Post on 17-Jan-2017
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERUSAHAAN DI INDONESIA MELAKUKAN AUDITOR
SWITCHING
Evy Dwi Wijayani
Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Indira Djanuarti, M.Si., Akt
Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Issue about independence is the main cause of the auditor switching
existence in Indonesia. Auditor switching could happen mandatorily (because of the rules which persistent it) and also voluntarily. Many question rise when a company voluntarily switches its auditor because happen outside rules which has been specified. This research aim to know the factors that influence companies in Indonesia to do such auditor switching. Variables that used in this research are management changes, audit opinion, financial distress, change percentage of Return on Assets, public accountant firm’s size, client size, and auditor switching.
This research uses financial statements data of non-financial company listed in Bursa Efek Indonesia (BEI) from year 2003-2009. Data collecting method which used in this research is method purposive sampling, that based on criterion which has been determined before. Based on method purposive sampling, research sample total is 912 companies. Hypothesis in this research are tested by logistics regression analytical method.
Result of this research indicates that variables having which significantly effect the auditor switching are management changes and public accountant firm’s size. On the other hand, other variables in this research like audit opinion, financial distress, change percentage of Return on Assets, and client size do not have significant effect on company decision to do auditor switching. Keyword : independence, auditor switching, mandatory, voluntary.
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu
menjembatani benturan kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham)
dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam hal ini
peran akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran laporan keuangan
yang disajikan perusahaan. Untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan
baik, auditor harus mampu menghasilkan opini audit yang berkualitas yang akan
berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan
Hilda, 2009).
Independensi merupakan kunci utama bagi profesi akuntan publik.
Independensi ini mutlak harus ada pada diri auditor ketika ia menjalankan tugas
pengauditan yang mengharuskan ia memberi atestasi atas kewajaran laporan
keuangan kliennya. Sikap independensi bermakna bahwa auditor tidak mudah
dipengaruhi, (Standar Profesinal Akuntan Publik/SPAP 2001), sehingga auditor
akan melaporkan apa yang ditemukannya selama proses pelaksanaan audit.
Pada satu sisi muncul berbagai keraguan mengenai independensi tersebut
yaitu, apakah hubungan kerja yang panjang antara KAP dan klien kemungkinan
menciptakan ancaman terhadap hubungan yang terjalin diantara mereka sehingga
mempengaruhi obyektifitas dan independensi KAP. Auditor yang memiliki
hubungan lama dengan klien diyakini akan membawa konsekuensi
ketergantungan tinggi yang dapat menciptakan hubungan kesetiaan kuat dan pada
akhirnya mempengaruhi sikap mental serta opini mereka (Sumarwoto, 2006).
Pembatasan tenure (masa perikatan audit) merupakan usaha untuk
mencegah auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga menggangu
independensi auditor. Salah satu anjuran adalah ketentuan pergantian KAP secara
wajib (mandatory) yang dilandasi alasan teoritis bahwa penerapan pergantian
auditor dan KAP secara wajib diharapkan akan meningkatkan independensi
auditor baik secara penampilan maupun secara fakta (Giri, 2010).
3
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memberlakukan adanya
pergantian KAP secara wajib. Pemerintah telah mengatur kewajiban pergantian
KAP dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” (pasal 2) sebagai
perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002.
Peraturan ini membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling
lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik
paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Kemudian peraturan tersebut disempurnakan dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan adalah, pertama,
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan
oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1).
Kedua, akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali
penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan
jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2 dan 3).
Sinason et al. (2001) melakukan penelitian mengenai sifat audit tenure
dan auditor switching. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui
pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, tingkat pertumbuhan klien, risiko klien, dan
opini audit qualified terhadap auditor switching. Penelitian Sinason et al. (2001)
memberikan hasil bahwa variabel ukuran klien dan tingkat pertumbuhan klien
mempunyai pengaruh terhadap auditor switching. Sedangkan variabel yang lain,
yaitu ukuran KAP, risiko klien, dan opini audit qualified tidak memiliki pengaruh
terhadap auditor switching.
Penelitian yang dilakukan Mardiyah pada tahun 2002 bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perubahan kontrak, keefektifan auditor, reputasi klien, biaya
audit, faktor klien, dan faktor auditor terhadap auditor changes dengan
menggunakan analisis regresi dan model RPA (Recursive Partitioning Algorithm).
4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel memiliki pengaruh terhadap
auditor changes.
Penelitian Nasser et al. (2006) bertujuan untuk menguji aspek hubungan
auditor-klien, yaitu masa perikatan audit dan auditor switching, dan faktor yang
mempengaruhinya. Sampel yang digunakan adalah perusahaan publik yang
terdaftar di KLSE (Kuala Lumpur stock Exchange) pada periode 1990-2000.
Penelitian memberikan bukti tentang hubungan antara auditor switching dan tiga
variabel, yaitu ukuran klien, ukuran KAP, dan financial distress. Sedangkan
untuk variabel tingkat pertumbuhan klien tidak berpengaruh terhadap auditor
switching.
Penelitian yang dilakukan Damayanti dan Sudarma (2008) menggunakan
variabel fee audit, ukuran KAP, pergantian manajemen, opini akuntan, kesulitan
keuangan perusahaan, dan persentase perubahan ROA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya variabel fee audit dan ukuran KAP yang
mempengaruhi perusahaan publik di Indonesia untuk berpindah KAP. Variabel
yang paling signifikan adalah variabel ukuran KAP yang merupakan salah satu
proksi dari kualitas audit sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
merupakan faktor penting yang mempengaruhi perusahaan berpindah KAP. Selain
itu, variabel fee audit juga merupakan variabel yang signifikan sebagai faktor
kesesuaian harga yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan
perpindahan KAP.
1.2 Perumusan Masalah
Motivasi penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi penelitian
Damayanti dan Sudarma (2008) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
perusahaan di Indonesia untuk berpindah Kantor Akuntan Publik. Penelitian
sangat menarik untuk diteliti karena hasil penelitian-penelitian terdahulu berbeda-
beda. Berdasarkan latar belakang diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “apakah pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase
perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching ?”.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
pengaruh pergantian manajemen, opini audit, financial distress, persentase
perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien terhadap keputusan perusahaan
di Indonesia untuk melakukan auditor switching.
1.3 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Profesi Akuntan Publik
Menjadi bahan informasi untuk profesi akuntan publik tentang praktik
perpindahan KAP yang dilakukan perusahaan.
2. Bagi Regulator
Menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkaitan dengan
praktik perpindahan KAP oleh perusahaan go public yang sangat erat
kaitannya dengan UUPT dan UUPM.
3. Bagi Akademisi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan
wawasan terhadap pengembangan mengenai pengauditan khususnya
mengenai auditor switching.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk
kemunkinan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya mengenai
pembahasan auditor switching.
6
II. TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Teori tentang Auditor Switching
Auditor switching merupakan pergantian auditor atau Kantor Akuntan
Publik yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang bisa berasal dari faktor klien maupun faktor auditor. Mardiyah (2002)
juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah
faktor klien (Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang
gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor
(Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit.
Bukti teoritis mengenai auditor switching didasarkan pada teori agensi.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh konflik
kepentingan dan informasi asimetri antara principle (pemegang saham) dan agent
(manajemen). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena
kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal,
sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor
independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principle)
yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi mengurangi biaya
agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Auditor Switching
Peneliti (tahun) Variabel yang diuji dalam Penelitian Auditor
Switching
Signifikan Tidak Signifikan Chow dan Rice (1982)
Opini qualified Perubahan manajemen Merjer Pembelanjaan baru Alasan lain
Schwartz dan Menon (1985)
Financial distress Kualifikasi audit Pelaporan sengketa
7
Sumber: Review dari beberapa artikel.
Perubahan manajemen Audit fee Kebutuhan asuransi
Lubis (2000) Opini qualified Tidak ada Sinason et al. (2001)
Ukuran klien Tingkat pertumbuhan klien
Ukuran KAP Risiko klien opini audit qualified
Mardiyah (2002) Perubahan kontrak Keefektifan auditor Reputasi klien Fee audit Faktor klien Faktor auditor
Tidak ada
Hudaibe dan Cooke (2005)
Pergantian manajemen Financial distress Opini audit
Tidak ada
Nasser et al. (2006) Ukuran klien Ukuran KAP Financial distress
Tingkat pertumbuhan klien
Sheng dan Wang (2006)
Opini audit Lokal proteksionisme dan Faktor geografis
Ukuran klien Fee audit
Damayanti dan Sudarma (2008)
Fee audit Ukuran KAP
Pergantian Manajemen Opini akuntan Financial distress Persentase perubahan ROA
Sinarwati (2010) Pergantian manajemen Financial distress
Opini going concern Reputasi auditor
Suparlan dan Andayani (2010)
Kepemilikan publik Penambahan jumlah saham Ukuran klien
Kepemilikan institusional Dewan komisaris Pergantian manajemen Leverage ROE (Return on Equity)
Wijayanti (2010) Ukuran KAP Fee audit
Pergantian manajemen Opini audit Ukuran klien Tingkat pertumbuhan klien Financial distress
8
2.3 Perumusan Hipotesis
Pergantian manajemen disebabkan karena keputusan rapat umum
pemegang saham atau pihak manajemen berhenti karena kemauan sendiri
sehingga pemegang saham harus mengontrak atau mengganti manajemen baru
yaitu direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). CEO yang baru
mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi,
keuangan, dan pemilihan KAP (Damayanti dan Sudarma, 2010). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan klien
untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas dan sepakat dengan kebijakan
akuntansi perusahaan. Oleh karena itu, untuk hipotesis pertama dinyatakan
sebagai berikut :
H1: Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor
switching.
Kawijaya dan Juniarti (2002) menyatakan hal yang sama bahwa opini
qualified memang cenderung kurang disukai oleh klien. Perusahaan klien lebih
menginginkan auditor memberi opini wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangannya. Oleh karena itu, klien berusaha sedapat mungkin menghindari
untuk mendapat opini qualified.
Opini audit memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna
eksternal laporan keuangan dan bermanfaat untuk keputusan investasi.
Manajemen perusahaan akan memberhentikan auditornya karena memberikan
opini audit yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya dan akan
mencari auditor yang lebih mudah diatur (Carcello dan Neal, 2003). Chow dan
Rice (1982) mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah
KAP setelah menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa klien yang mendapat opini audit yang tidak diharapkan atas
laporan keuangannya akan cenderung mengganti KAP. Dari uraian di atas dapat
dirumuskan hipotesis :
H2: Opini audit berpengaruh positif terhadap auditor switching.
9
Perusahaan yang terancam bangkrut lebih sering berpindah KAP dari pada
perusahaan yang tidak terancam bangkrut. Ketidakpastian dalam bisnis pada
perusahaan-perusahaan yang terancam bangkrut (mempunyai kesulitan keuangan)
menimbulkan kondisi yang mendorong perusahaan berpindah KAP (Schwartz dan
Soo, 1995). Perusahaan yang bermasalah memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk beralih auditor daripada perusahaan yang sehat (Schwartz dan Menon,
1985). Selain itu, Hudaib dan Cooke (2005) juga menyatakan bahwa perusahaan
dengan tekanan finansial cenderung untuk mengganti KAP dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih sehat. Dengan demikian, perusahaan yang sedang
mengalami financial distress akan cenderung berganti KAP dibandingkan
perusahaan yang sehat. Hipotesis berikutnya dinyatakan sebagai berikut:
H3: Financial distress berpengaruh positif terhadap auditor switching.
Persentase perubahan ROA (Return on Asset) merupakan salah satu proksi
dari reputasi klien/client reputation (Mardiyah, 2002). Selain itu perubahan ROA
juga dapat digunakan sebagai indikator kondisi keuangan perusahaan untuk
melihat prospek bisnis dari perusahaan tersebut. Semakin tinggi nilai ROA berarti
semakin efektif pengelolaan aktiva yang dimiliki perusahaan dan semakin baik
pula prospek bisnisnya (Damayanti dan Sudarma, 2008). Perusahaan yang
memiliki nilai ROA semakin rendah cenderung mengganti auditornya karena
mengalami penurunan kinerja sehingga prospek bisnisnya menurun. Dalam hal ini
berarti kondisi keuangan perusahaan menurun yang mengakibatkan manajemen
cenderung mencari auditor baru yang bisa menyembunyikan keadaan perusahaan.
Hipotesis berikutnya adalah :
H4: Persentase penurunan ROA berpengaruh negatif terhadap
auditor switching.
Wibowo dan Hilda (2009) berpendapat bahwa KAP besar mempunyai
kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit dibandingkan KAP kecil,
10
sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Menurut
Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih
baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan
reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. KAP yang besar biasanya
memiliki reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga mereka akan selalu
berusaha mempertahankan independensi. Berdasarkan argumen di atas dapat
disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP besar yang dianggap lebih
berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena itu, perusahaan yang telah
menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP.
Sehingga hipotesis berikutnya adalah :
H5: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching.
Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan
peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan
KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986) dan
ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005). Hal ini berarti,
klien besar memiliki kecenderungan lebih rendah untuk berganti auditor
dibandingkan klien yang kecil. Untuk hipotesis terakhir dinyatakan sebagai
berikut :
H6: Ukuran klien berpengaruh negatif terhadap auditor switching.
11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat, variabel yang dipengaruhi atau
akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen
yang digunakan adalah Auditor switching. Auditor Switching merupakan
pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik yang dilakukan oleh perusahaan
klien karena beberapa faktor, baik faktor klien maupun faktor auditor. Variabel
auditor switching disini menggunakan variabel dummy, nilainya hanya 1 atau 0.
Nilai 1 disini menunjukan adanya pergantian KAP yang dilakukan oleh
perusahaan klien, dan nilai 0 bila tidak ada pergantian KAP yang dilakukan oleh
perusahaan klien.
3.2 Variabel Independen
Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen, yaitu variabel
bebas, variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pergantian manajemen, opini audit, financial distress,
persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan ukuran klien.
1. Pergantian Manajemen
Variabel pergantian manajemen menggunakan variabel dummy. Jika
perusahaan klien mengganti direksi atau CEO maka diberikan nilai 1.
Sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti direksi atau CEO, maka
diberikan nilai 0 (Damayanti dan sudarma, 2008).
2. Opini Audit
Variabel opini audit menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan klien
menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan
nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0 (Damayanti dan Sudarma,
2008).
12
3. Financial Distress
Dalam penelitian ini variabel financial distress diproksikan dengan rasio DER
(Debt to Equity Ratio) mengacu pada penelitian yang dilakukan Sinarwati
(2010); Suparlan dan Andayani (2010). Rasio DER dalam penelitian ini
dihitung dengan membandingkan total hutang dengan total ekuitas. Adapun
cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
DER (Debt to Equity Ratio) = ����� ����
����� ��� ���………….….………….(3.1)
Tingkat rasio DER yang aman adalah 100%. Rasio DER di atas 100%
merupakan salah satu indikator memburuknya kinerja keuangan sehingga
perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress
(Sinarwati, 2010). Variabel financial distress menggunakan variabel dummy.
Jika perusahaan klien memiliki rasio DER di atas 100%, maka diberikan nilai
1. Sedangkan jika perusahaan klien memiliki rasio DER di bawah 100%,
maka diberikan nilai 0.
4. Persentase Perubahan ROA
Dalam penelitian ini variabel persentase perubahan ROA dihitung dengan
membagi selisih antara ROA tahun tertentu dan tahun sebelumnya dengan
ROA tahun sebelumnya itu kemudian mengalikannya dengan 100%
(Damayanti dan Sudarma, 2008). Cara menghitungnya sebagai berikut :
∆ROA = �����������
������ X 100%..............................................................(3.2)
Keterangan:
∆ROA = persentase perubahan ROA periode t dari periode t-1
ROAt = ROA pada periode t
ROAt-1 = ROA pada periode t-1
5. Ukuran KAP
Variabel ukuran KAP menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit
oleh KAP Big 4 maka diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan diaudit
oleh KAP non Big 4, maka diberikan nilai 0 (Nasser et al., 2006). Adapun
auditor yang termasuk dalam kelompok The Big 4 yaitu (berdasarkan
alphabet):
13
a) Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Hans
Tuanakotta Mustofa & Halim; Osman Ramli Satrio & Rekan; Osman
Bing Satrio & Rekan.
b) Ernest & Young (EY) yang berafiliasi dengan Prasetio, Sarwoko &
Sandjaja; Purwantono, Sarwoko & Sandjaja.
c) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan
Siddharta Siddharta & Widjaja.
d) PricewaterhouseCoopers (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari
& Rekan; Tanudiredja, Wibisana & Rekan; Drs. Hadi Susanto & Rekan.
6. Ukuran Klien
Ukuran klien merupakan besarnya ukuran sebuah perusahaan yang diukur
berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, sebaliknya
semakin kecil total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran
perusahaan tersebut kecil. Variabel ukuran klien dalam penelitian ini dihitung
dengan melakukan logaritma natural atas total aset perusahaan (Nasser et al.,
2006).
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang
bergerak bukan di bidang keuangan dan telah terdaftar di BEI (Bursa Efek
Indonesia) pada tahun 2003-2009. Dasar penentuan pemilihan sampel adalah
sampel yang memenuhi kelengkapan data. Metode pengumpulan sampel
(sampling method) yang digunakan adalah purposive sampling. Adapun beberapa
kriteria sampel penelitian, antara lain:
1. Perusahaan publik non keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun
2003-2009.
2. Perusahaan yang menyajikan informasi keuangan lengkap berupa
informasi nama CEO, opini audit yang diberikan auditor, total aset, total
hutang, total ekuitas, ROA (Return on Assets), nama KAP.
3. Perusahaan yang laporan keuangannya telah diaudit.
14
Proses seleksi sampel dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.2 Proses Seleksi Sampel
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009 315
Perusahaan keuangan (bank, kredit, asuransi dan sekuritas) (54)
Data laporan keuangan tidak lengkap (109)
Jumlah perusahaan sampel 152
Tahun pengamatan (tahun) 6
Jumlah perusahaan sampel selama tahun pengamatan 912
Sumber : data sekunder yang diolah tahun 2011
3.4 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder ini
bersumber pada laporan keuangan perusahaan publik bukan dari sektor keuangan
pada tahun 2003-2009. Sumber data ini diperoleh melalui Indonesian Capital
Market Directory (ICMD) yang tersedia di Pojok Bursa Efek Indonesia Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang serta dapat pula diperoleh dengan
menggunakan cara download melalui internet dari situs resmi BEI diantaranya
dengan alamat website www.idx.co.id.
3.4 Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression). Alasan penggunaan alat analisis regresi logistik
(logistic regression) adalah karena variabel dependen bersifat dikotomi
(melakukan auditor switching dan tidak melakukan auditor switching). Model
regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
SWITCHt = bo + b1CEO + b2OPINI + b3DEBT + b4ROA + b5KAP + b6LnTA
+ ε.................................................................................................(5.3)
Keterangan:
SWITCH : auditor switching
bo : konstanta
b1-b6 : koefisien regresi
15
CEO : pergantian manajemen
OPINI : opini audit
DER : financial distress
ROA : persentase perubahan ROA
KAP : ukuran KAP
LnTA : ukuran klien
ε : error
3.5 Pengujian Hipotesis
Estimasi parameter menggunakan Maximum Likehood Estimation (MLE).
Ho = b1 = b2 = b3 = …= bi = 0
Ho � b1 � b2 � b3 � …� bi � 0
Hipotesis nol menyatakan bahwa variabel independen (x) tidak mempunyai
pengaruh terhadap variabel respon yang diperhatikan (dalam populasi). Pengujian
terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan α = 5%. Kaidah pengambilan
keputusan adalah:
1. Jika nilai probabilitas (sig.) < α = 5% maka hipotesis alternatif didukung.
2. Jika nilai probabilitas (sig.) > α = 5% maka hipotesis alternatif tidak didukung.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Sifat Pergantian KAP
Sumarwoto (2006) dan Febrianto (2009) menyatakan bahwa pergantian
KAP bisa bersifat mandatory karena peraturan yang mengharuskan dan juga bisa
secara voluntary. Pergantian KAP dikategorikan berdasarkan perusahaan yang
melakukan pergantian KAP secara mandatory, secara voluntary dan tidak
melakukan pergantian KAP. Tabel 4.1 menunjukkan rincian perusahaan sampel
berdasarkan sifat pergantian KAP selama tahun 2003-2009.
Tabel 4.1
Perusahaan Sampel Berdasarkan Sifat Pergantian KAP
Sifat Pergantian KAP Jumlah Persentase Mandatory 26 17% Voluntary 69 45% Tidak Melakukan Pergantian KAP 57 38% Jumlah 152 100%
Sumber : data yang diolah tahun 2011 4.2 Statisitik Deskripstif
Jenis data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu data
nominal atau kategori (CEO, OPINI, DER, dan KAP) dan data rasio (ROA dan
LnTA).
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Sumber : Output SPSS
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah observasi data
penelitian (N) adalah 912. Hasil analisis statistik deskriptif variabel Persentase
perubahan ROA (ROA) dari 912 perusahaan sampel menunjukkan nilai minimum
Descriptive Statistics
912 -112.30 22417.59 24.4453 742.53613
912 20.16 32.21 27.5012 1.70055
912
ROA
LnTA
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
17
sebesar -11230% dan nilai maksimum 2241759% dengan rata-rata sebesar
2444,53%. Hasil analisis deskriptif variabel ukuran klien (LnTA) dari 912
perusahaan sampel menunjukkan nilai minimum sebesar 20,16 dan nilai
maksimum 32,21 dengan rata-rata sebesar 27,50.
4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Menilai keseluruhan model (overall model fit).
Pengujian overall model fit dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log
likehood (-2LL) pada awal dengan nilai -2 log likehood (-2LL) pada akhir. Nilai
-2LL pada awal sebelum dimasukkan keenam variable sebesar 925,344.
Sedangkan setelah dimasukkan keenam variabel bebas, nilai -2LL akhir menjadi
839,473. Sehingga terjadi penurunan cukup besar yaitu 85,871. Penurunan ini
menunjukkan model yang baik atau model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.3
Menilai Keseluruhan Model
Sumber : output SPSS
2. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square).
Koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Besarnya nilai
koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai
Iteration Historya,b,c,d
862.837 .867 .311 .149 -.144 .000 -.810 -.060
840.600 1.609 .453 .226 -.226 .000 -1.296 -.089
839.504 1.759 .482 .243 -.245 .000 -1.450 -.094
839.481 1.767 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095
839.475 1.769 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095
839.474 1.770 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095
839.473 1.771 .483 .244 -.246 .000 -1.461 -.095
Iteration1
2
3
4
5
6
7
Step1
-2 Loglikelihood Constant CEO OPINI DER ROA KAP LnTA
Coefficients
Method: Entera.
Constant is included in the model.b.
Initial -2 Log Likelihood: 925.344c.
Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.d.
18
Nagelkerke R Square. Hasil pengujian menunjukkan nilai Nagelkerke R Square
adalah sebesar 0,141. Hal ini berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel independen adalah sebesar 14,1%, sedangkan sisanya sebesar
85,9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian ini.
Tabel 4.4
Koefisien Determinasi
Sumber : output SPSS
3. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai menggunakan uji Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-square
sebesar 6,673 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,572. Berdasarkan hasil
pengujian dengan tingkat signifikansi (p) yang lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi mampu memprediksi nilai observasinya.
Tabel 4.5
Menguji Kelayakan Model Regresi
Sumber : output SPSS
4. Uji Multikolonieritas
Model regresi yang baik adalah regresi yang tidak terjadi gejala korelasi di
antara variabel independen (Ghozali, 2006). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Model Summary
839.473a .090 .141Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
Estimation terminated at iteration number 7 becauseparameter estimates changed by less than .001.
a.
Hosmer and Lemeshow Test
6.673 8 .572Step1
Chi-square df Sig.
19
tidak terdapat nilai koefisien korelasi antar variabel independen yang nilainya di
atas 0,90. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
multikolonieritas antar variabel independen.
Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas
Sumber : output SPSS
5. Matrik Klasifikasi.
Matrik Klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan pergantian KAP yang dilakukan perusahaan.
Tabel 4.7
Matrik Klasifikasi
Sumber : output SPSS
kekuatan prediksi dari model regresi untuk perusahaan yang tidak
melakukan pergantian KAP adalah sebesar 99,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa
dari total 725 yang tidak melakukan pergantian KAP, terdapat sebanyak 722
Correlation Matrix
1.000 -.062 -.053 .040 -.046 .343 -.996
-.062 1.000 .013 -.044 .002 -.079 .041
-.053 .013 1.000 -.085 .003 -.012 .042
.040 -.044 -.085 1.000 -.013 .047 -.100
-.046 .002 .003 -.013 1.000 -.023 .047
.343 -.079 -.012 .047 -.023 1.000 -.374
-.996 .041 .042 -.100 .047 -.374 1.000
Constant
CEO
OPINI
DER
ROA
KAP
LnTA
Step1
Constant CEO OPINI DER ROA KAP LnTA
Classification Tablea
722 3 99.6
184 3 1.6
79.5
Observed0
1
SWITCH
Overall Percentage
Step 10 1
SWITCH PercentageCorrect
Predicted
The cut value is .500a.
20
perusahaan (99,6%) yang secara tepat dapat diprediksi oleh model regresi.
Sedangkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
perusahaan melakukan pergantian KAP adalah sebesar 1,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa dari total 187 perusahaan yang melakukan pergantian KAP,
terdapat sebanyak 3 perusahaan (1,6%) yang secara tepat dapat diprediksi oleh
model regresi.
6. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk
Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi logistik ditunjukkan
dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variabel B S.E. Wald Sig. Keterangan CEO .483 .231 4.384 .036 Signifikan OPINI .244 .339 .519 .471 Tidak Signifikan DER -.246 .174 2.000 .157 Tidak Signifikan ROA .000 .001 .019 .890 Tidak Signifikan KAP -1.461 .219 44.522 .000 Signifikan LnTA -.095 .056 2.840 .092 Tidak Signifikan Constant 1.771 1.500 1.394 .238 -
Sumber : Output SPSS
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan model
sebagai berikut :
SWITCH = 1,771 + 0,483CEO + 0,244OPINI – 0,246DER + 0,000 ROA –
1,461KAP – 0,095LnTA
4.4 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1 Pengaruh Pergantian Manajemen (CEO) terhadap Auditor switching
(SWITCH)
Variabel pergantian manajemen (CEO) menunjukkan koefisien regresi
positif sebesar 0,483 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,036 lebih kecil dari
α (0,05). Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α (0,05) maka hipotesis 1
21
berhasil didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Hudaibe
dan Cooke (2005) serta Sinarwati (2010) tetapi bertentangan dengan hasil
penelitian Chow dan Rice (1982), Schwartz dan Menon (1985), Damayanti dan
Sudarma (2008), Suparlan dan Andayani (2010) serta Wijayanti (2010).
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa adanya pergantian manajemen
juga diikuti oleh perubahan kebijakan perusahaan dalam pemilihan KAP sehingga
memungkinkan perusahaan untuk melakukan pergantian KAP. Hasil penelitian ini
mendukung teori keagenan yang menyatakan bahwa terdapat konflik kepentingan
antara manajemen (agent) dan pemegang saham (principles). Konflik kepentingan
dapat terjadi karena agent tidak selalu berbuat sesuai dengan keinginan principles.
Hal ini cenderung menyebabkan pergantian manajemen dan diikuti oleh
pergantian KAP.
4.4.2 Pengaruh Opini Audit (OPINI) terhadap Auditor Switching
(SWITCH)
Variabel opini audit (OPINI) menunjukkan koefisiensi regresi positif
sebesar 0,244 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,471 yang lebih besar dari
α (0,05). Dengan demikian hipotesis 2 tidak berhasil didukung. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Sinason et al. (2001), Damayanti dan Sudarma
(2008), serta Wijayanti (2010) yang tidak menemukan bukti bahwa perusahaan
yang mendapatkan opini selain unqualified akan berpindah KAP. Di sisi lain,
hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Chow dan Rice (1982), Lubis
(2000), Hudaibe dan Cooke (2005), serta Sheng dan Wang (2006).
Hasil penelitian yang gagal diduga karena perusahaan yang menggunakan
jasa KAP Big 4 cenderung tidak melakukan pergantian KAP ketika mendapat
opini selain unqualified. Pergantian kelas KAP dari Big 4 dikhawatirkan dapat
menyebabkan anggapan negatif dari para pengguna laporan keuangan terhadap
kualitas pelaporan keuangan yang dimiliki perusahaan.
22
4.4.3 Pengaruh financial distress (DER) terhadap Auditor Switching
(SWITCH)
Variabel financial distress (DER) menunjukkan koefisien regresi negatif
sebesar 0,246 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,157, lebih besar dari α
(0,05). Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α (0,05) maka hipotesis 3
ditolak. Hasil penelitian ini bertentangan dengan Schwartz dan Menon (1985),
Hudaibe dan Cooke (2005), Nasser et al. (2006) serta Sinarwati (2010). Di sisi
lain, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti dan Sudarma (2008) serta Wijayanti (2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan tidak menjadi
faktor penyebab perusahaan untuk melakukan pergantian Kantor Akuntan Publik.
Perusahaan dalam kondisi financial distress cenderung tidak berganti KAP
karena memperhatikan persepsi pemegang saham sebagai pemilik dana di
perusahaan, jika perusahaan sering berganti KAP timbul anggapan yang negatif.
4.4.4 Pengaruh Persentase perubahan ROA (ROA) terhadap Auditor
Switching (SWITCH)
Variabel persentase perubahan ROA (ROA) menunjukkan koefisien
regresi positif sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,890, lebih
besar dari α (0,05). Dengan demikian hipotesis 4 tidak berhasil didukung. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Damayanti dan
Sudarma (2008). Hal ini menunjukkan bahwa Persentase penurunan ROA tidak
berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching.
Persentase ROA yang semakin menurun menandakan kinerja perusahaan
memburuk, sehingga mengalami kesulitan untuk membayar KAP baru yang
membutuhkan biaya besar. Oleh karena itu perusahaan tetap mempertahankan
KAP lama. Alasan lain disebabkan pertimbangan pihak manajemen untuk
mempertahankan reputasi perusahaan berkaitan dengan ukuran KAP dimata para
pemegang saham.
23
4.4.5 Pengaruh Ukuran KAP (KAP) terhadap Auditor Switching
(SWITCH)
Variabel ukuran KAP (KAP) menunjukkan koefisiensi regresi negatif
sebesar 1,461 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,000, lebih kecil dari α
(0,05). Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α (0,05) maka hipotesis 5
berhasil didukung. Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian Mardiyah
(2002), Nasser et al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2008), serta Wijayanti
(2010). Namun bertentangan dengan hasil penelitia Sinason et al. (2001).
Hasil pengujian yang menghasilkan arah hubungan negatif menunjukkan
bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP Big 4 memiliki
kemungkinan kecil untuk melakukan pergantian KAP. Perusahaan lebih memilih
KAP Big 4 karena kualitas audit yang tinggi untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan
keuangan.
4.4.6 Pengaruh Ukuran Klien (LnTA) terhadap Auditor Switching
(SWITCH)
Variabel ukuran klien (LnTA) menunjukkan koefisien regresi negatif
sebesar 0,095 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,092, lebih besar dari α
(0,05). Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α (0,05) maka hipotesis 6 tidak
berhasil didukung. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Sheng dan
Wang (2006) serta Wijayanti (2010). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sinason et al. (2001), Nasser et al. (2006), serta Suparlan dan Andayani
(2010) bertentangan dengan hasil penelitian ini.
Secara teori, perusahaan dengan total aset kecil cenderung melakukan
pergantian KAP, tetapi penelitian ini belum berhasil membuktikan adanya
pengaruh ukuran klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian yang gagal ini
diduga karena sebagian besar sampel penelitian merupakan perusahaan besar.
Alasan lain mungkin karena perusahaan kecil dalam penelitan ini sudah
menggunakan jasa KAP non Big 4 sehingga cenderung tidak melakukan
pergantian KAP.
24
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perusahaan di Indonesia untuk melakukan auditor switching.
Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel dependen, yaitu auditor
switching. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah pergantian
manajemen, opini audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran
KAP, dan ukuran klien. Penelitian terdiri dari enam hipotesis yang diuji dengan
menggunakan analisis regresi logistik (logistic Regression). Data sampel
penelitian sebanyak 912 perusahaan non keuangan yang terdaftardi BEI tahun
2003-2009.
Variabel yang mempengaruhi perusahaan untuk melakukan auditor switching
adalah variabel pergantian manajemen dan ukuran KAP. Variabel yang tidak
mempengaruhi perusahaan untuk melakukan auditor switching adalah opini audit,
financial distress, persentase perubahan ROA, dan ukuran klien. Untuk opini
audit dan ukuran klien arah hubungan sudah sesuai dengan yang dihipotesiskan,
sedangkan financial distress dan persentase perubahan ROA arah hubungan tidak
sesuai dengan yang dihipotesiskan.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diharapkan dapat
diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini antara
lain :
1. Penelitian hanya menguji pengaruh variabel pergantian manajemen, opini
audit, financial distress, persentase perubahan ROA, ukuran KAP, dan
ukuran klien terhadap auditor switching. Hasil pengujian regresi logistik
menunjukkan nilai �� yang masih kecil, yaitu sebesar 14,1 % sehingga
ada variabel-variabel lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap
auditor switching yang tidak diuji dalam penelitian ini.
25
2. Penelitian ini hanya memperhatikan pergantian KAP dan tidak
memperhatikan pergantian auditor independen yang bertanggung jawab
terhadap opini audit. Hal ini terkait adanya peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah Indonesia mengenai rotasi wajib baik bagi KAP (Kantor
Akuntan Publik) maupun AP (Akuntan Publik).
3. Pengukuran variabel financial distress dalam penelitian ini menggunakan
proksi rasio DER (Debt to Equity Ratio). Dalam penelitian ini rasio DER
digunakan untuk mengukur resiko jika terjadi kondisi ekonomi perusahaan
yang tidak baik (financial distress). Proksi tersebut kurang bisa
menggambarkan kondisi kesulitan keuangan yang sedang dialami
perusahaan.
5.3 Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel
independen lain yang mungkin berpengaruh terhadap auditor switching.
Variabel yang mungkin dapat digunakan dalam penelitian, misalnya :
variabel tingkat pertumbuhan klien atau variabel yang berkaitan dengan
karakteristik corporate governance (Kepemilikin institusional,
kepemilikan publik, pertumbuhan jumlah saham, dll).
2. Penelitian selanjutnya hendaknya juga meneliti mengenai pergantian
auditor independen yang bertanggung jawab terhadap opini audit.
3. Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) sebagai proksi
financial distress. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan proksi lain yang
mungkin lebih bisa menunjukkan kondisi perusahaan yang sedang mengalami
kesulitan keuangan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Barton, Jan. 2005. “Who Cares about Auditor Reputation ?”. Contemporary Accounting Research, Vol. 22, Issue 3.
Carcello, J.V. dan Neal, T.L. 2003. “ Audit Committee Characteristis and auditor
Dismissals Following “New” Going-Concern Reports. The Accounting Review, Vol. 78, No. 1, pp. 95-117.
Chow, C.W. dan S.J. Rice. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditor
Switching”. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 2, pp. 326-335. Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak, hal. 1-13.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Giri, Efraim Ferdinan. 2010. “Pengaruh Tenur Akuntan Publik (KAP) dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi Wajib Auditor di Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, hal. 1-26.
Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changes
and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 1-29.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta :
Salemba Empat. Jensen, M. dan Meckling, W., 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behaviour,
Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360.
Kawijaya, N. dan Juniarti, 2002, “Faktor-faktor yang Mendorong Perpindahan
Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 2, November 2002:93-105.
Lubis, F. 2000. “Hubungan Dua Arah (Simultaneous) antara Pendapat Audit
dengan Pergantian Akuntan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, pp. 171-181.
Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor terhadap
Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA”.
27
Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang, hal. 425-445. Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor
359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta. Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta. Nasser, et.al. 2006. “Auditor-Client Relationship: The Case of Audit tenure and
Auditor Switching in Malaysia”. Managerial Auditing Journal, Vol. 21, No. 7, pp. 724-737.
Schwartz, K.B. dan K. Menon. 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”. The
Accounting Review, Vol. LX, No. 2, pp. 248-261. Schwartz, K.B. dan Soo, B.S. 1995. “ An Analysis of Form 8-K Disclosures of
Auditor Changes by Firms Approaching Bankruptcy”. Auditing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 14, No. 1, pp. 125-136.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010.” Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, hal. 1-20.
Sinason, D.H., J.P. Jones, dan S.W. Shelton. 2001. “An Investigation of Auditor
and Client Tenure”. Mid-American Journal of Business, Vol. 16, No. 2, pp. 31-40.
Sumarwoto, 2006.” Pengaruh Kebijakan Rotasi KAP terhadap Kualitas Laporan
Keuangan”. Tesis tidak dipublikasikan, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univeristas Diponegoro, Semarang.
Suparlan dan Andayani, Wuryan. 2010. “Analisis Empiris Pergantian Kantor
Akuntan Publik Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, hal. 1-25.
Watts, R.L. dan Zimmerman, J.L. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood
Cliffs: Prentice-Hall. Wibowo, Arie dan Rossieta, Hilda. 2009. “Faktor-Faktor Determinasi Kualitas
Audit-Suatu Studi dengan Pendekatan Earning Surprise Benchmark”. Simposium nasional Akuntansi XII, Palembang, hal. 1-34.
Wijayanti, Martina Putri. 2010. “Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia”. Skripsi tidak Dipublikasikan, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.