Post on 26-Sep-2020
4 Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pondasi Bor (Bored Pile)
Pondasi bor (bored pile) adalah salah satu jenis pondasi dalam yang banyak
digunakan untuk menahan beban berat pada bangunan-bangunan bertingkat. Bored pile
dicor secara in situ yang artinya pengerjaan pengecoran dilakukan secara langsung di
lapangan.Bored pile terbagi ke dalam dua jenis menurut cara pembuatannya, yaitu tipe
kering dimana pondasi bor terletak di daratan, dan tipe basah yang pembuatannya di
laut.
Pondasi ini dibuat dengan membuat lubang pengeboran dengan bantuan alat
beratrig bor, yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Kedalaman lubang pengeboran
sampai mencapai lapisan tanah keras. Lubang hasil pengeboran ini nantinya akan diisi
beton cair/ beton cor dengan tulangan baja yang dirangkai sesuai dengan desain.
Mengingat besarnya beban kolom bangunan, pada tiap bawah kolom bangunan dapat
dibuat satu, dua, tiga, atau lebih pondasi bor yang masing-masing disatukan dengan
poer atau pile capyang dihubungkan dengan sloof titik kolom yang lain
(Sukardi,2005).
Gambar 2.1. Rig Bor
Beberapa keuntungan menggunakan pondasi bored pile adalah sebagai berikut
(Nakazawa,1988) :
5 Universitas Kristen Petra
a. Tanpa sambungan dapat dibuat tiang yang lurus dengan diameter besar, juga
untuk tiang yang lebih panjang. Selain itu, panjang tiang dapat ditetapkan dengan
mudah.
b. Diameter biasanya lebih besar dari pada tiang pracetak dan daya dukung setiap
tiang juga lebih besar sehingga tumpuan dapat dibuat lebih kecil.
c. Tanah galian dapat diamati secara langsung dan sifat-sifat tanah pada lapisan
antara atau pada tanah pendukung pondasi dapat langsung diketahui.
d. Pengaruh getaran dan desakan tanah terhadap bangunan di dekatnya cukup kecil.
Adapun beberapa kerugian yang ditimbulkan antara lain :
a. Beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air dan kualitasnya setelah selesai
lebih rendah dari tiang-tiang pracetak. Di samping itu, pemeriksaan kualitas hanya
dapat dilakukan secara tidak langsung.
b. Ketika beton dituangkan, dikuatirkan adukan beton akan bercampur dengan
runtuhan tanah, oleh karena itu beton harus segera dituangkan dengan seksama dan
segera setelah penggalian dilakukan.
c. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi, kadang-kadang terjadi tiang pendukung kurang sempurna karena adanya
lumpur yang tertimbun di dasar.
d. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton, untuk
pekerjaan yang kecil mengakibatkan biaya yang sangat melonjak.
e. Karena pada cara pemasangan tiang yang diputar berlawanan arah putaran jarum
jam dipakai air, maka lapangan akan menjadi kotor, lagi pula untuk setiap cara perlu
dipikirkan metode untuk menangani tanah yang telah digali.
6 Universitas Kristen Petra
2.2. Pelaksanaan Pondasi Bored Pile
Secara garis besar, urutan pekerjaan dalam pelaksanaan pondasi Bored Pile
adalah sebagai berikut : (Gambar 2.2.)
1. Pengeboran awal
2. Pemasangan casing sementara
3. Pengeboran lanjutan
4. Pembersihan dasar lubang dan pemasangan tremie
5. Pemasangan tulangan
6. Pengecoran beton cair.
Gambar 2.2.Urutan Pekerjaan Pondasi Bored Pile(sumber : icac.org.hk)
2.3. Masalah-masalah yang Timbul pada Saat PelaksanaanBored Pile
Menurut Nakazawa (1988), terdapat resiko masalah-masalah yang bisa timbul
selama proses pelaksanaan pondasi bored pile antara lain :
7 Universitas Kristen Petra
a. Terurainya tanah pondasi
Penyebab terurainya tanah di pondasi di sekeliling tiang adalah terlepasnya
tegangan, boiling (meletup), desakan dan mekanisme penggalian, tetapi tanah pondasi
tak mungkin tidak terurai selama penggalian dilakukan dan tidak dapat dihindari hal-
hal tersebut akan terjadi. Oleh karena itu untuk menanggulanginya, hal-hal berikut
perlu diperhatikan :
-Selama menggali, muka air pada lubang galian harus dijaga supaya tetap berada di
atas muka air tanah.
-Dengan mencacah (memecah tanah pondasi perlahan-lahan) maka tanah pondasi dapat
dihindarkan dari bahaya kelongsoran seminimum mungkin
-Setelah galian selesai, tanah pondasi yang terurai harus dipadatkan kembali misalnya
dengan cara impregnasi/penyerapan dan lain-lain.
b. Keruntuhan pada permukaan dinding lubang galian
Tanah pondasi yang digali selalu terpengaruh keadaan tanah pondasi itu sendiri
seperti tekanan tanah, tekanan air tanah, dan keadaan-keadaan di sekelilingnya seperti
naik turunnya bucket dan getaran dari luar. Sebagai hasilnya, permukaan dinding
lubang galian yang kehilangan keseimbangan akibat penggalian ini terancam bahaya
runtuh.
Keruntuhan yang terjadi mengakibatkan terjadinya 2 kondisi yaitu necking
dimana lubang hasil pengeboran mengalami penyempitan dari ukuran diameter yang
direncanakan pada kedalaman tertentu dan keruntuhan yang menyebabkan diameter
pondasi bor membesar pada kedalaman tertentu.
c. Merosotnya daya dukung akibat pergerakan lumpur yang tidak sempurna
Bila beton dituangkan pada tempat berkumpulnya lumpur maka akan terjadi
kerugian yaitu lumpur ikut teraduk dalam beton dan daya dukung tiang menjadi sangat
kecil yang mengakibatkan banyaknya tiang menjadi sangat berlebihan. Oleh karena itu,
pada tiang yang dicor di tempat, lumpur harus dikeluarkan sebaik-baiknya.Sebaiknya
lumpur dikeluarkan setelah tulangan beton selesai dipasang dan tepat sebelum adukan
beton mulai dituangkan. Untuk mengeluarkan lumpur tersebut ada beberapa cara,
8 Universitas Kristen Petra
antara lain dengan sistem pompa udara, sistem pompa tekanan air, sistem pompa
bawah air, dan sistem pengerukan dengan mencampurkan adukan semen.
2.4. Produktivitas
Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan suatu
proyek konstruksi.Dengan adanya tingkat produktivitas yang tinggi menandakan
bahwa proyek tersebut bisa memaksimalkan sumber daya yang ada dengan baik begitu
juga sebaliknya.Tingkat produktivitas yang ada pun berbeda-beda pada setiap kegiatan
konstruksi.Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi produktivitas
tersebut.
Produktivitas memiliki berbagai definisi sebagai berikut :
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, produktivitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan sesuatu.
2. Menurut Paul Olomolaiye (1998) pada dunia konstruksi produktivitas dapat
diartikan sebagai perbandingan antara total output yang berupa barang dan jasa pada
waktu tertentu dibagi dengan total input yang berupa tenaga kerja, material, uang, dan
mesin selama periode bersangkutan dalam satuan unit.
Secara umum produktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut :
Produktivitas = Hasil Kerja / Waktu Kerja
Hasil kerja merupakan suatu jumlah pekerjaan yang berarti adalah sejumlah hasil,
tugas, proses yang bisa dilaksanakan dalam suatu periode tertentu.
Waktu kerja adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
3. Menurut Pilcher (1992) produktivitas adalah rasio antara keluaran (output) dan
masukan (input).
Produktivitas = output/input
4. Menurut Nunnaly (1998) produktivitas diartikan sebagai hasil (output) yang
berupa barang dan jasa konstruksi per jumlah penggunaan (input) pekerja.
9 Universitas Kristen Petra
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Secara umum terdapat lima faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas
suatu pekerjaan konstruksi yaitu lingkungan, peralatan, pekerja, material, dan
manajemen.
2.5.1. Lingkungan (Environtment)
Dalam pembangunan sebuah proyek konstruksi pastilah tidak lepas dari
lingkungan karena setiap proyek konstruksi pasti merusak lingkungan.Hal ini membuat
faktor lingkungan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas
suatu pekerjaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan karena dapat mengganggu
masyarakat sekitar yaitu : kerusakan bangunan sekitar, kerusakan jalan ke proyek,
suara bising yang mengganggu, getaran, kemacetan lalu lintas di sekitar proyek, dan
sebagainya.
Selain itu faktor kondisi pekerjaan proyek juga mempengaruhi produktivitas.
Beberapa kondisi pekerjaan proyek adalah sebagai berikut :
-Skala pekerjaan dan tingkat kesulitannya
-Jenis tanah pada proyek dan penanggulangannya
-Kemudahan akses pekerjaan di lapangan (haul road)
-Cuaca setempat
-Karakteristik budaya setempat
Oleh sebab itu faktor lingkungan ini harus lebih diperhatikan agar jangan sampai
menghambat produktivitas suatu pekerjaan maupun menimbulkan masalah di
kemudian hari (Olomolaiye,1998).
2.5.2. Peralatan (Equipment)
Alat-alat berat yang digunakan pada lokasi proyek memegang peranan penting
dalam kaitannya dengan produktivitas pekerjaan. Jika alat-alat berat yang digunakan
10 Universitas Kristen Petra
tidak dirawat secara berkala dan sering mengalami kerusakan, maka dapat dipastikan
produktivitas pekerjaan akan mengalami penurunan yang signifikan. Salah satu
perawatan rutin yang diperhatikan adalah penggantian oli mesin dan oli hidrolis secara
rutin. Perawatan alat memerlukan kerja sama dan kesadaran dari operator alat berat dan
kernetnya.Usia alat juga berpengaruh pada produktivitas pekerjaan karena semakin tua
alat maka produktivitasnya cenderung mengalami penurunan sampai alat tersebut
benar-benar rusak dan tidak dapat dipakai lagi (Olomolaiye,1998).
2.5.3. Pekerja (Labor)
Pekerja merupakan faktor yang paling mempengaruhi dibandingkan faktor-
faktor lainnya yang mempengaruhi produktivitas.Dalam pengendaliannya, faktor
pekerja ini merupakan faktor yang paling kompleks jika dibandingkan dengan faktor-
faktor lainnya.Agar mendapatkan produktivitas yang baik, diperlukan manajemen
pekerja yang tepat. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pekerja :
-Pengetahuan pekerja, meliputi metode, teknik, dan ketrampilan dalam melakukan
pekerjaan untuk meningkatkan produktivitas.
-Pembagian tugas dan cara penyampaian/ pengarahan yang tepat terhadap pekerjaan
yang diberikan.
-Pengalaman sebelumnya (learning curve).
-Umur pekerja, biasanya umur pekerja produktif antara 15-45 tahun.
-Tingkat kedisiplinan pekerja.
-Motivasi pekerja.
-Pendidikan, tingkat pendidikan pekerja mempengaruhi pola pikir dan sikap serta
tanggung jawab pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
-Etnis pekerja.
-Kesehatan, pekerja dengan kondisi kesehatan yang kurang baik dapat mengurangi
produktivitas pekerja tersebut.
-Pemanfaatan sumber daya, kemampuan pekerja dalam menggunakan sumber daya
secara efektif dan efisien.
-Kemampuan analitis dalam berpikir mengenai suatu masalah.
11 Universitas Kristen Petra
-Kemampuan komunikasi pekerja antaratasan maupun antarbawahan.
-Kemampuan pekerja beradaptasi terhadap perubahan.
-Kemampuan pekerja dalam mengoperasikan alat.
-Kemampuan pekerja untuk memotivasi pekerja lain.
-Kemampuan meramalkan kondisi ke depan dan mengambil keputusan dengan tepat
(Olomolaiye,1998).
2.5.4. Material
Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan adalah material, dalam hal ini
adalah beton cair,tulangan, dan material pendukung lainnya. Masalah yang sering
terjadi adalah ketersediaan material pada lokasi proyek dan kesalahan spesifikasi
material yang digunakan, misalnya tidak memenuhi tes tertentu dan sebagainya. Jika
jadwal sampainya material ke lokasi proyek sering terlambat, maka akan
meningkatkan waktu kosong (idle time) yang dapat menurunkan produktivitas. Oleh
karena itu perlu adanya komunikasi yang baik antara pimpinan proyek dan supplier
material demi kelancaran pekerjaan yang ada di proyek kaitannya dan dapat
meminimalkan bahkan menghilangkan idle time (Pilcher,1992).
2.5.5. Manajemen (Management)
Suatu proyek konstruksi pastilah membutuhkan sebuah manajemen baik dari
perencanaan maupun pengontrolan.Dalam hal ini adalah kemampuan pihak manjemen
dalam merencanakan, menempatkan lokasi, dan memantau perkembangan
proyek.Perencanaan yang kurang baik dapat menyebabkan turunnya produktivitas.
Contoh manajemen yang salah adalah penataan site layout yang kurang baik
(Olomolaiye,1998).
Menurut Nunnaly (1998), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
produktivitas antara lain :
-Kombinasi pekerja dan peralatannya.
-Suhu udara.
12 Universitas Kristen Petra
-Kemampuan dalam pelaksanaan konstruksi.
-Durasi jam kerja.
-Day shift dan night shift.
-Efisiensi alat yang digunakan.
-Usaha yang dilakukan pekerja.
-Tingkat pelatihan dan pendidikan pekerja.
-Jumlah tenaga kerja.
-Peraturan daerah.
2.6. Metode Pengukuran Produktivitas
Menurut Thomas (2000) ada beberapa metode dalam pengukuran produktivitas,
antara lain :
1. Unit Completed
Metode ini sangat cocok diaplikasikan untuk perhitungan produktivitas pekerjaan yang
tidak memiliki sub pekerjaan atau jika memiliki sub pekerjaan, sub pekerjaan mudah
untuk diukur dan pengerjaannya memerlukan waktu yang relatif singkat. Contoh :
pekerjaan galian.
2. Percent Complete
Metode ini cocok digunakan untuk pekerjaan yang memiliki sedikit sub pekerjaan atau
bahkan tidak memiliki sub pekerjaan. Selain itu sebaiknya digunakan pada pekerjaan
yang dapat dengan mudah diperkirakan berapa persen penyelesaian pekerjaan tersebut.
Contoh : pekerjaan pengecatan.
3. Level of Effort
Metode ini digunakan untuk mengukur pekerjaan yang memiliki sub pekerjaan yang
cukup banyak antara 3 sampai 5 sub pekerjaan dan antar sub pekerjaan tersebut dapat
saling overlapping. Selain itu metode ini cocok digunakan untuk pekerjaan yang masa
pengerjaannya memakan waktu yang cukup panjang. Contoh : pekerjaan pembesian,
pekerjaan baja, dan bekisting.
4. Incremental Milestones
Metode ini sangat cocok untuk pekerjaan yang memiliki sedikit sub pekerjaan dan sulit
diukur volumenya, akan tetapi dapat dengan mudah ditentukan intermediate
13 Universitas Kristen Petra
milestonenya. Selain itu antar pekerjaan umumnya merupakan pekerjaan yang
berurutan atau tidak saling overlapping. Contoh : pekerjaan pemasangan pintu dan
jendela.
5. Start – Finish Percentage
Metode ini sangat cocok untuk pekerjaan yang memiliki sedikit sub pekerjaan dan sulit
diukur volumenya, akan tetapi sulit untuk ditentukan intermediate milestonenya.
Contoh : pekerjaan pembersihan lahan.
Dari banyak metode yang ditulis oleh Thomas (2000), maka untuk penelitian
kali ini pengukuran produktivitas menggunakan metode unit completed untuk mencari
produktivitas sebagai langkah awal mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas pekerjaan bored pile.
2.7. Metode Unit Completed
Secara garis besar metode unit completed ini cocok untuk pekerjaan yangtidak
memiliki sub pekerjaan dan outputnya mudah dihitung. Metode ini cocok untuk
pekerjaan bored pile karena outputnya berupa kedalaman bored pile yang dapat
diselesaikan per hari, sedangkan untuk inputnya adalah berupa jam kerja per hari.
2.8. Daily Productivity
Daily productivity merupakan produktivitas harian yang dihasilkan pekerja di
lapangan. Pengukuran daily prodictivity sangat penting untuk menganalisa
produktivitas sekelompok pekerja di lapangan. Selain berguna untuk menganalisa,
pengukuran daily productivity ini juga berfungsi sebagai pengawasan dan sebagai
bahan pertimbangan dalam menghitung harga satuan tenaga kerja.
Daily productivity = daily quantity / daily workhours
2.9. Baseline productivity
Baseline productivity adalah produktivitas standar yang dapat terjadi ketika tidak
ada atau hanya sedikit gangguan yang terjadi di lapangan. Baseline productivity
merupakan kondisi produktivitas optimal yang dapat dicapai sehingga kontraktor selalu
14 Universitas Kristen Petra
berusaha agar daily productivity mendekati baseline productivity. Untuk menghitung
baseline productivity terlebih dahulu harus menghitung daily productivity. Berikut
adalah langkah-langkah menghitung baseline productivity (Thomas, 2000) :
1. Menentukan 10% dari total hari pengamatan yang selanjutnya disebut sebagai
baseline subset (n).
2. Banyaknya n tidak boleh kurang dari 5 hari pengamatan, jika kurang maka
diambil 5 hari pengamatan.
3. Dari keseluruhan hari pengamatan, diambil output harian terbesar sejumlah n
buah.
4. Tentukan daily productivity untuk masing-masing n hari pengamatan.
5. Nilai produktivitas kemudian diurutkan mulai dari yang terbesar ke yang
terkecil. Nilai tengah dari n nilai produktivtias tersebut adalah baseline productivity.
2.10. Disruption Index
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang telah dijelaskan pada butir 2.5
bukanlah suatu proses sederhana karena ada beberapa faktor yang dapat terjadi dalam
satu hari kerja. Cara multiple regression digunakan dalam hal ini dimana variabel
terikat yang digunakan adalah actual daily productivity dikurangi dengan baseline
productivity, sedangkan variabel bebasnya adalah faktor-faktor yang terjadi di
lapangan. Variabel terikat yaitu selisih actual daily productivity dengan baseline
productivity dibutuhkan sebagai ukuran untuk menghitung efek non linear yang
timbul. Variabel bebas yang dipakai berupa bilangan biner (Thomas, 1999).
Apabila dalam suatu hari ke-n terjadi faktor X maka bilangan biner yang diisikan pada
hari tersebut untuk faktor X adalah 1, sebaliknya jika faktor tersebut tidak terjadi maka
diisi 0. Faktor-faktor yang tergolong terjadi sehingga nilai X = 1 ditunjukkan dalam
Gambar 2.3.
15 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3. Penggolongan Hambatan ke dalam Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Bored Pile.
Adapun persamaan multiple regression yang digunakan adalah :
BP - ADP = aX1 + bX2 +cX3 +...+ αXn
Keterangan :
BP = Baseline Productivity
ADP = Actual Daily Productivity
X1,X2,..Xn = bilangan biner faktor-faktor yang diteliti di lapangan
a,b,c,..α = model coefficient factor
Menurut Thomas (1999) model koefisien yang didapat dari persamaan multiple
regression tersebut diperhitungkan sebagai nilai loss of productivity. Selanjutnya dapat
diketahui nilai expected productivity dan disruption index. Expected productivity
adalah produktivitas harapan saat terjadi faktor, yang dirumuskan dalam persamaan
berikut :
Expected productivity = baseline productivity – loss productivity
Sedangkan disruption index dari tiap-tiap faktor didapatkan dari rasio antara
expected productivity dibagi dengan baseline productivity pada hari dimana faktor
tersebut terjadi, yang dirumuskan dalam persamaan berikut :
16 Universitas Kristen Petra
Disruption index = expected productivity / baseline productivity
2.11. Workhours Lost
Workhours lost adalah jam kerja yang hilang atau kerugian jam kerja akibat
munculnya suatu faktor di lapangan. Thomas (1999) menggunakan workhours lost
sebagai indikasi pengaruh faktor terhadap keseluruhan proyek. Workhours lost
dirumuskan sebagai berikut :
Workhours lost = loss of productivity x total workhours / baseline productivity