Post on 10-Apr-2019
39
BAB III
PROSES PERANCANGAN
A. Bagan Pemecahan Masalah
Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis
Permasalahan
Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan
menggunakan potensi alam yang ada di Indonesia untuk mendukung gerakan
slow fashion.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan caraobservasi dan wawancara terhadap pelaku eco
printing dan eco fashion yang ada di Bandung seperti Oldtjikko, Medasa dan Toko Encit
untuk mendapatkan data yang mendukung dalam perancangan.
Pengembangan gagasan
Material tumbuhan yang digunakan yaitu tumbuhan yang banyak tumbuh dan mudah
untuk dibudidayakan di Indonesia yaitu tanaman Pepaya untuk direalisasikan dengan
menggunakan eco printing. Dengan pewarna alami sebagi warna dasar untuk menambah
nilai estetik.
39
Pengembangan Desain
Dalam perancangan ini desain dikembangkan ke arah fesyen yang berupa busana wanita
dengan motif yang berasal dari daun pepaya dengan teknik spotting dalam peletakan
motifnya.
Eksekusi Desain
Evaluasi Karya
40
B. Konsep Perancangan
Konsep dalam perancangan ini adalah perancangan tekstil yang berupa
produk fashion yang dihasilkan dari eco printing dengan memanfaatkan potensi
alam yang ada di Indonesia. Perancangan ini bertujuan untuk menyampaikan
pesan kembali ke alam (back to nature) dengan menciptakan produk fashion
ramah lingkungan guna mendukung gerakan slow fashion. Tema yang akan
diangkat yaitu nature botanical of Indonesia. Dalam perancangan ini
dititikberatkan pada eksplorasi eco printing dengan menggunakan bahan baku
yang bersumber dari alam, seperti daun. Dalam perancangan ini hanya akan
menggunakan daun untuk dilakukan eco printing karena daun sangat lekat sekali
dengan visual simbol gerakan kembali ke alam (go green) yang biasanya
disimbolkan dalam bentuk daun. Material daun yang akan digunakan dalam
perancangan ini adalah bahan-bahan yang tersedia melimpah di Indonesia dan
hanya dibatasi satu daun saja yaitu daun pepaya yang memiliki karakter morfologi
daun yang sangat khas sehingga mudah dikenali oleh siapapun yang meihatnya.
Material kain yang digunakan dalam perancangan ini adalah kain tencel organik
yang merupakan kain yang berasal dari serat eucalyptus, kain tencel dipilih karena
dalam uji coba yang dilakukan kain tencel menunjukkan hasil yang paling
maksimal yaitu dalam penyerapan warnanya yang paling baik. Kain organik
dalam perancangan ini dipakai karena untuk mendukung eco fashion yang
didalamnya terdapat kriteria-kriteria, salah satunya yaitu pemakaian kain organik.
Untuk mendukung motif eco printing yang dihasilkan, akan dipakai juga dua jenis
41
pewarna alam yaitu secang dan kunyit sebagai warna dasar kain (background)
untuk menghasilkan warna orange kecoklat-coklatan yang merepresentasikan
warna tanah. Segmen pasar yang dituju dalam perancangan ini adalah wanita
pekerja dan eksekutif muda dengan kelas ekonomi menengah keatas dengan grade
umur 22-35 tahun dengan selera menginginkan keunikan, kebaruan dan tampilan
berbeda dari yang lain. Produk fashion yang dihasilkan yaitu berupa produk
fashion casual wanita dengan model pakaian yang simple dan memberikan
kenyamanan bagi si pemakai untuk beraktivitas sehari-hari, seperti hangout.
Perancangan ini diharapkan dapat memenuhi permintaan konsumen dan dapat
mendukung gerakan slow fashion dan eco fashion serta menambah keragaman
jenis tekstil di Indonesia.
Konsep desain diarahkan agar produk yang dibuat tidak sekedar
memenuhi kebutuhan. Berdasarkan studi yang telah dilakukan dalam
pengumpulan data, terdapat beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan perancangan pakaian dengan eco printing ini seperti aspek fungsi,
aspek bahan, aspek estetis dan aspek teknik.
1. Aspek estetis
Aspek yang merupakan ilmu dasar dalam sebuah perancangan
yang berhubungan dengan keindahan. Aspek estetis ini merupakan
aspek yang pertama kali dilihat oleh konsumen dalam memilih suatu
pakaian. Aspek estetis pada perancangan ini merupakan hasil dari
keseluruhan dari bentuk visual yang meliputi motif, warna dan
komposisi.
42
a. Motif
Dari hasil pengumpulan data dari beberapa sumber diketahui
bahwa pakaian dengan menggunakan eco printing belum banyak
diterapkan di Indonesia. Eco printing hanya baru diterapkan untuk
penelitian saja, padahal banyak potensi-potensi tanaman di
Indonesia yang dapat dieksplorasi untuk eco printing. Berdasarkan
data tersebut maka perancangan tugas akhir ini akan melakukan
eksplorasi dengan menggunakan daun pepaya. Daun pepaya dipilih
karena terdapat melimpah di Indonesia dan memiliki karakter
morfologi daun yang sangat khas.
b. Warna
Unsur warna tidak dapat dilepaskan dari bentuk yang akan
menentukan keberhasilan sebuah rancangan karena warna dapat
menambah keindahan tampilan dari sebuah rancangan atau
sebaliknya akan memperburuk tampilan. Warna dapat memberi
efek menambah rasa kenyamanan dan percaya diri terhadap
pemakainya. Warna yang menginspirasi pada perancangan ini
adalah warna hijau yang merupakan hasil dari daun yang dilakukan
eco printing dan warna orange kecoklat-coklatan yang dihasilkan
dari percampuran zat pewarna alam secang dan kunyit yang
merepresentasikan warna tanah.
43
c. Komposisi
Komposisi merupakan perpaduan antara motif dan warna
dalam suatu master desain yang dapat memberikan keindahan pada
perancangan batik. Komposisi motif utama dan pendukung harus
dilakukan secara tepat agar menghasilkan komposisi estetis yang
dapat memenuhi kepuasan batin.
2. Aspek teknik
Aspek teknik merupakan aspek yang dilakukan dalam
perancangan untuk mewujudkan rancangan menjadi produk nyata.
Teknik yang digunakan dalam perwujudan produk ini adalah eco
printing. Pemilihan eco printing dikarenakan untuk mengembangkan
teknik tekstil yang ada di Indonesia, mengurangi penggunaan pewarna
kimia dan mendukung gerakan slow fashion.
3. Aspek fungsi
Perancangan ini akan difungsikan dalam pakaian casual wanita
yang minimalis dan simpel karena untuk mendukung dan
merepresentasikan tujuan dari gerakan slow fashion karena dalam hal
ini pakaian digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan.
44
4. Aspek bahan
Bahan merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan, sebab
bahan pada tekstil mempengaruhi kenyamanan si pemakai.
Penggunaan bahan pada perancangan batik harus sesuai dengan desain
dan konsep yang dibuat. Apabila penggunaan bahan tidak sesuai maka
produk yang dibuat tidak memenuhi persyaratan. Pemilihan bahan
yang disesuaikan dengan fungsinya sangat mempengaruhi produk
batik yang dibuat. Bahan yang digunakan dalam perancangan ini
adalah kain tencel. Kain tencel merupakan kain yang berasal dari serat
Eucalyptus yang dapat menyerap pewarna lebih baik daripada katun
dan merupakan kain organik bersertifikat. Sifat bahannya yang halus,
dingin dan nyaman sangat cocok digunakan di Indonesia yang beriklim
tropis ini, serta sangat mendukung untuk pengaplikasian eco printing
karena hasilnya menyerap klorofil daun secara maksimal.
5. Segmen pasar
Segmen pasar pada perancangan ini berkaitan dengan beberapa hal
yang dapat mempengaruhi produk yang nantinya dapat diterima oleh
konsumen. Sebuah produk akan laku dipasaran tergantung dari
penciptaan produk itu sendiri yaitu mampu untuk memenuhi selera
konsumen atau tidak. Berdasarkan dari hasil observasi yang dilakukan
menunjukan bahwa selera konsumen saat ini mengarah pada bentuk
bentuk yang simpel, bebas, unik dan menarik perhatian konsumen.
45
Segmen pasar dalam perancangan ini dikhususkan untuk wanita
dengan rentang umur 22-35 tahun yang ingin berpenampilan berbeda
dan unik serta mempunyai kepeduliannya terhadap alam dan produk-
produk eco fashion dengan kelas ekonomi menengah ke atas.
C. Kriteria Desain
Kriteria desain meliputi pemakaian/kenyamanan, penampilan, selera, dan
harga. Kenyamanan merupakan hal yang paling penting dalam merancang sebuah
produk fesyen, dalam perancangan ini bahan tencel dipilih karena dingin dan
dapat menyerap warna dengan baik dan sangat nyaman ketika dikenakan. Dari
segi penampilan dan selera produk pakaian yang dihasilkan dalam perancangan
ini sangat cocok dengan para pengguna fesyen yang menyukai produk yang ramah
lingkungan dan yang ingin tampil beda dari yang lain. Dari segi harga, dalam
perancangan ini produk pakaian yang dihasilkan cukup terjangkau.
46
D. Pemecahan Masalah
1. Eksplorasi Motif
Eksplorasi visual motif digunakan beberapa jenis tanaman untuk dipilih satu
tanaman yang paling cocok untuk diterapkan dalam desain perancangan yaitu
tanaman pepaya yang mempunyai karakter bentuk morfologi daun yang menarik.
Gambar 5. Hasil Eksplorasi Motif
Sumber : Vitasari, 2016
47
2. Pembuatan master desain
Pembuatan master desain ditujukan untuk merancang master desain dalam
sebuah kain agar mendapatkan komposisi visual yang pas dan menarik.
Pembuatan master desain mencakup pemilihan warna dan mengolahan motif dari
material daun pepaya kedalam desain khusus dimana motif didesain disesuaikan
dengan pola baju dan bentuk baju. Peletakan motifnya digunakan teknik spotting
agar lebih terlihat dan lebih menonjol sehingga eco printing langsung dapat
terlihat. Peletakan motif dari satu pakaian ke pakaian lainnya tidak akan sama
karena menyesuaikan dengan bentuk baju dari masing-masing desain baju yang
dipilih.
Gambar 6. Hasil Desain
Sumber : Vitasari 2016
48
3. Visualisasi Produk
a. Pecah Pola
Hal yang pertama dilakukan dalam memvisualisasikan produk yaitu
melakukan pecah pola, karena dalam proses pengerjaan produk fesyen ini
dalam bentuk kain yang sudah dipola.
Gambar 7. Pecah Pola
Sumber : Vitasari 2016
b. Proses Mordanting
Proses mordanting yaitu proses pembukaan serat dan penghilangan kanji
pada kain. Proses ini sangat penting karena dapat mempengaruhi hasil
dari pewarnaan dasar pada kain. Proses Mordanting dilakukan dengan
merebus dengan tawas.
49
Gambar 8. Proses Mordanting
Sumber : Vitasari, 2016
c. Pewarnaan Dasar
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu pemberian warna dasar pada
kain yang telah berbentuk pola dengan menggunakan percampuran antara
ekstraksi warna dari kunyit dan ekstraksi warna dari kayu secang untuk
menghasilkan warna orange kecoklat-coklatan. Dengan pengunci yaitu
tawas.
50
Gambar 9. Pewarnaa Dasar Dengan Pewarna Alam
Sumber : Vitasari 2016
d. Proses Pemberian Motif
Proses pemberian motif dilakukan dengan eco printing yaitu dengan
mentransfer warna asli daun dengan cara dipukul langsung diatas
permukaan kain. Lalu setelah selesai dikunci dengan menggunakan tawas
untuk mendapatkan hasil yang tetap seperti warna asli.
51
Gambar 10. Proses Eco Printing
Sumber : Vitasari 2016
e. Proses Penjahitan
Proses selanjutnya yaitu proses penjahitan yang dilakukan untuk
menyambungkan dari pola-pola yang sudah dipotong untuk menjadi
pakaian yang bisa dikenakan.