Post on 29-Jan-2017
1
PUTUSAN NOMOR 6/PHP.BUP-XIV/2016
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,
[1.1] Yang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan putusan
dalam perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015, diajukan oleh:
1. Nama : Ir. H. Bustamin Bausat; Alamat : Jalan Pongtiku BTN Axuri Blok P Nomor 21, Kelurahan
Rimuku, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju;
2. Nama : H. Damris, S.Pd; Alamat : BTN Ampi A2 Nomor 6, Kelurahan Karema, Kecamatan
Mamuju, Kabupaten Mamuju;
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015, Nomor Urut 2;
Dalam hal ini memberi kuasa kepada Samsudin, S.H.; Janter Manurung, S.H.;
Mohammad Imran, S.H.; Stenley Sahetapy, S.H.; M. Ifran Sanni, S.H.; dan Maikhal
R., S.H., Advokat/Kuasa Hukum pada Tim Advokasi Pasangan Bus-Damri,
beralamat di Jalan Beringin Nomor 2, Mamuju, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 17 Desember 2015, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak
untuk dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------------------------ PEMOHON;
terhadap:
I. Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju beralamat di Jalan Jenderal
Sudirman Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat;
Dalam hal ini memberi kuasa kepada Mappinawang, S.H.; Sofyan Sinte, S.H.;
Mursalin Jalil, S.H., M.H.; Abdul Muttalib, S.H.; Abdul Kadir Wokanubun, S.H.;
Migdal Eder Tupalangi, S.H., M.H., Advokat/Kuasa Hukum pada kantor
Mappinawang & Rekan, beralamat di Jalan Topas Ruko Zamrud Blok G/12,
SALINAN
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
2
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal
6 Januari 2016, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk dan
atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------------------TERMOHON;
II.
1.
Nama
:
Drs. H. Habsi Wahid, M.M.; Alamat : Jalan Pattimura Mamuju, Kabupaten Mamuju,
Provinsi Sulawesi Barat;
2. Nama : H. Irwan Satya Putra Pababari, S.H., M.Tp.; Alamat : Jalan Pababari Nomor 34 Kelurahan Rimuku,
Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015, Nomor Urut 3;
Dalam hal ini memberi kuasa kepada Muhammad Hatta, S.H., Imran Eka Saputra
B, S.H.,M.H., Achmad R. Hamzah, S.H.,M.Kn., Advokat/Kuasa Hukum pada Tim
Advokasi/Hukum Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju yang
beralamat di Jalan Urip Sumoharjo, Mamuju, Samping Jembatan Sungai Rimuku,
Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 6 Januari 2016, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama bertindak untuk
dan atas nama Pemberi Kuasa;
Selanjutnya disebut sebagai ---------------------------------------------- PIHAK TERKAIT;
[1.2] Membaca permohonan Pemohon;
Mendengar keterangan Pemohon;
Mendengar dan membaca Jawaban Termohon;
Mendengar dan membaca Keterangan Pihak Terkait;
Memeriksa bukti-bukti para pihak;
2. DUDUK PERKARA
[2.1] Menimbang bahwa Pemohon telah mengajukan permohonan dengan
surat permohonannya bertanggal 19 Desember 215 yang diterima di Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut Kepaniteraan Mahkamah) pada hari
Sabtu, tanggal 19 Desember 2015 pukul 18.42 WIB berdasarkan Akta Pengajuan
Permohonan Pemohon Nomor 25/PAN.MK/2015 dan dicatat dalam Buku
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
3 Registrasi Perkara Konstitusi dengan Perkara Nomor 6/PHP.BUP-XIV/2016 hari
Senin, tanggal 4 Januari 2016 pada pukul 08.00 WIB yang telah diperbaiki dan
diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada tanggal 3 Januari 2016, mengemukakan
hal-hal sebagai berikut.
I. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI a. Bahwa untuk pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2015, perkara
perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah diperiksa dan diadili oleh
peradilan khusus. Hingga dilakukannya penetapan hasil pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015, peradilan khusus
sebagaimana dimaksud belum juga terbentuk. Dengan demikian, menurut
Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-
Undang “UU No. 8/2015” (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 57) maka “perkara perselisihan penetapan perolehan suara
hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai
dibentuknya badan peradilan khusus”;
b. Bahwa ketentuan a quo senafas dengan pertimbangan Mahkamah
Konstitusi “Mahkamah” di dalam Putusan MK No. 97/PUU-XI/2013
paragraf 3.14 yang menyatakan “menimbang bahwa untuk menghindari
keragu-raguan, ketidakpastian hukum serta kevakuman lembaga yang
berwenang menyelesaikan perselisihan hasil pemilihan umum kepala
daerah karena belum adanya undang-undang yang mengatur mengenai
hal tersebut maka penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum kepala
daerah tetap menjadi kewenangan Mahkamah”;
c. Bahwa di dalam praktik pelaksanaan kewenangan, Mahkamah telah
memiliki paradigma dan memaknai kewenangannya dalam memutus
perselisihan hasil pemilihan umum. Pemaknaan tersebut kaitannya dengan
penyelesaian perselisihan hasil pemilihan umum Mahkamah tidak saja
terbatas pada hasil penghitungan suara semata-mata, tetapi juga termasuk
memutus pelanggaran dalam proses pemilihan umum yang berpengaruh
pada perolehan suara. Pelanggaran tersebut mencakup pelanggaran
administrasi persyaratan peserta pemilihan umum yang berakibat
pembatalan peserta pemilihan umum, serta pelanggaran administrasi dan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
4
pidana pemilihan umum yang dilakukan sedemikian rupa dilakukan oleh
penyelenggara pemilu dan/atau bersama-sama peserta pemilihan umum
secara terstruktur, sistematis dan masif yang berpengaruh signifikan
terhadap hasil pemilihan umum.
d. Pemaknaan dan paradigma penyelesaian perselisihan hasil oleh
Mahkamah dapat kita temukan di dalam beberapa putusannya dalam
memeriksa dan mengadili perselisihan hasil pemilihan umum. Dalam
Putusan Mahkamah Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 tertanggal 2 Desember
2008 Mahkamah mengatakan “… tidak dapat dinafikkan bahwa seluruh
penyimpangan yang terjadi dalam proses dan tahapan Pemilukada akan
sangat berpengaruh secara mendasar pada hasil akhir, dan dengan
absennya penyelesaian sengketa secara efektif dalam proses pemilukada,
mengharuskan Mahkamah untuk tidak membiarkan hal demikian apabilah
bukti yang dihadapkan memenuhi syarat keabsahan undang-undang dan
bobot peristiwa yang cukup signifikan …”. Lebih lanjut di dalam putusan
yang sama Mahkamah menegaskan “… bahwa dalam memutus
perselisihan hasil Pemilukada, Mahkamah tidak hanya menghitung
kembali hasil penghitungan suara yang sebenarnya dari pemungutan
suara tetapi juga harus menggali keadilan dengan menilai dan mengadili
hasil penghitungan suara yang diperselisihkan, sebab kalau hanya
menghitung dalam arti tekhnis matematis sebenarnya bisa dilakukan
penghitungan kembali oleh KPUD sendiri di bawah pengawasan Panwaslu
dan/atau aparat kepolisian, atau cukup oleh pengadilan biasa. Oleh sebab
itu, Mahkamah memahami bahwa meskipun menurut undang-undang,
yang dapat diadili oleh Mahkamah adalah hasil penghitungan suara,
namun pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan terjadinya hasil
penghitungan suara yang kemudian dipersengketakan itu harus pula dinilai
untuk menegakkan keadilan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 24
ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, “Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”, dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
yang berbunyi, “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
depan hukum”;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
5
e. Paradigma dan pemaknaan Mahkamah tersebut konsisten diterapkan di
dalam berbagai putusan Mahkamah dalam memeriksa dan mengadili
perselisihan hasil pemilihan. Mahkamah tidak hanya mengadili sengketa
yang terkait dengan hasil penghitungan suara, melainkan juga proses
pemilukada itu sendiri tercermin dalam beberapa putusan Mahkamah
terhadap beberapa pemilukada, seperti Pemilukada Jawa Timur (Putusan
Nomor 41/PHPU.D-VI/2008), Pemilukada Kota Manado (Putusan Nomor
144/PHPU.D-VIII/2010), Pemilukada Bengkulu Selatan (Putusan Nomor
57/PHPU.D-VI/2008), Pemilukada Tebing Tinggi (Putusan Nomor
12/PHPU.D-VIII/2010), Pemilukada Mandailing Natal (Putusan Nomor
41/PHPU.D-VIII/2010), dan Pemilukada Kotawaringin Barat (Putusan
Nomor 45/PHPU.D-VIII/2010);
f. Bahwa untuk mengatur pedoman beracara di Mahkamah dalam perkara
perselisihan hasil pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, Mahkamah
telah menetapkan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota “PMK No. 1/2015” yang telah dirubah
dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota “PMK No.5/2015”;
g. Bahwa Pasal 4 huruf b juncto Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK No. 1/2015
menyatakan, “Objek dalam perkara perselisihan hasil Pemilihan adalah
Keputusan Termohon tentang penetapan perolehan suara hasil pemilihan
yang mempengaruhi terpilihnya Pemohon sebagai pasangan calon Bupati
dan Wakil Bupati”;
h. Bahwa berdasarkan Pasal 4 huruf b juncto Pasal 3 ayat (1) PMK No.
1/2015, maka objectum litis dalam perselisihan hasil pemilihan adalah hasil
penghitungan suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mamuju;
i. Bahwa permohonan yang diajukan Pemohon pada saat ini tidak hanya akan
mempersoalkan kesalahan penghitungan suara oleh Termohon yang
mempengaruhi terpilihnya Pemohon dalam Pemilihan Kabupaten Mamuju
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
6
sebagaimana akan diuraikan lebih lanjut dalam pokok-pokok permohonan,
melainkan pula proses pemilihan, terutama terkait dengan pelanggaran
oleh pasangan calon yang dinyatakan meraih suara terbanyak (Pasangan
Calon Nomor Urut 3) dan pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara
pemilihan yang selanjutnya akan diuraikan secara lengkap oleh Pemohon
dalam pokok permohonan;
j. Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Menjadi Undang-Undang, perkara perselisihan penetapan perolehan suara
hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai
dibentuknya badan peradilan khusus;
k. Bahwa Permohonan Pemohon adalah perkara perselisihan penetapan
perolehan suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mamuju;
l. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut Pemohon Mahkamah
Konstitusi berwenang memeriksa dan mengadili perkara perselisihan
penetapan perolehan suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Kabupaten Mamuju Tahun 2015;
m. Bahwa berdasarkan uraian di atas, Mahkamah Konstituai berwenang
untuk memeriksa dan mewakili permohonan a quo.
II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
a. Bahwa berdasarkan Pasal 2 huruf a dan Pasal 3 ayat (1) huruf a
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota;
b. Bahwa berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat Nomor 58/KPU-Kab-033.433438/VII/2015 tentang
Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Dalam
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Tahun 2015, tertanggal
24 Agustus 2015; (Bukti P-1)
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
7
c. Bahwa berdasarkan Keputusan KPU Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat Nomor 60/Kpts/KPU-Kab-033.433438/VII/2015
tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015
bertanggal 25 Agustus 2015, Pemohon adalah peserta pemilihan
Calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2015, dengan Nomor Urut 2 (Dua); (Bukti P-2)
d. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut Pemohon,
Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan permohonan pembatalan Berita Acara Nomor:
64/BA/KPU-MU/XII/2015 Pleno terbuka Rekapitulasi Hasil
Perhitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati Dan Wakil
Bupati Kabupaten Mamuju tahun 2015 tertanggal 16 Desember 2015,
(Bukti P-3) jo Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU-Kab-033.4338/XII/2015, tentang
Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan
Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun
2015, tanggal 16 Desember 2015 pukul 20.18 WITA. (Bukti P-4)
III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN a. Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 8/2015 juncto Pasal 5
ayat (1) PMK 1/2015, yang pada pokoknya menyatakan
permohonan hanya dapat diajukan dalam jangka waktu paling lambat
3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak diumumkan penetapan
perolehan suara hasil pemilihan oleh KPU/KIP
Provinsi/Kabupaten/Kota;
b. Bahwa Berita Acara Nomor: 64/BA/KPU-MU/XII/2015 Pleno terbuka
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara dan Hasil
Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun 2015
tertanggal 16 Desember 2015, jo Surat Keputusan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU-Kab-
033.4338/XII/2015, tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015, tanggal 16
Desember 2015 pukul 20.18 WITA. Pemohon mengajukan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
8
permohonan kepada Mahkamah Konstitusi tertanggal 19
Desember 2015 pukul 19.00 WIB;
c. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, menurut Pemohon,
permohonan Pemohon diajukan ke Mahkamah Konstitusi masih
dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan.
IV. POKOK PERMOHONAN KESALAHAN PENGHITUNGAN HASIL PEROLEHAN SUARA Bahwa berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara oleh Termohon
perolehan suara oleh masing-masing pasangan calon sebagai berikut
No. Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1 H. Ahmad, S.Sos. dan Abd. Jawas Gani, S.H., MH. 11.939
2 Ir. Bustamin Bausat dan H. Damris, S.Pd. 41.159
3 Drs. H. Habsi Wahid, M.M. dan H. Irwan Satya
Putra Pababari, S.H., MTp.
68.249
Jumlah Keseluruhan Suara 121.347
(berdasarkan tabel diatas Pemohon berada di peringkat kedua dengan
perolehan suara sebanyak 41.159 suara)
Bahwa berdasarkan penghitungan suara menurut Pemohon, perolehan suara
masing-masing pasangan calon sebagai berikut:
No. Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1 H. Ahmad, S.Sos. dan ABD. Jawas Gani, S.H.,
M.H.
11.939
2 Ir. Bustamin Bausat dan H. Damris, S.Pd. 67.870
3 Drs. H. Habsi Wahid, M.M. dan H. Irwan Satya
Putra Pababari, SH., MTp.
41.538
Jumlah Keseluruhan Suara 121.347
(Berdasarkan tabel di atas Pemohon berada di peringkat pertama dengan
perolehan suara sebanyak 68.641 suara).
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
9
Bahwa Panitia Pengawas Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mamuju telah mengeluarkan Pemberitahuan Tentang Status
Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor:
21/LP/PILBUP/XII/2015,
20/LP/PILBUP/XII/2015,
12/LP/PILBUP/XII/2015,
16/LP/PILBUP/XII/2015,
17/LP/PILBUP/XII/2015,
09/LP/PILBUP/XII/2015,
19/LP/PILBUP/XII/2015;
(Bukti P-5, P-6, P-7, P-8, P-9, P-10 dan P-11)
Bahwa Pemberitahuan tentang Status Laporan/Temuan yang dikeluarkan
Panitia Pengawas Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju
tersebut menyarankan pemohon untuk menempuh upaya hukum lainnya.
(Vide Bukti P-5, P-6, P-11)
Bahwa atas dasar Surat dari Panwaslu Kabupaten Mamuju tersebut maka
Pemohon “menempuh upaya hukum lain” sebagaimana yang dimaksud oleh
rekomendasi dari Panwaslu Kabupaten Mamuju tersebut, yaitu dengan
mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Bahwa adapun pelanggaran-pelanggaran yang dilaporkan oleh Pemohon
pada Panwaslu kabupaten mamuju yang kemudian memberi rekomendasi
untuk menempuh upaya hukum lainnya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa pada pokoknya permohonan ini adalah keberatan Pemohon
terhadap hasil Pilkada Kabupaten Mamuju sebagaimana dimuat dalam
Berita Acara Nomor: 64/BA/KPU-MU/XII/2015 Pleno Terbuka
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan
Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun 2015 tertanggal 16
Desember 2015, jo Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU-Kab-033.4338/XII/2015,
tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara
dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun
2015, tanggal 16 Desember 2015;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
10
2. Bahwa keberatan Pemohon didasarkan pada alasan, bahwa hasil
Pilkada tersebut diwarnai dengan berbagai pelanggaran dalam proses
penyelenggaraannya, baik yang dilakukan oleh Termohon selaku
Penyelenggara maupun oleh Pasangan Calon Nomor Urut 3 sebagai
pemenang atas nama Habsi Wahid dan Irwan SP Pababar;
Adanya keterlibatan Panwas Kabupaten Mamuju untuk memenangkan
pihak terkait dengan tidak menerbitkan rekomendasi sebagaimana yang
diatur oleh undang-undang terhadap money politics yang secara jelas
dilakukan oleh pihak terkait yaitu:
1. Bahwa PNS atas nama Hardu M. Akhir, S.Pd, M.Si (saudara sepupu
dari calon Bupati Pasangan Calon Nomor 3 Habsi Wahid) pada pagi hari
tanggal 9 Desember 2015 membagi-bagikan uang kepada Warga Desa
Pokkang Kecamatan Kalukku, sebesar Rp. 100.000 dan Rp.
50.000 per orang, antara lain kepada Sdr. Siga dan Sdr. Rasmin
semuanya adalah warga Desa Pokkang yang memilih di TPS 3 dengan
jumlah uang sebesar Rp. 100.000,- untuk Siga dan Rp. 50.000,-
kemudian Sdr. Rasmin diminta untuk mencoblos Pasangan Calon
Nomor 3 pada tanggal 09 Desember 2015, sehingga perolehan suara
Pihak Terkait membengkak sampai 652 suara. Hal tersebut kemudian
oleh Pemohon dilaporkan kepada Panwas Kabupaten Mamuju yang
mana dari hasil kajiannya Panwas memberikan rekomendasi untuk
menempuh upaya hukum lain (Bukti P–12, P-13, P-14 dan P-15);
2. Bahwa pemberian uang tunai bukan hanya dilakukan oleh tim sukses
Pihak Terkait, tapi juga dilakukan langsung oleh calon wakil bupati
mamuju a/n Sdr. Irwan Pababari (pihak terkait) pada malam tanggal 09
Desember 2015 secara tunai sebesar Rp. 250.000,- per orang kepada
seluruh masyarakat di Kecamatan Mamuju, antara lain yang sempat
dipanggil oleh Panwas Kabupaten adalah Sdr. Muh. Rusman, Sultan Aji,
Abd. Razak Ashari dimana yang bersangkutan diajak ke kediaman
Irwan Pababari dan bertemu langsung dengan Sdr. Irwan Pababari dan
diminta untuk mencoblos Pasangan Calon Nomor 3 tanggal 09
Desember 2015, yang bersangkutan diantar dan dijemput salah satu tim
Pasangan Calon Nomor 3 (udin gondrong/tatto) dengan memakai mobil
Avanza dengan Plat DC 44, sehingga menyebabkan perolehan suara
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
11
Pihak Terkait di Kecamatan Mamuju mencapai 14.219 suara. Hal
tersebut kemudian oleh Pemohon dilaporkan kepada Panwas
Kabupaten Mamuju yang mana dari hasil kajiannya Panwas
memberikan rekomendasi untuk menempuh upaya hukum lain (Bukti P
– 16, P-17, P-18 dan P-19 );
3. Bahwa telah terjadi pembagian uang kepada seluruh warga Kecamatan
Kalukku sebesar Rp. 50.000 per orang yang dilakukan oleh Timses
pasangan nomor urut 3 yang bernama Sdr. Rasdi, antara lain kepada
Sdr. Mukani atau P. Rehan warga masyarakat desa Desa Kabuloang
Kec. Kalukku, sehingga mengakibatkan perolehan suara Pihak Terkait
menjadi 12.492 suara. (Bukti P – 20, P-21, P-22, P-23, dan P-24 Vide
Bukti P-18);
4. Bahwa keterlibatan Kepala Desa Karema atas nama Yahyaddin untuk
memenangkan pasangan Nomor Urut 3 (Pihak Terkait) yaitu dengan
mengundang seluruh Ketua PPS di Desa Karema antara lain salah satu
Ketua PPS di Kelurahan Karema atas nama Jaelani dan Ketua PPS
TPS 9 Kelurahan Karema Kecamatan Mamuju atas nama Sdr. M.
Juddin. Kepada Sdr. M. Juddin, Kepala Desa Karema Sdr. Yahyaddin
kemudian meminta 119 lembar sisa undangan memilih (C6) dengan
memberikan imbalan uang sebesar Rp. 800.000,- untuk diberikan
kepada Pemilih yang untuk memenangkan pasangan nomor urut 3
(Bukti P – 25)
5. Bahwa Pemohon telah melaporkan pelanggaran pasangan nomor urut 3
melakukan money politics kepada Panwaslu Kabupaten Mamuju Nomor
19/LP/PILBUP/XII/2015 (Vide Bukti P - 11), Panwaslu Kabupaten
Mamuju memberikan surat pemberitahuan tentang status laporan yang
berisi tidak ditindak lanjuti karena tidak memenuhi unsur syarat materil
sebuah laporan di Panwas Kabupaten Mamuju, dan Panwaslu
Kabupaten Mamuju berkesimpulan bahwa “tidak ada satu pasal pun
yang mengatur tentang sanksi Pidana terhadap perbuatan sebagaimana
yang diatur dalam pasal 73 ayat (1) Undang-Undang No 1 tahun 2015
tersebut;
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka:
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
12
Bahwa setelah Pengadu membuat laporan kepada Panwaslu
Kabupaten Mamuju para saksi diperiksa oleh Panwas Kabupaten
Mamuju dan menyatakan telah menerima uang dari pasangan
calon Wakil Bupati Mamuju No. urut 3;
Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan saksi-saksi Panwaslu
Kabupaten Mamuju mengeluarkan berupa surat pemberitahuan
tentang status laporan;
Bahwa seluruh laporan oleh Panwaslu Kabupaten Mamuju hanya
dibuat dalam bentuk sebuah “surat pemberitahuan atas laporan”
bukan berbentuk Rekomendasi berupa suatu pelanggaran
Administrasi atau Pelanggaran Pidana yang harus dilanjutkan
kepada Sentra Gakumdu;
Bahwa seluruh kesimpulan Panwaslu dalam surat pemberitahuan
tentang status laporan menyatakan bahwa : money politic dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun
2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
undang-undang, tidak ada satu pasalpun yang mengatur tentang
sanksi pidana terhadap perbuatan sebagaimana yang diatur
dalam pasal 73 ayat (1) tersebut;
Bahwa panwaslu Kabupaten Mamuju telah dengan sengaja
melindungi Calon Wakil Bupati Pasangan Nomor urut 3 dengan
perlindungan di bawah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015
tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bahwa tidak ada
satu pasalpun yang memuat sanksi pidana money politic;
Bahwa tindak pidana pemilihan merupakan pelanggaran atau
kejahatan terhadap ketentuan pemilihan sebaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 8 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan
Pemilihan Gubernur , Bupati, dan Walikota;
Bahwa dalam prosedur penangan Tidak Pidana Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota temuan/ laporan yang disampaikan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
13
secara tertulis oleh pelapor kepada Pengawas Pemilu tentang
dugaan terjadinya pelanggaran Laporan Tindak Pidana pemilihan
yang diterima Pengawas Pemilu dalam 1x 24 jam dibahas dalam
forum Sentra Gakumdu, jika ada laporan tindak pidana pemilu
tersebut harus diteruskan kepada kepolisian Negara Republik
Indonesia paling lama 1x24 jam sejak diputuskan Panwas
Kabupaten;
Bahwa faktanya Panwas Kabupaten Mamuju tidak meneruskan
laporan Pengadu kepada Forum Sentra Gakumdu dan jika ada
rekomendasi adanya tindak pidana pemilu diteruskan kepada pihak
kepolisian , akan tetapi oleh Panwas Kabupaten Mamuju hanya
dibuat dalam bentuk Surat Pemberitahuan Status laporan, yang
menyatakan tidak ada sanksi pidana money politic;
Bahwa tindak pidana pemilu sesuai pasal dalam KUHP, yaitu Pasal
149 ayat (1) dan (2) untuk menjerat pelaku politik uang. Ayat (1)
berbunyi “barang siapa pada waktu diadakan pemilihan
berdasarkan aturan-aturan umum, dengan memberi atau
menjanjikan sesuatu, menyuap seseorang supaya tidak memakai
hak atau supaya memakai hak itu menurut cara tertentu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling besar empat ribu limaratus rupiah.”;
Bahwa seharusnya Panwas Kabupaten Mamuju memberikan
rekomendasi kepada Sentra Gakumdu Kabupaten Mamuju untuk
menindaklanjuti laporan Pengadu tersebut bahwa telah terjadi
indikasi pelanggaran Pidana Pemilu dan diproses sesuai dengan
hukum acara pidana;
Bahwa dengan demikian telah terbukti bahwa panwaslu Kabupaten
Mamuju telah melakukan pelanggaran kode etik Penyelenggara
Pemilu, dengan sengaja telah membiarkan laporan pengadu
dengan tidak meneruskan rekomendasi kepada Sentra Gakumdu
mengenai adanya tindak pidana pemilu;
Bahwa dengan demikian telah terbukti Pasangan Calon Nomor
Urut 3 telah memperoleh kemenangan dengan cara curang yaitu
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
14
dengan menggunakan money politic agar memilih pasangan Calon
Nomor Urut 3.
Keterlibatan PNS:
1. Bahwa berdasarkan laporan masyarakat ada keterlibatan Aparatur
Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Mamuju dengan Modus
mebagi-bagikan bibit, racun rumput dan lain-lain dengan
mengatasnamakan bantuan Pasangan Habsi – Irwan. Padahal
bantuan tersebut berasal dari pemerintah;
2. Bahwa pelanggaran yang secara kasat mata terlihat dilakukan oleh
Pasangan Habsi – Irwan antara lain: membuat ucapan Selamat Natal
dengan memasang foto Pasangan Habsi – Irwan. Hal ini Pemohon
telah melaporkan kepada Panwaslu, tetapi diabaikan oleh
penyelenggara;
3. Bahwa pimpinan SKPD Pemerintah Kabupaten Mamuju dipandang
telah melakukan intimidasi kepada jajarannya untuk mendukung
Pasangan Habsi – Irwan;
4. Bahwa adanya keterlibatan ASN pada pelaksanaan Kampanye
Pasangan Habsi – Irwan. Terhadap hal ini, sudah ada beberapa ASN
yang telah diproses Panwaslu tetapi terhadap Pasangan Habsi –
Irwan yang didukungnya tidak dikenai sanksi apa-apa;
5. Bahwa telah ditemukan wajib pilih terdaftar di DPT di dua TPS
dengan Nama dan NIK yang sama, misalnya di TPS 11 dan 24
Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju;
6. Bahwa banyaknya warga masyarakat yang mempunyai hak suara
tidak mendapat surat panggilan untuk menyalurkan aspirasinya pada
momentum Pilkada yang dimaksud. Atas hal ini, masyarakat telah
kehilangan hak konstitusionalnya yakni hak atas pemilih;
7. Bahwa berdasarkan laporan masyarakat telah terjadi “operasi”
mengumpulkan surat panggilan pemilih seperti yang dilakukan
Kepala Kelurahan Karema yang pelanggarannya ditangani Polres
Mamuju dan hal ini terjadi di semua Desa dan Kelurahan;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
15
8. Bahwa adanya keterlibatan PNS atas nama Supratman (guru SMA
Keang) dengan Abd. Rahman (tata usaha SMA Kalukku) dan Asri
Ketua KPPS 7 Desa Kabuloang memberi uang kepada Rasdi untuk
ditugaskan membagi uang kepada masyarakat Salupompong TPS 7
Desa Kabuloang dan yang menerima uang tersebut adalah Mukani,
Sutarji, Hendrik, Kusman, Yusuf dan mereka semua diarahkan untuk
memilih Pasangan Calon Nomor Urut 3;
Pelanggaran KPU/ Termohon:
1. Petugas pemungutan suara telah mengubah perolehan suara Pemohon
dengan mengganti C1 berhologram dengan C1 tanpa hologram ke dalam
kotak suara yaitu antara lain:
a. Bahwa Petugas Pemungutan Suara di TPS 1 Kelurahan Rangas
bekerjasama dengan Tim dari Pasangan Nomor Urut 3 (Pihak Terkait)
dengan mengubah hasil perolehan suara Pemohon, hal tersebut
terlihat dengan ditemukannya C1 berhologram berada di luar kotak
suara dan di pegang oleh tim dari pasangan nomor urut 3 (Pihak
Terkait) atas nama ABD. Rahman, sementara C1 salinan atau tanpa
hologram justru berada di dalam Kotak Suara, dimana terdapat
perolehan jumlah perolehan suara masing-masing Pasangan Calon
pada C1 berhologram dengan C1 yang tidak berhologram tersebut;
(Bukti P-26)
b. Bahwa di TPS 4 Desa Rangas Kec. Simboro pada saat dilakukan
pembukaan peti ternyata C1 yang berada di dalam kotak suara adalah
C1 tanpa hologram, sedangkan menurut Ketua KPPS C1 berhologram
semuanya dimasukkan ke dalam kotak suara; (Bukti P-27)
2. Bahwa pada saat penghitungan suara pada hari Jumat tanggal 11
Desember 2015 di Kelurahan Simboro Kecamatan Simboro, dimana ada
beberapa TPS C1 yang dibawa oleh ketua KPPS berhologram sementara
yang salinan C1 yang diberikan kepada Saksi Hartono tidak berhologram;
3. Bahwa pada tanggal 10 Desember 2015 di Kecamatan Kalukku diketahui
C1 KWK asli tidak dimasukkan ke dalam kotak suara yang dibawa oleh
anggota PPS, melainkan dibawa oleh KPPS Kec. Kalukku menggunakan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
16
Amplop yang disaksikan oleh Anggota PPK Kec. Kalukku, Anggota KPUD
Mamuju dan Polsek Kalukku.
4. Bahwa adanya pemilih yang melakukan pemilihan secara berulang
dengan cara memilih di beberapa TPS baik dengan cara memilih di TPS
satunya menggunakan surat panggilan dan menggunakan KTP di TPS
lainnya serta dengan sengaja melakukan beberapa kali pemilihan dengan
menggunakan surat panggilan atas nama orang lain yang telah
disediakan;
5. Bahwa penggabungan DPT dan DPTB1 menjadi DPT Kabupaten Mamuju
yang tidak diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2015, disertai
ribuan daftar pemilih ganda, pindah tempat, meninggal dan fiktif yang
namanya masih terdapat dalam DPT penggabungan dari DPTB1;
6. Bahwa di Kecamatan Kalukku, tepatnya pada saat perekapan surat suara
PPK se-Kecamatan Kalukku ditemukan adanya 9 TPS se-desa Kalukku
Barat yang C1 KWK asli berhologram maupun yang tidak berhologram
tidak berada dalam kotak suara disaksikan pihak KPU Kabupaten
Mamuju;
7. Bahwa di Kecamatan Simboro Kelurahan Karema juga ditemukan C1
KWK berhologram dan C1 yang tidak berhologram berada diluar peti
suara dan tidak ditemukan dalam kotak peti surat suara;
8. Bahwa berdasarkan uraian fakta hukum tersebut diatas telah cukup
menunjukan bahwa benar, telah terjadi serangkaian pelanggaran yang
dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif, baik yang dilakukan
oleh Termohon maupun Pasangan Nomor 3 atas nama Habsi Wahid dan
Irwan SP Pababar.
PETITUM
Berdasarkan seluruh uraian fakta-fakta sebagaimana tersebut di atas, Pemohon
memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan sebagai
berikut.
1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Mamuju Nomor Nomor
76/Kpts/KPU-Kab-033.4338/XII/2015, tentang Penetapan Rekapitulasi
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
17
Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun 2015, bertanggal 16 Desember
2015 pukul 20.18 WITA;
3. Menyatakan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju nomor urut
3 atas nama Habsi Wahid dan Irwan SP Pababari berdasarkan berita
acara Keputusan KPU Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Nomor
60/Kpts/KPU-Kab-033.433438/VII/2015 tentang Penetapan Nomor Urut
Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2015, terbukti melakukan pelanggaran pemilu
sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang;
4. Menyatakan perolehan suara yang benar adalah sebagai berikut:
No. Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1 H. Ahmad, S.Sos dan ABD. Jawas Gani, SH.,
MH.
11.939
2 Ir. Bustamin Bausat dan H. Damris, S.Pd 67.870
3 Drs. H. Habsi Wahid, MM dan H. Irwan Satya
Putra Pababari, SH., MTp
41.538
Jumlah Keseluruhan Suara 121.347
Atau, 5. Menyatakan Pihak Terkait telah terbukti melakukan money politic masing-
masing: di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Kalukku;
6. Memerintahkan kepada KPU Kabupaten Mamuju untuk melakukan
pemungutan suara Ulang (PSU) di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan
Kalukkul;
7. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju untuk
melaksanakan putusan ini.
Atau, Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).
[2.2] Menimbang bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya, Pemohon
telah mengajukan bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti P-1 sampai dengan
bukti P-32, yang mana bukti-bukti tersebut telah disahkan pada waktu yang
berbeda. Bukti P1 sampai dengan P-11 disahkan pada saat sidang acara
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
18 pendahuluan hari Jumat, tanggal 8 Januari 2016 dan Bukti P11-P32 disahkan
pada saat persidangan acara Memeriksa Jawaban Termohon dan Keterangan
Pihak Terkait pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2016, sebagai berikut:
1. Bukti P-1 Keputusan KPU Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Nomor 58/KPU-Kab-033.433438/VII/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Tahun 2015, tertanggal 24 Agustus 2015;
2. Bukti P-2 Keputusan KPU Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Nomor 60/Kpts/KPU-Kab-033.433438A/II/2015 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015 bertanggal 25 Agustus 2015, Pemohon adalah peserta pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015, dengan Nomor Urut 2 (Dua);
3. Bukti P-3 Berita Acara Nomor 64/BA/KPU- MU/XI1/2015 Pleno terbuka Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun 2015 tertanggal 16 Desember 2015;
4. Bukti P-4 Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU- Kab-033.4338/XII/2015, tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju tahun 2015, tanggai 16 Desember 2015 pukul 20.18 WITA;
5. Bukti P-5 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 21/LP/PILBUP/XII/2015;
6. Bukti P-6 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 20/LP/PILBUP/XII/2015;
7. Bukti P-7 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju
Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 12/LP/PILBUP/XII/2015;
8. Bukti P-8 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 16/LP/PILBUP/XII/2015;
9. Bukti P-9 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 17/LP/PILBUP/XI1/2015;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
19
10. Bukti P-10 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju
Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 09/LP/PILBUP/XII/2015;
11. Bukti P-11 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan dengan Nomor 19/LP/PILBU P/XII/2015;
12. Bukti P-12 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan ke Panwaslu dengan Nomor 21/LP/PILBUP/XII/2015;
13. Bukti P-13 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Sigak
14. Bukti P-14 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Rasmin
15. Bukti P-15 DA1.KWK Kecamatan Kalukku
16. Bukti P-16 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Sultan Aji Putra
17. Bukti P-17 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Abd. Rasak
18. Bukti P-18 Surat Pemberitahuan Tentang Status Laporan
19. Bukti P-19 DA1.KWK Kecamatan Amatan Mamuju
20. Bukti P-20 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Mukani
21. Bukti P-21 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Nurdin Aking
22. Bukti P-22 Surat Pemberitahuan Panwaslu Kabupaten Mamuju Tentang Status Laporan/Temuan terhadap Laporan ke Panwaslu dengan Nomor 20/LP/PILBUP/XII/2015;
23. Bukti P-23 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Sutarji
24. Bukti P-24 Berita Acara Klarifikasi Sdr. Yusuf
25. Bukti P-25 Berita Acara Klarifikasi Sdr. M. Juddin
26. Bukti P-26 Form Keberatan DA2-KWK
27. Bukti P-27 Form keberatan DA2-KWK
28. Bukti P-28 Video orang menerima money politic dari paslon No. 3
29. Bukti P-29 Surat Pernyataan atas nama Sigak
30. Bukti P-30 Surat Pernyataan atas nama Sutarji
31. Bukti P-31 Surat Pernyataan atas nama Yusuf
32. Bukti P-32 Surat Pernyataan atas nama Sultan Aji Putra
[2.3] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, Termohon
memberi jawaban bertanggal 12 Januari 2016 dan menyerahkan jawaban tertulis
yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah pada hari Rabu, tanggal 13 Januari
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
20 2016 pada pukul 10.20 WIB WIB, berdasar Akta Pengajuan Jawaban Termohon
Nomor 102/PAN.MK/2016 dan Daftar Kelengkapan Jawaban Termohon Nomor
99/PAN/PHP.BUP/1/2016, yang pada pokoknya mengemukakan sebagai berikut:
I. DALAM EKSEPSI
A. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
- Termohon berpendapat bahwa Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum
(legal standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan perolehan
suara hasil pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dengan alasan sebagai berikut :
- Bahwa ketentuan Pasal 158 ayat (2) huruf (b) Undang-Undang No. 8 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun
2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-
Undang mensyaratkan pengajuan permohonan pembatalan Penetapan
Hasil Penghitungan Perolehan Suara oleh peserta pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati pada daerah yang jumlah penduduknya 250.000 sampai
dengan 500.000 jiwa dapat dilakukan jika terdapat perbedaan paling banyak
sebesar 1,5% dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU
Kabupaten/ Kota.
- Bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Mamuju sebanyak 293.704 jiwa (vide
bukti TB-001), sehingga jika mengacu pada ketentuan Pasal 158 ayat (2)
huruf (b) Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 juncto Pasal 6 ayat (2) huruf
(b) dan ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 5 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Beracara Dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota, maka syarat maksimal selisih perolehan suara
berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara oleh Termohon yang
memungkinkan Pemohon dapat mengajukan permohonan pembatalan
penetapan hasil penghitungan perolehan suara adalah sebesar 1,5% dihitung dari suara terbanyak berdasarkan penetapan hasil penghitungan
suara oleh Termohon.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
21
- Faktanya, jumlah perolehan suara Pemohon berdasarkan Rekapitulasi Hasil
Penghitungan Perolehan Suara Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Mamuju Tahun 2015 adalah sebanyak 41.159 suara, sedangkan
jumlah perolehan suara pasangan calon Nomor Urut 3 atas nama Habsyi
dan Irwan SP Pababari, SH., M.Tp selaku pasangan yang memperoleh
suara tertinggi yakni sebesar 68.249 suara, sehingga terdapat selisih 27.090 suara (vide bukti TG-2);
- Bahwa dengan demikian, selisih 27.090 suara adalah setara dengan 39,6%
dari perolehan suara tertinggi 68.249 (Perolehan Suara Pihak Terkait).
Sedangkan selisih suara yang disyaratkan oleh PMK No. 5 Tahun 2015,
Pasal 6 ayat (3) adalah sebesar 1,5% dari suara terbanyak yaitu 68.249
atau setara dengan 1023 suara. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan
Pasal 6 ayat (3) PMK Nomor 5 Tahun 2015, sebagai berikut ;
“Persentase sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) dihitung dari suara terbanyak berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara oleh Termohon”.
Sementara itu, jumlah selisih perolehan suara yang dipersyaratkan
berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi No.
5 Tahun 2015 adalah 1,5% dari suara terbanyak berdasarkan penetapan
hasil penghitungan suara oleh Termohon yakni paling banyak 1.023 suara
untuk kemudian Pemohon dapat mengajukan permohonan pembatalan
sengketa pembatalan penetapan penghitungan hasil perolehan suara pada
Mahkamah Konstitusi.
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka Pemohon tidak
memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan Permohonan
Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pada
Mahkamah Konstitusi;
B. PERMOHONAN PEMOHON TIDAK JELAS (OBSCUUR LIBEL)
- Bahwa seluruh uraian dan dalil-dalil permohonan Pemohon sama sekali
tidak menguraikan adanya kesalahan penghitungan suara yang dilakukan
oleh KPU Kabupaten Mamuju (Termohon);
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
22
- Bahwa dalam permohonannya, Pemohon tidak menguraikan dalil maupun
fakta mengenai terjadinya kesalahan penghitungan hasil perolehan suara
setiap pasangan calon dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten Mamuju tahun 2015. Pemohon hanya mengajukan dalil-
dalil yang terkait dengan keterlibatan Panwas Kabupaten Mamuju untuk
memenangkan Pihak Terkait, Politik Uang, Keterlibatan PNS, dan
Pelanggaran Termohon tanpa menjelaskan secara rinci Komposisi
Perolehan Suara dari hasil kecurangan ataupun keberpihakan Panwas. Dengan kata lain, tidak ada rangkaian fakta yang menunjukkan hubungan
kausalitas antara peristiwa yang dipaparkan oleh Pemohon dengan
perolehan suara dari masing-masing pasangan calon;
Bahwa karena demikian, maka permohonan Pemohon harus dipandang
sebagai permohonan yang kabur (obscuur libel);
Bahwa berdasarkan keseluruhan dalil-dalil eksepsi Termohon sebagaiman
terurai di atas, maka permohonan Pemohon harus dinyatakan tidak dapat
diterima (niet onvankelijk verklaard);
II. DALAM POKOK PERMOHONAN Bahwa sebelum Termohon menguraikan lebih jauh jawaban dalam pokok
perkara, terlebih dahulu Termohon menegaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa seluruh uraian eksepsi Termohon di atas, dianggap termasuk dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan jawaban dalam pokok
perkara;
2. Bahwa Termohon menolak dengan tegas dalil Pemohon yang menyatakan
Pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten Mamuju diwarnai dengan berbagai
pelanggaran;
3. Bahwa apa yang telah diputuskan oleh Termohon dalam pelaksanaan
Pemilukada Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2015,
sebagaimana dalam Berita Acara Nomor 64/BA/KPU-MU/XII/2015 Pleno
Terbuka Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perolehan Suara dan Hasil
Pemilihan Bupati dan dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015
tertanggal 16 Desember 2015, Juncto Surat Keputusan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU-Kab-033.433438/XII/2015,
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
23
tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan
Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015,
tanggal 16 Desember 2015, adalah telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Adapun uraian jawaban Termohon selengkapnya, adalah sebagai berikut:
A. Termohon Tidak Melakukan Kesalahan dalam Penghitungan Hasil
Perolehan Suara.
1. Bahwa tidak benar dan mengada-ada dalil Pemohon yang menyebutkan
Termohon telah salah melakukan Penghitungan Hasil Perolehan Suara
sebab Termohon menerbitkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mamuju No. 76/Kpts/KPU-Kab-033.433438/XII/2015 tentang
Penetapan Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015
didasarkan pada hasil penghitungan suara secara berjenjang mulai dari
TPS, PPK sampai tingkat rekapitulasi di kabupaten (vide, bukti TG-2)
2. Bahwa dari proses penghitungan tersebut maka posisi perolehan suara
pasangan calon pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten
Mamuju Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
NO.
URUT NAMA PASANGAN CALON BUPATI
PEROLEHAN
SUARA
1 H. Ahmad dan Abdul Jawas Gani 11.939
2 Ir. H. Bustamin Bausat dan H. Damris,
S.Pd. 41.159
3 Habsi Wahid dan Irwan Pababari,
S.H.,M.TP. 68.249
B. Termohon Menolak Dalil yang Menyatakan Termohon Melakukan
Pelanggaran.
1. Bahwa terkait dalil adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Petugas
Pemungutan Suara (PPS), maka sepatutnya Pemohon mengajukan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
24
pelaporan ke Panwaslu Kabupaten Mamuju sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 BAB XIX tentang Penanganan
Laporan Pelanggaran Pemilihan. Ketentuan tersebut sejalan dengan
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia
(BAWASLU RI) No. 14 Tahun 2015 tentang Pengawasan Rekapitulasi
Hasil Penghitungan dan Penetapan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota,
dimana setiap pelanggaran terkait proses pelaksanaan tahapan
pemilihan umum menjadi kewenangan Bawaslu. Bahwa laporan maupun
temuan pelanggaran yang telah diproses oleh Panwaslu Kabupaten
Mamuju periode Desember 2015 dapat dilihat pada bukti yang
disampaikan Termohon bertanda TL-001;
2. Bahwa tidak benar dalil Pemohon yang menyatakan ditemukannya wajib
pilih terdaftar di DPT di dua TPS dengan nama dan NIK yang sama di
TPS 11 dan 24 Kelurahan Binanga dan Kecamatan Mamuju;
3. Bahwa berdasarkan Bukti Model C1-KWK di TPS 11 Kelurahan Binanga
Kecamatan Mamuju (vide bukti TC-1) menunjukkan jumlah suara sah sebanyak 228 dan jumlah suara Tidak Sah sebanyak 1 suara. Adapun
Posisi Suara di TPS ini adalah :
NO. URUT NAMA PASANGAN CALON
BUPATI
SURAT SUARA
SAH
1 H. Ahmad dan Abdul Jawas
Gani 79
2 Ir. H. Bustamin Bausat dan H.
Damris, S.Pd. 69
3 Drs. H. Habsi Wahid dan H.
Irwan Pababari, S.H.,M.TP. 80
JUMLAH SELURUH SUARA SAH 228
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
25
Hal mana Saksi Pasangan Calon Nomor Urut 2 atas nama Muhammad
(Saksi Pemohon) telah menandatangani Berita Acara Model C-KWK dan
tidak membuat keberatan (Model C2-KWK);
4. Bahwa demikian halnya yang terjadi di TPS 24 Kelurahan Binanga
Kecamatan Mamuju, Saksi Pasangan Nomor Urut 2 atas nama Firdau
telah menyetujui hasil Perolehan Suara di TPS tersebut. Hal mana
tertuang dalam Bukti TC-1, Berita Acara Model C-KWK dan C1-KWK
Lampiran Model C1-KWK). Sebaliknya Saksi Pasangan Nomor Urut 2
tidak mengajukan keberatan (Model C2-KWK);
Adapun posisi Perolehan Suara di TPS ini adalah:
NO. URUT NAMA PASANGAN CALON
BUPATI
SURAT SUARA
SAH
1 H. Ahmad dan Abdul Jawas
Gani 13
2 Ir. H. Bustamin Bausat dan H.
Damris, S.Pd 54
3 Drs. H. Habsi Wahid dan H.
Irwan Pababari, SH.,M.TP 126
JUMLAH SELURUH SUARA SAH 193
5. Bahwa Termohon membantah dalil Pemohon yang mendalilkan
“Petugas Pemungutan Suara (PPS) mengubah peroleh Suara Pemohon
dengan Mengganti C1 Berhologram ke dalam Kotak Suara. Masing-
masing di TPS 1 dan TPS 4 Kelurahan Rangas Kecamatan Simboro;
6. Dalil Pemohon tersebut sangat menyesatkan sebab Pemohon melalui
saksinya di dua TPS tersebut tidak mengajukan keberatan (Model C2-
KWK). Sebaliknya Saksi Pemohon telah menyetujui hasil perolehan
Suara di dua TPS tersebut dengan membubuhi tanda tangan pada
Berita Acara (Model C-KWK) dan Model C1-KWK dan Lampiran Model
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
26
C1-KWK (Vide Bukti TC-2); Olehnya itu, patut kiranya Majelis yang Mulia
mengesampingkan dalil Pemohon tersebut;
7. Bahwa tidak benar dalil Pemohon halaman 20 poin 6 yang menyatakan
banyak warga masyarakat tidak mendapat surat undangan untuk
menyalurkan Aspirasinya. Bahwa seluruh undangan untuk memilih telah
didistribusikan ke seluruh TPS yang ada di Kabupaten Mamuju. Bahwa
ada undangan Model C6-KWK yang tidak didistribusikan dikarenakan
beberapa sebab diantaranya;
- Yang bersangkutan meninggal dunia;
- Adanya undangan ganda;
- Pindah domisili;
- Masih di bawah umur;
- atau yang bersangkutan adalah anggota TNI, POLRI (Vide, Bukti TB-
12);
Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 16 PKPU Nomor 10 Tahun 2015,
yang berbunyi :
“Dalam hal sampai dengan 1 (satu) hari sebelum hari Pemungutan Suara terdapat formulir Model C6-KWK yang belum atau tidak diserahkan kepada Pemilih, Ketua KPPS wajib mengembalikan formulir Model C6-KWK kepada PPS.”
Bahwa untuk mensuksekan Pelaksanaan Pemilukada di Kabupaten
Mamuju, Termohon telah memaksimalkan upaya sosialisasi untuk
meningkatkan jumlah partisipasi pemilih dalam pesta demokrasi di
Kabupaten Mamuju melalui berbagai kegiatan diantaranya dengan Jalan
Santai di Kota Mamuju bersama warga Mamuju yang dihadiri kurang
lebih 1000 orang. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara
launching jingle Pilkada dengan slogan “Ayo Memilih Mamuju”.
Termohon juga mendistribusikan pemasangan Spanduk berukuran 1 X 4
meter di sejumlah ruas jalan strategis di Kota Mamuju yang berisi Ajakan
untuk memilih dan Ajakan untuk memastikan warga terdaftar sebagai
DPS (Vide Bukti TB-3) sosialisasi ini juga dilakukan melalui Website
Resmi KPU Mamuju yaitu di http://kpud-mamujukab.go.id/
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
27
8. Bahwa dalil Pemohon pada point 2 halaman 22 yang menyatakan:
“Bahwa pada saat penghitungan suara pada hari jumat tanggal 11
Desember 2015 di Kelurahan Simboro Kecamatan Simboro, dimana ada
beberapa TPS C1 yang diberikan kepada Saksi Hartono tidak
berhologram” adalah dalil tidak benar dan tidak berdasar, mengingat
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 Tentang
Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota pada
pasal 51 menegaskan:
(1) Formulir Model C-KWK,Model C1-KWK berhologram dan lampiran
berhologram dimasukkan ke dalam sampul dan disegel.
(2) Sampul yang berisi formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimasukkan ke dalam kotak suara sebagai bahan untuk rekapitulasi
penghitungan suara I PPK.
(3) Sampul yang berisi salinan formulir Model C-KWK, Model C1-KWK
dan lampirannya untuk disampaikan kepada PPS, PPK dan
KPU/KIP Kabupaten/Kota tidak dimasukkan ke dalam kotak suara.
Jadi salinan yang tidak berhologram diberikan pada saksi pasangan
calon. Sehingga tindakan KPU Kabupaten Mamuju atau Termohon telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bahwa hal ini juga diperkuat degan hadirnya Saksi Pemohon yakni
Arisani pada saat pemungutan suara di TPS 1, dibuktikan dengan
ditandatanganinya Berita Acara Model C-KWK, Model C1-KWK dan
Lampiran Model C1-KWK (Vide Bukti TE-1 dan TE-2)
9. Bahwa dalil Pemohon pada halaman 22 poin 4 yang menyatakan “ada
pemilih yang melakukan pemilihan secara berulang”, mengada-ada
karena Pemohon tidak menjelaskan secara detil dan seksama apa yang
didalilkan sehingga Termohon tidak perlu memberikan tanggapan dan
mohon kiranya Majelis yang Mulia mengesampingkan dalil Pemohon
tersebut;
10. Bahwa tidak benar dalil Pemohon pada halaman 23 poin 5, yang
mempersoalkan penggabungan DPT dan DPTB1 menjadi DPT
Kabupaten Mamuju melanggar Undang-Undang No. 8 Tahun 2015.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
28
Sebab Penggabungan DPT dan DPTB1 menjadi DPT Kabupaten
merupakan kebijakan yang bersifat teknis dikeluarkan sesuai Surat
Edaran KPU RI Nomor 729 tertanggal 29 Oktober 2015 tentang
pencermatan ulang DPT (Vide Bukti TB-12);
11. Bahwa Tidak Benar dan mengada-ada dalil Pemohon pada halaman 23
point 6, dimana Pemohon kembali mendalilkan pada saat rekapitulasi
suara di tingkat PPK di Kecamatan Kalukku ada 9 TPS di Desa Kalukku
Barat dimana Model C1-KWK asli berhologram dan tidak berhologram
tidak berada dalam kotak suara;
Bagaimana mungkin Pemohon mendalilkan hal ini sementara dalam
Sertifikat Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara
dari Setiap TPS (Model DAA-KWK) di Kecamatan Kalukku dan Kalukku
Barat Saksi Pemohon justru telah menandatangani Dokumen Hasil
Rekap PPK (bukti) tersebut (Vide, Bukti TE-3 dan TE-4);
12. Bahwa dalil Pemohon pada halaman 23 poin 7, tidak merinci secara
mendetail di TPS berapa C1-KWK berhologram dan C1 yang tidak
berhologram. Termohon tidak perlu menanggapi dalil ini karena tidak
jelas tempat kejadiannya dan di TPS mana, mohon kiranya Majelis Yang
Mulia mengesampingkan dalil Pemohon tersebut.
III. PETITUM Berdasarkan keseluruhan Kesimpulan Termohon (Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mamuju) sebagaimana terurai atas, maka Termohon memohonkan
kehadapan Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, kiranya
berkenan memberikan putusan dalam perkara ini sesuai hukum dengan amar
putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
- Mengabulkan eksepsi Termohon
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan benar dan tetap berlaku Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU-Kab-033.433438/XII/2015, Tentang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
29
Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015, tertanggal
16 Desember
3. Jika Mahkaman berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono);
[2.4] Menimbang bahwa untuk membuktikan jawabannya, Termohon telah
mengajukan bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti TA-001 sampai dengan
bukti TL-001, yang telah disahkan dalam persidangan pada hari Rabu, tanggal
13 Januari 2016, sebagai berikut:
1.
TA-001
Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 60/Kpts/KPU-Kab-033.433438/VIII/2015, tertanggal 25 Agustus 2015 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Tahun 2015;
2. TA-002
Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 58/KPU-Kab-033.433438/VIII/2015 tertanggal 24 Agustus 2015 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Tahun 2015;
3. TB-001
Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 04/Kpts/KPU-Kab-033.433438/IV/2015 tertanggal 24 April 2015 tentang Penetapan Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK 2) Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015 (beserta lampirannya) serta Berita Acara Serah Terima Data Agregat Kependudukan Per Kecamatan (DAK2) Pemilihan Kepala Daerah Secara Serentak Tahun 2015 No. 23/BA/IV/2015 tanggal 17 April 2015;
4. TB-002
Berita Acara serta Lampiran Berita Acara Rekapitulasi dan Penetapan Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015 dari 10 Kecamatan;
5. TB-003 Gambar Spanduk Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju;
6. TB-004
Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara (DPS) Kabupaten Mamuju No. 46/BA/KPU-MU/IX/2015 tanggal 2 September 2015;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
30
7. TB-005
Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kabupaten Mamuju No. 51/BA/KPU-MU/X/2015 tanggal 2 Oktober 2015;
8. TB-006 Surat Pengantar No. 106/KPU-KAB-033.433438/X/2015 tertanggal 08 Oktober 2015;
9. TB-007
Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Tambahan-1 (DPTb-1) Kabupaten Mamuju No. 53/BA/KPU-MU/X/2015 tanggal 28 Oktober 2015;
10. TB-008
Surat Edaran Komisi Pemilihan Umum No. 729/KPU/X/2015 tertanggal 29 Oktober 2015 tentang Pencermatan Ulang DPT;
11. TB-009
Surat Rekomendasi Panitia Pengawas Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju No. 123/Panwas.Pilbup-MU/XI/2015;
12. TB-010
Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Ulang Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Kabupaten Mamuju No. 54/BA/KPU-MU/IX/2015 tanggal 8 November 2015;
13. TB-011 Surat Pengantar No. 117/KPU-KAB-033.433438/IX/2015 tertanggal 09 November 2015;
14. TB-012 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Mamuju Tahun 2015;
15. TC-001
Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model C-KWK dan C-1 KWK dari TPS 11 dan TPS 24 Kelurahan Binanga;
16. TC-002
Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model C-KWK dan C-1 KWK dari TPS 1 dan TPS 4 Kelurahan Rangas;
17. TC-003
Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model C-KWK dan C-1 KWK dari TPS 1 sampai dengan TPS 9 Desa Kalukku Barat
18. TE-001
Sertifikat Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara Dari Setiap TPS Dalam Wilayah Desa/ Kelurahan di Tingkat Kecamatan Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model DAA-KWK Kelurahan Rangas Kecamatan Simboro;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
31
19. TE-002
Sertifikat Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara Dari Setiap Desa/ Kelurahan di Tingkat Kecamatan Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model DA1-KWK Kecamatan Simboro
20. TE-003
Sertifikat Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara Dari Setiap TPS Dalam Wilayah Desa/ Kelurahan di Tingkat Kecamatan Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model DAA-KWK Desa Kalukku Barat Kecamatan Kalukku;
21. TE-004
Sertifikat Rekapitulasi Hasil dan Rincian Penghitungan Perolehan Suara Dari Setiap Desa/ Kelurahan di Tingkat Kecamatan Dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur/ Bupati dan Wakil Bupati/ Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2015 Model DA1-KWK Kecamatan Kalukku;
22. TG-001
Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 76/Kpts/KPU-Kab-033.433438/XII/2015 tertanggal 16 Desember 2016 Pukul 20.18 Wita, tentang Penetapan Rekapitukasi Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015;
23. TG-002
Berita Acara Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kabupaten Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015 No. 64/BA/KPU-MU/XII/2015 tanggal 16 Desember 2015;
24. TL-001 Tabulasi Hasil Laporan Panwas Kabupaten Mamuju
[2.5] Menimbang bahwa terhadap permohonan Pemohon, Pihak Terkait
mengajukan keterangan tertulis bertanggal 12 Januari 2016 yang diterima
Mahkamah pada hari Selasa, tanggal 12 Januari 2016 pukul 15.00 WIB
berdasarkan Akta Pengajuan Keterangan Pihak Terkait Nomor 119/PAN.MK/2016,
yang pada pokoknya mengemukakan sebagai berikut:
A. DALAM EKSEPSI
1. Kewenangan Mahkamah Konstitusi
Menurut Pihak Terkait Mahkamah Konstitusi tidak berwenang memeriksa dan
mengadili perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
32
umum calon Bupati dan Wakil Bupati tahun 2015 yang diajukan oleh Pemohon
dengan Pertimbangan sebagai berikut :
a. Bahwa Pemohon hanya mendalilkan soal pelanggaran–pelanggaran dalam
pokok permohonannya yang mana pelanggaran–pelanggaran dimaksud
bukanlah kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 157 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
menjadi Undang-Undang Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang.
(“Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 Jo. Undang-Undang No. 8 Tahun
2015”)
Pasal 157 ayat 3 : “Perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya Badan Peradilan Khusus”; dan Pasal 157 ayat 4 : “Peserta pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan suara oleh KPU provinsi dan KPU Kabupaten /Kota Kepada Mahkamah Konstitusi”
Dengan demikian atas permohonan Pemohon, Mahkamah Konstitusi tidak
berwenang memeriksa Pokok Permohonan;
b. Bahwa Pemohon pada halaman 11 (sebelas) menjelaskan adanya
kesalahan perhitungan suara tanpa disertai argumentasi logis dan
sistematis, dan hanya sekedar menjadikan dalil semata sebagai pintu
masuk permohonan. Hal ini jelas menyalahi ketentuan Peraturan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur
,Bupati dan Walikota Jo. Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota (“PMK No. 1 Tahun 2015 Jo. PMK No. 5 Tahun 2015”),
pada Pasal 7 ayat 1 huruf b angka 4 poin b yang berbunyi : “Permohonan
Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 paling kurang memuat
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
33
uraian yang jelas mengenai pokok Permohonan Pemohon yang berisi
penjelasan tentang kesalahan hasil penghitungan suara yang ditetapkan
oleh Termohon dan hasil penghitungan suara yang benar menurut
Pemohon”. Dengan demikian dalil soal kesalahan perhitungan dengan
penyajian tabel suara tidak relevan untuk dipertimbangkan;
c. Bahwa dalil Pemohon terkait Kewenangan Mahkamah Konstitusi pada
halaman 7 huruf i yang menjelaskan bahwa adanya pelanggaran yang
dilakukan oleh Pihak Terkait adalah klaim subyektif untuk memenuhi logika
pembuka sebuah Permohonan pada hal nyata pelanggaran yang jadi kata
pokok di Permohonan adalah pelanggaran yang merupakan fakta subyektif
dari Pemohon guna mencapai target seolah-olah ada pelanggaran
dilakukan oleh Pihak Terkait untuk mendapatkan legal ratio dari Majelis
Hakim Konstitusi;
2. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON
Menurut Pihak Terkait, Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal
standing) untuk mengajukan permohonan perselisihan perolehan suara hasil
pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dengan alasan :
1) Bahwa meskipun pada bagian sub judul dalil pokok permohonannya huruf
A, Pemohon menuliskan “Kesalahan Penghitungan Hasil Peroleh Suara”,
akan tetapi Pemohon dalam menguraikan dalilnya, hanya mendalilkan hal-
hal yang berupa dugaan tindak pidana pemilu,dugaan tindak pidana
umum, dan dugaan pelanggaran administasi lainnya yang penyelesainnya
melalui Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Sentra Gakumdu) atau
melalui Laporan Pidana umum di Kepolisian Republik Indonesia bukan
melalui Mahkamah Konstitusi;
2) Ketentuan Pengajuan Permohonan (jumlah penduduk dan prosentase)
Bahwa dalam Permohonannya, Pemohon tidak menguraikan mengenai
terpenuhinya ketentuan pengajuan Permohonan (jumlah penduduk dan
prosentase);
Bahwa Permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 158 ayat (2) UU 8/ 2015 Pasal 6 ayat (2) huruf a
PMK No. 1 Tahun 2015 jo. PMK No. 5 Tahun 2015;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
34
Bahwa berdasarkan Pasal 158 ayat (2) UU 8/ 2015 Pasal 6 ayat (2)
huruf a PMK No. 1 Tahun 2015 jo. PMK No. 5 Tahun 2015, pengajuan
permohonan pembatalan penetapan Perolehan Suara Hasil Pemilihan
Calon Bupati dan Wakil Bupati, dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
No. Jumlah penduduk Perbedaan Perolehan Suara
berdasarkan penetapan Perolehan
Suara Hasil Pemilihan oleh KPU
Kabupaten
1 ≤ 250 2 %
2 > 250 – 500 1.5 %
3 > 500 – 1.000.000 1 %
4 > 1.000.000 0.5 %
Bahwa Pemohon sebagai pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati di
Kabupaten Mamuju dengan jumlah penduduk 293.704 (Dua Ratus
Sembilan Puluh Tiga Ribu Tujuh Ratus Empat) jiwa berdasarkan data
agrerat kependudukan 17 April 2015 (Bukti PT-3) Perbedaan perolehan
suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak
(Pihak Terkait) berdasarkan penetapan hasil penghitungan suara oleh
Termohon paling banyak sebesar 1.5 %;
Bahwa Pemohon memperoleh sebanyak 41.159 (empat Puluh Satu
Ribu Seratus Lima Puluh Sembilan) suara, sedangkan Pihak Terkait
memperoleh sebanyak 68.249 (Enam Puluh Delapan Ribu Dua Ratus
Empat Puluh Sembilan) suara. Sehingga perolehan suara antara
Pemohon dengan Pihak Terkait terdapat selisih 27.090 suara atau
sebesar 39.96 %. (vide Pasal 6 ayat 3 PMK No. 5 Tahun 2015 Jo. PMK
1 Tahun 2015 );
Dengan demikian, menurut Pihak Terkait, Permohonan Pemohon tidak
memenuhi ketentuan Pasal 158 ayat (2) UU 8/ 2015 Pasal 6 ayat (2)
huruf a PMK No. 1 Tahun 2015 jo. PMK No. 5 Tahun 2015;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
35
Penjelasan soal pembatasan pengajuan perkara yang tidak memenuhi
syarat sesuai pasal 158 ayat 2 UU No. 8 Tahun 2015 tentang Pemilu
sangatlah tegas, jelas dan termuat secara utuh dalam pasal a quo hal
ini diperkuat dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 51/PUU-
XIII/2015 tentang pengujian undang-undang pada halaman 107-108
“Menurut Mahkamah pembatasan bagi peserta pemilu untuk
mengajukan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara dalam
pasal 158 UU No 8 tahun 2015 merupakan kebijakan hukum terbuka
pembentuk Undang-undang untuk menentukannya sebab pembatasan
demikian logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk mengukur
signifikansi perolehan suara calon” putusan a quo mutatis mutandis
dengan dengan pertimbangan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
73/PUU-XIII/2015 tentang pengujian Undang-Undang pasal 158 ayat (1)
dan (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 Jo. UU No. 8 Tahun 2015;
3. PERMOHONAN PEMOHON TIDAK JELAS (OBSCUUR LIBEL). Menurut Pihak Terkait, permohonan Pemohon tidak benar dan tidak jelas
dengan alasan :
1) Bahwa pada Permohonan Pemohon pada halaman 14 (empat belas)
paragraf nomor 2 (dua), terdapat kalimat yang tertulis :
“Pemberian uang tunai bukan hanya dilakukan oleh Tim Suksek Pihak
Terkait, tapi juga dilakukan langsung oleh Calon Wakil Bupati Mamuju a.n.
sdr. IRWAN PABABARI pada malam tanggal 09 Desember 2015, secara
tunai sebesar Rp. 250.000/orang kepada seluruh masyarakat di Kecamatan
Mamuju”
Bahwa penjelasan Pada Malam Tanggal 9 Desember 2015 adalah bentuk
ketidakjelasan dan ketidakbenaran laporan dimana sangat jelas tanggal 9
Desember 2015 mulai pukul 07.00 wita sampai pukul 13.00 WITA adalah
waktu menggunakan hak pilih. Kalau kemudian terjadi malam hari jelas
pemungutan suara sudah selesai sehingga pernyataan yang menyatakan
bahwa terjadi proses poltik uang (money politic) untuk mempengaruhi
pemilih jelas terbantahkan. Hal ini lebih memperjelas bahwa dalil di atas
adalah dalil yang dibuat-buat, rekayasa dan merupakan fitnah kepada
Pihak Terkait sehingga Pihak Terkait dalam hal ini Paslon Wakil Bupati H.
Irwan Satya Putra Pababari, S.H., M.Tp kemudian melaporkan perbuatan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
36
fitnah kebohongan dimaksud pada Kepolisian Republik Indonesia dalam
hal ini Polres Mamuju berdasarkan Tanda Bukti Lapor yang dikeluarkan
Polres Mamuju Nomor: TBL/10/I/2016/SPKT Tanggal 5 Januari 2016
(Bukti PT-5) dimana sebagai terlapor adalah Andi Iswandi, Rusman, Abd.
Rasak Ashari, Sultan Aji Putra dan Ruski. Hal ini adalah langkah hukum
Pihak Terkait untuk melindungi kepentingan pihak terkait nama baik dan
pembelajaran bagi Pemohon agar tidak terjadi praktek-praktek
kebohongan dalam mencari dalil-dalil yang dibuat-buat dengan harapan
Mahkamah Konstitusi memeriksa perkara dimaksud;
2) Bahwa pada Permohonan Pemohon terdapat beberapa dalil yang tidak
menguraikan secara cermat, jelas dan lengkap mengenai waktu (tempus)
dan tempat (locus), serta siapa pelaku dan uraian perbuatan pelaku dari
peristiwa-peristiwa pelanggaran yang dituduhkan oleh Pemohon terhadap
Pihak Terkait.
Bahwa adapun dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut :
Mengenai keterliban Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kab.
Mamuju untuk memenangkan Pihak Terkait dengan modus membagi-
bagikan racun rumput dan bibit sebagaimana yang Pemohon dalilkan
pada halaman 19 huruf G nomor 1;
Bahwa pada dalil ini, Pemohon tidak menguraikan secara lengkap, jelas
dan lengkap mengenai siapa oknum ASN tersebut, kapan peristiwanya
(tempus), dan dimana peristiwanya (locus) dan bagaimana hubungan nya
bagi Pihak Terkait sehingga dipersalahkan dengan dalil ini;
Mengenai pemasangan ucapan selamat natal dengan memasang foto
Pihak Terkait, sebagaimana yang Pemohon dalilkan pada halaman 19
huruf G nomor 2;
Bahwa pada dalil ini, Pemohon tidak menguraikan secara lengkap, jelas
dan lengkap mengenai siapa yang memasangnya, kapan dan dimana
peristiwanya (tempus dan locus) dan ucapan natal yang dipersoalkan
bukanlah sebuah pelanggaran melainkan sebuah penghormatan dan
sikap toleransi sesama umat beragama di Indonesia sesuai falsafah dan
ideologi bangsa Indonesia;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
37
Mengenai dalil pimpinan SKPD Pemkab Mamuju yang melakukan
intimidasi kepada jajarannya untuk mememangkan Pihak Terkait,
sebagaimana yang Pemohon dalilkan pada halaman 20 nomor 3.
Bahwa pada dalil ini, Pemohon tidak menguraikan secara lengkap, jelas
dan lengkap mengenai siapa oknum pimpinan SKPD tersebut, kapan
dan dimana peristiwanya (tempus dan locus) dan bagaimana
hubungannya dengan Pihak Terkait pada hal nyata Pihak Terkait
bukanlah Incumbent (petahana);
Mengenai adanya keterlibat ASN pada kampanye Pihak Terkait,
sebagaimana yang Pemohon dalilkan pada halaman 20 nomor 4.
Bahwa pada dalil ini, Pemohon tidak menguraikan secara lengkap, jelas
dan lengkap mengenai siapa oknum ASN tersebut, kapan dan dimana
peristiwanya (tempus dan locus) serta bagaimana bentuk keterlibatanya
dan bagaimana perbuatan yang dilakukannya dan hubungannya dengan
Pihak Terkait tidak diuraikan secara jelas dan lengkap;
Mengenai Lurah Karema yang mengundang seluruh Ketua PPS di
Kelurahan Karema, sebagaimana yang Pemohon dalilkan pada halaman
15 nomor 4.
Bahwa pada dalil ini, Pemohon tidak menguraikan secara lengkap, jelas
dan lengkap mengenai kapan dan dimana peristiwanya (tempus dan
locus);
Mengenai operasi pengumpulan undangan pemilih yang dilakukan oleh
Lurah Karema sebagaimana yang Pemohon dalilkan pada halaman 20
nomor 7.
Bahwa pada dalil ini, Pemohon tidak menguraikan secara lengkap, jelas
dan lengkap mengenai kapan dan dimana peristiwanya (tempus dan
locus), siapa-siapa pelakunya, dan bagaimana perbuatan atau peran
para pelaku dalam peristiwa tersebut;
4. PERMOHONAN PEMOHON ERROR PROCEDURE COMPLAIN
Bahwa dalam Permohonan Pemohon sangat jelas tindakan dan langkah yang
dilakukan Pemohon dengan melakukan upaya hukum melalui Mahkamah
Konstitusi adalah tindakan yang keliru dalam melakukan pengaduan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
38
mengingat ada prosedur yang tidak dilalui oleh Pemohon yakni melaporkan
dugaan pelanggaran money politic (Politik Uang) pada institusi Kepolisian
Republik Indonesia. Bahwa setelah proses pressure melalui demonstrasi yang
dilakukan oleh Pemohon dan mendapatkan surat hasil kajian dalam sebuah
kesempatan dan pernyataan melalui media massa, Kapolres Mamuju AKBP
Eko Wagiyanto, S.I.P. menantang H. Damris (Paslon Wakil Bupati Nomor 2)
dalam hal ini Pemohon untuk melapor, ini termuat dalam situs berita on line
lokal di Sulbar (mediasulbar.com ) dengan judul “Polres Mamuju siap terima
jika H. Damris melapor tapi ….” Tertanggal 17 Desember 2015 (Bukti PT-6)
dimana dalam penjelasan berita dimaksud, principal Pemohon (H. Damris)
menyatakan kita akan lapor di Polres kalau tidak berhasil ke Polda dan kalau
perlu kita lapor sampai Mabes Polri. Penjelasan di atas jelas tidak dapat
disangkal bahwa Pemohon seharusnya melaporkan kejadian money politic
(politik uang) kepada Kepolisian Republik Indonesia. Apalagi dalam sebuah
kesempatan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan memerintahkan
seluruh Aparat Kepolisian untuk memproses laporan Politik Uang (Money
Politic) melalui Tindak Pidana Umum. Pernyataan Kapolri termuat dibeberapa
media antara lain:
a) http://m.tribunnews.com/nasional/2015/12/10/kapolri-perintahkan-seluruh-
praktik-politik-uang-diproses-pidana-umum tanggal 10 Desember 2015
(Bukti PT-7);
b) pada halaman http://www.jakartanewson.com/hukum/kapolri-jenderal-
badrodin-perintahkan-politik-uang-di-pilkada-serentak-diproses-pidana-
umum tanggal 9 Desember 2015 (Bukti PT-8);
c) pada halaman Tribun Jogja tanggal 10 Desember 2015 “Kapolri Perintahkan
Politik Uang Dipidanakan” (Bukti PT-9);
d) www.jaringnews.com tanggal 9 Desember 2015 “pihak Kepolisian bisa
menjerat pelaku politik uang (money politic) dengan Pasal 149 KUHP terkait
suap dalam proses pemilihan” (Bukti PT-10).
Namun langkah spekulatif dilakukan oleh Pemohon dengan mengajukan
upaya hukum melalui Mahkamah Konstitusi tanpa secara maksimal
menggunakan instrument pelaporan pidana umum melalui Kepolisian
Republik Indonesia. Apalagi jelas dan terang masa daluwarsa (Verjaring)
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
39
Pasal 149 KUHP ayat (1) dan (2) sesuai ketentuan Pasal 78 KUHP ayat (1)
bagian 2 yang berbunyi “Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana
denda, pidana kurungan atau pidana penjara paling lama tiga tahun
sesudah enam tahun”, sedangkan pasal 149 KUHP ayat (1) dan (2)
mengenai penyuapan dalam pemilihan ancaman hukuman adalah 9 bulan
penjara.
Bahwa dalil pelanggaran money politic yang diuraikan oleh Pemohon terkait
dugaan money politic yang dilakukan oleh Paslon Nomor Urut 3 atas nama
Calon Wakil Bupati H. Irwan Satya Papabari,. S.H., M.Tp. adalah dalil yang
penuh kebohongan dan fitnah. Hal ini sudah dilaporkan sebagai tindak
pidana pencemaran nama baik di Polres Mamuju berdasarkan Tanda Bukti
Lapor yang dikeluarkan Polres Mamuju Nomor : TBL/10/I/2016/SPKT
Tanggal 5 Januari 2016 (Bukti PT-5) dimana sebagai terlapor adalah Andi
Iswandi, Rusman, Abd. Rasak Ashari, Sultan Aji Putra dan Ruski. Hal ini
adalah langkah hukum Pihak Terkait untuk menjaga nama baik,
memberikan efek jera bagi sebuah pelaporan yang tidak jelas dan membuat
fitnah sehingga menjadi pelajaran penting bagi proses ke depan untuk tidak
berspekulatif, merekayasa sebuah kejadian yang tidak benar sehingga
seolah olah tercipta sebagai sebuah fakta hukum .
1. DALAM POKOK PERMOHONAN
A. Mengenai Kesalahan Penghitungan Hasil Perolehan Suara
Dalam pokok Permohonan Pemohon, Pihak Terkait membantah apa yang
menjadi asumsi hitungan dari Pemohon mengenai tabel suara kedua yang
menyatakan suara Pemohon ada di peringkat pertama.
No Nama Pasangan Calon Perolehan Suara
1. H.Ahmad, S.Sos. dan Abd. Jawas Gani,
S.H,. M.H.
11.939
2. Ir. Bustamin Bausat dan H. Damris, S.Pd. 67.870
3. Drs. H. Habsi Wahid, M.M. dan H. Irwan
Satya Putra Pababari, S.H., M.Tp.
41.538
Jumlah Keseluruhan Suara 121.347
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
40
Bahwa angka suara diatas yang didalilkan oleh Pemohon adalah angka
suara yang manipulatif tidak punya basis data yang jelas dan tidak
selayaknya diperhadapkan pada persidangan di Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia. Landasan logis dalil di suatu persidangan menjadi
terbalik dengan suatu asumsi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
secara benar sehingga Pihak Terkait meminta Majelis Hakim yang mulia
Mahkamah Konstitusi menyatakan tidak menerima dalil Permohonan
dimaksud .
B. Bahwa dalil mengenai Panita Pengawas Pemilihan (Panwas) Kabupaten
Mamuju yang mengeluarkan pemberitahuan tentang status laporan/temuan
terhadap Laporan Nomor :
09/LP/PILBUP/XII/2015;
12/LP/PILBUP/XII/2015;
16/LP/PILBUP/XII/2015;
17/LP/PILBUP/XII/2015;
19/LP/PILBUP/XII/2015;
20/LP/PILBUP/XII/2015;
21/LP/PILBUP/XII/2015;
Bahwa Pihak Terkait memberikan keterangan berdasarkan surat yang
diterima sesuai Surat Permohonan Tim Kampanye Pihak Terkait ke Panwas
Kab. Mamuju tertanggal 21 Desember 2015 Nomor a.064/KMS.HABSI-
IRWAN/XII/2015 (Bukti PT-11) adalah sebagai berikut :
- Terhadap Laporan Nomor 12/LP/PILBUP/XII/2015, Panwas Kab.
Mamuju telah memberikan Hasil Kajian Laporan yang isinya Laporan sdr.
Arman Jaya tidak dapat ditindaklanjuti karena tidak memenuhi unsur
pelanggaran tindak pidana pemilu;
- Terhadap Laporan Nomor 12/LP/PILBUP/XII/2015, Panwas Kab.
Mamuju telah memberikan Hasil Kajian Laporan yang isinya Laporan
tidak tidak memenuhi unsur pelanggaran tindak pidana pemilu. Bahwa
terkait hal ini, Panwas telah menindaklanjuti dengan meneruskan kepada
pihak yang berwenang yakni Pemerintah Kabupaten Mamuju c.q. Sekda
Pemkab Mamuju untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
41
- Terhadap Laporan Nomor : 16/LP/PILBUP/XII/2015, tidak ada
kaitannya/hubungannya dengan Pihak Terkait;
- Terhadap Laporan Nomor 17/LP/PILBUP/XII/2015, tidak ada
kaitannya/hubungannya dengan Pihak Terkait;
- Terhadap Laporan Nomor 19/LP/PILBUP/XII/2015, Panwas Kab.
Mamuju telah memberikan Hasil Kajian Laporan (Model A.8) tertanggal
12 Desember 2015 yang isinya menghentikan Laporan yang dilaporkan
oleh sdr. Andi Iswandi karena tidak memenuhi unsur formal dan materil
sebuah laporan. Bahwa untuk itu Panwas telah memberikan
rekomendasi kepada Pemohon untuk menempuh upaya hukum lain yang
dalam hal ini adalah melalui penyelesaian Tindak Pidana Umum di
Kepolisian RI (Bukti PT-12);
- Terhadap Laporan Nomor 20/LP/PILBUP/XII/2015, Panwas Kab.
Mamuju telah memberikan Hasil Kajian Laporan yang isinya tidak dapat
menindaklanjuti tindak pidananya karena tidak memenuhi unsur syarat
materil suatu laporan di Panwas Kab. Mamuju. Bahwa Panwas juga
telah memberikan rekomendasi kepada Pemohon untuk menempuh
upaya hukum lain yang dalam hal ini adalah melalui penyelesaian Tindak
Pidana Umum di Kepolisian RI;
- Terhadap Laporan Nomor 21/LP/PILBUP/XII/2015, Panwas Kab.
Mamuju telah memberikan Hasil Kajian Laporan yang isinya tidak dapat
menindaklanjuti tindak pidananya karena tidak memenuhi unsure syarat
materil suatu laporan di Panwas Kab. Mamuju. Bahwa Panwas juga telah
memberikan rekomendasi kepada Pemohon untuk menempuh upaya
hukum lain yang dalam hal ini adalah melalui penyelesaian Tindak
Pidana Umum di Kepolisian RI;
Bahwa terkait dengan pelanggaran lain telah ditindaklanjuti oleh Panwas
Kab. Mamuju dengan meneruskan kepada pihak yang berwenang yakni
Pemerintah Kabupaten Mamuju c.q. Sekda Pemkab. Mamuju untuk
ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Bahwa mengenai dalil terkait status laporan/temuan yang dikeluarkan Panitia
Pengawas Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju (Panwas
Kab. Mamuju) sesuai dalil Pemohon dalam Pokok Permohonan pada poin C
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
42
dan D yang berbunyi “Menyarankan pemohon untuk menempuh upaya
hukum lainnya”, disalahtafsirkan oleh Pemohon dengan mengambil
kesimpulan sendiri bahwa upaya hukum dimaksud adalah upaya hukum
melalui Mahkamah Konstitusi. Padahal jelas Mahkamah Konstitusi RI
bukanlah lembaga peradilan yang memeriksa kasus pidana pemilu atau
pidana umum (case of case) melainkan ada lembaga lain yang berwenang
yakni melalui Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berujung pada
Peradilan Umum. Hal ini digambarkan sendiri oleh Pemohon dengan
menyebutkan adanya Pasal 149 KUHP ayat (1) dan (2), namun kekeliruan
Pemohon menggiring kasus-kasus dimaksud melalui lembaga Mahkamah
Konstitusi karna Pemohon belum paham bagaimana ruang dan kewenangan
Mahkamah Konstitusi dalam memeriksa permohonan perselisihan hasil
pemilu kepala daerah. Kekeliruan Pemohon berkesimpulan bahwa money
politic tidak sanksinya pada hal jelas terdapat dalam Pasal 149 ayat (1) dan
(2) KUHP hal itu dijelasakan sendiri oleh Pemohon dalam Permohonan-nya;
Bahwa Pasal 149 KUHP ayat (1) dan (2) adalah aturan yang diatur dalam
Buku II Bab IV Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Tindak Pidana Umum)
yang jalur penyelesaiannya seperti tindak pidana umum lainnya yakni melalui
Penyelidikan dan Penyidikan oleh Kepolisian, Penuntutan oleh Kejaksaan
dan Pemeriksaan Perkara melalui Peradilan Umum;
D. Bahwa terhadap dalil Pemohon mengenai keterlibatan Panwaslu Kab.
Mamuju untuk memenangkan Pihak Terkait, menurut Pihak Terkait adalah
tuduhan yang tidak benar dan hanya sekadar strategi Pemohon untuk
menggiring opini yang subyektif di persidangan Yang Mulia ini. Adapun
penjelasan Pihak Terkait adalah sebagai berikut :
1) Bahwa adalah tidak benar Panwaslu Kab. Mamuju terlibat untuk
memenangkan Pihak Terkait. Dalil ini merupakan dalil yang tidak
berdasar dan beralasan, serta tidak lebih dari sekadar tuduhan belaka
untuk menggiring Majelis Hakim Konstitusi untuk fokus pada dalil ini Oleh
karena itu Pihak Terkait secara tegas membantah dalil dari Pemohon ini.
Justru Pemohon melalui prinsipalnya Calon Wakil Bupati Mamuju atas
nama H. Damris., S.Pd. melakukan pressure (tekanan) melalui
demonstrasi di Kantor Panwaslu Kabupaten Mamuju setelah proses
pemungutan suara selesai dilaksanakan. Hal demikian sebagaimana
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
43
termuat dalam Berita Online
http:/sulsel.pojoksatu.id/read/2015/12/16/pilkada-mamuju-dikejar-
deadline-massa-damris-kembali-demo-di-panwaslu tanggal 16 Desember
2015 (Bukti PT-13);
2) Bahwa adalah tidak benar Hardu M. Akhir (Hardu, S.Pd.) membagi-
bagikan uang (Money Politic) kepada warga Desa Pokkang Kec. Kaluku
termasuk kepada Siga dan Rasmin untuk mempengaruhi perolehan
suara Pihak Terkait di Desa Pokkang, Kec. Kaluku, Kab. Mamuju. Dalil
mengenai money politic ini adalah dalil yang tidak berdasar dan
beralasan, serta tidak lebih dari sekadar tuduhan belaka. Oleh karena itu
Pihak Terkait secara tegas membantah dalil dari Pemohon ini.
Bahwa mengenai dalil ini, Hardu M. Akhir telah mengajukan klarifikasi
dan bantahan melalui Akta Pernyataan di depan Notaris (Bukti PT-14);
3) Bahwa Pihak Terkait secara tegas membantah dan menolak dalil tuduhan
Pemohon mengenai adanya pemberian/pembagian uang tunai (money
politic) oleh Irwan Satya Putra Pababari kepada seluruh masyarakat di
Kecamatan Mamuju sebesar Rp. 250.000/orang pada malam tanggal 09
Desember 2015 untuk mempengaruhi perolehan suara Pihak Terkait.
Bahwa dalil yang menyatakan Pihak Terkait memberikan uang kepada
seluruh masyarakat di Kecamatan Mamuju adalah dalil yang tidak benar,
mengada-ada, tanpa fakta yang jelas. Bagaimana caranya Irwan Satya
Putra Pababari memberikan uang kepada seluruh masyarakat di Kab.
Mamuju. Logika yang keliru yang coba diformulasi oleh Pemohon
sehingga seoalah-olah nampak menjadi general dan masif;
4) Bahwa adalah tidak benar dalil Permohonan Pemohon yang mendalilkan
Irwan Satya Putra Pababari telah bertemu langsung dengan Muh.
Rusman, Sultan Aji, dan Abdul Razak yang kemudian meminta mereka
untuk mencoblos Pihak Terkait pada malam tanggal 09 Desember 2015.
Bahkan Irwan Satya Putra Pababari sama sekali tidak mengenai nama-
nama tersebut. Dalil ini adalah dalil yang tidak berdasar serta tidak lebih
dari sekadar tuduhan belaka. Irwan Satya Putra Pababari tidak berada
dirumah pada malam kejadian seperti yang dituduhkan oleh Pemohon;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
44
Bahwa mengenai keterlibatan Udin (gondrong/tattoo) yang didalilkan oleh
Pemohon terlibat menjemput Muh. Rusman, Sultan Aji, Abd Razak Ashari
untuk dibawah ke kediaman H. Irwan Satya Putra Pababari hal ini adalah
tidak benar dan tidak pernah bertemu dengan ketiga orang tersebut
apalagi melakukan penjemputan dengan menggunakan mobil . Hal ini
telah dijelaskan pada saat klarifikasi di Panwas Kabupaten Mamuju [vide
undangan klarifikasi (Bukti PT-15)] yang dikuatkan dengan pernyataan di
depan Notaris (Bukti PT-16);
5) Bahwa Pihak Terkait secara tegas menyatakan tidak pernah melakukan
upaya-upaya yang melawan hukum yang menyebabkan perolehan suara
Pihak Terkait di Kecamatan Mamuju mencapai 14.219 suara. Pihak
Terkait dalam memperoleh suara tersebut dilakukan dan diperoleh secara
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
6) Bahwa adalah tidak benar dalil Permohonan Pemohon mengenai adanya
pembagian uang kepada seluruh warga (money politic) di Kecamatan
Kaluku sebesar Rp. 50.000/orang yang dilakukan oleh Timses Pihak
Terkait yang bernama Rasdi sehingga mengakibatkan perolehan suara
Pihak Terkait menjadi 12. 429 suara;
Dalil dari Pemohon ini adalah dalil yang tidak berdasar dan tidak lebih
dari sekadar tuduhan belaka. Dalil Permohon terkait hal ini adalah dalil
yang mengeneralisasi satu peristiwa yang seolah nampak massif yang
dilakukan oleh satu orang dimana jelas orang yang dimaksud oleh
Pemohon yakni Rasdi. Pihak Terkait tidak mengenal dan mengetahui
yang kemudian disimpulkan oleh Pemohon bisa menjadikan suara Pihak
Terkait berjumlah 12.429 hal yang tidak logis dan mengada–ada dalil
yang digunakan oleh Pemohon satu orang bisa menjadikan suara
berjumlah 12.429 jelas adalah dalil yang mengada-ada dan manipulatif
jauh dari ratio logis sebuah fakta;
7) Bahwa Pihak Terkait dalam memperoleh 12.429 suara di Kecamatan
Kaluku bukan akibat dari pemberian uang/pembagian uang (money
politic) kepada warga masyarakat. Perolehan suara tersebut diperoleh
dengan cara-cara yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tentutnya suara yang didapatkan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
45
oleh Pihak Terkait didapatkan secara demokratis dengan prinsip
penghormatan hukum dan aturan yang berlaku dengan menggunakan
secara baik tahapan kampanye yang telah ditetapkan oleh Termohon;
8) Bahwa adalah tidak benar dalil Permohonan Pemohon yang mendalilkan
Lurah Karema yang bernama Yahyaddin telah terlibat untuk
memenangkan Pihak Terkait. Pihak Terkait sama sekali tidak pernah
berkomunikasi dan berkoordinasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung ataupun bekerjasama dengan Lurah Karema, dengan salah
satu Ketua PPS di Keluarahan Karema sdr. Jaelani ataupun dengan
Ketua PPS TPS 9 Kelurahan Karema Sdr. Juddin dalam rangka untuk
memenangkan Pihak Terkait. Kalau dalil Pemohon menghubungkan
Lurah Kerema atas nama Yahyaddin dengan Pihak Terkait dalam dalil
Permohonan tidak terurai apa yang dilakukan Pihak Terkait kepada Lurah
Karema atas nama Yahyaddin Pemohon membuat dalil yang kemudian
seolah-olah menggiring opini dengan dasar fakta yang tidak jelas dan
kabur;
9) Bahwa Pihak Terkait sama sekali tidak pernah berkoordinasi dengan
Lurah Karema untuk memenangkan pasangan nomor urut 3 (Pihak
Terkait) dengan cara mengundang seluruh PPS di Kelurahan Karema
dan menukarkan undangan pemilih (C6) dengan uang sebesar Rp. 800.
000,- untuk memilih pasangan nomor urut 3 (Pihak Terkait). Lagi pula
Pihak Terkait tidak memiliki hubungan kordinasi struktural, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dengan Lurah Karema;
E. Bahwa mengenai dalil keterlibatan PNS, dengan ini Pihak Terkait
mengajukan keterangan sebagai berikut :
1) Bahwa Pihak Terkait secara tegas membantah dalil Permohonan
Pemohon tentang keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan
modus membagi-bagikan racun rumput, bibit, dan lain-lain dengan
mengatasnamakan bantuan Habsi-Irwan. Lagi pula Pihak Terkait sama
sekali tidak memiliki hubungan kordinasi baik secara langsung maupun
secara tidak langsung kepada seluruh jajaran Aparatur Sipil Negara
(ASN) di Kabupaten Mamuju. Dalil Pemohon ini tidak berdasar dan hanya
sekadar tuduhan yang tidak berdasarkan fakta;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
46
2) Bahwa adalah tidak benar dalil yang menyatakan Pimpinan SKPD
Pemerintah Kabupaten Mamuju telah melakukan intimidasi kepada
jajarannya untuk mendukung Habsi-Irwan. Bagaimana mungkin Pihak
Terkait bisa memerintahkan atau menyuruh Pimpinan SKPD Pemkab
Mamuju agar mendukung Pihak Terkait, sementara Pihak Terkait
bukanlah atasan dari para Pimpinan SKPD tersebut. Apalagi Pihak
Terkait tidak memiliki hubungan koordinasi struktural dengan Pimpinan-
Pimpinan SKPD di Kab. Mamuju. Selain itu Pihak Terkait memang tidak
pernah melakukan komunkasi ataupun kerjasama dengan Pimpinan-
Pimpinan SKPD Kab. Mamuju untuk memenangkan Pihak Terkait dasar
argumentasi jelas bahwa Pihak Terkait bukanlah incumbent (petahana).
Dalil dari Pemohon ini hanyalah sekadar tuduhan belaka;
3) Bahwa adalah tidak benar dalil yang menyatakan telah terjadi operasi
mengumpulkan surat panggilan pemilih. Dalil ini adalah dalil yang
mengada-ada cenderung menjadikan kata operasi sebagai hal yang
bombastis padahal jelas tindakan ini tidak pernah dilakukan oleh Pihak
Terkait, bagaimana bentuk operasi, siapa yang melakukan, dimana
dilakukan, kapan dilakukan, kesemua hal ini tidak jelas disampaikan
dalam dalil Pemohon;
4) Bahwa adalah tidak benar dalil mengenai adanya keterlibatan PNS atas
nama Supratman (guru SMA Keang) dengan Abd. Rahman (tata usaha
SMA Kaluku) dan Asri Ketua KPPS 7 Desa Kabuloang dengan cara
memberi uang kepada Rasdi untuk selanjutnya ditugaskan kepada
masyarakat TPS 7 Desa Kabuloang dan yang menerima uang adalah
Mukani, Sutarji, Hendrik, Kusman, Yusuf dan mereka diarahkan untuk
memilih Pihak Terkait;
Bahwa Pihak Terkait sama sekali mengenal PNS atas nama Supratman
(guru SMA Keang), Abdul Rahman (tata usaha SMA Kaluku) maupun
Asri Ketua KPPS 7 Desa Kabuloang. Pihak Terkait tidak mungkin bisa
melibatkan atau bahkan memerintahkan para PNS ataupun petugas
KPPS untuk memenangkan Pihak Terkait. Tidak ada hubungan
koordinasi atau hubungan atasan-bawahan antara Pihak Terkait dengan
mereka. Pihak Terkait juga tidak pernah melakukan komunikasi atau
kerjasama, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
47
mereka. Dengan demikian dalil dari Pemohon ini hanya sekadar tuduhan
belaka;
Bahwa mengenai dalil ini, Supratman telah mengajukan klarifikasi dan
bantahan melalui Akta Pernyataan di depan Notaris (Bukti PT-17),
begitupula dengan Abdul Rahman telah mengklarifikasi dan membantah
tuduhan tersebut melalui Akta Pernyataan di depan Notaris (Bukti PT-18);
5) Bahwa mengenai dalil di halaman 21 poin 1 yang menyatakan bahwa ada
kerjasama Pihak Terkait dan Petugas Pemungutan Suara di TPS 1
Kelurahan Rangas untuk merubah hasil suara Pemohon hal ini adalah
rekaan, manipulasi dari Pemohon adalah dalil ini tidak benar. Andaikan
hal ini terjadi, dalam sertifikat hasil rekapitulasi model C1, pasti terdapat
keberatan dan Panwas Kabupaten Mamuju jelas akan
merekomendasikan penghitungan ulang. Sangat jelas Pemohon mereka-
reka dalil ini dimana tidak jelas berapa suara Pemohon dikurangi tidak
tergambar dalam Permohonan Pemohon;
6) Bahwa mengenai dalil Pemohon terkait dengan C1 KWK yang
berhologram dan tidak berhologramn adalah dalil yang tidak relevan
untuk dipertimbangkan karna uraian Pemohon tidak memperjelas seperti
apa kerugian yang dialami Pemohon dan bagaimana bentuk kerugian
yang terjadi tidak tergambar dalam Permohonan;
F. Tuduhan Pemohon terkait keterlibatan Panwas Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten Mamuju untuk memenangkan pihak terkait.
Bahwa dalil ini jelas adalah bentuk dalil yang keliru dan tidak mendasar
Pemohon tidak menjelaskan bagaimana hubungan kerjasama Panwas
pemilukada mamuju dengan Pihak Terkait dimana dan kapan bentuknya
seperti apa hal ini tidak terurai secara jelas dan terang sehingga hanya
bernilai sebagai sebuah tuduhan subyektif jauh dari nilai kebenaran adapun
Pihak Terkait mendapatkan bukti–bukti laporan dan kajian melalui Panwas
Pemilukada Mamuju tentunya melalui proses persuratan yang telah lama
dimasukkan (Bukti PT- 11) Pemberian surat-surat yang kami mohonkan
itupun kami dapatkan menjelang persidangan di Mahkamah Konstitusi pihak
Panwas Pemilukada Kabupaten Mamuju baru memberikan kepada Pihak
Terkait surat-surat dimaksud ,uraian ini jelas mengambarkan bahwa kami
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
48
tidak ada kerjasama ataupun berkonspirasi dengan Panwas Pemilukada
Mamuju sehingga kami mendapatkan suara terbanyak ,justru Pemohon
dengan kandidat paslon wakil H.Damris ,S.Pd. dengan massa pendukungnya
datang beberapakali berdemonstrasi ,mem-pressure Panitia Pengawas
Pemilukada Mamuju dikantor Panwas Pemilukada Mamuju (Bukti PT- 6 dan
Bukti PT-13 );
G. Mengenai kajian Panwas Pemilukada Kabupaten Mamuju.
1) Bahwa dalil Pemohon terkait Laporan Nomor 19/LP/PILBUP/XII/2015
dimana menghubung-hubungkan Pihak Terkait dalam hal ini Calon Wakil
Bupati H. Irwan Satya Putra Pababari, S.H., M.Tp. sebagai Terlapor
money politic sangatlah men-distorsi laporan a quo, padahal sangat jelas
dalam Formulir Model A.1, Penerimaan Laporan Nomor: 19
/LP/PILBUP/XII/2015, sebagai Pelapor adalah Andi Iswandi dalam angka
1 dan Terlapor sesuai angka 2 poin e adalah Rusman, Sultan Aji Putra,
Abd. Razak Ashari, Ruski sedangkan saksi-saksi sesuai poin 3 adalah
Amiruddin dan Kahar. Tidak ada nama H. Irwan Satya Putra Pababari
sebagai Terlapor;
2) Bahwa mengenai kedudukan Pelapor sudah sangat jelas dalam Pasal
134 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur
Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang adalah sebagai berikut:
a. Ayat (1): Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota,
Panwas Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS menerima laporan
Pelanggaran Pemilihan pada setiap tahapan penyelenggaraan
pemilihan;
b. Ayat (2): Laporan Pelanggaran Pemilihan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dapat disampaikan oleh :
1. Warga Negara Indonesia yang memiliki hak pilih pada pemilihan
setempat
2. Pemantau pemilihan
3. Peserta pemilihan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
49
Bahwa dalam Tanda Bukti Penerimaan Laporan (Bukti PT-19) sangat
jelas bahwa Andi Iswandi bukanlah warga atau penduduk Kab. Mamuju
melainkan warga Arrale Utara Kabupaten Mamasa. Sesuai identitas
pelapor angka 1 poin g, Andi Iswandi bukanlah peserta pemilihan dan
bukan Pemantau Pemilihan karna jelas dalam tahapan pemilihan kepala
daerah dan wakil kepala daerah mamuju tahun 2015 tidak terdapat
pemantau pemilu yang terdaftar dan melakukan pemantauan;
3) Bahwa sangat jelas Pelapor dalam laporan Nomor:
19/LP/PILBUP/XII/2015 hanya membuat buat laporan dan mencari-cari
kesalahan Pihak Terkait dengan target adanya perhatian dipersidangan
Mahkamah Konstitusi dimana Pelapor dan saksi-saksi yang diajukan
tidak mengetahui, mendengar, melihat secara langsung dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh Pihak Terkait dalam hal ini Paslon
Wakil Bupati Irwan Satya Putra Pababari, S.H., M.Tp.;
4) Bahwa terkait Laporan yang menyebutkan Pihak Terkait dalam hal ini
Paslon Wakil Bupati H. Irwan Satya Putra Pababari, S.H., M.Tp
melakukan money politik (politik uang) jelas adalah fitnah, pencemaran
nama baik dan sebuah kejadian rekayasa. Hal ini telah dilaporkan Pihak
Terkait dalam hal ini Paslon Wakil Bupati H. Irwan Satya Putra Pababari,
S.H., M.Tp sebagai delik pidana pada baik melalui Polres Mamuju
berdasarkan Tanda Bukti Lapor yang dikeluarkan Polres Mamuju Nomor :
TBL/10/I/2016/SPKT Tanggal 5 Januari 2016 (Bukti PT-5);
5) Bahwa penjelasan Pemohon dalam dalil Permohonan mengenai laporan
yang tidak dilanjutkan oleh Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Mamuju Tahun 2015 kepada Sentra
Gakumdu adalah ketidaktahuan dan ketidakmengertian soal peran Sentra
Gakumdu atau yang disebut Sentra Penegakan Hukum Terpadu antara
lain sebagai berikut:
a) Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-
Undang. Bagian Keempat Tindak Pidana Pemilihan, Pasal 145:
Tindak Pidana Pemilihan merupakan Pelanggaran atau Kejahatan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
50
terhadap Ketentuan Pemilihan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini;
Paragraf 4 Sentra Penegakan Hukum Terpadu, Pasal 152 Ayat (1) :
Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana
pemilihan, Bawaslu Provinsi dan atau Panwas Kabupaten/Kota,
Kepolisian Daerah dan atau Kepolisian Resort, dan Kejaksaan Tinggi
dan atau Kejaksaan Negeri membentuk Sentra Penegakan Hukum
Terpadu. Ayat (2) : Ketentuan lebih lanjut mengenai Sentra
Penegakan Hukum Terpadu diatur berdasarkan Kesepakatan
Bersama antara Kepala Kepolisian RI, Jaksa Agung RI dan Ketua
Bawaslu;
b) Dari penjelasan Pasal 152 Ayat (2) di atas kemudian ditindaklanjuti
dengan Kesepakatan Bersama antara Badan Pengawas Pemilihan
Umum Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15/NKB/BAWASLU/X/2015;
Nomor B/38/X/2015; Nomor KEP-153/A/JA/10/2015 Tentang Sentra
Penegakan Hukum Terpadu Tertanggal 8 Oktober 2015 (Bukti PT-
20) dimana dalam Pasal 1 Ketentuan Umum Kesepakatan Bersama
ini berbunyi :
Poin 3: Tindak Pidana Pemilu adalah Tindak Pidana Pelanggaran
dan atau kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana pemilu
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 Jo,
Undang-Undang No. 1 Tahun 2015;
Poin 5: Tindak Pidana Pemilihan merupakan Pelanggaran atau
kejahatan terhadap ketentuan pemilihan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 dan Undang-Undang No. 8
Tahun 2015. Pola kerja Sentra Gakumdu juga diatur dalam
kesepakatan bersama ini dalam Paragraf 1 mengenai Pembahasan
Laporan dan atau temuan dalam Pasal 8 ayat 1. Dalam hal hasil
kajian awal Panwas atas laporan dan atau temuan merupakan
dugaan tindak pidana pemilu, pelanggaran pidana pemilu presiden
dan wakil presiden dan tindak pidana pemilihan maka dilakukan
pembahasan;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
51
6) Bahwa poin penting penjelasan diatas adalah bantahan atas
ketidaktahuan dari Pemohon soal penanganan tindak pidana rezim
Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 jo Undang-Undang No. 8 Tahun 2015
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota menjadi Undang-Undang.
Pemohon keliru mendalilkan bahwa Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten
Mamuju tidak bekerja padahal jelas dalam kesepakatan bersama yang
menjadi amanat Pasal 152 ayat (2) Undang–Undang Nomor 1 Tahun
2015 tentang Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang ada kajian awal
yang diduga merupakan tindak pidana pemilu, pelanggaran pidana
pemilu presiden dan wakil presiden dan tindak pidana pemilihan selain
karena syarat formil dan syarat materil yang tidak terpenuhi sesuai kajian
Panwas Kab. Mamuju. Pasal 149 KUHPidana ayat 1 dan 2 yang
dimaksud oleh Pemohon bukanlah Tindak Pidana rezim Undang-Undang
No. 1 Tahun 2015 Jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 melainkan
adalah tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP : Wetboek Van Strafrecht) yang sampai saat ini tetap
berlaku. Kesalahan Pemohon adalah tidak melaporkan hal ini kepada
Kepolisian Republik Indonesia sebagai tindak pidana umum padahal
nyata dan jelas dalam kajian Panwas Kabupaten Mamuju (Bukti PT-12)
yang menyarankan kepada Pelapor untuk menempuh upaya hukum
lainnya. Ruang upaya hukum lainnya adalah pelaporan Pidana Umum ke
Kepolisian RI apakah itu di Polres Mamuju, Polda Sulsebar atau di Mabes
Polri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Pemohon dalam hal ini Paslon
Wakil Bupati Mamuju H. DAMRIS, S.Pd yang dimuat di media online
http://mediasulbar.com/artikel-4767-polres-mamuju-siap-terima-jika-h-
damris-melapor-tapi tanggal 17 Desember 2015 (Bukti PT-6) dengan
judul berita “Polres Mamuju siap terima jika H. Damris melapor, tapi …”
dimana dalam media online tersebut diterangkan :
H. DAMRIS menuntut panwaslu untuk mengeluarkan rekomendasi atas sejumlah dugaan pelanggaran yang terjadi selama proses Pemilukada beberapa waktu lalu”
Lebih lanjut H. DAMRIS menyatakan :
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
52
“Panwas memberikan petunjuk agar H. DAMRIS mencoba menempuh jalur hukum lain untuk menuntaskan dugaan pelanggaran di Pemilukada tersebut” “Panwas menyarankan kepada kita untuk menempuh upaya hukum lain” “Kita akan menang. Kalau di Polres kita tidak berhasi,l kita lanjutkan ke Polda. Dan Kalau perlu kita lanjut kan ke Mabes Polri”
Bahwa Pernyataan ini jelas secara sadar diucapkan oleh Pemohon dan
sampai saat ini tidak ada hak jawab atas pemberitaan media dimaksud
sehingga jelas berita dimaksud adalah fakta yang sahih tidak bisa
dibantah kebenarannya. Hal ini memperjelas fakta Pemohon mengetahui
dan sadar kemana harus mengadu terkait laporan yang dimasukkan
melalui Panwas Kabupaten Mamuju. Dalam berita a quo, Kapolres
Mamuju AKBP Eko Wagiyanto membuka pintu kepada Pemohon untuk
melaporkan ke Kepolisian dalam paragraph kedua berita tersebut
“Apapun Laporan dugaan kecurangan ,kami akan proses asal ada
laporan yang masuk ke kami untuk urusan ini kami di posisi pasif,
menunggu laporan saja”. Penjelasan di atas jelas mengambarkan bahwa
Pemohon tidak memaksimalkan instrumen hukum yang ada malah
menggiring opini seolah olah tidak ada penyelesaian, padahal jelas juga
dalam beberapa pernyataan Kapolri di beberapa media menyatakan
meminta jajarannya untuk mengusut memeriksa dan menindaklanjuti
laporan money politic atau politik uang. Dalam beberapa kesempatan,
Kapolri Badrodin Haiti menegaskan dan memerintahkan kepada seluruh
Aparat Kepolisian RI untuk memproses Politik Uang melalui Tindak
Pidana Umum.
Dalam berita online dengan link
http://m.tribunnews.com/nasional/2015/12/10/kapolri-perintahkan-seluruh-
praktik-poltik-uang-diproses-pidana-umum, tanggal 10 Desember 2015
(Bukti PT-7) dan Dalam link berita online
http://kanalnews.co/polhukam/kapolri-perintahkan-jajarannya-proses-
kasus-poltik-uang-pilkada-2015, tanggal 10 Desember 2015 (Bukti PT-21)
Kapolri Badrodin Haiti menyatakan “seluruh Kapolda, saya ingin semua
kasus politik uang diproses secara pidana umum, Pasal 149 KUHP soal
penyuapan dalam pemilihan. Praktik politik uang memang dilarang dalam
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
53
Pilkada, namun soal itu tidak dikategorikan sebagai perbuatan kriminal
dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 tentang Pemilu”. “Kapolri memerintahkan agar seluruh poltik uang bisa digunakan Pasal
149 KUHAP, tentang penyuapan dalam pemilihan, ancaman hukuman 9
bulan penjara”
7) Dari penjelasan di atas jelas langkah Pemohon yang kemudian
melakukan tindakan hukum by pass melalui proses di Mahkamah
Konstitusi adalah langkah yang keliru dan tidak cermat. Pemohon harus
sadar bahwa kewenangan Mahkamah Konstitusi bukanlah memeriksa
dan mengadili case of case melainkan perpedoman pada keteraturan
hukum dan konstitusi sebagai rel Mahkamah Konstitusi, tidak boleh satu
kasus yang belum jelas kebenarannya menjadi pintu masuk dalil dan
digeneralisasi seolah-olah berisifat massif, terstruktur dan sistematis
dengan target Mahkamah Konstitusi mengambil peran dari kebuntuan
upaya hukum yang ada, padahal jelas ruang-ruang upaya hukum jelas
dan terbuka untuk membawa ketidakpuasan diuji melalui lembaga
peradilan umum atau lembaga peradilan adminstrasi lainnya;
2. PETITUM Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas, Pihak Terkait memohon
kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk menjatuhkan putusan
sebagai berikut :
Dalam Eksepsi
- Mengabulkan eksepsi PIHAK TERKAIT;
- Menyatakan Permohonan PEMOHON Tidak Jelas (OBSCUUR LIBEL);
- Menyatakan Permohonan PEMOHON error in procedural complain;
- Menyatakan Permohonan PEMOHON tidak memenuhi syarat formal
Pengajuan Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
menjadi Undang-Undang Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
54
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi
Undang-Undang; dan Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman beracara dalam
Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur ,Bupati dan Walikota Jo.
Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman beracara dalam
Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota;
Dalam Pokok Permohonan
- Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;
- Menyatakan dalil Permohonan tidak beralasan dan patu ditolak;
- Menyatakan benar dan tetap berlaku Keputusan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten Mamuju Nomor: 76/Kpts/KPU-Kab-033.4338/XII/2015
Tahun 2015 bertanggal 16 Desember 2015, Pukul 20.18 WITA.
Atau
Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono);
[2.6] Menimbang bahwa untuk membuktikan keterangannya, Pihak Terkait
telah mengajukan bukti surat/tulisan yang diberi tanda bukti PT-1 sampai dengan
bukti PT-23, yang telah disahkan pada persidangan yang diselenggarakan pada
hari Rabu, tanggal 13 Januari 2016, sebagai berikut:
1. PT-1
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 76/Kpts/KPU-kab-033.433438/XII/ 2015 tanggal 16 Desember 2015 Tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015.
2.
PT-2
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 58/KPU-Kab.033-433438/VII/ 2015 tanggal 24 Agustus 2015 Tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Mamuju dalam pemilihan Bupati dan wakil Bupati Mamuju Tahun 2015.
3.
PT-3
Berita Acara Serah Terima Data Agregat Kependudukan per Kecamatan (DAK 2) Pemilihan Kepala Daerah Secara Serentak 2015 Nomor 470/1898/SJ dan Nomor 23/BA/IV/2015 antara TJAHJO KUMOLO sebagai Mendagri (Pihak Pertama) dan HUNI KAMIL MANIK sebagai Ketua KPU RI (Pihak Kedua) tanggal 17 April 2015.
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
55
4. PT-4
Keputusan Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor : 60/Kpts/KPU-Kab-033.433438/VIII /2015, tanggal 24 Agustus 2015, tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015.
5. PT-5
Tanda Bukti Lapor Nomor : TBL/10/I/2016/SPKT tanggal 05 Januari 2016.
6. PT-6
Petikan Berita Online http://mediasulbar.com/artikel-4767-polres-mamuju-siap-terima-jika-h-damris-melapor,-tapi.... Tanggal 17 Desember 2015
7. PT-7
Petikan Berita Online htttp://m.tribunnews.com/nasional/2015/12/10/kapolri-perintahkan-seluruh-praktik-politik-uang-diproses-pidana-umum tanggal 10 Desember 2015
8. PT-8
Petikan Berita Online http://www.jakartanewson.com/hukum/kapolri-jenderal-badrodin-perintahkan-poltik-uang-di-pilkada-serentak-diproses-pidana-umum
9. PT-9
Petikan Berita Online http://jogja.tribunnews.com/2015/12/10/kapolri-perintahkan-politik-uang-dipidanakan tanggal 10 Desember 2015
10. PT-10
Petikan Berita Online http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/73924/Kapolri-polisi-bisa-jerat-pelaku-poltik-uang
11. PT-11
Surat Tim Kampanye Koalisi Mamuju Sejahterah HABSI-IRWAN No. a.064/KMS.HABSI-IRWAN/XII/2015 tanggal 21 Desember 2015 Perihal Pemintaan Berkas Laporan
12. PT-12
Kajian Laporan Panwas Kab. Mamuju (Model A.8) Tanggal 15 Desember 2015 atas Laporan Nomor 19/LP/PILBUP/XII/2015 tanggal 12 Desember 2015 a.n. Pelapor Andi Iswandi.
13. PT-13
Petikan Berita online htttp:/sulsel.pojoksatu.id/read/2015/12/16/pilkada-mamuju-dikejar-deadline-massa-damris-kembali-demo-di-panwaslu tanggal 16 Desember 2015
14. PT-14 Akta Pernyataan a/n HARDU, S.Pd., M. Si; Nomor -04-; Tanggal 05 Januari 2016
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
56
15. PT-15
Undangan Klarifikasi Panwas Kab. Mamuju Nomor 219/Und/KL/Panwas Pilbup-MU/XII/2015 tanggal 13 Desember 2015 yang ditujukan kepada Udin
16. PT-16 Akta Pernyataan a/n Hasanuddin alias Udin GONDRONG; Nomor -03-; Tanggal 05 Januari 2016
17. PT-17 Akta Pernyataan a/n Supratman., S.Pd; Nomor -05-; Tanggal 05 Januari 2016
18. PT-18 Akta Pernyataan a/n Abdul Rahman A; Nomor -06-; Tanggal 05 Januari 2016
19.
PT-19
Penerimaan Laporan Panwas Kab. Mamuju (Model A.1) Nomor 19/LP/PILBUP*/XII/2015 a.n. Pelapor Andi Iwandi, Tanggal 12 Desember 2015.
20. PT-20
Kesepakatan Bersama antara Badan Pengwas Pemilihan Umum Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia Nomor : 15 / NKB / BAWASLU / X/ 2015, Nomor : B / 38 / X / 2015, dan Nomor : KEP-153 /A/JA/10/2015 tanggal 8 Oktober 2015 Tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu.
21. PT-21
Petikan Berita Online http://kanalnews.co/polhukam/kapolri-perintahkan-jajarannya-proses-kasus-poltik-uang-pilkada-2015 tanggal 10 Desember 2015
22. PT-22 Akta Pernyataan a/n Arianto; Nomor -02-; Tanggal 05 Januari 2016
23. PT-23
Tabel Hasil Rekap Laporan Panwas Kabupaten Mamuju dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Tahun 2015.
[2.7] Menimbang bahwa untuk mempersingkat uraian Putusan ini, maka
segala sesuatu yang terjadi dalam persidangan cukup ditunjuk dalam Berita Acara
Persidangan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
putusan ini;
3. PERTIMBANGAN HUKUM
[3.1] Menimbang bahwa sebelum mempertimbangkan lebih jauh tentang
permohonan Pemohon terlebih dahulu Mahkamah memandang penting untuk
mengemukakan beberapa hal sehubungan dengan adanya perbedaan pandangan
antara Pemohon, Termohon, dan Pihak Terkait dalam melihat keberadaan Pasal
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
57 158 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5678,
selanjutnya disebut UU 8/2015);
Pada umumnya Pemohon berpandangan bahwa Mahkamah adalah sebagai
satu-satunya lembaga peradilan yang dipercaya menegakkan keadilan substantif
dan tidak boleh terkekang dengan keberadaan Pasal 158 UU 8/2015 sehingga
seyogianya mengutamakan rasa keadilan masyarakat khususnya Pemohon yang
mencari keadilan, apalagi selama ini lembaga yang diberikan kewenangan
menangani pelanggaran-pelanggaran dalam pemilihan kepala daerah banyak yang
tidak jalan bahkan tidak sedikit yang memihak untuk kepentingan pihak terkait.
Dalam penilaian beberapa Pemohon, banyak sekali laporan yang tidak ditindak
lanjuti oleh KPU, Panwas/Bawaslu di seluruh jajarannya, demikian pula dengan
laporan tindak pidana juga tidak jalan sehingga hanya Mahkamah inilah
merupakan tumpuan harapan para Pemohon. Kemana lagi Pemohon mencari
keadilan kalau bukan ke MK. Apabila MK tidak masuk pada penegakan keadilan
substantif maka berbagai pelanggaran/kejahatan akan terjadi, antara lain, politik
uang, ancaman dan intimidasi, bahkan pembunuhan dalam Pilkada yang
selanjutnya akan menghancurkan demokrasi. Dengan demikian, menurut sejumlah
Pemohon, Mahkamah harus berani mengabaikan Pasal 158 UU 8/2015, oleh
karena itu, inilah saatnya Mahkamah menunjukkan pada masyarakat bahwa
keadilan harus ditegakkan tanpa harus terikat dengan Undang-Undang yang
melanggar hak asasi manusia;
Di pihak lain, Termohon dan Pihak Terkait berpendapat antara lain bahwa
Pasal 158 UU 8/2015 merupakan Undang-Undang yang masih berlaku dan
mengikat seluruh rakyat Indonesia, tidak terkecuali Mahkamah Konstitusi,
sehingga dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya haruslah
berpedoman pada UUD 1945 dan Undang-Undang yang masih berlaku;
Meskipun Mahkamah adalah lembaga yang independen dan para hakimnya
bersifat imparsial, bukan berarti Hakim Konstitusi dalam mengadili sengketa
perselisihan perolehan suara pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota bebas
sebebas-bebasnya akan tetapi tetap terikat dengan ketentuan perundang-
undangan yang masih berlaku, kecuali suatu Undang-Undang sudah dinyatakan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
58 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah, lagipula sumpah
jabatan Hakim Konstitusi antara lain adalah akan melaksanakan UUD 1945 dan
Undang-Undang dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
Pasal 158 UU 8/2015 merupakan pembatasan bagi pasangan calon
pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk dapat diadili perkara perselisihan
perolehan suara hasil pemilihan di Mahkamah dengan perbedaan perolehan suara
dengan prosentase tertentu sesuai dengan jumlah penduduk di daerah pemilihan
setempat;
Sebelum pelaksanaan pemilihan kepala daerah dilaksanakan oleh KPU,
aturan tentang pembatasan tersebut sudah diketahui sepenuhnya oleh pasangan
calon bahkan Mahkamah telah menetapkan Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Beracara
Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (selanjutnya
disebut PMK 1-5/2015) dan telah pula disosialisasikan ke tengah masyarakat
sehingga mengikat semua pihak yang terkait dengan pemilihan a quo;
Meskipun Pasal 158 UU 8/2015 merupakan pembatasan, oleh karena
mengikat semua pihak maka Undang-Undang a quo merupakan suatu kepastian
hukum karena diberlakukan terhadap seluruh pasangan calon tanpa ada yang
dikecualikan. Menurut Termohon dan Pihak Terkait, setelah adanya UU 8/2015
seyogianya Mahkamah haruslah tunduk dengan Undang-Undang a quo.
Mahkamah tidak dibenarkan melanggar Undang-Undang. Apabila Mahkamah
melanggar Undang-Undang maka hal ini merupakan preseden buruk bagi
penegakan hukum dan keadilan. Apabila Mahkamah tidak setuju dengan
ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 maka seyogianya Undang-Undang tersebut
terlebih dahulu dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat atas
permohonan Pemohon yang merasa dirugikan. Selama Undang-Undang tersebut
masih berlaku maka wajib bagi Mahkamah patuh pada Undang-Undang tersebut.
Undang-Undang tersebut merupakan salah satu ukuran bagi pasangan calon
untuk memperoleh suara secara signifikan;
[3.2] Menimbang bahwa setelah memperhatikan perbedaan pandangan antara
Pemohon, Termohon, dan Pihak terkait sebagaimana diuraikan di atas dalam
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
59 melihat keberadaan Pasal 158 UU 8/2015, selanjutnya Mahkamah berpendapat
sebagai berikut:
[3.2.1] Bahwa terdapat perbedaan mendasar antara pengaturan pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota secara serentak sebagaimana dilaksanakan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota) dengan pengaturan pemilihan kepala daerah
yang dilaksanakan sebelumnya. Salah satu perbedaannya adalah jika pemilihan
kepala daerah sebelumnya digolongkan sebagai bagian dari rezim pemilihan
umum [vide Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum], pemilihan kepala daerah
yang dilaksanakan berdasarkan UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
bukan merupakan rezim pemilihan umum. Di dalam UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota digunakan istilah “Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota”.
Perbedaan demikian bukan hanya dari segi istilah semata, melainkan meliputi
perbedaan konsepsi yang menimbulkan pula perbedaan konsekuensi hukum,
utamanya bagi Mahkamah dalam melaksanakan kewenangan memutus
perselisihan hasil pemilihan kepala daerah a quo;
Konsekuensi hukum tatkala pemilihan kepala daerah merupakan rezim
pemilihan umum ialah kewenangan Mahkamah dalam memutus perselisihan hasil
pemilihan umum kepala daerah berkualifikasi sebagai kewenangan konstitusional
Mahkamah sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 bahwa Mahkamah berwenang memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Dalam kerangka pelaksanaan kewenangan konstitusional
tersebut, melekat pada diri Mahkamah, fungsi, dan peran sebagai pengawal
Undang-Undang Dasar (the guardian of the constitution);
Sebagai pengawal Undang-Undang Dasar, Mahkamah memiliki keleluasaan
dalam melaksanakan kewenangan konstitusionalnya, yakni tunduk pada ketentuan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
60 Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keleluasaan Mahkamah inilah yang antara lain melahirkan putusan-putusan
Mahkamah dalam perkara perselisihan hasil pemilihan umum kepala daerah pada
kurun waktu 2008-2014 yang dipandang mengandung dimensi terobosan hukum,
dalam hal ini mengoreksi ketentuan Undang-Undang yang menghambat atau
menghalangi terwujudnya keadilan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
Atas dasar itulah, putusan Mahkamah pada masa lalu dalam perkara perselisihan
hasil pemilihan umum kepala daerah tidak hanya meliputi perselisihan hasil,
melainkan mencakup pula pelanggaran dalam proses pemilihan untuk mencapai
hasil yang dikenal dengan pelanggaran bersifat terstruktur, sistematis, dan massif.
Lagi pula, dalam pelaksanaan kewenangan a quo dalam kurun waktu
sebagaimana di atas, tidak terdapat norma pembatasan sebagaimana halnya
ketentuan Pasal 158 UU 8/2015, sehingga Mahkamah berdasarkan kewenangan
yang melekat padanya sebagai pengawal Undang-Undang Dasar dapat
melakukan terobosan-terobosan hukum dalam putusannya;
Berbeda halnya dengan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota secara
serentak yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang berlaku
saat ini, in casu UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota), di samping bukan
merupakan rezim pemilihan umum sejalan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 97/PUU-XIII/2013, bertanggal 19 Mei 2014, pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota telah secara tegas ditentukan batas-batasnya dalam melaksanakan
kewenangan a quo dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
[3.2.2] Bahwa UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota merupakan sumber
dan dasar kewenangan Mahkamah dalam memeriksa dan mengadili perkara
a quo. Kewenangan a quo dialirkan dari Pasal 157 ayat (3) UU 8/2015 yang tegas
menyatakan, “perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan
peradilan khusus”. Lebih lanjut, dalam Pasal 157 ayat (4) dinyatakan, “Peserta
Pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil
penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
kepada Mahkamah Konstitusi”. Untuk memahami dasar dan sumber kewenangan
Mahkamah a quo diperlukan pemaknaan dalam kerangka hukum yang tepat.
Ketentuan Pasal 157 ayat (3) UU 8/2015 menurut Mahkamah haruslah dimaknai
dan dipahami ke dalam dua hal berikut:
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
61
Pertama, kewenangan Mahkamah a quo merupakan kewenangan yang
bersifat non-permanen dan transisional sampai dengan dibentuknya badan
peradilan khusus. Dalam Pasal 157 ayat (1) dinyatakan, “Perkara perselisihan
hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh badan peradilan khusus”. Pada ayat (2)
dinyatakan, “Badan peradilan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk sebelum pelaksanaan Pemilihan serentak nasional”. Adapun pada ayat
(3) dinyatakan, “Perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan
peradilan khusus”. Tatkala “badan peradilan khusus” nantinya resmi dibentuk,
seketika itu pula kewenangan Mahkamah a quo harus ditanggalkan;
Kedua, kewenangan memeriksa dan mengadili perkara perselisihan
penetapan perolehan suara hasil pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
merupakan kewenangan tambahan. Dikatakan sebagai kewenangan tambahan
karena menurut Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Mahkamah berwenang, (1) menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, (2) memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar, (3) memutus pembubaran partai politik, (4) memutus perselisihan
tentang hasil pemilihan umum, dan (5) wajib memberikan putusan atas pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. Dengan perkataan lain,
kewenangan konstitusional Mahkamah secara limitatif telah ditentukan dalam
Pasal 24C ayat (1) UUD 1945. Sebagai kewenangan tambahan maka kewenangan
yang diberikan oleh UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk memutus
perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan gubernur, bupati,
dan walikota jelas memiliki kualifikasi yang berbeda dengan kewenangan yang
diberikan secara langsung oleh UUD 1945. Salah satu perbedaan yang telah nyata
adalah sifat sementara yang diberikan Pasal 157 UU 8/2015;
[3.2.3] Bahwa berdasarkan pemaknaan dalam kerangka hukum di atas, maka
menurut Mahkamah, dalam melaksanakan kewenangan tambahan a quo,
Mahkamah tunduk sepenuhnya pada ketentuan UU Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota sebagai sumber dan dasar kewenangan a quo. Dalam hal ini,
Mahkamah merupakan institusi negara yang berkewajiban untuk melaksanakan
UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Menurut Mahkamah, pelaksanaan
kewenangan tersebut tidaklah dapat diartikan bahwa Mahkamah telah didegradasi
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
62 dari hakikat keberadaannya sebagai organ konstitusi pengawal Undang-Undang
Dasar menjadi sekadar organ pelaksana Undang-Undang belaka. Mahkamah
tetaplah organ konstitusi pengawal Undang-Undang Dasar 1945, akan tetapi
sedang diserahi kewenangan tambahan yang bersifat transisional untuk
melaksanakan amanat Undang-Undang. Pelaksanaan kewenangan dimaksud
tidaklah berarti bertentangan dengan hakikat keberadaan Mahkamah, bahkan
justru amat sejalan dengan kewajiban Mahkamah in casu hakim konstitusi
sebagaimana sumpah yang telah diucapkan sebelum memangku jabatan sebagai
hakim konstitusi yang pada pokoknya menyatakan, hakim konstitusi akan
memenuhi kewajiban dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
UUD 1945, dan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya menurut UUD 1945; [vide Pasal 21 UU MK];
[3.2.4] Bahwa menurut Mahkamah, berdasarkan UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota terdapat ketentuan sebagai syarat kumulatif bagi Pemohon
untuk dapat mengajukan permohonan perkara perselisihan penetapan perolehan
suara hasil Pemilihan ke Mahkamah. Beberapa ketentuan dimaksud ialah:
a. Tenggang waktu pengajuan permohonan [vide Pasal 157 ayat (5) UU 8/2015];
b. Pihak-pihak yang berhak mengajukan permohonan (legal standing) [vide Pasal
158 UU 8/2015];
c. Perkara perselisihan yang dimaksud dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati,
dan Walikota ialah perkara tentang perselisihan penetapan perolehan hasil
penghitungan suara dalam Pemilihan [vide Pasal 157 ayat (3) dan ayat (4) UU
8/2015]; dan
d. Adanya ketentuan mengenai batasan persentase mengenai perbedaan
perolehan suara dari penetapan hasil penghitungan perolehan suara yang
mutlak harus dipenuhi tatkala pihak-pihak in casu peserta pemilihan gubernur,
bupati, dan walikota mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil
penghitungan suara, baik untuk peserta pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walikota dan wakil walikota [vide Pasal
158 ayat (1) dan ayat (2) UU 8/2015];
[3.2.5] Bahwa menurut Mahkamah, jika diselami aspek filosofisnya secara lebih
mendalam, ketentuan syarat kumulatif sebagaimana disebutkan dalam paragraf
[3.2.4] menunjukkan di dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
63 terkandung fungsi hukum sebagai sarana rekayasa sosial (law as a tool of social
engineering). Maksudnya, hukum berfungsi untuk melakukan pembaruan
masyarakat dari suatu keadaan menuju keadaan yang diinginkan. Sebagai sarana
rekayasa sosial, hukum digunakan untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan yang
telah lama dipraktikkan di dalam masyarakat, mengarahkan pada tujuan-tujuan
tertentu, menghapuskan kebiasaan yang dipandang tidak sesuai lagi, menciptakan
pola perilaku baru masyarakat, dan lain sebagainya. Sudah barang tentu, rekayasa
sosial yang dikandung dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
berkenaan dengan sikap dan kebiasaan hukum masyarakat dalam penyelesaian
sengketa atau perselisihan dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;
[3.2.6] Bahwa hukum sebagai sarana rekayasa sosial pada intinya merupakan
konstruksi ide yang hendak diwujudkan oleh hukum. Untuk menjamin dicapainya
ide yang hendak diwujudkan, dibutuhkan tidak hanya ketersediaan hukum dalam
arti kaidah atau aturan, melainkan juga adanya jaminan atas perwujudan kaidah
hukum tersebut ke dalam praktik hukum, atau dengan kata lain, jaminan akan
adanya penegakan hukum (law enforcement) yang baik. Telah menjadi
pengetahuan umum bahwa efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum
tergantung pada tiga unsur sistem hukum, yakni (i) struktur hukum (legal
structure), (ii) substansi hukum (legal substance),dan (iii) budaya hukum (legal
culture);
[3.2.7] Bahwa struktur hukum (legal structure) terdiri atas lembaga hukum yang
dimaksudkan untuk menjalankan perangkat hukum yang ada. Dalam UU Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota, struktur hukum meliputi seluruh lembaga yang
fungsinya bersentuhan langsung dengan pranata penyelesaian sengketa atau
perselisihan dalam penyelenggaraan pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
pada semua tahapan dan tingkatan, seperti Komisi Pemilihan Umum, Badan
Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilihan, Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu, Pengadilan Tata Usaha Negara, Kejaksaan, Kepolisian,
Badan Peradilan Khusus, Mahkamah Konstitusi, dan lain sebagainya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang a quo. Berkenaan dengan substansi
hukum (legal substance), UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota
menyediakan seperangkat norma pengaturan mengenai bagaimana mekanisme,
proses, tahapan, dan persyaratan calon, kampanye, pemungutan dan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
64 penghitungan suara, dan lain-lain dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota.
Sedangkan budaya hukum (legal culture) berkait dengan sikap manusia, baik
penyelenggara negara maupun masyarakat, terhadap sistem hukum itu sendiri.
Sebaik apapun penataan struktur hukum dan kualitas substansi hukum yang
dibuat, tanpa dukungan budaya hukum manusia-manusia di dalam sistem hukum
tersebut, penegakan hukum tidak akan berjalan efektif;
[3.2.8] Bahwa melalui UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, pembentuk
Undang-Undang berupaya membangun budaya hukum dan politik masyarakat
menuju tingkatan makin dewasa, lebih taat asas, taat hukum, dan lebih tertib
dalam hal terjadi sengketa atau perselisihan dalam pemilihan gubernur, bupati,
dan walikota. Pembentuk Undang-Undang telah mendesain sedemikian rupa
pranata penyelesaian sengketa atau perselisihan yang terjadi di luar perselisihan
penetapan perolehan suara hasil penghitungan suara. UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota telah menggariskan, lembaga mana menyelesaikan
persoalan atau pelanggaran apa. Pelanggaran administratif diselesaikan oleh
Komisi Pemilihan Umum pada tingkatan masing-masing. Sengketa antar peserta
pemilihan diselesaikan melalui panitia pengawas pemilihan di setiap tingkatan.
Sengketa penetapan calon pasangan melalui peradilan tata usaha negara (PTUN).
Tindak pidana dalam pemilihan diselesaikan oleh lembaga penegak hukum melalui
sentra Gakkumdu, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan;
Untuk perselisihan penetapan perolehan suara hasil penghitungan suara
diperiksa dan diadili oleh Mahkamah. Dengan demikian, pembentuk Undang-
Undang membangun budaya hukum dan politik agar sengketa atau perselisihan di
luar perselisihan penetapan perolehan suara hasil penghitungan suara
diselesaikan terlebih dahulu oleh lembaga yang berwenang pada masing-masing
tingkatan melalui pranata yang disediakan. Artinya, perselisihan yang dibawa ke
Mahkamah untuk diperiksa dan diadili betul-betul merupakan perselisihan yang
menyangkut penetapan hasil penghitungan perolehan suara, bukan sengketa atau
perselisihan lain yang telah ditentukan menjadi kewenangan lembaga lain;
[3.2.9] Bahwa dengan disediakannya pranata penyelesaian sengketa atau
perselisihan dalam proses pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menunjukkan
bahwa pembentuk Undang-Undang sedang melakukan rekayasa sosial agar
masyarakat menempuh pranata yang disediakan secara optimal sehingga
sengketa atau perselisihan dapat diselesaikan secara tuntas oleh lembaga yang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
65 berwenang pada tingkatan masing-masing. Meskipun demikian, penyelenggara
negara pada lembaga-lembaga yang terkait tengah didorong untuk dapat
menyelesaikan sengketa dan perselisihan dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota sesuai proporsi kewenangannya secara optimal transparan, akuntabel,
tuntas, dan adil;
Dalam jangka panjang, fungsi rekayasa sosial UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota untuk membentuk budaya hukum dan politik masyarakat
yang makin dewasa dalam arti lebih taat asas, taat hukum, dan lebih tertib akan
dapat diwujudkan. Manakala sengketa atau perselisihan telah diselesaikan melalui
pranata dan lembaga yang berwenang di masing-masing tingkatan, niscaya hanya
perselisihan yang betul-betul menjadi kewenangan Mahkamah saja yang akan di
bawa ke Mahkamah untuk diperiksa dan diputus. Dalam jangka pendek,
menyerahkan semua jenis sengketa atau perselisihan dalam proses pemilihan
gubernur, bupati, dan walikota ke Mahkamah memang dirasakan lebih mudah,
cepat, dan dapat memenuhi harapan masyarakat akan keadilan. Namun, apabila
hal demikian terus dipertahankan, selain menjadikan Mahkamah adalah sebagai
tumpuan segala-galanya karena semua jenis sengketa atau perselisihan diminta
untuk diperiksa dan diadili oleh Mahkamah, fungsi rekayasa sosial dalam UU
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk membangun budaya hukum dan
politik masyarakat yang makin dewasa menjadi terhambat, bahkan sia-sia belaka;
[3.2.10] Bahwa dalam paragraf [3.9] angka 1 Putusan Mahkamah Nomor
58/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, Mahkamah berpendapat:
“Bahwa rasionalitas Pasal 158 ayat (1) dan ayat (2) UU 8/2015 sesungguhnya merupakan bagian dari upaya pembentuk Undang-Undang mendorong terbangunnya etika dan sekaligus budaya politik yang makin dewasa yaitu dengan cara membuat perumusan norma Undang-Undang di mana seseorang yang turut serta dalam kontestasi Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota tidak serta-merta menggugat suatu hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi dengan perhitungan yang sulit diterima oleh penalaran yang wajar”;
Berdasarkan pendapat Mahkamah tersebut, jelas bahwa keberadaan Pasal
158 UU 8/2015 merupakan bentuk rekayasa sosial. Upaya pembatasan demikian,
dalam jangka panjang akan membangun budaya hukum dan politik yang erat
kaitannya dengan kesadaran hukum yang tinggi. Kesadaran hukum demikian akan
terbentuk dan terlihat, yakni manakala selisih suara tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 Undang-Undang a quo, pasangan calon
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
66 gubernur, bupati, atau walikota tidak mengajukan permohonan ke Mahkamah. Hal
demikian setidaknya telah dibuktikan dalam pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota secara serentak pada tahun 2015. Dari sebanyak 264 daerah yang
menyelenggarakan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, 132 daerah yang
mengajukan permohonan ke Mahkamah. Menurut Mahkamah, pasangan calon
gubernur, bupati, atau walikota di 132 daerah yang tidak mengajukan permohonan
ke Mahkamah besar kemungkinan dipengaruhi oleh kesadaran dan pemahaman
atas adanya ketentuan Pasal 158 Undang-Undang a quo. Hal demikian berarti,
fungsi rekayasa sosial UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota bekerja
dengan baik, meskipun belum dapat dikatakan optimal;
[3.2.11] Bahwa demi kelancaran pelaksanaan kewenangan Mahkamah dalam
perkara a quo, terutama untuk melaksanakan ketentuan Pasal 158 Undang-
Undang a quo, Mahkamah melalui kewenangan yang dimiliki sebagaimana
tertuang dalam Pasal 86 UU MK telah menetapkan PMK 1-5/2015 in casu Pasal
6 PMK 1-5/2015. Dengan demikian, seluruh ketentuan dalam Pasal 6 PMK
1-5/2015 merupakan tafsir resmi Mahkamah yang dijadikan pedoman bagi
Mahkamah dalam melaksanakan kewenangan Mahkamah a quo dan untuk
selanjutnya putusan a quo menguatkan keberlakuan tafsir resmi Mahkamah
sebagaimana dimaksud;
[3.2.12] Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK
1-5/2015, maka terhadap permohonan yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dinyatakan dalam paragraf [3.2.4], Mahkamah telah
mempertimbangkan bahwa perkara a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud Pasal 158 UU 8/2015. Dalam perkara a quo, jika Mahkamah dipaksa-
paksa mengabaikan atau mengesampingkan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan
Pasal 6 PMK 1-5/2015 sama halnya mendorong Mahkamah untuk melanggar
Undang-Undang. Menurut Mahkamah, hal demikian tidak boleh terjadi, karena
selain bertentangan dengan prinsip Negara Hukum Indonesia, menimbulkan
ketidakpastian dan ketidakadilan, juga menuntun Mahkamah in casu hakim
konstitusi untuk melakukan tindakan yang melanggar sumpah jabatan serta kode
etik hakim konstitusi;
[3.2.13] Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, menurut
Mahkamah, dalam melaksanakan kewenangan a quo, tidak terdapat pilihan dan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
67 alasan hukum lain, selain Mahkamah harus tunduk pada ketentuan yang secara
expressis verbis digariskan dalam UU Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota.
Lagi pula, dalam pertimbangan hukum Putusan Mahkamah Nomor 51/PUU-
XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, dinyatakan:
“… bahwa tidak semua pembatasan serta merta berarti bertentangan dengan UUD 1945, sepanjang pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum, maka pembatasan demikian dapat dibenarkan menurut konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD 1945]. Menurut Mahkamah, pembatasan bagi peserta Pemilu untuk mengajukan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara dalam Pasal 158 UU 8/2015 merupakan kebijakan hukum terbuka pembentuk Undang-Undang untuk menentukannya sebab pembatasan demikian logis dan dapat diterima secara hukum sebab untuk mengukur signifikansi perolehan suara calon”;
Dengan dinyatakannya Pasal 158 UU 8/2015 sebagai kebijakan hukum
terbuka pembentuk Undang-Undang, maka berarti, norma dalam pasal a quo tetap
berlaku sebagai hukum positif, sehingga dalam melaksanakan kewenangan
memeriksa dan mengadili perselisihan penetapan hasil penghitungan perolehan
suara dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota, Mahkamah secara
konsisten harus menaati dan melaksanakannya. Dengan perkataan lain menurut
Mahkamah, berkenaan dengan ketentuan Pemohon dalam mengajukan
permohonan dalam perkara a quo, ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6
PMK 1-5/2015 tidaklah dapat disimpangi atau dikesampingkan;
[3.2.14] Bahwa dengan melaksanakan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK
1-5/2015 secara konsisten, Mahkamah bertujuan membangun dan memastikan
bahwa seluruh pranata yang telah ditentukan dalam UU Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota dapat bekerja dan berfungsi dengan baik sebagaimana yang
dikehendaki oleh pembentuk Undang-Undang. Sejalan dengan hal tersebut, dapat
dikatakan pula bahwa dengan melaksanakan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6
PMK 1-5/2015 secara konsisten, Mahkamah turut mengambil peran dan tanggung
jawabnya dalam upaya mendorong agar lembaga-lembaga yang terkait dengan
pemilihan gubernur, bupati, dan walikota berperan dan berfungsi secara optimal
sesuai dengan proporsi kewenangannya di masing-masing tingkatan;
[3.2.15] Bahwa sikap Mahkamah untuk melaksanakan Pasal 158 UU 8/2015 dan
Pasal 6 PMK 1-5/2015 secara konsisten tidak dapat diartikan bahwa Mahkamah
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
68 menjadi “terompet” atau “corong” Undang-Undang belaka. Menurut Mahkamah,
dalam kompetisi dan kontestasi politik in casu pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota, dibutuhkan terlebih dahulu aturan main (rule of the game) yang tegas
agar terjamin kepastiannya. Ibarat sebuah pertandingan olahraga, aturan main
ditentukan sejak sebelum pertandingan dimulai, dan seharusnya pula, aturan main
tersebut telah diketahui dan dipahami oleh seluruh peserta pertandingan. Wasit
dalam pertandingan sudah barang tentu wajib berpedoman pada aturan main
tersebut. Tidak ada seorang pun yang mampu melakukan sesuatu, tanpa ia
melakukannya sesuai hukum (nemo potest nisi quod de jure potest). Mengabaikan
atau mengesampingkan aturan main ketika pertandingan telah dimulai adalah
bertentangan dengan asas kepastian yang berkeadilan dan dapat berujung pada
kekacauan (chaos), terlebih lagi ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 serta tata cara
penghitungan selisih perolehan suara sebagaimana tertuang dalam Pasal 6 PMK
1-5/2015 telah disebarluaskan kepada masyarakat melalui Bimbingan Teknis yang
diselenggarakan oleh Mahkamah maupun masyarakat yang dengan kesadaran
dan tanggung jawabnya mengundang Mahkamah untuk menjelaskan terkait
ketentuan dimaksud;
Atas dasar pertimbangan di atas, terhadap keinginan agar Mahkamah
mengabaikan ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015 dalam
mengadili perkara a quo, menurut Mahkamah, merupakan suatu kekeliruan jika
setiap orang ingin memaksakan keinginan dan kepentingannya untuk dituangkan
dalam putusan Mahkamah sekalipun merusak tatanan dan prosedur hukum yang
seyogianya dihormati dan dijunjung tinggi di Negara Hukum Indonesia. Terlebih
lagi tata cara penghitungan sebagaimana dimaksud telah sangat dipahami oleh
Pihak Terkait sebagaimana yang dinyatakan dalam persidangan dalam beberapa
perkara. Demokrasi, menurut Mahkamah, membutuhkan kejujuran, keterbukaan,
persatuan, dan pengertian demi kesejahteraan seluruh negeri;
Dengan pendirian Mahkamah demikian, tidaklah berarti Mahkamah
mengabaikan tuntutan keadilan substantif sebab Mahkamah akan tetap melakukan
pemeriksaan secara menyeluruh terhadap perkara yang telah memenuhi
persyaratan tenggang waktu, kedudukan hukum (legal standing), objek
permohonan, serta jumlah persentase selisih perolehan suara antara Pemohon
dengan Pihak Terkait;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
69 Kewenangan Mahkamah
[3.3] Menimbang bahwa selanjutnya berkaitan dengan kewenangan
Mahkamah, Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5678, selanjutnya disebut UU 8/2015) menyatakan,
“Perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan diperiksa dan
diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus”.
Selanjutnya Pasal 157 ayat (4) UU 8/2015 menyatakan, “Peserta Pemilihan dapat
mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan
suara oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota kepada Mahkamah Konstitusi”;
[3.4] Menimbang bahwa permohonan Pemohon a quo adalah permohonan
keberatan terhadap Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten
Mamuju Nomor 76/Kpts/KPU-Kab-033.4338/XII/2015 tanggal 16 Desember
2015 [bukti P-4]. Dengan demikian, Mahkamah berwenang mengadili
permohonan Pemohon a quo;
Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan
[3.5] Bahwa berdasarkan Pasal 157 ayat (5) UU 8/2015 dan Pasal 5 ayat (1)
PMK 1/2015, tenggang waktu pengajuan permohonan pembatalan Penetapan
Perolehan Suara Hasil Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju
Tahun 2015 paling lambat 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak Termohon
mengumumkan penetapan perolehan suara hasil pemilihan;
[3.5.1] Bahwa hasil penghitungan suara Pemilihan Bupati Kabupaten Mamuju
diumumkan oleh Termohon berdasarkan Keputusan Termohon Nomor
76/Kpts/KPU-Kab-033.433438/XII/2015, pukul 20.18 WITA (19.18 WIB) (vide bukti
TG-001);
[3.5.2] Bahwa tenggang waktu 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak
Termohon mengumumkan penetapan perolehan suara hasil Pemilihan adalah hari
Rabu, tanggal 16 Desember 2015, pukul 20.18 WITA (19.18 WIB) sampai dengan
hari Sabtu, tanggal 19 Desember 2015, pukul 20.18 WITA (19.18 WIB);
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
70 [3.5.3] Bahwa permohonan Pemohon diajukan di Kepaniteraan Mahkamah
pada hari Sabtu, tanggal 19 Desember 2015, pukul 18.42 WIB, berdasarkan Akta
Pengajuan Permohonan Pemohon Nomor 25/PAN.MK/2015, sehingga
permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan
permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan;
Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
Dalam Eksepsi
[3.6] Menimbang bahwa sebelum Mahkamah mempertimbangkan lebih lanjut
mengenai pokok permohonan, Mahkamah terlebih dahulu mempertimbangkan
eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait yang menyatakan bahwa
permohonan Pemohon tidak memenuhi ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal
6 PMK 1-5/2015, sebagai berikut:
[3.6.1] Menimbang bahwa Pasal 1 angka 4 UU 8/2015, menyatakan “Calon
Bupati dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah
peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik, atau
perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota”, dan Pasal 157 ayat (4) UU 8/2015, menyatakan, “Peserta
Pemilihan dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil
penghitungan perolehan suara oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
kepada Mahkamah Konstitusi”;
Bahwa Pasal 2 PMK 1-5/2015, menyatakan “Para Pihak dalam perkara
perselisihan hasil Pemilihan adalah:
a. Pemohon; b. Termohon; dan c. Pihak Terkait”;
Bahwa Pasal 3 ayat (1) huruf b PMK 1-5/2015, menyatakan “Pemohon
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a adalah: pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati”;
[3.6.2] Bahwa berdasarkan uraian sebagaimana tersebut pada paragraf [3.6.1] di atas, Pemohon adalah Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati peserta
Pemilihan Bupati Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015,
berdasarkan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
71 Nomor 58/Kpts/KPU-Kab-033.433438/2015 tentang Penetapan Pasangan Calon
Bupati dan Wakil Bupati Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mamuju
Tahun 2015, tanggal 24 Agustus 2015 (vide bukti PT-2=bukti TA-002) serta Surat
Keputusan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Mamuju Nomor
60/Kpts/KPU-Kab-033.433438/VIII/2015 tentang Penetapan Nomor Urut Pasangan
Calon Bupati dan Wakil Bupati Mamuju Dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Mamuju Tahun 2015, tanggal 25 Agustus 2015, bahwa Pemohon adalah
Pasangan Calon Nomor Urut 2 (vide bukti TA-001). Dengan demikian, Pemohon
adalah Pasangan Calon Peserta Pemilihan Bupati Kabupaten Mamuju Tahun
2015;
[3.6.3] Bahwa terkait syarat pengajuan permohonan sebagaimana ditentukan
Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015, Mahkamah mempertimbangkan
sebagai berikut:
1. Mahkamah dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 51/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015, dalam pertimbangan hukumnya antara lain
berpendapat sebagai berikut:
“… bahwa tidak semua pembatasan serta merta berarti bertentangan dengan
UUD 1945, sepanjang pembatasan tersebut untuk menjamin pengakuan, serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum, maka pembatasan demikian dapat
dibenarkan menurut konstitusi [vide Pasal 28J ayat (2) UUD 1945]. Menurut
Mahkamah, pembatasan bagi peserta Pemilu untuk mengajukan pembatalan
penetapan hasil penghitungan suara dalam Pasal 158 UU 8/2015 merupakan
kebijakan hukum terbuka pembentuk Undang-Undang untuk menentukannya
sebab pembatasan demikian logis dan dapat diterima secara hukum sebab
untuk mengukur signifikansi perolehan suara calon;
2. Berdasarkan Putusan Mahkamah Nomor 51/PUU-XIII/2015 bertanggal 9 Juli
2015, tersebut di atas, syarat pengajuan permohonan sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 158 UU 8/2015 berlaku bagi siapapun Pemohonnya ketika
mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan perolehan
suara dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota;
3. Hal tersebut di atas juga telah ditegaskan dan sejalan dengan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-XIII/2015, bertanggal 9 Juli 2015;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
72 4. Bahwa pasangan calon dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pada
dasarnya memiliki kedudukan hukum (legal standing) [vide Pasal 1 angka 3
dan angka 4 serta Pasal 157 ayat (4) UU 8/2015], namun dalam hal
mengajukan permohonan pasangan calon tersebut harus memenuhi
persyaratan, antara lain sebagaimana ditentukan oleh Pasal 158 UU 8/2015;
5. Bahwa perbaikan permohonan dilakukan masih dalam waktu 3x24 jam
pengajuan perbaikan permohonan (31 Desember 2015 sampai dengan 3
Januari 2016), yakni pada hari Minggu, tanggal 3 Januari 2016 pukul 06.37
WIB berdasarkan Tanda Terima Berkas Perkara Nomor 11-1/PAN.MK/01/2016;
6. Bahwa dalam permohonannya, Pemohon tidak mendalilkan mengenai
kedudukan hukum (legal standing) Pemohon sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 7 PMK 1-5/2015 dimana syarat pengajuan permohonan sebagaimana
ditentukan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015 adalah bagian dari
kedudukan hukum (legal standing) Pemohon, namun demikian Mahkamah
tetap akan mempertimbangkannya karena baik Termohon maupun Pihak
Terkait mengajukan eksepsi terkait hal tersebut;
7. Bahwa jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Mamuju berdasarkan Data
Agregat Kependudukan Per-Kecamatan (DAK2) adalah 293.704 jiwa (vide bukti
TB-001=bukti PT-3). Dengan demikian, berdasarkan Pasal 158 ayat (2) huruf b
UU 8/2015 dan Pasal 6 ayat (2) huruf b PMK 1-5/2015 perbedaan perolehan
suara antara Pemohon dengan pasangan calon peraih suara terbanyak untuk
dapat diajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan ke Mahkamah adalah
paling banyak sebesar 1,5%;
8. Bahwa perolehan suara Pemohon adalah sebanyak 41.159 suara, sedangkan
pasangan calon peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) memperoleh sebanyak
68.249 suara, sehingga selisih perolehan suara antara Pemohon dengan
pasangan calon peraih suara terbanyak adalah sejumlah 27.090 suara;
Terhadap hal tersebut di atas, dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 158
UU 8/2015 dan Pasal 6 ayat (2) huruf b dan ayat (3) PMK 1-5/2015, Mahkamah
berpendapat sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk Kabupaten Mamuju adalah 293.704 jiwa;
b. Persentase perbedaan perolehan suara antara Pemohon dengan pasangan
calon peraih suara terbanyak untuk dapat diajukan permohonan perselisihan
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
73
hasil pemilihan ke Mahkamah adalah paling banyak 1,5%;
c. Perolehan suara Pemohon adalah 41.159 suara, sedangkan perolehan suara
Pihak Terkait (pasangan calon peraih suara terbanyak) adalah 68.249 suara;
d. Berdasarkan data tersebut di atas maka batas maksimal perbedaan perolehan
suara antara Pemohon dengan peraih suara terbanyak (Pihak Terkait) adalah
1,5% x 68.249 = 1.024 suara;
e. Adapun perbedaan perolehan suara antara Pemohon dan Pihak Terkait adalah
68.249 suara – 41.159 suara = 27.090 suara (39,69%), sehingga perbedaan
perolehan suara melebihi dari batas maksimal;
Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, Pemohon tidak
memenuhi ketentuan Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal 6 PMK 1-5/2015;
[3.6.4] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, meskipun
Pemohon adalah benar Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan
Bupati Kabupaten Mamuju Tahun 2015, akan tetapi permohonan Pemohon tidak
memenuhi syarat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 158 UU 8/2015 dan Pasal
6 PMK 1-5/2015, oleh karena itu, eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait
berkenaan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon adalah beralasan
menurut hukum;
[3.7] Menimbang bahwa oleh karena eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak
Terkait berkenaan dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon beralasan
menurut hukum maka pokok permohonan Pemohon serta eksepsi lain dari
Termohon dan eksepsi Pihak Terkait tidak dipertimbangkan;
4. KONKLUSI
Berdasarkan penilaian atas fakta dan hukum sebagaimana diuraikan di
atas, Mahkamah berkesimpulan:
[4.1] Mahkamah berwenang mengadili permohonan a quo;
[4.2] Permohonan Pemohon diajukan masih dalam tenggang waktu pengajuan
permohonan yang ditentukan peraturan perundang-undangan;
[4.3] Eksepsi Termohon dan Eksepsi Pihak Terkait berkenaan dengan
kedudukan hukum (legal standing) Pemohon adalah beralasan menurut
hukum;
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
74 [4.4] Pemohon tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk
mengajukan permohonan a quo;
[4.5] Pokok permohonan Pemohon, serta eksepsi lain dari Termohon Pihak
Terkait tidak dipertimbangkan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5678);
5. AMAR PUTUSAN
Mengadili,
Menyatakan:
1. Mengabulkan eksepsi Termohon dan eksepsi Pihak Terkait mengenai
kedudukan hukum (legal standing) Pemohon;
2. Permohonan Pemohon tidak dapat diterima.
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim oleh
sembilan Hakim Konstitusi, yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota,
Anwar Usman, Patrialis Akbar, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, I Dewa Gede
Palguna, Manahan M.P Sitompul, Maria Farida Indrati, Aswanto, masing-masing
sebagai Anggota pada hari Selasa, tanggal sembilan belas bulan Januari tahun
dua ribu enam belas, dan diucapkan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi
terbuka untuk umum pada hari ini, Senin, tanggal dua puluh lima bulan Januari tahun dua ribu enam belas, selesai diucapkan pukul 16.17 WIB, oleh sembilan
Hakim Konstitusi, yaitu Arief Hidayat selaku Ketua merangkap Anggota, Anwar
Usman, Patrialis Akbar, Wahiduddin Adams, Suhartoyo, I Dewa Gede Palguna,
Manahan M.P Sitompul, Maria Farida Indrati, Aswanto, masing-masing sebagai
Anggota, dengan didampingi oleh Rima Yuwana Yustikaningrum sebagai Panitera
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id
75 Pengganti, dan dihadiri oleh Pemohon/kuasa hukumnya, Termohon/kuasa
hukumnya, dan Pihak Terkait/kuasa hukumnya.
KETUA,
ttd.
Arief Hidayat
ANGGOTA-ANGGOTA,
ttd
Anwar Usman
ttd
Patrialis Akbar
ttd
Wahiduddin Adams
ttd
Suhartoyo
ttd
I Dewa Gede Palguna
ttd
Manahan MP Sitompul
ttd
Maria Farida Indrati
ttd
Aswanto
Panitera Pengganti,
ttd
Rima Yuwana Yustikaningrum
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. (021) 23529000, Fax (021) 3520177, Email: sekretariat@mahkamahkonstitusi.go.id