Post on 29-Jul-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Populasi kendaraan di Indonesia yang berbahan bakar minyak (BBM) setiap
tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2000 jumlah kendaraan hanya sekitar 5 juta
unit, dan pada tahun 2009 jumlah kendaraan sudah meningkat lebih dari 3 kalinya yaitu
sekitar 18 juta unit. Akibat kenaikan jumlah kendaraan, konsumsi bahan bakar minyak
(BBM) meningkat. Jika pada tahun 2000 keperluan BBM untuk transportasi hanya
sekitar 20.000 kilo liter, pada tahun 2009 sudah mencapai 37.000 kili liter. Dengan
semakin membengkaknya konsumsi BBM, maka diperlukan produksi minyak yang lebih
besar. Padahal dalam kenyataannya produksi minyak di dalam negeri sejak tahun 2000
mengalami penurunan, hingga sejak tahun 2005 Indonesia menjadi importir minyak.
Melonjaknya harga minyak mentah dunia menyebabkan pemerintah harus
memberikan subsidi BBM bagi rakyatnya. Untuk tahun 2011, pemerintah
mengalokasikan dana APBN sebesar Rp 92,79 triliun untuk subsidi BBM, dan untuk
tahun 2012 subsidi BBM mencapai Rp 123,6 triliun. Berarti, dengan semakin banyaknya
populasi kendaraan di Indonesia di masa mendatang, akan semakin besar pula subsidi
BBM yang harus dialokasikan pemerintah setiap tahunnya. Padahal, dapat dikatakan
bahwa Indonesia tidak kaya akan minyak, tetapi malah memberikan subsidi untuk bahan
bakar minyak yang cukup besar kepada rakyatnya.
Dengan mekanisme subsidi yang dianut Pemerintah Indonesia, kenaikan harga
BBM akan menghabiskan APBN jika tidak diambil langkah preventif seperti langkah
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi energi. Diversifikasi energi menjadi solusi
yang menarik karena Indonesia memiliki potensi cadangan sumber energi selain BBM
yang cukup besar yaitu potensi penggunaan gas alam. Indonesia merupakan negara yang
2
kaya akan gas alam, dengan total cadangan terbukti sebesar 112,4 TSCF pada tahun
2010. Gas yang dimaksud di sini adalah Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid
Gas for Vehicle (LGV). CNG dipilih karena cadangannya yang masih sangat banyak
seperti yang diutarakan dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Indonesia) dengan cadangan gas alam sekitar 165 TCF, sehingga tidak
perlu dilakukan pengimporan. CNG akan dipergunakan oleh angkutan umum (plat
kuning). Selain karena cadangan dari CNG masih cukup banyak, harganya lebih murah
dibandingkan dengan BBM, yaitu 2/3 dari harga bensin bersubsidi (premium) atau
sekitar 1/3 dari premium non subsidi. Sedangkan LGV digunakan karena harganya yang
lebih murah dibandingkan Pertamax (harga keekonomian LGV Rp 7.500/liter), dan akan
dipergunakan oleh kendaraan pribadi serta angkutan umum eksekutif.
Namun, salah satu kendala dalam pengembangan BBG di Indonesia adalah
minimnya infrastruktur yang menunjang penggunaan BBG, seperti ketersediaan pipa
transmisi gas, ketersediaan konverter kit, dan SPBG. Hal ini menyebabkan lambatnya
perkembangan penggunaan BBG di Indonesia. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas bagaimana solusi dari kesulitan pengembangan infrastruktur BBG di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah
dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan seperti berikut ini.
1. Apa urgensi pengembangan infrastruktur BBG di Indonesia?
2. Kendala apa saja yang menghalangi pengembangan infrastruktur BBG di
Indonesia?
3. Langkah apa saja yang harus ditempuh agar pengembangan infrastruktur
BBG dapat berjalan dengan baik?
3
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dan manfaat penulisan ini adalah
untuk:
1. Menganalisis urgensi atau kebutuhan infrastruktur BBG untuk
dikembangkan di Indonesia.
2. Mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi halangan pengembangan
infratruktur BBG di Indonesia.
3. Menganalisis langkah-langkah yang harus ditempuh agar pengembangan
infrastruktur BBG di Indonesia.
1.4 Lingkup Kajian
Ruang lingkup karya tulis ilmiah ini berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah di atas adalah:
1. Definisi Bahan Bakar Gas;
2. Manfaat Pengembangan Infrastruktur BBG di Indonesia;
3. Kendala Pengembangan Infrastruktur BBG di Indonesia;
4. Solusi Pengembangan Infrastruktur BBG di Indonesia.
1.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Karya tulis ini menggunakan satu sumber yaitu sumber data sekunder. Sumber
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan
dokumentasi.
Adapun metode atau teknik pengumpulan data yang saya lakukan adalah melalui
sumber-sumber informasi seperti buku, koran, dan internet.
4
1.6 Sistematika Penyajian
BAB I PENDAHULUAN
Populasi kendaraan bermotor semakin membengkak dewasa ini, dan penggunaan
BBM otomatis akan meningkat. Padahal, BBM yang dikonsumsi adalah hasil subsidi
dan impor. Perlu diluruskan bahwa Indonesia tidak kaya akan minyak, tetapi kaya akan
gas. Berdasar dari hal tersebut, diperlukan konversi BBM menjadi BBG. Namun dalam
pelaksanaannya program konversi ini tidak dapat berjalan dengan baik karena terbatas
pada infrastrukur. Infrastruktur BBG ini lah yang akan dikaji dalam karya tulis ini.
BAB II BAHAN BAKAR GAS
Komposisi utama BBG adalah metana, etana, karbon dioksida, nitrogen, dan
propana. Kadar CO dalam BBG lebih rendah dibandingkan BBM, sehingga BBG
memiliki kadar emisi yang lebih rendah dan lebih aman digunakan. Agar bahan bakar
gas dapat digunakan maka harus digunakan converter kit. Dalam pemakaian BBG untuk
kendaraan tidak ada perubahan-perubahan pada mesin kendaraan, yang ada hanya
penambahan peralatan kit konversi. Bila prosedur pemasangan dan pemeliharaan alat ini
dilaksanakan dengan baik maka penggunaannya akan aman.
BAB III PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BAHAN BAKAR GAS
(BBG) DI SEKTOR TRANSPORTASI SEBAGAI PENUNJANG
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan minyak, ini lah yang paling
mendasari mengapa infrastruktur BBG ini harus dikembangkan. Indonesia tidak harus
impor gas, atau memasok ketersediaan gas dari Negara lain. Hal ini pun berkaitan
dengan penghematan biaya subsidi BBM yang dapat membantu perekonomian Negara.,
Padahal, pengembangan infrastruktur BBG di sektor transportasi sangatlah penting, dan
memberikan manfaat diantaranya menambah peluang usaha, mengurangi penggunaan
BBM dan subsidi, mengurangi pencemaran lingkungan, dan mengurangi biaya
pembelian bahan bakar bagi pemakai. Namun sampai sekarang belum terealisasi dengan
baik. Hal ini disebabkan oleh kendala-kendala seperti pasokan gas masih kurang,
converter kit masih impor, tidak ada standardisasi peralatan, tidak ada lembaga
5
pengujian, sumber daya manusia masih kurang, dan alasan-alasan lainnya. Agar
pengembangan infrastruktur BBG berjalan dengan baik, terdapat langkah-langkah yang
harus dilakukan, salah satunya adalah menyiapkan teknis penyediaan infrastruktur yang
baik. Awalnya, konversi BBG dilakukan pada kendaraan instansi pemerintah, kemudian
angkutan umum, dan terakhir kendaraan pribadi, yang letaknya tidak jauh di sekitar
Jadebotabek. Seiring dengan waktu, cakupan konversi BBG akan semakin luas dan
mencakup wilayah-wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya. Selain itu, harus ditonjolkan
desain-desain perangkat konversi yang inovatif, efisien agar menarik konsumen.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
Populasi kendaraan semakin meningkat padahal jumlah BBM yang tersedia
semakin berkurang. Hal ini mengakibatkan membengkaknya alokasi subsidi BBM.
Untuk mencegah hal tersebut, harus dilaksanakan program konversi BBM menjadi
BBG. Namun, terjadi kendala salah satunya adalah minimnya infrastruktur BBG.
Infrastruktur ini padahal sangat penting, namun perkembangan infrastruktur dibatasi
oleh banyak kendala. Dalam makalah ini penulis menyampaikan beberapa solusi atas
kendala tersebut.
Saran yang dapat diberikan kepada pemerintah adalah diadakannya sosialisasi
untuk masyarakat, dan diperlukannya komitmen yang kuat dari pemerintah agar
infrastruktur dapat berkembang dengan baik.
6
BAB II
BAHAN BAKAR GAS
2.1 Definisi Bahan Bakar Gas
Komposisi utama dari BBG adalah unsur methana (CH4) sebesar 95,03%; ethana
(C2H6) sebesar 2,23%; karbondioksida (CO2) sebesar 1,75%; Nitrogen (N2) 0.68 % dan
propana (C3H8) sebesar 0,29%. Dari komposisi ini terlihat bahwa komponen utama dari
BBG adalah gas methana. Berat jenis BBG lebih kecil dari berat jenis udara, sehingga
jika terjadi kebocoran baik pada tangki penyimpan maupun saluran bahan bakar akan
segera naik ke atas. BBG karena wujudnya berupa gas, tidak perlu diuapkan terlebih
dahulu sebagaimana pada bahan bakar minyak (gasoline), sehingga permasalahan pada
saat start pada suhu rendah dan emisi yang berlebihan karena terlalu kayanya campuran
bahan bakar - udara pada saat start dapat diperkecil.
Nilai oktan BBG lebih tinggi dibandingkan gasoline, yaitu antara 120 sampai
130. Dengan tingginya nilai oktan tersebut maka pada rasio kompresi yang lebih tinggi
tidak akan terjadi knocking pada motor. Keunggulan BBG ditinjau dari proses
pembakarannya di dalam ruang bakar adalah karena BBG memiliki perbandingan atom
karbon terhadap atom hidrogen yang rendah, sehingga pembakaran menjadi lebih
sempurna. Mengingat BBG sudah berada pada fase gas, maka dengan mudah dapat
bercampur dengan udara dalam ruang bakar, sehingga oksigen dapat dengan mudah
bergabung dengan karbon dan memberikan reaksi pembentukan CO2 bukan CO.
Disamping itu karena jumlah atom karbon molekul BBG lebih sedikit dibandingkan
BBM, maka CO yang terbentuk dari proses pembakaran juga lebih sedikit.
Pada motor pembakaran dalam, energi panas untuk kerja mekanik dihasilkan dari
reaksi kimia antara bahan bakar dan oksigen pada saat pembakaran. Bahan bakar yang
digunakan harus memenuhi berbagai persyaratan yang sesuai dengan metode
pembentukan campuran dan bagaimana reaksi kimia berlangsung. Pada motor dengan
7
pembentukan campuran diluar (karburator) bahan bakar harus mudah menguap dan
dengan segera bercampur dengan udara yang lewat Venturi. Pada pemakaian bahan
bakar gas, fungsi karburator sebagai pengkabut menjadi tidak penting lagi mengingat
sudah berbentuk gas dan mudah bercampur dengan udara. (BPH Migas 2007).
Bahan Bakar Gas atau BBG merupakan gas alam yang telah dimampatkan.
Secara umum lebih dari 80% komponen gas bumi yang dipakai sebagai BBG merupakan
gas metana, 10%-15% gas etana, dan sisanya adalah gas karbon dioksida, dan gas-gas
lain. Susunan BBG yang dipakai di Jakarta 93% terdiri dari gas metana, 3,2% gas etana,
dan 3,8% sisanya adalah gas nitrogen, propana, dan karbon dioksida (Atok Setiyawan.
Ir. MEng, 2000).
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada tabung
atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada
awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi
kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu, Pertamina menambahkan gas mercaptan,
yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi
bila terjadi kebocoran tabung gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120
psig), sehingga kebocoran elpiji akan membentuk gas secara cepat dan merubah
volumenya menjadi lebih besar. Pada penelitian ini digunakan beberapa pengamanan
yaitu dengan 2 regulator berpengaman, safety flexible hoss, tabung standar.
2.2 Perangkat Konversi BBG
Agar dapat menggunakan BBG sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor
dibutuhkan suatu perangkat konversi BBG yang disebut dengan conversion kit.
Penggunaan conversion kit didasarkan pada tiga pilihan sebagai berikut:
a. Hanya bekerja dengan gas saja
b. Dapat bekerja dengan gas saja atau gasoline saja (dual fuel)
c. Dapat bekerja dengan dua bahan bakar bersama-sama (khusus diesel, mixed
fuel).
8
Gambar 1. Skema Sistim Perangkat Konversi Bahan Bakar Ganda
Mixer yang dipasang didepan throttle memasok BBG ke dalam aliran udara yang
masuk ke dalam silinder dan bereaksi terhadap tekanan dalam manifold untuk menakar
jumlah bahan bakar yang disuplai ke motor. Pemilihan mixer didasarkan pada kapasitas
udara yang dibutuhkan oleh motor. Jika terlalu kecil maka daya maksimum motor tidak
akan tercapai, sedangkan jika terlalu besar maka unjuk kerja motor pada putaran rendah
akan turun secara drastis bahkan motor sulit untuk dihidupkan.
Katup penutup aliran bensin (pada sistim dual fuel) digerakkan oleh solenoid dari
saklar pemilih bahan bakar yang terpasang pada kendaraan bermotor. Ketika BBG
dipilih sebagai bahan bakar, katup ini akan menutup aliran bensin ke silinder.
Untuk BBG regulator terdiri dari dua buah regulator yang terpisah, dimana
regulator pertama mengurangi tekanan dari tangki gas sampai 100 psi kemudian
regulator kedua mengurangi tekanan sampai beberapa inci kolom air guna mendorong
bahan bakar melalui mixer dan bercampur dengan aliran udara.
2.3 Sistem Konversi BBG
Bahan bakar gas dimasukkan ke tabung BBG melalui kerangan pengisian BBG
pada tekanan tinggi melalui pipa tekanan tinggi, kemudian gas disalurkan ke mesin.
Tekanan gas diturunkan ke atmosfir oleh penurun tekanan. Kemudian dicampur dengan
9
udara oleh pencampur udara dan gas dan selanjutnya masuk ke ruang bakar untuk
dibakar. Kendaraan bermotor dapat dioperasikan memakai bahan bakar gas atau bensin.
Pengaturan operasinya diatur oleh sakelar pemilih yang menutup atau membuka
kerangan otomatis dan untuk gas atau bensin. Banyaknya volume gas yang tersimpan di
tangki dapat dilihat di manometer.
Dalam pemakaian BBG untuk kendaraan tidak ada perubahan-perubahan pada
mesin kendaraan, yang ada hanya penambahan peralatan kit konversi. Bila prosedur
pemasangan dan pemeliharaan alat ini dilaksanakan dengan baik maka penggunaannya
akan aman. (Hadi Purnomo, dari Badan Pengkaji dan penerapan teknologi. 2006)
Banyaknya volume gas yang tersimpan di tangki dapat dilihat di manometer. Dalam
pemakaian BBG untuk kendaraan tidak ada perubahan-perubahan pada mesin
kendaraan, yang ada hanya penambahan peralatan kit konversi. Bila prosedur
pemasangan dan pemeliharaan alat ini dilaksanakan dengan baik maka penggunaannya
akan aman. , (Tulus Burhanuddin, 2002). Sedangkan pada mobil volvo digunakan dua
bahan bakar yaitu gas dan gasolin. Menggunakan converter kits terdiri dari tabung gas,
perpipaan, saklar pemindah, relay, kran pemindah, regulator tekanan rendah micro
processor, dan lain-lain. (Fred Hammond, Daniel Johnston, 1996)
Terdapat 2 Teknik dalam penggunaan Gas sebagai BBG:
1. Gas dihisap dengan menggunakan efek vacuum pada ruang bakar
2. Gas di-inject kedalam ruang bakar ( Sistem Injeksi )
2.3.1 Gas Dihisap dengan Menggunakan Efek Vacuum pada Ruang Bakar
Peralatan kit konversi terdiri dari tabung BBG tekanan tinggi (sekitar 200
bar), regulator gas, mixer, pipa, switch BBG/BBM dan pressure gauge.
10
Gambar 2. Skema dari Kit Konversi untuk BBG
Bahan bakar gas LPG yang berada dalam tabung bertekanan tinggi (1)
dikeluarkan dengan menurunkan tekanannya menggunakan regulator LPG tekanan
tinggi (2) dan kembali diturunkan tekanannya sesuai dengan kebutuhan konsumsi
bahan bakar dengan menggunakan regulator asetelin (3). Gas yang sudah diturunkan
tekanannya dialirkan melalui selang gas ke kran mimbran (4). Kevakuman yang
terjadi di ruang bakar yang diakibatkan oleh langkah isap piston dari TMA ke TMB
mengakibatkan pegas kran mimbran tertarik dan membuka aliran gas dan gas akan
mengalir ke kran pembagi (5) untuk kemudian dialirkan ke main jet dan pilot jet di
dalam pencampur (mixer) (6). Udara yang masuk karena kevakuman dalam ruang
bakar akan bercampur dengan gas LPG dan kemudian masuk ke dalam ruang bakar
mesin satu silinder empat langkah (7).
Dalam pemakaian BBG untuk kendaraan tidak ada perubahan-perubahan
pada mesin kendaraan, yang ada hanya penambahan peralatan kit konversi. Bila
11
prosedur pemasangan dan pemeliharaan alat ini dilaksanakan dengan baik maka
penggunaannya akan aman.
Namun penggunaannya masih terbatas karena adanya kendala terhadap
performa dari motor, yaitu terlalu tingginya putaran pada kondisi idle dan
rendahnya akselerasi jika dibandingkan dengan motor yang menggunakan bahan
bakar bensin. Salah satu penyebab dari tingginya putaran idle adalah terlalu
sedikitnya bahan bakar gas yang masuk ke intake manifold dan specific gravity dari
bahan bakar gas (0.562 kg/m3) lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar
bensin, hal ini berakibat kondisi idle dimana katup gas hanya terbuka sedikit, udara
yang masuk bersama-sama dengan bahan bakar gas tidak dapat melakukan
pembakaran secara sempurna. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahannya
adalah dengan memberikan suplai BBG melalui sistim injeksi yang dikontrol secara
elektronik baik pada kondisi idle maupun pada saat akselerasi.
2.3.2 Gas Di-inject Kedalam Ruang Bakar (Sistem Injeksi)
Sistim ini digunakan untuk mengatasi permasalahan pada saat idle dan
akselerasi pada motor berbahan bakar gas. Secara skematik prinsip dari sistim
perangkat konversi dual fuel dengan tembahan sistim injeksi tersebut pada gambar
dibawah.
Gambar 3. Skema Sistim Perangkat Konversi Dual Fuel dengan Sistim Injeksi
12
Gambar 4. Blok Diagram Sistem Injeksi
Pengaturan jumlah bahan bakar yang harus diinjeksikan ke intake manifold
dikendalikan oleh perangkat elektronik yang disebut Electronic Controll Module
(ECM). ECM berfungsi untuk mengendalikan laju aliran BBG yang diinjeksikan
dengan menganalisa percepatan dan besarnya bukaan katup gas (throttle) untuk
kondisi idle dan akselerasi. Pada saat idle tersebut ECM akan memberikan suplai
tegangan ke solenoid valve untuk menginjeksikan sejumlah BBG agar tercapai
putaran idle 800 rpm (setting awal). Sedangkan pada kondisi akselerasi dimana
dibutuhkan bukaan katup gas lebih cepat, maka sensor yang terdapat pada ECM
akan menerima perubahan posisi throttle gas dan mengolahnya untuk selanjutnya
memberikan sinyal keluaran ke solenoid valve dari injector.
13
Gambar 5. Skema instalasi dual sistem, BBG dan BBM pada kendaraan
14
BAB III
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BAHAN BAKAR GAS (BBG) DI
SEKTOR TRANSPORTASI SEBAGAI PENUNJANG KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
3.1 Urgensi dan Manfaat Pengembangan Infrastruktur BBG
3.1.1 Indonesia Kaya Akan Gas
Indonesia memiliki cadangan terbukti gas alam sebesar 112,4 TSCF dan total
potensi sumber daya gas alam sebesar 334,5 TSCF, yang bersumber dari data
Departemen ESDM pada tahun 2010. Gas alam merupakan input yang sangat vital
dalam berbagai industri, diantaranya: industri logam, kimia, pulp dan kertas. Di dalam
bidang pembangkitan listrik, gas alam digunakan sebagai bahan bakar PLTG dan
PLTGU.
Gambar 6. Neraca Gas Bumi Indonesia 2011-2025
Pengembangan BBG di Indonesia akan lebih efisien dibandingkan dengan
pembuatan bahan bakar minyak yang saat ini masih banyak diimpor. Indonesia
15
diuntungkan oleh banyaknya cadangan gas, sehingga biaya penyediaan BBG jauh lebih
murah dibandingkan dengan BBM.
3.1.2 Penghematan Biaya Subsidi BBM
Sesuai dengan amanat penjelasan Pasat 7 ayat (4) butir (2b) UU No. 22/2011
tentang APBN 2012, yang menyatakan bahwa : “Kebijakan pengendalian BBM
bersubsidi antara lain melalui meningkatkan pemanfaatan energi alternatif seperti BBN
dan bahan bakar gas.” maka harus dilakukan konversi bahan bakar dari minyak ke gas.
Lembaga kajian energi ReforMiner Institute menyatakan, konversi dan
mengembangkan infrastruktur BBG merupakan langkah yang tepat karena bisa
menghemat subsidi bahan bakar.
Bila dalam satu tahun konsumsi Premium bersubsidi 23,19 juta KL dengan harga
keekonomian Premium Rp6.500 per liter, maka pemerintah membutuhkan biaya
Rp150,73 triliun. Sementara, bila menggunakan bahan bakar gas pengganti Premium,
pemerintah hanya membutuhkan Rp83,48 triliun dengan asumsi harga gas Rp3.600 per
liter setara Premium (LSP). Nilai penghematan bisa mencapai Rp 67,25 triliun per tahun.
Bahkan bila menggunakan asumsi harga BBG tanpa pajak, Rp2.652 per LSP,
pemerintah bisa menghemat lebih banyak lagi, yaitu sebesar Rp 91,32 triliun. Ini karena
biaya pembuatannya hanya Rp59,41 triliun.
3.1.3 Mengurangi Pencemaran Lingkungan
Bahan bakar gas memiliki emisi yang sangat kecil dibandingkan bensin.
Penggunaan BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar 95%, emisi CO2 sebesar 25%,
emisi HC sebesar 80%, dan emisi NOx sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif bagi
lingkungan dan masyarakat, karena selain ikut serta dalam pencegahan pemanasan
global, juga mengurangi kadar polusi udara. Dengan berkurangnya kadar polusi udara,
kesehatan masyarakat pun akan lebih terjamin karena mengurangi resiko terkenanya
kanker paru-paru.
16
3.1.4 Peluang Usaha
Apabila pengembangan infrastruktur BBG ini berjalan dengan lancar, maka
industri dari hulu ke hilir termasuk industri converter kit dalam negeri akan semakin
berkembang. Dengan berkembangnya industri tersebut, akan dibutuhkan semakin
banyak SDM yang dipekerjakan sehingga akan menambah peluang usaha dan membuka
lapangan pekerjaan baru.
3.1.5 Penghematan Biaya Pembelian Bahan Bakar Bagi Masyarakat
Bagi pengguna kendaraan bermotor, bahan bakar gas yang harganya lebih murah
dibandingkan dengan bensin akan menghemat pengeluaran pembelian bahan bakar.
Selain itu, pengguna LGV juga menghemat pengeluaran untuk perawatan kendaraan
karena BBG tidak menghasilkan kerak pada mesin dan busi sehingga akan menjadi lebih
bersih dan tahan lama.
3.2 Kendala Pengembangan Infrastruktur BBG di Indonesia
3.2.1 Pasokan Gas
Meskipun sumber gas alam di Indonesia sangat melimpah, namun pada
kenyataannya quota gas untuk transportasi sangat minim. Gas yang ada sudah habis
untuk industri dan pembangkit listrik, dan bahkan masih ada beberapa pembangkit listrik
yang masih kekurangan pasokan gas. Untuk itulah diperlukan adanya quota gas untuk
transportasi dari pemerintah.
3.2.2 Kit Konverter Masih Impor
Kit konverter yang digunakan di Indonesia saat ini berasal dari berbagai negara,
seperti Argentina, Cina dan India. Spare part atau suku cadang untuk peralatan konversi
tersebut tidak tersedia di Indonesia. Jika ingin membelinya, harus dalam jumlah besar
17
dan waktu pengiriman yang dibutuhkan pun relatif lama. Akibatnya, jika ada kendaraan
yang rusak, akan sulit diperbaiki.
Akibat lain yang akan timbul apabila Indonesia masih mengimpor converter kit
adalah mahalnya biaya converter kit tersebut sehingga akan menyusahkan rakyat dengan
tingkat ekonomi menengah ke bawah.
3.2.3 Standar Peralatan
Di Indonesia, standar yang digunakan untuk peralatan konversi bahan bakar gas
(CNG) pada kendaraan adalah SNI 7407 : 2009. Standar tersebut mengacu pada
beberapa standar dari luar negeri seperti AS/NZ 2739 : 2009; ISU 15500 : 2001, dan
sebagainya. Namun, butir-butir yang diacu pada SNI tidak selengkap yang ada pada
standar-standar tersebut, sehingga SNI masih belum dapat dijadikan sebagai patokan.
Sebagai contoh, pada SNI ada bagian yang membahas mengenai instalasi, tetapi pada
kenyataannya di lapangan para teknisi merakit peralatan konversi tersebut mengikuti
panduan dari vendornya masing-masing, sehingga peletakan peralatan konversi pada
kendaraan berbeda satu sama lain.
3.2.4 Lembaga Pengujian
Selama ini, Indonesia tidak memiliki suatu lembaga atau badan yang berfungsi
sebagai penguji peralatan konversi, yang ada hanyalah pengujian tabung yang dilakukan
oleh Departemen Tenaga Kerja. Seharusnya, peralatan konversi yang diimpor harus
diuji terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui kelayakan penggunaan peralatan tersebut.
Implikasi dari tidak adanya lembaga pengujian ini adalah terancamnya keselamatan
pengendara jika kit konversi tidak lulus standar.
3.2.5 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan mampu menangani instalasi
converter kits masih sangat sedikit dan masih belum tersertifikasi karena tidak ada badan
18
yang mengeluarkan sertifikasi. Para SDM/teknisi tersebut hanya dilatih oleh vendor
yang mengeluarkan kit konverter.
3.3 Langkah Agar Pengembangan Infrastruktur BBG Dapat Dijalankan di
Indonesia
3.3.1 Teknis Penyediaan Infrastruktur
Tahap awal, pemerintah bisa mewajibkan seluruh mobil pelat merah dan
angkutan umum di Jakarta dan sekitarnya untuk beralih pada BBG. Caranya, pemerintah
mempercepat pembangunan tangki apung LNG (LNG receiving terminal) di Tanjung
Priok, Jakarta Utara. Setelah selesai, pemerintah memasang pipa dari Tanjung Priok ke
pool taksi, bus, dan bajaj. Pembangunan pipa gas biayanya tidak jauh beda dengan pipa
air, dan harganya tidak terlampau tinggi.
Gambar 7. Roadmap Alternatif Konversi ke LGV Tahun 2012-2014
19
Selain membangun pipa, pemerintah juga harus memberikan alat konversi BBG
yang dipasang pada tiap kendaraan. Hal ini mirip pemberian kompor dan tabung LPJ
kepada masyarakat pada beberapa waktu lalu. Rencana pelaksanaan pemasangan
konverter kit pertama kali diutamakan untuk kendaraan dinas, yang pada tahun 2012
KESDM menyediakan sejumlah 500 unit konverter kit LGV dan 265 unit konverter kit
CNG. Kemudian untuk angkutan umum, dengan pendanaan dari kementrian keuangan,
disediakan 44.000 unit konverter kit CNG pada tahun 2012. Juga pendanaan oleh
APBN-P 2012 memberikan konverter kit sejumlah 250.000 unit. 200.000 unit untuk
angkutan umum, dan 50.000 unit untuk kendaraan pribadi dengan skema bantuan lunak.
Setelah kendaraan pelat merah dan pelat kuning, pemerintah tinggal mewajibkan
kendaraan pelat hitam. Sambil menunggu mewajibkan kendaraan pribadi, pemerintah
bisa memfasilitasi pembangunan stasiun pengisian BBG.
Gambar 8. Bagan Teknis Penyediaan Infrastruktur (Tri Yuswidjajanto Zaenuri,
Pengurangan Subsidi BBM Melalui Diversifikasi Gas)
20
Selain menyediakan konverter kit dan pipa transmisi gas, pemerintah pun harus
membuat rencana pembangunan SPBG. Rencana pembangunan SPBLGV dan SPBG
CNG di Jawa-Bali ditunjukkan oleh Gambar 9 dan Gambar 10 yang datanya bersumber
dari Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral.
Gambar 9. Rencana Pembangunan SPBLGV di Jawa-Bali Tahun 2012
Gambar 10. Rencana Pembangunan SPBG CNG di Jawa-Bali Tahun 2012
3.3.2 Desain Tabung Perangkat Konversi yang Inovatif
Tempat meletakkan perangkat konversi BBG merupakan kendala yang dialami
oleh pengguna kendaraan bermotor. Untuk mengatasi permasalahan tempat tersebut,
diperlukan desain perangkat konversi BBG yang hemat tempat, tidak mengganggu
21
pengguna, serta menarik untuk dilihat sehingga konsumen tertarik untuk menggunakan
perangkat konversi BBG tersebut.
Gambar 11. Berbagai Jenis Model Tabung
Salah satu contoh dari perangkat konversi yang inovatif adalah desain tabungnya
yang seperti ban serep dan diletakkan di bawah mobil, sehingga akan menghemat tempat
dan tidak perlu ditaruh di bagasi mobil. Model tabung ini cocok untuk mobil-mobil kecil
yang tidak memiliki ruang cukup untuk meletakkan tabung gas di dalam bagasi atau
bahkan di dalam mobil.
Gambar 12. Model Tabung yang Seperti Ban Serep
22
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Selama ini terdapat anggapan yang salah, yaitu Indonesia adalah Negara yang
kaya akan minyak. Sebenarnya, Indonesia tidak kaya akan minyak namun kaya akan
gas. Mengacu pada pernyataan di atas, sangat disayangkan konsumsi BBM masyarakat
Indonesia justru lebih besar daripada konsumsi BBG. Di sisi lain, pemerintah harus
memberikan subsidi untuk penggunaan BBM demi menyejahterakan rakyatnya. Hal ini
menyebabkan alokasi dana untuk subsidi BBM harus naik per tahunnya, padahal
produksi minyak atau pemasukan tidak bertambah secara signifikan dibandingkan tahun
sebelumnya. Berdasarkan pada fenomena tersebut, Indonesia harus mengubah pola
konsumsinya dari konsumen BBM menjadi konsumen BBG. Namun, penggunaan BBG
ini mengalami kendala seperti tidak tersedianya cukup infrastruktur untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Padahal, pengembangan infrastruktur BBG di sektor transportasi memberikan
banyak manfaat diantaranya menambah peluang usaha, mengurangi penggunaan BBM
dan subsidi, mengurangi pencemaran lingkungan, dan mengurangi biaya pembelian
bahan bakar bagi pemakai. Namun pengembangan infrastruktur tersebut sampai
sekarang belum terealisasi dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala
seperti : pasokan gas masih kurang, kit converter masih impor, tidak ada standardisasi
peralatan, tidak ada lembaga pengujian, sumber daya manusia masih kurang, dan alasan-
alasan lainnya.
Agar pengembangan infrastruktur BBG berjalan dengan baik, diperlukan
langkah-langkah yang harus dilakukan, salah satunya adalah menyiapkan teknis
penyediaan infrastruktur yang baik. Awalnya, konversi BBG dilakukan pada kendaraan
23
instansi pemerintah, kemudian angkutan umum, dan terakhir kendaraan pribadi, yang
letaknya tidak jauh di sekitar Jadebotabek. Seiring dengan waktu, cakupan konversi
BBG akan semakin luas dan mencakup wilayah-wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya.
Selain itu, harus ditonjolkan desain-desain perangkat konversi yang inovatif, efisien agar
menarik konsumen.
4.2 Saran
Pengembangan infrastruktur BBG sangat diperlukan agar konversi BBM menjadi
BBG dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, perlu komitmen kuat dari pemerintah
untuk menjalankan program konversi BBM ke BBG ini. Saran dari penulis untuk
pemerintah adalah bahwa program konversi BBG dengan pengembangan infrastruktur
BBG ini harus menjadi program nasional. Kemudian, hendaknya pemerintah
memberikan insentif kepada investor atau pengembang infrastruktur BBG. Sosialisasi
juga diperlukan agar program ini dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya
sosialisasi, maka masyarakat umum, pemegang kepentingan dan para pihak terkait akan
lebih mengerti mengenai program konversi ini, sehingga masyarakat tidak perlu
khawatir lagi dalam menggunakan BBG. Saran yang lebih mengacu kepada teknis dari
penulis adalah hendaknya pemerintah membangun pabrik pembuatan converter kit dan
mengembangkan kemampuan SDM dengan mengadakan pelatihan sehingga Indonesia
dapat membuat converter kit sendiri
24
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, Agus, dkk. Program Konversi dari BBM ke BBG untuk Kendaraan.
Bandung : Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik - LIPI
ESDM, 2010. “The Handbook of Indonesia’s Energy Economic Statistics”. Jakarta:
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
http://www.avanzaxenia.net/printthread.php?tid=22042
http://www.starberita.com/
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia)
Paparan Wamen ESDM dalam Seminar “Konversi BBG untuk Kendaraan Bermotor”
25
LAMPIRAN
26
Lampiran A
Konversi BBM ke BBG, Kebijakan Setengah Hati
IESR Indonesia
Pemerintah mengaku kesulitan menyediakan konverter kit untuk
transportasi, dalam program pengalihan penggunaan Bahan Bakar Minyak
BBM ke Bahan Bakar Gas BBG.
Dalam rapat dengan DPR Senin (30/1), Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral ESDM, Jero Wacik mengatakan penyediaan konverter kitdapat
dilakukan sebanyak 250.000 sampai tahun 2014, dan tiap bulannya Kementrian
Perindustrian hanya mampu menyediakan 2.500 buah konverter kit yang berasal
dari produksi dalam negeri dan impor. Menteri ESDM juga menyebutkan
bengkel untuk memasang dan merawat alat konversi BBG itu masih terbatas.
Bus Transjakarta merupakan salah satu transportasi umum yang
menggunakan BBG.
Padahal sebelumnya, pemerintah berencana untuk melakukan konversi
BBM ke BBG bersamaan dengan pembatasan BBM bersubsidi pada 1 April
mendatang. Konversi ke BBG muncul ketika awal Januari 2012, dalam sidang
kabinet, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan akan menjalankan
kebijakan mix-energy yang menggabungkan pemenuhan kebutuhan energi
dengan kelestarian lingkungan.
Bahan Bakar Gas disebutkan merupakan alternatif yang dipilih karena
ramah lingkungan dan tersedia di dalam negeri. Pemerintah juga berencana akan
27
membagikan 250.000 konverter kituntuk transportasi, dan menyarankan pemilik
kendaraan untuk mengalihkan konsumsi BBM ke gas alam jenis Compressed
Natural Gas/CNG) dan Vi-Gas (Liquified Gas Vehicle).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services
Reform(IESR), Fabby Tumiwa menyebutkan hambatan utama pelaksanaan
konversi BBG aadalah masalah prasarana yang belum siap.
“Jika ingin diimplementasikan pada 1 April itu harus ada keterangan rinci
berapa banyak SPBG yang siap, pasokan gasnya bagaimana, dan bagaimana
antisipasi antrian pengisian BBG yang memakan waktu sekitar 20 menit,” kata
Fabby kepada BBC Indonesia.
Menurut Fabby, pemerintah semestinya menghitung dan mengkaji masalah
infrastruktur dan pasokan gas terlebih dulu sebelum melaksanakan kebijakan ini.
Selain itu, evaluasi terhadap kebijakan pengunaan BBG sebelumnya belum
pernah dievaluasi.
BBG dari masa ke masa
Penggunaan BBG untuk transportasi umum sebenarnya telah diperkenalkan
sejak tahun 1986, ketika itu ribuan armada taksi di Jakarta menggunakan CNG.
Menurut Ahmad Syafrudin dari Komite Penghapusan Bensin Bertimbal
KPBB, kebijakan konversi BBM ke BBG tidak berjalan karena pemerintah tidak
melibatkan pihak yang berkepentingan, seperti Pertamina dan Perusahaan Gas
Negara, PGN yang menyediakan pasokan gas, dan operator angkutan umum.
“Kebijakan ini bersifat dari atas top down, regulasi yang ditetapkan
cenderung oleh pemerintah dan dipaksakan kepada Pertamina, PGN, Operator
angkutan umum dan pihak lain yang seharusnya dilibatkan,” kata Ahmad.
28
Para pengemudi bajaj mengaku beralih kembali ke BBM, karena sulit akses
BBG.
Pada tahun 1995, Pemerintah kembali menyampaikan rencana untuk
mengalihkan bahan bakar minyak ke gas. Menurut catatan KPBB 1997-1998
sekitar 7.000 kendaraan menggunakan BBG, tetapi sekarang jauh
berkurang. Kemudian, pada 2005 lalu, Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan
peraturan daerah tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pun mengeluarkan
peraturan tentang Standar dan mutu (Spesifikasi) serta Pengawasan Bahan Bakar
Minyak, Bahan Bakar Gas dan Bahan Bakar lain, LPG, LNG dan hasil olahan
yang dipasarkan di dalam negeri.
Pemda DKI kemudian mengeluarkan Peraturan Gubernur No 14/2007
tentang Penggunaan BBG untuk Angkutan umum dan kendaraan operasional
pemerintah daerah.
Bahan Bakar Gas pun digunakan untuk Bus Transjakarta, Bajaj, serta taksi.
Tetapi, sekarang banyak bajaj BBG pun kembali beralih ke BBM karena Stasiun
Pengisian Bahan Bakar SPBU yang menyediakan BBG sangat sedikit.
Data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebutkan jumlah
SPBU penyedia, CNG (Compressed Natural Gas) dan LGV (Liquid Gas for
Vehicles) di Jawa-Bali hanya 19 buah.
29
Sementara Program BBG di negara lain, seperti Pakistan yang memulai
penggunaan BBG sejak tahun 1998 dengan 423 unit kendaraan, meningkat 2,7
juta unit kendaraan menggunakan CNG, pada tahun ini.
Sumber : BBC
30
Lampiran B
Bangun Infrastruktur BBG, Pemerintah Alokasikan Dana
Rp2,1 T
Jumat, 30 Maret 2012
Ditulis oleh Sunandar PS - PME Indonesia
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah
mengalokasikan dana sebesar Rp2,1 triliun untuk
membangun infrastruktur bahan bakar gas (BBG).
Dana tersebut akan digunakan untuk membangun 54
SPBG CNG di Jawa dan 108 SPBG LGV di Jawa dan Bali.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Minyak da Gas Bumi (Dirjen Migas)
Kementerian ESDM Evita H. Legowo baru-baru ini di Jakarta.
Sementara untuk kebijakan diversifikasi BBM ke bahan bakar gas,
disiapkan dana sebesar Rp 964 miliar yang akan digunakan untuk pengadaan
14.000 converter kit CNG dan 10.000 converter kit LGV, servis dan bengkel.
Dana tersebut juga akan digunakan untuk pengawasan diversifikasi BBM
ke gas yaitu sebesar Rp 300 miliar yang akan dilaksanakan oleh BPH Migas.
Disediakan pula Rp 200 miliar untuk pembangunan SPBG CNG, jika permintaan
tambahan Rp 2,1 triliun tersebut tidak disetujui DPR.
Sebagaimana diketahui, untuk kebijakan diversifikasi BBG ke gas ini,
pemerintah menyiapkan 2 jenis bahan bakar gas yaitu CNG dan LGV. CNG
ditujukan untuk angkutan umum perkotaan di daerah yang tersedia sumber gas
alam dan infrastruktur penyaluran, sedangkan LGV untuk daerah yang tidak
tersedia sumber gas atau pipa gas bumi.
CNG merupakan bahan bakar gas yang dibuat dengan melakukan kompresi
metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan
dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. CNG memiliki tekanan 200 bar,
dengan tangki yang lebih besar ketimbang LGV.
31
CNG telah digunakan di berbagai negara, terutama untuk transportasi
umum. Di Indonesia, angkutan umum yang telah menggunakan CNG, antara lain
bus Transjakarta. Harganya Rp 3.100 per liter setara premium (lsp) dan
rencananya akan dinaikkan menjadi Rp 4.100 per lsp. "Lantaran penggunaannya
yang terbatas, SPBG CNG di Indonesia jumlahnya masih sedikit yaitu 15 unit."
Sedangkan LGV merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk
kendaraan bermotor yang menggunakan spark ignition engine terdiri dari
campuran propane (C3) dan butane (C4). Singkatnya, LGV merupakan LPG
untuk kendaraan.
Kualitas pembakaran LGV setara dengan RON 98 dan ramah lingkungan.
Tekanannya berkisar antara 8-12 bar, jauh lebih kecil ketimbang CNG yang
tekanannya mencapai 200 bar.
Untuk tahun 2012 ini, telah disetujui pemberian subsidi Rp 1.500 per liter
LGV. Dengan proyeksi jumlah kendaraan sebanyak 11.500 unit yang
membutuhkan LGV 36.000 KL, maka total subsidi untuk LGV pada 2012
sebesar Rp 54 miliar.
32
GLOSARIUM
33
alternatif pilihan di antara dua atau
beberapa kemungkinan
arang bahan bakar yg hitam warnanya
dibuat atau terjadi dari bara kayu
yang dipengap; (2) serbuk hitam
bekas kayu yang terbakar
area (1) bagian permukaan bumi;
daerah; (2) wilayah geografis yg
digunakan untuk keperluan
khusus: hutan ini akan dibuka
untuk -- pertanian; (3) Ling
wilayah geografis yg memiliki
ciri-ciri tipologi bahasa yg
bersamaan, spt ciri-ciri lafal,
leksikal, atau gramatikal
atmosfer (1) lapisan udara yg
menyelubungi bumi sampai
ketinggian 300 km (terutama
terdiri atas campuran berbagai
gas, yaitu nitrogen, oksigen,
argon, dan sejumlah kecil gas
lain); (2) satuan tekanan yg
besarnya sama dng tekanan udara
pd permukaan laut (1,033 kg
setiap cm2); (3) Sas suasana
perasaan yg bersifat imajinatif dl
naskah drama yg diciptakan oleh
pengarangnya
bensin minyak bumi yg mudah menguap
dan mudah terbakar (dipakai sbg
bahan bakar mobil dsb)
campuran (1) sesuatu yg tercampur; (2)
sesuatu yg dicampurkan atau
untuk mencampurkan; (3)
gabungan; kombinasi; (4) tidak
asli; (5) peranakan (bukan
keturunan asli)
daya kemampuan melakukan sesuatu
atau kemampuan bertindak:
bangsa yg tidak bersatu tidak akan
mempunyai -- untuk menghadapi
agresi dr luar; (2) kekuatan;
tenaga (yg menyebabkan sesuatu
bergerak dsb); (3) muslihat: ia
melakukan segala tipu -- untuk
mencapai maksudnya; (4) akal;
ikhtiar; upaya: ia berusaha dng
segala -- yg ada padanya
desain kerangka bentuk; rancangan: --
mesin pertanian itu dibuat oleh
mahasiswa fakultas teknik; (2)
motif; pola; corak: -- batik
Indonesia banyak ditiru di luar
negeri
diesel mesin motor yg memakai bahan
bakar solar
diversifikasi penganekaragaman
Dow Jones Index merupakan
perusahaan Amerika yang
bergerak dibidang penerbitan dan
informasi keuangan.
34
efektif ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya); (2)
manjur atau mujarab (tt obat); (3)
dapat membawa hasil; berhasil
guna (tt usaha, tindakan);
mangkus; (4) mulai berlaku (tt
undang-undang, peraturan)
efisiensi (1) ketepatan cara (usaha, kerja) dl
menjalankan sesuatu (dng tidak
membuang waktu, tenaga, biaya);
kedayagunaan; ketepatgunaan;
kesangkilan; (2) kemampuan
menjalankan tugas dng baik dan
tepat (dng tidak membuang
waktu, tenaga, biaya)
eksplorasi penjelajahan atau pencarian,
adalah tindakan mencari atau
melakukan perjalanan dengan
tujuan menemukan sesuatu
elektronik alat yg dibuat berdasarkan
prinsip elektronika
emisi (1) pancaran; (2) Fis pemancaran
cahaya, panas, atau elektron dr
suatu permukaan benda padat atau
cair; pemancaran; (3) Ek
pengeluaran (surat berharga spt
saham, obligasi) oleh perusahaan
pd saat perusahaan yg
bersangkutan memerlukan
tambahan modal;
energi kemampuan untuk melakukan
kerja (msl untuk energi listrik dan
mekanika); daya (kekuatan) yg
dapat digunakan untuk melakukan
berbagai proses kegiatan, msl
dapat merupakan bagian suatu
bahan atau tidak terikat pd bahan
(spt sinar matahari); tenaga
fosil sisa tulang belulang binatang atau
sisa tumbuhan zaman purba yg
telah membatu dan tertanam di
bawah lapisan tanah
geologi (berasal dari Yunani γη- (ge-,
"bumi") dan λογος (logos, "kata",
"alasan")) adalah Ilmu (sains yang
mempelajari bumi, komposisinya,
struktur, sifat-sifat fisik, sejarah,
dah proses yang membentuknya.
hidrogen gas tidak berwarna, tidak berbau,
tidak ada rasanya, menyesakkan
dng rumus H2, tetapi tidak
bersifat racun; unsur dng nomor
atom 1, berlambang H, dan bobot
atom 1,0080
hidrokarbon sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur karbon (C) dan
hidrogen (H)
horizontal terletak pd garis atau bidang
yg sejajar dng horizon atau garis
datar; mendatar
35
ilmuwan orang yg ahli atau banyak
pengetahuannya mengenai suatu
ilmu; orang yg berkecimpung dl
ilmu pengetahuan
jarak pohon perdu yg tingginya 2 m,
bergetah, berwarna putih,
batangnya mudah patah, berbiji
polong, bijinya terletak dl pangsa,
sebesar kacang tanah, apabila tua
berwarna hitam dan dapat dipakai
sbg bahan minyak pelumas
karbon (1) Kim unsur bukan logam, dl
alam terdapat sbg intan, grafit,
dan arang; zat arang; unsur dng
nomor atom 6, berlambang C,
bobot atom 12,0111; (2) kertas
tipis berlumas zat hitam untuk
membuat tembusan ketikan atau
tulisan; (3) Graf batang arang yg
dipakai pd lampu busur; (4)
elektrode positif pd baterai kering;
zat arang
kendaraan sesuatu yg digunakan untuk
dikendarai atau dinaiki
khusus khas; istimewa; tidak umum
kinerja 1) sesuatu yg dicapai; (2) prestasi
yg diperlihatkan; (3) kemampuan
kerja
komoditas (1) barang dagangan utama;
benda niaga: hasil bumi dan
kerajinan setempat dapat
dimanfaatkan sbg -- ekspor; (2)
bahan mentah yg dapat
digolongkan menurut mutunya
sesuai dng standar perdagangan
internasional, msl gandum, karet,
kopi
kompetitif berhubungan dng kompetisi
(persaingan); bersifat kompetisi
(persaingan)
komposisi (1) susunan; (2) tata susun;
(3) Mus gubahan, baik
instrumental maupun vokal; (4)
teknik menyusun karangan agar
diperoleh cerita yg indah dan
selaras; (5) Sen integrasi warna,
garis, dan bidang untuk mencapai
kesatuan yg harmonis
konservasi pemeliharaan dan perlindungan
sesuatu secara teratur untuk
mencegah kerusakan dan
kemusnahan dng jalan
mengawetkan; pengawetan;
pelestarian
konsumsi pemakaian barang hasil
produksi (bahan pakaian,
makanan, dsb)
konvensional (1) berdasarkan konvensi
(kesepakatan) umum (spt adat,
kebiasaan, kelaziman); (2)
tradisional
36
krisis (1) keadaan yg berbahaya (dl
menderita sakit); parah sekali; (2)
keadaan yg genting; kemelut; (3)
keadaan suram (tt ekonomi,
moral, dsb); (4) Sas saat yg
menentukan di dl cerita atau
drama ketika situasi menjadi
berbahaya dan keputusan harus
diambil; (5) Pol konfrontasi yg
intensif dan dahsyat yg terjadi dl
waktu singkat dan merupakan
ganti peperangan dl era nuklir
kualitas (1) tingkat baik buruknya sesuatu;
kadar; (2) derajat atau taraf ; (3)
mutu
lahan tanah terbuka; tanah garapan
langka jarang didapat; jarang ditemukan;
jarang terjadi
lembaga (1) asal mula (yg akan menjadi
sesuatu); bakal (binatang,
manusia, atau tumbuhan); (2)
bentuk (rupa, wujud) yg asli; (3)
acuan; ikatan (tt mata cincin dsb);
(4) badan (organisasi) yang
tujuannya melakukan suatu
penyelidikan keilmuan atau
melakukan suatu usaha; (5) ark
kepala suku (di Negeri Sembilan);
(6) pola perilaku manusia yg
mapan, terdiri atas interaksi sosial
berstruktur dl suatu kerangka nilai
yg relevan
lingkungan (1) daerah (kawasan dsb) yg
termasuk di dalamnya; (2) bagian
wilayah dl kelurahan yg
merupakan lingkungan kerja
pelaksanaan pemerintahan desa;
(3) golongan; kalangan: ia berasal
dr ~ bangsawan; (4) semua yg
mempengaruhi pertumbuhan
manusia atau hewan
mesin perkakas untuk menggerakkan
atau membuat sesuatu yg
dijalankan dng roda, digerakkan
oleh tenaga manusia atau motor
penggerak, menggunakan bahan
bakar minyak atau tenaga alam
minyak zat cair berlemak, biasanya kental,
tidak larut dl air, larut dl eter dan
alkohol, mudah terbakar
modern terbaru; mutakhir
modifikasi (1) pengubahan: ia setuju
untuk melakukan beberapa -- pd
karangannya; (2) perubahan :
rencana itu telah mengalami -- dr
keputusan sebelumnya
normal (1) menurut aturan atau menurut
pola yg umum; sesuai dan tidak
menyimpang dr suatu norma atau
kaidah; sesuai dng keadaan yg
biasa; tanpa cacat; tidak ada
37
kelainan: bayi itu lahir dl keadaan
--; (2) bebas dr gangguan jiwa
optimum dalam kondisi yg terbaik (yg
paling menguntungkan); optimal;
(2) n kondisi atau derajat yg
terbaik atau yg paling
menguntungkan
organik (1) berkaitan dengan zat yang
berasal dari makhluk hidup
(hewan atau tumbuhan, seperti
minyak dan batu bara); (2)
berhubungan dengan organisme
hidup
otomatis dengan bekerja sendiri; dengan
sendirinya
penelitian (1) pemeriksaan yang teliti;
penyelidikan; (2) kegiatan
pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan
objektif untuk memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu
hipotesis untuk mengembangkan
prinsip-prinsip umum
pompa alat atau mesin untuk
memindahkan atau menaikkan
cairan atau gas dng cara mengisap
dan memancarkannya, biasanya
berupa silinder yg berpelocok
berkatup
produsen penghasil barang
program rancangan mengenai asas serta
usaha (dl ketatanegaraan,
perekonomian, dsb) yg akan
dijalankan
proses runtunan perubahan (peristiwa)
dalam perkembangan sesuatu
proyek rencana pekerjaan dengan sasaran
khusus (pengairan, pembangkit
tenaga listrik, dsb) dan dengan
saat penyelesaian yang tegas
relatif tidak mutlak; nisbi
sektor lingkungan suatu usaha
serbaguna dapat digunakan untuk segala
hal atau untuk berbagai maksud
siklus putaran waktu yg di dalamnya
terdapat rangkaian kejadian yg
berulang-ulang secara tetap dan
teratur; daur
sistem (1) perangkat unsur yg secara
teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu totalitas: --
pencernaan makanan, pernapasan,
dan peredaran darah dl tubuh; --
telekomunikasi; (2) susunan yg
teratur dr pandangan, teori, asas,
dsb: -- pemerintahan negara
(demokrasi, totaliter, parlementer,
dsb); (3) metode: -- pendidikan
(klasikal, individual, dsb); kita
bekerja dng -- yg baik; -- dan pola
38
permainan kesebelasan itu banyak
mengalami perubahan
solar bahan bakar minyak untuk mesin
diesel, lebih kental dp minyak
tanah
subsidi bantuan uang dsb kpd yayasan,
perkumpulan, dsb (biasanya dr
pihak pemerintah): panti asuhan
mendapat -- dr Pemerintah; --
silang subsidi dr pemerintah (atau
badan swasta) kpd yg kurang
mampu yg berasal dr mereka yg
mampu (msl harga bensin naik
banyak dng maksud untuk
memberi subsidi kpd pemakai
minyak tanah yg umumnya rakyat
kurang mampu; ongkos pasien
kaya ditinggikan untuk membantu
pasien kurang mampu): dicari
upaya untuk menumbuhkan --
silang antara pasien yg mampu
dan yg kurang mampu;
supply suplai 1 perbekalan; pembekalan;
2 persediaan barang-barang yg
dibutuhkan dan dapat diperoleh;
teknologi (1) metode ilmiah untuk mencapai
tujuan praktis; ilmu pengetahuan
terapan; (2) keseluruhan sarana
untuk menyediakan barang-barang
yg diperlukan bagi kelangsungan
dan kenyamanan hidup manusia
temperatur panas dinginnya badan atau
hawa; suhu
transportasi pengangkutan barang oleh
berbagai jenis kendaraan sesuai
dng kemajuan teknologi
volume (1) isi atau besarnya benda dl
ruang; (2) tingkat kenyaringan
atau kekuatan (tt bunyi, suara,
dsb); (3) banyaknya; besarnya;
bobot
39