Post on 03-Mar-2019
1
ANALISIS KONDISI TEKANAN DARAH
DI KALANGAN ANGGOTA KJS DAN MASYARAKAT
BADAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
YAYASAN JANTUNG INDONESIA
2017
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sasaran pembangunan kesehatan Indonesia dalam jangka panjang (2005 – 2025) antara lain
adalah penanggulangan keadaan darurat kesehatan dimana salah satu sasaran indikator
pembangunan kesehatan yang ada dalam RPKMN 2015 – 2019 adalah:
1. Pengendalian prevalensi tekanan darah tinggi dari 25,8 persen di tahun 2013 menjadi
23,4 persen di tahun 2019
2. Pengendalian prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun dari 15,4 persen di
tahun 2013 menjadi 15,4 persen di tahun 2019
3. Pengendalian prevalensi merokok penduduk usia < 18 tahun sebesar 7,2 persen tahun
2013 menjadi 5,4 persen di tahun 2019
Data Riskesdas 2013 pada Tabel 1.1 berikut nampak masih terdapat 20 provinsi jumlah
penduduknya lebih dari 23,4 persen mengalami penyakit tekanan darah tinggi. Data tersebut
menggambarkan pula bahwa provinsi yang relative tinggi tingkat hipertensinya adalah sebagian
provinsi Sulawesi dan Kalimantan serta terbesar provinsi Kalimantan Selatan yaitu mencapai 30,8
persen sementara terendah adalah provinsi Papua dan Bali dibawah 20 persen. Prevalensi
hipertensi /hasil wawancara antara yang melalui pertanyaan mengenai riwayat di diagnosis (D)
dan ditanya kondisi sedang minum obat (D/O) anti hipertensi berbeda. Pada umumnya selalu
lebih besar yang minum obat. Data yang sangat penting terkait dengan pengetahuan masyarakat
/ tentang penyakit darah tinggi adalah sangat berbeda jauhnya jumlah privalensi pengakuan dari
hasil wawancara dibandingkan dengan yang dilakukan pengukuran. Perbedaan data yang
mencolok ini menunjukan bahwa masyarakat belum menyadari pentingnya pengukuran tekanan
darah dan tidak memahami berapa ukuran tekanan darah yang normal dan berapa yang tidak
normal. Pemahaman yang rendah terkait dengan tekanan darah akan menyebabkan kurang
3
pedulinya masyarakat dalam melakukan pengukuran tekanan darah yang dapat merugikan
kesehatan khususnya dapat menyebabkan resiko tinggi penyakit jantung dan pembuluh darah.
TABEL 1.1 PREVALENSI HIPERTENSI PADA UMUR ≥18 TAHUN MENURUT PROVINSI, INDONESIA 2013
NO Provinsi Wawancara Pengu Kuran
NO Provinsi Wawancara Pengu kuran
D D/O U D D/O U
1 Aceh 9,7 9,8 21,5 18 NTB 6,7 6,8 24,3
2 Sumatera Utara 6,6 6,7 24,7 19 NTT 7,2 7,4 23,3
3 Sumatera Barat 7,8 7,9 22,6 20 Kalimantan Barat 8,0 8,1 28,3
4 Riau 6,0 6,1 20,9 21 Kalimantan Tengah 10,6 10,7 26,7
5 Jambi 7,4 7,4 24,6 22 Kalimantan Selatan 13,1 13,3 30,8
6 Sumatera Selatan 7,0 7,0 26,1 23 Kalimantan Timur 10,3 10,4 29,6
7 Bengkulu 7,8 7,9 21,6 24 Sulawesi Utara 15,0 15,2 27,1
8 Lampung 7,4 7,4 24,7 25 Sulawesi Tengara 11,6 11,9 28,7
9 Bangka Belitung 9,9 10,0 30,9 26 Sulawesi Selatan 10,3 10,5 28,1
10 Kepulauan Riau 8,8 8,8 22,4 27 Sulawesi Tenggara 7,6 7,8 22,5
11 DKI Jakarta 10,0 10,1 20,0 28 Gorontalo 11,1 11,3 29,0
12 Jawa Barat 10,5 10,6 29,4 29 Sulawesi Barat 9,5 9,6 22,5
13 Jawa Tengah 9,5 9,5 26,4 30 Maluku 6,6 6,8 24,1
14 DI Yogyakarta 12,8 12,9 25,7 31 Maluku Utara 6,9 7,0 21,2
15 Jawa Timur 10,7 10,8 26,2 32 Papua Barat 5,0 5,2 20,5
16 Banten 8,6 8,6 23,0 33 Papua 3,2 3,3 16,8
17 Bali 8,7 8,8 19,9 Indonesia 9,4 9,5 25,8
Sumber: Riskesdas 2013
Yayasan Jantung Indonesia adalah yayasan yang bergerak di bidang sosial khususnya terkait
dengan penyakit jantung dan pembuluh darah dengan Visi gaya hidup sehat dan memiliki jargon
program pancausaha jantung sehat yaitu Seimbang gizi, Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stress,
Awasi tekanan darah dan Teratur berolahraga. Program panca usaha jantung sehat ini khususnya
Awasi tekanan darah sangat penting dalam memelihara dan mengurangi resiko terkena penyakit
jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sangat berhubungan
langsung dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.
4
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.
Sementara itu dalam Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa Hipertensi atau tekanan
darah tinggi, kadang-kadang disebut juga dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis
dengan tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja
lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.
Kedua difinisi diatas menunjukan betapa eratnya hubungan hipertensi dengan penyakit jantung
dan pembuluh darah, sehingga sangat tepat bila jargon program yayasan jantung Indonesia
panca usaha jantung sehat salah satunya adalah Awasi tekanan darah disamping Seimbang gizi,
Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stress dan Teratur berolahraga. Dalam program awasi tekanan
darah diharapkan masyarakat khususnya anggota KJS atau KJR memahami tekanan darah normal
dan tidak normal sehingga di harapkan dapat terjaga dengan baik. Disamping itu penyakit
hipertensi atau tekanan darah yang yang tinggi Jika dibiarkan disamping menggangu organ vital
seperti jantung akan mengganggu fungsi organ ginjal dan fungsi organ lainnya. Lebih jauh
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan jantung), gagal
jantung, aneurisma arteri (aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal
kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait dapat menyebabkan angka
harapan hidup yang lebih pendek.
Menurut Riskesdas salah satu pengukuran hipertensi adalah kriteria diagnosis JNC VII 2003 yang
hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun dimana hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mm
Hg atau tekanan darah diastolik ≥90 mm Hg. Referensi lain menyebutkan bahwa dalam
pengukuran Tekanan darah terdapat dua yaitu sistolik dan diastolik yaitu tergantung apakah
otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Dalam
pengukuran tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas)
100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi bila
5
terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Beberapa ahli menyebutkan penyebab hipertensi adalah adanya obesitas dan faktor Keturunan
memiliki risiko terkena penyakit hipertensi. Beberapa ahli membedakan dua faktor penyebab
hipertensi yaitu yang tidak dapat di kontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur
dan faktor yang dapat di control seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok,
pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh. Hal yang perlu di perhatian
terkait dengan faktor yang dapat di kontrol adalah perubahan pola makan dan gaya hidup sehat
dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi risiko terkait komplikasi kesehatan.
Faktor pemicu hipertensi yang dapat di kontrol sangat terkait dengan visi dan misi yayasan
Jantung Indonesia yaitu pelopor gaya hidup sehat dimana kita dapat menjaga resiko terkena
penyakit jantung dan pembuluh darah dengan memperhatikan dan menerapkan panca usaha
jantung sehat.
Pentingnya memperhatikan tekanan darah (hipertensi) untuk menjaga dan merawat jantung
adalah salah satu program utama Yayasan Jantung Indonesia sehingga pengukuran tekanan
darah selalu sebagai pantauan yang terus menerus dilakukan. Yayasan Jantung Indonesia secara
rutin melakukan program pengukuran tekanan darah baik yang terkait dengan kegiatan secara
nasional seperti HUT YJI maupun terkait program Internasional seperti Hari Jantung sedunia atau
hari hipertensi. Pada tahun 2017 Yayasan Jantung melakukan pengukuran di berbagai lokasi
diseluruh Indonesia terkait pengukuran tekanan darah dalam rangka hari - hari tersebut dengan
total jumlah responden lebih dari 5 ribu orang. Data pengukuran sangat penting untuk
menggambarkan kondisi hipertensi masyarakat dan anggota KJS dan KJR
1.2 Tujuan
Tujuan pengukuan tekanan darah adalah:
a. Program rutin dari Support Direct Yayasan Jantung Indonesia di sekitar JABODETABEK
b. Dalam memperingati hari hipertensi
6
c. Menggambarkan kondisi tekanan darah masyarakat
d. Membandingkan tekanan darah anggota KJS/KJR dan Non KJS/KJR
e. Sebagai key performance indicator Yayasan Jantung Indonesia terkait dengan kesehatan
anggota KJS/KJR
f. Menganalisis tekanan darah berdasarkan / Karakteristik demografi
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pengukuran tekanan darah masyarakat dalam acara atau event - event
Hari Ulang Tahun YJI, Hari Jantung Sedunia dan Hari Hipertensi. Kegiatan pengukuran dilakukan
oleh dokter atau para medis yang bertugas pada kegiatan tersebut dengan dibekali daftar yang
disamping berisi hasil pengukuran juga ditanyakan karakteristik responden yang terkait dengan
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Lampiran 1 dan 2
Setelah dilakukan pengukuran dilakukan wawancara secara random sebanyak 100 responden
untuk mendapatkan informasi terkait dengan pengukuran dan karakteristik responden. Data
hasil wawancara random dan pengukuran dengan pengisian formulir dengan data responden
dilakukan data entri yang kemudian diolah yang menghasilkan data statistik.
Kegiatan pengukuran dilakukan diwaktu, tempat dan responden yang berbeda yaitu:
1. Pencatatan dan Pengukuran dari Support Direct di Wilayah Jabodetabek dengan jumlah
responden 2033 orang.
2. Hari hipertensi waktu di bulan Mei 2017 Tempat di Ancol dan 13 Provinsi Jumlah
responden 5.285 orang.
7
BAB II
METODE KAJIAN
2.1 Responden dan Instrumen
Kajian penghitungan tekanan darah ini dilakukan dalam rangka memperingati hari hipertensi
internasional yang jatuh pada tanggal 14 Mei 2017. Pengukuran awal hanya dilakukan di DKI
Jakarta dan Papua, kemudian selanjutnya dilakukan di 13 provinsi lainnya. Kajian ini dilakukan
dengan pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan penyakit pembuluh darah
yang dirasakan oleh peserta. Pengukuran darah dilakukan sesudah kegiatan senam jantung sehat
yang diikuti baik oleh anggota Klub Jantung Sehat maupun peserta umum yang mengikuti olah
raga yang diselenggarakan oleh Yayasan Jantung Indonesia bekerjasama dengan PERKI, Omron
dan lain sebagainya.
Jumlah responden yang diukur tekanan darahnya sebanyak 5.285 orang yang dicacah dari cabang
provinsi Bali (548 orang), Banten (119 orang), Jawa Barat (518 orang) DKI Jakarta (1.669 orang),
Jawa Tengah (495 orang), Kalimantan Selatan (241 orang), Kalimantan Timur (185 orang),
Kepulauan Riau (52 orang), Lampung (83 orang), Sumatera Utara (168 orang), Papua (685 orang),
Aceh (227 orang), Riau (206 orang) dan Sulawesi Tenggara (89 orang). Dari 14 provinsi tersebut
sebanyak 8 provinsi yang memeriksa anggota Klub Jantung Sehat yaitu Banten, Jawa Barat, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Aceh dan Riau.
Jumlah anggota yang diperiksa adalah 1.265 orang.
Ke delapan wilayah ini dicacah dengan menggunakan instrument yang sama tetapi hanya
ditambahkan dengan status keanggotaan KJS. Meskipun jumlahnya hanya sedikit diharapkan
dapat memberikn gambaran kondisi kesehatan anggota KJS di Indonesia.
Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu mahasiswa fakultas kedokteran maupun
kader-kader anggota KJS yang telah terlatih untuk mengukur tekanan darah. Sebelum diukur
pemeriksa mengisi formulir yang berisi tentang data dasar responden, seperti umur, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Selain itu juga ditanyakan tentang berat badan, tinggi badan
8
dan keluhan penyakit jantung, diabetes, stroke serta kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
obat hipertensi baru kemudian diukur tekanan darah responden. Pengukuran dilakukan 3 kali,
dan hasil yang ambil adalah rata-rata dari 3 pengukuran tersebut. Adapun formulir isian dapat
dilihat pada lampiran 1.
Gambar 2.1 Jumlah Responden yang diperiksa menurut Provinsi dan Anggota KJS, 2017
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Responden merupakan peserta hari hipertensi internasional maupun peserta senam jantung
Sehat yang diselenggarakan oleh masing-masing KJS yang ditunjuk untuk mengukur tekanan
darah dan kondisi kesehatan dasar responden. Responden merupakan perempuan dan laki-laki
dan tidak dibatasi umurnya.
kajian ini juga mengolah data pengukur tekanan darah yang dilakukan oleh Support Direct, yang
mengukur sebanyak 2.033 orang.
2.2 Cara Pengukuran
Pengumpulan data untuk mengetahui gambaran tekanan darah dan kesehatan secara umum
dilakukan secara random. Adapun tekanan darah diukur dan dikelompokkan kedalam 5
kelompok yaitu kelompok :
54
8
11
9
51
8
16
69
49
5
24
1
18
5
52 83 1
68
68
5
22
7
20
6
89
39 1
77 27
2 35
7
16
9
8 24 73
28 1
18
n Anggota
9
1. Kelompok tekanan darah normal yaitu kurang dari 135 mmHg / 85mmHg
2. Kelompok tekanan darah pre hipertensi yaitu antara 130-139 mmHg/85-89mmHg
3. Kelompok tekanan darah hipertensi tahap 1 yaitu antara 140-159 mmHG/90-99 mmHg
4. Kelompok tekanan darah hipertensi tahap 2 yaitu antara 160-179 mmHg/100-109mmHg
5. Kelompok tekanan darah krisis hipertensi yaitu 180 mmHg keatas/110 mmHg keatas.
Nilai 135 mmHg atau bagian atas merupakan tekanan darah ketika jantung memompa darah
keseluruh tubuh (sistolik), sedangkan nilai 85 mmHg merupakan tekanan jantung saat
beristirahat sejenak sebelum kembali memompa kembali (diastolik). Kelima kelas diatas disebut
sebagai kelompok dengan tekanan normal, pre hiperensi, tekanan darah tinggi tahap 1, tekanan
darah tinggi tahap 2 dan krisis hipertensi. Ketika seseorang mencapai pre tekanan darah tinggi
harus mulai mewaspadai untuk mengurangi seluruh pencetus terjadinya tekanan darah tinggi
tersebut.
Selain tekanan darah dihitung pula Indeks masa tubuh, untuk melihat apakah seseorang
mempunyai berat badan yang seimbang atau terkena obesitas. IMT digunakan karena berkaitan
erat dengan kandungan lemak tubuh yang menjadi indikasi resiko terjangkit penyakit penyerta.
Hal ini diperlukan untuk melihat salah satu faktor mengapa tekanan darah seseorang tinggi. IMT
hanya salah satu faktor saja karena tekanan darah dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti umur,
pola makan yang tidak sehat, waktu istirahat, life style dan kondisi emosional seseorang. Dalam
kajian ini yang diukur hanya IMT dan kebiasaan merokok saja.
Adapun IMT diukur dengan mengunakan rumus:
IMT = 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈)
𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 𝒙 𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒎)
Dari hasil perhitungan kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
a. Kelompok Berat Badan Kurang yaitu jika IMT kurang dari 18,5
b. Kelompok ideal jika IMT antara 8,5 – 24,9
c. Kelompok berat badan lebih yaitu jika IMT antara 25 - 29,9
d. Kelompok Obesitas apabila IMT mencapai 30 atau lebih.
10
BAB III
HASIL KAJIAN
Hari Hipertensi internasional selalu diperingati sebagai bentuk kepedulian masyarakat dunia
tentang pentingnya menjaga tekanan darah agar tetap normal dalam usia berapapun. Banyak
faktor yang diduga mempengaruhi tinggi rendahnya tekanan darah dalam tubuh yaitu
diantaranya aktifitas fisik, gaya hidup, kondisi emosional dan lain sebagainya. Pada umumnya
seseorang dewasa dikatakan memiliki tekanan darah normal setara dengan 120/89 mm Hg. Nilai
120 merupakan tekanan darah ketika jantung memompa darah keseluruh tubuh (sistolik),
sedangkan nilai 80 merupakan tekanan jantung saat beristirahat sejenak sebelum kembali
memompa kembali (diastolik). Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuatnya jantung
mempompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan
darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika
dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital
seperti jantung dan ginjal.
Tekanan darah dapat berubah sejalan dengan pertumbuhan umur seseorang yaitu normal, pre
hiperensi, tekanan darah tinggi tahap 1, tekanan darah tinggi tahap 2 dan krisis hipertensi. Pada
umumnya tekanan darah dikaitkan dengan faktor pencetus seperti keseimbangan tinggi dan
berat badan, kebiasaan merokok, kebiasaan makan dan aktifitas fisik yaitu olah raga.
Data Riskesdas 2013 menemukan bahwa prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia
yang didapat melalui jawaban pernah didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, sedangkan
yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat hipertensi sendiri sebesar
9,5 %. Jadi, terdapat 0,1 % penduduk yang minum obat sendiri, meskipun tidak pernah
didiagnosis hipertensi oleh nakes. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi
11
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar
9,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Jadi, ada 0,1
% yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
minum obat hipertensi sebesar 0.7 %. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 %
(25,8% + 0,7 %).
3.1 Gambaran Umum Responden
3.1.1 Karakteristik Responden Seluruhnya
Pengukuran tekanan darah ini dilakukan dalam rangka hari hipertensi internasional yang
diselenggarakan pada tanggal 14 Mei 2017. Dalam memperingati hari hipertensi tersebut
dilakukan pemeriksaan tekanan darah untuk seluruh peserta yang datang di acara yang meliputi
pemeriksaan tekanan darah, berat badan, tinggi badan dan keluhan penyakit pembuluh darah
yang diderita oleh responden. Responden tidak terbatas pada anggota KJS tetapi masyarakat
umum yang ikut serta senam jantung sehat bersama di event tersebut seperti di Jakarta dan
Papua. Pemeriksaan dilakukan di 14 Cabang Utama Yayasan Jantung Indonesia dengan
memeriksa sebanyak 5.285 orang peserta. Pemeriksaan terbanyak berada di DKI Jakarta 31.58%,
Papua (12,96%) dan Bali (10,37%). Responden yang diperiksa lebih banyak perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.
Dari 5.285 orang yang didata, hanya 1230 orang yang berstatus sebagai anggota Klub Jantung
Sehat. Hal ini terjadi karena beberapa wilayah tidak mendata keanggotaan responden dalam
formulir isian yang digunakan. Tabel berikut memperlihatkan cabang utama yang mendata
berdasarkan keanggotaan KJS yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, jawa Tengah, Banten, Sumatera
Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Karena itu maka analisis
tentang hipertensi menurut keanggotaan KJS akan dibahas dalam bagian yang lain.
12
TABEL 3.1 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN PENGUKURAN HIPERTENSI MENURUT JENIS KELAMIN DAN CABANG UTAMA, 2017
Laki-laki Perempuan Total
N % N % N %
Bali 256 19.81 292 7.31 548 10.37
Banten 40 3.10 79 1.98 119 2.25
Jawa Barat 64 4.95 454 11.37 518 9.80
Dki Jakarta 201 15.56 1468 36.76 1669 31.58
Jawa Tengah 163 12.62 332 8.31 495 9.37
Kalimantan Selatan 76 5.88 165 4.13 241 4.56
Kalimantan Timur 64 4.95 121 3.03 185 3.50
Kepulauan Riau 8 0.62 44 1.10 52 0.98
Lampung 10 0.77 73 1.83 83 1.57
Sumatera Utara 33 2.55 135 3.38 168 3.18
Papua 223 17.26 462 11.57 685 12.96
Aceh 83 6.42 144 3.61 227 4.30
Riau 52 4.02 154 3.86 206 3.90
Sultra 19 1.47 70 1.75 89 1.68
Total 1292 100.00 3993 100.00 5285 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
TABEL 3.2 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN PENGUKURAN HIPERTENSI MENURUT KEANGGOTAAN KJS DAN CABANG UTAMA, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
DKI Jakarta 256 20.81 16 45.71 272 21.50
Jawa Barat 177 14.39 177 13.99
Jawa Tengah 355 28.86 2 5.71 357 28.22
Banten 39 3.17 39 3.08
Aceh 26 2.11 2 5.71 28 2.21
Sumatera Utara 68 5.53 5 14.29 73 5.77
Riau 116 9.43 2 5.71 118 9.33
Kepulauan Riau 17 1.38 7 20.00 24 1.90
Kalimantan Selatan 168 13.66 1 2.86 169 13.36
Kalimantan Timur 8 0.65 8 0.63
Total 1230 100 35 100 1265 100 Sumber: Pendataan YJI, diolah
13
Jika diperhatikan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, terlihat bahwa jumlah terbesar
responden berada pada kelompok umur 35 – 59 tahun yaitu sebesar 3.171 (60%). Jika
diperhatikan dari jenis kelamin, responden laki-laki lebih banyak berada pada kelompok umur
40-59 tahun, sementara perempuan pada kelompok umur 35-59 tahun. Dalam banyak
kesempatan perempuan nampaknya lebih banyak yang melakukan olah raga dibanding dengan
laki-laki. Jika melihat profil KJS pada umumnya anggotanya adalah perempuan dan berusia lebih
lanjut. Sementara saat ini peminat olah raga semakin banyak dan mulai merambah usia muda,
karena banyak pilihan ragam olah raga yang bisa diikuti. Selain senam jantung sehat juga terdapat
senan aerobic, senam diabet, senam lansia, senam zumba dan lain sebagainya. Masyarakat
tinggal memilih olah raga apa yang mereka sukai.
TABEL 3.3 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN DAN CABANG UTAMA, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Kurang dr 15 6 0.46 21 0.53 27 0.51
15-19 44 3.41 154 3.86 198 3.75
20-24 75 5.80 175 4.38 250 4.73
25-29 89 6.89 178 4.46 267 5.05
30-34 69 5.34 216 5.41 285 5.39
35-39 87 6.73 362 9.07 449 8.50
40-44 138 10.68 503 12.60 641 12.13
45-49 135 10.45 646 16.18 781 14.78
50-54 159 12.31 573 14.35 732 13.85
55-59 143 11.07 425 10.64 568 10.75
60-64 118 9.13 294 7.36 412 7.80
65-69 99 7.66 180 4.51 279 5.28
70-74 49 3.79 58 1.45 107 2.02
75 ke atas 37 2.86 34 0.85 71 1.34
Tidak Menjawab 44 3.41 174 4.36 218 4.12
1292 100.00 3993 100.00 5285 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Dari sisi pendidikan, jumlah responden terbanyak adalah mereka yang berpendidikan SLTA
sederajad yaitu 1.985 orang (37,59%) dari seluruh responden yang diperiksa baik responden laki-
laki maupun perempuan. Disusul kemudian dengan responden yang berpenidikan S1 ke atas
14
yaitu 895 orang (16,95%) dan yang berpendidikan SMP yaitu 531 orang (10,06%). Gambaran
pendidikan responden sebenarnya merupakan gambaran nasional dimana jumlah penduduk
berpendidikan SLTA semakin meningkat demikian pula D1-D3 sampai S1 ke atas, sementara
pendidikan dibawahnya semakin menurun baik jumlah maupun persentasenya.
TABEL 3.4 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT PENDIDIKAN DAN JENIS
KELAMIN DAN CABANG UTAMA, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
SD 41 3.18 314 7.87 355 6.72
SMP 91 7.05 440 11.03 531 10.06
SMA 436 33.80 1549 38.82 1985 37.59
D1-D3 141 10.93 377 9.45 518 9.81
S1 Ke Atas 362 28.06 533 13.36 895 16.95
lainnya 71 5.50 71 1.78 142 2.69
TT 148 11.47 706 17.69 854 16.17
Total 1290 100.00 3990 100.00 5280 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
TABEL 3.5 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT PEKERJAAN DAN JENIS KELAMIN
DAN CABANG UTAMA, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
PNS 268 20.74 421 10.54 689 13.04
Swasta 517 40.02 852 21.34 1369 25.90
Pelajar 39 3.02 115 2.88 154 2.91
Mahasiswa 59 4.57 137 3.43 196 3.71
lainnya 310 23.99 1965 49.21 2275 43.05
TT 99 7.66 503 12.60 602 11.39
Total 1292 100 3993 100 5285 100
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Sementara itu dari sisi status pekerjaan, responden sebagian besar bekerja di sektor swasta
yaitu 1.369 orang (25,90%), PNS 689 orang (13,04%), lainnya 2.275 orang (11,39%). Kelompok
lainnya ini termasuk pensiunan maupun pengangguran termasuk mereka yang berstatus sebagai
ibu rumah tangga. Sedangkan pelajar dan mahasiswa hanya sedikit yang menjai responden
pengukuran tekanan darah ini.
15
3.1.2 Karakteristik Anggota KJS
Dalam penelitian ini juga ditanyakan tentang keanggotaan responden di Klub Jantung Sehat,
tetapi tidak semua provinsi yang dikaji. Jumlah anggota KJS yang diukur 1.230 orang dan 35 orang
bukan anggota diantara 5285 orang yang dikaji. Dari 1230 anggota KJS tersebut terdiri dari 262
laki-laki dan 968 perempuan (Tabel 3.7). Hal ini merupakan gambaran umum anggota KJS dimana
anggota didominasi oleh perempuan yang berusia lebih tinggi. Pelatih juga lebih banyak
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pertanyaannya kemudian apakah perempuan lebih
sadar dengan kondisi kesehatan mereka? Dalam perbincangan dalam beberapa kunjukngan ke
cabang utama YJI diperoleh keterangan bahwa perempuan selain memang menyadari kesehatan,
juga karena mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki serta KJS
merupakan salah satu sarana bersosialisasi bagi perempuan. Hal ini terjadi karena selain olah
raga jantung sehat dan penjelasan tentang pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah,
dalam klub jantung sehat juga dilakukan pemeriksaan kesehatan, arisan maupun saling berjualan
ketika waktu olah raga dilakukan.
TABEL 3.6 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KEANGGOTAAN KJS DAN
CABANG UTAMA, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
DKI Jakarta 256 20.81 16 45.71 272 21.50
Jawa Barat 177 14.39 177 13.99
Jawa Tengah 355 28.86 2 5.71 357 28.22
Banten 39 3.17 39 3.08
Aceh 26 2.11 2 5.71 28 2.21
Sumatera Utara 68 5.53 5 14.29 73 5.77
Riau 116 9.43 2 5.71 118 9.33
Kepulauan Riau 17 1.38 7 20.00 24 1.90
Kalimantan Selatan 168 13.66 1 2.86 169 13.36
Kalimantan Timur 8 0.65 8 0.63
Total 1230 100 35 100 1265 100
Sumber: Pendataan YJI, diolah
16
TABEL 3.7 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KEANGGOTAAN KJS DAN
JENIS KELAMIN, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Anggota 262 96.32 968 97.48 1230 97.23
Bukan Anggota 10 3.68 25 2.52 35 2.77
Total 272 100.00 993 100.00 1265 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Anggota KJS pada umumnya berada pada kelompok usia 40-64 tahun yaitu mencapai 72,93%.
Sementara yang berusia muda 15039 tahun persentasenya sangat rendah yaitu 17.93% dan yang
berada diatas 64 tahun hanya 16,10%.
TABEL 3.8 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KEANGGOTAAN KJS DAN
KELOMPOK UMUR, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
Kurang dr 15 1 0.08 5 14.29 6 0.47
15-19 18 1.46 4 11.43 22 1.74
20-24 22 1.79 6 17.14 28 2.21
25-29 42 3.41 5 14.29 47 3.72
30-34 56 4.55 1 2.86 57 4.51
35-39 81 6.59 81 6.40
40-44 134 10.89 1 2.86 135 10.67
45-49 160 13.01 1 2.86 161 12.73
50-54 184 14.96 2 5.71 186 14.70
55-59 150 12.20 3 8.57 153 12.09
60-64 151 12.28 3 8.57 154 12.17
65-69 118 9.59 1 2.86 119 9.41
70-74 46 3.74 46 3.64
75 ke atas 34 2.76 3 8.57 37 2.92
Tidak Menjawab 33 2.68 33 2.61
Jumlah 1230 100.00 35 100.00 1265 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Dari sisi pendidikan sebagian besar anggota KJS berpendidikan SLTA sederajad yaitu 37,43%
disusul kemudian yang berpendidikan S1 keatas (17,82%). Sebanyak 18,88% tidak menjawab
pendidikan mereka apa. Ini menunjukkan bahwa perhatian terhadap kesehatan jantung dan
17
pembuluh darah tidak lagi menjadi konsumsi penduduk berpendidikan menengah tetapi juga
pada anggota yang berpendidikan S1 keatas. Bahkan pengurus Cabang Utama maupun Cabang
sebagian besar berpendidikan S1 ke atas, sementara pelatih masih banyak yang berpendidikan
SLTA sederajad (profil YJI, 2017).
Kebiasaan untuk hidup sehat telah mulai merambah tidak saja di daerah perkotaan tetapi juga di
pedesaan. Jika kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat dilakukan,
mereka mengimbangi kebiasaan tersebut dengan melakukan olah raga, tidak hanya pada saat
libur tetapi juga pada hari-hari dimana mereka mempunyai kesempatan baik di lingkungan
rumah, di pusat-pusat kebugaran maupun di perkantoran yang menyelenggarakan senam
bersama untuk kesehatan.
TABEL 3.9 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KEANGGOTAAN KJS DAN
PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
SD 60 4.88 3 8.57 63 4.98
SMP 111 9.03 4 11.43 115 9.10
SMA 460 37.43 11 31.43 471 37.26
D1-D3 119 9.68 5 14.29 124 9.81
S1 Ke Atas 219 17.82 7 20.00 226 17.88
lainnya 28 2.28 1 2.86 29 2.29
TT 232 18.88 4 11.43 236 18.67
Total 1229 100.00 35 100.00 1264 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Jika diperhatikan dari sisi pekerjaan terlihat bahwa sebagian peserta anggota KJS bekerja di
bidang swasta yaitu 40,89%, PNS hanya 14,33% dan yang lainnya sebanyak 39,28%. Hal ini cukup
menarik, karena peluang untuk melakukan senam di kantor-kantor swasta cukup besar dan dapat
dimanfaatkan untuk KJS tertutup seperti di kantor-kantor pemerintah. Moto Hidup SEHAT harus
terus didengungkan agar semakin banyak penduduk Indonesia yang memiliki tubuh yang sehat,
perilaku yang sehat sehingga produktifitas mereka akan meningkat secara signifikan.
18
TABEL 3.10 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KEANGGOTAAN KJS DAN
PEKERJAAN, 2017
Pekerjaan
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
TT 10 0.95 10 0.92
PNS 151 14.33 1 3.57 152 14.05
Swasta 431 40.89 9 32.14 440 40.67
Pelajar 20 1.90 5 17.86 25 2.31
Mahasiswa 28 2.66 10 35.71 38 3.51
lainnya 414 39.28 3 10.71 417 38.54
Total 1054 100.00 28 100.00 1082 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
3.2 Pengukuran Indeks Masa Tubuh
Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penduduk yang mengalami hipertensi
cukup besar. Hipertensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kesehatan jantung,
karena hipertensi akan memacu kerja jantung lebih keras lagi. Hipertensi disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu pola makan tidak sehat yang menyebabkan obesitas, kandungan lemak
tinggi (kolesterol dan trigliserida) yang memacu hipertensi dan munculnya plak yang menyumbat
pembuluh darah terutama pembuluh darah jantung dan seringkali menyebabkan kematian
mendadak bagi penderitanya. Hipertensi juga disebabkan oleh aktifitas fisik yang kurang,
istirahat yang kurang dan faktor emosional akibat tekanan pekerjaan, lingkungan maupun diri
sendiri. Oleh sebab itu Yayasan Jantung Indonesia mempunyai program unggulan Jantung SEHAT
yaitu program yang mendorong masyarakat luas untuk menjaga kesehatan jantung dan
pembuluh darah dengan mengajak masyarakat untuk menyeimbangkan asupan gizi dalam tubuh
(Seimbang gizi), tidak merokok (Enyahkan rokok), Hadapi dan atasi stress, Awasi Tekanan Darah
dan Teratur berolah raga. Yayasan Jantung Indonesia juga memperkenalkan senam jantung sehat
yang mempunyai impact terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah, yang disusun
berdasarkan kajian dan masukan dari dokter spesialis penyakit jantung. Yayasan Jantung
Indonesia juga telah memperkenalkan metode pengukuran kebugaran tubuh dengan lari 1000 m
yang dapat digunakan untuk melihat seberapa bugar tubuh penduduk Indonesia saat ini.
19
3.2.1 Hasil semua Responden
Dari hasil pengukuran tekanan darah diperoleh beberapa hal yang dapat digunakan untuk
melihat gambaran seberapa baik kondisi kesehatan bagi penduduk di Indonesia. Dari sisi berat
badan, nampak bahwa sebagian responden memiliki berat badan antara 60-69 kg yaitu sebanyak
1.601 orang ( 33,21%), gambaran yang sama juga terlihat pada responden laki-laki dan
perempuan. Tempat kedua adalah responden yang memiliki berat badan 50-59 kg yaitu 25,99%
dan yang memiliki berat bada lebih dari 100 kg hanya 0,75%
TABEL 3.11 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT BERAT BADAN DAN
JENIS KELAMIN, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
kurang dr 50 kg 150 12.15 701 19.55 851 17.65
50-59 kg 177 14.33 1076 30.01 1253 25.99
60-69 kg 408 33.04 1193 33.27 1601 33.21
70-79 kg 302 24.45 447 12.47 749 15.54
80-89 kb 136 11.01 124 3.46 260 5.39
90-99 kg 44 3.56 27 0.75 71 1.47
100 kg lebih 18 1.46 18 0.50 36 0.75
1235 100.00 3586 100.00 4821 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Jika diperhatikan dari tinggi badan terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tinggi 150-
159 cm yaitu 44,60%, yang memiliki tinggi 160-169 sebanyak 35,08%. Tinggi rata-rata penduduk
Indonesia pada umumnya sekitar 150-169 cm, seperti suku-suku bangsa Asia lainnya terutama
Asia Tenggara. Jika berat badan dikaitkan dengan tinggi badan, maka diperoleh indeks masa
tubuh (IMT) yang menunjukkan kandungan lemak tubuh yang mengindikasikan resiko terhadap
penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke, jantung dan diabetes. Hasil perhitungan IMT
dapat dilihat pada Tabl 3.11, yang memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki
berat badan normal yaitu sebesar 53, 60%. Persentase responden perempuan lebih besar
dibandingkan dengan responden laki-laki yaitu masing-masing 54,39% dan 51,30%. Tempat
20
kedua ditempati oleh mereka yang memiliki berat badan lebih yaitu 32,22% dengan proporsi laki-
laki (34,34%) lebih besar dibandingkan perempuan (31,49%).
TABEL 3.12 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT TINGGI BADAN DAN JENIS
KELAMIN, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
kurang dari 150 cm 100 8.16 440 12.87 540 11.63
150-159 cm 168 13.71 1903 55.66 2071 44.60
160-169 cm 637 52.00 992 29.01 1629 35.08
170-179 cm 299 24.41 75 2.19 374 8.05
180 cm lebih 21 1.71 9 0.26 30 0.65
Jumlah 1225 100.00 3419 100.00 4644 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Yang cukup memprihatinkan adalah mereka yang mengalami obesitas, meskipun proporsinya
hanya 9,87% namun kecenderungan memiliki obesitas semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Perubahan gaya hidup dan aktifitas fisik diduga menjadi penyebab obesitas ini. Restoran cepat
saji yang menyajikan makanan enak dan tersedia setiap saat, makanan berkalori tinggi juga
minuman beraneka rasa dengan kandungan gula yang sangat tinggi menjadi salah satu penyebab
obesitas. Dalam kajian ini ditemukan responden yang memiliki berat tubuh hingga 150 kg.
Selain pengukuran IMT, ditanyakan pula tentang kebiasaan merokok yang dilakukan oleh
responden. Dari 5.285 reponden terdapat 420 orang perokok (12,58%). Meski persentasenya
rendah namun seorang perokok aktif yang merokok diantara perokok pasif akan mampu
meracuni tubuh perokok pasif tersebut, karena asap yang dihisap dan dikeluarkan dari hidung
membawa 4.000 jenis zat yang terdapat dalam rokok, dimana 200 zat diantaranya mengandung
racun berbahaya bagi kesehatan. Dari 200 racun itu terdapat nikotin, tar dan karbon monoksida
adalah tiga racun utama yang terdapat dalam rokok. Nikotin merupakan zat adiktif yang
mempengaruhi syaraf dan peredaran darah serta dapat merusak jantung. Jika diperhatikan
menurut umur responden yang merokok sebagian besar berada pada kelompok umur 25-64
tahun dengan proporsi diatas 30 % di setiap kelompok umur. Meski demikian yang patut
21
diwaspadai adalah jumlah perokok baru yang berada pada kelompok umur 15-19 tahun. Meski
persentasenya hanya 4,05% tetapi pola nya meningkat dari tahun ke tahun. Data Riskesdas dan
IFLS menunjukkan peningkatan perokok pada kelompok umur muda.
TABEL 3.13 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT INDEKS MASA TUBUH
(IMT) DAN JENIS KELAMIN, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
berat badan kurang 49 4.24 147 4.34 196 4.32
berat badan normal 593 51.30 1841 54.39 2434 53.60
berat badan lebih 397 34.34 1066 31.49 1463 32.22
obesitas 117 10.12 331 9.78 448 9.87
Jumlah 1156 100.00 3385 100.00 4541 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
TABEL 3.14 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KEBIASAAN MEROKOK
DAN KELOMPOK UMUR, 2017
Merokok Tidak Total
n % n % n %
Kurang dr 15 27 0.55 27 0.51
15-19 17 4.05 181 3.72 198 3.75
20-24 17 4.05 233 4.79 250 4.73
25-29 32 7.62 235 4.83 267 5.05
30-34 39 9.29 246 5.06 285 5.39
35-39 38 9.05 411 8.45 449 8.50
40-44 57 13.57 584 12.00 641 12.13
45-49 59 14.05 722 14.84 781 14.78
50-54 53 12.62 679 13.96 732 13.85
55-59 37 8.81 531 10.91 568 10.75
60-64 36 8.57 376 7.73 412 7.80
65-69 19 4.52 260 5.34 279 5.28
70-74 3 0.71 104 2.14 107 2.02
75 ke atas 3 0.71 68 1.40 71 1.34
Tidak Menjawab 10 2.38 208 4.28 218 4.12
420 100 4,865 100 5,285 100
Sumber: Pendataan YJI, diolah
22
Data Riskesdas menunjukkan perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi
penurunan dari 2007 ke 2013, tetapi justru cenderung meningkat dari 34,2 % tahun 2007 menjadi
36,3 % tahun 2013. 64,9 % laki-laki dan 2,1 % perempuan masih menghisap rokok tahun 2013.
Ditemukan 1,4 % perokok umur 10-14 tahun, 9,9 % perokok pada kelompok tidak bekerja, dan
32,3 % pada kelompok kuintil indeks kepemilikan terendah. Sedangkan rata - rata jumlah batang
rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang, bervariasi dari yang terendah 10 batang di DI
Yogyakarta dan tertinggi di Bangka Belitung (18,3 batang). Kondisi ini cukup memprihatinkan
karena sulit untuk menurunkan perilaku merokok, karena rokok mudah didapatkan, harganya
cukup murah dan biasanya sulit untuk berhenti merokok.
3.2.2 Hasil Menurut Keanggotaan KJS
Untuk anggota KJS diperoleh gambaran sebagai berikut proporsi terbesar anggota KJS memiliki
berat badan 60-69 kg (37,19 %), disusul oleh anggota yang memiliki berat badan 50-59 kg sebesar
27,84% dan yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg yaitu sebesar 15,82%. Sementara
anggota KJS yang mempunyai bobot 80-sampai lebih dari 100 kg mencapai 4,9%. Anggota KJS
pada umumnya memiliki berat badan yang cukup baik.
TABEL 3.15 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT BERAT BADAN DAN
KEANGGOTAAN KJS, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
kurang dr 50 kg 171 15.82 12 37.50 183 16.44
50-59 kg 301 27.84 2 6.25 303 27.22
60-69 kg 402 37.19 13 40.63 415 37.29
70-79 kg 154 14.25 5 15.63 159 14.29
80-89 kg 42 3.89 42 3.77
90-99 kg 7 0.65 7 0.63
100 kg lebih 4 0.37 4 0.36
1081 100.00 32 100.00 1113 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Sementara dari tinggi badan, anggota KJS terbesar memiliki tinggi tubuh 150-159 cm yaitu
sebesar 46,06%. Tinggi tersebut merupakan tinggi rata-rata penduduk Asia terutama Asia
23
Tenggara. Kemudian yang memiliki tinggi 160-169 sebanyak 35,93% dan yang terpendek yaitu
dibawah 150 cm mencapai 11,07%.
Berat dan tinggi badan kemudian digunakan untuk menghitung IMT dengan hasil sebagaimana
terlihat pada Tabel 3.15 Anggota KJS pada umumnya memiliki berat badan normal sesuai
perhitungan IMT yaitu separuh anggota KJS yang diwawancarai (56,05%). Kelompok kedua
terbesar adalah mereka yang mempunyai berat badan lebih sebesar 32,91%. Kelompok ini sudah
harus mulai memperhatikan berat badannya dengan melakukan aktifits fisik atau olah raga
teratur dan mengatur pola makan. Sementara anggota KJS yang mengalami obesitas sebesar
7,65% (Tabel 3.17). Jika diperhatikan kebiasaan merokok, hanya 49 orang (4%) anggota KJS yang
merokok. Gambaran ini cukup menggembirakan dan diharapkan persentase anggota KJS yang
merokok semakin mengecil di tahun tahun mendatang.
TABEL 3.16 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT TINGGI BADAN DAN
KEANGGOTAAN KJS, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
kurang dari 150 cm 118 11.07 1 3.45 119 10.87
150-159 cm 491 46.06 14 48.28 505 46.12
160-169 cm 383 35.93 12 41.38 395 36.07
170-179 cm 71 6.66 1 3.45 72 6.58
180 cm lebih 3 0.28 1 3.45 4 0.37
Jumlah 1066 100.00 29 100.00 1095 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
TABEL 3.17 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT BERAT BADAN (IMT)
DAN KEANGGOTAAN KJS, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
berat badan kurang 35 3.39 7 25.93 42 3.96
berat badan normal 579 56.05 9 33.33 588 55.47
berat badan lebih 340 32.91 11 40.74 351 33.11
obesitas 79 7.65 79 7.45
1033 100.00 27 100.00 1060 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
24
3.3 Hasil Pengukuran Tekanan Darah
3.3.1 Semua Responden
Hasil pengukuran darah dapat diperhatikan pada Tabel 3.18 berikut ini. Dari Tabel tersebut
terlihat bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok sistolik dan diastolik yang
normal yaitu kurang dari 130/kurang dari 85 mmHg yaitu sebanyak 1.920 orang (85,16%).
Sedangkan kelompok pre hipertensi yaitu mereka yang mempunyai tekanan darah 130-139/85-
89 mmHg sebanyak 110 orang (25,58%). Kelompok yang mempunyai tekanan darah 140-159/90-
99 atau hipertensi tahap 1 sebanyak 362 orang (39.14%) dan kelompok yang mempunyai tekanan
darah 160-179/100-109 mmHg sebanyak 92 (27,88%) dan yang kritis hipertensi sebanyak 39
orang. Diluar ukuran tersebut terdapat responden yang sistoliknya rendah tetapi mempunyai
diastolik yang tinggi atau sebaliknya diastoliknya rendah tetapi memiliki sistolik yang tinggi.
Kelompok ini juga harus memperoleh perhatian khusus untuk mengetahui penyebab mengapa
tekanan darah dapat seperti itu serta dicarikan jalan keluar terbaik. Yang sangat membahayakan
adalah yang sistoliknya tinggi, diastoliknya juga tinggi atau kritis hipertensi yang harus
memperoleh perawatan kesehatan khusus dan berkelanjutan.
TABEL 3.18 JUMLAH RESPONDEN MENURUT TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK, 2017
Diastolik mmHg kurang dr 85 85-89 90-99 100-109 110 lebih
Sistolik mmHg n % n % n % n % n %
kurang dr 130 2920 85.16 208 48.37 277 29.95 25 7.58 7 5.83
130-139 273 7.96 110 25.58 173 18.70 24 7.27 3 2.5
140-159 199 5.80 96 22.33 362 39.14 163 49.39 24 20
160-179 27 0.79 14 3.26 98 10.59 92 27.88 47 39.17
180 lebih 10 0.29 2 0.47 15 1.62 26 7.88 39 32.5
Jumlah 3429 100.00 430 100.00 925 100.00 330 100 120 100
Sumber: Pendataan YJI
Gambaran diatas memperlihatkan pula apakah responden secara rutim minum obat hipertensi
atau tidak serta penyakit yang diderita saat ini. Dari 5.285 responden terdapat 172 orang yang
mengaku menderita penyakit jantung. Sebagian besar penderita penyakit jantung ini berada
25
pada kelompok umur 45-69 tahun. Resiko penyakit jantung saat ini tidak hanya terjadi pada
penduduk usia dewasa, tetapi juga mulai merambah ke penduduk yang usianya lebih muda.
Bahkan pada penduduk usia 20-29 tahun sudah mulai terkena penyakit jantung. Kondisi ini sangat
memprihatinkan apalagi jika prevalensinya semakin meningkat. Sebagaimana diketahui
Indonesia sedang mengalami bonus demografi dimana penduduk usia produktif (15-64 tahun)
mencapai jumlah yang sangat besar. Jika penduduk usia produktif ini terkena penyakit jantung
dan pembuluh darah, maka produktifitasnya akan menurun dan merugikan pembangunan baik
pembangunan keluarga maupun nasional.
TABEL 3.19 JUMLAH RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PENYAKIT YANG
DIDERITA , 2017
Jantung Stroke Diabetes
n % n % n %
Kurang dr 15
15-19
20-24 2 1.16 1 0.81
25-29 2 1.16 2 1.63 1 0.29
30-34 4 2.33 3 2.44 8 2.29
35-39 7 4.07 6 4.88 10 2.86
40-44 9 5.23 14 11.38 31 8.86
45-49 22 12.79 14 11.38 59 16.86
50-54 26 15.12 18 14.63 65 18.57
55-59 23 13.37 24 19.51 62 17.71
60-64 33 19.19 20 16.26 48 13.71
65-69 24 13.95 12 9.76 33 9.43
70-74 9 5.23 4 3.25 7 2.00
75 ke atas 7 4.07 1 0.81 7 2.00
Tidak Menjawab 4 2.33 4 3.25 19 5.43
172 100.00 123 100.00 350 100
Sumber: Pendataan YJI
Sementara itu yang menderita penyakit stroke sebanyak 123 orang, dengan proporsi terbesar
pada kelompok umur 55-59 tahun (10,51%), 60-64 tahun (16,26%), 50-54 tahun (14,63%).
Sedangkan penduduk yang berumur 20-24 tahun sebanyak 1 orang (0,81%), 25-29 tahun (1,63%).
Meskipun persentasenya rendah namun stroke pada usia yang sangat muda sudah mulai terjadi
sehingga memerlukan perhatian khusus baik bagi pemerintah maupun organisasi yang
26
menangani penyakit ini seperti YJI. Perhatian pada penduduk kelompok umur muda dan remaja
harus dilakukan terutama untuk menyadarkan kepada mereka untuk tetap berperilaku sehat dan
bertanggungjawab.
Untuk penderita diabetes jumlahnya mencapai 350 orang. Jika diperhatikan menurut kelompok
umur, penderita diabetes ini terbanyak berada pada kelompok umur 45-49 tahun (16,86%),
kelompok 50-54 tahun (18,57%), kelompok umur 55-59 tahun (17,71%0 dan kelompok umur 60-
64 tahun sebanyak 13,71%. Pada kelompok muda yaitu 25-34 tahun terdapat 9 orang yang
mengidap penyakit diabetes. Penyakit diabetes selain disebabkan oleh faktor genetic juga
disebabkan oleh pola makan yang tinggi karbohidrat dan gula serta lemak yang saat ini banyak
dikonsumsi anak-anak muda Indonesia. Restoran-restoran yang ada pada umumnya menyajikan
makanan yang tinggi karbohidrat, gula dan lemak yang menjadikan rasa makanan enak. Gaya
hidup anak muda sekarang ini yang suka nongkrong di warung makan ataupun warung kopi
menyebabkan mulai banyaknya kasus diabetes di usia yang masih muda.
TABEL 3.20 JUMLAH RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR DAN MINUM OBAT
HIPERTENSI , 2017
Minum Obat Hipertensi Tidak Total
n % n % n %
Kurang dr 15 27 0.59 27 0.51
15-19 2 0.29 196 4.26 198 3.75
20-24 5 0.73 245 5.33 250 4.73
25-29 4 0.58 263 5.72 267 5.05
30-34 11 1.61 274 5.96 285 5.39
35-39 18 2.63 431 9.37 449 8.50
40-44 55 8.04 585 12.72 640 12.11
45-49 103 15.06 678 14.74 781 14.78
50-54 122 17.84 610 13.26 732 13.85
55-59 121 17.69 447 9.72 568 10.75
60-64 97 14.18 315 6.85 412 7.80
65-69 79 11.55 200 4.35 279 5.28
70-74 20 2.92 87 1.89 107 2.02
75 ke atas 18 2.63 53 1.15 71 1.34
Tidak Menjawab 29 4.24 189 4.11 218 4.13
684 100.00 4600 100.00 5284 100.00
Sumber: Pendataan YJI, diolah
27
Dari seluruh responden yang dideteksi menderita hipertensi sebanyak 684 orang mengatakan
rutin minum obat untuk menurunkan hipertensi. Seseorang yang dideteksi cenderung
mempunyai tekanan
darah tinggi disarankan untuk rutin meminum obat hipertensi untuk menjaga agar tekanan darah
tidak melonjak secara mendadak. Dilihat dari kelompok umur ternyata yang rutin meminum obat
darah tinggi terbanyak adalah mereka yang berada pada kelompok umur 45-69 tahun.
3.3.2 ANGGOTA KJS
Bagaimana dengan anggota KJS? Data menyatakan bahwa dari 1295 orang anggota KJS
mempunyai pola tekanan darah sebagaimana terlihat pada Tabel 3.21 berikut ini. Dari Tabel ini
memperlihatkan bahwa sebagian besar anggota KJS memiliki tekanan darah normal (625 orang),
sedangkan mereka yang pre hipertensi sebanyak 37 orang, hipertensi tahap 1 99 orang,
hipertensi tahap 2 20 orang dan krisis hipertensi sebanyak 5 orang. Menarik untuk disimak bahwa
terdapat anggota KJS yang memiliki sistolik normal tetapi diastoliknya tinggi yaitu sebanyak 11
orang. Sedangkan pre hipertensi yang sistoliknya pada tahap pre hipertensi tetapi diastoliknya
sudah menunjukkan tahan hipertensi tahap 2. Demikian pula yang sistoliknya tinggi tetapi
diastoliknya rendah. Kondisi ini perlu memperoleh perhatian untuk dicari penyebab dan apa yang
harus dilakukan untuk menurunkan baik sistolik dan diastolik ke dalam tingkatan yang lebih
rendah.
TABEL 3.21 JUMLAH RESPONDEN ANGGOTA KJS MENURUT TEKANAN DARAH , 2017
Sistolik
Diastolik
kurang 85 85-89 90-99 100-109 100 lebih
kurang dr 130 625 48 57 9 2
130-139 101 37 41 3
140-159 68 25 99 23 6
160-179 8 2 23 20 8
180 lebih 2 2 5 4 5
Jumlah 804 114 225 59 21
Sumber: Pendataan YJI
28
Jika diperhatikan antara laki-laki dengan perempuan, terlihat bahwa anggota KJS yang laki-laki
maupun perempuan mempunyai pola yang mirip. Nampaknya usia juga menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah tersebut.
TABEL 3.21a JUMLAH RESPONDEN ANGGOTA KJS MENURUT TEKANAN DARAH DAN
JENIS KELAMIN, 2017
Sistolik
Diastolik
kurang 85 85-89 90-99 100-109
100 lebih
Laki-laki
kurang dr 130 123 13 10 - 0
130-139 26 7 9 1 0
140-159 8 5 25 8 1
160-179 2 - 9 6 2
180 lebih 1 - 0 - 3
160 25 53 15 6
Perempuan
kurang dr 130 502 35 47 9 2
130-139 75 30 32 2 0
140-159 60 20 74 15 5
160-179 6 2 14 14 6
180 lebih 1 2 5 4 2
644 89 172 44 15
Sumber: Pendataan YJI, diolah
Tabel 3.22 menunjukkan anggota KJS yang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
Terdapat 41 orang yang menderita penyakit jantung, 22 orang terkena stroke dan 47 orang
terkena diabetes. Sama dengan gambaraan penyakit yang diderita responden secara umum,
diabetes merupakan penyakit yang banyak dialami oleh responden anggota KJS. Diabetes yang
tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan stroke dan penyakit jantung. Sementara itu yang
minum obat anti hipertensi sebanyak 134 orang, ini menunjukkan hampir sebagian besar yang
mengidap penyakit jantung, stroke dan hipertensi mengkonsumsi obat secara rutin.
29
Adapun anggota KJS yang merokok berjumlah cukup banyak yaitu 49 orang, dan sampai sekarang
kebiasaan merokok tersebut masih terus dilakukan secara rutin. Merokok oleh sebagian orang
dianggap sebagai obat stress ketika menghadapi tekanan, namun tanpa disadari merokok juga
mempengaruhi organ tubuh lainnya menjadi lebih tidak sehat.
TABEL 3.22 JUMLAH RESPONDEN ANGGOTA KJS MENURUT PENYAKIT YANG
DIDERITA, 2017
Anggota Bukan Anggota Total
n % n % n %
Jantung 41 3.33 1 2.86 42 3.32
Stroke 22 1.79 22 1.74
Diabetes 47 3.82 1 2.86 48 3.79
Merokok 49 3.98 1 2.86 50 3.95
Minum Obat Hipertensi 134 10.89 3 8.57 137 10.83
Sumber: Pendataan YJI, diolah
3.4. Hasil Pendataan Support Direct di JABODETABEK
3.4.1 Jumlah Responden
Support direct mempunyai kegiatan mengukur tekanan darah dalam upaya memberikan
pelayanan gratis pada masyarakat sekaligus dalam upaya memperoleh dana untuk
pelaksanaan program-program yayasan Jantung Indonesia. Sepanjang tahun 2017, Support
Direct telah melakukan pemeriksaan tekanan darah di beberapa wilaya JABODETABEK yaitu
di Jakarta baik Jakarta Pusat, Barat, Selatan, Timur maupun Utara, Kota Depok, Bogor, bekasi
dan Tangerang. Pemeriksaan mengambil tempat di mall, di masjid, di kantor-kantor yang
memberikan donatur maupun kegiatan bisnis lainnya. Jumlah responden yang di ukur
tekanan darahnya adalah 2.033 orang yang tersebar di kelima wilayah ini seperti terlihat pada
table 3.23 Jumlah responden terbanyak berada di Jakarta Pusat (19,04%), Bekasi (15,05%),
Bogor 14,61% dan Jakarta Timur 13,28%. Terendah di Tangerang 2,85%.
30
TABEL 3.23 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN YANG DIUKUR TEKANAN DARAHNYA
MENURUT JENIS KELAMIN DI JABODETABEK, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Depok 66 7.14 105 9.48 171 8.41
bekasi 142 15.35 164 14.80 306 15.05
Bogor 117 12.65 180 16.25 297 14.61
Jakarta Barat 64 6.92 32 2.89 96 4.72
Jakarta Timur 137 14.81 133 12.00 270 13.28
banten 72 7.78 137 12.36 209 10.28
Jakarta Selatan 51 5.51 57 5.14 108 5.31
Jakarta Pusat 200 21.62 187 16.88 387 19.04
Jakarta Utara 71 7.68 60 5.42 131 6.44
Tangerang 5 0.54 53 4.78 58 2.85
Total 925 100.00 1108 100.00 2033 100
Sumber: Support Direct diolah
Dari sisi umur, terlihat bahwa sebagian besar responden yang diukur berada pada kelompok
umur produktif yaitu 25-54 tahun. Kelompok ini biasanya ikut aktif dalam kegiatan senam
yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu baik senam yang dilaksanakan oleh kJS maupun
senam dari klub lainnya. Responden terbanyak berada pada kelompok umur 35-44 yaitu
sebesar 25,71%, kelompok 25-34 sebesar 24,95% serta kelompok 45-54 sebesar 21,12%.
Semakin bertambah umur semakin menurun baik jumlah maupun persentasenya (table 3.24
dan gambar 3.2).
TABEL 3.24 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN
DI JABODETABEK, 2017
Laki-laki Perempuan Total
n % N % n %
15-24 74 8.31 191 17.87 265 13.52
25-34 235 26.37 254 23.76 489 24.95
35-44 242 27.16 262 24.51 504 25.71
45-54 207 23.23 207 19.36 414 21.12
55-64 91 10.21 95 8.89 186 9.49
65-74 29 3.25 51 4.77 80 4.08
75+ 13 1.46 9 0.84 22 1.12
891 100.00 1069 100.00 1960 100
Sumber: Support Direct diolah
31
Jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah responden laki-laki, hampir
di semua kelompok umur kecuali kelompok umur 75 tahun ke atas. Ini menunjukkan bahwa
perempuan lebih banyak yang peduli dengan kondisi kesehatan mereka, selain itu
perempuan juga lebih berminat pada kegiatan senam dibandingkan dengan laki-laki.
Sebagian besar laki-laki lebih menyukai olah raga jalan cepat atau olaah raga permainan
seperti bola, tenis, badminton, bersepeda, golf dan lain sebagainya.
GAMBAR 3.2 PERSENTASE RESPONDEN YANG DIUKUR TEKANAN DARAHNYA
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI JABODETABEK, 2017
Sumber: Support Direct diolah
3.4.2 Pengukuran Tekanan Darah
Hasil pengukuran darah menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki yang memiliki
tekanan darah normal berjumlah paling banyak yaitu 531 orang. Sementara yang menderita
hipertensi tahap 1 sebanyak 80 orang, hipertensi tahap 2 sebanyak 26 orang dan kritis
hipertensi sebanyak 9 orang. Sedangkan yang masuk dalam tekanan diastolik normal tetapi
sistolik menunjukkan hipertensi tahap 1 sebanyak 36 orang, hipertensi tahap 2 4 orang dan
kritis hipertensi 1 orang. Sedangkan yang memiliki sistolik normal tetapi diastolik sudah
masuk pada tahap pre hipertensi sebanyak 2 orang, hipertensi tahap 1 129 orang, hipertensi
tahap 2 sebesar 11 orang.
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
8,31
26,37 27,16
23,23
10,21
3,25 1,46
17,87
23,76 24,51
19,36
8,89
4,77
0,84
Laki-laki Perempuan
32
Sementara itu untuk responden perempuan sebanyak 778 orang mempunyai tekanan darah
normal (tekanan darah <130 per <85 mmHg). Sedangkan yang memiliki tekanan sistolik
normal tetapi tekanan diastoliknya masuk dalam kelompok pre hipertensi sebanyak hanya 2
orang, yang disatoliknya hipertensi tahap 1 sebanyak 106 orang dan yang mencapai
hipertensi tahap 2 sebanyak 9 orang. Sedangkan yang mempunyai diastolik normal tetapi
sistoliknya pada tahap hipertensi tahap 1 sebanyak 41 orang, yang hipertensi tahap 2
sebanyak 6 orang dan yang krisis hipertensi sebanyak 1 orang. Dari table 3.2 terlihat
gambaran tekanan darah baik untuk laki-laki maupun perempuan yang diukur tekanan
darahnya. Dari table tersebut Nampak bahwa responden perempuan yang memiliki tekanan
darah pada kelompok hipertensi tahap 1 (sistolik dan diastolik) mencapai 61 orang, hipertensi
tahap 2 32 orang dan kritis hipertensi sebanyak 1 orang.
TABEL 3.25 JUMLAH RESPONDEN MENURUT TEKANAN DARAH DAN JENIS KELAMIN DI
JABODETABEK, 2017
SISTOLIK
DiIASTOLIK
NORMAL PRE
HIPERTENSI HIPERTENSI
TAHAP 1 HIPERTENSI
TAHAP 2 KRISIS
HIPERTENSI JUMLAH
LAKI-LAKI
NORMAL 531 2.00 129 11 0 673
HIPERTENSI TAHAP 1 36 - 80 60 0 176
HIPERTENSI TAHAP 2 4 - 16 26 11 57
KRISIS HIPERTENSI 1 - 0 9 9 19
JUMLAH 572 2. 225 106 20 925
PEREMPUAN
NORMAL 778 2. 106 9 - 895
HIPERTENSI TAHAP 1 41 - 61 37 - 139
HIPERTENSI TAHAP 2 6 - 12 32 4 54
KEISIS HIPERTENSI 1 - - 11 8 20
JUMLAH 826 2. 179 89 12 1,108
Sumber: Support Direct diolah
Selain tekanan darah diukur pula kadar gula sewaktu yang hasilnya seperti terlihat pada tabel
3.26 berikut. Dari tabel tersebut Nampak bahwa kadar gula darah responden baik laki-laki
33
maupun perempuan sebagian besar berada pada kondisi baik yaitu sebanyak 1.435 orang
yang terdiri dari 74,15% (657 orang) laki-laki dan 75,68% (778 orang) perempuan. Sedangkan
yang memiliki kadar gula darah kelompok sedang (145-179) sebanyak 126 laki-laki dan 149
perempuan. Sementara yang memiliki kadar gula tinggi (180 keatas) mencapai 103 orang laki-
laki dan 101 orang perempuan.
TABEL 3.26 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KADAR GULA DAN JENIS
KELAMIN DI JABODETABEK, 2017
Kadar Gula Darah Sewaktu
Laki-laki Perempuan Total
n % n % n %
Baik 657 74.15 778 75.68 1435 74.97
sedang 126 14.22 149 14.49 275 14.37
buruk 103 11.63 101 9.82 204 10.66
Jumlah 886 100.00 1028 100.00 1914 100
Sumber: Support Direct diolah
Jika diperhatikan menurut kelompok umur, terlihat bahwa pada kelompok umur 15-24 tahun
terdeteksi terdapat 2 orang yang mempunyai kadar gula darah buruk, pada kelompok umur
25-34 tahun terdapat 11 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa penderita kadar gula tinggi
mulai terjadi pada remaja hingga usia produktif muda. Dan ini harus diwaspadai agar
jumlahnya secara nasional tidak bertambah baik jumlah maupun persentasenya. Upaya
kampanye panca usaha jantung sehat harus terus dilakukan tidak hanya melalui media masa
tetapi ke sekolah-sekolah maupun klub atau organisasi remaja lainnya. Pembentukan
penyuluh spontan yang direkrut dari penduduk berusia remaja dan produktif lainnya perlu
dilakukan untuk memperluas jangkaun pelayanan informasi tentang pola hidup sehat dan
kesehatan jantung maupun pembuluh darah lainnya.
34
TABEL 3.27. JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR DAN KADAR
GULA DARAH SEWAKTU DI JABODETABEK, 2017
Umur
Baik Sedang Buruk Total
n % n % n % n %
15-24 210 15.14 22 8.33 4 2 236 12.82
25-34 381 27.47 42 15.91 20 11 443 24.06
35-44 361 26.03 80 30.30 40 21 481 26.13
45-54 264 19.03 79 29.92 58 31 401 21.78
55-64 119 8.58 20 7.58 42 22 181 9.83
65-74 41 2.96 16 6.06 21 11 78 4.24
75+ 11 0.79 5 1.89 5 3 21 1.14
1387 100.00 264 100.00 190 100 1841 100
Sumber: Support Direct diolah
Lebih lanjut jika diperhatikan menurut kelompok umur, semakin tinggi umur responden
semakin tinggi pula persentase responden yang menderita kadar gula sedang maupun tinggi.
Artinya pola makan dan olah raga harus terus dilakukan untuk mengatasi dan menurunkan
kadar gula perlu dilakukan, agar masyarakat semakin sadar pentingnya menjaga kesehatan.
KJS sebagai wahana olahraga juga berfungsi sebagai wahana sosialisasi dan kampanye untuk
kesehatan jantung dan pembuluh darah.
GAMBAR 3.3. PERSENTASE RESPONDEN YANG MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN KADAR GULA DARAH DI JABODETABEK, 2017
Sumber: Support Direct diolah
88,98 86,00 75,05
65,84 65,75 52,56 52,38
9,32 9,48 16,63
19,70 11,05
20,51 23,81
1,69 4,51 8,32 14,46 23,20 26,92 23,81
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Baik Sedang Buruk
35
Sementara itu kadar kolesterol juga diukur tetapi tidak semua responden, dari 2.033
orang hanya 1.960 oraang yang diukur kadar kolesterolnya. Dari sejumlah 1.960
tersebut sebagian besar responden (1.733 orang) memiliki kadar kolesterol baik
(kurang dari 200), 108 orang mempunyai kadar kolesterol sedang (200-239) dan
sebanyak 119 orang mempunyai kadar kolesterol tinggi (240 lebih).
Jika diperhatikan pola responden menurut kolesterol, terlihat bahwa persentase
responden yang memiliki kadar kolesterol baik semakin menurun pada kelompok
umur tua, namun sebaliknya pada kelompok kolesterol sedang makin bertambah
umur makin besar persentasenya, demikian pula pada kelompok responden dengan
kadar kolesterol tinggi memiliki gambaran yang sama. Artinya semakin tinggi umur
seseorang risiko terkena kolesterol tinggi semakin meningkat (Tabel 3.28 dan Gambar
3.4)
TABEL 3.28 JUMLAH DAN PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KELOMPOK UMUR DAN
KOLESTEROL DI JABODETABEK, 2017
Kolesterol
Baik Sedang Tinggi Total
n % n % n % n %
15-24 258 97.36 4 1.51 3 1.13 265 100.00
25-34 468 95.71 15 3.07 6 1.23 489 100.00
35-44 446 88.49 28 5.56 30 5.95 504 100.00
45-54 344 83.09 28 6.76 42 10.14 414 100.00
55-64 154 82.80 13 6.99 19 10.22 186 100.00
65-74 50 62.50 14 17.50 16 20.00 80 100.00
75+ 13 59.09 6 27.27 3 13.64 22 100.00
1,733 88.42 108 5.51 119 6.07 1,960 100.00
Sumber: Support Direct diolah
36
GAMBAR 3.4 PERSENTASE RESPONDEN MENURUT KOLESTEROL DAN KELOMPOK
UMUR JABODETABEK, 2017
Sumber: Support Direct diolah
97,36 95,71 88,49 83,09 82,80
62,50 59,09
1,51 3,07 5,56
6,76 6,99
17,50 27,27
1,13 1,23 5,95 10,14 10,22 20,00 13,64
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Baik Sedang Buruk
37
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan kajian terbagi ke dalam empat bagian yaitu tekanan darah, Indeks Masa Tubuh
(IMT), kebiasaan merokok dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
1. Pengukuran Tekanan Darah
Sebagian besar responden 85,16 persen (1.920 responden) berada pada kelompok
sistolik dan diastolik yang normal ( < 130 dan < 85 mmHg). Sementara responden
kelompok pre hipertensi yaitu mereka yang mempunyai tekanan darah 130-139
mmHg/85-89 mmHg sebanyak 110 orang (25,58%). Selain itu responden yang mengalami
hipertensi tahap 1 (tekanan darah 140-159/90-99) 362 orang (39.14%) serta responden
yang mempunyai tekanan darah 160-179/100-109 mmHg sebanyak 92 (27,88%) dan
hanya 39 orang yang mengalami kritis hipertensi. Disamping kesimpulan tersebut
ditemukan responden yang sistoliknya rendah tetapi mempunyai diastolik yang tinggi
atau sebaliknya. Sebagai key performance indicator, dari 1295 anggota KJS sebagian
besar memiliki tekanan darah normal (625 orang), sedangkan anggota KJS yang pre
hipertensi sebanyak 37 orang, hipertensi tahap 1 sebanyak 99 orang, hipertensi tahap 2
sebanyak 20 orang dan krisis hipertensi sebanyak 5 orang. Temuan pada anggota KJS
terdapat anggota KJS yang memiliki sistolik normal tetapi diastoliknya tinggi yaitu
sebanyak 11 orang. Sedangkan pre hipertensi yang sistoliknya pada tahap pre hipertensi
tetapi diastoliknya sudah menunjukkan tahan hipertensi tahap 2. Demikian pula yang
sistoliknya tinggi tetapi diastoliknya rendah.
2. Pengukuran Indeks Masa Tubuh
Sebagian responden memiliki berat badan antara 60-69 kg yaitu sebanyak 1.601 orang (
33,21%), gambaran yang sama juga terlihat pada responden laki-laki dan perempuan.
38
Tempat kedua adalah responden yang memiliki berat badan 50-59 kg yaitu 25,99% dan
yang memiliki berat bada lebih dari 100 kg hanya 0,75%. Dari hasil perhitungan IMT
sebagian besar responden memiliki berat badan normal yaitu sebesar 53, 60%,
sementara yang memeiliki berat badan lebih sebanyak 32,22% dengan proporsi laki-laki
(34,34%) lebih besar dibandingkan perempuan (31,49%). Hasil perhitungan menemukan
bahwa yang mengalami obesitas sebesar 9,87%. Sementara IMT anggota KJS normal
56,05% dan berat badan lebih sebesar 32,91% dan yang mengalami obesitas sebesar
7,65%.
3. Kebiasaan Merokok
Ditemukan 5285 reponden terdapat 420 orang perokok (12,58%) yang sebagian besar
berada pada kelompok umur 25-64 tahun dengan proporsi diatas 30 % . Data ini tidak
dianggap kecil karena responden adalah yang dengan sengaja dan kesadaran tinggi
mendatangi kegiatan olahraga dan pengukuran tekanan darah. Data ini akan berbeda
jauh apabila pengukuran dilakukan ditempat yang tidak ada kaitan dengan olahraga dan
pengukuran tekanan darah. Sementara itu anggota KJS yang merokok hanya 49 orang
atau 4 persen.
4. Penderita Penyakit Tidak Menular
Dari seluruh responden yang dideteksi menderita hipertensi sebanyak 684 orang
mengatakan rutin minum obat untuk menurunkan hipertensi yang umumnya dari
kelompok umur 45-69 tahun. Terkait dengan penyakit jantung dan pembuluh darah hasil
kajian ini menemukan dari 5.285 responden terdapat 172 orang yang mengaku menderita
penyakit jantung dan sebagian besar penderita penyakit jantung ini berada pada
kelompok umur 45-69 tahun. Sementara itu yang menderita penyakit stroke sebanyak
123 orang, dengan proporsi terbesar pada kelompok umur 55-59 tahun (10,51%), 60-64
tahun (16,26%), 50-54 tahun (14,63%). Penderita penyakit diabetes jumlahnya mencapai
350 orang. Jika diperhatikan menurut kelompok umur, penderita diabetes ini terbanyak
berada pada kelompok umur 45-49 tahun (16,86%), kelompok 50-54 tahun (18,57%),
kelompok umur 55-59 tahun (17,71%0 dan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak
39
13,71%. Ditemukan pula penyakit stroke dan diabetes pada usia yang sangat muda.
Anggota KJS yang didata terdapat 41 orang yang menderita penyakit jantung, 22 orang
stroke dan 47 orang diabetes. Sementara anggota KJS yang minum obat anti hipertensi
sebanyak 134 orang, ini menunjukkan hampir sebagian besar yang mengidap penyakit
jantung, stroke dan hipertensi mengkonsumsi obat secara rutin.
4.2. Rekomendasi
Dari hasil kajian pengukuran hipertensi di rekomedasikan berbagai hal yaitu
1. YJI membantu pemerintah dalam mencapai target 2019 dalam penurunan prevalensi
hipertensi menjadi 23,4 persen, penururan prevalensi obesitas menjadi 15,4 persen dan
prevalensi merokok menjadi 5,4 persen melalui kegiatan penyadaran masyarakat.
2. YJI bekerjasama dengan kementrian kesehatan dalam menurunkan prevalensi hipertensi,
obesitas dan merokok
3. Hipertensi, IMT adalah ditetapkan sebagai key performen indicator dari organisasi YJI
khususnya KJS dan KJR sehingga seluruh organisasi wajib melakukan pengukuran tensi
dan pengukuran IMT anggotanya secara rutin
4. Setiap anggota KJS/KJR, pengurus KJS/KJR dan pengurus YJI wajib memahami cara
pengukuran tekanan darah dan mengukur IMT dan memahami hasil dari ukuran tersebut
5. YJI membentuk penyuluh sepontan di berbagai daerah terkait penanganan dan tindak
lanjut adanya hipertensi, obesitas dan kebiasaan merokok anggota KJS dan KJR
6. YJI menyusun fokus program khusus tahun tahun tertentu dalam penanganan hipertensi
dan obesitas serta kebiasaan merokok
40
Lampiran 1
41
Lampiran 2
42
Lampiran 3
Foto kegiatan / dokumentasi waktu acara hari Hipertensi di Ancol 14 Mei 2017
43
Lampiran 4
Ibu Prof. Dr. Nila F. Moeloek, SpM(K) Menteri Kesehatan R.I
44
Lampiran 5
Ibu Syahlina Zuhal Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia
45
Lampiran 6
46
Lampiran 7
47
Lampiran 8
Foto kegiatan / dokumentasi acara pemeriksaan tekanan darah Tim ambulan Support Direct
48
Lampiran 9
49
Lampiran 10
50
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tahun
2013.
Yayasan Jantung Indonesia,… Pengukuran Test Kebugaran. Jakarta;
Yayasan Jantung Indonesia,…..Pengukuran Indeks Masa Tubuh. Jakarta.