05 0.10 0.1311 PT Metrodata Electronics Tbk -0.01 0.05 0.07 0.08 0.1012 PT Bentoel Internasional
Investama Tbk-0.02 0.08 0.10 0.12 0.16
13 PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk -0.07 0.31 0.03 -0.11 0.0214 PT Tunas Baru Lampung Tbk 0.05 0.03 0.01 0.06 0.1015 PT Unggul Indah Cahaya Tbk 0.07 0.15 0.04 0.01 0.03
103
Lampiran XVII
HASIL ANALISIS REGRESI RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT KEBANGKRUTAN
DESKRIPTIVE STATISTICS
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Z-SCORE 75 2.0899 .98339 -.07 3.79
X1 75 .2271 .20980 -.52 .60
X2 75 .1047 .16895 -.46 .35
X3 75 .0712 .04060 -.02 .15
X4 75 .7077 .40213 .12 2.19
X5 75 1.0121 .55072 .25 2.33
CURRENT RATIO 75 2.0056 1.40560 .22 9.82
QUICK RATIO 75 1.3488 1.13809 .09 8.04
RATA-RATA UMUR
PIUTANG75 51.9907 23.97832 9.68 101.14
RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN75 74.5727 33.06342 21.26 214.73
RASIO PERPUTARAN
AKTIVA TETAP75 2.7132 3.19776 .31 17.54
RASIO HUTANG 75 .5993 .12195 .31 .87
TIER 75 3.1539 2.96052 -1.33 15.15
PROFIT MARGIN RATIO 75 .0355 .08100 -.21 .33
RETURN ON ASSET 75 .0325 .04230 -.06 .16
RETURN ON EQUITY 75 .0815 .13123 -.52 .40
104
UJI NORMALITAS(SEBELUM TRANSFORMASI DATA)
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Z-SCORE X1 X2 X3 X4 X5 CR
QUICK
RATIO
RATA-RATA
UMUR
PIUTANG
RATA-RATA
UMUR
PERSEDIAAN
RASIO
PERPUTARAN
AKTIVA TETAP
RASIO
HUTANG TIER
PROFIT
MARGI
N
RATIO ROA ROE
N 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Mean2.0899 .2271 .1047 .0712 .7077 1.0121 2.0056 1.3488 51.9907 74.5727 2.7132 .5993
3.153
9.0355 .0325 .0815
Normal
Parametersa
Std.
Deviatio
n
.98339 .20980 .16895 .04060 .40213 .55072 1.40560 1.13809 23.97832 33.06342 3.19776 .121952.960
52.08100 .04230 .13123
Absolute .056 .145 .148 .105 .099 .100 .127 .168 .115 .098 .237 .053 .173 .197 .124 .133
Positive .053 .059 .073 .083 .099 .100 .127 .168 .115 .098 .237 .053 .173 .189 .124 .102
Most
Extreme
DifferencesNegative -.056 -.145 -.148 -.105 -.072 -.083 -.102 -.135 -.074 -.053 -.226 -.052 -.130 -.197 -.088 -.133
Kolmogorov-Smirnov
Z.489 1.255 1.285 .909 .859 .866 1.103 1.453 .997 .852 2.051 .460 1.496 1.710 1.073 1.152
Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .086 .074 .380 .452 .441 .176 .029 .274 .462 .000 .984 .023 .006 .200 .141
a. Test distribution is
Normal.
105
UJI NORMALITAS(SETELAH TRANSFORMASI DATA)
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Z-SCORE X1 X2 X3 X4 X5 CR
QUICK
RATIO
RATA-RATA
UMUR PIUTANG
RATA-RATA
UMUR PERSEDIAAN
RASIO
PERPUTARAN
AKTIVA TETAP
RASIO
HUTANG ROA ROE
N 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
Mean 2.0899 .2271 .1047 .0712 .7077 1.0121 2.0056 .0236 51.9907 74.5727 .5088 .5993 .0325 .0815Normal
Parametersa
Std.
Deviation.98339 .20980 .16895 .04060 .40213 .55072 1.40560 .79316 23.97832 33.06342 .99555 .12195 .04230 .13123
Absolute .056 .145 .148 .105 .099 .100 .127 .114 .115 .098 .099 .053 .124 .133
Positive .053 .059 .073 .083 .099 .100 .127 .060 .115 .098 .081 .053 .124 .102
Most Extreme
Differences
Negative -.056 -.145 -.148 -.105 -.072 -.083 -.102 -.114 -.074 -.053 -.099 -.052 -.088 -.133
Kolmogorov-Smirnov Z .489 1.255 1.285 .909 .859 .866 1.103 .990 .997 .852 .858 .460 1.073 1.152
Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .086 .074 .380 .452 .441 .176 .281 .274 .462 .453 .984 .200 .141
a. Test distribution is
Normal.
106
UJI ASUMSI KLASIK
UJI MULTIKOLINEARITAS
(SETELAH TRANSFORMASI DATA)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
ModelB Std. Error Beta
t Sig.Tolerance VIF
(Constant) -.060 .039 -1.546 .127
X1 1.241 .018 .265 70.244 .000 .107 9.355
X2 1.410 .014 .242 97.687 .000 .247 4.050
X3 3.344 .046 .138 72.950 .000 .424 2.359
X4 .624 .013 .255 47.913 .000 .054 18.688
X5 .989 .012 .554 82.209 .000 .033 29.877
CURRENT RATIO -.002 .002 -.003 -.995 .324 .181 5.512
QUICK RATIO -.004 .005 -.004 -.975 .334 .113 8.817
RATA-RATA UMUR PIUTANG .000 .000 -.003 -1.806 .076 .703 1.423
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -7.123E-
5.000 -.002 -1.078 .285 .307 3.253
RASIO PERPUTARAN AKTIVA
TETAP-.002 .007 -.002 -.255 .799 .029 34.999
RASIO HUTANG .091 .046 .011 1.981 .052 .047 21.478
RETURN ON ASSET .017 .080 .001 .206 .837 .128 7.810
1
RETURN ON EQUITY .009 .022 .001 .404 .688 .176 5.670
a. Dependent Variable: Z-SCORE
107
UJI MULTIKOLINEARITAS
(SETELAH VARIABLE REMOVED)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
ModelB Std. Error Beta
t Sig.Tolerance VIF
(Constant) -.060 .039 -1.546 .127
X1 1.241 .018 .265 70.244 .000 .107 9.355
X2 1.410 .014 .242 97.687 .000 .247 4.050
X3 3.344 .046 .138 72.950 .000 .424 2.359
X4 .624 .013 .255 47.913 .000 .054 18.688
X5 .989 .012 .554 82.209 .000 .033 29.877
CURRENT RATIO -.002 .002 -.003 -.995 .324 .181 5.512
QUICK RATIO -.004 .005 -.004 -.975 .334 .113 8.817
RATA-RATA UMUR PIUTANG .000 .000 -.003 -1.806 .076 .703 1.423
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -7.123E-5 .000 -.002 -1.078 .285 .307 3.253
RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP -.002 .007 -.002 -.255 .799 .029 34.999
RASIO HUTANG .091 .046 .011 1.981 .052 .047 21.478
RETURN ON ASSET .017 .080 .001 .206 .837 .128 7.810
1
RETURN ON EQUITY .009 .022 .001 .404 .688 .176 5.670
(Constant) 1.264 .203 6.242 .000
X1 4.110 .269 .877 15.292 .000 .422 2.371
X2 1.670 .271 .287 6.162 .000 .640 1.563
X3 2.099 1.229 .087 1.707 .093 .538 1.858
CURRENT RATIO .161 .051 .229 3.122 .003 .257 3.898
QUICK RATIO -.571 .114 -.461 -5.011 .000 .164 6.092
RATA-RATA UMUR PIUTANG -.003 .002 -.073 -1.775 .081 .818 1.223
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -.009 .001 -.292 -6.538 .000 .696 1.437
RETURN ON ASSET 3.445 2.116 .148 1.628 .108 .167 5.975
2
RETURN ON EQUITY -.602 .601 -.080 -1.002 .320 .216 4.637
a. Dependent Variable: Z-SCORE
108
UJI AUTOKORELASI
Model Summaryc
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 1.000a 1.000 1.000 .01043
2 .954b .910 .897 .31500 1.082
a. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP, X2, RATA-RATA UMUR
PIUTANG, X3, X4, QUICK RATIO, RETURN ON ASSET, X1, RASIO HUTANG, X5
b. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, X2, RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3, QUICK RATIO, RETURN ON
ASSET, X1
c. Dependent Variable: Z-SCORE
UJI HETEROSKEDASTISITAS
109
UJI REGRESI BERGANDA
Regression
Variables Entered/Removedc
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP, X2,
RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3, X4, QUICK RATIO,
RETURN ON ASSET, X1, RASIO HUTANG, X5a
. Enter
2
.a
RASIO
PERPUTARAN
AKTIVA TETAP,
RASIO
HUTANG, X5,
X4b
Remove
a. All requested variables entered.
b. All requested variables removed.
c. Dependent Variable: Z-SCORE
Model Summaryc
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 1.000a 1.000 1.000 .01043
2 .954b .910 .897 .31500 1.082
a. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP, X2, RATA-RATA UMUR
PIUTANG, X3, X4, QUICK RATIO, RETURN ON ASSET, X1, RASIO HUTANG, X5
b. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, X2, RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3, QUICK RATIO, RETURN ON
ASSET, X1
c. Dependent Variable: Z-SCORE
110
ANOVAc
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 71.556 13 5.504 5.064E4 .000a
Residual .007 61 .000
1
Total 71.562 74
Regression 65.113 9 7.235 72.913 .000b
Residual 6.450 65 .099
2
Total 71.562 74
a. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP, X2, RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3,
X4, QUICK RATIO, RETURN ON ASSET, X1, RASIO HUTANG, X5
b. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, X2, RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3, QUICK RATIO, RETURN ON ASSET, X1
c. Dependent Variable: Z-SCORE
111
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
ModelB Std. Error Beta
t Sig.Tolerance VIF
(Constant) -.060 .039 -1.546 .127
X1 1.241 .018 .265 70.244 .000 .107 9.355
X2 1.410 .014 .242 97.687 .000 .247 4.050
X3 3.344 .046 .138 72.950 .000 .424 2.359
X4 .624 .013 .255 47.913 .000 .054 18.688
X5 .989 .012 .554 82.209 .000 .033 29.877
CURRENT RATIO -.002 .002 -.003 -.995 .324 .181 5.512
QUICK RATIO -.004 .005 -.004 -.975 .334 .113 8.817
RATA-RATA UMUR PIUTANG .000 .000 -.003 -1.806 .076 .703 1.423
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -7.123E-5 .000 -.002 -1.078 .285 .307 3.253
RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP -.002 .007 -.002 -.255 .799 .029 34.999
RASIO HUTANG .091 .046 .011 1.981 .052 .047 21.478
RETURN ON ASSET .017 .080 .001 .206 .837 .128 7.810
1
RETURN ON EQUITY .009 .022 .001 .404 .688 .176 5.670
(Constant) 1.264 .203 6.242 .000
X1 4.110 .269 .877 15.292 .000 .422 2.371
X2 1.670 .271 .287 6.162 .000 .640 1.563
X3 2.099 1.229 .087 1.707 .093 .538 1.858
CURRENT RATIO .161 .051 .229 3.122 .003 .257 3.898
QUICK RATIO -.571 .114 -.461 -5.011 .000 .164 6.092
RATA-RATA UMUR PIUTANG -.003 .002 -.073 -1.775 .081 .818 1.223
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -.009 .001 -.292 -6.538 .000 .696 1.437
RETURN ON ASSET 3.445 2.116 .148 1.628 .108 .167 5.975
2
RETURN ON EQUITY -.602 .601 -.080 -1.002 .320 .216 4.637
a. Dependent Variable: Z-SCORE
112
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value -.9472 3.5939 2.0899 .93803 75
Std. Predicted Value -3.238 1.603 .000 1.000 75
Standard Error of Predicted
Value.047 .281 .107 .041 75
Adjusted Predicted Value -1.1784 4.2887 2.0911 .96636 75
Residual -.46756 .87715 .00000 .29522 75
Std. Residual -1.484 2.785 .000 .937 75
Stud. Residual -1.993 3.130 .001 1.023 75
Deleted Residual -1.11870 1.10840 -.00121 .36284 75
Stud. Deleted Residual -2.041 3.370 .005 1.041 75
Mahal. Distance .644 57.774 8.880 9.195 75
Cook's Distance .000 .864 .028 .104 75
Centered Leverage Value .009 .781 .120 .124 75
a. Dependent Variable: Z-SCORE
113
CHART
114
115
UJI HIPOTESIS
UJI SIMULTAN (F-TEST)
ANOVAc
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 71.556 13 5.504 5.064E4 .000a
Residual .007 61 .000
1
Total 71.562 74
Regression 65.113 9 7.235 72.913 .000b
Residual 6.450 65 .099
2
Total 71.562 74
a. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP, X2, RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3,
X4, QUICK RATIO, RETURN ON ASSET, X1, RASIO HUTANG, X5
b. Predictors: (Constant), RETURN ON EQUITY, CURRENT RATIO, RATA-RATA UMUR
PERSEDIAAN, X2, RATA-RATA UMUR PIUTANG, X3, QUICK RATIO, RETURN ON ASSET, X1
c. Dependent Variable: Z-SCORE
116
UJI PARSIAL (t-TEST)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
ModelB Std. Error Beta
t Sig.Tolerance VIF
(Constant) -.060 .039 -1.546 .127
X1 1.241 .018 .265 70.244 .000 .107 9.355
X2 1.410 .014 .242 97.687 .000 .247 4.050
X3 3.344 .046 .138 72.950 .000 .424 2.359
X4 .624 .013 .255 47.913 .000 .054 18.688
X5 .989 .012 .554 82.209 .000 .033 29.877
CURRENT RATIO -.002 .002 -.003 -.995 .324 .181 5.512
QUICK RATIO -.004 .005 -.004 -.975 .334 .113 8.817
RATA-RATA UMUR PIUTANG .000 .000 -.003 -1.806 .076 .703 1.423
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -7.123E-5 .000 -.002 -1.078 .285 .307 3.253
RASIO PERPUTARAN AKTIVA TETAP -.002 .007 -.002 -.255 .799 .029 34.999
RASIO HUTANG .091 .046 .011 1.981 .052 .047 21.478
RETURN ON ASSET .017 .080 .001 .206 .837 .128 7.810
1
RETURN ON EQUITY .009 .022 .001 .404 .688 .176 5.670
(Constant) 1.264 .203 6.242 .000
X1 4.110 .269 .877 15.292 .000 .422 2.371
X2 1.670 .271 .287 6.162 .000 .640 1.563
X3 2.099 1.229 .087 1.707 .093 .538 1.858
CURRENT RATIO .161 .051 .229 3.122 .003 .257 3.898
QUICK RATIO -.571 .114 -.461 -5.011 .000 .164 6.092
RATA-RATA UMUR PIUTANG -.003 .002 -.073 -1.775 .081 .818 1.223
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN -.009 .001 -.292 -6.538 .000 .696 1.437
RETURN ON ASSET 3.445 2.116 .148 1.628 .108 .167 5.975
2
RETURN ON EQUITY -.602 .601 -.080 -1.002 .320 .216 4.637
a. Dependent Variable: Z-SCORE
117
Lampiran XIII
ANALISIS DISKRIMINAN
Analysis Case Processing Summary
Unweighted Cases N Percent
Valid 75 100.0
Missing or out-of-range group codes
0 .0
At least one missing discriminating variable
0 .0
Both missing or out-of-range group codes and at least one missing discriminating variable
0 .0
Excluded
Total 0 .0
Total 75 100.0
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
X1 .332 47.618 3 71 .000
X2 .636 13.538 3 71 .000
CURRENT RATIO .808 5.630 3 71 .002
QUICK RATIO .617 14.697 3 71 .000
RATA-RATA UMUR PERSEDIAAN
.837 4.619 3 71 .005
118
Analysis 1 ( Terdapat Variabel yang Outlier)
Box's Test of Equality of Covariance Matrices
Log Determinants
Z-SCORE RankLog
Determinant
0 5 -7.083
1 5 -6.792
2 5 -6.389
3 5 -7.384
Pooled within-groups
5 -3.731
The ranks and natural logarithms of determinants printed are those of the group covariance matrices.
Test Results
Box's M 217.345
Approx. 4.106
df1 45
df2 6.339E3
F
Sig. .000
Tests null hypothesis of equal population covariance matrices.
119
Analysis 2
Box's Test of Equality of Covariance Matrices
Log Determinants
Z-SCORE RankLog
Determinant
0 2 -9.166
1 2 -9.207
2 2 -8.176
3 2 -11.455
Pooled within-groups
2 -8.230
The ranks and natural logarithms of determinants printed are those of the group covariance matrices.
Test Results
Box's M 70.316
Approx. 7.356
df1 9
df2 1.810E4
F
Sig. .000
Tests null hypothesis of equal population covariance matrices.
120
Stepwise Statistics
Variables in the Analysis
Step ToleranceSig. of F to
RemoveMin. D Squared
Between Groups
1 WC/TA 1.000 .000
WC/TA .925 .000 .046 .00 and 1.002
RE/TA .925 .000 .254 1.00 and 2.00
Summary of Canonical Discriminant Functions
Eigenvalues
Function Eigenvalue
% of Variance
Cumulative %
Canonical Correlation
1 3.173a 95.9 95.9 .872
2 .136a 4.1 100.0 .345
a. First 2 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Wilks' Lambda
Test of Function(s)
Wilks' Lambda Chi-square Df Sig.
1 through 2 .211 110.466 6 .000
2 .881 9.025 2 .011
121
Standardized Canonical Discriminant Function
Coefficients
Function
1 2
WC/TA .962 -.394
RE/TA .643 .817
Canonical Discriminant Function Coefficients
Function
1 2
WC/TA 7.797 -3.194
RE/TA 4.674 5.941
(Constant) -2.260 .103
Unstandardized coefficients
Functions at Group Centroids
FunctionZ-SCORE 1 2
0 -3.297 .325
1 -.582 -.554
2 .699 .261
3 2.301 .031
Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
122
Classification Statistics
Classification Resultsa
Predicted Group MembershipZ-SCORE 0 1 2 3 Total
0 8 3 0 0 11
1 0 16 5 0 21
2 0 3 22 3 28
Count
3 0 0 0 14 14
0 72.7 27.3 .0 .0 100.0
1 .0 76.2 23.8 .0 100.0
2 .0 10.7 78.6 10.7 100.0
Original
%
3 .0 .0 .0 100.0 100.0
a. 81.1% of original grouped cases correctly classified.
123
Casewise Statistics
Highest Group Second Highest Group Discriminant Scores
P(D>d | G=g)CaseNumber Actual Group Predicted Group
p dfP(G=g | D=d)
Squared Mahalanobis Distance to Centroid Group P(G=g | D=d)
Squared Mahalanobis Distance to Centroid Function 1 Function 2
1 1 1 .617 2 .560 .966 2 .405 1.615 -.560 .429
2 1 2** .784 2 .512 .487 1 .437 .804 .017 .114
3 1 1 .885 2 .594 .244 2 .376 1.158 -.295 -.151
4 1 2** .614 2 .484 .976 1 .481 .986 -.280 .392
5 1 2** .738 2 .670 .608 1 .260 2.499 .172 .836
6 2 2 .820 2 .528 .396 3 .394 .980 1.326 .206
7 2 3** .858 2 .898 .306 2 .099 4.707 2.839 -.100
8 3 3 .860 2 .600 .301 2 .360 1.323 1.778 -.137
9 2 2 .767 2 .495 .532 3 .426 .832 1.389 .023
10 2 2 .777 2 .503 .505 3 .428 .824 1.404 .174
11 2 2 .505 2 .720 1.366 1 .219 3.748 .094 1.260
12 2 2 .415 2 .754 1.759 1 .178 4.643 .156 1.470
13 2 2 .436 2 .685 1.661 1 .269 3.531 -.109 1.265
14 2 2 .415 2 .754 1.759 1 .178 4.643 .156 1.470
15 2 2 .328 2 .793 2.229 3 .105 6.265 .468 1.736
16 1 1 .779 2 .658 .499 2 .306 2.032 -.014 -.974
17 1 1 .862 2 .694 .297 2 .278 2.125 -.170 -.910
18 1 1 .861 2 .670 .299 2 .299 1.910 -.123 -.850
19 1 1 .940 2 .771 .123 2 .190 2.928 -.887 -.380
20 2 1** .766 2 .542 .532 2 .402 1.130 .142 -.645
21 0 0 .763 2 .940 .540 1 .059 6.072 -3.039 -.363
22 0 1** .431 2 .571 1.683 0 .385 2.470 -1.854 -.298
23 0 1** .431 2 .571 1.683 0 .385 2.470 -1.854 -.298
24 0 0 .351 2 .505 2.092 1 .471 2.232 -2.072 -.445
25 0 0 .390 2 .546 1.884 1 .431 2.355 -2.104 -.353
26 2 2 .846 2 .700 .335 1 .163 3.250 .577 .827
27 2 2 .789 2 .704 .474 1 .190 3.093 .421 .890
28 2 2 .444 2 .665 1.623 1 .291 3.277 -.156 1.205
29 2 2 .425 2 .703 1.711 1 .248 3.797 -.062 1.324
30 1 1 .212 2 .509 3.099 0 .256 4.474 -1.309 1.049
31 1 1 .016 2 .918 8.307 0 .075 13.308 -1.977 -3.076
32 1 1 .003 2 .933 11.419 0 .063 16.813 -2.071 -3.588
33 1 1 .013 2 .929 8.690 0 .065 14.021 -1.946 -3.167
34 2 1** .070 2 .920 5.318 0 .067 10.554 -1.759 -2.537
35 2 1** .166 2 .918 3.593 2 .074 8.638 -.450 -2.445
36 2 2 .990 2 .613 .020 1 .202 2.237 .749 .128
37 2 2 .999 2 .637 .003 1 .196 2.357 .687 .310
38 2 2 .812 2 .520 .416 3 .392 .981 1.311 .055
39 2 2 .978 2 .606 .044 3 .209 2.175 .827 .096
40 2 2 .959 2 .598 .083 3 .250 1.827 .952 .123
41 0 0 .412 2 1.000 1.773 1 .000 17.405 -4.614 .518
42 0 0 .763 2 .996 .541 1 .004 11.654 -3.632 .980
43 0 0 .708 2 .997 .691 1 .003 12.134 -3.663 1.071
44 0 0 .217 2 1.000 3.052 1 .000 20.995 -4.833 1.157
45 0 0 .255 2 1.000 2.731 1 .000 20.045 -4.708 1.185
46 3 3 .925 2 .772 .156 2 .220 2.667 2.324 .425
47 3 3 .714 2 .732 .674 2 .261 2.739 2.246 .850
48 3 3 .638 2 .584 .898 2 .399 1.661 1.840 .859
49 3 3 .697 2 .769 .722 2 .226 3.174 2.370 .878
50 3 3 .697 2 .769 .722 2 .226 3.174 2.370 .878
51 3 3 .936 2 .775 .132 2 .210 2.740 2.246 -.328
Original
52 3 3 .821 2 .839 .394 2 .152 3.815 2.465 -.575
124
53 3 3 .876 2 .775 .265 2 .208 2.893 2.231 -.479
54 3 3 .868 2 .829 .282 2 .161 3.562 2.433 -.484
55 3 3 .687 2 .848 .751 2 .141 4.334 2.480 -.817
56 3 3 .882 2 .723 .250 2 .253 2.349 2.075 -.415
57 3 3 .978 2 .750 .045 2 .235 2.369 2.184 -.146
58 3 3 .684 2 .937 .760 2 .062 6.199 3.166 -.077
59 2 3** .943 2 .722 .117 2 .266 2.118 2.152 .339
60 2 3** .467 2 .955 1.523 2 .044 7.692 3.307 -.684
61 -1 0** .002 2 1.000 12.234 1 .000 40.332 -6.641 1.348
62 1 1 .960 2 .667 .083 2 .307 1.636 -.295 -.544
63 1 1 .976 2 .677 .049 2 .299 1.682 -.404 -.421
64 0 1** .998 2 .741 .004 2 .237 2.285 -.544 -.599
65 1 1 .976 2 .714 .050 2 .264 2.036 -.388 -.663
66 1 2** .781 2 .494 .493 1 .451 .672 .079 -.069
67 1 1 .808 2 .612 .426 2 .358 1.498 -.514 .095
68 1 1 .748 2 .652 .582 2 .306 2.097 -.747 .191
69 1 1 .793 2 .627 .464 2 .341 1.683 -.591 .127
70 1 2** .781 2 .494 .493 1 .451 .672 .079 -.069
71 2 2 .910 2 .572 .189 1 .251 1.836 .718 -.174
72 2 2 .905 2 .569 .199 3 .291 1.537 1.061 .000
73 2 2 .998 2 .629 .004 1 .216 2.142 .640 .251
74 2 2 .830 2 .532 .374 3 .355 1.183 1.217 -.064
75 2 2 .432 2 .498 1.677 1 .465 1.814 -.483 .790
**. Misclassified case