Post on 03-Feb-2018
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini negara
Indonesia memerlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diupayakan
melalui jalur pendidikan menengah kejuruan, karena pendidikan menengah kejuruan
berfungsi menyediakan tenaga terampil, terlatih dan terdidik. Pendidikan berperan
langsung terhadap penyediaan tenaga kerja terampil dan terdidik yang berkualitas.
SMK merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang bertujuan menyiapkan peserta
didik menjadi tenga kerja yang terampil dan mengutamakan kemampuan untuk
melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan setelah menyelesaikan pendidikannya
diharapkan dapat memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh dan mampu
mengembangkan diri di dalam usaha. Tujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang
berkualitas pencipta lapangan kerja tampaknya masih sulit dicapai. Hal semacam itu
bisa dilihat dari kenyataan bahwa pada umumnya lulusan SMK masih banyak yang
belum mendapatkan kesempatan bekerja, karena mencari pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikan yang diperoleh atau ingin bekerja pada perusahan besar sehingga menjamin
kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan pekerjaan lain. Sedangkan untuk
menjamin kelangsungan hidup tidak harus dengan bekerja pada perusahaan namun
dengan modal sendiri dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan berwiraswasta
1
dapat juga menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keinginan dan juga keahlian yang
dimiliki.
Menurut Kartini Kartono, (1991:22-29), faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan kerja digolongkan menjadi dua yaitu: (1) faktor intern (dari dalam diri
individu) meliputi kecerdasan, ketrampilan, kecakapan, bakat dan minat, kemampuan,
motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita dan tujuan kerja; (2)
faktor ekstern (dari luar individu) meliputi lingkungan kerja dan lingkungan tempat
kerja. Sedangkan menurut Wasty Soemanto (1984:44), kepribadian berwiraswasta
dalam hal ini adalah semangat jiwa wiraswasta yang kuat, optimis yang tinggi membuat
seseorang penuh kreatifitas, tekun, ulet dalam melakukan segala kegiatan yang
berkaitan dalam usahanya dan merupakan tenaga pendorong pada diri seseorang untuk
maju dan berkembang.
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa sulitnya mencari pekerjaan membuat
mereka harus bersaing dengan pencari kerja yang lain, sehingga menambah jumlah
penggangguran. Untuk mengatasi hal tersebut para siswa dibekali dengan pengetahuan
wiraswasta di sekolah melalui mata pelajaran kewirausahaan, sedangkan untuk
menanamkan jiwa wiraswasta salah satu melalui perhatian orang tua. Orang tua dapat
mengarahkan dan membimbing sehingga siswa dapat mencipatakan lapangan kerja
sendiri tanpa bergantung pada perusahaan besar.
Penelitian ini dilakukan pada SMK Negeri 1 Subang karena peneliti pernah
melakukan observasi melalui kunjungan, jadi secara tidak langsung peneliti sudah
cukup mengenal lingkungan dan kegiatan siswa sehingga lebih memudahkan
melakukan penelitian lebih lanjut. Dari hasil penelitian dan hasil nilai rata-rata mata
diklat kewirausahaan, secara umum para siswa mendapatkan hasil nilai yang cukup
2
baik. Dengan adanya mata diklat kewirausahaan yang telah dikuasai, para siswa dapat
membekali dirinya untuk dapat berwiraswasta dengan baik karena telah memiliki
pengetahuan wiraswasta secara teoritis.
Dengan demikian para siswa lebih meningkatkan pengetahuan tentang
kewiraswastaan agar dalam berwiraswasta nantinya akan mendapat hasil yang optimal
sesuai dengan keinginanya. Untuk mengetahui benar tidaknya perhatian orang tua
berpengaruh dalam terhadap pengetahuan wiraswasta siswa sekaligus berpengaruh
dalam membina jiwa wiraswasta siswa SMK Negeri 1 Subang, maka dalam penelitian
ini diambil judul sebagai berikut: “PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA
TERHADAP PENGETAHUAN WIRASWASTA DAN PEMBINAAN JIWA
WIRASWASTA SISWA KELAS III JURUSAN BANGUNAN SMK NEGERI 1
SUBANG”.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang diatas faktor-faktor perhatian orang tua,
pengetahuan wiraswasta dan pembinaan jiwa wiraswasta siswa, timbul suatu
permasalahan yaitu: Apakah perhatian orang tua terhadap siswa SMK Negeri 1 Subang
berpengaruh terhadap pengetahuan wiraswasta. Apakah perhatian orang tua terhadap
siswa SMK Negeri 1 Subang berpengaruh terhadap pembinaan jiwa wiraswasta.
3
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui adanya pengaruh perhatian orang tua dalam menunjang
pengetahuan wiraswasta Untuk mengetahui adanya pengaruh perhatian orang tua dalam
membina jiwa wiraswasta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
Pihak Sekolah
Diharapkan dapat memberikan masukan dalam melakukan perencanaan proses
belajar mengajar yang dapat menumbuhkan jiwa wiraswasta siswa kelas III jurusan
bangunan di SMK Negeri 1 Subang.
Pihak Siswa
Diharapkan dapat memberikan masukan kapada siswa agar tergugah minat
berwiraswasta siswa lulusan SMK Negeri 1 Subang.
Pihak Peneliti
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti sebagai calon pendidik
agar lebih memperhatikan kesiapan siswa memasuki dunia kerja dalam upaya
meningkatkan kualitas tenaga kerja tingkat menengah.
4
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran berkaitan dengan penelitian
ini, diperlukan adanya penegasan istilah dan pembatasan masalah
sebagai berikut:
Pengaruh
Pengaruh berarti daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1989:595)
Perhatian Orang Tua
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis terhadap sesuatu obyek atau banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas/pengalaman batin. (Dimyati
Mahmud, 1990:9). Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang dewasa
yang bertanggung jawab atas keberhasilan siswa, baik orang tua siswa, wali atau orang
tua asuh.
Jadi perhatian orang tua berarti pemusatan atau konsentrasi yang diberikan oleh
orang tua siswa, wali atau orang tua asuh terhadap suatu obyek yaitu siswa.
Pengetahuan Wiraswasta
Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek
termasuk kedalaman adalah ilmunya. (Jujun S.Suriasumantri, 1982:104). Wiraswasta
adalah sifat-sifat keberanian, keutamaan, dan keteladan dalam mengambil resiko yang
bersumber pada kemampuan sendiri. (Soesarsono Wijandi, 1987:23).
Jadi pengetahuan wiraswasta berarti ilmu tentang sifat keberanian, keutamaan
dan keteladan dalam mengambil resiko dengan kemampuan sendiri.
5
Jiwa Wiraswasta
Jiwa wiraswasta dalam hal ini berarti kepribadian wiraswasta. Jiwa adalah
orang utama yang menjadi tenaga dan semangat. (Tim Penyusum KBBI, 1989:364).
Kepribadian menurut W.J.S. Poerwadarminto (1989:38) adalah manusia sebagai
sumber perorangan dan keseluruhan yang merupakan watak. Wiraswasta adalah
keberanian, keutamaan, dan kepercayaan dalam memenuhi dan memecahkan masalah
hidup dengan kekuatan sendiri. (Wasty Soemanto, 1984:43).
Jiwa wiraswasta yang dimaksud adalah kepribadian seseorang untuk berani
mengambil resiko untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan kemampuan diri sendiri.
Siswa Kelas III Jurusan Bangunan SMK Negeri 1 Subang
Obyek penelitian adalah siswa kelas III yang masih aktif mengikuti pelajaran di
sekolah. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah jurusan bangunan yang terdiri
dari jurusan Gambar (GB), Konstruksi Bangunan I (KBI), Konstruksi Bangunan II
(KBII) dan lokasi penelitian di SMK Negeri 1 Subang. Subyek dari penelitian akan
dimintai keterangan untuk memberikan informasi yang diperlukan melalui angket,
sehingga hasilnya akan merupakan bahan yang akan diolah menjadi analisis statistik.
Jadi pengertian dari judul skripsi ini adalah suatu penelitian yang bermaksud
untuk mempelajari atau meneliti tentang adanya pengaruh perhatian yang diberikan
orang tua siswa, wali atau orang tua asuh terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai
bentuk perhubungan dan perubahan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan sekaligus terhadap usaha membina watak keberanian,
keutamaan dan kepercayaan manusia dalam memenuhi dan memecahkan masalah
hidup dengan kekuatan sendiri, pada siswa SMK Negeri 1 Subang.
6
F. Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi
Arikunto,1992:62).
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Perhatian orang tua terhadap siswa SMK Negeri 1 Subang berpengaruh terhadap
pengetahuan wiraswasta.
2. Perhatian orang tua terhadap siswa SMK Negeri 1 Subang berpengaruh terhadap
pembinaan jiwa wiraswasta
G. Kerangka Berfikir
Kepribadian berwiraswasta dalam hal ini adalah semangat jiwa wiraswasta yang
kuat, optimisme yang tinggi membuat seseorang penuh kretif tekun dan ulet dalam
melalukan segala kegiatan yang berkaitan dengan usahanya. Lingkungan keluarga
merupakan landasan yang kuat untuk mencapai kedewasaan anak. Tugas dan tanggung
jawab orang tua terhadap pendidikan anak lebih bersifat pembentukan watak dan budi
pekerti, latihan ketrampilan pendidikan kesosialan.
Keluarga mempunyai peranan dalam mempersiapkan anak-anak untuk
mencapai masa depan terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan
bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Pendidikan yang diterima
dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti
pendidikan selanjutnya di sekolah.
7
Perhatian orang tua terhadap anak diwujudkan pula dalam penyediaan sarana
belajar agar anak lebih termotivasi dalam melaksanakan tugas ataupun kewajiban
belajar maupun ketrampilan atau bakat yang akan anak kembangkan. Akan tetapi sering
kali oaring tua justru menjadi penghambat berkembangnya pengetahuan dan jiwa
kewiraswastaan anak. Dengan adanya perhatian orang tua yang terlalu berlebihan tidak
jarang orang tua dapat menerima keinginan-keinginan anak untuk belajar sendiri dan
berkembang menurut kodratnya. Hal ini seringkali menyebabkan ketergantungan anak
pada orang tua. Dengan tingginya ketergantungan anak pada orang tua dapat
menghambat berkembangnya inisiatif dan daya kreatifitas anak sehingga mereka
kurang memiliki jiwa kewirawastaan yang dapat menghambat kesiapan anak dalam
menghadapi kehidupan pada masa-masa yang akan datang.
8
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Perhatian Orang Tua
1. Pengertian Perhatian
Menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang dalam bukunya Psikologi
Belajar menuliskan bahwa perhatian adalah pemusatan psikis yang tertuju pada suatu
obyek. (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1997:71) Menurut Dimyati
Mahmud, perhatian adalah pemusatan tenaga psikis terhadap suatu obyek atau banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas/ pengalaman batin. (Dimyati Mahmud,
1990:9)
Berdasarkan definisi tersebut diatas , dapat disimpulkan bahwa adanya
perhatian selalu disertai oleh aktivitas psikis yaitu kesadaran dan perlu adanya obyek
yang diperhatikan, yaiu siswa.
2. Macam-macam Perhatian
Menurut Dimyati Mahmud, (1990:10), perhatian dibedakan menjadi beberapa
kriteria antara lain:
1. Atas dasar intesitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu
aktivitas/pengalaman batin. Perhatian ini dibedakan menjadi dua: Perhatian
intensif adalah perhatian yang betul-betul tercurah pada obyek Perhatian tidak
intensif adalah perhatian yang kurang sepenuhnya tercurah pada suatu obyek
Atas dasar cara timbulnya dibedakan menjadi dua: Perhatian spontan atau
9
perhatian sengaja yaitu perhatian yang timbul tanpa direncanakan, tetapi begitu
saja secara tiba-tiba. Perhatian reflektif atau perhatian disengaja yaitu perhatian
yang timbulnya memang disengaja.
2. Atas dasar luasnya obyek yang dikenai perhatian dibedakan menjadi dua:
Perhatian distributif atau perhatian memancar adalah perhatian yang pada suatu
saat dapat tertuju pada macam-macam obyek. Perhatian konsentratif atau
perhatian terpusat adalah perhatian yang pada suatu saat hanya tertuju pada
obyek yang sangat terbatas.
3. Melihat besarnya fungsi pendidikan di lingkungan keluarga, nmaka perhatian
orang tua terhadap pendidikan anak yang dapat dilakukan adalah:
Perhatian intensif, karena kegiatan yang disertai dengan perhatian
intensif akan lebih terarah.
Perhatian yang disengaja (reflektif), karena kesengajaan dalam kegiatan
akan mengembangkan pribadi anak.
Perhatian spontan, karena perhatian spontan cenderung dapat
berlangsung lebih lama.
Pada umumnya sebagaian rang tua selalu memberikan perhatian pada anak-
anaknya dengan caranya masin-masing, namun adakalanya perhatian orang tua menjadi
berkurang dikarenakan aktifitas sehari-hari yang dilakukan. Meskipun demikian
hendaknya orang tua tetap berusaha memberikan perhatiannya karena perhatian
tersebut dapat mengarahkan perilaku positif pada anaknya serta dapat mencegah
perilaku negatif. Maka perhatian orang tua dalam hal ini di tujukan pada kesanggupan
orang tua untuk selalu memberikan dan mengarahkan anaknya agar berhasil dalam
belajar dan memiliki potensi untuk mengatasi permasalahan hidup di masa mendatang.
10
B. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Wiraswasta
Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama
dalam masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan berkembang menjadi
dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan ketrampilan tiap-
tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan
oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah.
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-
anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan ketrampilan dan
pendidikan kesosialan seperti tolong menolong, bersama-sama menjaga kebersihan
rumah, mejaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sejenisnya. Dalam rangka
pelaksanaan pendidikan nasional, peranan orang tua terutama dalam penanaman sikap
dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan
kepribadian. Orang tua mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan anak-anak
untuk mencapai masa depan yang baik bagi diri sendiri, keluarga, serta orang lain.
Orang tualah yang mula-mula bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak.
Orang tua dapat dikatakan sebagai peletak dasar bagi pola tingkah laku serta
perkembangan pribadi anak-anak. Sayang sekali karena terdorong oleh rasa kasih
sayang serta idaman masa depan bagi anak-anak, banyak orang tua yang
memperlakukan anak-anak mereka secara keliru.
Kekeliruan orang tua dalam memperlakukan anak-anak dapat dilatar belakangi
oleh kurangnya pengetahuan para orang tua mengenai jiwa anak serta perkembangan
anak sesuai dengan keinginan-keinginan mereka dan kurang memberi kesempatan
11
kepada anak-anak untuk belajar sendiri dan berkembang menurut sifat kodrati anak.
Dilain pihak, banyak pula orang tua yang cenderung suka memanjakan anak tanpa
memikirkan akibat dari perlakuan semacam itu.
Setiap tindakan orang tua seperti dikemukakan di atas dapat memupuk sifat
ketergantungan pada anak-anak. Sifat ketergantungan ini dapat menghambat atau
mengurangi inisiatif, kreatifitas serta perkembangan pribadi anak-anak. Sebenarnya
perlakuan orang tua semacam itu akan merugikan kehidupan anak-anak di masa
mendatang. Anak-anak menjadi canggung dalam setiap menghadapi situasi baru dalam
hidup mereka, baik di dalam pergaulan antar kawan, situasi pekerjaan, maupun dalam
rumah tangga.
Setiap perlakuan orang tua terhadap anak-anak berhubungan dengan beberapa
faktor, antara lain: latar belakang pendidikan orang tua, latar belakang sosial ekonomi
orang tua, pandangan orang tua mengenai pendidikan anak, serta faktor-faktor lain
diluar keluarga misalnya perubahan pola-pola kehidupan masyarakat, perubahan dunia
kerja, pertumbuhan ekonomi nasional dan lain-lain.
Terlepas dari latar belakang apakah yang mendorong orang tua untuk memberi
perlakuan-perlakuan tertentu bagi anak-anak, secara umum dapat dikaitkan bahwa
kemampuan orang tua dalam mendidik anak adalah terbatas. Dalam batas-batas
tertentu, orang tua masih dapat diharapkan peranan dan kemampuannya untuk
membelajarkan anak.
Orang tua adalah peletak dasar bagi perkembangan pribadi anak di masa
mendatang. Peranan orang tua untuk mendidik anak wiraswasta diperlukan hingga anak
yang dididik itu mampu berdiri sendiri, dalam hal ini jiwa kewiraswastaan. Agar anak
memperoleh bekal pribadi yang lebih kuat untuk mampu berwiraswasta maka orang tua
12
hendaknya mengajar dan membimbing anak dalam hal: memahami pentingnya
wiraswasta dalam memajukan kehidupanpribadi, keluarga, bangsa dan negara,
memahami keluarga/rumah tangga sebagai suatu lembaga ekonomi (perusahaan mini).
Mengenal bidang dan jenis kegiatan wiraswasta, melaksanakan pekerjaan dalam usaha
wiraswasta, dalam setiap kegiatan kerja orang tua memberi motivasi dan bimbingan
untuk memperkuat pribadi atau sikap mental wiraswasta.
Sikap yang menghambat terwujudnya manusia wiraswasta antara lain:
1. Sikap orang tua yang cenderung memanjakan anak.Dengan landasan rasa kasih
sayang,orang tua kadang lupa atau tidak menyadari adanya kemungkinan yang
kurang menguntungkan pada diri anak-anaknya.
2. Sikap otoriter orang tua dalam memimpin atau membimbing anak juga dapat
berakibat kurang menguntungkan bagi perkembangan pribadi anak. Orang tua yang
bersikap otoriter cenderung suka memperlakukan anak-anak dalambentuk
kekerasan,paksaan dan ancaman.
3. Sikap masa bodoh,orang tua cenderung membiarkan segenap tingkah laku anak
tanpa pengawasan dan bimbingan.lingkungan anak dapat menolong atau merusak
perkembangannya. Anak yang lepas dari pengawasan orang tua akan cenderung
menjadi agresif dalam keinginan maupun tingkah laku.
C. Pengetahuan Wiraswasta
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
suatu obyek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian
13
dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan. (Jujun
S. Suriasumantri, 1982:104).
Pengetahuan adalah keseluruhan keterangan dan ide-ide yang terkandung dalam pertanyaan-pertanyaan yang dibuat mengenai sesuatu gejala / peristiwa baik yang bersifat alamiah,sosial maupun keorangan, jadi pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantive yang terkandung dalam ilmu.(Liang Gie, 1991:120)Menurut Liang Gie, (1991:121), pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta,
nilai-nilai, keterangan dan sebagainya yang diperoleh manusia melalui penelahan ilham
atau pengalaman. Pengetahuan yang diberikan secara teori dalam proses belajar
mengajar, yaitu kegiatan pembelajaran dengan pemberian teori-teori dari buku-buku.
Pengetahuan yang diberikan secara teori akam menghasilkan produk
kemempuan teori, pengetahuan yang diberikan melalui praktek akan memberikan
pengalaman (empirik) yang bersifat praktis, sehingga dapat memberikan kemampuan
praktik
Menurut filsuf George Klubertanz dalam buku “Pengantar Ilmu Filsafat”
karangan Liang Gie, (1991:123) membagi pengetahuan menjadi tiga:
1. Pengetahuan langsung, sehari-hari yang dimiliki seseorang berdasarkan pengenalannya terhadap obyek-obyek pengalaman seperti misalnya makanan, cuaca, pakaian, orang, hewan, dan mesin.
2. Pengetahuan kemanusiaan (Humanistic Knowledge), yang diperoleh seseorang karena mempelajari sajak, drama dan keterangan lainnya yang melukiskan sifat dasar manusia atau mengacu pada kepribadian manusia seutuhnya.
3. pengetahuan ilmiah (Scientific Knowlegde), yang disusun berdasarkan asas-asas yang cocok dengan pokok soalnya dan dapat membuktikan kesimpulan-kesimpulannya.
Walaupun pengertian mengenai pengetahuan menunjuk pada fakta-fakta
sebagai intinya, perlulah dipahami bahwa ilmu bukanlah fakta-fakta. Pernyataan yang
lebih tepat ialah bahwa ilmu senantiasa berdasarkan fakta-fakta. Fakta-fakta itu diamati
dalam aktivitas ilmiah. Dari pengamatan itu selanjutnya fakta-fakta dihimpun dan
14
dicatat sebagai data. Yang dimaksud dengan data ialah berbagai keterangan (seringkali
yang bisa menunjukkan pengukuran) yang dipandang relevan bagi suatu penyelidikan
dan yang dihimpun berdasarkan persyaratan yang ditentukan secara rinci.
Wiraswasta adalah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Wasty Soemanto,1984:43).
Wiraswasta adalah suatu kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuan sendiri dapat menghasilkan suatu sumbangsih karya untuk kemajuan yang berlandaskan kebenarann dan kebaikan. (Soesarsono Wijandi, 1987:24).
Dari berbagai pengertian tersebut diatas,dapat disimpulkan bahwa wiraswasta
atau wirausahawan adalah pejuang kemajuan, mengutamakan berkarya dalam bidang
pekerjaan, baik di bidang pemerintahan ataupun swasta, bersumber pada kemampuan
sendiri, didorong oleh inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, lingkungan
dan bangsa.
Berdasarkan pengertian wiraswasta tersebut, manusia wiraswasta adalah orang
yang memiliki potensi untuk berprestasi, ia senantiasa memiliki motivasi yang besar
untuk mampu berprestasi. Dalam kondisi dan situasi begaimanapun manusia
wiraswasta mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi permasalahan
hidupnya.
Jadi pengetahuan wiraswasta adalah keseluruhan dan ide-ide yang terkandung
dalam pernyataan wiraswasta, pada dasarnya keterangan tentang keberanian,
keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan kekuasaan
yang ada pada diri sendiri.
Jadi seorang wiraswasta senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju
berprestasi. Dengan kekuatan yang ada pada dirinya manusia wiraswasta mampu
15
berusaha untuk memenuhi setiap kebutuhan hidupnya, dan mampu mengatasi
permasalahannya tanpa menunggu pertolongan/bantuan dari siapapun.
D. Membina Jiwa Wiraswasta
Jiwa wiraswasta dalam hal ini berarti kepribadian kewiraswastaan. Jiwa adalah
orang utama yang menjadi tenaga kerja dan semangat yang berasal dari dalam diri
manusia.(KBBI, 1989:364). Kepribadian menurut W.J.S. Poerwadarminto (1989:38)
adalah keadaan manusia sebagai sumber perorangan dan keseluruhan yang merupakan
watak-watak orang.
Menurut Soesarsono Wijandi (1987:23), secara etimologi wiraswasta
merupakan suatu istilah yang berasal dari perpaduan kata “swa” dan “sta”. Swa berarti
sendiri dan sta berarti berdiri. Swasta dapat diartikan berdiri di atas kaki sendiri atau
berdiri atas kemampuan sendiri. Wiraswasta dapat pula sebagai sifat-sifat keberanian,
keutamaan dan teladan dalam mengambil resiko berdasarkan kemampuan sendiri.
Kewiraswastaan menekankan pada suatu keyakinan yang kuat atas kekuatan
yang ada pada diri sendiri. Wiraswasta senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk
berprestasi. Kondisi dan situasi yang bagaimanapun wiraswasta berusaha keras
menolong dirinya sendiri dalam menghadapi permasalahan hidup. Kemajuan dan
kesuksesan hidup adalah tujuan utamanya. Manusia wiraswasta berpwndapat bahwa
kemajuan dan kesuksesan hidup tidak datang dengan sendirinya melainkan harus
diperoleh melalui usaha dan bekerja keras dengan menggunakan kekuatan yang ada
pada diri sendiri.
16
Tingkat kemandirian/kemampuan untuk “berdiri sendiri” erat hubungannya
dengan tingkat kepercayaan diri seseorang. Seseorang yang berjiwa wiraswasta
mempunyai kepercayaan diri yang relatif tinggi akan mampu menghadapi dan
menyelesaikan suatu pekerjaan terutama dari segi inisiatif dan kemampuan untuk dapat
menolong dirinya sendiri dari masalah yang dihadapi.
1. Ciri-ciri manusia wiraswasta
Menurut Wasty Soemanto, 1984:45 manusia wiraswasta adalah manusia yang
mempunyai kepribadian yang kuat dengan ciriciri sebagai berikut:
1) Memiliki moral yang tinggi
2) Memiliki moral wiraswasta
3) Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan
4) Memiliki ketrampilan wiaswasta
Lebih lanjut seseorang yang berjiwa wiraswasta ini dijelaskan secara singkat
sebagai berikut:
1) Moral yang tinggi. Manusia yang bermoral tinggi memiliki enam sifat utama yaitu:
a) Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b) Kemerdekaan batin
c) Keutamaan
d) Kasih saying terhadap sesama manusia
e) Loyalitas hokum
f) Keadilan
2) Mental wiraswasta. Manusia yang mempunya mental wiraswasta memiliki kekuatan
mental yang membangun kepribadian yang kuat yaitu:
17
a) Berkemauan keras
b) Berkeyakinan kuat atas kekuatan sendiri, untuk itu diperlukan:pengenalan diri,
kepercayaan diri sendiri dan pemahaman tujuan dan kebutuhan.
c) Kejujuran dan tanggung jawab, untuk ini diperlukan moral yang tinggi, disiplin
diri sendiri.
d) Ketahanan fisik dan mental diperlukan adanya: kesehatan jasmani dan rohani,
sesabaran dan ketabahan.
e) Ketekunan dan keuletan.
f) Pemikiran yang konstruktif dan kreatif.
3) Kepekaan terhadap arti lingkungan. Manusia yang mempunyai jiwa wiraswasta
setidak tidaknya harus sensitif atau peka terhadap arti lingkungan bagi kehidupannya
yang meliputi: pengenalan terhadap arti lingkungan, rasa syukur atas segala yang
diperoleh dan dimiliki, keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan
sumber-sumber ekonomi lingkungan setempat dan kepandaian untuk menghargai
dan memanfaatkan waktu secara efektif.
4. Ketrampilan Wiraswasta. Untuk menjadi manusia wiraswasta diperlukan
ketrampilan seperti yang dikemukakan di bawah ini:
a) Ketrampilan berfikir kreatif
b) Ketrampilan dalam pembuatan keputusan
c) Ketrampilan dalam kepempinan
d) Ketrampilan menejerial
e) Ketrampilan bergaul antar sesama
Dalam buku yang berjudul “Pengantar Kewiraswastaan” karangan Soesarsono
Wijandi ,1987:27, disebutkan bahwa wiraswasta sesungguhnya mencakup beberapa
18
unsur penting yang satu dengan yang lainnya sehingga terkait dan tidak terlepas dalam
kehidupan sehari-hari yaitu:
a. Unsur Pengetahuan
Unsur pengetahuan mendirikan tingkat penalaran yang dimiliki seseorang, yaitu
tingkat kemampuan berpikir seseorang yang umumnya lebih banyak ditentukan
oleh tingkat pendidikannya, baik pendidikan formal maupun non formal.
b. Unsur ketrampilan
Unsur pengetahuan seseorang umumnya banyak diperoleh melalui latihan dan
pengalaman kerja nyata, tingkat ketrampilan seseorang akan semakin tinggi
karena pekerjaan yang berulang- ulang.
c. Unsur sikap mental
Unsur sikap mental lebih mencerminkan respon, tanggapan atau tingkah laku
seseoran bila dihadapkan pada situasi tertentu.
d. Unsur kewaspadaan
Unsur kewaspadaan merupakan paduan unsur pengetahuan dan sikap mental
terhadap sesuatu yang akan datang. Kewaspadaan adalah pemikiran atau
rencana tindakan seseorang terhadap sesuatu yang mungkin atau akan diduga
atau akan dialaminya.
Berdasarkan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh
para ahli di atas, maka dapat dirumuskan suatu kerangka acuan yang berfungsi sebagai
indikator jiwa wiraswasta.
Rumusan kerangka acuan mengenai jiwa wiraswasta terseut adlah sebagai
berikut: bahwa manusia yang mempunyai jiwa wiraswasta adalah manusia yang
mempunyai kepribadian yang kuat, kepribadian yang kuat yang dimiliki manusia
19
tersebut dipengaruhi oleh beberapa unsur yang merupakan ciri-ciri manusia wiraswasta
yaitu:
a) Memiliki moral yang tinggi, pengetahuan seseorang akan membentuk moral
manusia, seseorang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi akan
mempunyai mental yang tinggi pula.
b) Memiliki mental wiraswasta, yang merupakan respon seseorang untuk
menghadapi suatu siuasi tertentu.
c) Memiliki ketrampilan wiraswasta, ketrmpilan seseorang dipengaruhi karena
adanya suatu pengalaman dalam melakukan pekerjaan yang berulang-ulang.
d) Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan, kepekaan seseorang terhadap
lingkungan merupakan kewaspadaan seseorang terhadap sesuatu yang akan
dialami.
Menanamkan Jiwa Wiraswasta Anak di Lingkungan Keluarga Setiap orang tua
mengidam-idamkan agar anaknya kelak dapat hidup bahagia, mereka menghendaki
suatu penghidupan yang lebih baik, lebih layak dan lebih maju dari kehidupan yang
dialami oleh mereka para orang tua. Harapan dan citi-cita tersebut bisa terwujud bila
orang tua mengerti dan mau memerankan peranan secara langsung mengenai
pendidikan anak-anaknya.
Perhatian orang tua sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup anaknya di
masa mendatang. Perhatian tersebut bisa berupa pendidikan yang berharga bagi
kehidupan di masa mendatang, yaitu mempersiapkan pribadi anak agar mempu
mengatasi permasalahan hidu di masa mendatang dengan kekuatan pribadinya sendiri.
Adapun pendidikan yang dibutuhkan untuk menanamkan jiwa wiraswasta kepada anak
20
agar anak-anak mampu mengatasi permasalahan hidup di masa depan dengan kekuatan
pribadinya adalah dengan pendidikan wiraswasta.
Pendidikan wiraswasta itu dimulai sejak manusia lahir dan berkembang di
lingkungan rumah tangga atau keluarga. Di sinilah letak peranan orang tua di dalam
tua adalah peletak dasar bagi perkembangan pribadi anak di masa-masa selanjutnya.
Peranan orang tua untuk menanamkan jiwa wiraswasta pada anaknya
diperlukan hingga anak mampu berdiri sendiri atau mandiri. Orang tua tetap dituntut
untuk mendidik anak hingga anak sanggup menolong diri sendiri di dalam menghadapi
permasalahan hidup serta dalam memenuhi kebutuhan anaknya supaya berhasil,
diperlukan syaratsyaratnya sebagai berikut:
1. Orang tua hendaknya mengenal arti dan cita-cita manusia wiraswasta.
2. Orang tua hendaknya mengenal garis besar perkembangan jiwa dari masing-masing
anaknya.
3. Orang tua hendaknya menciptakan situasi belajar kewiraswastaan di lingkungan
keluarga.
4. Orang tua hendaknya tahu, bahwa titik berat pendidikan kewiraswasta di lingkungan
keluarga adalah penempatan nilai:nilai kepribadian pada anak-anak.
5. Orang tua hendaknya mempunyai bekal pengetahuan minimal mengenal usaha-usaha
wiraswasta atau bidang-bidang wiraswasta.
Jadi dengan adanya syarat-syarat seperti yang disebutkan di atas, diharapkan
orang tua mampu dan berhasil dalam menanmkan jiwa wiraswasta pada diri anak.
Dengan terpenuhinya syarat-syarat tersebut, memungkinkan orang tua dapat dengan
mudah menanamkan jiwa wiraswasta pada anak sehingga di dapatkan pribadi yang
dinamis dan kreatif.
21
2. Perhatian Orang Tua dalam Menunjang Pengetahuan Wiraswasta dan
Membina jiwa Wiraswasta
a. Keberhasilan Wiraswasta
Dunia wiraswasta adalah dunia yang penuh dengan ketidak pastian dan resiko,
dimana antara keberhasilan dan kegagalan bisa saja terjadi maka sebelum melangkah
terjun dalam dunia kewiraswastaan, mental dan moral terlebih dahulu harus
dipersiapkan.
Keberhasilan seorang wiraswasta dalam mengelola usahanya karena faktor
kepribadian, integritas, kecerdasan dan status. Mental yang baik, ulet, pantang mundur,
dan tak kenal menyerah, kalau disertai dengan perencaaan yang baik, perhitungan teliti
dan cara yang tepat, akan membuahkan hasil yang diinginkan. Bertolak dari hal
tersebut diatas, maka usaha pembinaan jiwa wiraswasta perlu dilakukan. Sehingga
dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dan tidak menggantungkan kepada
pemerintah maupun swasta.
Hal pertama yang harus ditandaskan sebelum memulai suatu usaha atau kerja
adalah kepercayaaan diri. Karna kepercayaan diri merupakan modal utama yang sagat
berpengaruh dalam kemajuan atau keberhasilan. Mengingat kesempatan kerja yang
semakin sempit hendaknya kita tidak menggantungkan diri mencari tetapi
menciptakannya.
Mental yang baik, ulet, pantang mundur, dan tak kenal menyerah, kalau disertai
dengan perencaaan yang baik, perhitungan teliti dan cara yang tepat, akan membuahkan
hasil yang diinginkan.
22
Yang dimaksud perencanaan dalam hal ini adalah merupakan suatu proses yang
tegas dan tetap yang akan dilaksanakan tahap demi tahap, sehingga seorang wiraswasta
harus kreatif dalam mengambil suatu keputusan.
Setelah perencanaan disusun, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
kegiatan. Agar pelaksaaan kegiatan dapat efektif, seorang wiraswasta harus mampu
melihat setiap aspek dari sebuah persoalan atau memahami sudah melaksanakan
kegiatan, maka segala keraguraguan dan ketidak pastian harus dihilangkan.
Kemudian dalam setiap kegiatan perlu senantiasa dilaksanakan pengawasan,
baik pengawasan intern terhadap orang-orang yang dipercaya, maupun pengawassan
ekstern sebagai usaha preventif, sehingga pelaksanaan tindakan dapat selaras dan sesuai
dengan yang diharapkan dalam suatu perencanaan. Dan setelah adanya perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, serta pengawasan, maka perlu dilanjutkan dengan pengembangan
diri. Seorang wiraswasta ingin selalu berkembang melalui gagasan kreatif dan membuat
perubahanperubahan yang berarti. Hal ini merupakan kunci sukses yang dapat
dikembangkan selaras dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri. Sebaliknya
mental yang lembek, mudah putus asa, cepat bosan atau malas merupakan pantangan
seorang wiraswasta sejati.
b. Pembinaan Jiwa Wiraswasta oleh Orang Tua
Orang tua merupakan pelaksana dan penanggung jawab pertama dan utama atas
pendidikan anak. Dalam rangka mempersiapkan anak menjadi manusia wiraswasta
diperlukan pembinaan yang tepat dari pihak orang tua ssesuai dengan tingkattingkat
perkembangan anak (usia kanak-kanak, praremaja dan remaja).
23
Berhubung dalam penelitian ini yang diteliti adalah siswa SMK, maka yang
akan dibahas disini adalah pendidikan anak usia remaja. Pembinaan orang tua yang
sebaiknya dilaksanakan terhadap anak yang menginjak usia remaja dalam rangka
mendidik anak menjadi manusia wiraswasta adalah dengan memberi latihan-latihan
kepada anak untuk berdo’a dan mendekatkan diri kepada Tuhan, membaca buku-buku
yang membahas masalah-masalah etis dan moral, sehingga anak mulai menemukan
jalan yanglurus.
Disamping latihan kepribadian anak juga harus diberi latihanlatihan kecakapan
kerja kewiraswastaan. Dalam hal ini orang tua haruslah memberikan pedoman kepada
anaknya supaya anak jangan mudah terpengaruh oleh godaan orang lain, tetapi selalu
bersikap teguh akan kemampuan diri sendiri, maka seorang anak tidak akan mudah
menyerah kalah bila suatu ketika menghadapi suatu tantangan.
Orang tua harus mengajarkan kepada anak untuk selalu pantang menyerah bila
menghadapi suatu kesulitan dan masalah. Kesulitan yang timbul harus disambut dengan
kemauan dan kenyakinan diri bahwa kesulitan itu akan cepat dikalahkan. Dan orang
yang mempunyai jiwa wiraswasta tidak akan pernah berbicara mengenai kekalahan,
melainkan harus selalu optimis dan yakin akan memenangkan suatu perjuangan. Jujur
dan bertanggung jawab juga merupakan sikap orang berjiwa wiraswasta yang harus
diajarkan pula oleh orang tua kepada anaknya. Anak diajarkan utnuk selalu jujur
kepada orang lain, serta harus bertanggung jawab atas setia perbuatan yang telah
dilakukannya.
Orang tua dalam membina jiwa wiraswasta anak yaitu dengan mengajarkan
kepada anaknya untuk selalu berkepribadian menarik, yaitu harus ramah kepada orang
lain, suka menolong orang lain yang memerlukan pertolongan, meghindari sifat
24
sombong, memperthatikan kritik orang lain dan tidak menganggap remeh pendapat
orang lain.
Orang tua juga harus memberikan pengarahan kepada anak untuk tidak pantang
menyerah bila menghadapi suatu kesulitan dan masalah. Jadi dengan adanya
pembinaan jiwa wiraswasta yang diberikan orang tua kepada anak diharapkan anak
akan mandiri serta mempunyai pribadi yang dinamis dan kreatif, sehingga dapat
menolong dirinya sendiri dalam menghadapi tantangan masa depan.
25
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1997:15).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas III jurusan bangunan
SMK Negeri 1 Subang. Dipilihnya populasi siswa kelas III karena mereka akan segera
bekerja, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai evaluasi terhadap proses
belajar-mengajar di SMK Negeri 1 Subang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari SMK Negeri 1 Subang diperoleh data
siswa kelas III jurusan bangunan sebagai berikut:
1. Program Keahlihan Teknik Gambar Bangunan dengan 32 siswa.
2. Program Keahlihan Teknik Konstruksi Bangunan I dengan 24 siswa.
3. Program Keahlihan Teknik Konstruksi Bangunan II dengan 24 siswa.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. (Suharsimi
Arikunto, 1997:117). Sampel dari penelitian ini ditentukan teknik acak penugasan.
Pengambilan sample tidak dilakukan tehadap siswa secara individu, melainkan
terhadap kelompok siswa. Kelompok siswa disini berupa kelas. Siswa kelas tiga
program teknik bangunan merupakan populasi dari penelitian ini, yang terdiri dari tiga
kelas. Dari ketiga kelas tersebut diundi dan diambil dua kelas sebagai sample dengan
perincian kelas III GB dan kelas III KB1 untuk eksperimen dan kelas III KB2 sebagai
kelas kontrol.
26
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1997:99). Dalam penelitian ini ada dua macam yang
akan diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. (Suharsimi
Arikunto, 1997:97). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah perhatian orang
tua.
2. Variabel terikat adalah variabel yang hanya muncul karena pengaruh variabel bebas.
(Suharsimi Arikunto, 1997:104). Variabel terikat (variabel Y) dalam penelitian ini
adalah pengetahuan wiraswasta (Y1) dan jiwa wiraswasta siswa (Y2).
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Test
Metode test adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetaahuan, inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Suharsimi Arikunto, 1997:139).
Metode ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa mengenai
pengetahuan wiraswasta. Metode ini menggunakan pertanyaan pilihan ganda yang
disediakan alternatif jawaban yang menghasilkan skor.
27
2. Kuesioner/angket
Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya. (Suharsimi Arikunto, 1997:140).
Dalam penelitian ini, metode angket digunakan sebagai metode utama yang
berfungsi untuk mengambil data tentang perhatian orang tua dan jiwa wiraswasta
siswa. Untuk angket dipakai adalah pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban (a, b, c,
d) dengan skor atau nilai, a:4 ; b:3 ; c:2 ; d:1.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara untuk memperoleh data dari barang-barang
yang tertulis, seperti buku, majalah, peraturan, catatan dan sebagainya. (Suharsimi
Arikunto, 1997:236). Metode dokumentasi pada penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data tentang jumlah siswa kelas III jurusan bangunan SMK Negeri 1
Subang.
D. Uji Coba Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan atau
kesahihan suatu instrumen. (Suharsimi Arikunto, 1997:144) Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan dapat mengungkap
data dari variabel yang di teliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitanya instrumen
28
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variable yang dimaksud.
Ada beberapa cara untuk menentukan validitas alat ukur dalam suatu penelitian
tetapi validitas yang digunakan dalam mengungkap perhatian orang tua, pengetahuan
wiraswasta dan jiwa wiraswasta adalah validitas butir. Untuk menguji tingkat validitas
empiris instrumen peneliti mencoba instrumen tersebut dengan sasaran dalam
penelitian. Langkah ini biasa disebut dengan uji coba instrumen.
Pemberian keputusan valid tidaknya suatu butir apabila r rhitung > rtabel, maka
instrumen tersebut dikatakan valid. Perhitungan validitas butir menggunakan rumus
produk moment sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 1997:162)
Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan, mka diperoleh hasil rhitung untuk
variabel perhatian orang tua, pengetahuan wiraswasta dan pembinaan jiwa wiraswast.
Semuanya lebih besar dari rtabel, didapat rhitung yang terkecil : 0,427 > rtabel 0,423.
29
Dari hasil tersebut maka instrumen dapat dikatakan valid, karena mempunyai
korelasi lebih tinggi dari rtabel. Untuk perhitungan uji coba validitas dapat dilihat pada
lampiran 7, 10, dan 13. dengan demikian instrumen tersebut dapat di gunakan untuk
mengambil data penelitian.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah keajegan dan ketetapan alat ukur dikatakan memiliki
keandalan jika kapanpun alat tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama.
Angket sebagai alat pengukur data dapat dikatakan reliable apabila
menunjukkan skor yang stabil dan konstans, karena reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
(Suharsimi Arikunto, 1997:142).
Untuk mengukur reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha. Dan untuk
memperoleh reliabilitas soal menggunakan alpha sebagai berikut:
Analisis hasil uji coba reliabilitas perhatian orang tua diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,833; untuk pengetahuan wiraswasta 0,952; dan untuk pembinaan
30
jiwa wiraswasta 0,806. sedangkan untuk aspek koefisien tersebut lebih besar dari rtabel
0,423 yang berarti instrument tersebut reliabel
E. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau
tidak berdistribusi normal. Jika data yang diperoleh berdistribusi maka statistik yang
digunakan adalah statistika parametrik. Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi
normal maka statistika yang digunakan adalah statistika non parametrik.
Rumus Chi-kuadrat yang digunakan adalah:
Populasi berdistribusi normal jika 2 X hitung 2 X tabel dengan derajat
kebebasan dk = k-3 dan = 5% maka data yang diperoleh berdistribusi normal.
2. Uji Kelinieran
Bentuk persamaan regresi Y atas X adalah Y = a + bX Rumus koefisien a dan b
adalah:
31
(Sudjana, 1996:315)
Untuk menguji keberartian persamaan regresi dan uji kelinieran garis regresi
digunakan analisis varians seperti tabel berikut:
Tabel 3.1. Analisis Varians Untuk Regresi
(Sudjana, 1996:332)
Keterangan:
32
JK = Jumlah kuadrat
DK = Derajat kebebasan
RK = Rerata Kuadrat
Dari tabel di atas sekaligus diperoleh dua hasil yaitu:
1) Harga F
untuk uji keberartian persamaan regresi. Jika F1 F tabel pada dk pembilang
1 dan dk penyebut (n-2) dengan taraf signifikansi 5% maka persamaan regresi
tersebut dinyatakan signifikan.
2) Harga F 2 =
untuk uji kelinieran persamaan regresi. Jika F 2 < Ftabel pada dk pembilang (k-
2) dan penyebut (n-k) dengan taraf signifikansi 5% maka persamaan regresi
tersebut dinyatakan linier.
33
3. Menguji Hipotesis.
Untuk mengetahui pengaruh antara variable X (perhatian orang tua) terhadap
variable Y (pengetahuan wiraswasta dan pembinaan jiwa wiraswasta) digunakan
metode analisis regresi sederhana. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan persamaan regresi
Persamaan regresi dapat dicari dengan menggunakn rumus sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
a : Koefisaien prediksi
b : Koefisien Variabel X
X : Koefisien variabel Y
b. Uji Keberartian Regresi
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Sudjana,1996:332)
c. Uji Kelinieran Regresi
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
34
(Sudjana. 1996:331)
d. Menghitung Koefisien Korelasi
Rumus yang digunakan adalah:
(Suharsimi Arikunto, 1996:369)
e. Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Sudjana,1996:377)
35
Apabila t berada pada daerah penerimaan Ho, yaitu–t(1-1/2)(n-2)< t < t(1-1/2)(n-
2), berarti bahwa koefisien korelasi tidak signifikan.
f. Koefisien Determinasi
Jika persamaan regresi Y atas X telah ditentukan, koefisien determinasi r2 dapat
ditentukan rumus sebagai berikut:
(Sudjana, 1996:370)
36
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Deskripsi Perhatian Orang Tua
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Perhatian Orang Tua
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua siswa
(28,57%) mempunyai perhatian yang sangat baik pada anak-anaknya, sedangkan
(69,64%) dalam kategori baik dan 1,79% dalam kategori cukup baik.
b. Deskripsi Pengetahuan Wiraswasta
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Pengetahuan Wiraswasta
37
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (58,93%)
mempunyai pengetahuan wiraswasta yang baik, sedangkan 37,50% dalam kategori
sangat baik dan 3,57% dalam kategori cukup baik.
c. Deskripsi Pembinaan Jiwa Wiraswasta
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Pembinaan Jiwa Wiraswasta
Pada tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (60,71%)
mendapatkan pembinaan jiwa wiraswasta yang baik, sedangkan 33,93% dalam
kategori sangat baik dan 5,36% dalam kategori cukup baik.
2. Uji Prasyarat Analisis Regresi
Uji prasyarat analisis regresi merupakan prosedur yang harus dilaksanakan dan
dipenuhi, sehingga simpulan yang diambil dari hasil analisis regresi dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya apabila syarat-syarat analisisnya telah dipenuhi.
Prasyarat uji analisis regresi meliputi uji normalitas dan uji linieritas garis regresi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan rumus 2 dengan kriteria
bahwa data berdistribusi normal apabila harga 2 hitung < 2 tabel pada taraf
38
signifikansi 5%. Untuk perhitungan 20, 21 dan 22. Sedangkan hasil perhitungan uji
normalitas data perhatian orang tua, pengetahuan kewiraswastaan dan pembinaan
jiwa wiraswasta siswa diperoleh hasil seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data
b. Uji Linieritas Garis Regresi
Uji linieritas garis regresi dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berbentuk linier atau tidak. Jika data berbentuk linier, maka penggunaan
analisis regresi linier pada pengujian hipotesis dapat dipertanggung jawabkan akan
tetapi jika tidak linier, maka harus digunakan analisis regresi non linier. Uji linieritas
garis regresi dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan kriteria yaitu data
dinyatakan linier apabila harga Fhitung < Ftabel pada taraf signifikansi 5%.
Perhitungan uji linieritas garis memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Uji Linieritas Garis Regresi
3. Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dinyatakan dalam bab II hipotesis dalam penelitian
39
ini ada dua yaitu :
a. Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang berpengaruh terhadap
pengetahuan wiraswasta.
b. Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang berpengaruh terhadap
pembinaan jiwa wiraswasta.
Berikut ini akan dilakukan pengujian terhadap kedua hipotesis kerja yang
dirumuskan dalam penelitian ini :
a. Pengujian Hipotesis I
Dalam rangka menguji hipotesis yang pertama tersebut maka ndinyatakan
hipotesis nihil sebagai berikut : “Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1
Subang tidak berpengaruh terhadap pengetahuan wiraswasta”.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana yang tercantum
pada lampiran 23 diperoleh persamaan regresi Y ˆ =16,632 + 1,352X. Untuk menguji
signifikansi dari persamaan regresi tersebut digunakan analisis varians untuk regresi.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Fhitung =35,601> Ftabel=4,020 untuk
=5% dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut = 56–2 = 54. Karena
Fhitung>Ftabel, hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut signifikan
sehingga hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “Perhatian orang tua siswa kelas III SMK
Negeri 1 Subang tidak berpengaruh terhadap pengetahuan wiraswasta” ditolak dan
hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi “Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1
Subang berpengaruh terhadap pengetahuan wiraswasta”.” diterima.
Hubungan perhatian orang tua (X1) dengan pengetahuan wiraswasta siswa (Y1)
dapat diketahui dari harga koefisien korelasi. Berdasarkan hasil analisis pada lampiran
diperoleh koefisien korelasi atau R yaitu 0,63. Keberartian dari koefisien korelasi
40
tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
thitung = 5,967 > ttabel = 2,00 pada = 5% dengan dk=56-2 = 54. Karena thitung >
ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan.
Besarnya pengaruh atau kontribusi yang diberikan oleh perhatian orang tua
terhadap pengetahuan wiraswasta siswa dapat diketahui dari harga koefisien
determinasi atau R2 . Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga R2 = 39,73%.
Dengan demikian besarnya pengaruh perhatian orang tua terhadap pengetahuan
wiraswsta adalah 39,73% .
b. Pengujian Hipotesis II
Dalam rangka menguji hipotesis yang kedua tersebut maka dinyatakan hipotesis
nihil sebagai berikut : “Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang tidak
berpengaruh terhadap pembinaan jiwa wiraswasta”.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana pada lampiran
diperoleh persamaan regresi Y ˆ = 12,375 + 0,750X. Untuk menguji signifikansi dari
persamaan regresi tersebut digunakan analisis varians untuk regresi. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh F hitung = 26,917 > F tabel = 4,020 untuk =5% dengan dk
pembilang = 1 dan dk penyebut = 56– 2 = 54. Karena Fhitung > F tabel, hal ini
menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut signifikan sehingga hipotesis nihil
(Ho) yang berbunyi “Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang tidak
berpengaruh terhadap pembinaan jiwa wiraswasta” ditolak dan hipotesis kerja (Ha)
yang berbunyi “Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang berpengaruh
terhadap pembinaan jiwa wiraswasta” diterima.
Hubungan perhatian orang tua (X) dengan pembinaan jiwa wiraswasta (Y2)
dapat diketahui dari harga korelasi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh koefisien
41
korelasi yaitu 0,58. Keberartian dari koefisien korelasi tersebut dapat diuji dengan
menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis pada lampiran diperoleh thitung = 5,188
> ttabel = 2,00 pada = 5% dengan dk = 56–2 = 54. Karena thitung > ttabel, maka
dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan.
Besarnya pengaruh atau kontribusi yang diberikan oleh perhatian orang tua
terhadap pembinaan jiwa wiraswasta siswa dapat diketahui dari harga koefisien
determinasi atau R2 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga R2 = 33,26%.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa perhatian
orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang tersebut masuk dalam kategori tinggi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa para orang tua telah mengasuh anak-anaknya dengan
penuh kasih sayang, orang tua telah membelajarkan anak-anaknya untuk memiliki
tingkah laku yang baik dan bertanggung jawab dengan memberikan sanksi-sanksi bila
anak melanggar peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama, orang tua telah
menyediakan segala perlengkapan belajar yang dibutuhkan anak, dan orang tua juga
telah mencukupi semua kebutuhan biologis, tempat tinggal, biaya studi dan kebutuhan
yang lain secara baik baik.
Dengan tingginya perhatian orang tua siswa tersebut maka hal ini dapat menjadi
penunjang terhadap mereka dalam mengembangkan pengetahuan dan jiwa
kewiraswastaanya. Hal ini terbukti dari hasil analisis deskriptif persentase terhadap
variable pengetahuan wiraswasta siswa yang telah masuk dalam kategori baik dan
pengembangan jiwa wiraswasta yang telah masuk dalam kategori baik pula.
42
Berdasarkan uji pengaruh antara perhatian orang tua terhadap pengetahuan
wiraswasta siswa terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan yang dibuktikan dari
analisis varians yang memperoleh diperoleh Fhitung=35,601 > Ftabel = 4,020.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dimana koefisien regresi bertanda
positif maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara perhatian
orang tua dengan pengetahuan wiraswasta siswa. Bentuk pengaruh yang diperoleh dari
persamaan tersebut adalah jika variabel perhatian orang tua ditingkatkan sebesar satu
satuan maka akan di ikuti dengan meningkatnya pengetahuan wiraswasta siswa sebesar
1,352 satuan pada konstantan 16,632. Dan sebaliknya jika skor variable perhatian orang
tua menurun sebesar satu satuan maka akan diikuti dengan menurunnya pengetahuan
wiraswasta siswa sebesar 1,352 satuan pada konstanta 16,632.
Keeratan hubungan antara perhatian orang tua dengan pengetahuan wiraswasta
dapat diketahui dari koefisien korelasi yang diperoleh, sedangkan berdasarkan hasil
penelitian menujukkan bahwa korelasi antara perhatian orang tua siswa dengan
pengetahuan wiraswasta siswa yaitu 0,63. Harga koefisien korelasi sebesar 0,63 ini
termasuk kategori cukup karena berada pada rentang indek korelasi 0,6 – 0,8. Besarnya
pengaruh perhatian orang tua terhadap pengetahuan wiraswasta siswa adalah 39,73%.
Pengaruh dari variabel lain selain perhatian orang tua adalah 60,27%.
Berdasarkan uji pengaruh antara pengetahuan kewiraswastaan terhadap
pembinaan jiwa wiraswasta siswa terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan yang
dibuktikan dari analisis varians yang memperoleh Fhitung=26,917 > Ftabel = 4,020.
Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dimana koefisien regresi bertanda
positif maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara perhatian
orang tua dengan pembinaan jiwa wiraswasta siswa. Bentuk pengaruh yang diperoleh
43
dari persamaan tersebut adalah jika variabel perhatian orang tua ditingkatkan sebesar
satu satuan maka akan diikuti dengan meningkatnya pembinaan jiwa wiraswasta siswa
sebesar 0,750 satuan pada konstatan 12,375. Dan sebaliknya jika skor variable
perhatian orang tua menurun sebesar satu satuan maka akan diikuti dengan menurunnya
pembinaan jiwa wiraswasta siswa sebesar 0,750 satuan pada konstanta 12,375.
Keeratan hubungan antara perhatian orang tua dengan pembinaan jiwa
wiraswasta dapat diketahui dari koefisien korelasi yang diperoleh, sedangkan
berdasarkan hasil penelitian menujukkan bahwa korelasi antara pengetahuan
kewiraswastaan dengan pembinaan jiwa wiraswasta siswa yaitu 0,58. Harga koefisien
korelasi sebesar 0,58 ini termasuk kategori agak rendah karena berada pada indek
korelasi 0,4 – 0,6. Besarnya pengaruh perhatian orang tua terhadap pembinaan jiwa
wiraswasta siswa adalah 33,26%. Pengaruh dari variabel lain selain perhatian orang tua
adalah 66,74%.
Mengacu dari hasil pembahasan diketahui bahwa perhatian orang tua
berpengaruh terhadap pengetahuan kewiraswastaan dan pembinaan jiwa wiraswasta
siswa maka perlu kiranya bagi orang tua siswa umtuk memberikan perhatian yang lebih
kepada anak-anaknya pada masa perkembangannya ini dalam rangka mengantarkan
mereka untuk dapat memiliki jiwa kewiraswastaan yang baik sebagai modal dalam
memasuki kehidupannya pada masa-masa yang akan datang. Wujud dari perhatian
orang tua tersebut dapat dinyatakan dengan memberikan kasih sayang yang lebih
kepada anakanaknya, memberikan keteladanan yang baik dalam menyikapi segala
permasalahan yang dihadapi, memberikan segala fasilitas belajar yang dibutuhkan
anak, tidak memanjakan anak yang dapat menghambat perkembangannya, memberikan
rasa aman kepada anak, membangkinkan inisiatif dan dan daya kreatifitas kepada anak.
44
Pentingnya orang tua memperhatikan anak-anaknya tersebut, mengingatorang
tua atau keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama kali dalam hidupnnya.
Bentuk, isi serta tata cara pendididikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekeerti dan keterampialn tiap-tiap individu
dalam keluarga tersebut. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan
digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
45
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil
suatu simpulan sebagai berikut :
1. Perhatian orang tua siswa kelas III SMK Negeri 1 Subang terhadap pengetahuan
wiraswasta dan pembinaan jiwa wiraswasta siswa masuk dalam kategori baik.
2. Perhatian orang tua terhadap pengetahuan wiraswasta siswa sebesar 39,73% adalah
signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua berpengaruh
terhadap pengetahuan wiraswasta. Bahwa perhatian orang tua terhadap pengetahuan
wiraswasta, maka para siswa dapat memiliki jiwa wiraswasta yang baik dan
memiliki motivasi untuk berprestasi dalam memasuki kehidupan pada masa yang
akan datang.
3. Perhatian orang tua terhadap pembinaan jiwa wiraswasta sebesar 33,26% adalah
signifikan, sehingga perhatian orang tua berpengaruh terhadap pembinaan jiwa
wiraswasta. Perhatian orang tua dalam pembinaan jiwa wiraswasta pada anaknya
diharapkan agar anak dapat bersifat mandiri, bertanggung jawab, dan kreatif,
sehingga dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi tantangan masa depan.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai
berikut :
46
1. Mengingat perhatian orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan wiraswasta dan
jiwa wiraswasta siswa, maka para orang tua hendaknya lebih meningkatkan
perhatiannya dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung daya
kreatifitas anak dalam rangka menggali bakatnya sehingga mereka dapat memiliki
kompetensi pada bidang tertentu yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya
pada masa-masa yang datang setelah mereka lulus dari bangku pendidikan dan
memasuki dunia kerja.
2. Untuk penelitian lain yang sejenis hendaknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai
bahan referensi dan menggunakan variabel serta populasi yang lebih luas lagi agar
diperoleh simpulan yang lebih meyakinkan.
47
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati Mahmud, 1990, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta ; BPFE Yogya
Jujun S. Suriasumantri, 1982, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Kartini Kartono, 1991, Menyiapkan Dan Memandu Karir, Bandung: Alumi
Liang Gie, 1991, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta : Liberti Yogya.
Soesarsono Wijandi, 1987, Pengantar Kewiiraswastaan, bandung : Sinar Baru.
Sudjana, 1996, Metode Statistika, Bandung: Tarsito.
Suharsimi, 1996, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 1989, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Tim Pengembangan MKDK, 1989, Psikologi Belajar, Semarang : IKIP Semarang.
Wasty Soemanto, 1984, Pendidikan Wiraswasta, Jakarta : Bumi Aksara.
W.J.S. Poerwadaeminto, 1989, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka.
Yani Mustofa, 1996, Teknik Wiraswasta Dalam Keluarga, Jakarta : Rineka Cipta.
48