Post on 08-Apr-2019
BE
AT
SC
AP
E
3
+
Curator
Essay Contributor
Photographs Rifandy PriatnaGraphic Design Ranny Bocil
SALIAN2015
mailtosalian@gmail.com+62 22 8888 0277
Jl. Sersan Bajuri no.86. KM 3,8BandungAll artworks are copyright of the artist unless otherwise state.
All information is correct at the time of publication.
All right reserved. Apart from any fair dealing for purpose of private study, research, criticsm,
or review, no part of this publication may be any means, electronic, mechanical, photocopying,
recording, or otherwise, without orior consent from the Publisher.
Rifandy Priatna
Riksa AviatyIng Landjanun
Sejak lahir manusia telah dianugerahi oleh kemampuan yang tidak dimiliki
oleh mahluk lainnya di dunia, yaitu akal atau kemampuan berpikir untuk
memahami segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Akal memungkinkan
manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi atas segala
persoalan yang muncul.
Kemampuan yang mengantarkan peradaban manusia seperti yang kita
kenal saat ini. Akal bekerja dengan menyerap berbagai informasi, ilmu,
pengetahuan untuk kemudian diakumulasikan menjadi sebuah data dalam
bentuk memori yang tersimpan pikiran sadar manusia untuk sewaktu-waktu
dipergunakan kembali bila diperlukan.
Pikiran sadar kemudian berfungsi untuk memerintah dan mengendalikan
pikiran bawah sadar. Apabila pikiran sadar manusia terdiri dari berbagai data
yang didasarkan pada perhitungan analisa serta logika maka pikiran bawah
sadar manusia berfungsi sebagai pusat data dari berbagai kebiasaan, rasa,
emosi, intuisi, cita rasa dari seorang manusia yang direkam tanpa disadari
oleh manusia tersebut. Pikiran sadar memungkinkan manusia untuk
mencapai akurasi dan tingkat ketepatan yang tinggi dalam menyelesaikan
persoalan. Sedangkan pikiran bawah sadar manusia menuntun manusia
untuk memiliki kemampuan intuisi hingga refleks dan spontanitas dalam
pengambilan keputusan. Hal tersebut dimungkinkan karena pikiran bawah
sadar akan selalu memperbaharui seluruh koleksi datanya tanpa disadari.
Pada kehidupan sehari-hari pikiran sadar akan menentukan respon kita akan
berbagai hal dengan menggunakan perhitungan yang terukur, sehingga kita
dapat mengetahui landasan dari setiap perbuatan.
beat
-scape
-scape
nouna main accent or rhythmic
unit in music or poetry.
combining formsuffix:
denoting a specified type of scene.
Rifandy Priatna
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
54
++
Sedangkan pikiran bawah sadar akan bekerja tanpa kita sadari dan ketahui
dengan landasan yang terkadang tidak kita sadari atau ketahui. Dorongan
bertindak yang didasari oleh pikiran bawah sadar lebih dikenal dengan istilah
intuisi. Intuisi memiliki peranan besar dalam perkembangan peradaban
manusia, banyak penemuan besar dan penciptaan mahakarya diawali oleh
intuisi dari penemu dan penciptanya karena intuisi adalah kemampuan
untuk menyerap pengetahuan tanpa gangguan ataupun kebutuhan akan
“fungsi irasional”, berlawanan langsung dengan sensasi dan sedikit
berlawanan dengan “fungsi rasional” seperti berpikir dan merasakan. Jung
mendefinisikan intuisi sebagai “persepsi melalui alam bawah sadar”. Intuisi
menggunakan sensasi-persepsi sebagai titik awal, untuk memunculkan ide,
gambaran dan kemungkinan akan jalan keluar dalam situasi yang buntu,
melalui proses yang sebagian besar bekerja di alam bawah sadar .
Penjelasan mengenai pikiran bawah sadar dan intuisi diatas dimaksudkan
sebagai pengantar untuk memudahkan pembacaan terhadap karya dan
pemikiran dari Adi Dharma atau yang lebih dikenal dengan nama Stereoflow.
Adi Dharma adalah seorang seniman yang banyak bekerja dengan
menggunakan intuisi sebagai dorongan utamanya. Karena itulah Adi secara
konsisten berkarya dengan cat semprot, cat akrilik, xerografi dan wheatpaste
dengan tembok kota dan kanvas sebagai media utama berkaryanya. Mimpi,
imajinasi dan identitas adalah tema yang sering kali terdapat pada karya-
karya Adi dengan balutan visual yang membawa ingatan akan langgam
kubisme era seni rupa modern dari barat dengan warna-warna terang,
dan pola yang berulang pada keseluruhan bidangnya. Ciri dan karakter
visual yang memberikan penekanan dorongan dari wilayah intuitif dari
pembuatnya. Selain aktif berkarya di skena street art di Indonesia Adi juga
merupakan seorang pembuat musik hip-hop dan penggemar musik funk
yang pada proses kreasinya juga menekankan pada aspek intuitif dari para
pembuatnya. Hal tersebut menjadi menarik karena street art dan musik
hip-hop memiliki kesamaan proses kreasi. Sejarah perkembangan dan
penyebaran street art dan musik hip-hop selalu beriringan dan tidak dapat
dilepaskan antara satu dengan yang lainnya.
Warna, garis, bentuk dan komposisi visual dari berbagai bentuk media
karya street art selalu beririsan dan mendampingi perkembangan ritme dan
lirik yang terdapat dalam musik hip-hop ataupun funk. Hal tersebut terwujud
melalui serangkaian karya pada pameran tunggalnya kali ini. Layaknya
seorang musisi yang memiliki kemampuan untuk melihat suara untuk
kemudian menyusunnya kedalam sebuah gubahan harmoni dari nada dan
ritme. Melalui bentuk yang mengalun, pola yang bertentangan serta warna
yang berani hadir sebuah visual yang terbentuk seakan pembuatnya mampu
mendengar bunyi dari setiap bentuk, warna dan garis untuk kemudian
digubah menjadi komposisi yang harmonis dalam versinya sendiri.
Atas dasar pemikiran tersebut pameran tunggal perdana Adi Dharma
mengusung “Beatscape” sebagai tajuk pameran. Penggunaan tajuk
tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan serangkaian karya yang
merupakan hasil eksperimentasi visual dengan musik hip-hop serta funk
yang terelaborasi dengan baik melalui intuisi yang dimilikinya. Melalui
instalasi, objek dan lukisan Adi mencoba untuk menerjemahkan ingatan,
pengalaman, mimpi serta visi akan skena spesifik yang telah ia selami
selama ini musik hip-hop, funk dan street art.
1
1. Carl Jung. 1921. Psychological Types.
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
1110
++
Under A Groove100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
It’s The Joint100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
1312
++
Future Shock100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Seeing Sounds100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
1514
++
Snap100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Soul Power100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
BE
AT
SC
AP
E
16
+
Blame It On The Boogie100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
BE
AT
SC
AP
E
17
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
2120
Beatscape #1250 x 150 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Beatscape #2250 x 150 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
BE
AT
SC
AP
E
23
+
BE
AT
SC
AP
E
22
Beatscape #3250 x 150 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Beatscape #4250 x 150 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
BE
AT
SC
AP
E
25
wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
Tommy Feel GoodSpray paint on reclaimed wood
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
2726
Son of a Beat
Spray paint on reclaimed wood
wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
2928
++
Agak sulit membicarakan tentang sejarah perkembangan graffiti modern di Indonesia
–khususnya Bandung– tanpa menyebut nama Tag Team.
Sebelum semuanya, tersebutlah Shakeyacan dan Spydee, duo rapper dan
beatmaker yang pada akhir 90-an menghantam skena hip-hop Bandung dengan
ketukan-ketukan konstannya.
Merekalah Tag Team. Sebelum semuanya, mereka sudah menggoyang panggung-
panggung hip-hop bawah tanah, lalu setelahnya berkeliaran di jalanan membuat
graffiti bergaya liar di tembok-tembok Bandung. Rap dan graffiti. Dua dari empat
elemen hip-hop, mereka kerjakan dalam masa yang bersamaan.
Lalu tembokbomber.com lahir, bertahun-tahun kemudian.
Situs komunitas street art terbesar di Indonesia ini bermula dari sebuah thread diskusi
berjudul STREET ART di sebuah forum desain grafis lokal bernama Godote Forum.
Thread tersebut dimulai oleh Darbotz, yang kini dikenal sebagai salah satu street
artist ternama. Thread yang membahas segala sesuatu tentang street art ini sangat
ramai dan digemari. Mulai dari posting foto-foto graffiti, membahas teknik stensil,
atau sekedar berkomentar.
Pada tahun 2003, atas dasar ketertarikan yang sama terhadap street art, Aram
(Wormo – Toter/FAB Family) berinisiatif mengajak beberapa member Godote Forum
yang sering meramaikan thread Street Art tersebut untuk membuat sebuah mailing
list, khusus untuk membahas lebih mendalam tentang street art.
Ketukan Demi Ketukan Stereoflow.
PERJALANANPANJANG
Ing Landjanun
Orang-orang tersebut adalah Darbotz, Randy, Booi (RangerBastards), Godo (VektorJunkie), Grompol (mantan Art Director di Wadezig!) dan Ing (Creative Director/Co-founder dari Wadezig!). Kelak, mailing list ini bertransformasi menjadi sebuah situs bernama tembokbomber.com.
Bukan, tembokbomber.com mungkin bukan tonggak sejarah berkembangnya seni jalanan lokal. Pun tidak membidani lahirnya street arts & urban arts di Indonesia.
api di situs ini, para seniman jalanan yang tadinya sudah berkeliaran secara individu mencoreti tembok-tembok seluruh penjuru negeri, akhirnya dapat saling bertemu. Artis-artis baru mulai dikenal. Idola baru lahir. Bombers, writers, graffiti artists, urban artists, dan berbagai label lainnya mulai muncul. Senior dan pemula berkumpul. Crews yang kelak menjadi legenda, satu persatu terbentuk.
Salah satunya di Bandung. Sekelompok graffiti artists dari berbagai kalangan, keahlian, gaya, dan jam terbang bergabung melebur menjadi satu. Bukan crew, mereka menyebutnya. Family.
Flagrant Acts of Bombing. FAB Family.
Dan tentunya, ketika berbicara tentang graffiti di Bandung, Tag Team ada di dalamnya. Dan di dalam Tag Team ada Adi Dharma a.k.a Spydee a.k.a Stereoflow.
Dalam masa perkembangan seni jalanan lokal tersebut, Stereoflow sudah dan terus bereksplorasi. Keberadaannya dalam anggota keluarga FAB hanyalah satu di antara sederetan panjang momen-momen di mana eksplorasinya menjadi semakin dalam.
“Garis-garis tegasnya yang selama ini menjadi konstruksi khas graffiti bergaya liarnya, berevolusi menjadi semakin liar. Dengan tetap mempertahankan ciri garis lurus yang selalu menjadi konstruksi dasar karya-karyanya, Stereoflow mulai merambah dimensi baru yang lebih dari sekedar menuliskan nama dengan desain huruf yang sulit terbaca.” Bermodalkan elemen paling mendasar dalam gambar –garis lurus– Stereoflow seperti menantang dirinya sendiri untuk bisa tetap seliar mungkin dengan elemen yang sesederhana mungkin. Liar dalam
bentuk dan warna. Mengalir bebas. Dinamis namun tetap harmonis. Seperti
berirama naik turun. Cepat. Lambat. Namun tetap terjaga di dalam ketukan konstan
yang terukur. Seakan sapuan kuas dan semprotan cat itu merupakan terjemahan
visual dari ketukan-ketukan hip hop ditingkahi harmonisasi alunan funk yang sejak
lama sudah dibuatnya dalam musik-musiknya.
BE
AT
SC
AP
E
3130
+
Atau malah sebaliknya. Mungkin menurutnya musik-musik itu adalah kanvas yang bisa
didengar. Entah.
Yang pasti, menikmati karya-karya Stereoflow adalah menikmati perjalanan panjang
menyusuri titik demi titik, ketukan demi ketukan, ritme demi ritme, yang secara
bergantian memberikan rangsang dengar dan rangsang lihat yang bersatu padu secara
harmonis dalam rasa. Perjalanan panjang yang selalu menjanjikan pengalaman baru
yang menyenangkan.
BE
AT
SC
AP
E
3736
Mister Boogie Room
Spray paint on reclaimed wood
wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
4140
++
Saya mendatangi sebuah garasi yang disulap menjadi studio. Di studio itulah Adi, selama sebulan mendekam untuk menyelesaikan karyanya untuk pameran Beatscape.
“Adi Dharma, seniman” adalah kelakar yang dia ucapkan untuk membuka sesi ngobrol sore itu. Tulisan ini awalnya dibuat menjadi semacam wawancara yang mengulik sisi lain Adi saat berkarya. Apakah nantinya ini akan menggambarkan Adi Dharma seutuhnya, rasanya saya tidak bisa menjaminnya. Obrolan kami diiringi oleh playlist dari James Brown, the Founding Father of Funk and the God Father of Soul, yang kemungkinan besar saat itu, Adi sedang mendalami sebuah jiwa dari genre musik tersebut. Entahlah, sampai tulisan ini dibuat saya pun belum membaca isi kuratorialnya, jadi saya hanya bisa menebak makna Beatscape ‘seadanya’ walaupun Adi yang pernah berpameran terakhir dengan saya di LIRspace Jogja dan sejauh saya mengenal Adi, karyanya hampir tidak pernah jauh dari musik, baginya musik adalah pemicu terbesarnya sekaligus inspirasinya dalam berkarya. Dulu ia pernah bekerja sebagai penulis skenario untuk sebuah program di televisi swasta, walau pendapatannya jauh lebih menyenangkan, tapi ketertarikan untuk menekuni seni selalu memanggilnya.
“lu excited ga?” pertanyaan itu saya ajukan ketika melihat sebuah foto yang diunggah di instagram @stereoflow tidak dalam hitungan detik pernyataan “Karena ini Bandung, jadi ada perasaan gimana gitu” langsung tertera di layar telepon seluler saya. Saya mengetahui bahwa dia adalah seseorang yang tumbuh dan berkegiatan di Bandung. Walau pernah berpameran di luar kota, baginya publik Bandung tetap bisa membuatnya ‘salah tingkah’ atau mungkin karena lebih tepatnya ini adalah kali pertamanya dia berpameran tunggal di Bandung, dan menjadi sorotan adalah hal yang bisa membuatnya berpikir bagaimana untuk menarik perhatian publik untuk merespon karyanya. Tantangan lain yang lebih besar, adalah bagaimana dia yang dengan kultur graffiti harus merespon sebuah ruang yang kosong.
Riksa Afiaty
a.k.a StereoflowADI DHARMA “Graffiti dan seni rupa bukan lagi tentang tentang ruang, masa-masa itu kayanya
udah lewat” katanya sambil menghisap rokoknya. Kemudian kami mulai bertukar
pikiran tentang apakah masih relevan untuk mempertanyakan intensi seorang street
artist ketika berpameran di galeri.
“Street artist yang masuk galeri itu harus bisa lebih mengeksplorasi gagasan dan apa
yang sebenarnya mereka lakukan, ngapain pameran di galeri kalau sama dengan
apa yang mereka lakukan di jalan. Ya buat apa? pengennya ada sesuatu yang
ditawarkan lebih, kaya Tutu dia punya pencapaian yang ga mungkin dilakukan di
jalan, misalnya. lebih ngulik lagi”
Proses berkeseniannya untuk pameran ini ia lakukan dengan intens selama
ramadhan, walau diakuinya dia agak menutup diri dan bahkan kadang mesti menolak
beberapa ajakan buka puasa bersama. Ini ia lakukan untuk semata-mata menjaga
moodnya, dan memang diakuinya bekerja dengan tenggat waktu dan lini waktu yag
cukup ketat membutnya harus lebih konsentrasi untuk mengeksekusi konsepnya dan
hanya berkutat pada diri sendiri.
“Lebih egois” komentarnya.
Ada yang karakter mencolok yang hilang ketika saya menyapu pandangan di antara
tumpukan kanvasnya, figur Anna & Tommy yang biasanya lekat dengan image
stereoflow sebagai perupa. Yang menghilang kemungkinan besar ada perubahan
praktek artistik dari waktu ke waktu.
“Saya mulai menjelajahi pattern ketika mendekorasi annatommy, ternyata ekplorasi
ini lebih menarik, annatommy sudah cukup membosankan” ujarnya.
Eksplorasi tanpa sosok ini juga ia andaikan seperti musik instrumental, yang tidak
menyajikan lirik. Tegasnya, ia ingin membebaskan pemirsanya untuk bernarasi seliar
mungkin, sama seperti jika ada lirik berarti si pembuat ingin menyampaikan sebuah
cerita. Baginya pattern lebih menceritakan nuansa (instrumental) dan sosok kadang
membatasi sebuah imajinasi penonton.
4342
++
Saya membaca, Adi adalah pribadi yang selalu mempertimbangkan sebuah ruang
dimanapun karyanya ditempatkan, entah ia sadar atau tidak. Tentang bagaimana
ia menempatkan karya di jalan, galeri, atau ketika ia sedang mengerjakan mural
pesanan. Maklum, bagi saya yang sudah mengenal lama prakteknya, perpindahan
ruang ini bisa menjadi proses artistik yang dinamis, dan jujur sangat sulit
menanggalkan imagenya sebagai seorang street artist, ditambah di benak saya dia
juga seorang musisi --walau tidak terlalu rajin mengunggah lagunya di soundclud,
kedua citraan itu tidak bisa dilepaskan begitu saja.
Pada praktek artistiknya, harus diakui ia juga cerdik membaca sekitar dan
menempatkan diri dan melihat audiensnya. Di jalanan, tak bisa dipungkiri dia salah
satu yang terbaik yang bisa membaca objek, bangunan konkrit dan bagaimana
merelasikan dengan cerita di sekitarnya. Adi mengakui kekurangan menggarap
karya di galeri adalah karena dia tidak biasa melihat ruangan yang terbuka dan
(seharusnya) bisa diisi oleh apa saja, baginya kini fokusnya adalah untuk menggali
kemampuannya, menatang batasan, mencari sebuah asal muasal dari apa yang
dibuat. Baginya hal-hal seperti ini sangat berat waktu pertama kali dilakukan,
namun lambat laun ia mengakui mulai memahami konsepnya siapa dirinya di ruang
manapun, dan tidak menerima sesuatu dengan taken for granted.
2:04 pagi dengan latar belakang musik Ashford & Simpson, yang melantunkan Solid,
batas kesadaran saya sudah menipis. tapi masih ada yang harus saya tuliskan dari
diskusi saya dengan Adi.
Tentang teks, sebagaimana saya mengenalnya dia jarang memasukan unsur tagging
atau membubuhkan tandatangan di karyanya yang terpampang di jalan, ciri khas ini
masih terbawa sampai ke media kanvas, dia secara pribadi kurang menyukai unsur
teks yang dirasa akan menggagalkan sebuah visual. Begitu juga dengan sebuah
nama di graffiti, besar kemungkinan itulah terciptalah annatommy yang menjadi
karakternya yang sering wara-wari di jalanan sebagai pengganti tagging.
“Saat ini masih menyenangkan, mungkin (masalahnya) masih banyak yang saya
ngga ngerti di seni rupa, ini saatnya saya belajar lebih dalam lagi untuk bisa paham”
Itu kalimat penutup diskusi yang masih terngiang, saat saya dengan iseng
menanyakan apa yang dia tidak sukai dari seni rupa. Semoga tulisan ini masih bisa
ikut naik cetak.
Riksa Afiaty
Pejaten, 2015
BE
AT
SC
AP
EBE
AT
SC
AP
E
4544
++
stereof low@yahoo.co. idwww.stereoflow.blogspot.com
12 April 1982
Shifthing Space | Ruang RupaJAKARTA
JAKARTA
JAKARTA
JAKARTA
JAKARTA
BANGKOK
JAKARTA
HONGKONG
LOS ANGELES
MELBOURNE
BANDUNG
BANDUNG
YOGYAKARTA
4th ICAD : Ayatana | Grand Kemang Hotel
New Icon : Pop in Asia | Galeri Salihara
Manifesto Keseharian | Galeri Nasional Indonesia
Graffiti Asia | The Space
ARTE 2014 : Indonesia Art Festival | JCC
Rey Sin Una Corona | Gardu House
Hats Off | Tsim Sha Tsui
Abztract x Rouge Status | Rogue Status
Sweet Street Festival | 1000 Pound Bend
Family Matters | Galeri Kita
Mereka Tidak Sendiri | Barli Museum
Assembly Lines | Lir Space