Post on 19-May-2019
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.310
19. URUSAN WAJIB KESATUAN BANGSA DAN POLDAGRI
A. KEBIJAKAN PROGRAM
Penyelenggaraaan Pemerintahan Daerah pada urusan wajib Kesatuan Bangsa
dan Politik Dalam Negeri di Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2015,
dilaksanakan melalui program penunjang dan program pelaksanaan urusan.
Adapun program penunjang tesebut adalah sebagai berikut :
1. Program pelayanan administrasi perkantoran.
Kebijakan program ini diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan
administrasi perkantoran.
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur.
Kebijakan program ini diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana aparatur untuk menunjang pelaksanaan tugas.
3. Program peningkatan disiplin aparatur.
Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan kesadaran aparatur
dalam mematuhi ketentuan-ketentuan kepegawaian.
4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur.
Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan kemampuan atau
kapabilitas aparatur dalam menyelesaikan pekerjaan.
5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan.
Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan akuntabilitas anggaran
dan pelaporan hasil kerja.
Sedangkan program pelaksanaan urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam
Negeri adalah sebagai berikut.
1. Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan.
Kebijakan program ini diarahkan kepada terciptanya kondusifitas wilayah,
stabilitas sosial politik dan keamanan wilayah.
2. Program pengembangan wawasan kebangsaan/Kemitraan Pengembangan
Wawasan Kebangsaan.
Kebijakan program ini diarahkan kepada pengembangan nilai-nilai
kebangsaan dan peningkatan pemahaman Ideologi Pancasila.
3. Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.311
Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan peran serta
masyarakat dalam menjaga kondusifitas wilayah, stabilitas sosial politik dan
keamanan wilayah.
4. Program pendidikan politik masyarakat.
Kebijakan program ini diarahkan kepada peningkatan pemahaman
masyarakat terhadap etika berdemokrasi, hak dan kewajiban sebagai warga
negara dalam bidang politik termasuk penyampaian pendapat dimuka
umum.
5. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana.
Kebijakan program ini diarahkan kepada perlindungan kepada masyarakat
dari ancaman bencana dan pengurangan risiko bencana.
6). Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Kebijakan program ini diarahkan kepada Kemitraan Pengembangan
Wawasan Kebangsaan
B. REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN
1. PENDANAAN
ANGGARAN PENUNJANG URUSAN
1). Program pelayanan administrasi perkantoran
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Kesbangpol 1. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber
Daya Air Dan Listrik 26.000.000 13.985.529 53,79
2. Penyediaan Jasa Pemeliharaan Dan Perizinan Kendaraan Dinas / Operasional
10.000.000 6.153.000 61,53
3. Penyediaan Alat Tulis Kantor 54.000.000 52.410.000 97,06 4. Penyediaan Barang Cetakan Dan
Penggandaan 35.000.000 27.300.000 78,00
5. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik / Penerangan Bangunan Kantor
5.000.000 2.450.000 49,00
6. Penyediaan Peralatan Rumah Tangga 3.000.000 3.000.000 100 7. Penyediaan Bahan Bacaan Dan Peraturan
Perundang-Undangan 13.000.000 12.330.000 94,85
8. Penyediaan Makanan Dan Minuman 35.000.000 33.917.600 96,91 9. Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi
Ke Luar Daerah 180.000.000 125.441.482 69,69
10. Belanja Jasa Penunjang Administrasi Perkantoran
16.344.000 16.344.000 100
JUMLAH SKPD 377.344.000 293.331.611 77,74 SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air Dan Listrik
217.200.000 194.530.522 89,56
2. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 48.000.000 48.000.000 100,00 3. Penyediaan Alat Tulis Kantor 60.000.000 60.000.000 100,00
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.312
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
4. Penyediaan Barang Cetakan Dan Penggandaan
55.000.000 54.999.945 100,00
5. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik / Penerangan Bangunan Kantor
15.000.000 15.000.000 100,00
6. Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan Kantor
15.000.000 15.000.000 100,00
7. Penyediaan Makanan Dan Minuman 75.000.000 75.000.000 100,00 8. Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi
Ke Luar Daerah 330.000.000 330.000.000 100,00
9. Penyelesaian Pengelolaan Administrasi Kepegawaian
27.000.000 26.650.000 98,70
10. Belanja Jasa Penunjang Administrasi Perkantoran
88.950.000 82.140.000 92,34
JUMLAH SKPD 931.150.000 901.320.467 96,80 JUMLAH PROGRAM 1.308.494.000 1.194.652.078 91,30
2). Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Kesbangpol 1. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan
Dinas / Operasional 300.000.000 286.244.403 95,41
2. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
70.000.000 57.320.000 81,89
3. Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional 170.840.000 286.244.403 95,41 4. Pengadaan Peralatan Dan Perlengkapan
Kantor 290.310.000 167.410.000 57,67
JUMLAH SKPD 5.033.854.000 4.140.618.676 82,26 SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional 1.457.600.000 1.440.781.000 98,85 2. Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor 896.095.000 231.153.500 25,80 3. Pengadaan Peralatan Gedung Kantor 365.470.000 304.420.000 83,30 4. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung
Kantor 125.000.000 111.058.555 88,85
5. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas / Operasional
1.395.617.000 1.309.795.820 93,85
6. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor
60.000.000 47.971.000 79,95
7. Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebeluer 12.000.000 12.000.000 100 8. Pembuatan Gudang Kantor 694.772.000 656.325.381 94,47 9. Pengelolaan Web Site 27.300.000 27.084.545 99,21 JUMLAH SKPD 5.033.854.000 4.140.618.676 82,26
JUMLAH PROGRAM 5.865.004.000 4.819.003.079 82,17
3). Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD:Satuan Polisi Pamong Praja 1. Pengadaan Pakaian Dinas Beserta
Perlengkapannya 342.375.000 340.151.000 99,35
JUMLAH PROGRAM 342.375.000 340.151.500 99,35
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.313
4). Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Kesbangpol 1. Pembinaan Sumber Daya Aparatur 208.401.000 189.616.200 90,99 2. Perubahan Pola Kerja Pegawai melalui
Implementasi Tehnologi Informasi 255.810.000 216.546.000 84,65
JUMLAH SKPD 464.211.000 406.162.200 87,50 SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Bimbingan Teknis / Pembinaan Sumber Daya Manusia
190.000.000 181.061.000 95,30
2. Pembinaan Fisik Pegawai 312.115.000 310.790.000 99,58 3. Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia 118.580.000 117.255.000 98,88
4. Pengiriman Peningkatan Kemampuan Khusus SDM Satpol PP
85.000.000 69.093.000 81,29
JUMLAH SKPD 705.695.000 678.199.000 96,10 JUMLAH PROGRAM 1.169.906.000 1.084.361.200 92,69
5). Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan
keuangan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE
(%) SKPD: Badan Kesbangpol
1. Penyusunan Pelaporan Keuangan Semesteran
7.137.000 7.137.000 100,00%
2. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran
7.137.000 7.137.000 100,00%
3. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun
11.261.000 11.261.000 100,00%
4. Penyusunan Lakip 10.000.000 9.829.000 98,29% 5. Penyusunan Renstra Skpd 14.308.000 13.120.000 91,70% 6. Penyusunan Lkpj Skpd 14.569.000 13.818.000 94,85% 7. Penyusunan Renja Skpd 10.000.000 9.768.000 97,68% 8. Penunjang Kinerja Pa, Ppk, Bendahara Dan
Pembantu 105.356.000 105.025.500 99,69%
9. Penyusunan Profil Skpd 3.000.000 3.000.000 100,00% 10. Penyusunan Program Kerja Skpd 3.000.000 3.000.000 100,00% 11. Penyusunan Rka Dan Dpa Murni Serta
Perubahan 17.338.000 17.307.500 99,82%
Jumlah SKPD 203.106.000 200.403.000 98,67% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Penyusunan Pelaporan Keuangan Semesteran
10.000.000 10.000.000 100,00%
2. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran
10.000.000 10.000.000 100,00%
3. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun
10.000.000 10.000.000 100,00%
4. Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan Kegiatan SKPD
79.571.000 76.271.000 95,85%
5. Penyusunan Lakip 15.100.000 15.100.000 100,00% 6. Penyusunan RENSTRA SKPD 17.450.000 17.000.000 97,42% 7. Penyusunan Lkpj Skpd 16.040.000 16.040.000 100,00% 8. Penunjang Kinerja Pa, Ppk, Bendahara Dan
Pembantu 76.620.000 72.764.000 94,97%
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.314
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE
(%) 9. Penyusunan Rka Dan Dpa 9.450.000 9.450.000 100,00%
10. Penyusunan Anggaran Dan Perubahan Anggaran
9.450.000 9.450.000 100,00%
11. Penyusunan Profil Skpd 10.225.000 10.225.000 100,00% 12. Penyusunan Laporan Renja /Rencana Kerja 16.040.000 16.040.000 100,00%
JUMLAH SKPD 279.946.000 272.340.000 97,28% JUMLAH PROGRAM 483.052.000 472.743.000 97,87%
ANGGARAN PROGRAM PELAKSANAAN URUSAN
1). Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Kesbangpol 1. Peningkatan Pemantauan Situasi Dan
Kondisi Daerah Terhadap Potensi Kerawanan Sosial Politik
164.142.000 164.142.000 100,00%
2. Pemantauan / Pengawasan Terhadap Kepatuhan Norma-norma Dan Aturan Bagi Wna
234.449.000 201.487.750 85,94%
3. Peningkatan Kewaspadaan Kegiatan Tempat Hiburan Dan Keramaian Umum
135.328.000 134.949.000 99,72%
4. Peningkatan Kesadaran Bela Negara 198.793.600 162.275.550 81,63% 5. Fasilitasi Optimalisasi Stabilitas
Keamanan Daerah Melalui Kominda 371.549.000 346.879.400 93,36%
6. Penguatan Penghayatan Ideologi Pancasila Bagi Generasi Muda
110.900.500 101.531.000 91,55%
7. Pengamanan Tertutup Pejabat Negara Dan Tamu Negara
207.670.000 134.245.000 64,64%
8. Pengamanan Tertutup Hari Jadi Kota Semarang, Hari Besar Nasional Dan Event-event Lainnya
238.707.000 228.242.000 95,62%
9. Pendidikan Penanganan Konflik Bagi Tokoh Masyarakat
39.021.900 37.429.900 95,92%
10. Pemantapan Ideologi Dan Wawasan Kebangsaan
47.599.000 45.568.500 95,73%
11. Kewaspadaan / Intelijen Terhadap Gangguan Stabilitas Sosial Politik Penyelenggaraan Pilwakot
350.000.000 237.844.000 67,96%
JUMLAH SKPD 2.098.160.000 1.794.594.100 85,53% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Pengerahan Linmas 75.000.000 69.285.000 92,38% 2. Fasilitasi Pelatihan Linmas Yang
Diselenggarakan Propinsi 25.000.000 20.600.000 82,40%
3. Peningkatan Pemantauan Situasi Dan Kondisi Daerah Terhadap Potensi Kerawanan Sosial Politik
90.147.500 87.423.500 96,98%
4. Posko Kewaspadaan Linmas 1.060.842.000 970.036.000 91,44% 5. Data Base Dan Aplikasi Linmas 93.520.000 80.723.100 86,32% 6. Monitoring Dan Evaluasi Administrasi Pos
Kamling 100.000.000 93.696.800 93,70%
7. Pembinaan Dan Peningkatan Sdm Linmas 150.000.000 132.840.000 88,56% JUMLAH SKPD 1.594.509.500 1.454.604.400 91,23% JUMLAH PROGRAM 3.692.669.500 3.249.198.500 87,99%
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.315
2). Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Kesbangpol 1. Peningkatan Toleransi Dan Kerukunan
Dalam Kehidupan Beragama 526.673.000 465.417.240 88,37%
2. Kemah Kebangsaan Generasi Muda Pembauran
230.000.000 210.774.500 91,64%
3. Pemeliharaan Solidaritas Dan Kesatupaduan Masyarakat Serta Akulturasi Budaya
120.000.000 118.165.000 98,47%
4. Fasilitasi Kegiatan Paguyuban Petamas 420.000.000 358.989.100 85,47% 5. Pendayagunaan Potensi Ormas / Lsm 241.000.000 199.397.500 82,74% 6. Peningkatan Ketahanan Bangsa Bagi
Masyarakat 80.000.000 66.203.000 82,75%
7. Pembinaan Organisasi Kepemudaan / Okp 160.000.000 132.775.000 82,98% 8. Sosialiasasi Perundang-undangan Bidang
Organisasi Kemasyarakatan 110.000.000 81.953.100 74,50%
9. Pendaftaran, Pembinaan Dan Pemantauan Organisasi Kemasyarakatan/lembaga Swadaya Masyarakat
90.000.000 68.600.000 76,22%
10. Peningkatan Pembauran Kebangsaan 100.000.000 86.810.200 86,81% 11. Peningkatan Ketahanan Ekonomi
Berbasis Kearifan Lokal 70.000.000 59.760.000 85,37%
12. Sinergitas Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila Bagi Generasi Muda
75.000.000 54.666.000 72,89%
JUMLAH SKPD 2.222.673.000 1.903.510.640 85,64% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat Akan Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa
150.000.000 146.250.000 97,50%
JUMLAH SKPD 150.000.000 146.250.000 97,50% JUMLAH PROGRAM 2.372.673.000 2.049.760.640 86,39%
3). Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan
keamanan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja 1. Peningkatan Kewaspadaan Masyarakat
Terhadap Gangguan Trantibmas Dan Terjadinya Bencana
1.925.927.500 1.925.277.500 99,97%
2. Dukungan Sarana Dan Prasarana Pemakaman Anggota Linmas Non Pns
36.766.500 31.291.000 85,11%
3. Hut Linmas 60.000.000 59.610.000 99,35% 4. Pengawasan Pelangaran Perda Dan
Trantibum 439.436.000 439.389.000 99,99%
5. Pengamanan Kegiatan Pemerintah Kota Semarang
796.835.000 796.835.000 100,00%
6. Penertiban Dan Penindakan Perda 1.651.914.000 1.472.814.000 89,16% 7. Penyidikan Dan Sidang Ditempat 384.218.100 328.781.200 85,57% 8. Pengamanan Kegiatan Penting Dan Hari
Besar Nasional/ Keagamaan 394.186.000 388.745.000 98,62%
9. Penegakan Perda Kawasan Tanpa Rokok Dan Cukai Ilegal
500.000.000 493.730.000 98,75%
JUMLAH PROGRAM 6.189.283.100 5.936.472.700 95,92%
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.316
4). Program pendidikan politik masyarakat
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Kesbangpol 1. Pengelolan Bantuan Parpol 90.000.000 67.787.250 75,32% 2. Pendidikan Politik Bagi Masyarakat 180.000.000 149.803.550 83,22% 3. Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Parpol 90.000.000 87.044.000 96,72% 4. Penguatan Budaya Dan Etika Politik Bagi
Aparatur Dan Elemen Masyarakat 100.000.000 85.436.900 85,44%
5. Peningkatan Dan Penguatan Peran Politik Ormas / Lsm / Toga Dan Toma
100.000.000 84.618.900 84,62%
6. Fasilitasi Peraturan Perundang-undangan Bagi Partai Politik
100.000.000 78.888.650 78,89%
7. Fasilitasi Pemasangan Atribut / Baliho Pilwakot
150.000.000 144.346.800 96,23%
8. Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula Pilwakot
400.000.000 339.650.850 84,91%
9. Pengelolaan Dana Hibah Pilwakot 75.000.000 43.237.250 57,65% 10. Penertiban Alat Peraga Kampanye
Pilwakot 345.000.000 272.762.400 79,06%
11. Koordinasi Dan Monitoring Pelaksanaan Pilwakot
300.000.000 180.692.920 60,23%
12. Pemilihan Osis (pemilos) Kota Semarang 150.000.000 101.997.600 68,00% 13. Penertiban Dan Monitoring Atribut
Parpol/ Ormas/ Lsm 50.000.000 48.783.250 97,57%
JUMLAH SKPD 2.130.000.000 1.685.050.320 79,11% SKPD: Satuan Polisi Pamong Praja
1. Pam Taksung (perlindungan Masyarakat) 3.257.620.000 2.440.869.000 74,93% SKPD: Sekretariat Daerah
1. Fasilitasi Dan Sinkronisasi Hubungan Antar Lembaga, Refleksi Hari Otda Dan Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah
183.025.000 147.480.000 80,58%
JUMLAH SKPD 183.025.000 147.480.000 80,58% JUMLAH PROGRAM 5.570.645.000 4.273.399.320 76,71%
5). Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD: Badan Penanggulangan Bencana Daerah 1. Pemantauan Dan Penyebarluasan
Informasi Potensi Bencana Alam 100.000.000 99.986.400 86,98%
2. Pengadaan Logistik Dan Obat-obatan Bagi Penduduk Di Tempat Penampungan Sementara
259.440.000 58.962.600 22,73%
3. Gladi Lapang Penanganan Bencana 100.000.000 86.983.400 86,98% 4. Operasional Posko Dan Penanggulangan
Bencana Kota Semarang 600.000.000 581.190.804 96,87%
5. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Penanganan Bencana
552.451.000 547.467.900 99,10%
6. Pengkajian Dan Verifikasi Serta Evaluasi Rekonstruksi Pra, Pasca Bencana Di Wilayah Rawan Bencana
150.000.000 140.920.000 93,95%
7. Pengelolaan Bantuan Korban Bencana 59.209.000 55.209.000 93,24% 8. Percepatan Penanganan Bencana Oleh
Tim Reaksi Cepat Dan Tim Kaji Cepat 132.150.000 110.567.000 83,67%
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.317
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
9. Penguatan Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kota Semarang
150.848.000 122.535.000 81,23%
10 Pelatihan Teknik Perhitungan Kerusakan Dan Kerugian (damage And Losses)
150.000.000 128.611.800 85,74%
11. Koordinasi Penanggulangan Bencana 125.000.000 119.375.000 95,50% 12. Sosialisasinya Peraturan Perundang-
undangan Kebencanaan 75.000.000 69.375.000 92,50%
13. Bimbingan Dan Peningkatan Ketrampilan SAR
85.000.000 83.684.000 98,45%
14. Pemetaan Rawan Bencana 150.000.000 146.248.645 97,50% 15. Peningkatan Sumber Daya Manuasia
Kelurahan Siaga Bencana 150.000.000 149.446.300 99,63%
16. Pembangunan Ruang Pusat Data Dan Informasi (pusdatin)
100.000.000 98.677.000 98,68%
JUMLAH PROGRAM 2.939.098.000 2.499.253.449 85,03%
6). Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI ANGGARAN
(Rp)
PERSEN TASE (%)
SKPD : Badan Kesbangpol 1 Pengelolaan Bantuan Hibah Untuk
Organisasi Kemasyarakatan/lembaga Nirlaba Lainnya
50.000.000 41.495.000 82,99%
2 Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Organisasi Kemasyarakatan/lembaga Nirlaba Lainnya Dalam Penyelenggaraan Urusan Kesbangpoldagri
90.000.000 88.176.000 97,97%
3 Fasilitasi Kegiatan Forum Komunikasi Ormas/lsm Semarang Bersatu
120.000.000 105.445.200 87,87%
JUMLAH PROGRAM 260.000.000 235.116.200 90,43%
2. HASIL YANG DICAPAI
a). Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan.
Lingkungan yang aman, dan nyaman adalah tempat yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk hidup dan mencari penghidupan. Keamanan (safety) adalah
status seseorang dalam keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial,
spiritual, finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari
sebuah kegagalan, kerusakan, atau berbagai keadaan yang tidak diinginkan,
keamanan akan membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya. Sedangkan
kenyamanan adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap hubungan
interpersonal dan sosial dalam lingkungannya, terpenuhinya kenyamanan dapat
menimbulkan perasaan sejahtera dan hilangnya rasa kekhawatiran terhadap
gangguan fisik maupun sosial yang pada akhirnya dapat menumbuhkan perasaaan
“peace of mind”.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.318
Melalui program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan ini
Pemerintah Kota Semarang berupaya mewujudkan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang bersifat kolektif di seluruh wilayah Kota Semarang.
Program ini diselenggarakan oleh Badan Kesbangpol dan Satuan Polisi
Pamong Praja, tujuan dari penyelenggaraan program ini adalah untuk
menciptakan kondusifitas wilayah, stabilitas sosial politik dan keamanan serta
kenyamanan wilayah Kota Semarang.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sesuai dengan kewenangan yang dimiliki
oleh Pemerintah Kota Semarang, adalah melaksanakan upaya-upaya preventif
yaitu dengan cara mencegah timbulnya instabilitas sosial politik, mencegah
timbulnya kerawanan keamanan dan ketidaknyamanan lingkungan secara fisik
maupun sosial.
Dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan lingkungan Badan
Kesbangpol menjalankan peran sebagai soft security dengan melaksanakan fungsi
koordinatif vertikal dan horizontal, kewaspadaan, pendeteksian, pencegahan,
pengamanan tertutup, fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai soft
security. Sedangkan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja menjalankan peran sebagai
hard security dengan melaksanakan fungsi penegakan hukum tingkat daerah
(Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota), penindakan nonyustisial,
pengamanan terbuka, fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat sebagai hard
security.
Salah satu indikator kinerja dalam program ini adalah kejdian konflik sosial,
definisi konflik sosial yaitu perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan
antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu
tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi
sosial sehingga mengganggu stabilitas dan menghambat pembangunan.
Berdasarkan definisi tersebut konflik yang terjadi dimasyarakat dapat
dikategorikan sebagai konflik sosial apabila terjadi secara komunal, konflik orang
per orang belum dapat dikategorikan sebagai konflik sosial.
Dengan penanganan konflik sosial yang dilakukan secara sistematis dan
terencana dalam situasi dan peristiwa baik sebelum, pada saat, maupun sesudah
terjadi konflik yang mencakup pencegahan konflik, penghentian konflik, dan
pemulihan pascakonflik maka konflik sosial dalam bentuk perkelahian pelajar
yang terjadi tidak sampai menyebabkan gangguan stabilitas daerah dan
menghambat pembangunan.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.319
Indikator lainnya dalam program ini adalah kejadian unjuk rasa. Sebagai
negara demokrasi apabila ada kelompok masyarakat yang ingin menyampaikan
pikiran-pikiran atau pendapat-pendapat yang berbeda, termasuk protes –
protesnya di muka umum melalui unjuk rasa di ruang publik maka haruslah
dihormati. Akan tetapi apabila unjuk rasa dilakukan secara anarkhis atau pada
tingkatan ekskalasi yang tinggi dapat mengganggu stabilitas Politik, Ekonomi dan
Sosial serta ketentraman dan ketertiban umum.
Melalui program ini Pemerintah Kota Semarang melaksanakan penangangan
secara khusus terhadap unjuk rasa anarkhis dan eliminasi frekuensi yang
ditempuh melalui upaya pencegahan, yang dilakukan dengan metode deteksi dini
dan cegah dini melalui kegiatan Intelijen bersama dengan unsur Intelijen Daerah
yang tergabung dalam Komunitas Intelijen Daerah (Kominda).
Selama tahun 2015 unjuk rasa yang perlu mendapat perhatian adalah
sebanyak 9 kejadian, baik yang ditujukan kepada Lembaga Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif di level Provinsi maupun level Kota Semarang. Dari sekian kejadian
unjuk rasa, yang paling dominan adalah unjuk rasa kelompok buruh dalam
menuntut Upah Minimum Kabupaten/Kota.
Penanganan terhadap unjuk rasa dilakukan melalui penjelasan tentang latar
belakang, maksud dan tujuan suatu kebijakan atau keputusan diambil serta
mengakomodir tuntutan para pengujuk rasa yang disesuiakan dengan ketentuan
peratuan perundang-undangan oleh pejabat yang berkompeten. Dengan
penanganan tersebut unjuk rasa yang terjadi selama tahun 2015 tidak sampai
terjadi tindakan anarkis dan tidak melakukan pengerusakan fasilitas umum
sehingga tidak sampai mengganggu stabilitas sosial politik, keamanan,
ketentraman, dan ketertiban masyarakat
Melalui kegiatan pemantauan situasi dan kondisi daerah terhadap potensi
kerawanan sosial politik, Pemerintah Kota Semarang melaksanakan upaya deteksi
dini dan cegah dini terhadap ancaman dan gangguan stabilitas Ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama. Deteksi dini dan cegah dini adalah segala
usaha/pekerjaan/kegiatan/tindakan dalam menemukan dan menentukan indikasi
kerawanan agar tidak timbul permasalahan secepat atau seawal mungkin. Upaya
ini dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu oleh Pemerintah Kota
Semarang bekerjasama dengan Instansi Vertikal Kementerian/Lembaga Negara
yang berada di wilayah Kota Semarang.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.320
Keterpaduan upaya deteksi dini dan cegah dini dilaksanakan melalui wadah
Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Semarang Nomor 200/04/2013 tanggal 2 Januari 2012.
KOMINDA terdiri beberapa Intitusi Pemerintah yang menjalankan fungsi intelijen
yaitu Badan Kesbangpol, BIN Daerah Jawa Tengah, Polrestabes Semarang,
Kejaksaan Negeri Semarang, Kodim 0733/BS Semarang, Kantor Imigrasi Semarang
dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Semarang.
Melalui usaha sistematis berlanjut dan terus menerus secara terbuka dan
tertutup dengan cara mencari, mengumpulkan bahan keterangan dari berbagai
sumber, saling tukar menukar informasi dan bahan keterangan mengenai potensi
dan gejala gangguan. Kominda telah mampu mengolah dan menganalisa bahan
keterangan kemudian disajikan untuk bahan pengambilan keputusan sekaligus
memberikan saran cara bertindak sesuai dengan kewengan yang dimiliki oleh
masing-masing institusi tersebut. Dengan adanya kegiatan tersebut selama tahun
2015 Pemerintah Kota Semarang telah mampu mengeliminasi gangguan stabilitas
Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Agama sehingga tidak berdampak
luas terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Indikator kinerja lainnya dalam program ini adalah terpenuhinya Anggota
Satlinmas. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Masyarakat, pengertian Perlindungan Masyarakat
adalah suatu keadaan dinamis dimana warga masyarakat disiapkan dan dibekali
pengetahuan serta keterampilan untuk melaksanakan kegiatan penanganan
bencana guna mengurangi dan memperkecil akibat bencana, serta ikut
memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat, kegiatan sosial
kemasyarakatan.
Organisasi yang menyelenggarakan Perlindungan Masyarakat adalah Satuan
Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), sedangkan personil yang bertugas adalah
anggota Satlinmas, yaitu Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi
persyaratan dan secara sukarela turut serta dalam kegiatan perlindungan
masyarakat.
Satlinmas mempunyai tugas:
1) Membantu dalam penanggulangan bencana;
2) Membantu keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
3) Membantu dalam kegiatan sosial kemasyarakatan;
4) Membantu penanganan ketenteraman, ketertiban dan keamanan dalam
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.321
penyelenggaraan pemilu; dan
5) Membantu upaya pertahanan Negara.
Jumlah anggota Satlinmas sampai dengan tahun 2015 adalah sebanyak 7.470
orang yang tersebar di 177 Kelurahan. Untuk meningkatkan keamanan dan
kenyamanan lingkungan selain dari sisi jumlah Linmas, Pemerintah Kota
Semarang memberikan fasilitas dan memenuhi kebutuhan anggota Linmas melalui
peningkatan pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) anggota Linmas,
pemenuhan sarana prasarana dan mengikutsertakan Linmas dalam kegiatan di
Tingkat Kota Semarang melalui kegiatan Pengerahan Linmas. Sampai dengan
tahun 2015 anggota Linmas yang telah difasilitasi dan dipenuhi kebutuhannya
tersebut sebanyak 3.322 orang atau sebanyak 44,5% dari keseluruhan anggota
Linmas.
Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) telah diterapkan oleh anggota
Linmas untuk mewujudkan keamanan dan kenyamanan lingkungan, dengan
sarana pendukung berupa Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang tersebar
hampir di setiap RW di seluruh Kota Semarang. Untuk mengendalikan
operasionalisasi Poskamling tersebut telah dibentuk Pos Komando Kewaspadaan
Linmas di Tingkat Kota Semarang.
Kondisi kenyamanan lingkungan sosial dipengaruhi signifikan oleh
pemahaman ideologi warga yang menghuni lingkungan tersebut, ideologi dapat
melahirkan suatu ide-ide dasar, kumpulan dasar gagasan, keyakinan serta
kepercayaan yang sifatnya sistematis yang dapat memberikan arah dan juga
tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan bermasyarakat. Karena ideologi adalah
ide-ide dasar dan kepercayaan maka perilaku, perbuatan, tindakan masyarakat
secara komunal dipengaruhi oleh ideologi yang dianutnya.
Indonesia telah menyatakan Ideologi Negara adalah Pancasila, namun
demikian pengaruh ideologi sosialis dan liberalis tidak dapat dihindarkan karena
secara geografis Indonesia terletak diantara negara-negara yang menganut
ideologi sosialis disisi sebelah utara dan negara yang menganut ideologi liberalis
disisi sebelah selatan. Oleh karena itu kegiatan penumbuhan dan pengembangan
ideologi Pancasila secara terus menerus dilaksanakan agar masyarakat khususnya
generasi muda tidak terpengaruh oleh ideologi sosialis atau liberalis.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 49 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pemantauan Orang Asing dan Organisasi Masyarakat Asing di Daerah,
dicantumkan bahwa pemantauan orang asing dan organisasi masyarakat asing
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.322
merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Daerah. Ruang lingkup
pemantauan orang asing dan organisasi masyarakat asing meliputi:
1) Diplomat/tamu VIP asing;
2) Tenaga ahli/pakar/akademisi/konsultan asing;
3) Wartawan dan shooting film asing;
4) Peneliti asing;
5) Artis asing;
6) Rohaniawan asing;
7) Ormas asing.
Pemerintah Kota Semarang telah menjalankan tugas tersebut dengan
melaksanakan verifikasi dokumen administratif dan tindakan lapangan terhadap
sasaran. Verifikasi dokumen administratif dilakukan dengan cara meneliti
kelengkapan dan kesahihan dokumen, sedangkan tindakan lapangan dilakukan
dengan mendatangi kantor, perusahaan dan tempat-tempat yang menjadi tujuan,
keberadaan, dan aktivitas orang asing dan organisasi masyarakat asing guna
mengumpulkan bahan, data dan informasi; melakukan klarifikasi bahan, data dan
informasi; dan menganalisis bahan, data dan informasi. Apabila dalam verifikasi
dokumen administratif dan tindakan lapangan ditemui adanya WNA atau Ormas
Asing yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan maka Pemerintah
Kota Semarang merekomendasikan kepada Kantor Wilayah Ditjen Imigrasi dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mengambil tindakan sesuai
kewenangannya.
Pada tahun 2015 dari kegiatan pendataan dan pemantauan keberadaan
Orang Asing di wilayah Kota Semarang tidak ditemui adanya pelanggaran
ketentuan aktivitas dan keberadaan orang asing.
Selama tahun 2015 stabilitas bidang sosial politik tetap terjaga dengan
seimbang, baik dan normal, salah satunya dibuktikan dengan penyelenggaraan
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang tahun 2015 dapat berjalan
secara aman dan lancar sesuai dengan tahap – tahap yang direncanakan. Polarisasi
masyarakat dalam kelompok pendukung calon tertentu tidak menjadikan
lunturnya persatuan dan kesatuan bangsa, artinya setiap aktivitas dan kegiatan
para pendukung calon tertentu tetap menjaga toleransi dengan kepentingan
kelompok lain maupun kepentingan masyarakat yang lebih luas.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.323
b). Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah yang dilandasi Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat yang memiliki wawasan kebangsaan
akan memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu satu kesatuan dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah, Wawasan
kebangsaan tidak dilandasi atas asal-usul kedaerahan, suku, keturunan, status
sosial, agama dan keyakinan.
Tujuan dari program ini adalah untuk mengoptimalkan pengembangan nilai
kebangsaan guna penguatan kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang
mengutamakan persatuan dan kesatuan tanpa meninggalkan ciri khas masing-
masing. Hal ini dikarenakan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk terdiri
dari berbagai macam perbedaan, keanekaragaman, kemajemukan atau pluralitas
baik suku,agama, ras, kelompok, golongan dan budaya.
Kemajemukan tersebut adalah kenyataan hidup yang sudah menjadi
kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu keberagaman perlu dikelola
melalui pengembangan Wawasan Kebangsaan kepada masyarakat agar tercipta
harmoni kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari sudut agama pengembangan Wawasan Kebangsaan telah mampu
memberikan jaminan kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu,
tanpa adanya diskriminasi, dominasi mayoritas atau tirani minoritas. Pemerintah
Kota Semarang juga telah mampu mewujudkan Kerukunan umat beragama yaitu
keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Kerukunan umat beragama tercipta berkat komunikasi yang intens antar
tokoh dari enam agama yang terwadahi dalam Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) dan komunikasi berkelanjutan antara tokoh agama, tokoh masyarakat
dengan pemerintah yang terwadahi dalam Paguyuban Pemerintah, Tokoh Agama
dan Tokoh Masyarakat (Petamas).
Pada tahun 2015 tidak terjadi konflik sosial/komunal yang berlatar belakang
agama baik intern umat beragama maupun antar umat beragama. Hal yang paling
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.324
menonjol yang perlu mendapat perhatian adalah tentang keberadaan tempat
ibadah dan aktivitas-aktivitasnya, pengaturan tentang pendirian tempat ibadah
telah dituangkan dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
Kepala Daerah/Wakil Kepala DaerahDalam Pemeliharaan KerukunanUmat
Beragama, Pemberdayaan ForumKerukunan Umat Beragama, dan Pendirian
Rumah Ibadat.
Pengembangan wawasan kebangsaan dari sudut suku bangsa, telah mampu
mewujudkan kerukunan antar suku bangsa yang tinggal di Kota Semarang. Warga
Kota Semarang baik yang tinggal menetap maupun tinggal sementara memiliki
keberagaman suku, sebagian besar adalah suku Jawa, kemudian China, sebagian
Sunda, Madura, Batak, Minang, Bugis, Dayak, Maluku, Papua bahkan suku dari
Timor Leste yang memilih menjadi WNI.
Pengelolaan kerukunan suku bangsa diwadahi dalam Forum Persaudaraan
Bangsa Indonesia (FPBI) yang anggota-anggotanya adalah tokoh-tokoh dari
masing-masing suku bangsa yang tinggal di Kota Semarang. Melaui forum ini
apabila terjadi persoalan dalam interaksi sosial antar suku secara komunal dapat
dideteksi secara dini diselesaikan secara dini pula, sehingga pada tahun 2015 tidak
terdapat konflik sosial yang bersifat komunal yang berlatar belakang suku/etnis.
Program Pengembangan wawasan kebangsaan dari sudut golongan
mempunyai tujuan agar golongan-golongan masyarakat yang terwadahi dalam
Organisasi Kemasyarakatan keberadaanya bermanfaat bagi masyarakat, bangsa
dan negara serta mengeliminir Organisasi Kemasyarakatan yang keberadaanya
meresahkan masyarakat. Kemerdekaan berserikat, berkumpul dan berorganisasi
dijamin oleh UUD 1945, oleh karena itu setiap Warga Negara Indonesia memiliki
kemerdekaan untuk membentuk, mendirikan dan menjadi anggota Organisasi.
Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyaratan, peran pemerintah adalah pengaturan, pemberdayaan dan
pengawasan keberadaan dan aktivitas Ormas. Sampai dengan tahun 2015
Organisasi Kemasyarakatan yang tidak berbadan hukum yang telah mendaftarkan
diri kepada Pemerinah Kota Semarang sebanyak 205 organisasi. Sedangkan
Organisasi Kemasyarakatan yang berbadan hukum pendaftarannya dilaksanakan
oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia secara Nasional melalui
Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH).
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.325
Makna kemerdekaan berserikat dan berkumpul yang dijamin oleh UUD 1945
yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013 tentang
Ormas. Undang-undang tersebut telah memberikan kebebasan kepada masyarakat
untuk mendaftarkan organisasinya atau tidak mendaftar kepada Pemerintah.
Sehingga Organisasi Kemasyarakatan yang tidak bersedia mendaftarkan diri
kepada Pemerintah maka yang dapat dilakukan pemerintah adalah menghimbau
untuk mendaftarkan diri. Dengan mendaftarkan diri kepada pemerintah maka
pemerintah dapat memberdayakan organisasi tersebut untuk bersama-sama
membangun bangsa sesuai dengan kompetensinya.
Arah kebijakan pemberdayaan Organisasi Kemasyarakatan oleh Pemerintah
Kota Semarang adalah menggeser peran Organisasi Kemasyarakatan sebagai
pengawas pembangunan menjadi pelaku pembangunan. Kebijakan ini
diimplementasikan melalui kemitraan antara Ormas yang bergerak dalam bidang
tertentu dengan SKPD teknis yang membidangi untuk bekerja sama merencanakan
dan menjalankan kegiatan pemerintah sesuai dengan batas kewenangan masing-
masing.
Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang telah melakukan klasifikasi
terhadap kompetensi Ormas kedalam beberapa rumpun kegiatan, melalui
klasifikasi ini diharapakan terjalin kemitraan antara Ormas rumpun kegiatan
tertentu dengan SKPD teknis yang membidangi untuk bekerja sama
menyelenggarakan pembangunan melalui kegiatan SKPD. Adapun hasil klasifikasi
rumpun kegiatan Ormas dan SKPD yang membidangi adalah sebagai berikut :
DATA KLASIFIKASI RUMPUN KEGIATAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015
NO RUMPUN KEGIATAN SKPD MEMBIDANGI
1. Keagamaan Bagian Kesra Setda / Badan Kesbangpol 2. Pendidikan Dinas Pendidikan 3. Kesehatan Dinas Kesehatan 4. Ketenagakerjaan dan Sumber Daya Manusia Disnakertrans 5. Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam BLH / Dinas Kelautan & Perikanan / Dinas
Pertanian 6. Seni dan Budaya Diparbud 7. Sosial Kemanusiaan Dinsospora / BPBD 8. Kepemudaan dan Olahraga Dinsospora 9. Pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak Bapermasper KB
10. Demokrasi dan Kebangsaan Badan Kesbangpol 11. Hukum dan Pemerintahan Badan Kesbangpol, Bagian Hukum Setda 12. Ekonomi dan UKM Dinkop UKM, Dinas Pasar 13. Keamanan dan Ketertiban. Satpol PP / Badan Kesbangpol
Sumber : Badan Kesbagpol Kota Semarang Tahun 2015
Sedangkan pengawasan Ormas dilakukan dengan melakukan monitoring
aktivitas eksternal Ormas, monitoring ini dijadikan sebagai sarana pengendalian
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.326
terhadap keberadaan dan aktivitas ormas agar tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Pengawasan Ormas difokuskan
terhadap keberadaan Ormas yang diduga menyimpang dari Ideologi Negara dan
memiliki aliran kepercayaan yang sesat atau menyesatkan.
Pengawasan terhadap Ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) telah
dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang sejak tahun 2013 berdasarkan Surat
Dirjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri Nomor 220/3957 D.III tanggal 30
Nopember 2012 perihal Penjelasan Status Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Melalui surat tersebut disampaikan bahwa Pengurus dan anggota Ormas Gafatar
pernah terlibat dalam Gerakan Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang telah dinyatakan
sebagai Aliran Ajaran terlarang oleh Jaksa Agung melalui Keputusan Jaksa Agung
Republik Indonesia Nomor 116/A/J.A/11/2007 tentang Larangan Kegiatan Aliran
Ajaran Al-Qiyadah Al-Islamiyah.
c). Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan
Keamanan.
Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban dan
Keamanan merupakan salah satu pelaksanaan urusan pemerintahan wajib yang
berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai kewenangan dan tugas fungsinya.
Tujuan dari program ini adalah untuk menciptakan ketenteraman dan
ketertiban umum (trantibum) yaitu suatu keadaan dinamis yang memungkinkan
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya
dengan tenteram, tertib, dan teratur dan untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yaitu suatu kondisi dinamis masyarakat
sebagai salah satu prasarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam
rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung
kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat
dalam menangkal, mencegah, menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum
dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
Untuk mewujudkan kondisi tersebut perlu melibatkan peran serta
masyarakat secara aktif dan reaktif melalui program pemberdayaan masyarakat,
yang dimaksud aktif adalah berusaha mewujudkan Kamtibmas, sedangkan reaktif
adalah tanggap atau segera bereaksi terhadap munculnya atau timbulnya
gangguan kamtibmas.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.327
Melalui program ini telah dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam menjaga ketertiban dan keamanan Kota Semarang, wujud
kesadaran tersebut dalam bentuk memahami dan mematuhi aturan yang berlaku.
Upaya tersebut ditempuh melalui kegiatan sosialisasi, patroli wilayah, pembinaan
dan penindakan pelanggaran peraturan.
Dalam rangka penegakan Peraturan tingkat daerah yaitu Peraturan Daerah
dan Peraturan Walikota, unsur utama sebagai pelaksana di lapangan adalah Satuan
Polisi Pamong Praja, berdasarkan pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja diberi kewenangan antara lain :
1. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,
aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda
dan/atau peraturankepala daerah;
2. Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;
3. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan
masyarakat;
4. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang didugamelakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
peraturankepala daerah;
5. Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,
atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau
peraturan kepala daerah.
Salah satu indikator program ini adalah rasio jumlah Polisi Pamong Praja
yaitu jumlah dari pegawai di lingkungan Satuan Polisi Pamong Praja yang bertugas
sebagai penegak peraturan daerah dan penyelenggara ketertiban umum dan
ketentaraman masyarakat diluar tenaga administrasi/kesekretariatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 2012 Tentang Pedoman Penetapan jumlah Polisi Pamong Praja, bahwa
penetapan jumlah ideal Polisi Pamong Praja dilakukan dengan penghitungan
kriteria umum dan kriteria teknis.
Adapun kriteria umum penetapan jumlah ideal Polisi Pamong Praja adalah
sebagai berikut :
1) Jumlah penduduk;
2) Luas wilayah;
3) Jumlah APBD;
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.328
4) Rasio belanja aparatur
Sedangkan kriteria teknis penetapan jumlah ideal Polisi Pamong Praja
adalah:
1) Klasifikasi besaran organisasi perangkat daerah;
2) Jumlah peraturan daerah;
3) Jumlah peraturan kepala daerah;
4) Jumlah desa/kelurahan;
5) Tingkat potensi konflik sosial kemasyarakatan;
6) Jumlah kecamatan;
7) Aspek Karakteristik;
8) Kondisi geografis
Berdasarkan penghitungan kriteria umum dan kriteria teknis tersebut,
jumlah ideal Polisi Pamong Praja yang bertugas sebagai penegak peraturan daerah
dan penyelenggara ketertiban umum dan ketentraman masyarakat diluar tenaga
administrasi /kesekretariatan di Pemerintah Kota Semarang adalah 450 orang,
namun pada tahun 2015 hanya tersedia 106 orang sehingga secara kwantitas
belum ideal.
Penegakan produk-produk hukum daerah dilaksanakan melalui kegiatan
Penegakan Hukum dan HAM serta penyelidikan dan penyidikan terdahap
pelanggaran Perda yang mengandung sanksi. Kota Semarang memiliki Perda yang
mengandung sanksi sebanyak 64 buah, 23 buah diantaranya telah dilakukan
penegakan selama tahun 2015. Penegakan Perda tersebut difokuskan kepada
perda dengan jumlah pelanggaran dominan dan bersifat strategis atau berdampak
kepada kepentingan umum.
Personil yang menangani penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran
Perda adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari anggota Satpol PP yang
telah dididik, dilatih dan sudah memiliki surat keputusan sebagai penyidik. Dari
hasil penyelidikan dan penyidikan pelanggaran Perda apabila ditemukan tindak
pidana ringan maka PPNS meneruskan kepada penuntut umum untuk dilanjutkan
dengan persidangan di Pengadilan atau sidang di tempat kejadian.
Pada tahun 2015 tercatat kegiatan penegakan perda sebanyak 233 operasi
penertiban, penyelidikan dan penyidikan pelanggaran Perda yang dilanjutkan
dengan persidangan di pengadilan dan sidang di tempat kejadian perkara.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.329
d). Program Pendidikan Politik Masyarakat
Definisi politik secara luas adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut
penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu, politik membuat konsep-
konsep pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian (distribution)
atau alokasi (allocation). Sedangkan definisi politik secara sempit adalah cara-cara
untuk meraih suatu kekuasaan.
Pendidikan politik yang dilaksanakan Pemerintah Kota Semarang adalah
pendidikan politik secara luas, bukan hanya memberikan pemahaman tentang
seluk beluk Pemilihan Umum akan tetapi lebih ditekankan untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap etika berdemokrasi, hak dan kewajiban sebagai
warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
termasuk penyampaian pendapat dimuka umum. Pendidikan politik kepada
masyarakat diarahkan untuk menguatkan Demokrasi Pancasila yaitu demokrasi
yang konstitusional berdasarkan mekanisme kedaulatan rakyat disetiap
penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan menurut konstitusi
UUD 1945.
Program pendidikan politik masyarakat pada tahun 2015 diwujudkan berupa
sosialisasi, penyuluhan, forum diskusi dan seminar dengan sasaran aparatur
pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pelajar sebagai pemilih pemula,
pengurus ormas dan pengurus parpol sebanyak 12 kegiatan. Kegiatan tersebut
telah dapat memberikan pemahaman secara komprehensif tentang budaya politik
bangsa Indonesia dan pentingnya etika berpolitik dengan kebebasan dan
keterbukaan yang bertanggungjawab.
Tahun 2015 adalah tahun penyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah secara
serentak di beberapa Kabupaten/Kota termasuk Kota Semarang, pendidikan
politik bagi masyarakat yang dilaksanakan selama tahun 2015 telah dapat
memberikan kontribusi terhadap stabilitas sosial politik pada saat tahap-tahap
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang dilaksanakan. Selain itu
pendidikan politik kepada masyarakat menjelang pelaksanaan pemungutan suara
dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang Tahun 2015 dapat
memberikan kontribusi angka partisipasi pemilih yaitu sebesar 65,95% meningkat
lebih besar dibandingkan partisipasi pemilih dalam Pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota Semarang tahun 2010 sebesar 60,06%.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.330
Dalam penyelenggaraan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang
Tahun 2015, Pemerintah Kota Semarang turut serta memberikan dukungan dalam
bentuk sosialisasi secara visual dan verbal, penertiban atribut partai politik/calon
Walikota dan Wakil Walikota yang tidak sesuai ketentuan. Dengan upaya tersebut
Pemerintah Kota Semarang telah mampu memberikan fasilitas untuk suksesnya
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang secara serempak tahun 2015.
Partai Politik sebagai infrastruktur politik yaitu sebagai bangunan bawah,
atau mesin politik informal atau mesin politik masyarakat yang terdiri dari
berbagai kelompok yang dibentuk atas dasar kesamaan social, ekonomi, kesamaan
tujuan, serta kesamaan lainnya. Pemerintah Kota Semarang melaksanakan
monitoring terhadap keberadaan Partai Politik level Kota Semarang, yang
termonitor adalah sebanyak 12 (dua belas) partai, 9 (sembilan) partai politik
diantaranya mendapatkan kursi di DPRD Kota Semarang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan
Keuangan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 tahun
2012, kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam
APBD, dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik. Bahwa Partai
Politik yang memiliki kursi di DPRD diberikan Bantuan Keuangan. Penggunaan
Bantuan Keuangan Partai Politik tersebut sebesar 60% harus digunakan untuk
pendidikan politik. Pada tahun 2015 menyalurkan bantuan keuangan partai politik
diberikan sebagai berikut :
DAFTAR BANTUAN KEUANGAN PARTAI POLITIK KOTA SEMARANG TAHUN 2015
No Partai Politik Perolehan
Suara Nilai
per Suara Tatacara penghitungan
bantuan keuangan Besarnya
Bantuan (Rp)
1. PDIP 234.227 1.325 nilai per suara x Σ suara 310.350.775
2. GERINDRA 96.419 1.325 nilai per suara x Σ suara 127.755.175
3. DEMOKRAT 88.946 1.325 nilai per suara x Σ suara 117.853.450
4. PKS 64.485 1.325 nilai per suara x Σ suara 85.442.625
5. PKB 66.430 1.325 nilai per suara x Σ suara 88.019.750
6. PAN 55.614 1.325 nilai per suara x Σ suara 73.688.550
7. NASDEM 47.206 1.325 nilai per suara x Σ suara 62.547.950
J U M L A H 653.327 865.658.275
Sumber : Badan Kesbangpol Kota Semarang Tahun 2015.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 213/2186/Polpum
tanggal 1 September 2015 perihal penyaluran bantuan keuangan partai politik
tahun anggaran 2015, bahwa Partai Golkar dan PPP tidak diberikan Bantuan
Keuangan Partai Politik mengingat masih terdapat perselisihan internal di dalam
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.331
Partai tersebut sampai dengan menunggu putusan Peradilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu pada tahun 2015 Bantuan Keuangan untuk
Partai Golkar dan PPP untuk sementara tidak diberikan.
Pelaksanaan program pendidikan politik masyarakat lainnya adalah kegiatan
Pengamanan Tidak Langsung (Pamtaksung) pada penyelenggaraan Pemilihan
Walikota dan Wakil Walikota Semarang Tahun 2015. Pengamanan dilakukan
terhadap personil, tempat, dokumen dan kegiatan pemungutan dan penghitungan
suara di TPS serta rekapitulasi penghitungan suara di tingkat Kecamatan dan
tingkat Kota. Pelaksanaan pengamanan tersebut melibatkan secara aktif anggota
Linmas yang ditempatkan pada 2.465 TPS, Kantor Kelurahan dan Kantor
Kecamatan sebagai sekretariat Panitia Pemungutan Suara dan Panitia Pemilihan
Kecamatan.
Hasil yang dicapai dalam kegiatan Pamtaksung ini adalah telah terwujud
keamanan dan kelancaran personil penyelenggara, dokumen, tempat dan kegiatan
pemungutan dan penghitungan suara Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Semarang Tahun 2015 sehingga tidak ditemui adanya gangguan yang menghambat
proses pemungutan dan penghitungan suara.
e). Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana Alam.
Topografi wilayah Kota Semarang adalah gabungan antara dataran tinggi,
perbukitan, dataran rendah dan pantai menyimpan potensi bencana antara lain
banjir baik yang disebabkan oleh curah hujan atau rob air laut, tanah longsor dan
angin puting beliung. Sebagian besar wilayah Kota Semarang digunakan untuk
area permukiman, industri dan perdagangan yang padat sehingga menyimpan juga
potensi bencana kebakaran.
Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana secara
terintegrasi meliputi pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. Untuk
mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat dan rehabilitasi dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Melaksanakan mitigasi, yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Mitigasi bencana dilakukan dengan menyebarluaskan
informasi potensi bencana, gladi lapang penanganan bencana, pembentukan
kelurahan siaga bencana, penambahan sarana dan prasarana penangangan
bencana, penyiapan logistik berupa bahan makanan dan obat-obatan serta
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.332
pembentukan Forum Pengurangan Resiko Bencana. Dengan
dilaksanaakannya mitigasi bencana ini telah dapat memberikan pemahaman
kepada masyarakat terhadap potensi kerugian yang ditimbulkan apabila
terjadi bencana pada suatu wilayah yang dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Selain itu juga telah meningkatkan
kemampuan aparatur dan masyarakat beserta sarana dan prasarana dalam
kesiapan menghadapi bencana.
2) Melaksanakan kesiapsiagaan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melaluipengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan dilaksanakan
dengan mengoperasionalkan posko penanggulangan bencana yang bersiaga
24 jam untuk memantau dan menerima laporan masyarakat. Dengan
dilaksanakannya kesiapsiagaan ini telah mampu melakukan tindakan
pertama setiap terjadi kejadian yang diakibatkan oleh bencana.
3) Melaksanakan tanggap darurat bencana, adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi dan penyelamatan.
4) Dalam masa tanggap darurat bencana melibatkan berbagai unsur baik dari
pemerintahan maupun masyarakat, dari unsur pemerintahan selain tim
rescuer yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Semarang adalah TNI, Polri,
Basarnas, Linmas, Satgana dan PMI. Sedangkan dari unsur masyarakat selaku
relawan tergabung dalam organisasi sosial seperti Ubaloka, Semargana,
Granat Recue, Bankom dan sebagainya. Dengan dilaksanakannya tanggap
darurat bencana ini telah mampu mengurangi dampak buruk yang
ditimbulkan pada saat bencana terjadi.
5) Melaksanakan rehabilitasi, yaitu serangkaian kegiatan perbaikan dan
pemulihan aspek kebutuhan dasar masyarakat korban bencana sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar aspek kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi dilakukan dengan
memberikan bantuan sosial baik berupa uang maupun barang kepada para
korban bencana, dengan bantuan ini masyarakat korban bencana telah
mampu bangkit untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan diharapkan
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.333
secara bertahap mampu untuk kembali berjalan secara wajar dalam segala
aspek kehidupannya. Salah satu upaya rehabilitasi adalah pemberian
bantuan sosial kepada korban bencana. Pada tahun 2015 bantuan sosial
berupa uang yang telah diberikan kepada para korban bencana adalah
sebesar Rp. 568.500.000,- (lima ratus enam puluh delapan juta lima ratus
ribu rupiah), diberikan kepada 100 Kepala Keluarga.
Pada tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang telah memetakan daerah rawan
bencana dan juga telah memetakan daerah resiko bencana tanah lonsor dimana
peta tersebut adalah peningkatan dari peta rawan bencana.
Peningkatan yang dimaksud adalah menyajikan informasi secara detail
dengan resiko bencana tanah longsor. Peta tersebut mencakup 29 kelurahan yang
memiliki resiko tinggi bencana tanah longsor.
Guna mengurangi resiko akibat bencana maka pada tahun 2015 telah
dilaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1) Pembentukan Kelurahan Siaga Bencana (KSB).
Pembentukan Keluarahan Sadar Bencana (KSB) sebagai tindak lanjut dari
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 1
tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Sistem yang digunakan dalam kelurahan sadar bencana ini adalah
menerapkan manajemen bencana berbasis komunitas masyarakat yaitu
sebuah pendekatan yang mendorong komunitas masyarakat dalam
mengelola resiko bencana.
Upaya tersebut dilaksanakan dengan melakukan inteprestasi sendiri atas
ancaman dan resiko bencana yang dihadapinya, mengurangi serta memantau
dan mengevaluasi kinerjanya sendiri dalam upaya pengurangan bencana.
Pendekatan ini juga dilaksanakan dengan memaksimalkan penggunaan
sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja, material dan organisasi. Praktek
manajemen bencana ini telah berhasil melibatkan kerjasama antara
komunitas dengan instansi yang terkait.
Komunitas masyarakat telah sadar akan risiko dan peduli untuk melakukan
tindakan untuk menghadapi risikonya, namun masyarakat masih
memerlukan bantuan tehnis, bantuan materi dan bantuan dalam
membangun kemampuannya. Sampai dengan saat ini telah terbentuk 22
Kelurahan Siaga Bencana.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.334
2) Pelatihan/simulasi manajemen bencana.
Pelatihan/simulasi manajemen bencana yang dilaksanakan selama tahun
2015 bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada masyarakat
bagaimana sebaiknya bertindak saat terjadi bencana.
Masyarakat wilayah rawan bencana diberikan pemahaman dan pengalaman
tentang perilaku bencana yang kemungkinan terjadi, pola pikir dan tindakan
yang perlu atau tidak perlu dilakukan saat terjadi bencana, pemanfaatan
jalur-jalur evakuasi, memanfaatkan sistem informasi bencana tradisional dan
modern. Dan yang paling penting adalah memutuskan tindakan yang harus
diambil dalam waktu singkat dengan mental yang baik apabila bencana
terjadi. Simulasi melibatkan berbagai unsur baik dari pemerintahan maupun
masyarakat, dari unsur pemerintahan selain tim rescuer yang dibentuk oleh
Pemerintah Kota Semarang adalah TNI, Polri, Basarnas, Pol PP dan Linmas,
Taruna Tanggap Bencana (Tagana) dan PMI. Sedangkan dari unsur
masyarakat selaku relawan tergabung dalam organisasi kemasyarakatan
sosial seperti Ubaloka, Semargana, Granat Recue, Bankom dan sebagainya.
3) Penguatan Forum Pengurangan Resiko Bencana
Forum Pengurangan Resiko Bencana sebagai suatu paguyuban pemangku
kepentingan dan para pihak bersama-sama berbagi kepentingannya dalam
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Forum Pengurangan
Resiko Bencana bertujuan untuk membangun suatu rasa kesatuan, tanggung
jawab bersama dan mengkoordinasikan program-program pengurangan
risiko bencana melalui berbagai aspek yang dibangun melalui proses inklusif
yang melibatkan semua pihak.
Pembetukan Forum Pengurangan Resiko Bencana diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana pasal 8 yang mendorong pelibatan forum dalam
penyusunan Rencana Aksi Daerah – Pengurangan Riskio Bencana (RAD-
PRB). Didalamnya diatur bahwa anggota forum ini meliputi unsur dari
pemerintah dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota
Semarang, Palang Merah Indonesia, lembaga ilmiah dan akademisi, serta
Organisasi Kemasyarakatan yang bergerak dibidang Lingkungan dan
Penanggulangan Bencana.
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.335
C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1) Upaya-upaya peningkatan pemahaman wawasan kebangsaan dalam rangka
menanamkan nilai-nilai ideologi dan kebangsaan serta nilai-nilai budaya
lokal telah dilaksanakan, namun kurang sebanding dengan besarnya
pengaruh keterbukaan dan globalisasi. Dengan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi telah membuka peluang yang sangat lebar bagi setiap orang
untuk berinteraksi secara luas tanpa batas ruang dan waktu, keterbukaan
informasi media massa yang hampir tidak terfilter turut serta memberikan
pengaruh yang signifikan. Kuatnya pengaruhtersebut terindikasi dalam sikap
dan perilaku masyarakat yang mengarah makin turunnya nilai moral, nilai
etika dan perilaku yang berbudaya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2) Bahwa saat ini setiap warga negara memiliki hak kemerdekaan/kebebasan
berserikat, berkumpul, berorganisasi dan keterbukaan akses terhadap
informasi publik. Kondisi tersebut oleh sebagian kelompok masyarakat yang
berorganisasi dimanfaatkan untuk melakukan pengawasan yang berlebihan,
tuntutan yang irasional dan intimidasi terhadap penyelenggara
pembangunan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan secara
pribadi atau kelompoknya. Perilaku Organisasi Kemasyarakatan seperti ini
memiliki kecenderungan menghambat proses-proses pembangunan.
3) Dalam Penanggulangan Bencana, khususnya dalam penanganan tanggap
darurat diperlukan kecepatan dan ketepatan untuk memenuhi kebutuhan
barang dan/atau jasa kepada para korban bencana. Sampai dengan saat ini
Pemerintah Kota Semarang belum memiliki instrument yang mengatur
secara khusus tentang mekanisme penyediaan anggaran dan mekanisme
pembelanjaan Dana Siap Pakai untuk pengadaan barang dan/atau jasa pada
saat tanggap darurat bencana.
4) Arus urbanisasi ke Kota Semarang semakin kencang ditandai dengan
besarnya jumlah pendatang baru untuk tinggal menetap atau tinggal
sementara di wilayah Kota Semarang. Dalam mencari penghidupan, para
pendatang baru tersebut sebagian besar tidak mengetahui atau memahami
larangan-larangan yang tercantum dalam peraturan daerah Kota Semarang,
sehingga mereka cenderung melakukan pelanggaran terhadap peraturan
daerah khususnya peraturan tentang pedagang kaki Lima, penyelenggaraan
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.336
parkir tepi jalan umum, administrasi kependudukan, pelacuran, pengemis,
gelandangan dan orang terlantar.
5) Penyelenggaraaan pencegahan gangguan Trantibum dan Kamtibmas pada
dasarnya adalah tugas bersama antara Forum Koordinasi Pimpinan di
Daerah (Forkopimda), namun sampai dengan saat ini belum ada Sistem
Terpadu yang memungkinkan antara Pemerintah Kota Semarang,
Polrestabes Semarang dan Kodim 0733 Kota Semarang secara rutin dan
berkelanjutkan bersama-sama melaksanakan kegiatan lapangan pencegahan
gangguan Trantibum dan Kamtibmas.
D. SOLUSI
1. Dalam rangka mengeliminasi pengaruh negatif dari pesatnya arus informasi
yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, maka perlu
dilaksanakan pendidikan karakter yang berkelanjutan khususnya kalangan
generasi muda sebagai penerus bangsa. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta keterbukaan informasi perlu diimbangi dengan
pendidikan karakter agar para generasi muda menjadi ilmuwan yang
bermoral dan menumbuhkan kepedulian social, serta perilaku masyarakat
yang berbudaya lokal. Mengingat pendidikan karakter di lingkungan
pendidikan formal masih sangat terbatas, maka akan dilakukan upaya –
upaya pembentukan karakter melalui kegiatan pemerintah dan atau
kerjasama dengan masyarakat yang berorganisasi.
2. Merubah mind set dan culture set Organisasi Kemasyarakatan sebagai
pengawas proses pembangunan oleh Pemerintah menjadi pelaksana proses
pembangunan oleh Pemerintah bekerjasama dengan Ormas, kebijakan yang
akan ditempuh adalah menyuntikkan persaingan kepada Kelompok
Masyarakat atau Organisasi Kemasyarakatanuntuk berperan aktif secara
langsung dalam proses pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan
sampai dengan pemeliharaan hasil pembangunan melalui kemitraan antara
Ormas dengan SKPD teknis.
3. Menyusun instrumen peraturan perundang-undang tingkat daerah secara
khusus yang mengatur tentang mekanisme penyediaan anggaran dan
mekanisme pembelanjaan dana siap pakai untuk pengadaan barang dan/atau
jasa pada saat tanggap darurat bencana. Sehingga pemenuhan kebutuhan
barang dan/atau jasa kepada para korban bencana dapat dilakukan secara
LKPJ Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2015
Hal.337
cepat dan tepat tanpa melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
4. Melaksanakan sosialisasi mengenai peraturan daerah secara langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat khususnya pendatang baru, agar
memahami ketentuan dalam peraturan daerah sehingga dapat
menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran hukum. Sosialiasi langsung
dilaksanakan melalui patroli wilayah sesuai Standart Pelayanan Minimal
(SPM) tiga kali dalam satu hari. Sosialisasi tidak langsung melalui
pemasangan papan larangan di lokasi rawan pelanggaran. Selain itu upaya
lain akan ditempuh melalui pemberdayaan masyarakat agar turut serta
mengawasi dan aktif melaporkan pelanggaran peraturan daerah yang terjadi
disekitarnya untuk ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Semarang.
5. Menyusun Sistem Pengamanan Kota (SisPamKot) melalui kegiatan posko
statis/mobile yang memungkinkan secara rutin, berkelanjutan dan terpadu
antara Pemerintah Kota Semarang, Polrestabes Semarang dan Kodim 0733
Semarang bersama-sama menyelenggarakan pencegahan dan penindakan
non yustisial terhadap gangguan Trantibum dan Kamtibmas. Kegiatan Sistem
Pengaman Kota kemudian diturunkan menjadi Sub Sistem Pengamanan
Kecamatan yang memungkinkan personil Kecamatan, Polsek dan Koramil
untuk bersama-sama secara rutin, terpadu dan berkelanjutan
menyelenggarakan kegiatan pencegahan dan penindakan non yustisial
terhadap gangguan Trantibum dan Kamtibmas yang penangananya
memungkinkan ditangani di tingkat Kecamatan. Melalui sistem ini
diharapkan upaya deteksi dini dan cegah dini terhadap gangguan Trantibum
dan Kamtibmas dapat terwujud secara komprehensif dan tuntas.
E. PRESTASI DAN PENGHARGAAN
Prestasi dan penghargaan yang diperoleh selama tahun 2015 antara lain :
1. Juara Umum Lomba Dalam Rangka HUT Satpol PP Tingkat Provinsi Jawa
Tengah.
2. Juara I Lomba Parade dan Defile Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
3. Juara I Lomba Kawasan Tertib Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
4. Juara II Lomba Penegakan Perda Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
5. Juara I Lomba Kegiatan Peningkatan Keterampilan Penyelamatan di Air
Tingkat Provinsi Jawa Tengah.