Post on 13-Aug-2019
ANALISIS FRAMING HAJI MABRUR PADA RUBRIK FIKIH
“TOPIK KITA” DI MAJALAH NOOR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Rosalia Nilam Sentika Sari
NIM : 1110051100081
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Rosalia Nilam Sentika Sari (1110051100081)
Analisis Framing Haji Mabrur Pada Rubrik Fikih “Topik Kita” di Majalah
Noor
Haji merupakan ibadah yang wajib dilakukan sekali seumur hidup, seiring
dengan perkembangan jaman, ibadah haji tidak lagi dijadikan ibadah yang semata-
mata karena Allah melainkan telah menjadi kehebohan tersendiri untuk meraih
gelar serta sebutan Pak Haji dan Bu Haji setelah seorang melakukannya. Menurut
paradigma konstruksionis berita yang dituliskan oleh media adalah hasil dari
suatu konstruksi sosial. Proses konstruksi sosial tersebut dipengaruhi oleh
ideologi, perspektif dan kepentingan masing-masing dari wartawan dan media.
Hal ini dapat terlihat dari bagaimana framing yang dilakukan oleh media.
Terkait penjelasan di atas, timbul pertanyaan tentang, 1. Bagaimana
majalah Noor membingkai makna haji mabrur dalam rubrik fikih “Topik Kita”? 2.
Bagaimana konsep dan pemaknaan haji mabrur yang dituliskan dalam rubrik fikih
“Topik Kita” di majalah Noor?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berlandaskan pada
paradigma konstruktivis maka penelitian ini bersifat kualitatif. Menurut
pandangan konstruksionis, realitas bersifat subjektif dan realitas merupakan hasil
dari konstruksi yang dilakukan oleh seseorang. Sedangkan pendekatan kualitatif
merupakan sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari seseorang.
Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan
Thomas Luckmann, menurut Berger terjadi tiga tahapan dialektis yaitu
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Dalam menganalisis permasalahan
ini, metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis framing
konsep Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model framing ini membagi ke
dalam empat struktur yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Empat struktur
tersebut merupakan rangkaian yang dapat menunjukkan bingkai dari suatu media.
Dengan menggunakan analisis framing, maka dapat diketahui bagaimana
bingkai yang dilakukan oleh media. Dalam dua artikel yang dituliskan majalah
Noor pada rubrik fikih “Topik Kita”, Noor selalu berupaya menyajikan fakta
dengan menggunakan kaidah jurnalistik seperti 5W+1H (what, where, when, who,
why, dan how) secara lengkap. Selain itu bentuk kalimat yang sering digunakan
dalam majalah ini adalah kalimat aktif dimana majalah ini membuktikan bahwa
media ikut berperan penting dalam mengembangkan kritik masyarakat luas
terhadap fenomena haji yang saat itu sedang berlangsung. Media massa sejatinya
merupakan media yang memiliki perspektif dan ideologi sendiri dalam
memberitakan isu yang sedang berkembang. Maka majalah Noor sebagai media
komunitas muslim berupaya menyajikan beritanya sesuai dengan perspektif yang
dimilikinya secara profesional.
Kata Kunci: haji, mabrur, media massa, rubrik, framing, konstruktivis, dan
Islam.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, dan juga nikmat yang begitu besar sehingga dengan ridho-
Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam senantiasa
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat, dan
para pengikutnya.
Syukur Alhamdulillah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini,
yang berjudul Analisis Framing Haji Mabrur pada Rubrik Fikih “Topik Kita” di
Majalah Noor, yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar Strata 1 (S1), di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan, sampai masa
penyelesaian skripsi ini peneliti mendapat banyak bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan,
M.Ag. serta Pembantu Dekan I Bidang Akademik , Bapak Dr. Suparto,
M.Ed, Ph.D Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs.
Jumroni, M.Si. Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak Dr.
H. Sunandar Ibnu Nur, M.Ag.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. beserta
Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A
iii
yang membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsinya.
3. Dosen Pembimbing skripsi, Dr. H. Ilyas Ismail, MA yang telah
membimbing penulis dalam segala hal, terutama dalam menyelesaikan
skripsi, sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan lancar.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu
yang telah diberikan kepada penulis.
5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Majalah Noor, khususnya kepada Ibu Jetti R. Hadi selaku pemred majalah
Noor, dan Ibu Badriyah Fayumi selaku wartawan (penulis) dalam majalah
ini, yang dimana disela kesibukan mereka bisa menyempatkan diri untuk
menjadi narasumber dalam penelitian ini, serta bersedia memberikan
banyak informasi dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tua tercinta Bapak Sholeh dan Ibu Jariyah atas usahanya
membiayai penulis sampai lulus, serta kasih sayang dan do’a yang tak
pernah henti mereka panjatkan kepada Allah SWT sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
8. Kakak-kakakku tercinta, Ka’ Dicky, Mas Ghofur, Mbak Tukirah dll.
Terimakasih atas doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudara-saudaraku tercinta, Buk Nur, Buk Khos, Dek Yuli, Dek Dinda,
Dek Nia, dek Findha, Dek Huda dll. Terimakasih atas doa dan kasih
iv
sayang yang selama ini dicurahkan kepada penulis. Sehingga penulis dan
dengan lancer menyelesaikan skripsi ini.
10. Ayah angkatku, Bpk. Irjen. Pol. (Purn) Drs. H. Dwi Purwanto atas bantuan
finansial, do’a dan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
11. Kemudian untuk orang spesial yang selalu memberi perhatian, kasih
sayang, dan semangat pada penulis serta mengajarkan banyak hal, terima
kasih atas segala dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
12. Sahabat-sahabat terbaikku, Devi, Mega, Ririn, Sitta, Fitri, Rani, dan Voni.
Semoga persahabatan dan persaudaraan kita akan terus terjalin. Terima
kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat, dan doa yang kalian berikan
untuk penulis. Dan teman-teman seperjuanganku, Kaffa, ,Ufi, Widya,
Putri, Tata, Nandri, Ali, Aji, Andi, Kenwal, dll yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Semoga kita terus bisa berjuang sampai kita
berhasil kelak. Amin
13. Saudara dan teman-temanku, Paman Hasan, Kak Nopi, Kak Monik, Kak
Dawami, Dwi, Inggih, Rini, Susi, Tami, Mifta, dll. Terima kasih atas
bantuan doa, finansial dan segalanya yang telah diberikan kepada penulis
sampai skripsi ini selesai.
14. Seluruh teman-teman KKN Seruling 2013, terima kasih atas dukungan dan
semangat serta suasana baru yang kalian ciptakan. Sehingga penulis
merasa penulisan skripsi ini lebih berwarna.
v
15. Seluruh teman-teman Jurnalistik angkatan 2010 dan teman-teman
FIDKOM 2010 kalian semua luar biasa. Terima kasih telah memberikan
dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan,
namun penulis telah berusaha untuk semaksimal mungkin dengan baik. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, 9 September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Landasan Teoritis
1. Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann ............................................................................ 15
2. Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki ................. 22
B. Kerangka Konseptual
1. Majalah ................................................................................ 26
2. Pengertian Rubrik ................................................................ 29
3. Konsep Ibadah Haji ............................................................. 30
4. Mabrur dalam Ibadah Haji .................................................. 35
vii
BAB III COMPANY PROFILE
A. Sejarah Majalah Noor ............................................................... 38
B. Visi Misi Majalah Noor ............................................................ 39
C. Tujuan Majalah Noor ................................................................ 40
D. Struktur Redaksi Majalah Noor ................................................ 40
E. Target Pembaca Majalah Noor.................................................. 41
F. Rubrikasi Fikih Topik Kita di Majalah Noor ............................ 42
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Temuan Penelitian ........................................................... 45
B. Pembingkaian Artikel Haji Luar Biasa di Majalah Noor .......... 46
1. Struktur Sintaksis dari Artikel Haji Luar Biasa .................. 48
2. Struktur Skrip dari Artikel Haji Luar Biasa ........................ 52
3. Struktur Tematik dari Artikel Haji Luar Biasa ................... 53
4. Struktur Retoris dari Artikel Haji Luar Biasa ..................... 55
C. Pembingkaian Artikel Kepeloporan Haji Mabrur di
Majalah Noor ............................................................................ 57
1. Struktur Sintaksis dari Artikel Kepeloporan Haji Mabrur .. 60
2. Struktur Skrip dari Artikel Kepeloporan Haji Mabrur ........ 63
3. Struktur Tematik dari Artikel Kepeloporan Haji Mabrur ... 64
4. Struktur Retoris dari Artikel Kepeloporan Haji Mabrur ..... 68
D. Frame Majalah Noor ................................................................. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 73
B. Saran .......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kerangka Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki .................... 11
Tabel 2 Struktur Redaksi Majalah Noor .............................................................. 40
Tabel 3 Target Pembaca Majalah Noor ............................................................... 41
Tabel 4 Rangkaian Artikel di Rubrik Fikih “Topik Kita” Majalah Noor ............ 45
Tabel 5 Tema dan Sub-tema Pokok pada Artikel “Haji Luar Biasa” .................. 46
Tabel 6 Analisis Artikel 1 .................................................................................... 46
Tabel 7 Tema dan Sub-tema Pokok pada Artikel “Kepeloporan Haji
Mabrur .................................................................................................... 57
Tabel 8 Analisis Artikel 2 .................................................................................... 57
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01 Proses Konstruksi Sosial MediaMassa ................................................. 18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rukun Islam yang kelima adalah kewajiban umat muslim untuk
menunaikan ibadah haji bila mampu. Ibadah haji hanya diwajibkan seumur
hidup sekali menjalankannya. Yang pasti, ibadah haji harus dilakukan di atas
niat yang tulus yaitu untuk mengharap balasan dari Allah SWT semata dan
dijalankan di atas tuntunan Rasulullah SAW.
Jumlah jamaah haji di Indonesia tiap tahunnya di atas dua ratus ribu,
hal ini sekilas menggembirakan bagi negara kita. Namun jika kita telaah lebih
lanjut, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena dari sebagian jumlah
jamaah haji itu sudah melakukan ibadah haji berkali-kali. Bisa jadi ibadah
mereka yang berkali-kali bukan lagi menjalankan sunnah, melainkan sudah
makruh, bahkan bisa jadi haram.1 Pada dasarnya setiap jamaah haji
berkewajiban untuk memurnikan setiap niat hajinya karena Allah SWT.
Sebagaimana jamaah haji harus berhati-hati dari tujuan duniawi semata,
seperti berbangga diri, mengejar gelar demi mendapatkan sebutan pak haji dan
bu haji, ingin dilihat orang atau mencari pamor semata. Hal yang seperti ini
tentulah dapat membatalkan amalan dan menjadikannya tidak diterima di sisi
Allah SWT serta kemabruran dalam sebuah ibadahnya pun dipertanyakan.2
1 Ali Mustafa Yaqub, Haji Pengabdi Setan, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 2008). Cet.3. h.
5 2http://www.alquran-sunnah.com Diakes pada, 13 Januari 2014 pukul 13:04 PM
2
Dalam UU RI Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji pada BAB 2 (Asas dan Tujuan), Pasal 3 disebutkan bahwa:3
Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji
sehingga jamaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan
ketentuan ajaran agama Islam.
Dalam UU tersebut jelas bahwa pemerintah menjamin dengan adanya
penyelenggaraan haji di Indonesia yang mempunyai tujuan memberikan
pelayanan dan perlindungan dengan baik bagi para jamaah haji, agar para
jamaah dapat melaksanakan ritual ibadahnya sesuai dengan ajaran Islam
sehingga hajinya pun dapat mendapatkan gelar mabrur.
Dalam Islam, ada dua kategori ibadah, pertama, ibadah qashirah
(ibadah individual) ibadah ini manfaatnya hanya dirasakan pelakunya saja,
ibadah haji dan umrah termasuk ke dalam ibadah qashirah. Kedua, ibadah
muta‟addiyah (ibadah sosial) ibadah ini manfaatnya dapat dirasakan pelakunya
dan orang lain. Karena itu pada saat yang bersamaan Nabi Saw lebih memilih
mengerjakan ibadah sosial (ibadah muta‟addiyah). Ia lebih memilih
menyantuni anak yatim daripada melukakan haji dan umrah berkali-kali.4
Haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan baik, tidak
melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat fasik atau
mengganggu orang lain, tak terkecuali menyuap orang untuk memudahkannya
melakukan sesuatu seperti mencium hajar al-aswad. Tak sedikit saat ini para
dai maupun yang berkompeten di bidangnya berusaha mengingatkan
3 http://www.kemenag.go.id Diakes pada, 20 September 2014 pukul 16:13 PM
4 Ali Mustafa Yaqub, Haji Pengabdi Setan, h. 4
3
sesamanya agar kita semua terhindar dari godaan duniawi semata, baik
mengenai haji dan sesuatu yang dianggap kurang baik dan layak untuk
diingatkan. Tentunya dengan komunikasi yang baik dan dengan perantara
media yang ada akan jauh lebih mudah untuk saling mengingatkan.
Berbicara tentang komunikasi tidak lepas hubungannya dengan media
massa apa yang digunakan. Media massa sendiri terbagi menjadi tiga yaitu
media massa elektronik, cetak, dan cyber media. Media massa elektronik
terdiri dari radio, dan televisi. Sedangkan media massa cetakterdiri dari surat
kabar, majalah, dan tabloid. Sifat khas pada media massa cetakini adalah
tertulis, tercetak dan lebih menghadirkan visualisasi berupa gambar dan foto.5
Media cetak mempunyai keunggulan dibandingkan dua media
pesaingnya. Media cetak bisa menyampaikan sebuah informasi secara detail
dan terperinci. Sementara untuk media elektronik dan digital, mereka lebih
mengutamakan kecepatan dalam menyampaikan informasinya. Sehingga tidak
jarang informasi yang disampaikan lebih bersifat terpotong dan berulang-
ulang. Jenis media cetak pun mulai banyak berkembang, jenis media cetak
yang ada di Indonesia diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. Seperti Surat
kabar harian (koran), surat kabar mingguan (tabloid), majalah mingguan,
majalah bulanan, dan buletin. Hal ini karena didasarkan pada waktu terbit
media tersebut.
Majalah merupakan media yang paling sederhana organisasinya, relatif
lebih mudah mengolahnya, serta tidak begitu membutuhkan modal yang
banyak. Karena majalah terbitnya secara berkala dibandingkan dengan surat
5Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011). h. 40
4
kabar yang harus terbit setiap harinya.6 Majalah bila dilihat dari
kategorisasinyaterbagi menjadi dua yaitu, majalah umum (untuk semua
golongan masyarakat), dan majalah khusus(untuk bidang profesi/ golongan/
kalangan tertentu). Majalah merupakan penerbitan berkala yang berisi
berbagai macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasanya
memiliki artikel mengenai topik yang sedang populer yang kemudian
disuguhkan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang
ringan dan mudah dimengerti oleh para pembacanya.
Majalah Noor merupakan majalah muslimah kosmopolitan pertama di
Indonesia.7 Visi dan misinya adalah untuk menjawab semua kebutuhan,
tantangan, dan gaya hidup muslimah modern beserta keluarganya, serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan pemberdayaan perempuan Indonesia, dengan
tetap berpegang teguh pada tuntunan dan syariat Islam. Memiliki slogan Yakin
– Cerdas – Bergaya, majalah ini mengajak kaum perempuan Indonesia untuk
makin dekat, cinta, dan taqwa kepada Allah SWT. Majalah ini didirikan oleh3
orang yaitu, Ratih Sanggarwati, Sri Artaria Alishjahbana, dan Jetti Rosila
Hadi, serta didukung oleh Mario Alishjabhana. Majalah Noor diterbitkan oleh
Pinpoint Publications sebagai majalah bulanan. Pertama kali beredar pada Mei
2003. Hingga saat ini, Noor hadir dengan serangkaian rubrik dan artikel yang
informatif, inspiratif, serta menarik dalam tema-tema: fikih, fashion, lifestyle,
kuliner, inspirasi, dan silaturahim.8
6Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik, h. 42
7http://arsipweb.pnri.go.id/ Diakses pada Jumat, 12 September 2014, pukul 11:29
8http://www.noor-magazine.com/Diakses pada Kamis, 9 Januari 2014, pukul 10:57 PM
5
Alasan memilih Majalah Noor dalam penelitian ini, karena Majalah ini
merupakan majalah dengan genre wanita muslimah kosmopilitan. Dimana
pengertian kosmopolitan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
pengertian dari seorang yang mempunyai wawasan dan pengetahuan yang
luas.9 Noor menambahkan kosmopolitaan merupakan seorang yang apabila
ditempatkan dalam kondisidan situasi apapun maka ia akan merasa nyaman.
Yang artinya majalah ini dihadirkan untuk para muslimah yang ingin
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas tentang ajaran Islam. Selain
itu karena peneliti mengangkat fenomena haji mabrur yang juga diulas pada
salah satu rubrik majalah Noor.
Saat ini dengan tingkat pendidikan masyarakat yang sudah semakin
tinggi serta pengetahuannya yang sudah semakin baik dan berkembang seiring
perkembangan teknologi yang ada, sehingga khalayak luas pun dengan mudah
dapat menilai, memilih, dan menyeleksi bahan bacaan mana yang mereka
anggap baik serta layak untuk dibaca dan dikonsumsi guna menunjang
informasi dan pesan yang ingin mereka dapatkan.
Menariknya minat pembaca tentunya tidak hanya pada unsur
visualisasinya, tetapi juga karena majalah ini hadir dengan adanya rubrik-
rubrik tertentu. Seperti rubrik fikih pada majalah Noor, pada rubrik ini hadir
dengan informasi yang tentunya sangat dibutuhkan oleh kalangan muslimah.
Begitu pula dengan nilai ke-Islaman yang dihadirkan oleh majalah ini
menambah luas keilmuan dan pengetahuan yang akan di peroleh oleh
pembaca.
9Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005). Cet. 3. h. 597
6
Dengan banyaknya fenomena dan kehebohan haji,hal ini juga
menentukan kemabruran seorang yang telah berhaji, maka peneliti ingin
melihat bagaimana sebuah media mengkonstruksi informasi yang berkaitan
dengan haji mabrur yang dituangkan dalam sebuah media.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud menyusun
skripsi dengan judul “Analisis Framing Haji Mabrur pada Rubrik Fikih
“Topik Kita” di Majalah Noor”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada analisis framing konstruksi haji
mabrur pada rubrik fikih. Penelitian hanya fokus pada artikel di rubrik
fikih “Topik Kita” pada Majalah Noor vol VIII.TH.XI/2013.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana majalah Noor membingkai makna haji mabrur dalam rubrik
fikih “Topik Kita” pada Vol VIII. TH. XI/2013?
b. Bagaimana konsep dan pemaknaan haji mabrur yang dituliskan dalam
rubrik fikih “Topik Kita” majalah Noor pada Vol VIII. TH. XI/2013?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, terdapat beberapa tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
7
a. Untuk mendeskripsikan bagaimana majalah Noor membingkai makna
haji mabrur dalam rubrik fikih “Topik Kita” pada Vol VIII. TH.
XI/2013?
b. Untuk mendeskripsikan bagaimana konsep dan pemaknaan haji mabrur
yang dituliskan dalam rubrik fikih “Topik Kita” majalah Noor pada
Vol VIII. TH. XI/2013
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua aspek,
yaitu manfaat akademis dan manfaat kritis.
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan kajian media massa, terutama kajian yang berhubungan
dengan media, komunikasi massa, dan jurnalistik khususnya terkait
ajaran Islam serta wacana haji di Indonesia dan bagaimana
pembingkaian suatu berita/artikel yang dituliskan di media cetak.
b. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini peneliti juga mengharapkan dapat
menambah dan memberi masukan khususnya aktifis dakwah agar lebih
menjadikan media cetak sebagai penyampai pesan dan informasi
terkait Islam. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
pengetahuan serta wawasan pembaca tentang haji mabrur yang
terkandung dalam rubrik fikih majalah Noor.
8
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini berbasis pada pemikiran umum
tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti serta membongkar sesuatu
objek yang sedang diteliti. Aliran konstruktivis ini berlandaskan pada ide
bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksikan
melalui proses interaksi dalam masyarakat, kelompok, serta budaya.10
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif, dengan menggunakan seperangkat tema sebagai
pedoman dalam membahas seluruh isi pesan dan mencoba menerangkan
bagaimana tema tersebut dikembangkan oleh suatu media massa dan
cenderung untuk meneliti suatu masalah. Pendekatan ini untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan dilakukan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 11
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Analisis ini digunakan
10
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 204 11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya,
2007)
9
untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor, kelompok, atau apa saja)
yang dibingkai oleh media tertentu.12
Pembingkaian tersebut tentu melalui
proses konstruksi. Di sinilah realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi
dengan makna tertentu. Framing adalah pendekatan ini untuk melihat
bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media.
Dengan analisis Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki
dapat diketahui bagaimana cara pandang sebuah media terhadap suatu
realitas atau peristiwa dimaknai dan ditampilkan menjadi sebuah berita.
Dalam framing ini dapat dilihat melalui beberapa unsur, yakni analisis
skrip, sintaksis, tematik, dan retoris.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Majalah Noor sebagai pembuat
dan penyampai pesan serta pihak yang terkait dengan dengan majalah
seperti pemimpin redaksi.Sementara yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah artikel tentang haji mabrur yang terkandung dalam rubrik fikih
“Topik Kita”pada Majalah Noor Vol VIII.TH.XI/2013.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi data yang diperoleh dengan cara mencatat dokumen-dokumen
yang berupa catatan-catatan formal suatu lembaga kegiatan. Dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
12
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LkiS, 2002). Cet. 1. h. 3
10
tertulis berupa arsip catatan, dokumen, buku-buku, majalah, dan foto-
fotosesuai dengan apa yang bisa dijadikan informasi tambahan bagi
penelitian ini.13
b. Wawancara Mendalam
Peneliti menggunakan teknik Indepth Interview, yaitu peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam, kemudian dijawab
oleh informan dengan terbuka. Wawancara ini ditujukan kepada
pemimpin redaksi dan redaktur rubrik fikih “Topik Kita” untuk
mendapatkan data yang akurat. Pertanyaan yang dibuat juga dapat
berubah sesuai kebutuhan dan kondisi yang bertujuan untuk mengetahui
secara mendalam mengenai rubrik yang diteliti. Wawancara mendalam
sering juga disebut dengan wawancara tidak terstruktur.14
c. Observasi Non Partisipan
Penelitian dan pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang akan diselidiki.15
Observasi yang akan peneliti gunakan sifatnya adalah langsung
mengamati objek berupa teks dan arsip-arsip lainnya.
13
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006). Cet. 5. h. 195 14
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 180-181 15
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).
Cet. 1
11
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini berdasarkan model
Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pada model ini kerangka
analisisnya terbagi menjadi empat bagian sebagai berikut:
Tabel 1
Kerangka Framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki16
Struktur Perangkat Framing Unit yang Diamati
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun fakta
A. Skema Berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan sumber,
pernyataan, penutup.
SKRIP
Cara wartawan
mengisahkan
fakta
B. Kelengkapan
Berita
5W+1H
TEMATIK
Cara wartawan
menuliskan fakta
C. Detail
D. Koherensi
E. Bentuk Kalimat
F. Kata Ganti
Paragraf, proposisi, kalimat,
hubungan antar kalimat.
RETORIS
Cara wartawan
menekankan fakta
G. Leksikon
H. Grafis
I. Metafora
Kata, idiom, gambar/foto,
grafik.
7. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam hal ini peneliti melakukan penelitiannya melakukan survei
langsung ke lokasi yaitu Jl. Karang Pola VI No. 7A Pasar Minggu –
Jakarta Selatan 12540. Dengan kurun waktu kurang lebih dua bulan.
16
Eriyanto, Analisis Framing, h. 256
12
8. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid
Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) (UIN) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, peneliti telah meninjau judul-
judul skripsi di Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada penelitian
serupa dengan judul Analisis Framing Berita Haji dan Idul Adha pada Surat
Kabar Sindo dan Republika oleh Lia Kholisha mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2009, skripsi ini membahas bagaimana dua media
tersebut memberitakan wacana haji dengan isu yang sama namun cara
pemberitaannya yang berbeda.
Selanjutnya penelitian serupa dengan judul Haji dan Status Sosial
Masyarakat Desa Sukeroje Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban oleh
Ahmad Farid Vergiawan mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2012,
skripsi ini membahas bagaimana haji menurut masyarakat desa Sukorejo dan
bagaimana pandangan masyarakat terhadap status sosial.
Skripsi selanjutnya, dengan judul Framing Tentang Pelaksanaan Ibadah
Haji 2008/1429 H di Harian Kompas dan Republika Edisi Desember 2008
oleh M. Mahbub Al-Basyari mahasiswa UIN Sunan Kalijaga tahun 2009,
skripsi ini membahas bagaimana kompas dan republika memberitakan dan
13
membingkai pemberangkatan haji dengan menggunakan model framing
Robert Entman.
Sedangkan penulisan skripsi dalam skripsi ini mengambil judul
Analisis Framing Haji Mabrur pada Rubrik Fikih “Topik Kita” di Majalah
Noor. Skripsi ini membahas tentang bagaimana majalah Noor membingkai
makna haji mabrur dan bagaimana konsep serta pemaknaan haji mabrur yang
dituliskan dalam rubrik fikih “Topik Kita” di majalah Noor.
F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti membuat
sistematika penulisan sesuai dengan masing-masing bab, antara lain :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti membahas tentang latar belakang masalah, batasandan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta
sitematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis dan Kerangka Konseptual
Dalam bab ini membahas dan menguraikan tentang teori yang digunakan dan
disesuaikan dengan permasalahan.
BAB III Gambaran Umum Majalah Noor
Dalam bab ini diuraikan sejarah singkat, visi dan misi, target audiens dari
majalah Noor, serta struktur organisasi dan sekilas tentang rubrik fikih
majalah.
14
BAB IV Analisis Penelitian
Bab ini berisi temuan data yang meliputi pesan yang dituliskan dan hasil
konstruksi atau pembingkaian artikel fikih haji pada majalah Noor khususnya
pada rubrik fikih “Topik Kita” Vol VIII. TH.XI/2013.
BAB V Penutup
Bab ini meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Landasan Teoritis
1. Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann
TeoriKonstruksi sosial (social construction) dicetuskan pertama
kali oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang
merupakangambaran proses sosial melalui tindakan dan interaksinya,
dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.1 Teori ini tidak
memfokuskan pada hal-hal semacam tinjauan tokoh, pengaruh dan
sejenisnya. Tetapi lebih menekankan pada tindakan manusia sebagai aktor
yang kreatif dan realitas sosialnya.
Realitas bukanlah suatu yang alami melainkan hasil dari suatu
konstruksi, adanya reliatas karena hasil konstruksi dari manusia. Jadi
Konstruksi sosial adalah pengembangan pola pikir masyarakat atau
khalayak pembaca melalui isi dari suatu media.
Beberapa asumsi dasar dari Teori Konstruksi Sosial menurut
Berger dan Luckmann :
a. Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan
konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya.
b. Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat
pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan.
1 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). Cet. 1, h. 13
16
c. Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus.
d. Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan
sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak
kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian
bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang
spesifik.2
Realitas sosial tergantung pada bagaimana seorang memahami
dunia, dan bagaimana menafsirkannya. Penafsiran dan pemahaman itulah
yang kemudian disebut suatu realitas. Karena itu, peristiwa dan
realitasyang sama bisa jadi menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda-
beda dari seorang yang berbeda pula.3
Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara
individu yang menciptakan masyarakat serta masyarakat yang
menciptakan individu. Ia berpandangan bahwa kenyataan itu dibangun
secara sosial, dalam pengertian individu dalam masyarakat itulah yang
membangun masyarakat. Maka pengalaman individu tidak dapat
dipisahkan dengan masyarakatnya. Berger memandang manusia sebagai
pencipta kenyataan sosial yang objketif melalui tiga tahap dialektis yaitu:4
2Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa,h. 14-15
3 Eriyanto, Analisis Framing, h. 45
4Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). Cet. 1, h. 15
17
a. Eksternalisasi
Eksternalisasiyaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri
manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik.
Proses ini merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan
eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat
dilihat sebagai produk sosial. Proses ini dimaksud adalah ketika sebuah
produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting dalam masyarakat
yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu
menjadi bagian penting dalam kehidupan seorang untuk melihat dunia
luar.
b. Objektivasi
Objektivasi merupakan hasil yang telah dicapai, baik mental
maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu
berupa realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi seorang
penghasil itu sendiri. Realitas objektif itu berbeda dengan kenyataan
subjketif perorangan. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami
oleh setiap orang. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas
yang objektif atau proses interaksi sosial dalam dunia intersubjektif
yang dilembagakan serta mengalami proses institusionalisasi.
c. Internalisasi
Internalisasi lebih kepada penyerapan kembali dunia objektif
ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu
dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari
dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala
18
realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi
kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari
masyarakat. Pada tahap ini adalah proses di mana individu
mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau
organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.
Gambar 01
Proses Konstruksi Sosial Media Massa
Dalam proses konstruksi sosial media massa terdapat source
yang dapat diartikan sebagai sumber/penyampai pesan, dimana
sumber disini merupakan wartawan/ penulis. Penulis dalam hal ini
ObJektivasi
M
E
D
I
A
Eksternalisasi
Internalisasi
- Lebih Cepat
- Lebih Luas
- Sebaran Merata
- Membentuk Opini
Massa
- Massa Cenderung
Terkonstruksi
- Opini Massa
CenderungApriori
- Opini Massa
Cenderung Sinis
Source Message Channel Receiver Effect
- Objektif
- Subjektif
- Iner-Subjektif
Proses Sosial Simultan
19
memiliki tiga proses/tahapan saat akan membuat sebuah message/
berita yaitu dengan tahap eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan
dunia sosiokultural sebagai produk manusia, tahap objektivasi yaitu
interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif, dan terakhir
adalah tahap internalisasi yaitu proses dimana individu
mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau
organisasi sosial tempat individu sebagai anggotanya. Setelah melalui
tahapan tersebut maka terciptalah sebuah message/ berita yang
dituliskan oleh wartawan/ penulis. Pesan/berita yang dibuat harus
memiliki channel sebagai wadah penyampaian pesannya yaitu melalui
sebuah media. Media massa membuat dan menyampaikan beritanya
sudah melalui proses seperti objektif (apa yang ada di
lapangan/realitas di lapangan), subjektif (apa yang ada dalam pikiran
seorang wartawan/penulis), dan inter-subjektif (apa yang ada dalam
pikiran penulis/wartawan sama dengan apa yang sedang pembaca
pikirkan). Saat media membuat suatu pesan/berita maka akan ada
receiver / penerima dalam hal ini adalah pembaca atau khalayak luas.
Maka dalam proses konstruksi diatas, saat seorang wartawan/ media
membuat suatu pesan/berita maka mereka akan mendapatkan effect/
efek dari pembacanya. Efek tersebut biasanya membuat massanya/
khalayak cenderung terkonstruksi, opini massa cenderung sinis dll.
20
Dari konten konstruksi sosial media massa, proses kelahiran konstruksi
sosial media massa dapat dilihat melalui tahapan-tahapan berikut:5
1) Menyiapkan Materi Konstruksi
Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama
yang berhubungan dengan tiga hal yaitu kedudukan, harta dan perempuan.
selain tiga hal itu ada juga fokus-fokus lain seperti informasi yang sifatnya
menyentuh perasaan orang banyak yaitu persoalan-persoalan sensitif,
sensualitas maupun kengerian. Ada tiga hal penting dalam penyiapan
materi konstruksi soial yaitu:
a) Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Dalam arti, media
masa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk dijadikan
sebagai mesin penciptaan uang atau pelipatgandaan modal.
b) Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bersikap seolah-olah simpati,
empati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat.
c) Keberpihakan kepada kepentingan umum. Keberpihakan kepada
kepentingan umum dalam arti sesungguhnya yaitu visi setiap media
massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak digunakan dalam
mengkonstruksi sebuah realitas.
2) Sebaran Konstruksi
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah
semua informasi harus sampai pada khalayak pembaca setepatnyadan
secepatnya berdasarkan pada apa yang dianggap penting oleh media akan
dianggap penting pula oleh pembaca.
5Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat. (Jakarta: Penada Media Group, 2007), h. 204-206.
21
3) Pembentukan Konstruksi Realitas
Pembentukan konstruksi realitas dapat dijelaskan melalui dua
poin yaitu :
a) Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Tahap ini merupakan tahap setelah sebaran konstruksi di mana
pemberitaan/ apa yang diceritakan telah sampai pada pembaca yaitu
terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap
yang berlangsung secara generik. Pertama, konstruksi realitas
pembenaran. Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa.
Ketiga, sebagai pilihan konsumtif.6
b) Pembentukan Konstruksi Citra
Pembentukan konstruksi citra adalah bangunan yang diinginkan oleh
tahap konstruksi. Di mana bangunan konstruksi citra yang dibangun
oleh media massa ini terbentuk dalam dua model yaitu berita (cerita)
baik dan berita (cerita) buruk.7
4) Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca
memberi argumentasi terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap
pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian
untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial.
Sedangkan bagi pembaca tahapan ini juga sebagaibagian untuk
6Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 208.
7Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 209.
22
menjelaskan mengapa mereka terlibat dan bersedia hadir dalam
konstruksi sosial.
2. Analisis Framing Zhondhang Pan dan Gerald M. Kosicki
Framing adalah penekanan untuk melihat bagaimana realitas
dibentuk dan dikonstruksi oleh suatu media. Proses pembentukan dan
konstruksi realitas itu, akhirnya adalah adanya bagian tertentu yang lebih
menonjol dan lebih mudah dikenal. Hal inilah yang membuat khalayak
lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara
menonjol oleh media. Aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan
tidak diberitakan menjadi terlupakan dan sama sekali tidak
menjadiperhatian oleh khalayak pembaca.
Framing Zhondhang Pan dan GeraldM. Kosicki berasumsi bahwa
setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari
organisasi ide. Frame adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen
yang berbeda dalam teks berita ke dalam teks secara keseluruhan.8
Ada dua konsepsi dari framing yang saling berkaitan yaitu pertama
konsepsi psikologi yakni lebih melihat frame semata sebagai persoalan
internal pikiran seseorang dan menekankan pada bagaimana seseorang
memproses informasi pada dirinya yang berkaitan dengan struktur kognitif
dalam mengolah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Kedua
konsepsi sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial pada
realitas. Frame disini berfungsi melihat dan membuat suatu realitas
8 Ira Damayanthy, Konstruksi Realitas Dalam Teks Berita Kriminal Pada Headline Surat
Kabar Pos Kota (Analisis Framing), (Jakarta : IISIP, 2004), h. 32
23
menjadi teridentifikasi,dipahami, dan dapat dimengerti dan bagaimana
lingkungan sosial dikonstruksi oleh seseorang.9
Dalam model Pan dan Kosicki, perangkat framing yang digunakan
dibagi dalam empat struktur yaitu:10
a. Struktur sintaksis
Struktur sintaksis dalam pengertian umum merupakan susunan
kata atau frase dalam kalimat. Dalam sebuah berita sintaksis menunjuk
pada pengertian susunan dari bagian berita, seperti headline, lead,
latar informasi, sumber, dan penutup dalam satu kesatuan teks berita
secara keseluruhan. Bentuk struktur sintaksis yang paling dikenal
adalah struktur piramida terbalik. Dalam piramida ini bagian atas yang
ditampilkan lebih mempunyai peranan penting dibandingkan dengan
bagian bawah. Struktur ini punya peranan penting tentang bagaimana
media (majalah) memaknai peristiwa dan hendak kemana berita
tersebut dibawa.
Headline dalam struktur ini mempunyai tingkat penonjolan
yang tinggi dan menunjukkan kecenderungan berita atau artikel.
Biasanya khalayak pembaca lebih cenderung mengingat headline/
judul berita dibangdingkan dengan bagian atau isi berita. Headline
mempunyai fungsi framing yang kuat yang digunakan oleh wartawan
atau penulis untuk menunjukkan bagaimana ia mengkonstruksi suatu
9 Eriyanto, Analisis Framing, h. 252-253
10Eriyanto, Analisis Framing, h. 257-266
24
isu. Selain judul/headline, lead juga merupakan perangkat sintaksis
lain yang juga sering digunakan dalam penulisan aritikel/ berita.
Struktur lain dalam sintaksis adalah latar informasi yang
merupakan bagian berita atau artikel yang dapat mempengaruhi makna
yang akan ditampilkan oleh penulis/wartawan. Latar yang dituliskan
oleh wartawan dapat menentukan ke arah mana nantinya pandangan
khalayak pembaca akan dibawa. Bagian lain yang juga penting adalah
pengutipan sumber. Bagian ini dimaksudkan untuk membangun
objektivitas serta prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Bagian ini
juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang
dituliskan oleh wartawan bukan semata-mata pendapat pribadinya,
melaikan ada pendapat dari seorang yang mempunyai otoritas tertentu.
b. Struktur skrip
Struktur ini melihat bagaimana wartawan menceritakan
peristiwa ke dalam berita. Setiap media mempunyai cara bercerita/
mengisahkan suatu informasi tersendiri dan berbeda-beda dari media
lain. Skrip merupakan salah satu strategi suatu media termasuk
majalah Noor dalam menuliskan berita.
Bentuk umum dari struktur ini adalah pola 5W+1H yaitu, who,
what, when, where, why, dan how. Unsur kelengkapan berita ini
menjadi penanda framing yang begitu penting. Wartawan juga
mempunyai cara tersendiri agar berita yang ia tuliskan menarik
perhatian pembaca. Sama halnya seperti seorang novelis, ia juga
25
mempunyai strategi dan cara bercerita tertentu. Segi cara bercerita ini
dapat pula menjadi tanda framing yang akan dituliskan dan dituangkan
dalam media.
Skrip merupakan suatu strategi yang digunakan wartawan
dalam mengkonstruksi sebuah berita/ tulisan. Skrip memberikan
tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang kemudian
sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
c. Struktur tematik
Struktur tematik adalah bagaimana wartawan mengungkapkan
pandangannya atas suatu peristiwa. Struktur ini dapat dilihat dari
bagaimana peristiwa diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Tematik
berhubungan dengan bagaimana suatu fakta dituliskan, bagaimana
kalimat yang digunakan, bagaimana menempatkan dan menulis
sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan.
Dalam menulis berita wartawan mempunyai tema tertentu atas
suatu peristiwa yang akan dituliskan. Tema itulah yang akan
dibuktikan dengan susunan atau bentuk kalimat tertentu, proposisi,
atau hubungan antar proposisi. Perangkat yang digunakan dalam
struktur ini yaitu detail, koherensi, bentuk kalimat, serta kata ganti.
d. Struktur retoris
Retoris adalah carabagaimana wartawan menekankan arti
tententu dalam suatu berita. Struktur ini juga menggambarkan pilihan
gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan sebuah
26
arti yang ingin ia tonjolkan. Retoris dari wacana berita juga
menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang dituliskan merupakan
sebuah kebenaran.
Dari struktur ini elemen yang paling penting adalah leksikon,
pemilihan atau pemakaian kata tertentu untuk menggambarkan dan
menandai peristiwa tertentu. Pilihan kata yang dipilih tidak semata-
mata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis
menunjukkan bagaimana pemaknaan seorang terhadap fakta/ realitas.
Selain melalui kata, penekanan pesan dalam sebuah berita juga
dilakukan dengan menggunakan unsur grafis. Dalam wacana berita
unsur ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan dengan tulisan lain. Elemen grafis biasanya juga muncul
dalam bentuk foto, gambar, dan tabel untuk mendukung sebuah
gagasan atau bagian lain yang tidak ditonjolkan. Unsur yang lain
adalah metafora yang merupakan cara penyampaian melalui kiasan dan
suatu ungkapan.
B. Kerangka Konseptual
1. Majalah
Majalah berkembang sejak ditemukannya mesin cetak oleh
Johannes Guttenberg. Pada pertengahan abad ke 17 di Inggris majalah
menjadi bahan bacaan favorit sekelompok bangsawan dan elit. Andrew
Bradfoord (1741) menerbitkan American Magazine, or a Monthly View of
27
the Political State of the British Colonies, disusul oleh Benjamin Franklin
dengan General Magazine and Histrical Chronicle for All British
Plantations in America. Keberadaan majalah saat itu menjadi bagian
penting di kalangan elit AS sebagai sumber referensi utama yang kritis
terhadap terhadap kebijakan pemerintah.11
Adanya majalah di Indonesia diawali pada masa menjelang dan
awal kemerdekaan Indonesia.Majalah di Indonesia yang pertama adalah
majalah bulanan Pantja Raja (1945) diterbitkan di Jakarta atas prakarsa Ki
Hajar Dewantoro. Dan majalah mingguan Menara Merdeka yang digagas
oleh Arnold Manoutu dan dr. Hassan Missouri di Ternate yang memuat
berita-berita yang disiarkan pada Radio Republik Indonesia (RRI). Hingga
saat ini majalah sudah banyak beredar dengan varian segmentasi.12
Majalah/ magazine, istilah ini biasa dipakai untuk menyebutkan
majalah secara umum. Yaitu berita tertulis yang terbit secara berkala dan
berisi berita atau bacaan secara umum. Majalah biasanya ditulis oleh
beberapa orang dengan bahasa sehari-hari dan mudah dimengerti oleh
pembaca secara umum.13
Majalah merupakan media massa atau media
pers yang diterbitkan secara berkala: mingguan dwimingguan, bulanan,
dan seterusnya. Isinya berupa artikel, cerita, gambar-gambar, dan iklan.14
Majalah merupakan media atau alat yang efektif untuk menyampaikan
ajaran Islam selain dengan komunikasi dua arah atau face to face.
11
Apriadi Tamburaka, Literasi Media, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013). Cet-1. h. 50 12
Apriadi, Literasi Media, h. 51 13
Lasa, Pengelolaan Terbitan Berkala, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 14 14
YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT. Grasindo, 1998), h. 77
28
Majalah merupakan media pendukung sarana komunikasi dalam
penyampaian ajaran Islam. Dengan adanya media ini seorang komunikator
atau pendakwah tidak lagi harus selalu berbicara atau menyampaian ajaran
Islam hanya di depan mimbar. Pendakwah bisa menyampaikan ide atau
gagasan mengenai nilai-nilai ajaran Islam hanya dengan tulisan ataupun
tanggapannya di media.
Meskipun majalah sama dengan media cetak lain, namun tetap bisa
dibedakan melalui beberapa karakteristiknya, yaitu: penyajiannya
lebihdalam, nilai aktualitas lebih lama, Gambar/ foto lebih banyak, dan
Cover sebagai daya tarik.15
Pembaca majalah/khalayak pembaca majalah adalah mereka yang
telah mengeyam pendidikan perguruan tinggi, 94% berlangganan
setidaknya satu majalah. Angka yang sama juga terdapat pada rumah
tangga yang mempunyai penghasilan per tahun lebih dari $40.000 dan
mereka yang mempunyai karier profesional dan manajerial, tanpa melihat
pendidikan terakhirnya. Pembaca majalah yang khas adalah setidaknya
lulusan sekolah menengah atas, sudah menikah, mempunyai rumah
sendiri, bekerja penuh waktu, serta memiliki pendapatan rumah tangga
tahunan sedikit di bawah $40.000.16
15
Elvinarno dkk, Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2007). Cet-1, h. 121-122 16
Stanley J. Baran, Pengantar Komunikasi Massa: Melek Media dan Budaya, (Jakarta:
Erlangga, 2008), h. 184
29
2. Pengertian Rubrik
Rubrik biasanya menjadi sebuah kriteria dari suatu hal. Dalam hal
ini, adalah koran (surat kabar) serta majalah. Rubrik juga disebut kolom,
rubrik dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai
kepalakarangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dan lain-
lain.17
Biasanya, rubrik terletak di bagian kepala karangan atau bagian atas
dari sebuah koran atau majalah.
Menurut Onong Uchjana Effendy, rubrik merupakan ruangan
khusus pada surat kabar, majalah serta media cetak lainnya, mengenai
aspek serta kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya rubrik wanita,
rubrik pendapat, rubrik olah raga, rubrik pembaca, rubrik lifestyle dan lain
sebagainya.18
Rubrik merupakan alokasi halaman untuk menampilkan tulisan-
tulisan tertentu dalam satu tema.19
Nama halaman adalah identitas bahwa
halaman dalam rubrik berisi tulisan bertema khusus, misalnya rubrik fikih
berarti isinya berita-berita/artikel tentang fikih Islam.
Biasanya dalam sebuah majalah terdapat beberapa rubrik yang
memiliki fokus tema-tema tertentu. Dalam majalah Noor khususnya, di
majalah ini terdapat beberapa rubrik seperti fikih, fashion, lifestyle,
kuliner, inspirasi, dan silaturahim.
17
http://kamusbahasaindonesia.org/rubrik Diakses pada Jumat, 10 Januari 2013 pukul
15.43 PM 18
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1989). h. 316 19
Asep Syamsul M. Romli, Kamus Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2008), h. 113
30
3. Konsep Ibadah Haji
Ibadah haji mempunyai dua pengertian secara bahasa dan istilah.
Kata haji berasal dari bahasa Arab yang bermakna tujuan dan dapat dibaca
dengan dua lafazh Al-hajj dan Al-Hijj.20
Sedangkanibadah haji secara
bahasa, kata haji bermakna al-qashdu, yang artinya menyengaja atau
melakukan dengan sengaja sesuatu yang agung. Sedangkan secara istilah,
haji berarti aktivitas mendatangi kabah yang dilakukan seseorang untuk
menjalankan ritual tertentu.21
Ada pula yang mendefinisikan haji
merupakan aktivitas berziarah yang dilakukan pada waktu tertentu dan
ditempat tertentu serta melakukan amalan-amalan tertentu dengan niat
beribadah.22
Penyelenggaraan haji di Nusantara dilaksanakan secara rutin sejak
berdirinya kerajaan Islam. Sejak kerajaan Samudra Pasai di Aceh berdiri
pada tahun 1292, jumlah jamaah haji semakin bertambah. Padahal perjalan
haji itu sendiri memerlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Maklum pada masa itu perjalanan haji dilakukan melalui laut dengan
menggunakan perahu layar. Penyelenggaraan haji di Indonesia telah
melintasi durasi yang sangat panjang, dari mulai masuknya agama Islam di
Nusantara hingga sampai saat ini. Umat muslim di Indonesia menjalankan
20
http://shafamandiri.blogspot.com Diakes pada, 12 September 2014 pukul 15:12 21
Gus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: PT. Elek Media Komputindo,
2009), h. 10 22
Anwar Hilmi dan Anwar Nashir, Manasik Haji dan Umroh untuk Semua Usia, (Jakarta:
Al-Maghfiroh, 2013). Cet-1. h. 2
31
ibadah haji sejak Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-10.23
Saat itu
ibadah haji dilakukan perorangan dan kelompok dalam jumlah yang kecil,
dan belum dilakukan secara massal.
Ibadah haji merupakan kewajiban seumur hidup sekali bagi yang
mampu dan muslim untuk menunaikannya. Jika haji sudah dilakukan
berkali-kali maka bukan lagi memenuhi sebuah kewajiban melainkan kita
sudah menjalankan sunnah, yakni apabila sunnah dikerjakan dapat
mendatangkan pahala tersendiri, dan apabila ditinggalkan tentu tidak
menjadikan sebuah dosa. Maka jika seorang jamaah telah melakukannya
sekali maka telah gugurlah pula kewajiban dari rukun Islamnya yang
kelima.
Dalam Al-Qur’an Allah telah memerintahkan dan mewajibkan
umatnya untuk menjalankan ibadah ini sesuai dengan Al-Qur’an Surat Al-
Imran Ayat 97 yaitu :
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim, Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.”
23
Kementrian Agama RI, Haji dari Massa ke Massa. (Jakarta: Direktorat Jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2012). Cet.1, h. 8
32
Allah SWT mewajibkan bagi umat muslim menjalankan ibadah
haji yang merupakan rukun Islam yang kelima, yaitu menunaikan ibadah
haji bila seorang telah mampu melaksankannya. Mampu dalam hal ini
tentulah tidak hanya mampu secara ekonomi, melainkan kondisi fisik
seseorang juga harus mampu dalam ibadah ini.
Ibadah haji merupakan kegiatan berkunjung ke Baitullah (Ka’bah)
yang berada di Makkah untuk melakukan thawaf,wukuf di padang Arafah,
dan sa’i (antara bukit Sofa dan Marwah)serta melakukan amalan-amalan
yang diajarkan Rasullullah SAW. Melaksanakan ibadah haji memiliki
hukum yang wajib bagi kaum muslim terutama yang sudah baligh,
berakal, merdeka serta mampu baik fisik maupun ekonominya.24
Perjalanan haji ke Baitullah membutuhkan bekal yang cukup.Di
samping bekal harta, ilmu pun merupakan bekal yang mutlak
dibutuhkan.Dengan ilmu lah, seseorang menjadi terbimbing dalam
menjalankan ibadah hajinya dan sesuai dengan Sunnah (tuntunan)
Rasullullah SAW. Lebih dari itu, akan terhindar dari berbagai macam
bid’ah dan kesalahan, sehingga hajinya pun sebagai haji mabrur.25
Ibadah haji mempunyai keutamaan dalam menjalankannya, hal
inilah yang membedakan ibadah haji dengan ibadah lainnya. Berikut
beberapa keutamaan dalam menjalankan ibadah haji:26
24
Bonani Adam dan Mustofa, Hikmah Rahasia Ibadah Haji dan Umrah, (Bandung:
Lubuk Agung, 1994), h. 10 25http://www.alquran-sunnah.comDiakes pada, 14 Januari 2014 pukul 12:53 PM 26
Anwar Hilmi dan Anwar Nashir, Manasik Haji dan Umroh untuk Semua Usia, h. 13-16
33
a. Allah membanggakannya di depan malaikat
Keutamaan orang yang melakukan ibadah haji yang juga sangat
istimewa, yakni para jamaah haji itu dibanggakan oleh Allah swt, di
depan para malaikatnya. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa
malaikat merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya.
Jika sampai Allah saja membanggakan para jamaah haji di depan para
malaikatnya, berarti derajat para jamaah haji pun juga pasti sangat
tinggi di hadapan Allah.
b. Sebanding dengan jihad di jalan Allah swt
Haji merupakan pengganti pahala berjihad untuk laki-laki kepada
seorang wanita yang mempunyai peran utama sebagai kepala
keluarga, seorang istri menjaga harta suami dan membesarkan anak
dengan baik saat suaminya menjalankan ibadah haji.Dari Aisyah ra:
“Bahwa ia Bertanya: “Wahai Rosulullah, apakah kaum
wanita itu wajib berjihad?” beliau bersabda: “Ya, orang-orang
perempuan wajib berjihad tanpa perang di dalamnya, yaitu haji dan
umrah”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)27
c. Haji mabrur balasannya adalah surga
Mengeluarkan biaya yang banyak untuk ibadah haji memang suatu
pengorbanan, tetapi merupakan pengorbanan di jalan Allah swt.
27
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedi Hadis: Shahih Al-
Bukhari 1. (Jakarta: Almahira, 2011). Cet.1. h. 341
34
d. Menghapus dosa seperti baru dilahirkan
Rasullullah saw., bersabda:
Barangsiapa yang mengerjakan ibadah haji dan dia tidak
melakukan jima' dan tidak pula melakukan perbuatan dosa, dia akan
kembali dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika ia dilahirkan
ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim)28
e. Haji merupakan amal terbaik setelah iman dan jihad
Dalam hadis lain disebutkan bahwa Rasullullah saw pernah ditanya
tentang amalan apa yang paling baik setelah iman dan jihad. Dan
beliau menjawab pasti bahwa ibadah itu adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah.
f. Berhaji merupakan pengabul doa
Allah swt telah berjanji untuk mengabulkan doa orang yang
melakukan ibadah haji.
g. Jamaah haji dan umroh adalah tamu Allah
Ibadah haji merupakan media pertemuan umat Islam sedunia untuk
melihat keagungan Allah. Seluruh umat Islam yang berasal dari
negara yang berbeda dipersatukan dalam ikatan iman, Islam, dan
ketauhidan yang sama. Maka semua umat yang menjalankan ibadah
ini adalah tamu Allah yang agung.
28 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedi Hadis. h. 341
35
4. Mabrur dalam Ibadah Haji
Mengerjakan ibadah haji ialah mengunjungi Baitullah yang telah
dijadikan Allah swt sebagai kiblat umat muslim, untuk melaksanakan
beberapa amalan dan ibadah yang telah ditetapkan syara’ diwaktu yang
telah ditentukan yaitu dari 1 Syawal hingga hari yang kesepuluh dari bulan
Zulhijjah.29
Karena jika ibadah ini dijalankan menurut ketentuan yang
Allah tetapkan maka balasannya tiada lain ialah surga.
Haji mabrur merupakan haji yang telah melakukan tata cara ibadah
atau manasik haji sesuai dengan petunjuk dari Allah Swt dan Sunnah
Rasulullah SAW, dengan memperhatikan berbagai syarat dan rukunnya
serta hal-hal yang wajib diperhatikan dalam berhaji.
Istilah haji mabrur tidak kita jumpai dalam Al-Quran, tetapi
Rasullullah SAW menyebutkan istilah haji mabrur melalui beberapa
hadistnya untuk menunjukkan makna haji yang baik dan sempurna.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasullullah SAW. pernah
ditanya:30
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: Rasulullah SAW ditanya:
„Amal ibadah apakah yang paling utama?‟ Rasullullah SAW.
menjawab: “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Sahabat
29
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam 2, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2001). Cet-2. h. 130 30
Abdul Halim, dkk, Ensiklopedi Haji dan Umrah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2002). Cet-1. h. 92
36
bertanya lagi: “Kemudian apa?” Rasullullah SAW. menjawab:
“Jihad pada jalan Allah.” Sahabat bertanya lagi: “Kemudian apa?”
Rasullullah SAW. bersabda: “Haji yang Mabrur” (HR. Bukhari dan
Muslim).31
Mabrur berasal dari bahasa Arab mabrur yang diambil dari kata
barra dengan makna surga, benar, diterima, pemberian, keluasan dalam
kebajikan. Dari makna yang terkandung dari kata mabrur, maka haji
mabrur mempunyai arti haji yang dipandang baik dan benar karena telah
dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh
syara’ sehingga diterima oleh Allah dan diberi balasan berupa surga.32
Haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan dengan baik, tidak
melakukan hal-hal yang dilarang seperti berkata kotor, berbuat fasik atau
mengganggu orang lain, tak terkecuali menyuap orang untuk
memudahkannya melakukan sesuatu seperti mencium hajar al-aswad.
Sedangkan Haji maqbul adalah haji yang diterima Allah. Haji
maqbul memiliki tanda-tanda hajinya tidak dicampuri dosa, dikerjakan
dengan benar, ikhlas, dan setelah pulang dari menjalankan haji, amal
ibadah dan kebajikannya semakin bertambah.33
Beberapa Indikator Haji Mabrur sebagaimana disebutkan oleh
Rasullullah saw: 34
a. Tumbuhnya kepedulian sosial yang tinggi, dalam hal ini berarti lebih
mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan dirinya
31
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Ensiklopedi Hadis. h. 341 32
Abdul Halim, dkk, Ensiklopedi Haji dan Umrah, h. 93 33
Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2008).
Cet-1. h. 2015 34
Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah, h. 213
37
sendiri. Bahkan pada tingkatnya yang paling sempurna adalah rela
memberikan bantuan kepada orang lain, yang notabennya dirinya pun
juga membutuhkan sesuatu yang diberikannya itu.
b. Tutur kata yang santun, Tutur kata yang baik menjadi syarat
terjalinnya hubungan yang harmonis di tengah masyarakat.
c. Peningkatan gairah beribadah sekembalinya dari tanah suci. Mereka
yang meraih haji mabrur akan semakin rajin ke masjid untuk shalat
berjama’ah ataupun menghadiri berbagai kegiatan keagamaan. Sebab
selama mereka di tanah suci telah melatih dirinya untuk terus menurus
sholat berjama’ah di masjid. Bahkan datang lebih awal dari jadwal
waktu sholat berjama’ah.
d. Memelihara suasana damai dan keharmonisan hubungan sosial.
Seorang yang telah berhaji biasanya tidak pernah mencipkan
kerusuhan atau konflik baik dalam keluarganya maupun dalam
masyarakat.
e. Tidak melakukan perbuatan dosa yang besar maupun yang kecil.
Seorang yang telah menjalankan haji biasanya juga tidak pernah
melakukan dosa sedikitpun, jika hilaf maka ia akan segera bertobat
kembali.
Mabrur tidaknya seorang haji dapat dilihat dari bagaimana seorang
yang telah berhaji itu mengaplikasikan dan menerapkan hasil dari
ibadahnya ke dalam kehidupan sehari-hari.
38
BAB III
COMPANY PROFILE
A. Sejarah Majalah Noor
Majalah Noor merupakan majalah muslimah kosmopolitan pertama di
Indonesia.1 Memiliki slogan Yakin – Cerdas – Bergaya, majalah ini mengajak
kaum perempuan Indonesia untuk makin dekat, cinta, dan taqwa kepada Allah
SWT. Majalah ini juga mempunyai keinginan untuk mengangkat citra
perempuan Islam, yang sering dianggap terbelakang, kurang berpendidikan,
dan sebagainya.Majalah Noor memiliki keyakinan dengan merujuk pada Al-
Quran dan hadist dalam menyampaikan pesannya, serta mampu mempunyai
banyak pembaca dan juga orang yang mempelajari Islam lebih dalam.Karena
Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam yang memiliki nilai-nilai universal
dan berlaku untuk semua.2
Majalah ini hadir untuk menginspirasi para perempuan terutama
perempuan pada umumnya dan muslimah khususnya yang punya ilmu tentang
Islam, jadi melalui majalah ini mereka dapat belajar tentang Islam dan mau
berbagi tentang ilmu-ilmu Islam. Majalah Noor juga menginginkan para
muslimah khususnya, tidak hanya beragama Islam di KTP melainkan Islam
yang benar-benar sejatinya Islam dengan membentuk pribadi muslimah yang
Islami namun tetap dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman.3
1http://www.noor-magazine.com/Diakses pada Minggu, 13 April 2014, pukul 18:52 PM
2Wawancara Pribadi dengan Jetti Rosila Hadi, Pemimpin Redaksi, Jakarta, 7 Mei 2014
3Wawancara Pribadi dengan Jetti Rosila Hadi.
39
Majalah ini didirikan olehtiga orang yaitu, Ratih Sanggarwati, Sri
Artaria Alishjahbana, dan Jetti Rosila Hadi, serta didukung oleh Mario
Alishjabhana. Majalah Noor diterbitkan oleh Pinpoint Publications sebagai
majalah bulanan. Pertama kali beredar pada Mei 2003. Hingga saat ini, Noor
hadir dengan serangkaian rubrik dan artikel yang informatif, inspiratif, serta
menarik dalam tema-tema: fikih, fashion, lifestyle, kuliner, inspirasi, dan
silaturahim.4
Majalah Noor mempunyai sirkulasi keseluruh Indonesia untuk
menjangkau khalayak pembaca secara luas. Majalah ini beredar setiap bulan
pada minggu kedua, harganya pun cukup terjangkau yaitu, Rp. 34.000/ edisi
dengan jumlah halaman 112 halaman + 4 halaman Cover. Harga terbilang
terjangkau jika dibandingkan dengan manfaat serta informasi yang didapatkan
oleh khalayak pembaca.5
B. Visi Misi Majalah Noor
1. Visi
Majalah untuk kosmopolitan yang dinamis, sehingga perempuan dapat
saling belajar dan berbagi untuk menjadi makhluk yang mulia.
2. Misi
Mengantarkan perempuan agar dapat tampil sebagai pribadi yang “Yakin
Cerdas Bergaya” dan konsen terhadap agama serta moral.
4http://www.noor-magazine.com/Diakses pada Minggu, 13 April 2014, pukul 18:52 PM
5 Media Profil Majalah Noor, Jakarta: PT. Nur Cahaya Teduh, 17 April 2014
40
C. Tujuan Majalah Noor
Majalah Noor memiliki Tujuan utama yaitu:
1. Berbagi Ilmu Islam melalui sebuah bacaan yang ringan dibaca dan mudah
dipahami.
2. Membentuk pribadi muslimah modern yang Islami dan sesuai denganAl-
Quran dan Al-Hadist.
3. Menjadikan Muslimah Yakin dan mempunyai Ilmu pengetahuan Islam
tentang apa yang akan mereka kerjakan.
D. Struktur Redaksi Majalah Noor
Adapun struktur Majalah Noor saat ini adalah:
Tabel 2
Struktur Redaksi Majalah Noor6
No Jabatan Nama
1 Pemimpin Perusahaan Mario Alisjahbana
2 Pemimpin Umum Sri Artaria Alisjahbana
3 Pemimpin Redaksi Jetti Rosila Hadi
4 Sekretaris Redaksi Neneng Nuriyyah
5 Redaktur Ahli Ratih Sanggarwati, Badriyah Fayumi, Umar
Fayumi
6 Iklan Dian Tanjung Sari
7 Promosi Osep Rahmat
6 Media Profil Majalah Noor.
41
8 Redaksi Yudiana Tirta, Ade Nur Sa’adah, Putri
Wulan. M
9 Kontributor Amalia Prihanto, Ade Aprilia
10 Artistik Mardi Santoso, Panca Akbari
11 Fotografer Ramsy
12 Direksi Mario Alisjahbana, Sri Artaria, Isson Khairul
E. Target Pembaca Majalah Noor
Setiap media yang beredar tentu mempunyai target khalayak pembaca
yang ingin dicapai agar komunikasi yang disampaikan dapat tepat sasaran,
begitu pula dengan majalah Noor, berikut target pembaca majalah Noor:
Tabel 3
Target Pembaca Majalah Noor
No Target Pembaca
1 Perempuan Muslim
2 Usia 20 – 45 tahun
3 Berkeluarga
4 Sosial Ekonomi Status (SES) A & B+
5 Modern (mengikuti trend/perkembangan terkini dalam berbagai
bidang)
6 Aktif di : Dunia Profesi, Organisasi Sosial, dan Pengajian
7 Pendidikan S1 dan Akademi
8 Perhatian terhadap Agama dan kesetaraan Gender
42
9 Menyukai gaya hidup modern, gemar meng-update ilmu pengetahuan
and keep up dengan perkembangan teknologi
10 Passion terhadap fashion
11 Memiliki strong bonding dengan peers
12 Concern terhadap gaya hidup sehat
13 Pekerjaan (Profesional dan Ibu Rumah Tangga)
14 Suka Travelling dan kegiatan sosial
15 Memiliki rumah dan kendaraan Pribadi
F. Rubrikasi Fikih Topik Kita di Majalah Noor
Majalah Noor memiliki beberapa rubrik di dalamnya, diantaranya:
fikih, fashion, lifestyle, kuliner, inspirasi, dan silaturahim. Semua rubrik yang
dihasilkan merupakan bacaan yang inspiratif dan punya nilai-nilai
pengetahuan Islam yang begitu tinggi terutama dalam rubrik fikih “Topik
Kita” Vol. VIII TH. XI/2013 DZULHIJJAH 1434 yang juga peneliti angkat
dalam skripsi ini. Rubrik fikih “Topik Kita” pada edisi ini menghadirkan dua
artikel tentang haji yaitu, Haji Luar Biasa dan Kepeloporan Haji Mabrur.
Haji Luar Biasa dalam artikel ini menunjukkan bahwa haji sejatinya
memiliki efek yang luar biasa, setiap ritual yang dijalankan dalam ibadah haji
memiliki efek/nilai-nila di dalamnya. Seperti gerakan tawaf yang
menggambarkan suatu pergerakan terus-menerus yang sangat dinamis dan
fokus pada satu titik tujuan. Kegiatan wukuf di Arafah yang menyimbolkan
43
kesiapan umat untuk senantiasa bahu-membahu dan berserikat menjalankan
tugas bersama berlandaskan prinsip kesetaraan dan kesatuan visi dan misi.
Dan kegiatan sa’i atau lari-lari kecil (naik dan turun) diantara dua bukit Shafa
dan Marwah yang mempunyai nilai kesediaan umat untuk selalu bersama-
sama dalam suka dan duka, senasib-sepenanggungan, serta gigih dalam
pencarian untuk menemukan hal terbaik yang bisa dihadiahkan kepada umat
manusia. Selain itu kegiatan mabit atau menginap di Mina yang diikuti dangan
melempar jumrah menggambarkan keseriusan umat dalam menjaga
pergerakan itu agar jangan sampai dilemahkan dan digerogoti oleh musuh dari
luar maupun dari dalam. Hal inilah yang sesuai dengan judul yang ditulis oleh
penulis yaitu Haji Luar Biasa yang digambarkan oleh nilai-nilai dari kegiatan
dan ritual yang ada dalam ibadah haji.
Artikel kedua adalah Kepeloporan Haji Mabrur, dalam artikel ini
penulis menuliskan sejarah panjang tentang peranan penting jamaah haji bagi
perkembangan Islam di Nusantara, selain itu penulis juga menuliskan pelopor
perlawan yaitu, bagaimana seorang haji zaman dulu merupakan motor
penggerak perlawanan kepada Belanda, sehingga haji zaman dulu perlu diberi
gelar khusus agar mudah terdeteksi. Sebagai penutup tulisan dalam artikel ini
penulis menuliskan para haji kini yaitu, bagaimana haji saat ini berbeda jauh
dengan haji zaman dulu dimana haji saat ini tidak lagi seperti haji zaman yang
merupakan penggerak perlawanan pada Belanda serta kurangnya dedikasi
seorang yang telah berhaji kepada kepentingan masyarakat.
44
Fenomena haji di Indonesia begitu kental, jika seorang telah berkali-
kali berangkat haji maka anggapan mereka pasti akan menjadi seorang haji
yang mabrur. Padahal jika kita lihat sekilas tentang indikator haji mabrur
adalah seorang yang telah pergi haji maka tumbuhlah kepedulian sosial yang
tinggi dalam dirinya, tutur katanya santun, gairah beribadahnya juga lebih
tinggi, dapat menciptakan kedamaian serta keharmonisan dalam hubungan
sosialnya, dan tidak melakukan perbuatan dosa baik dosa yang besar maupun
yang kecil sekalipun.
45
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Hasil Temuan Penelitan
Setiap media mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam
memberitakan sebuah isu, begitu pula dengan majalah Noor.Majalah
perempuan muslimah kosmopolitan ini mempunyai sudut pandang yang
berbeda pula dalam memberitakan isu yang sedang diangkat seperti
pemberitaan haji di Indonesia.
Pada bab ini peneliti akan menganalisis artikel yang disajikan oleh
majalah Noor mengenai pemberitaan haji di rubrik fikih “Topik Kita” VOL.
VIII TH. X/2013 DZULHIJJAH 1434. Dalam edisi ini terdapat dua atikel
yang masing-masing mengulas tentang pemberitaan haji.Untuk mengetahui
bagaimana Noor membingkai berita yang disajikan pada edisi ini. Peneliti
akan menguraikan ke-dua berita/artikel tersebut dengan menggunakan framing
dengan model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Berikut hasil temuan
dan analisi teks tentang pembeitaan haji yang dianalisis menggunakan teknik
framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Tabel 4
Rangkaian Artikel di Rubrik Fikih “Topik Kita” Majalah Noor
No Edisi Judul Artikel Hlm Penulis
1 VOL. VIII TH. X/2013
DZULHIJJAH 1434
Haji Luar Biasa 70-71 Umar Fayumi
2 VOL. VIII TH. X/2013
DZULHIJJAH 1434
Kepeloporan Haji
Mabrur
72-74 Badriyah Fayumi
46
B. Pembingakaian Artikel Haji Luar Biasa di Majalah Noor
Tabel 5
Tema dan Sub-tema Pokok pada Atikel “Haji Luar Biasa”
No Judul Artikel Tema-tema dan Sub-tema Pokok
1 Haji Luar Biasa 5. Titik Kulminasi (titik puncak dari
pengalaman syariat Islam)
6. Kristalisasi Nilai
7. Multiefek kemabruran
Artikel 1
Judul: Haji Luar Biasa
Tabel 6
Analisis Artikel 1
Struktur Perangkat
Framing
Unit
Pengamatan
Hasil Pengamatan
Struktur Sintaksis
(Bagaimana
penulis menyusun
peristiwa/gagasan
ke dalam bentuk
susunan umum
berita/tulisan)
Skema berita
Judul Haji Luar Biasa
Lead Haji adalah ibadah
yang luar biasa dan
peristiwa atau
pengalaman yang luar
biasa umumnya akan
melahirkan pribadi-
pribadi yang juga luar
biasa.
Latar
Informasi
Fenomena Haji di
Indonesia
Kutipan Al-Quran dan Al-
Hadist
Narasumber/
Referensi
Al-Quran dan Al-
Hadist
Opini/Pernyat
aan
Hampir seluruh isi
tulisan merupakan
opini dan pernyataan
penulis kecuali yang
berasal dari sumber
tertentu.
47
Penutup Pertanyaan,
kemabruran haji jika
haji masih saja hanya
sebagai sebuah tren
tanpa efek positif yang
berarti dalam
kehidupan seorang
yang telah berhaji.
Struktur Skrip
(Bagaimana
strategi penulis
menceritakan/
menuliskan
peristiwa/ gagasan
ke dalam bentuk
berita/ tulisan)
Kelengkapan
berita
What Haji
Where Di Indonesia
When Saat ini
Who Masyarakat Indonesia
Why Agar masyarakat yang
telah berhaji mampu
memahami arti berhaji
dan dapat melahirkan
pribadi seorang haji
yang luar biasa serta
peka terhadap
lingkungan sosial
sehingga hajinya pun
menjadi haji yang
benar-benar mabrur.
How Seorang haji harusnya
lebih memahami haji.
Struktur Tematik
(Bagaimana
pemahaman
penulis atas suatu
peristiwa/gagasan
yang diwujudkan
dalam bentuk
yang lebih kecil)
Detail
Detail
Dalam artikel ini peneliti menemukan
detail dengan menyebutkan titik puncak
dari haji dan juga internalisasi nilai-nilai
filosofisnya berupa: syahadat, shalat,
puasa, zakat, serta haji adalah titik
puncaknya.
Koherensi
(Pertalian/ jalinan
antar kata)
Peneliti melihat penulisan artikel ini
terdapat koherensi penjelas antar
kalimat.
Bentuk Kalimat
Penulisan artikel ini kalimat yang
dituliskan merupakan bentuk kalimat
deduktif, di mana hal yang utama
diuraikan pada paragraf awal kemudian
disusul dengan uraiannya sebagai
pelengkap selanjutnya. Dalam artikel
ini, penulis menggunakan kalimat aktif
dan pasif, yaitu dengan pemakaian
awalan me- dan di- yang cukup
berimbang.
48
Kata Ganti Kata ganti yang dipakai oleh penulis
adalah dia yang menunjukkan kata ganti
orang pertama, dalam artikel ini orang
pertama adalah seorang yang telah
berhaji. Penulis juga memakai kata ganti
kitayang merupakan kata ganti dari
orang banyak yaitu para jamaah haji dan
khalayak pembaca.
Struktur Retoris
(Cara penulis
menekankan fakta)
Kata (Leksikon) Ada beberapa kata yang digunakan
penulis dalam artikel ini guna
menjelaskan kemabruran dalam sebuah
haji. Beberapa kata tersebut adalah: Haji,
mabrur, ibadah, Islam, rukun Islam,
nilai, luar biasa.
Idiom
Senasib sepenanggungan= punya tujuan
yang sama satu dengan yang lainnya/
sama-sama merasakan apa yang orang
lain rasakan.
Bahu membahu= saling membantu antar
sesama.
Grafis
(Gambar/foto)
Dalam artikel ini menyajikan dua buah
foto: pertama foto suasana haji di
padang arafah, kedua Jamaah haji yang
sedang melempar jumrah.
1. Struktur Sintaksis dari artikel Haji Luar Biasa
Struktur sintaksis adalah bagaimana bentuk susunan kalimat yang
dipilih untuk menuliskan sebuah berita. Adapun elemennya adalah sebagai
berikut:
a. Judul/Headline
Headline merupakan judul dari berita/ artikel yang dituliskan.
Headline yang dituliskan dalam rubrik fikih “topik kita” dalam majalah
Noor VOL. VIII TH. XI/2013 DZULHIJJAH 1434 ini cukup mewakili isi
berita yang dituliskan. Petikan Judul/Headline adalah sebagai berikut:
49
Haji Luar Biasa
Secara sintaksis, Headline dari berita ini diterangkan kembali pada
pragaraf bagian akhir berita sebagai penekanan pentingnya informasi yang
disampaikan. Paragraf tersebut berbunyi:
Jika pesan-pesan nilai yang begitu luar biasa dari ibadah haji itu
bisa diejawantahkan sepenuhnya oleh bangsa Indonesia pada
khususnya dan umat Islam dunia pada umumnya niscaya krisis
multidimensi yang selama ini kita hadapi lambat laun pasti akan
terhapuskan, bahkan bisa berbalik menjadi kejayaan multidimensi.1
Judul/Headline pada berita ini berusaha menginformasikan kepada
khalayak pembaca bahwa haji merupakan suatu ibadah yang luar biasa
dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya.
b. Lead/Teras Berita
Lead adalah paragraf pertama/intro dalam sebuah berita yang
mengandung gambaran umum suatu berita lead juga berfungsi sebagai
pokok suatu pemberitaan atau bagian inti dari suatu berita.2 Berikut lead
beritanya:
Haji adalah ibadah yang luar biasa. Dan peristiwa atau pengalaman
yang luar biasa umumnya akan melahirkan pribadi-pribadi yang
juga luar biasa.3
Peneliti melihat jenis lead yang digunakan penulis termasuk
kedalam jenis what lead, yaitu teras berita yang mengedepankan peristiwa
apa yang hendak ditonjolkan di awal berita. Lead ini memiliki nilai berita
jauh lebih besar serta kuat dan lebih tinggi dibandingkan dengan lead
1“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 71, Paragraf 8
2Sedia Willing Barus, Jurnalistik: Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Erlangga,
2010), h. 69 3“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 70
50
siapa (who), kapan (when), tempat (where), mengapa (why) dan bagaimana
(how).Pada teras berita kata luar biasa diulang-ulang hingga tiga kali
pengulangan, yang artinya begitu pentingnya suatu ibadah haji hingga
dapat melahirkan sosok yang luar biasa pula saat sepulang dari berhaji.
c. Latar
Latar informasi merupakan bagian berita yang mempengaruhi
makna yang ingin ditulis oleh wartawan. Latar yang dipilih dapat
menentukan ke arah mana penulisakan membawa pandangan khalayak
pembacanya.4 Latar Informasi yang disampaikan majalah Noor adalah
pada bagian berikut ini:
Bagaimana dengan orang yang sudah berhaji bahkan sudah
berulangkali melakukannya tapi masih menjadi pribadi yang biasa-
biasa saja? Ini yang perlu kita waspadai. Jangan sampai kehebohan
haji yang semakin marak di negeri ini tidak memberikan dampak
positif sedikitpun bagi peningkatan kepribadian baik pada tataran
personal maupun sosial kebangsaan.5
Pada latar informasi yang dituliskan, majalah Noor menegaskan
bahwa penulis mengangkat fenomena haji di Indonesia yang sedang marak
terjadi dan tanpa memiliki banyak efek positif dari haji yang dijalankan
oleh seseorang yang telah berhaji. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana
penulis menekankan berita dengan sebuah pertanyaan yang kemudian
penulis jawab sesuai dengan realitas di negeri ini.
4 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi Politik Media, h. 257
5“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 70, Paragraf 1
51
d. Kutipan
Kutipan merupakan bagian dalam pengutipan berita yang
dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip keseimbangan dan
tidak memihak. Bagian ini juga merupakan bagian berita yang
menekankan bahwa berita yang dituliskan oleh penulis/wartawan bukan
pendapatnya semata, melainkan kutipan dari beberapa sumber tertentu
seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
Dalam artikel Haji Luar Biasa ini penulis tidak banyak mengutip
dari narasumber tertentu melainkan opini pribadi dari penulis yang
dituangkan dalam tulisan dengan menggunakan sumber-sumber yang
relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.
e. Penutup
Penutup dalam artikel/berita dalam majalah Noor ini ditutup
dengan menggunakan paragraf dengan pertanyaan ulang sebagai berikut:
Apakah multiefek dari kemabruran haji yang seperti itu sudah bisa
dirasakan dalam kehidupan nyata? Dan apa pula yang akan terus
terjadi jika akhirnya haji hanya menjadi sebuah tren dan “tradisi”
kosong tanpa efek positif.6
Jelas terlihat bahwa penulis menekankan pentingnya haji dan
bagaimana masyarakat mengaplikasikannya dalam kehidupannya jika
hajihanya dijalankan dengan niat tren semata tanpa memperhatikan aspek
kehidupan sosialnya.
6“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 71, Paragraf 8
52
2. Struktur Skrip dari artikel Haji Luar Biasa
Dari Analisi ini adalah bagaimana cara seorang penulis/wartawan
mengisahkan sebuah fakta, unsur yang dilihat adalah kelengkapan 5W+1H.
Peneliti melihat dalam artikel berjudul “Haji Luar Biasa” ini mengandung
unsur tersebut. Dimulai dari penekanan penulis pada unsur what tentang
peristiwa apa yang akan ditonjolkan dalam artikel ini yaitu haji. Lalu unsur
where yaitu dimana peristiwa yang dituliskan diangkat, dalam artikel ini
penulis lebih memfokuskan haji dan trennya di Indonesia. Unsur selanjutnya
adalah when yaitu kapan peristiwa berlangsung, penulis/wartawan menuliskan
peristiwa ini berlangsung saat ini dan kehebohan haji yang marak terjadi di
masa-masa sekarang ini. Unsur yang tidak kalah penting adalah who yaitu
tentang siapa yang sedang penulis angkat dalam pemberitaannya, disini
peneliti melihat bahwa penulis mengangkat masyarakat Indonesia sebagai
unsur who-nya. Selanjutnya unsur why yaitu tentang kenapa berita/artikel itu
dituliskan, berita ini dipublikasikan agar masyarakat yang telah berhaji
mampu memahami arti haji dan dapat menjadikan pribadi mereka menjadi
sosok seorang haji yang luar biasa serta peka terhadap lingkungan sosial
sehingga hajinya pun menjadi haji yang benar-benar mabrur.
Selain itu dalam artikel ini juga dilengkapi dengan unsur how yaitu
tentang bagaimana seharusnya seorang yang sudah berhaji
mengaplikasikannya dalam kehidupan sosial dan agama. Melalui kelengkapan
struktur 5W+1H ini, peneliti menilai bahwa majalah Noor memenuhi standart
kaidah jurnalistik sehingga penulis memberitakan/ menuliskan beritannya
sesuai dengan fakta yang ada.
53
3. Struktur Tematik dari artikel Haji Luar Biasa
Dalam struktur dilihat dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau
dibuat oleh penulis/ wartawan di dalamnya meliputi: detail, koherensi
(Pertalian/ jalinan antar kata), dan bentuk kalimat.
a. Detail
Detail ini merupakan elemen yang berhubungan dengan kontrol
suatu informasi yang ditampilkan seseorang. Dari struktur tematik, peneliti
melihat beberapa poin mengenai bagaimana wartawan/penulis menuliskan
sebuah fakta dari artikel tersebut. Dalam artikel ini peneliti menemukan
detail dengan menyebutkan titik puncak dari haji dan juga internalisasi
nilai-nilai filosofisnya berupa: syahadat, shalat, puasa, zakat, serta haji
yang merupakan titik puncaknya. Serta peneliti melihat penulis disini
menuliskan detail dengan menyebutkan beberapa nama tempat di Tanah
Suci seperti, Arafah, Bukit Shafa, Marwah, dan Mina. Berikut petikan
artikelnya:
Kegiatan wukuf di Arafah menyimbolkan kesiapan umat untuk
senantiasa bahu-membahu dan berserikat menjalankan tugas
bersama berlandaskan prinsip kesetaraan dan kesatuan visi dan
misi. Begitu juga dengan kegiatan sai dan lari-lari kecil (naik
dan turun) di antara dua bukit Shafa dan Marwah yang
mengisyaratkan kesediaan umat untuk selalu bersama-sama
dalam suka dan duka.... Sedangkan kegiatan mabit atau
menginap di Mina yang diikuti dengan lempar jumrah
menggambarkan keseriusan umat dalam menjaga pergerakan itu
agar jangan sampai dilemahkan dan digerogoti oleh musuh dari
luar maupun dari dalam.7
7“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 71, Paragraf 7
54
b. Koherensi (Pertalian/ jalinan antar kata)
Koherensi merupakan pertalian atau jalinan antarkata dan kalimat
dalam sebuah teks. Dua kalimat yang mempunyai makna berbeda dapat
dihubungkan sehingga tampak koheren sehingga fakta yang tidak
berhubungan sekalipun dapat koheren/berhubungan. Dalam artikel ini
peneliti melihat ada jalinan/pertalian antar kalimat guna menjelaskan
kalimat awal, sehingga kalimat yang dituliskan menjadi lebih jelas dengan
penjelasan paragraf selanjutnya.
c. Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah yang berkesinambungan dengan cara
berfikir logis. Peneliti melihat bahwa bentuk kalimat yang digunakan
dalam penulisan artikel ini kalimat yang dituliskan merupakan bentuk
kalimat deduktif, di mana hal yang utama diuraikan pada paragraf awal
kemudian disusul dengan uraian selanjutnya sebagai pelengkap. Dalam
artikel ini, penulis menggunakan kalimat aktif dan pasif, yaitu dengan
pemakaian awalan me- dan di- yang cukup berimbang.
d. Kata Ganti
Kata ganti merupakan pengganti dari suatu subjek yang sedang
dituliskan. Peneliti melihat kata ganti yang digunakan dalam penulisan
artikel ini adalah kata ganti orang kedua yaitu dia yang menggantikan
seorang haji. Dalam artikel ini penulis juga tidak banyak menggunakan
kata ganti melainkan subjeknya adalah orang pertama. Hal ini sangat
terlihat jika penulis ingin menekankan subjek (seorang haji) untuk
55
mengerti dan memahami hajinya untuk mendapatkan dampak positif saat
seorang telah pulang berhaji. Berikut petikan artikelnya:
Puncaknya, haji pada gilirannya menyerupai deklarasi yang
diumumkan kepada khalayak bahwa pada tataran personal nilai-
nilai itu sudah terinternalisasi dengan baik di dalam pribadi orang
yang berhaji, sehingga dengan begitu dia pun sudah siap bergabung
dengan pribadi-pribadi lain....8
Selain kata ganti dia penulis juga menggunakan kata ganti kita
yang menunjukkan bahwa penulis bersikap netral. Karena kata kita disini
penulis menuliskan artikel ini yang merupakan kesimpulan akhir dari
tulisannya. Tujuannya adalah untuk mengajak semua pembaca/orang
banyak serta dirinya sendiri untuk saling mengingatkan pentingnya haji
agar haji yang dijalankan semua umat mempunyai efek positif guna
mendapatkan titel mabrur yang sesungguhnya. Petikan artikelnya adalah
sebagai berikut:
Jika pesan-pesan nilai yang begitu luar biasa dari ibadah haji itu
bisa diejawantahkan sepenuhnya oleh bangsa Indonesia pada
khususnya dan umat Islam dunia pada umumnya, niscaya krisis
multidimensi yang selama ini kita hadapi lambat laun pasti akan
terhapuskan, bahkan bisa berbalik menjadi kejayaan multidimensi.9
4. Struktur Retoris dari artikel Haji Luar Biasa
Stuktur retoris adalah bagaimana cara wartawan/penulis menekankan
suatu fakta. Struktur ini dapat dianlisis dari beberapa elemen diantaranya
adalah leksikon (kata), idiom, dan grafis (gambar/ foto).
8“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 71, Paragraf 5
9“Haji Luar Biasa”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 71, Paragraf 8
56
a. Leksikon (kata)
Leksikon menunjukkan bagaimana seorang melakukan pemilihan
kata dari berbagai kemungkinan kata yang tersedia.Dalam artikel ini ada
beberapa kata yang digunakan oleh penulis guna menjelaskan kemabruran
dalam sebuah haji. Beberapa kata tersebut adalah: Haji, mabrur, ibadah,
Islam, rukun Islam, nilai, luar biasa. Kata tersebut diulang-ulang guna
menegaskan pentingnya informasi yang disampaikan.
b. Idiom
Idiom disebut juga dengan ungkapan yang merupakan gabungan
kata yang membentuk arti baru serta tidak berhubungan dengan kata
pembentuk dasarnya. Dalam artikel ini peneliti menemukan beberapa
idiom yang digunakan oleh penulis yakni:
1) Senasib sepenanggungan yang artinya punya tujuan yang sama satu
dengan yang lainnya/ sama-sama merasakan apa yang orang lain
rasakan.
2) Bahu membahu artinya saling membantu antar sesama.
c. Grafis (gambar/foto)
Grafis yang ditampilkan oleh penulis dalam artikel Haji Luar Biasa
ini adalah berupa dua foto tentang bagaimana suasana jamaah haji di
Arafah dan suasana jamaah yang sedang melempar jumrah.Adanya grafis
berupa foto ini memperjelas maksud penulis yang mengangangkat
keluarbiasaan sebuah haji.
57
C. Pembingakaian Artikel Kepeloporan Haji Mabrur di Majalah Noor
Tabel 7
Tema dan Sub-tema Pokok pada Artikel “Kepeloporan Haji Mabrur”
No Judul Artikel Tema-tema dan Sub-tema Pokok
1. Kepeloporan Haji Mabrur 5. Sejarah Panjang
6. Pelopor Perlawanan
7. Pemimpin Gerakan Islam
8. Para Haji Kini
Artikel 2
Judul: Kepeloporan Haji Mabrur
Tabel 8
Analisis Artikel 2
Struktur Perangkat
Framing
Unit
Pengamatan
Hasil Pengamatan
Struktur
Sintaksis
(Bagaimana
penulis menyusun
peristiwa/gagasan
ke dalam bentuk
susunan umum
berita/tulisan)
Skema Berita
Judul Kepeloporan Haji
Mabrur
Lead Meraih hajimabrur
adalah impian semua
jamaah haji. “Haji
mabrur, tiada balasan
(yang layak) baginya
selain surga”
Latar Informasi Sejarah haji di masa
lampau
Kutipan Al-Quran dan Al-Hadist
Narasumber/
referensi
Al-Quran dan Al-Hadist
Opini/
Pernyataan
Hampir seluruh isi
tulisan merupakan opini
dan pernyataan penulis
kecuali yang berasal dari
sumber tertentu.
Penutup Ajakan atau seruan
untuk memanfaatkan
waktu para jamaah haji
khususnya hajjah agar
58
waktu yang mereka
pergunakan dapat
bermanfaat untuk orang
banyak. Atau selalu
mendedikasikan dirinya
pada kehidupan sosial.
Ajakan ini terlihat dari
bagaimana penulis
menggunakan kata
“semestinya”.
Struktur Skrip
(Bagaimana
strategi penulis
menceritakan/
menuliskan
peristiwa/ gagasan
ke dalam bentuk
berita/ tulisan)
Kelengkapan
Berita
What Awal mula haji dan
perkembangannya. Serta
gelar haji yang
mengalami penurunan
makna.
Where Di Nusantara
(Indonesia)
When Saat ini dan masa
lampau
Who Jamaah haji Indonesia
Why Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang
makna haji, dan histori/
sejarah gelar haji yang
diperoleh para pahlawan
di masa lampau.
How Bagaimana haji di masa
saat ini. Di mana gelar
haji telah banyak
mengalami penurunan
makna.
Struktur Tematik
(Bagaimana
pemahaman
penulis atas suatu
peristiwa/gagasan
yang diwujudkan
dalam bentuk
yang lebih kecil)
Dalam artikel ini peneliti menemukan
detail sebagai berikut:
1. tingginya kuantitas jamaah haji
indonesia rata-rata 220 ribu jamaah
berangkat tiap tahunnya.
2. Penulis dalam artikel Kepeloporan
Haji Mabrur ini menuliskan detail
berupa abad sejarah penting jamaah
haji bagi perkembangan Islam di
Nusantara sejak abad ke-13 M,
pergerakan organisasi-organisasi
Islam di awal abad ke-20, jamaah haji
sejak abad ke-13 menjadikan
Haramain bukan saja sebagai tempat
ibadah melainkan juga sebagai pusat
59
Detail
kontak intelektual.
3. Penulis menuliskan detail berupa
tahun-tahun peristiwa penting seperti
perang Paderi pimpinan Tuanku Imam
Bonjol pada tahun 1821-1837, perang
Diponegoro (1825-1830)
4. Penulis juga menuliskan detail berupa
nama-nama pemimpin gerakan Islam
serta perkembangan Islam di beberapa
tempat di Indonesia seperti Samudra
Pasai, Malaka, Aceh, Demak, Banten
dll.
Nominalisasi yang dituliskan oleh penulis
guna meyakinkan pembaca, bahwa apa
yang dituliskan oleh penulis bukan opini
dari penulis semata, tetapi juga data dan
fakta yang disajikan berdasarkan sumber
yang relevan.
Koherensi
(Pertalian/
jalinan antar
kata)
Peneliti melihat penulisan artikel ini
terdapat koherensi penjelas antar kalimat.
Bentuk kalimat Penulisan dalam artikel ini kalimat yang
dituliskan merupakan bentuk kalimat
induktif, dimana paragraf yang kalimat
utamanya terletak di akhir paragraf. Lalu
kalimat penjelas ditulis sebelum kalimat
utama. Terlebih dahulu dikemukakan
pikiran-pikiran penjelas berupa fakta-fakta
atau uraian-uraian yang berupa pernyataan
khusus dilanjutkan dengan menyebutkan
pernyataan umum sebagai kesimpulan.
Dalam artikel Kepeloporan Haji Mabrur,
penulis menggunakan kalimat aktif dan
pasif, yaitu dengan pemakaian awalan me-
dan di- yang cukup berimbang.
Kata ganti Kata ganti yang dipakai oleh penulis
adalah kita yang menujukkan bahwa
penulis memiliki sikap netral dalam
memberitakan sesuatu. Kita disini
menunjukkan diri penulis dan para hujjaj.
Struktur Retoris
(Cara penulis
menekankan fakta)
Kata
(Leksikon)
Ada beberapa kata yang digunakan penulis
dalam artikel ini guna menjelaskan artikel
Kepeloporan Haji Mabrur, dan bagaimana
memperoleh gelar mabrur tersebut.
Beberapa kata tersebut adalah: Haji/hujjaj,
60
mabrur, ibadah, Islam, gelar, jamaah,
Indonesia, zaman.
Idiom
Motor perlawanan= merupakan sebuah
alat untuk melawan penjajah saat itu.
Motor penggerak= merupakan penggerak
perlawananan atas tekanan yang diberikan.
Grafis
(Gambar/foto)
Dalam artikel Kepeloporan Haji Mabrur
ini majalah Noor menyajikan enam buah
foto yaitu: suasana jamaah haji, foto K.H.
Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Asy’ari,
perjalanan haji sebelum adanya kendaraan
bermotor, suasana perkemahaan haji
jaman dulu, dan perkemahan jaman
sekarang.
1. Struktur Sintaksis dari artikel Kepeloporan Haji Mabrur
Dari struktur sintaksisnya dalam rubrik fikih Topik Kita yang berjudul
“Kepeloporan Haji Mabrur” struktur ini terkait dengan bagaimana cara
wartawan merangkai suatu peristiwa dalam sebuah berita/tulisan. Hal yang
penting dan perlu diperhatikan untuk melihat cara seorang wartawan/penulis
merangkai peristiwa yang dipaparkan adalah sebagai berikut:
a. Headline
Headline atau judul yang dipilih penulis dalam artikel ini adalah
“Kepeloporan Haji Mabrur” di mana judul ini diambil oleh penulis karena
saat edisi ini tepat dengan hari kepahlawanan. Penulis menampilkan
headline ini karena ingin menggambarkan bagaimana seorang yang telah
berhaji pada zaman dahulu merupakan pahlawan penggerak atas
penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
b. Lead/Teras Berita
Lead merupakan paragraf pertama/intro dalam sebuah berita yang
mengandung gambaran umum suatu berita lead juga berfungsi sebagai
61
pokok suatu pemberitaan atau bagian inti dari suatu berita. Berikut lead
beritanya:
Meraih haji mabrur adalah impian semua jamaah haji. “Haji
mabrur , tiada balasan (yang layak) baginya selain surga.”10
Peneliti melihat jenis lead yang digunakan penulis adalahjenis
quotation lead/ lead kutipan. Dimana penulis dalam artikel ini mengutip
dari sebuah hadist sahih riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
ra. Penulis dalam artikel ini ingin menegaskan bahwa tiada yang lain
balasan seorang yang mabrur hajinya adalah surga. Luar biasa dan dasyat
jika para hujjaj dapat mendapatkan balasan surga seperti yang dipaparkan
penulis dalam arikel tersebut. Dari lead ini penulis berupaya mengajak
khalayak pembacanya untuk berlomba-lomba meraih haji mabrur dengan
mengamalkan kebaikan yang tercermin dari tingkah laku, ucapan, amal
perbuatan serta gaya hidup yang dijalankan setelah seorang telah selesai
menjalankan ibadah hajinya.
c. Latar
Latar informasi merupakan bagian berita yang mempengaruhi
makna yang ingin ditulis oleh penulis. Yang menjadi latar informasi dalam
artikel ini adalah sejarah haji di masa lampau, dimana penulis
menggunakan latar informasinya dalam kaliamat berikut:
Kita memiliki sejarah panjang tentang peran penting jamaah haji
bagi perkembangan Islam di Nusantara sejak abad ke-13. Pada
masa penjajahan para hujjaj (bentuk jamak dari haji) adalah
kekuatan penggerak yang gigih melawan kolonialisme... Haji pada
masa lalu memang benar-benar ibadah yang membutuhkan banyak
10
“Kepeloporan Haji Mabrur”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 72
62
perjuangan dan pengorbanan... Para jamaah haji Indonesia tempo
doeloe, sejak abad ke-13 menjadikan Haramain tidak saja sebagai
tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kontak intelektual...11
Dalam latar informasi ini penulis berupaya menjelaskan sejarah
haji dan perkembangannya dimasa lampau. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana penulis menggunakan kata tempo doeloe yang kemudian
memperkuat gagasannya dengan menjelaskan perkembangan Islam di
Indonesia pada paragraf selanjutnya.
d. Kutipan
Peneliti melihat dalam penulisan artikel Kepeloporan Haji Mabrur
ini wartawan menggunakan kutipan langsung dari sebuah hadist sahih
riwayat Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah ra. Kutipan hadist tersebut
terdapat pada lead dalam artikel ini. Kutipan merupakan bagian dalam
pengutipan berita yang dimaksudkan untuk membangun objektivitas
prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Bagian ini juga merupakan
bagian berita yang menekankan bahwa berita yang dituliskan oleh
penulis/wartawan bukan pendapatnya semata, melainkan kutipan dari
beberapa sumber tertentu seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
e. Penutup
Penutup dalam artikel/berita dalam majalah Noor ini ditutup
dengan menggunakan sebuah ajakan kepada seluruh khalayak pembaca
khususnya para hujjaj agar bisa memanfaatkan dan mendedikasikan
dirinya pada aktivitas-aktivitas keumatan dan kesetiakawanan yang
11
“Kepeloporan Haji Mabrur”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 72, paragraf 3-4
63
terorganisir dan manfaatnya dapat dirasakan banyak orang. Berikut
petikan beritanya:
Banyak cara bisa dilakukan. Melalui perkumpulan haji itu sendiri,
pengajian-pengajian, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan,
dunia usaha, media, profesi, lembaga-lembaga filantropi, yayasan,
dan lain-lain. Para hajah sekarang sudah sangat banyak jumlahnya
juga semestinya memdedikasikan dirinya kepada aktivitas-aktivitas
keumatan dan kesetiakawanan yang terorganisir, dan manfaatnya
dirasakan banyak orang...12
Ajakan yang peneliti lihat pada paragraf di atas terdapat pada kata
“bisa dilakukan”, penulis juga menyebutkan cara-cara apa saja yang dapat
dilakukan seperti melalui perkumpulan pengajian dll. Kata tersebut
mengajak para hajah agar dapat memanfaatkan hidupnya untuk
kemanusiaan dan keagamaan yang berarti.Selain itu penulis/wartawan
mengajak kembali dengan menggunakan kata “semestinya”. Kata ini
digunakan untuk meyakinkan pembaca bahwa apa yang penulis sampaikan
bermanfaat bagi khalayak apabila diikuti/ dijalankan sebagaimana yang
telah penulis sampaikan.
2. Struktur Skrip dari artikel Kepeloporan Haji Mabrur
Struktur skrip atau kelengkapan dari sebuah berita/artikel
“Kepeloporan Haji Mabrur” ini adalah adanya unsur 5W+1H. Unsur tersebut
diantaranya adalah what, yaitu apa yang sedang penulis angkat sebagai
informasi, dalam unsur ini penulis menonjolkan peristiwa atau sejarah awal
mula haji dan perkembangannya. Serta gelar haji yang mengalami penurunan
makna.Sedangkan unsur where yaitu dimana peristiwa yang dituliskan
12
“Kepeloporan Haji Mabrur”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 72, paragraf 13
64
diangkat, dalam artikel ini penulis masih mengangkat Indonesia (Nusantara)
sebagai tempat dimana informasi/berita tersebut berkembang. Yaitu dengan
menjelaskan sejarah panjang tantang peran penting jamaah haji di Nusantara.
Masih sama seperti artikel pertama, pada artikel kedua ini penulis memuat
unsur when yaitu tentang kapan peristiwa tersebut berlangsung dalam berita
yang diangkat, yaitu penulis menuliskan makna haji saat ini yang dikaitkan
dengan haji pada masa lampau. Unsur lainya adalah who yaitu tentang siapa
yang sedang penulis angkat dalam pemberitaannya, disini peneliti melihat
bahwa penulis mengangkat para jamaah haji Indonesia. Selanjutnya unsur why
yaitu tentang kenapa berita/artikel itu dituliskan, peneliti melihat unsur why
disini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makna haji, dan
histori/ sejarah gelar haji yang diperoleh para pahlawan di masa lampau.
Selain lima unsur diatas artikel ini juga dilengkapi dengan unsur how
yaitu tentang bagaimana haji di masa saat ini. Di mana gelar haji telah banyak
mengalami penurunan makna.Melalui kelengkapan struktur ini, peneliti
menilai bahwa majalah Noor memenuhi standart kaidah jurnalistik sehingga
penulis memberitakan/ menuliskan beritannya sesuai dengan fakta serta realita
yang ada saat ini.
3. Struktur Tematik dari artikel Kepeloporan Haji Mabrur
Dalam struktur ini dilihat dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan
atau dibuat oleh penulis/ wartawan yang di dalamnya meliputi: detail,
koherensi (Pertalian/ jalinan antar kata), serta bentuk kalimat.
65
a. Detail
Detail adalah elemen yang berhubungan dengan kontrol suatu
informasi yang ditampilkan seseorang. Dari struktur tematik, peneliti
melihat beberapa poin mengenai bagaimana wartawan/penulis menuliskan
sebuah fakta dari artikel tersebut. Dalam artikel ini peneliti menemukan
detail dengan menuliskan nominalisasi berupa: abad sejarah panjang
tentang haji, penulis juga menuliskan detail berupa tahun-tahun peristiwa
penting seperti perang Paderi pimpinan Tuanku Imam Bonjol pada tahun
1821-1837, perang Diponegoro (1825-1830). Peneliti juga menemukan
detail berupa nama-nama pemimpin gerakan Islam serta perkembangan
Islam di beberapa tempat di Indonesia seperti Samudra Pasai, Malaka,
Aceh, Demak, Banten dll.
Detail yang dituliskan oleh wartawan merupakan cara wartawan
menyampaikan fakta sesuai dengan realitas yang ada dengan sumber-
sumber yang juga relevan.
b. Koherensi (Pertalian/ jalinan antar kata)
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata dan kalimat
dalam sebuah teks. Dua kalimat yang mempunyai makna berbeda
dihubungkan sehingga tampak koheren sehingga fakta yang tidak
berhubungan sekalipun dapat koheren/berhubungan. Dalam artikel ini
peneliti melihat ada jalinan/pertalian antar kalimat guna menjelaskan
kalimat awal, sehingga kalimat yang dituliskan menjadi lebih jelas dengan
penjelasan paragraf selanjutnya. Berikut pertikan paragrafnya:
66
“.... Para haji adalah motor penggerak perlawanan kepada
Belanda, sehingga mereka perlu diberi gelar khusus agar mudah
dideteksi. Itulah asal mula digunakannya gelar haji di
Indonesia.Sejarah demikian tidak terjadi pada masa Rosulullah
SAW, sehingga tidak ada gelar haji bagi Nabi dan para sahabatnya.
Tak cukup mewajibkan gelar haji, pemerintah Belanda
selanjutnya (tahun 1911-1933) mengarantina jamaah haji sebelum
dan sesudah berangkat agar tidak menjadi “virus” yang menyerang
pemerintahan colonial di pulau Cipir (Khayangan)….13
Paragraf diatas menunjukkan koherensi antar kalimat hingga antar
paragraf. Sehingga fakta yang disajikan saling berhubungan dan berkaitan
antar kalimatnya.Setiap kalimat dan paragraf dihadirkan saling koheren
oleh penulis Kepeloporan Haji Mabrur ini.
c. Bentuk Kalimat
Penulisan dalam artikel ini kalimat yang dituliskan merupakan
bentuk kalimat induktif, dimana paragraf yang kalimat utamanya terletak
di akhir paragraf. Lalu kalimat penjelas ditulis sebelum kalimat utama.
Terlebih dahulu dikemukakan pikiran-pikiran penjelas berupa fakta-fakta
atau uraian-uraian yang berupa pernyataan khusus dilanjutkan dengan
menyebutkan pernyataan umum sebagai kesimpulan. Dalam artikel
Kepeloporan Haji Mabrur, penulis cenderung menggunakan kalimat aktif,
karena pada setiap kalimat atau paragrafnya majalah ini lebih cenderung
menggunakan awalan me- yang terdiri dari: meraih, menunaikan,
memiliki, menjadikan, mempengaruhi, melahirkan, mewajibkan,
menggunakan, mengontrol, menyerang, menunaikan, menyurutkan,
menggerakkan, mendedikasikan, mendukung, mencapai, dll. Hal inilah
13
“Kepeloporan Haji Mabrur”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 73, paragraf 7-8
67
yang membuktikan bahwa majalah Noor ikut berperan penting dalam
mengembangkan kritik masyarakat luas terhadap haji dimasa seperti
sekarang ini.
d. Kata Ganti
Kata ganti merupakan pengganti dari suatu subjek yang sedang
dituliskan. Peneliti menemukan kata ganti yang digunakan dalam artikel
ini adalah kita yang menujukkan bahwa penulis memiliki sikap netral
dalam memberitakan sesuatu. Yang artinya berita dituliskan bukan semata
untuk memberikan imformasi dan peringatan kepada khalayak melainkan
kita disini menunjukkan diri penulis dan para hujjaj. Berikut petikan
berita/artikelnya:
Kita memiliki sejarah panjang tentang peran penting jamaah haji
bagi perkembangan Islam di Nusantara sejak abad ke-13… Para
jamaah haji pendahulu kita sejak dulu sungguh nyata memberikan
kontribusinya bagi kemajuan Islam sesuai konteks sosial politik…
sekarang, disaat jumlah jamaah haji sudah sangat banyak dan
situasi sosial politik sangat mendukung, kita justru merasakan
hilangnya spirit perubahan social yang digerakkan oleh para
hujjaj… Musuh kita hari ini adalah kemiskinan, kebodohan, dan
kemerosotan moral…14
Penulis tidak menggunakan kata ganti lain selain kita, hal inilah
yang lebih memperlihatkan sikap netral dari wartawan/penulis. Dari
sinilah penulis memposisikan dirinya sama dengan khalayak pembaca
pada umumnya, sikap penulis juga tidak menggurui dan mengajarkan.
14
“Kepeloporan Haji Mabrur”, Noor, Vol. VIII/2013, h. 72-74, paragraf 3, 10, 11, dan 12
68
4. Struktur Retoris dari artikel Kepeloporan Haji Mabrur
Stuktur retoris merupakan bagaimana cara seorang wartawan/penulis
menekankan suatu fakta. Struktur ini dapat dianalisis dari beberapa elemen
diantaranya adalah leksikon (kata), idiom, dan grafis (gambar/ foto).
a. Leksikon (kata)
Ada beberapa kata yang digunakan penulis dalam artikel ini guna
menjelaskan artikel Kepeloporan Haji Mabrur, dan bagaimana
memperoleh gelar mabrur tersebut. Beberapa kata tersebut adalah:
Haji/hujjaj, mabrur, ibadah, Islam, gelar, jamaah, Indonesia, zaman.
Leksikon menunjukkan bagaimana seorang melakukan pemilihan kata dari
berbagai kemungkinan kata yang tersedia.Kata tersebut diulang-ulang
guna menegaskan pentingnya informasi yang disampaikan.
Kata tersebut dipilih sebagai penekanan bahwa informasi yang
disampaikan begitu penting hingga beberapa kata tersebut diulang-ulang.
b. Idiom
Idiom disebut juga dengan ungkapan yang merupakan gabungan
kata yang membentuk arti baru serta tidak berhubungan dengan kata
pembentuk dasarnya. Dalam artikel ini peneliti menemukan beberapa
idiom yang digunakan oleh penulis yakni:
1) Motor perlawanan dan motor penggerak = merupakan sebuah alat
untuk melawan penjajah saat itu serta penggerak atas tekanan yang
diberikan.
69
2) Halaqah-halaqah dan zawiyah-zawiyah = kelompok belajar bersama
yang dibimbing oleh guru.
3) Ribath-ribath = sejenis pesantren saat ini/ yang ada.
c. Grafis (gambar/foto)
Grafis yang disajikan oleh penulis dalam artikel Kepeloporan Haji
Mabrur ini adalah berupa enam buah foto yaitu: suasana jamaah haji, foto
K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasym Asy’ari, perjalanan haji sebelum
adanya kendaraan bermotor, suasana perkemahaan haji jaman dulu, dan
perkemahan jaman sekarang. Grafis yang disajikan penulis tersebut
sebagai pelengkap dan penjelas bahwa penulis sedang mengangkat pelopor
dari haji dengan menambah foto K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasym
Asy’ari sebagai pahlawan penggerak Islam di masa lampau.
D. Frame Majalah Noor
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa pandangan
konstruktivis mengatakan bahwa peristiwa atau fakta merupakan hasil dari
suatu kontruksi. Konstruksi tersebut dipengaruhi oleh dua aspek yaitu
psikologis dan sosiologis. Dengan kata lain realitas/fakta tergantung dari
bagaimana ia dilihat. Pikiran dan konsepsi kitalah yang membentuk dan
mengintepretasikan, bisa saja fakta yang sama dipahami dengan cara yang
berbeda-beda tergantung dari bagaimana seseorang menilai sebuah fakta.
Melalui analisis framing, peneliti berupaya melihat bagaimana
kecenderungan sebuah media dalam memberitakan suatu peristiwa. Kedua
70
artikel yang disajikan dalam rubrik fikih “Topik Kita” di majalah Noor ini
hadir tanpa mengutip dari narasumber tertentu, penulis hanya mengutip
beberapa bagian pada tulisannya dari Al-Quran dan Al-Hadist untuk
memperkuat argumen dan kebenaran dari apa yang disampaikan penulis
dalam dua artikel tersebut. Meski tidak memperlihatkan kutipannya secara
langsung dalam tulisannya, penulis tetap menggunakan buku-buku atau
sumber-sumber yang relevan untuk tulisannya. Artikel ini hadir dan
menegaskan bahwa sejatinya sebuah media dapat melakukan sebuah
kritikannya terhadap fenomena yang sedang terjadi di masyarakat serta
memberikan solusi dan saran atas fenomena yang sedang berlangsung saat itu.
Media ini juga sangat lengkap dalam menggunakan kaidah jurnalistiknya,
yaitu dilihat dari struktur 5W+1H. Hal inilah yang semakin menguatkan
bahwa apa yang penulis hadirkan berdasarkan fakta yang ada di permukaan.
Dengan menggunakan analisis framing Zhondang Pan dan Gerald M.
Kosicki, peneliti akan melihat empat struktur yang dapat dianalisis dengan
framing ini. Yaitu struktur sintaksis yang melihat bagaimana cara wartawan/
penulis menyusun peristiwa serta gagasan ke dalam bentuk susunan umum
berita/tulisan, struktur skrip tentang bagaimana strategi penulis menceritakan/
menuliskan peristiwa/ gagasan ke dalam bentuk berita/ tulisan, struktur
tematik yaitu bagaimana pemahaman penulis atas suatu peristiwa atau gagasan
yang diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil, dan struktur retoris tentang
bagaimana wartawan menekankan sebuah fakta.
71
Selama kurun waktu dua bulan peneliti melakukan penelitian
dilapangan dengan jalan pengamatan langsung dan wawancara dengan pemred
serta penulis dari majalah Noor. Salah satu penulis yang peneliti wawancarai
adalah Ibu Badriyah Fayumi, selaku Redaktur Ahli majalah Noor, wawancara
dilakukan pada 16 Juni 2014 pukul 11:00 WIB di kediamannya Jl.Masjid no
50 RT 01/07 Kp.Kemang, Kel. Jatiwaringin Kec. Pondok Gede Kota Bekasi.
Melalui wawancara dengan beliau setidaknya kita dapat mengetahui bahwa
realitas itu merupakan hasil dari konstruksi. Setiap orang yang memahami
peristiwa atau suatu realitas tergantung dari pemikiran dan perspektif masing-
masing dari individu. Karena pada dasarnya fakta itu ditampilkan dan
diproduksi secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia
dilihat dan bagaimana sebuah fakta dikonstruksi.
Haji mabrur yang terkandung dalam artikel ini merupakan bagaimana
haji itu bisa menjadi pelopor perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Haji
mabrur ialah dimana seorang yang telah berhaji dapat memanfaatkan gelar
hajinya dengan baik dan berguna untuk kepentingan umat. Penulis dalam
artikel ini juga memberikan kesimpulan berupa perbandingan haji jaman dulu
dengan haji sekarang, dimana haji jaman dulu lebih menghargai gelar hajinya
karena susah payahnya mendapatkan gelar haji tersebut. Berbeda dengan gelar
haji yang didapat pada masa sekarang, dimana gelar haji dengan mudah
diperoleh oleh seorang yang telah berhaji dengan takaran ekonomi seorang
yang akan pergi haji. Selain itu penulis memberikan saran untuk para
pembacanya agar setelah sepulangnya dari Mekkah/ berhaji mereka dapat
72
melakukan hal-hal positif dan bisa mendedikasikan dirinya untuk aktifitas
keumatan dan kesetiakawanan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh orang
banyak. Sehingga setelah mendapatkan gelar haji, gelarnya dapat
menjadikannya haji yang mabrur sesuai apa yang diharapkan.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis yang dilakukakan oleh peneliti pada
level teks serta wawancara langsung dengan narasumber yang menunjang
tentang artikel yang ditulis pada majalah Noor vol VIII.TH.XI/2013 yang
berjudul Kepeloporan Haji Mabrur. Sebagai media massa cetak yang
cenderung kepada komunitas muslim, majalah Noor berupaya menyajikan
berita-beritanya berdasarkan perspektif dan ideologi nya secara professional
dan memperhatikan kaidah jurnalistiknya. Dengan penjelasan di atas, maka
peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal yang dapat menjawab pertanyaan
dari rumusan masalah pada Bab I, yaitu:
1. Majalah Noor membingkai isu haji ini berdasarkan fakta dan realita yang
terjadi pada masyarakat. Dimana haji tidak lagi sebagai ibadah manusia
dengan sang pencipta, melainkan telah menjadi kehebohan masyarakat
luas tanpa punya efek yang positif setelah melakukannya. Ibadah haji saat
ini sudah tidak lagi berfungsi sebagai forum pertemuan dan konsolidasi
keilmuan seperti jaman dulu. Haji saat ini fokusnya lebih kepada prosesi
ibadah dan tidak boleh ada aktifitas selain itu. Dalam menuliskan isu haji
ini majalah Noor bertujuan menanamkan kesadaran kepada masyarakat
khususnya khalayak pembaca dengan menuliskan artikel ini pada rubrik
fikih “Topik Kita”. Hal ini jelas bahwa Noor dalam membuat dan
74
mengkonstruksi beritanya sesuai dengan fakta yang berkembang di
masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan, terlihat dalam
pemberitaannya Noor menjadikan isu haji ini sebagai topik utama dalam
rubrik “Topik Kita” yang sedang diperbincangkan oleh kalangan
masyarakat.Media massa tentunya mempunyai cara tersendiri dalam
membingkai kasus/ isu yang sedang berkembang di masyarakat, begitu
pula majalah Noor. Majalah ini menulis artikel tentang haji tidak serta
merta atas keinginan dan tanpa adanya permasalahan yang diangkat dan
sedang dialami oleh masyarakat luas.
2. Media ini memaknai haji yang mabrur sesuai dengan hadist yang sahih
riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra. Yaitu “tiada balasan
yang layak baginya selain Surga”. Maka barang siapa yang telah mabrur
haji nya adalah haji yang tidak pernah melakukan dosa yang besar maupun
yang kecil. Dan apabila seorang yang telah lalai dalam berbuat dosa maka
ia akan segera bertobat kepada Allah SWT. Majalah Noor
mendeskripsikan bagaimana konsep haji mabrur dan cara memaknainya.
Haji yang mabrur tidak seolah-olah didapat dengan banyaknya uang yang
dimiliki seorang yang akan berhaji, tidak pula dengan seberapa besar biaya
yang telah seseorang keluarkan untuk ibadahnya, melainkan haji mabrur
adalah haji yang dapat dimaknai sebagai berikut:
a. Haji yang bisa menimbulkan efek/ dampak positif setelah
menjalankannya.
b. Mampu mendedikasikan dirinya untuk kepentingan umat .
75
c. Dapat memerangi kemiskinan, kebodohan. Dan kemerosotan moral
suatu bangsa.
d. Melakukan perubahan social ke arah yang lebih baik.
Dimana seorang yang memiliki gelar haji dapat memanfaatkan gelarnya
sebagai cara untuk menjaga kemabruran hajinya dengan hal-hal yang
positif. Sehingga setiap orang yang bergelar haji tidak akan pernah sia-sia
gelar hajinya.
B. Saran
1. Media massa mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan
informasi kepada khalayak pembaca baik secara objektif dan berimbang.
Meskipun setiap media mempunyai perspektif dan dan ideologi sendiri
dalam memberitakan sesuatu, namun harus tetap sesuai dengan asas
keberimbangan dan tidak memihak pihak manapun serta selalu
memperhatikan kaidah jurnalistiknya. Majalah Noor harus terus
menyampaikan dan memberitakan semua tulisannya dengan fakta yang
ada.
2. Majalah Noor hendaknya terus menyampaikan beritanya sesuai dengan
visi misi yang dimiliki oleh majalah dan sesuai dengan ideologi yang
dimiliki serta terus konsen terhadap agama serta moral suatu bangsa.
3. Tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Hadis sebagai salah satu
sumber dalam setiap penulisannya, agar tidak terpengaruh oleh hal-hal
yang tidak diinginkan.
76
4. Kepada khalayak pembaca hendaknya mengerti tentang pers dan media
yang dikonsumsinya, karena pada hakikatnya berita merupakan suatu
konstruksi realitas yang dilakukan oleh media massa, selain itu pembaca
juga cermat dalam memilih dan menerima berita, karena semua media
mempunyai perspektif yang berbeda-beda dalam setiap pemberitaannya,
masyarakat harus cerdas dalam memilih dan mengkonsumsi media.
77
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adam, Bonani dan Mustofa. 1994, Hikmah Rahasia Ibadah Haji dan Umrah.
Bandung: Lubuk Agung
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. 2011. Ensiklopedi Hadis:
Shahih Al-Bukhari 1. Jakarta: Almahira. Cet.1
Ardianto, Drs. Elvinarno, dkk. 2007. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media, Cet.1
Arifin, Gus, 2009.Peta Perjalanan Haji dan Umrah.Jakarta: PT. Elek Media
Komputindo
Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Bungin,Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, Cet. 1
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media
Departemen Pendidikan Nasional.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi Mandar Maju. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Elvinarno dkk.2007. Komunikasi Massa, Suatu Pengantar.Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, Cet. 1
Eriyanto, 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
Yogyakarta: LkiS, Cet. 1
Gunadi,YS.1998.Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo
Hasbi ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad.2001. Al-Islam 2. Semarang: Pustaka
Rizki Putra, Cet. 2
Halim, Abdul dkk. 2002. Ensiklopedi Haji dan Umrah.Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, Cet-1
Harahap, DR. H. Sumuran. 2008. Kamus Istilah Haji dan Umrah. Jakarta: Mitra
Abadi Press, Cet-1
78
Hilmi, Anwar dan Anwar Nashir. 2013. Manasik Haji dan Umroh untuk Semua
Usia, Jakarta: Al-Maghfiroh, Cet. 1
HS. Lasa, Drs. 1994. Pengelolaan Terbitan Berkala. Yogyakarta: Kanisius, Cet. 1
J. Baran, Stanley. 2008. Pengantar Komunikasi Massa: Melek Media dan
Budaya. Jakarta: Erlangga
Jumroni, 2006. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta
Press, Cet. 1
Kementrian Agama RI. 2012. Haji dari Massa ke Massa.Jakarta: Direktorat
Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Cet.1
M. Romli, Asep Syamsul. 2008. Kamus Jurnalistik. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Mulyana, Dr. Dedi.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. 5
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. Bogor:
Ghalia Indonesia
Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 1
Yaqub, Ali Mustafa. 2008. Haji Pengabdi Setan.Jakarta: PT. Pustaka Firdaus,
Cet. 3
Skripsi:
Damayanthy, Ira. “Konstruksi Realitas Dalam Teks Berita Kriminal Pada
Headline Surat Kabar Pos Kota (Analisis Framing).” Skripsi S1 Fakultass
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, IISIP Jakarta, 2004.
Internet:
http://www.alquran-sunnah.com
http://www.noor-magazine.com/
http://kamusbahasaindonesia.org/rubrik
http://arsipweb.pnri.go.id/
http://shafamandiri.blogspot.com
http://www.kemenag.go.id
Hasil Wawancara
Narasumber : Badriyah Fayumi
Jabatan : Redaktur Ahli (Penulis)
Tanggal Wawancara : 16 Juni 2014
1. Bagaimana majalah Noor memilih Bahasa yang digunakan dalam menulis berita?
Bahasa yang kita pilih dan kita gunakan untuk penulisan artikel/ berita dalam majalah ini,
tentunya bahasa yang jelas, tepat sasaran, padat serta ringan yang dapat dengan mudah
dicerna oleh para pembaca majalah Noor.
2. Indikator apa yang digunakan majalah ini dalam memilih tema?
Jadi yang pertama, momentumnya ini moment bulan Dzulhijjah, jadi momentum haji trus
kemudian ini juga terkait dengan momentum hari pahlawan. Jadi ketika kita tulis tema
Kepeloporan Haji Mabrur, adalah bagaimana para haji ini kemudian bisa menjadi
pelopor, sebagaimana para haji Indonesia terdahulu yang sangat luar biasa
kepeloporannya dalam sejarah pergerakan Indonesia, jadi kembali ada Indonesianya lagi
di sini yang kita angkat. Nah dulu semua gerakan Islam di Indonesia itu kan dipimpin
oleh para haji, jadi ketika organisasi-organisasi Islam besar dipimpin oleh para haji ketika
berada di Arab Saudi Mekkah mereka bertemu dengan masyarakat dari berbagai macam
belahan dunia di situlah terjadi kontak pemikiran dan terjadi saling menyemangati dalam
pergerakan sehingga ketika pulang ke Indonesia haji mabrurnya itu tidak sekedar gelar
haji tetapi kemudian juga berdampak kepada perbaikan nasib bangsa dengan melakukan
perlawanan kepada penjajah Belanda, dan juga di dalam melakukan perbaikan kualitas
dan keimanan masyarakat sekitarnya. Jadi jika kita melihat sejarah haji, para haji di
Indonesia itu sangat luar biasa dan itulah latar belakang sejarahnya, dan kenapa artikel ini
kita angkat, karena gelar haji saat ini mengalami penurunan makna, jadi ya haji, haji saja
seolah-olah menjadi rutinitas ibadah tahunan atau menjadi rukun Islam yang seolah-olah
hubungan dia dengan Allah saja, padahal haji jaman dulu itu hubungan bukan sekedar
dengan Allah semata tetapi juga membawa semangat kemabruran yang berdampak pada
umat, masyarakat, dan bangsa, itulah yang ingin kita angkat di sini.
3. Apa yang menarik sehingga penulis mengangkat artiket di rubrik fikih topik kita
dengan judul “Haji Luar Biasa” dan “Kepeloporan Haji Mabrur”?
Yang menarik disini adalah dimana momentnya tepat sekali dengan bulan haji dan juga
hari pahlawan saat itu. Jadi kita dengan mudah mengaitkan tema haji dengan
kepeloporan/ kepahlawan. tentunya pahlawan yang memperjuangkan bangsa saat itu
yaitu khususnya pahlawan yang telah memiliki gelar haji pada jaman dulu.
4. Bagaimana penulis memilih kata dalam menyusun fakta dalam artikel ini?
Dalam memilih kata untuk menyusun fakta kita memilih kata yang mudah dipahami
tentunya oleh para pembaca majalah ini.
5. Bagaimana penulis menggunakan gaya Bahasa dalam menekankan pentingnya
artikel ini?
Gaya bahasa yang saya gunakan disini tentunya yang ringan, jelas, padat isinya, serta
tidak memberatkan pembaca dalam memahami apa yang dituliskan.
6. Seberapa penting kelengkapan unsur 5W+1H dalam artikel ini?
Ya kalau artikel ini selalu ada ya unsur tersebut tetapi tidak selalu dijelaskan secara rinci.
Dari why (kenapa) nya tadi kan adanya penurunan makna yang luar biasa terhadap haji
lalu memaknai kemabruran haji itu tidak sedasyat mencapai kemabruran haji seperti
jaman dulu, lalu what (apa) nya kan kita menjelaskan gelar haji itu sebetulnya maknanya
apa sih? Sejarahnya seperti apa? Sehingga banyak orang yang tidak memahami apa sih
substansi haji terus kemudian dan apa makna dari gelar haji bagi orang Indonesia dan
mengapa gelar haji itu tidak ada pada masa Rosulullah, tidak ada dikalangan sahabat,
tidak ada juga dikalangan orang-orang Saudi karena memang ya beda konteks sosial dan
politik di Indonesia dalam menjalankan ibadah haji dalam konteks sosial politik orang-
orang Arab sendiri yang menjalankan ibadah haji. Lalu who (siapa) yang kita angkat
disini adalah jamaah haji jaman dahulu dan jaman sekarang khususnya di Indonesia.
Where (dimana) nya adalah ya di Nusantara ini atau di Indonesia ini. Lalu when (kapan)
nya adalah saat ini bagaimana dan masa lampau bagaimana. Lalu kemudian how
(bagaimana) ini adanya di haji para kini/ haji masa kini ya kita melihat banyak yang tidak
seperti dulu sehingga kita ingin menghidupkan itu dengan bagaimana supaya mabrur
sehingga itu bermanfaat secara luas. Bagaimana nya disini kan merupakan solusi yang
disampaikan dan cara menyikapinya dalam konteks saat ini ya khususnya dari sisi
perempuan, dan saya selalu menulis bagaimananya ini di akhir.
7. Apakah ada ideologi yang menjadi acuan dari penulis ketika menyusun suatu fakta
menjadi sebuah artikel?
Tentunya ideologinya sama dengan ideologi majalah kita, terutama ideologi Islam yang
luas dan universal. Kita sebagai penulis dalam menuliskan sebuah fakta tidak boleh
melenceng dari ideologi Islam sendiri. Jadi semua yang kita tulis merupakan fakta yang
mempunyai sumber dan ideologi yang jelas yaitu Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
8. Adakah penekanan tertentu sehingga majalah Noor mengarahkan pembaca
terhadap terhadap satu kesimpulan wacana kepeloporan haji mabrur dan haji luar
biasa ini?
Sudah pasti kita punya keinginan untuk memframe kira-kira begitu, agar para pembaca
kita mendapat satu kesimpulan. Tetapi majalah Noor itu tidak pernah menyampaikan
kesimpulan dengan bentuk-bentuk doktrinatif, kita tidak pernah melakukan indoktrinasi
harus begini atau mengancam seperti itu tidak. Tetapi lebih membuka ruang kesadaran
dengan menyampaikan fakta dan ilmu yang memang bisa dipertanggung jawabkan, ya
ada ilmu ada sejarah, sejarah kan fakta ya. Ilmunya seperti apa sih kalau haji mabrur? Ya
dari Allah dari Rosulullah kalau haji mabrur itu tidak ada balasan baginya kecuali surge,
nah itu kan ilmunya seperti itu, faktanya, haji pada jaman dulu seperti itu tantangannya
berat sekali dan faktanya saat ini haji seperti ini seperti ini. Maka bagaimana kita
semestinya tentu saja harapannya kalau dalam tulisan ini adalah bagaimana haji mabrur
itu bisa menjadi pelopor perubahan sosial ke arah yang lebih baik.
9. Seperti yang sudah saya baca, dalam artikel ini tidak mengutip narasumber lain.
Apakah semuanya artikel di rubrik fikih “Topik Kita” ini adalah hasil dari
pemikiran penulis/ darimanakah sumber penulisan artikel ini?
Pasti harus ada sumbernya, kalau seperti sejarah seperti ini kan kita tidak bias mengarang
bebas, hanya karena memang artikel itu tidak memakai footnote jadi tulisannya menjadi
tulisan-tulisan yang mengalir saja. Tetapi kita sebagai penulis diminta
pertanggungjawaban ilmiah nya. Jadi semua yang kita tulis dapat dipertanggungjawabkan
juga secara ilmiah
Foto Dokumentasi
Peneliti dengan Ibu Badriyah Fayumi
Hasil Wawancara
Narasumber : Ibu Jetti R. Hadi
Jabatan : Pemred
Tanggal Wawancara : 7 Mei 2014
1. Sejak Tahun Brapa Majalah Noor diterbitkan?
Majalah Noor didirikan sejak tahun 2003.
2. Berapa Oplah majalah Noor dalam setiap edisinya?
Setiap copy nya 20.000 lebih dan disebarkan ke seluruh Indonesia
3. Bagaimana sejarah didirikannya majalah Noor ini?
Kenapa majalah Noor itu ada, karena para pendirinya yaitu saya sendiri Jetti Rosila
Hadi, Sri Artaria Alishjahbana yang juga dibantu oleh Ratih Sanggarwati kemudian
disemangati oleh Mario Alishjahbana. Disini kita ingin sebetulnya para perempuan
terutama perempuan pada umumnya dan muslimah khususnya punya ilmu tentang
Islam, jadi belajar tentang Islam dan mau berbagi tentang ilmu-ilmu Islam. Kenapa
harus seperti itu? Karena kita ingin para muslimah itu beragama Islam bukan hanya
cuma hanya Islam di KTP saja. Di KTP nya Islam tapi tidak mengerti apa itu Islam.
Jadi kita ya harus belajar bersama-sama supaya kita punya gaya hidup Islami yang
sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadist. Bagaimana kita semua perempuan di
Indonesia dapat belajar bersama-sama yaitu dengan media. Jadi kita buat majalah
Noor, yaitu majalah gaya hidup muslimah yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-
Hadist di mana para perempuan saling belajar dan saling berbagi. Oleh karenanya di
majalah Noor itu ada ilmu Islamnya, pengetahuan tentang Islam, kemudian kalau kita
bicara tentang majalah tentu majalah yang menarik untuk dibaca. Nah, waktu sebelum
saya bikin majalah Noor survey, perempuan-perempuan di Indonesia itu menariknya
kalau mau belajar bagaimana menariknya. Mereka tertarik dengan bacaan yang
mengandung ilmu tapi tidak terlampau panjang, disampaikan dengan Bahasa
sederhana tapi nyaman tidak menghakimi dan tidak menggurui. Nah kemudian kita
juga melihat sepuluh tahun yang lalu yaitu tahun 2003, bahwa ternyata perempuan-
perempuan di Indonesia belum punya kebiasaan membaca yang sangat baik dan minat
bacanya masih sangat kurang, maka dari itu di majalah Noor itu membuat bacaan-
bacaan dan artikel yang pendek-pendek nyaman. Selain itu perempuan-perempuan itu
juga menyukai sesuatu yang berbau entertaint yang enak, nyaman, dan menghibur
yaitu fashion dan kuliner. Makanya di majalah kita itu ada sedikit fashion dan sedikit
kuliner, sebenarnya itu merupakan penunjang saja. Oleh karenanya majalah Noor
punya slogan Yakin- Cerdas- Bergaya. Pertama yakin, perempuan-perempuan itu
harus yakin apa yang ia ketahui tentang agamanya. Nah karena di dalam Islam dalam
Al-Quran disampaikan : “Jangan kamu lakukan apa-apa yang tidak kamu ketahui
yang kamu tidak punya ilmunya” jadi perempuan itu harus berilmu dalam melakukan
apa-apa yang ia kerjakan, apapun ilmunya. Contohnya melakukan sholat kita harus
tahu ilmunya, melakukan apapun kita harus tahu ilmunya. Nah, kita di majalah Noor
akan searring ilmu dan pengetahuan-pengetahuan seperti itu. Yang kedua Cerdas
yaitu bagaimana kita hidup dengan gaya hidup Islami di Jaman seperti sekarang ini
agar tidak menyalahi Al-Quran dan Hadistnya dan bagaimana cara kita
mengimplementasikannya dalam kehidupan seperti sekarang ini ya kita harus cerdas.
Yang ketiga bergaya, nah yang ketiga ini merupakan bonusnya dan bukan suatu yang
utama disini. Jadi kita mulai bagaimana perempuan muslim itu menutup auratnya
seperti yang ada dalam Al-Quran dan untuk perempuan-perempuan kosmopolitan
yaitu perempuan-perempuan yang bisa merasa nyaman diberbagai situasi tempat dan
waktu.
4. Bagaimana perkembangan majalah Noor disetiap Edisinya?
Setiap tahun kita ada raker (rapat kerja), di raker itu kita menentukan tahun depan itu
kita akan ada rubrik-rubrik apa kemudian juga kenapa dibuat rubrik tersebut itu kita
rapatkan di raker. Seperti saat majalah Noor pertama kali terbit dan lima tahun
pertama itu cover-nya hanya background belakangnya putih lalu hanya dengan foto
close-up. Nah itu kita sesuaikan dengan perkembangan dan kondisi perempuan
muslimah pada saat itu. Cover pertama kali majalah Noor itu adalah perempuan
berhijab yang punya sesuatu yang punya prestasi, kenapa kita membuat cover seperti
ini agar perempuan-perempuan lain itu termotifasi dan terinspirasi untuk sama seperti
mereka yang berhijab dan sukses. Cover majalah Noor lima tahun pertama adalah
mereka para doktor, para peneliti, para dokter dan para perempuan-perempuan yang
bisa memberikan inspirasi walaupun dia berhijab dia masih bisa berprestasi di
bidangnya masing-masing dan belajarnya bukan hanya ilmu-ilmu dunia tetapi juga
belajar tentang Islam. Kemudian saat ini sudah banyak publik-publik figur yang
berhijab yang kemudian bisa kita angkat tapi tetap perempuan-perempuan yang bisa
memberi inspirasi perempuan dan muslimah lain dalam kehidupannya. Majalah Noor
adalah majalah muslimah satu-satunya yang mensyaratkan yang menjadi cover adalah
perempuan atau publik figur yang sehari-harinya sudah berhijab.
5. Apa yang menjadi tujuan utama didirikannya Majalah Noor?
Tujuannya yaitu agar semua perempuan-perempuan di Indonesia ini khususnya
muslimah bisa belajar bersama-sama tentang ilmu Islam yang berlandaskan Al-Quran
dan Al-Hadist. Agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya serta
membentuk gaya hidup Islami bagi perempuan-perempuan muslim dengan
berlandaskan Al-Quran dan Hadist.
6. Siapa saja yang menjadi sasaran majalah ini? Dan bagaimana cara
pendistribusian majalah ini?
Yang menjadi sasaran majalah ini yaitu perempuan-perempuan muslim khususnya
yang mau belajar tentang ilmu-ilmu Islam. Serta perempuan-perempuan umum yang
ingin mengetahui lebih dalam tentang ilmu Islam. Sedangkan pendistribusiannya kita
sudah pasarkan majalah keseluruh Indonesia. Terutama daerah-daerah terpencil di
Indonesia yang belum kami jangkau dan yang menghubungi majalah Noor untuk
beredar di daerah itu kita akan kirim majalah ke daerah yang meminta Noor hadir
disana.
7. Apa yang membedakan majalah Noor dengan majalah Islam khususnya yang
bergenre perempuan dengan yang lainnya?
Yang membedakan majalah Noor dengan majalah lainnya adalah dari awalkan
majalah Noor itu majalah muslimah kosmopolitan ya, muslimah kosmopolitan itu kan
muslimah modern juga ya, nah yang dimaksud kosmopolitan itu perempuan-
perempuan yang bisa hidup sepanjang jamannya dalam situasi, kondisi, dan tempat
dimanapun mereka berada, mereka pasti nyaman hidup sebagai muslimah. Nah
kenapa kita bisa meletakkan posisi Noor seperti itu karena kita yakin Quran dan
Hadist itu untuk sepanjang jaman, mau orang hidup di jaman modern pasti Quran dan
Hadist bisa menjawab itu. Makanya kita mempunyai keyakinan majalah Noor majalah
kosmopolitan yang sesuai Quran dan Hadist, atau kita bisa sampaikaikan juga majalah
kosmopolitan yang modern karena Quran dan Hadist itu juga selalu modern tidak
pernah ketinggalan jaman dan itu kita yakini betul, nah bagaimana kita bisa menggali
itu atau menyampaikan itu kepada pembaca kita, itulah kita harus cerdas dalam
memilih kata, memilih kalimat, memilih alinea-alinea memilih narasumber, dan
memilih hal-hal yang harus disampaikan secara jelas kepada pembaca kita. Makanya
kami menggunakan Quran dan Hadist untuk sepanjang jaman untuk selalu modern,
karena Quran dan Hadist itu juga selalu modern dan tidak ketinggalan jaman karena
dia selalu sesaui dengan perkembangan jaman. Atau dia bisa menjawab tantangan
disetiap jamannya.
8. Apa kelebihan majalah ini dibandingkan dengan majalah Islam lainnya?
Salah satu yang membedakan majalah Noor dengan majalah lainnya yaitu tentang
cover kami selalu menggunakan cover muslimah yang sudah berhijab setiap harinya.
Majalah Noor sangat berupaya dan sangat mengupayakan bahwa setiap apa yang kita
tampilkan tentang muslimah itu harus sesuai adab seorang muslimah sesuai Quran dan
Hadist, nah itu semua yang kita perhatikan betul dan abad atau etikanya juga kita
perhatikan, bagaimana adab terhadap sesama, orang tua, tamu, lawan jenis, dsb. Nah
itu secara serius kita perhatikan betul dalam majalah ini. Itu kelebihan majalah Noor
dengan majalah yang lain saya rasa.
9. Ada brapa Rubrik dalam majalah ini dan bagaimana awal mulanya rubrik topik
kita ini dihadirkan?
Dalam majalah Noor ini ada enam (6) yaitu fikih, fashion, lifestyle, kuliner, inspirasi
dan silaturahim.
10. Bagaimana alur produksi penulisan artikel terkait tema yang diangkat dalam
majalah ini?
Di Noor ini ada rapat redaksi Mingguan, dalam rapat redaksi itu semua Tim dalam
Noor mengusulkan, misalnya kita mau mengangkat topik apa. Lalu topik besar itu kita
sudah bicarakan di raker tahunan, jadi setahun ke depan itu kita mau temanya apa itu
kita rapatkan disitu. Rapat mingguan itu kita hanya bahas angle yang pas dari bagian
mana saja begitu kemudian setiap orang mengusulkan. Jadi setiap rubrik itu sudah ada
penanggung jawabnya. Dari penanggung jawab itu mereka yang mencari bahan,
wawancara dan menulisnya kemudian diserahkan ke editor dan layout begitu
seterusnya sampai ke pemred.
11. kendala besar apa yang dialami majalah ini saat mengangkat tema seperti haji
ini?Apa kriteria dalam memilih wartawan/penulis untuk menuliskan artikel
wacana haji ini?
Barangkali tantangan dari semua media sama ya, kita inginkan narasumber-
narasumber tertentu pada saat yang kita inginkan narasumbernya berhalangan, tidak
ada ditempat atau halangan-halangan lainnya. Lalu kriteria yang paling pokok ada dua
hal pertama, adalah penulis itu adalah orang-orang yang mau terus belajar tentang
dirinya, tentang keislamannya, dan tentang tujuan-tujuan hidupnya nah itu dia harus
terus mau belajar. Dan itu bisa terlihat bukan dari CV atau pengalamanya, tetapi kalau
dari awal kita lihat dia harus terus mau belajar. Kedua, adalah orang-orang yang mau
saling mengsurgakan artinya adalah orang-orang yang mau saling menasehati dalam
kebaikan.
12. Apa yang menjadi fokus pengangkatan judul Haji Luar Biasa dan Kepeloporan
Haji Mabrur dalam artikel “Topik Kita” dalam majalah ini?
Begini kita kan selalu ada raker baik mingguan maupun bulanan, di rapat mingguan
itu kita pertajam, nah dari raker itu lah kita bisa menentukan tema apa saja yang akan
kita angkat, nah kebetulah dalam pengganggakatan tema haji ini sesuai dengan
bulannya yaitu bulan haji atau Dzulhijjah, jadi tinggal kita usulkan saja pada raker
pada tema ini angle mana yang akan kita ambil lalu apa sih yang ingin diketahui oleh
pembaca saat ini. Maka dari itu majalah selalu harus mengetahui apa ya yang saat ini
sedang menjadi topik perbincangan di masyarakat dan apa sih yang ingin mereka
ketahui dari fenomena yang sedang hangat saat itu, karena kan majalah ini dibuat
bukan untuk kita semata tetapi untuk pembacanya. Jadi majalah harus bisa menjawab
atau memberikan servis kepada pembacanya apa-apa yang kira-kira menurut kita
disini apa sih yang dibutuhkan oleh pembaca saat ini.
13. Bagaimana pendapat Noor melihat fenomena haji yang hanya di jadikan ibadah
wajib tanpa efek yang positif dalam kehidupan seorang yang telah haji yang
banyak terjadi di Indonesia?
Itu susah sekali kita untuk menilai ya karena itu kan masing-masing orang nya seperti
apa dan bagaimana. Karena memang berhaji itu sama juga dengan berpuasa
sebenarnya, sama juga dengan sholat, sama juga dengan zakat kita dan sama juga
dengan syahadat kita itu bukan pada bagaimana efeknya seharinya, tapi bagaimana
sepanjang tahunnya kita. Maka dari itu dia dikatakan haji mabrur saat ia pulang haji
sebetulnya, dari situ terlihat ada perubahan-perubahan sikap, nah kalau tidak itu
sebetulnya yang harus dievaluasi bukannya hajinya ini, sebenarnya kan kita ritualnya
jelas. Yang harus dievaluasi adalah sikap hidup, tingkah laku dan pengetahuannya
tentang keislamannya seperti apa. Saya pribadi berkesimpulan bahwa mereka-mereka
yang tidak terlihat memberikan efek positif setelah berhaji, barangkali yang kurang
mereka lakukan adalah belajar tentang keislamannya melalui Quran dan Hadist, dan
bukan ritual haji nya sebetulnya yang kurang. Kekurangannya adalah, apakah
sepanjang harinya itu mereka sudah mempelajari tentang Quran dan Hadis, nah kalau
sudah mereka pelajari mereka tahu kan sebetulnya makna atau hakikat dari berhaji,
makna apa-apa yang dilakukan saat ritual haji, dan pesan apa yang harus ditangkap
oleh masing-masing orang setelah mereka pulang dari haji.
14. Apa harapan utama dalam penulisan artikel terkait haji ini untuk khalayak
khususnya?
Ya mudah-mudahan setelah membaca majalah Noor mereka bisa punya kesungguhan
yang lebih setelah mereka berhaji. Serta terus mau belajar keislaman yang lebih
setelah pulang berhaji minimal memberikan inspirasi kepada pembaca majalah Noor
agar mau terus belajar tentang keislaman.