Post on 19-Oct-2015
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
1
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
TENTANG
HEMATOTHORAX
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
A.HUMAIDI
A.SYAIFUDIN
DONDI
DENTA ARDILA SARI 08 600 02
LULU IKA RIZKIKA 08 600 031
MARATUS SILMI 08 600 034
TITIN HIDAYATI 08600053
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
2
2010
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puja dan puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medilak Bedah I tentang
Hematothorax ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini, hingga dapat
diselesaikan dan dikumpulkan tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya, apabila dalam penyusunan dan
penulisan makalah ini terdapat kesalahan yang disengaja maupun tidak. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah yang kami susun
ini. Karena sesungguhnya kebenaran dan kesempurnaan itu hanya datang dari Allah SWT
dan kesalahan itu datang dari diri kami pribadi. Tidak ada manusia yang sempurna di bumi
ini.
Demikian dari kami, semoga apa yang kami susun dan tulis dalam makalah ini dapat
berguna bagi kita semua, terutama para pembaca. Amin.
Surabaya, Oktober 2010
Penyusun
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
3
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH. i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI...... iii
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................... 2
1.2 Rumusan Masalah..................................
1.3 Tujuan............... 3
Bab 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hematothorax.....................................................................
2.2 Etiologi Hematothorax.........................................................................
2.3 Patofisiologi Hematothorax.................................................................
2.4 Manifestasi Klinis Hematothorax........................................................
2.5 Diagnosis Hematothorax.....................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang Hematothorax...............................................
2.7 Penanganan Hematothorax..................................................................
2.8 Komplikasi Hematothorax...................................................................
2.9 Asuhan Keperawatan pada Kasus Hematothorax...............................
2.10 Contoh Kasus Hematothorax............................................................
Bab 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........
3.2 Saran......................
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum ,
paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . hematothorax
tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab . Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari
perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan
trauma , penyelidikan yang hati hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika
perawatan terjadi .
Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa
penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk
mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar
tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax
tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan
atau dapat terjadi secara spontan .
Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang sama ,
menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan harapan
bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika efek yang diinginkan
tercapai , menyarankan agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian untuk evakuasi
tetap beku darah atau cairan serosa .
Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit . Hematothorax yang
sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi atau
tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait dengan hematothorax trauma ,
perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik .
Oleh sebab itu, penulis mengangkat judul asuhan keperawatan tentang hematothoraks
untuk dibahas lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari hematothorax?
1.2.2 Bagaimana etiologi terjadinya hematothorax?
1.2.3 Bagamanakah patofisiologi dari hematothorax?
1.2.4 Bagaiamana manifestasi klinis dari hematothorax?
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
5
1.2.5 Bagaiamana pemeriksaan diagnostik dari hematothorax ?
1.2.6 Bagaimana penanganan untuk kasus hematothorax?
1.2.7 Apa komplikasi yang muncul dari hematothorax?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan dari kasus hematothorax?
1.2.9 Seperti apa contoh kasus hematothorax?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan pengertian dari hematothorax
1.3.2 Menjelaskan etiologi terjadinya hematothorax
1.3.3 Menjelaskan patofisiologi dari hematothorax
1.3.4 Menjelaskan manifestasi klinis dari hematothorax
1.3.5 Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari hematothorax
1.3.6 Menjelaskan penanganan untuk kasus hematothorax
1.3.7 Menjelaskan komplikasi yang muncul dari hematothorax
1.3.8 Menjelaskan asuhan keperawatan dari kasus hematothorax
1.3.9 Menjelaskan contoh kasus hematothorax
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hematothoraks
Hematothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara dinding dada dan
paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari dinding dada, parenkim paruparu,
jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi biasanya merupakan akibat dari trauma tumpul
atau tajam. Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit. (Puponegoro,
1995).
Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga thoraks
akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks biasanya terjadi karena cedera
di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran
aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga pleura.
2.2 Etiologi Hematothorax
Hemathothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :
1. Hemathothoraks Spontan, Oleh karena : primer (ruptur blep ), sekunder (infeksi
keganasan), neonatal,.
2. Hemathothoraks Yang Didapat, Oleh karena: iatrogenik, barotrauma, trauma.
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Trauma misalnya :
Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh
pembuluh internal.
Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura Henoch-
Schnlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital
kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax.
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau cedera
tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan hemotoraks.
Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.
Hematothorax dapat juga terjadi pada pasien yang memiliki:
Sebuah cacat pembekuan darah
Trauma tumpul dada
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
7
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
Kanker paru-paru atau pleura
Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru )
Penempatan dari kateter vena sentral
Operasi jantung
Tuberkulosis
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam
rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau
pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan cedera benda tumpul.
Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.
2.3 Patofisiologi Hematothorax
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru yang
menembus paru-paru, mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau
menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke
dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
2.4 Gambaran Klinis Hematothorax
Gangguan pengembangan dada
Perubahan kedalaman pernapasan
Sesak napas mendadak
Perkusi dada pekak
Nyeri dada
Perdarahan nyata (massif)
Sianosis
Hipoksia
Takikardi
Hipotensi
2.5 Pemeriksaan diagnostik dari hematothorax
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruh, gangguan mekanik
pernapasan dan kemampuan mengkompensasi Pa CO2 kadang-kadang meningkat. Pa
CO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya menurun.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
8
2.6 Penanganan Hematothorax
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan
menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura.
Penanganan pada hemotoraks adalah:
MEDIS
1. Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan
bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara
cepat dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik
secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok
untuk autotranfusi, bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
2. Pemasangan WSD ( water sealed drainage )
WSD Adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura) TUJUANNYA : Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit
cairan pleura / lubrican.
Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi
Atmosfir 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756
Perubahan Tekanan Rongga Pleura INDIKASI PEMASANGAN WSD : Hemotoraks, efusi pleura Pneumotoraks ( > 25 % ) Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator KONTRA INDIKASI PEMASANGAN : Infeksi pada tempat pemasangan Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol. CARA PEMASANGAN WSD
1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior dan media. 2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan. 3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus
interkostalis.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
9
4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.
5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps
6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada 7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan. 8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.
ADA BEBERAPA MACAM WSD : 1. WSD dengan satu botol
Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung. Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks
2. WSD dengan dua botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan sengan suction control
3. WSD dengan 3 botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
10
KOMPLIKASI Trauma Thorax Laserasi, mencederai organ ( hepar, lien ) Perdarahan Empisema subkutis. Tube terlepas Infeksi Tube tersumbat. Perawatan yang perlu dilakukan : Fiksasi chest tube pada dinding dada dan fiksasi semua sambungan selang dengan baik. Awasi chest tube supaya tidak terlipat atau tertekuk Catat tanggal dan waktu pemasangan WSD dan jenis WSD yang digunakan. Cek level water seal chamber dan suction control chamber Perhatikan gelembung udara pada water seal. Monitor tanda tanda vital dan status pernafasan. Perhatikan dan catat cairan drainase yang keluar, jumlah dan konsistensinya. Rawat luka drainase.
Tranfusi darah diperlukan selam aada indikasi untuk torakotomi. Selama penderita
dilakukan resusitasi, volume darah awal yang dikeluarkan dengan chest tube dan kehilangan
darah selanjutnya harus ditambahkan ke dalam cairan pengganti yang akan diberikan. Warna
darah ( artery / vena ) bukan merupakan indikator yang baik untuk di pakai sebagai dasar
dilakukannya torakotomi.
Torakotomi sayatan yang dapat dilakukan di samping, di bawah lengan (aksilaris
torakotomi); di bagian depan, melalui dada (rata-rata sternotomy); miring dari belakang ke
samping (posterolateral torakotomi); atau di bawah payudara (anterolateral torakotomi) .
Dalam beberapa kasus, dokter dapat membuat sayatan antara tulang rusuk (interkostal disebut
pendekatan) untuk meminimalkan memotong tulang, saraf, dan otot. Sayatan dapat berkisar
dari hanya di bawah 12.7 cm hingga 25 cm.
KEPERAWATAN
Mengurangi sesak napas
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
11
Mengurangi kecemasan
Mencegah komplikasi
Meningkatkan kenyamanan klien
2.7 Komplikasi Hematothorax
Komplikasi dapat berupa :
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
Perbedaan tekanan yang didirikan di rongga dada oleh gerakan diafragma (otot besar di
dasar toraks) memungkinkan paru-paru untuk memperluas dan kontak. Jika tekanan dalam
rongga dada berubah tiba-tiba, paru-paru bisa kolaps. Setiap cairan yang mengumpul di
rongga menempatkan pasien pada risiko infeksi dan mengurangi fungsi paru-paru, atau
bahkan kehancuran (disebut pneumotoraks ).
2. 8 Asuhan Keperawatan Pada Hematothorax
a. Pengkajian
Pengumpulan Data
Hal yang penting dalam riwayat keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Identitas
1. Umur : Biasanya terjadi usia 18 30 tahun.
2. Alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
3. Pengobatan terakhir.
4. Pengalaman pembedahan.
5. Riwayat penyakit dahulu.
6. Riwayat penyakit sekarang.
7. Dan Keluhan.
2. Data subyektif
Klien mengeluh sesak napas
Klien mengungkapkan nyeri dada
Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan
3Data obyektif :
Perubahan kedalaman pernapasan
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
12
Gangguan pengembangan dada
Takikardia
Gelisah
Sianosis
Kontur nadi kecil dan lemah
Perkusi dada pekak berbatas
Klien tampak gelisah
Ekspresi wajah meringis
3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem Pernapasan :
Sesak napas, Nyeri, batuk-batuk, terdapat retraksi pada klavikula atau dada.
Pengambangan paru tidak simetris. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup). Pada
asukultasi, suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang . Pekak dengan
batas seperti, garis miring/tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan
dada tidak sama waktu bernapas.
2. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia lemah, Pucat, Hb turu
normal, dan hipotensi.
3. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
4. Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan.
5. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
6. Sistem Muskuloskeletal Integumen.
Kemampuan sendi terbatas. Ada luka bekas tusukan benda tajam.
Terdapat kelemahan .Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
9. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
13
10. Pemeriksaan Diagnostik :
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2 kadang
kadang menurun. Pa O2 normal/menurun. Saturasi O2 menurun (biasanya). Hb mungkin
menurun (kehilangan darah). Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan
untuk ambulasi dengan alat eksternal.
5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma.
c. Intevensi Keperawatan :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal
karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektif.
Kriteria hasil: Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan
pertukaran gas-gas pada paru, adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke
sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi
yang tidak sakit.
2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-
tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
14
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan
sebagai ketakutan/ansietas.
6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 12 jam :
1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir
masuk ke area pleural.
3) Observasi gelembung udara botol penempung.
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring dengan
ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan
ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.
4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat,
atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi
dranase bila perlu.
R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah
tekanan negative yang diinginkan.
5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.
R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi.
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu dengan dokter, radiologi dan fisioterapi
dalam pemberian antibiotika, pemberian analgetika, fisioterapi dada, dan konsul photo
toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
15
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil : Menunjukkan batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran
pernapasan, dan klien merasa nyaman.
Intervensi :
1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan
sekret di saluran pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, dapat menyebabkan
frustasi.
a. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
b. Lakukan pernapasan diafragma
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frekuensi napas dan meningkatkan ventilasi
alveolar.
c. Tahan napas selama 3 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak
mungkin melalui mulut.
d. Lakukan napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk
pendek dan kuat
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi
sekret.
e. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
3) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi
yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000-1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang
mengarah pada atelektasis.
4) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
16
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu dengan dokter, radiologi dan fisioterapi
dalam pemberian expectoran, pemberian antibiotika, fisioterapi dada, dan konsul photo
toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan
kondisi klien atas pengembangan parunya.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang/dapat diadaptasi, dapat mengindentifikasi aktivitas yang
meningkatkan/menurunkan nyeri, Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
a) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang
dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan
terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
b) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
2) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;
misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
3) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung.
R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat
membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
5) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 2 jam setelah tindakan
perawatan selama 1 2 hari.
R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk
mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
17
2.9 Contoh kasus dengan hematothorax
Tn.X, usia 30 tahun dengan hematothorax. Pasien semenjak kecelakaan 24 jam lalu
mengeluh tidak bisa tidur karena menahan nyeri dada dan merasa sesak.pasien terlihat
ekspresi wajahnya meringis kesakitan dan tampak gelisah dan lemah.
1.PENGKAJIAN
1.1 Identitas Pasien :
Nama Tn.X
Umur 30 thn
Agama Islam
Suku/Bangsa Jawa / Indonesia
Alamat Sleko 13 Muntilan
1.2 Anamnesis ( pada tanggal 8 Mei 2010)
1. Keluhan Utama
Nyeri dada setelah kecelakaan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 7 mei 2010 siang, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, pasien pengendara
sepeda motor. Pasien jatuh sendiri karena pepetan. Saat jatuh pasien mengeluh nyeri di
tangan kiri dan terasa sulit digerakkan. Setelah kecelakaan pasien langsung dibawa ke RS
Muntilan. Di RS muntilan pasien di pasang rangsel verband. Pasien merasa sesak dan
kesakitan di dada sebelah kiri sehingga pasien dirujuk ke RS Tidar kota Magelang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Asma : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Jantung : Disangkal
DM : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma : Disangkal
Hipertensi : Disangkal
Jantung : Disangkal
DM : Disangkal
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak lemah
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
18
Kesadaran : Compos Mentis
1. Vital Sign : TD : 100/70 mmhg S : 370 C
N : 80 X / mnt P : 28X / mnt
2. Kepala : Mesosephal
Kulit : Akral dingin
Mata : Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik
Telinga : Secret ( - )
Hidung : Secret ( - )
3. Thorax
Inspeksi : memar
- Pulmo
Inspeksi : Retraksi ( - ), ketinggalan gerak ( + )
Palpasi : Krepitasi ( + ), ketinggalan gerak ( + )
Perkusi : Redup pada bagian basal paru kiri
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( + ), Wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS IV
Perkusi : Redup
Auskultasi : Regular, bising ( - )
4. Abdomen
Inspeksi : Perut sejajar dada.
Palpasi : Hepar / lien tidak teraba, NT ( - )
Perkusi : Pekak alih ( - )
Auskultasi : Peristaltik norm 18x/menit
5. Ekstremitas : Akral dingin
I.4. Hasil Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Darah Rutin :
WBC : 11,34
HGB : 13,9
PLT : 229
Kimia Darah :
GDS : 119,1
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
19
GD puasa : 104,2
Ureum : 52,6
Creatinin : 0,91
SGOT : 40,0
SGPT : 26,3
2) Pemeriksaan Radiologi
Hematothorax sinistra
1.5 PENANGANAN
Infus RL 20 tpm
Lapicef 3x1
Lapixim 3x1
Bonesco 3x1
Fetanin
2. DIAGNOSA
1. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma thoraks akibat
kecelakaan
2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma.
3. INTERVENSI
1. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma thoraks akibat
kecelakaan
Tujuan : Nyeri akut pasien dapat berkurang/hilang dalam waktu 1x3 jam setelah perawatan
Kriteria hasil : - K/U tenang
- Nyeri berkurangdapat
- Pasien mampu mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan
nyeri.
Intervensi :
1) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 2 jam setelah tindakan
perawatan selama 1 2 hari.
R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk
mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
20
2) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;
misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
3) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
4) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
5) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang
dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan
terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
6) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama
nyeri akan berlangsung.
R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat
membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal
karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan pasien dapat kembali efektive/normal (16-24x/menit) dalam 6 jam
setelah perawatan
Kriteria hasil: - K/U tenang
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif (16-24x/menit)
-Pasien mampu melaksanakan anjuran yang telah diberikan
-Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
1) Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke
sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi
yang tidak sakit.
2) Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-
tanda vital.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
21
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
3) Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
4) Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana teraupetik.
5) Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan
pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan
sebagai ketakutan/ansietas.
6) Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 12 jam :
a. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
b. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.
R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir
masuk ke area pleural.
c. Observasi gelembung udara botol penempung.
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapkan. Gelembung biasanya menurun seiring dengan
ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan
ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.
d. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat,
atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi
dranase bila perlu.
R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah
tekanan negative yang diinginkan.
e. Catat karakter/jumlah drainage selang dada.
R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang
memerlukan upaya intervensi.
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
22
7) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu dengan dokter, radiologi dan fisioterapi
dalam pemberian antibiotika, pemberian analgetika, fisioterapi dada, dan konsul photo
toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
BAB 3
PENUTUP
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
23
3.1 Kesimpulan
Hemathothoraks (hemotoraks) adalah terakumulasinya darah pada rongga thoraks
akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemathothoraks biasanya terjadi karena cedera
di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah atau kebocoran
aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke rongga pleura.
Hemathothoraks dapat dibagi berdasarkan penyebabnya :
1. Hemathothoraks Spontan, Oleh karena : primer (ruptur blep ), sekunder (infeksi
keganasan), neonatal,.
2. Hemathothoraks Yang Didapat, Oleh karena: iatrogenik, barotrauma, trauma.
Penanganan Hematothorax,Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien,
menghentikan pendarahan, dan menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan
pada hemotoraks adalah:Medis : Resusitasi cairan, Pemasangan chest tube ( WSD ),
Thoracotomy, keperawatan : Mengurangi sesak napas
Mengurangi kecemasan
Mencegah komplikasi
Meningkatkan kenyamanan klien
3.2 Saran
Berdasarkan makalah diatas, penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih
memperhatikan kemungkinan resiko penyebab terjadinya hematothoraks sehingga akan
mengurangi angka kejadiannya dan apabila ditemukan kasus seperti di atas maka sebaiknya
dilakukan penanganan sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,
Makalah Keperawatan Medikal Bedah
Hematothorax
24
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta.
Sri Lestari. 2010. Hematothorax. http://www.srilestari.blogspot.com. 11102010
Ghandi. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Hematothorax. http://ghandi.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 11 oktober 2010 pukul 19.10