Post on 09-Mar-2019
ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI
KABUPATEN JEMBRANA
(Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara)
TUGAS AKHIR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara (PP No. 43 th. 1993). Setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-
tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu atau tidak, serta tidak semata-
mata untuk menaikkan dan atau menurunkan barang atau penumpang dapat
diartikan sebagai keadaan parkir. Tujuan utama dari parkir adalah agar lokasi
parkir dapat sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan. Pada dasarnya ada dua
jenis fasilitas parkir yaitu :
a) Parkir di badan jalan (on street parking)
b) Parkir di luar badan jalan (off street parking)
2.1.1 Parkir di Badan Jalan (On Street Parking)
Parkir di badan jalan (on street parking) dilakukan di atas badan jalan
dengan menggunakan sebagian badan jalan. Walaupun parkir jenis ini
diminati, tetapi akan menimbulkan kerugian bagi pengguna transportasi yang
lain. Hal ini disebabkan oleh karena parkir dengan memanfaatkan badan jalan
akan mengurangi lebar manfaat jalan sehingg dapat mengurangi arus lalu
lintas danpada akhirnya akan menimbulkan gangguan pada fungsi jalan
tersebut. Fungsi jalan yang menyalurkan arus lalu lintas akan berkurang
kapasitasnya karena sebagian jalan dipergunakan untuk fasilitas parkir.
Walaupun hanya beberapa kendaraan saja yang parkir di badan jalan tetapi
kendaraan tersebut secara efektif telah mengurangi badan jalan. (Wells,
1985). Kendaraan yang parkir di sisi jalan merupakan salah satu factor utama
dari 50% kecelakaan yang terjadi di tengah ruas jalan di daerah perkotaan.
Hal ini terutama disebabkan karena berkurangnya kebebasan pandangan,
kendaraan berhenti dan atau keluar dari tempat parkir di depan kendaraan-
kendaraan yang lewat secara mendadak (Abubakar,1998).
5
Parkir di badan jalan biasanya dilakukan secara sejajar dan bersudut.
Parkir bersudut dapat menampung lebih banyak kendaraan daripada parkir
secara sejajar. Semakin besar sudut yang digunakan yaitu sudut 900 akan
semakin banyak kendaraan yang dapat ditampung pada jalan tersebut. Namun
hal ini banyak mengurangi kapasitas jalan sehingga jalan menjadi sempit.
Sudut 600 adalah sudut maksimum yang masih dapat dimungkinkan untuk
parkir. Namun hal itu masih harus dipertimbangkan lagi terhadap lebar jalan,
biasanya sudut 450memberikan solusi yang terbaik. Walaupun parkir
bersudut memberikan solusi terbaik namun parkir ini lebih berbahaya
dibandingkan dengan parkir sejajar. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa parkir bersudut pada pinggir jalan lebih beresiko, hal tersebut dapat
diketahui pada saat kendaraan keluar dari tempat parkirnya sering terjadi
kecelakaan.
2.1.2 Parkir di Luar Badan Jalan (Off Street Parking)
Parkir merupakan kebutuhan bagi setiap pemilik kendaraan dan mereka
menginginkan parkir yang mudah untuk dicapai. Kemudahan yang diinginkan
tersebut salah satunya adalah parkir di badan jalan (on street parking). Tetapi
karena parkir di badan jalan sering menimbulkan permaalahan diantaranya
kemacetan, maka solusinya adalah penyediaan parkir di luar badan jalan.
Secara ideal lokasi yang dibutuhkan untuk itu harus dibangun tidak terlalu
jauh dari tempat yang ingin dituju oleh pemarkir. Antara 300-400 meter
adalah jarak berjalan yang pada umumnya masih dianggap dekat
(Waparni,2002).
Perparkiran yang ideal adalah parkir di luar jalan berupa fasilitas
pelataran (taman) parkir atau bangunan (gedung) parkir. Taman parkir
maupun gedung parkir memerlukan biaya investasi yang cukup besar, namun
pengembaliannya dapat diharapkan tidak terlalu lama dan bisa menjadi bahan
usaha. Fasilitas paxrkir di luar jalan dapat diselenggarakan oleh pemerintah
melalui badan usaha milik pemerintah atau badan hukum Indonesia, atau
warga negara Indonesia (PP No. 43 th. 1993 Pasal 49). Dalam hal ini orientasi
6
badan usaha tersebut adalah memperoleh keuntungan dari perparkiran,
dengan demikian Pemerintah Daerah dapat menarik pajak dari usaha ini.
2.2 Satuan Ruang Parkir
Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk kebutuhan satu
kendaraan termasuk ruang bebas dari bukaan pintu mobil, untuk menentukan
kebutuhan SRP yang harus disediakan oleh suatu tempat kegiatan umum, perlu
ditetapkan standar penyediaan SRP. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat,
Departemen Perhubungan RI telah menerbitkan buku hasil kajian yang dapat
dijadikan standar kebutuhan petak parkir. Seperti pada Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Standar Kebutuhan Satuan Ruang Parkir
a. Pusat Perdagangan
Luas Areal (x 100 m2) 10 20 50 100 500 1000 1500 2000
Kebutuhan (SRP) 59 67 88 125 415 777 1140 1502
b. Pusat Perkantoran
Jumlah Karyawan 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 4000 5000
Keb. (SRP) Administrasi 235 236 237 238 239 240 242 246 249
Pel. Umum 288 289 290 291 291 293 295 298 302
c. Pusat Swalayan
Luas Areal (x 100 m2) 50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan (SRP) 225 250 270 310 350 440 520 600 1050
d. Pasar
Luas Areal (x 100 m2) 40 50 75 100 200 300 400 500 1000
Kebutuhan (SRP) 160 185 240 300 520 750 970 1200 2300
e. Sekolah/Perguruan Tinggi
Jumlah Mahasiswa (x1000) 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kebutuhan (SRP) 60 80 100 120 140 160 180 200 220
f. Tempat Rekreasi
Luas Areal (x 100 m2) 50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
Kebutuhan (SRP) 103 109 115 122 146 196 295 494 892
g. Rumah Sakit
Jumlah Tempat Tidur 50 75 100 150 200 300 400 500 100
Kebutuhan (SRP) 97 100 104 111 118 132 146 160 230
h. Bioskop
Jumlah Tempat Duduk 300 400 500 600 700 800 900 1000
Kebutuhan (SRP) 198 202 206 210 214 218 222 227
i. Gelanggang Olah Raga
Jumlah Tempat Penonton 1000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 15000
Kebutuhan (SRP) 230 235 290 340 390 440 490 540 790
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
7
Penentuan satuan ruang parkir dibagi atas 3 (tiga) jenis kendaraan yaitu
sepeda motor, mobil penumpang, bus/truk seperti pada Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Satuan Ruang Parkir
Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir 𝒎𝟐
1. a. Mobil Penumpang untuk Golongan I
b. Mobil Penumpang untuk Golongan II
c. Mobil Penumpang untuk Golongan III
2. Bus/Truk
3. Sepeda Motor
2,30 x 5,00
2,30 x 5,00
3,00 x 5,00
3,40 x 12,50
0,75 x 2,00
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
Sedangkan lebar pintu untuk masing-masing golongan dapat dilihat pada
Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Jenis Bukaan Pintu Penggunaan dan atau Peruntukan
Fasilitas Parkir Golongan
Pintu depan/belakang
terbuka tahap awal 55
cm
Pintu depan/belakang
terbuka penuh 75 cm
Pintu depan terbuka
penuh dan ditambah
untuk pergerakan kursi
roda
- Karyawan/pekerja kantor
- Tamu/pengunjung pusat kegiatan
perkantoran, Perdagangan,
Pemerintahan, Universitas
- Pengunjung tempat olah raga, pusat
hiburan, hotel, pusat perdagangan
eceran/swalayan, bioskop
- Orang cacat
I
II
III
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
8
2.3 Inventarisasi Fasilitas Parkir
Inventarisasi parkir bertujuan untuk mengetahui pola parkir dan jumlah petak
parkir yang ada. Pada pelataran parkir yang tidak terdapat marka pada petak
parkir, maka untuk menentukan ukuran petak parkir diakai standar fasilitas parkir
(Waparni, 2002). Sedangkan untuk melakukan kebijaksanaan parkir maka pola
parkir harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Berikut ini akan dijelaskan
pola parkir yang banyak digunakan untuk parkir di luar jalan (taman parkir), yaitu
sebagai berikut :
2.3.1 Parkir Kendaraan Satu Sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila kesediaan ruang sempit disuatu
tempat kegiatan :
a. Membentuk Sudut 900
Pola ini mempunyai daya tampung lebih banyak disbanding pola
parkir pararel.
Gambar 2.1 Pola Parkir Tegak Lurus
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
b. Membentuk Sudut 300, 450, 600
Pola ini mempunyai daya tampung lebih banyak disbanding pola
parkir pararel, tetapi kemudahan dan kenyamanan manuver masuk
dan keluar ke ruangan parkir lebih besar dibandingkan dengan pola
parkir dengan sudut yang lebih kecil dari 900.
9
Gambar 2.2 Pola Parkir Sudut
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2.3.2 Parkir Kendaraan Dua Sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila kesediaan ruang cukup memadai.
a. Membentuk Sudut 900.
Pola parkir arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau
dua arah.
Gambar 2.3 Pola Parkir Tegak Lurus yang Berhadapan
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
10
b. Membentuk Sudut 300, 450, 600
Gambar 2.4 Pola Parkir Sudut Berhadapan
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2.3.3 Pola Parkir Pulau
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang cukup luas.
a. Membentuk Sudut 900
Gambar 2.5 Taman Parkir Tagak Lurus dengan Dua Gang
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
11
b. Membentuk Sudut 450
1. Bentuk Tulsng Iksn Tipe A
Gambar 2.6 Taman Sudut dengan Dua Gang Tipe A
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2. Bentuk Tulang Ikan Tipe B
Gambar 2.7 Taman Sudut dengan Dua Gang Tipe B
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
12
3. Bentuk Tulang Ikan Tipe C
Gambar 2.8 Taman Sudut dengan Dua Gang Tipe C
Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998
2.4 Karakteristik Parkir
Karakteristik parkir merupakan sifat suatu parkir yang mendasar dan nantinya
akan dapat memberikan suatu penilaian terhadap permasalahan parkir yang terjadi
(Hobbs, 1995). Berdasarkan karakteristik parkir, akan dapat diketahui kondisi
perparkiran yang terjadi pada daerah studi seperti mencakup volume parkir,
akumulasi parkir, waktu rata-rata lama parkir, kapasitas parkir, tingkat pergantian
parkir (parking turn over), penyediaan parkir dan indeks parkir.
2.4.1 Volume Parkir
Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban
parkir (yaitu jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari).
Waktu yang digunakan untuk parkir dihitung dalam menitan atau jam-jaman,
menyatakan lamanya parkir. Perhitungan volume parkir dapat digunakan
sebagai petunjuk apakah ruang parkir yang tersedia dapat memenuhi
kebutuhan parkir kendaraan atau tidak. Berdasarkan volume tersebut maka
dapat direncanakan besarnya ruang parkir yang diperlukan apabila akan
dibuat pembangunan ruang parkir baru.
13
Rumus yang digunakan :
Volume = Nin+X (kendaraan)…..……………………………………….(2.1)
Keterangan :
Nin : Jumlah kendaraan yang masuk
X : Kendaraan yang sudah ada sebelum waktu survai
2.4.2 Akumulasi Parkir
Akumulasi parkir adalah merupakan jumlah kendaraan yang parkir di
suatu tempat pada waktu tertentu, dimana integrasi dari akumulasi parkir
selama periode tertentu menunjukkan beban parkir (jumlah kendaraan parkir)
dalam satuan jam kendaraan per periode waktu tertentu (Hobbs, 1995).
2.4.3 Lama Waktu Parkir (Durasi)
Lama waktu parkir (parking duration) adalah lama waktu yang dipakai
setiap kendaraan untuk berhenti pada ruang parkir atau lama waktu yang
dihabiskan oleh pemarkir pada ruang parkir. Lamanya parkir dinyatakan
dalam jam. Suatu ruang parkir akan mampu melayani lebih banyak kendaraan
jika waktu parkirnya singkat, dibandingkan dengan ruang parkir yang
digunakan oleh kendaraan dalam waktu yang lama.
Menurut waktu yang digunakan, parkir dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Parkir waktu singkat yaitu pemarkir yanga menggunakan ruang parkir
kurang dari satu jam dan untuk keperluan berdagang.
b) Parkir waktu sedang yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir
antara 1-4 jam dan untuk keperluan berbelanja.
c) Parkir waktu lama yaitu pemarkir yang menggunakan ruang parkir lebih
dari 4 jam, biasanya untuk keperluan bekerja.
14
Dari lama parkir maka akan diketahui waktu yang akan dipakai
pemarkir untuk memarkir kendaraan pada petak parkir. Sedangkan untuk
mengetahui rata-rata lamanya parkir dari seluruh kendaraan selama waktu
survai (sepuluh jam), dapat diketahui dari rumus berikut :
𝐷 = 𝑁𝑥 × 𝑛 ×(𝐼)
𝑁𝑡……………………………………………………(2.2)
Keterangan :
D : Rata-rata lama parkir/durasi (jam/kend).
Nx : jumlah kendaraan yang pakrir selama interval waktu survai.
n : Jumlah dari interval.
I : Interval waktu survai.
Nt : jumlah total kendaraan selama waktu survai.
Tabel 2.4 Durasi Parkir
Jumlah
Penduduk
(ribuan jiwa)
Lama Waktu Parkir (dalam jam) Tiap maksud
perjalanan
Belanja dan
Bisnin Bekerja Lain-Lain Perjalanan
50 s/d 250 0,9 3,8 1,1 1,5
250 s/d 500 1,2 4,8 1,4 1,9
>500 1,5 5,2 1,6 2,6
Sumber : Hobbs, 1995
Pada tabel tersebut memperlihatkan pengaruh maksud perjalanan dan
ukuran kota terhadap lama (durasi) parkir. Durasi tersebut akan meningkat
15
seiring dengan peningkatan ukuran kota. Dari hasil perhitungan durasi dapat
diketahui rata-rata lama penggunaan ruang parkir oleh pemarkir. Durasi ini
mengidentifikasikan apakah diperlukan suatu pembatasan waktu parkir
(dilihat dari rata-rata durasi waktu parkirnya).
2.4.4 Pergantian Parkir (Parking Turn Over)
Pergantian parkir atau parking turn over menunjukkan tingkat
penggunaan ruang parkir, yang diperoleh dengan membagi volume parkir
dengan jumlah ruang parkir untuk periode waktu tertentu. Rumus yang
digunakan untuk menyatakan pergantian parkir adalah sebagai berikut :
𝑇𝑅 = 𝑁𝑡
𝑆 ×𝑇𝑠...........................................................................................(2.3)
Keterangan :
TR : Angka pergantian parkir (kend/SRP/jam)
Nt : Jumlah total kendaraan selama waktu survai
S : Jumlah total stall (SRP)
Ts : Lama periode analisis/waktu survai (jam).
2.4.5 Kapasitas Parkir
Kapasitas ruang parkir merupakan kapasitas maksimum ruang tersebut
dalam menampung kendaraan, dalam hal ini volume kendaraan pemakai
fasilitas parkir tersebut, kendaraan pemakai fasilitas parkir ditinjau dari
prosesnya yaitu datang, berdiam diri (parkir) dan pergi meninggalkan fasilitas
parkir. Tinjauan dari kejadian-kejadian tersebut di atas akan memberikan
besaran kapasitas dari fasilitas parkir. Masing-masing dari proses akan
memberikan hasil kemungkinan tidak sama. Hal ini disebabkan karena dari
masing-masing proses mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga
16
proses-proses tersebut tidak memberikan suatu besaran kapasitas yang sama.
Disamping itu bahwa proses yang satu sangat berpengaruh terhadap proses
yang lainnya. Volume di ruang parkir akan sangat tergantung dari volume
kendaraan yang datang dan pergi. Rumus yang digunakan untuk menyatakan
kapasitas parkir adalah :
𝐾𝑃 =𝑆
𝐷......................................................................................................(2.4)
Keterangan :
KP = Kapasitas Parkir (SRP/jam/kend)
S = Jumlah total stall (SRP)
D =Waktu rata-rata lama parkir (jam/kend)
2.4.6 Penyediaan Parkir
Penyediaan parkir (parking supply) atau kemampuan penyediaan parkir
adalah batas ukuran banyaknya kendaraan yang dapat ditampung selama
periode waktu tertentu (selama waktu survai). Rumus yang digunakan untuk
menyatakan penyediaan parkir adalah sebagai berikut :
𝑃 =𝑆 ×𝑇𝑠
𝐷× 𝐹 ………………………………………………………..(2.5)
P = Penyediaan Parkir (kendaraan)
S = Jumlah total stall (SRP)
Ts = periode analisis/waktu selama survai (jam)
D = Waktu rata-rata lama parkir (jam/kend)
F = In sufficiency factor = 0,85-0,90
17
2.4.7 Indeks Parkir (IP)
Indeks parkir adalah perbandingan antara akumulasi parkir dengan
kapasitas parkir. Nilai indeks ini dapat menunjukkan seberapa besar kapasitas
parkir yang telah terisi. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung
indeks parkir adalah :
𝐼𝑃 =𝐴𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠 𝑖 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 ……………………………………………(2.6)
a) IP < 1 artinya bahwa fasilitas parkir tidak bermasalah, dimana kebutuhan
parkir dibawah daya tampung/kapasitas normal.
b) IP = 1 artinya bahwa fasilitas parkir seimbang dengan daya
tampung/kapasitas normal.
c) IP > 1 artinya bahwa fasilitas parkir bermasalah sebab kebutuhan parkir
melebihi daya tampung/kapasitas normal.
d) Besaran indeks parkir yang tertinggi didapat dari perbandingan antara
akumulasi parkir dengan kapasitas parkir, besaran indeks parkir ini akan
menunjukkan apakah kawasan parkir tersebut bermasalah atau tidak
(Waparni, 2002).
2.5 Manajemen Parkir
Arti manajemen secara umum adalah pengaturan, jadi manajemen parkir
berarti pengaturan di bidang perparkiran. Pengaturan aktifitas parkir di badan
jalan akan membawa konsekuensi penyediaan fasilitas parkir di luar badan jalan,
dimana pengelolaan fasilitas parkir di luar badan jalan tersebut akan diusahakan
oleh pemerintah daerah atau pihak swasta. Di sisi lain aktivitas parkir, baik yang
berada di jalan ataupun di luar jalan dapat menjadi sumber pendapatan daerah
yang potensial apabila dikelola dengan baik. Bila permintaan terhadap parkir
meningkat dan tidak mungkin untuk memenuhinya atau parkir yang dilakukan di
pinggir jalan mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas menuju
kawasan tertentu, maka perlu untuk mempertimbangkan penerapan suatu
18
manajemen parkir guna mengendalikannya. Yang termasuk dalam manajemen
pengelolaan parkir adalah :
a) Pengadaan dan Pengaturan Fasilitas Parkir
b) Retribusi Parkir
2.5.1 Pengadaan dan Pengaturan Fasilitas Parkir
Pengadaan fasilitas parkir dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a) Fasilitas Parkir di Badan Jalan
Aktivitas parkir dapat dilaksanakan di badan jalan yang disediakan untuk
parkir kendaraan dengan pola pengaturan parkir dilaksanakan oleh pihak
pemerintah daerah dalam hal ini Perhubungan/Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Raya.
b) Fasilitas Parkir di Luar Badan Jalan
Pengadaan fasilitas parkir di luar badan jalan baik yang berupa taman
parkir maupun gedung parkir dapat dilakukan oleh pemerintah daerah,
swasta ataupun pemerintah daerah yang bekerja sama dengan swasta.
2.5.2 Retribusi Parkir
Kebijakan ini diberlakukan pada parkir badan jalan dan parkir di luar badan
jalan. Manajemen parkir dilakukan dengan menerapkan kebijakan tarif parkir.
Menerapkan kebijakan ini dimaksudkan untuk menentukan tariff parkir yang
tepat, sehingga retribusi parkir dapat menjadi alat untuk pengendalian pemakaian
kendaraan pribadi serta mengurangi kemacetan lalu lintas, misalnya dengan
menerapkan kebijakan sebagai berikut :
a) Level tarif parkir pada jaringan jalan yang rawan macet lebih tinggi dari
jaringan jalan yang tidak rawan macet.
b) Penerapan level tarif berdasarkan zona, artinya tarif parkir di pusat kota
lebih besar dari pada zona wilayah yang ada di luar kota.